• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: Varietas Unggul Baru (VUB), Inpari, produksi dan adopsi petani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: Varietas Unggul Baru (VUB), Inpari, produksi dan adopsi petani"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENGKAJIAN DAN DESIMINASI VUB PADI SAWAH PADA MUSIM HUJAN DI KREJENGAN PROBOLINGGO

(Result of Assessment and Dissemination New Superior Variety Lowland Rice on Rainy Season in Krejengan Probolinggo)

Sugiono dan Kasmiyati

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

Jl Raya Karangploso Km 4 Malang Tlp.(0341) 494052, fax(0341)471255 Email: bptp_jatim@yahoo.com.0020

ABSTRAK

Varietas unggul baru (VUB), salah satu teknologi yang memegang perananan menonjol diantara teknologi-teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, baik kontribusi terhadap peningkatan hasil persatuan luas maupun sebagai salah satu komponen utama dalam pengendalian hama dan penyakit. Varietas unggul dinilai mudah diadopsi petani dengan tambahan biaya yang relatif murah dan memberi keuntungan langsung kepada petani. Penelitian bertujuan mengevaluasi potensi produksi, tingkat serangan hama dan penyakit dan adopsi petani terhadap VUB spesifik lokasi. Rancangan Percobaan RAK, jumlah ulangan 3. Varietas yang di kaji 5 VUB dan 1 varietas pembanding yang sudah lama ditanam petani. Lokasi pengkajian lahan sawah intensip dengan 3 kali tanam padi, di kelompok tani “Kramat Jaya” Selolembuh, Desa Sentong. Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo pada musim hujan 2011-2012. Hasil pengkajian, prodiduksi ton per hektar gabah kering giling (GKG) kadar air 14 persen adalah: terendah varietas pembanding Ciherang (5,9 t/ha) dan Inpari 1 (6,27 t/ha) tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 13 (7,02 t/ha). Produksi varietas Inpari 7 (8,07 t/ha), varietas Inpari 10 (8,45 t/ha) dan produksi tertinggi varietas Inpari 4 (9,09 t/ha). Varietas Ciherang sudah rentan terserang blas (Pyricularia oryzae) dan pertanaman roboh, varietas unggul baru dikaji tidak muncul gejala serangan hama/penyakit yang signifikan. Varietas disenangi petani adalah Inpari 4, karena produksi tinggi, pertanaman dilapang tidak berbeda dengan varietas Ciherang dan sudah banyak diadopsi petani. Varietas Inpari 13 varietas ini agak tahan terhadap WBC sudah diadopsi petani tetapi produksi dibawah Inpari 4, Inpari 7 dan Inpari 10. Diharapkan varietas Inpari 7 dan Inpari 10 dapat sebagai pergiliran varietas, karena produksi tinggi. Kata kunci: Varietas Unggul Baru (VUB), Inpari, produksi dan adopsi petani

PENDAHULUAN

Padi merupakan komoditas utama yang tidak terlepas dari kehidupan penduduk Indonesia, karena sebagian besar dari jumlah penduduk 238 juta ini mengkonsumsi beras. Kebutuhan terus meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan penduduk. Berbagai hal mempengaruhi stabilitas beras nasional dari faktor kepentingan publik sampai politik. Pemerintah selalu mencatumkan kebijakan swasembada beras karena kedudukan beras yang sangat vital dan fatal, vital karena kebutuhan manusia Indonesia dan fatal apabila penyediaan beras tidak mencukupi atau mengalami defisit lantas dipolitisir oleh kepentingan segelintir orang. Sekarang perubahan iklim global bukan

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(2)

lagi menjadi isu, tetapi sudah menjadi kenyataan yang mesti diantisipasi dan dihadapi (Sembiring. 2010).

