• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PERCEPATAN PENYEBARAN VUB MELALUI UPBS DI PROVINSI BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PERCEPATAN PENYEBARAN VUB MELALUI UPBS DI PROVINSI BENGKULU"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENYEDIAAN DAN PERCEPATAN

PENYEBARAN VUB MELALUI UPBS DI

PROVINSI BENGKULU

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

2013

(2)

1

PETUNJUK PELAKSANAAN

NOMOR : 26/1801.25/011/JUKLAK/2013

1. JUDUL RODHP : Penyediaan dan Percepatan

Penyebaran VUB Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu

2. JENIS KEGIATAN : Perbenihan/UPBS di Provinsi Bengkulu

3. LOKASI KEGIATAN : Provinsi Bengkulu

4. TUJUAN

Tujuan kegiatan Produksi Benih/UPBS pada tahun 2013 adalah:

1. Memprediksi kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi,

jagung dan kedelai (mapping) di Provinsi Bengkulu.

2.

Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan, preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu.

3.

Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian.

4. Mengevaluasi peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.

5. TAHAPAN PELAKSANAAN

Target produksi benih yang dilakukan oleh UPBS BPTP Bengkulu untuk komoditas padi adalah 10 ton untuk benih berlabel putih dan 15 ton untuk benih berlabel ungu. Untuk komoditas jagung target produksinya 5 ton benih yang berlabel putih dan ungu dan komoditas kedelai ditargetkan sebanyak 1 ton benih yang berlabel putih dan ungu. VUB yang terseleksi akan ditangkarkan sebagai benih sumbernya, diantaranya Inpara 1, 2, Banyuasin, Indragiri, Inpari 6, 10, 13, 20, dan Inpago 8, selain itu ditangkarkan juga benih sumber untuk jagung dengan varietas Sukmaraga dan kedelai varietas Argomulyo, Anjasmoro, Burangrang dan Tanggamus untuk mengantisipasi permintaannya yang diperkirakan cukup tinggi di Bengkulu pada tahun 2013.

(3)

2

Untuk mencapai output tersebut diperlukan tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Koordinasi internal dan antar institusi

Koordinasi internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan ataupun seminar di BPTP Bengkulu. Pertemuan direncanakan dilaksanakan setiap bulan. Dalam pertemuan ini akan dievaluasi kemajuan kegiatan, hambatan dan kendala, tingkat serapan dana, pencapaian dan rencana tindak lanjut kegiatan UPBS.

Kegiatan UPBS dalam logistik benih di daerah bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber di daerah. Dengan demikian UPBS perlu berkoordinasi dengan Dinas maupun kelembagaan perbenihan setempat antara lain BPSB, BBI, BBU, Instalasi Kebun Benih, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perbenihan, penangkar dan produsen benih. Kegiatan koordinasi dilakukan pada tahap persiapan untuk perencanaan produksi benih sumber sampai dengan tahap distribusi. Hal ini untuk menjamin bahwa benih yang akan dihasilkan diketahui oleh lembaga perbenihan setempat dan sesuai dengan kebutuhan maupun menampung aspirasi dari stakeholders. Oleh karena itu, informasi produksi benih yang dihasilkan harus disebar luaskan, agar stakeholders dan masyarakat mendapatkan informasi ketersediaan benih di UPBS.

Koordinasi antar institusi baik di tingkat regional (stakeholders di provinsi dan Kabupaten) maupun nasional. Koordinasi di tingkat regional, khususnya ditingkat kabupaten direncanakan dalam bentuk kunjungan dan pemaparan kegiatan kegiatan kepada stakeholders (Dinas Pertanian Kabupaten, Badan Pelaksana Penyuluhan maupun BPSB Koordinator Wilayah Kabupaten). Koordinasi di tingkat provinsi dilakukan ke Dinas Pertanian Provinsi, Bakorluh dan BPSB Provinsi). Koordinasi di tingkat nasional dilakukan pada Balai Besar/Balit lingkup Badan Litbang Pertanian yang merupakan sumber inovasi teknologi dan informasi (BB Pengkajian, BB Padi, Balitkabi dan Balitserealia).

Koordinasi dengan instituasi ditingkat Provinsi dan Kabupaten, khususnya dengan pihak BPSB Provinsi maupun BPSB koordinator wilayah dilakukan selain untuk mendapatkan informasi maupun data mengenai kondisi BBI dan BBU (alamat, kapasitas produksi dan sarana) yang ada di Provinsi Bengkulu, juga dilakukan untuk terlaksananya kegiatan sertifikasi benih padi, jagung maupun kedelai.

(4)

3

2. Menghimpun data kebutuhan benih, varietas dan sebaran varietas (