Penyediaan varietas unggul memegang perananan yang menonjol diantara teknologi-teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, baik kontribusi terhadap peningkatan hasil per satuan luas maupun sebagai salah satu komponen utama dalam pengendalian hama dan penyakit (Puslitbang Tanaman pangan 1993). Selain itu varietas unggul dinilai mudah diadopsi petani dengan tambahan biaya yang relatif murah dan memberi keuntungan langsung kepada petani (Puslitbang Tanaman pangan 2000). Dengan demikian banyaknya varietas unggul yang dilepas, petani mempunyai lebih banyak pilihan akan varietas yang sesuai dengan keinginan dan spesifik wilayahnya. Hal ini akan memperluas keragaman genetik tanaman di lapang sehingga dapat menekan resiko terjadinya ledakan hama dan penyakit tertentu (Asaad dan Warda 2010).

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah banyak melepas varietas unggul baru (VUB) yang potensi produksi tinggi. Tetapi kendala yang dihadapi semakin banyak diantaranya: tingginya pengaruh faktor biotik (hama, penyakit) dan abiotik (kekeringan/kebanjiran), degradasi kesuburan tanah dan penurunan infut produksi terutama pupuk. Semakin berkurangnya lahan persawahan sebagai akibat pengalihan fungsi lahan kebidang non pertanian (Addurahcman 2006). Konversi lahan pertanian produktif di Indonesia merupakan salah satu ancaman yang paling serius bagi kelanjutan ketahanan pangan nasional. Dalam periode 1999-2003 konversi lahan sawah mencapai 424.000 ha atau 106.000 ha/tahun. Selain itu, terdapat sekitar 9,55 juta KK yang memiliki lahan <0,5 ha dan angka tersebut cenderung meningkat akibat fragmentasi lahan serta makin tingginya intensif untuk usaha pada sektor non pertanian. Perubahan iklim dengan segala dampaknya akan semakin menekan sektor pertanian dalam mencapai berbagai sasaran pertanian, seperti peningkatan produksi dan kesejahteraan petani (Irsal Las dan Sarmaini 2010).

Kendala utama penyakit dalam peningkatan produksi padi adalah penyakit blas (BLB) yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae, penyakit yang merusak daun (leaf blast) pada waktu tanaman masih muda dan leher malai (neck blast) pada saat tanaman telah berbunga. Penularan berat penyakit ini bisa menyebabkan gagal penen atau puso. Patogen blas juga sangat dinamis, mempunyai banyak ras dan mampu membentuk ras baru sehingga dapat dengan cepat mematahkan ketahanan varietas. Varietas unggul tahan blas akan berubah menjadi peka (ketahananya patah) setelah ditanam secara luas selama 2-3 musim (Amir dan Nasution 1995).

Meskipun sudah cukup banyak dilepas varietas unggul baru, tetapi verietas unggul yang spesifik lokasi masih perlu dievaluasi karena varietas unggul baru di masing-masing daerah berbeda dan tingkat adopsi petani juga berbeda. Melalui pengujian produksi dan tingkat ketahanan hama dan penyakit VUB diharapkan dengan cepat petani mengadopsi varietas yang sesuai dengan agroekosistemnya. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi potensi produksi, tingkat serangan hama dan penyakit dan adopsi petani terhadap VUB yang dikaji.

(3)

METODE

Penelitian dilaksanakan di kelompok tani “Kramat Jaya” Selolembuh, Desa Sentong. Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo pada musim hujan 2011-2012. Rancangan percobaan digunakan adalah RAK, 3 ulangan di lahan sawah intensip (pola tanam dalam satu tahun: padi-padi-padi). Jumlah perlakuan 5 VUB (Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7, Inpari 10 dan Inpari 13) dan varietas pembanding Ciherang sudah lama dilepas dan masih banyak ditanam petani,

Tabel 1. Varietas Unggul Baru (VUB) Yang Dikaji Di Desa Selolemboh, Kecamatan Krejengan Probolingggo Pada Musim Hujan Tahun 2011-2012

No Varietas Asal persilangan Rata2 hasil, potensi produksi Umur tanaman Keterangan 1 Inpari 1 IR64/IRBB//I R64 7,3 t/ha, 10 t/ha 108 hss

Lahan sawah, dataran rendah s/d 500 m dpl, lebih tahan HDB, perbaikan dari IR 64 atas HDB, tahan WBC biotipe 2, agak tahan biotipe 3. Nasi pulen

2 Inpari 4 S4384F-14-1/ Way Apo Buru// S4384F-14-1 6,04 t/ha, 8,80 t/ha 115 hss

Lahan sawah, ketinggian sampai 600 m dpl, lebih tahan HDB strain IV drpd Ciherang, hasil dan mutu sama dengan Ciherang, agak rentan WBC biotipe 1,2 dan 3. Nasi sangat pulen.

3 Inpari 7 Lanrang S3054-2d-12-2/Utri Merah-2 6.32 t/ha, 8,7 t/ha. 110-115 hss

Lahan sawah dataran rendah-ketinggian 600 m dpl, tahan tungro, hasil tinggi, agak rentan WBC biotipe 1,2 dan 3, agak tahan HDB ras III dan agak rentan ras IV dan VII, nasi pulen.

4 Inpari 10 Laeya S548b-75/2* IR19661//2*IR 64 5.08 t/ha, 7,0 t/ha 108-116 hss

Lahan sawah irigasi baik untuk ditanam dengan irigasi berselang, baik untuk musim hujan dan kemarau. Potensi hasil tinggi disbanding IR64, mutu beras baik, tahan HDB, toleran kekeringan. Rasa nasi pulen.

5 Inpari 13 (OM 2) OM606/IR183 48-36-3-3 (introdusi) 6.59t/ha, 8,0 t/ha 103 hss

Cocok sawah tadah hujan dataran rendah-600m dpl, umur sangat genjah, produktivitas lebih tinggi dr Dodokan, nasi pulen, tahan WBC biotip 1,2 dan 3.

6 Ciherang IR18349-5 3-1-3/1* IR19661- 131-3-1-3//4*IR64 6.0 t/ha, potensi 8.5 t/ha 116 hss

Padi sawah, tahan wereng biotip 2, agak tahan biotip 3, tahan hawar daun bakteri, nasi pulen.

Sumber: Deskripsi tanaman padi tahun 2010

Wilayah Kecamatan Krejengan adalah dataran rendah, dibagi 2 zona ketinggian tempat: ketinggian dibawah 25 m dpl dengan luas sawah 2.268.22 ha dan di ketinggian 25-100 m dpl 1.174.62 ha, dari luas tanam sawah 3.442.84 ha. Pelaksanaan MH, bulan Nopember 2011- April 2012, jenis tanah vulkanis, liat berwarna kelabu kekuningan, curah hujan 1.532 mm/tahun, jumlah hari hujan 64 hari hujan dengan 8 bulan basah

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(4)

(Badan Pusat Statistik Kab. Probolinggo 2008 dan Programa Pennyuluhan Pertanian. BPP Krejengan 2011).

Tabel 2. Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Di Kecamatan Krejengan Probolinggo

Bulan 2007 2008 2009 2010 CH HH CH HH CH HH CH HH Januari 101 9 297 15 57 2 320 13 Februari 193 8 167 11 363 14 400 15 Maret 153 11 404 15 454 16 142 15 April 175 5 188 12 292 9 66 5 Mei 76 2 241 9 3 2 27 4 Juni 147 5 - - 184 5 - - Juli - - - - Agustus - - - - September - - - - Oktober 35 2 - - - - 32 2 Nopember 135 6 3 1 15 2 251 12 Desember 313 17 215 9 190 13 222 12 Jumlah 1.328 65 1.515 72 1.558 63 1.460 78

Sumber: Kantor pengamat pengairan Krejengan dalam BPP Krejengan 2011 (HH: Hari Hujan, CH: Curah Hujan)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil desiminasi VUB di sawah intensip pada MH tahun 2011-2012, di tani “Kramat Jaya” Selolembuh, Desa Sentong. Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo.

a. Umur Berbunga 50 persen

Hasil pengamatan umur berbunga 50 persen, umur berbunga paling genjah (umur terpendek) ditunjukan oleh varietas Inpari 1 (64,00 hst) tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 13 (64,33 hst), Inpari 7 (67,33 hst) dan Inpari 10 (68,33 hst). Umur berbunga terdalam ditunjukan varietas Inpari 4 (71,00 hst) tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 7 (67,33) dan Inpari 10 (68,33 hst) (Tabel 3).

b. Tinggi tanaman

Tanaman terendah dari hasil pengkajian dan Desiminasi VUB, pada MH 2011-2012 ditunjukan oleh varietas Inpari 1 (106,86 cm) dan Inpari 7 (107,93 cm). Tinggi varietas Inpari 13 (118,40 cm) tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 10 (121,46 cm) dan pertanaman tertinggi ditujukan oleh varietas Inpari 4 (129,20 cm).

Tabel 3. Hasil pengamatan pertumbuhan VUB di Selolemboh, Krejengan Probolinggo MH 2011-2012. No Varietas Umur berbunga 50 persen Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Panjang malai (cm) 1 Inpari 1 64,00 b 106,86 c 35,20 a 27,20 a 2 Inpari 4 71,00 a 129,20 a 26,26 b 26,26 a 3 Inpari 7 Lanrang 67,33 ab 107,93 c 23,93 b 28,46 a 4 Inpari 10 Laeya 68,33 ab 121,46 b 28,06 b 28,73 a 5 Inpari 13 (OM 2) 64,33 b 118,40 b 26,46 b 26,93 a 6 Ciherang - - - - CV 3,269 2,159 10,866 8,543

(5)

Varietas Ciherang pertanaman roboh dipanen dahulu, data komponen hasil tidak tecatat hanya hasil produksi.

c. Jumlah anakan

Jumlah anakan terendah ditunjukan oleh varietas Inpari 7 (23,93) tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 4 (26,26), Inpari 13 (118,40) dan Inpari 10 (121,46). Jumlah anakan tertinggi ditunjukan varietas Inpari 1 (35,20) berbeda nyata dengan semua varietas yang dikaji dalam desiminasi VUB di Krejengan Probolinggo.

d. Panjang malai

Dari 5 VUB yang dikaji panjang malai tidak berbeda nyata antar varietas dalam uji Duncan 5 persen. Panjang malai dari yang terpendek ditunjukan varietas Inpari 4 (26,26 cm), Inpari 13 (26,93 cm), Inpari 1 (27,20 cm), Inpari 7 (28,46 cm) dan malai terpanjang varietas Inpari 10 (28,73 cm).

e. Prosentase gabah hampa

Prosentase gabah hampa antar varietas berbeda nyata pada uji Duncan 5 persen. Proentase gabah hampa terendah ditunjukan oleh varietas Inpari Inpari 4 (7,54 persen) berbeda nyata dengan varietas Inpari 7 (8,25 persen) dan Inpari 13 (16,99 persen). Prosentase gabah hampa varietas Inpari 10 (20,82 persen) berbeda nyata dengan Inpari 1 (22,19 persen) dengan porsentase gabah hampa tertinggi (Tabel 4).

f. Bobot gabah 1000 butir kadar air (ka) 14 persen

Bobot 1000 butir terendah ditunjukan oleh variatas Inpari 1 (25,16 gr) tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 13 (25,19 gr). Bobot 1000 butir varietas Inpari 7 (29,73 gr) tidak berbeda nyata dengan Inpari 4 (30,26 gr). Bobot tertinggi ditunjukan oleh varietas Inpari 10 (31,01 gr) berbeda nyata dengan semua VUB yang dikaji.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Komponen Hasil VUB Di Selolemboh, Krejengan Probolinggo MH 2011-2012 No Varietas Prosentase gabah hampa Bobot 1000 butir (ka 14 persen) gram Hasil t/ha (ka 14 persen) Tingkat serangan Hama dan penyakit

1 Inpari 1 22,19 a 25,16 c 6,27 cd - 2 Inpari 4 7,54 e 30,26 b 9,09 a - 3 Inpari 7 Lanrang 8,25 d 29,73 b 8,07 b - 4 Inpari 10 Laeya 20,82 b 31,01 a 8,45 ab - 5 Inpari 13 (OM 2) 16,99 c 25,19 c 7,02 c - 6

Ciherang - - 5,90 d Pertanaman roboh, terserang

leaf blast (rentan blas)

CV 0 1,310 6,885

Keterangan:

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 DMRT

g. Hasil produksi gabah kering giling (GKG) kadar air 14 persen

Produksi gabah kering giling per hektar terendah ditunjukan oleh varietas Inpari 1 (6,27 t/ha) tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 13 (7,02 t/ha). Produksi varietas

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(6)

Inpari 7 (8,07 t/ha) tidak berbeda nyata dengan produksi varietas Inpari 10 (8,45 t/ha). Produksi tertinggi ditunjukan oleh varietas Inpari 4 (9,09 t/ha) tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 10 (8,45 t/ha).

Sugiono dan Kasmiyati (2011), produksi VUB pada MK-1 di Probolinggo, produksi terendah varietas Inpari 6 (4,167 t/ha), Inpari 1 (4,937 t/ha), Inpari 5 (5,200 t/ha). Produksi tertinggi varietas pembanding Ciherang (7,546 t/ha), produksi VUB yang dikaji tertinggi varietas Inpari 4 (6,770 t/ha), Inpari 10 (6,250 t/ha) tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 7 dan Inpari 13 (5,652 dan 5,730 t/ha).

Produksi pengkajian VUB MH di 17 desa Kecamatan Krejengan Probolinggo ditunjukan vartietas Inpari 1 (6.63 t/ha), Inpari 7 (6.97 t/ha). Inpari 10 (7.03 t/ha) produksi tertinggi Inpari 4 (7.67 t/ha) setara dengan varietas pembanding Ciherang (7.56 t/ha), varietas Inpari 8 produksi dibawah varietas pembanding (7.38 t/ha), (Sugiono dan Kasmiyati 2011).

h. Hama penyakit

Pada VUB yang dikaji tidak muncul gejala serangan hama dan penyakit yang signifikan, pada varietas pembanding Ciherang rentan terserang penyakit blas dan pertanaman roboh. Semula penyakit blas dikenal sebagai salah satu kendala utama pada padi gogo. Akan tetapi, sejaka akhir tahun 1980-an, penyakit ini sudah terdapat pada padi sawah irigasi (Badan Litbang Pertanaian 2009).

KESIMPULAN

Hasil Desiminasi VUB padi sawah di lahan sawah intensip di kelompok tani “Kramat Jaya” Selolembuh, Desa Sentong. Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo pada musim hujan 2011-2012.

1. Hasil panen ton per hektar gabah kering giling (GKG), varietas Inpari 1 (6,27 t/ha) tidak berbeda nya dengan varietas Inpari 13 (7,02 t/ha). Produksi varietas Inpari 7 (8,07 t/ha) tidak berbeda nyata dengan produksi varietas Inpari 10 (8,45 t/ha). Produksi tertinggi ditunjukan oleh varietas Inpari 4 (9,09 t/ha) tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 10 (8,45 t/ha), varietas pembanding Ciherang produksi (5,9 t/ha).

2. Varietas yang disenangi petani dan sudah banyak ditanam adalah varietas Inpari 4, karena hasil produksi tinggi dan pertanaman di lapang tidak berbeda dengan varietas Ciherang. Varietas Inpari 13 banyak diusahakan petani karena pada musim hujan 2010-2011 adanya ledakan hama wereng coklat, karena Inpari 13 agak tahan terhadap hama wereng coklat tetapi hasil produksi per hektar masih dibawah Inpari 4, Inpari 10 dan Inpari 7. Diaharapkan varietas Inpari 7 dan Inpari 10 bisa diadopsi petani sebagai pergiliran varietas.

DAFTAR PUSTAKA

Addurahcman, A. 2006. Strategi Mempertahankan Multifungsi Pertanian di Indonesia.

(7)

2006. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Sumberdaya lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Amir. M, dan A. Nasution. 2005. Staus dan Pengendalian blas di Indonesia. In: M. Syam, et al. (Eds.) Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. p. 583-92.

Asaad. M dan Warda 2010. Keragaan Beberapa Galur harapan Padi Sawah di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional. Dalam: Supriatno. B, Aan Andang Darajat, Satoto, Baehaki dan Sudir. Balai Besar Penelitian Padi. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian. 2011. p, 77-85.

Badan Litbang Pertanaian. 2009. Bank Pengetahuan Padi Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. p 11.

BPS, 2008. Kabupaten Probolinggo Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Probolinggo. Suprihatno, B., Darajat,A. A. Satoto. Suprihatno. Setyono, A. Indrasari, S. D. Samaulah,

M.Y.dan Sembiring. H,. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Padi. Badan Litbang Pertanian. Deptan.

Las, I dan Sarmaini. 2010.Variabilitas iklim dan Perubahan Iklim dalam Sistim Produksi Pertanian Nasional: Damapak dan Tantangan. Prosiding Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional. Dalam: Supriatno. B, Aan Andang Darajat, Satoto, Baehaki dan Sudir. Balai Besar Penelitian Padi. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian. 2011. p, 11-22.

Programa Penyuluhan Pertanian, BPP Kecamatan Krejengan. 2011. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Krejengan Probolinggo.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1993. Deskripsi Varietas Unggul Tanamn Padi 1943-1992. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2000. Deskripsi Varietas Unggul

Tanaman Padi dan Palawija. 1999-2000. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Sembiring. H. 2010. Prosiding Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional 2010. Dalam Supriatno. B, Aan Andang Darajat, Satoto, Baehaki dan Sudir. Balai Baesar Penelitian Padi. Balaiu Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian. 2011. p, 1-9.

Sugiono dan Kasmiyati. 2011. Potensi Produksi VUB Padi Sawah MH di Probolinggo. Seminar Nasional Geen Teknologi 2. UIN Malang, 2011. P, G134-137

Sugiono dan Kasmiyati. 2012. Keragaan Produksi VUB Padi Inbrida MK-1 Dengan Penerapan PTT Di Kabupaten Probolinggo. Seminar Nasional Revitalisasi Pertanian Berkelanjutan Menuju Ketahanan dan Kedaulatan Pangan. Universitas Muhamadiyah Jember. (belum terbit).

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Referensi

Dokumen terkait

Pada jaringan perpipaan pengukuran pengukuran debit biasa dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran ditinjau dari elevasi yang ada, jika jenis aliran karena slope atau

Setelah melewati beberapa tahap dan melakukan implementasi, pengujian, dan melakukan analisis terhadap penelitian user experience model aplikasi pengenalan

Capaian sasaran strategis tahun 2013 ditunjukkan oleh capaian IKU dominan, “jumlah Sistem Informasi yang dimanfaatkan secara efektif” yang diukur dengan jumlah

Dapat disimpulkan bahwa indikator variabel desain kemasan verbal yang terdiri dari informasi produk, produsen, tempat produksi, dan merek mempengaruhi keputusan konsumen

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Melalui tangan guru akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, keahlian,

Namun demikian, bila dilihat dari segi lain, khususnya fungsi a (melaksanakan pengumpulan, pengolahan, pengembanga, serta mendayagunakan bahan pustaka yang diterbitkan di

Produk Unggulan Daerah (PUD) merupakan suatu barang atau jasa yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu daerah, yang mempunyai nilai ekonomis dan daya saing tinggi serta menyerap

sosial dan politik di Amerika, melihat munculnya generasi para sarjana dari corak yang membuat kontribusi besar untuk profesi. Banyak pemikir seperti Carl Rogers, Albert Ellis,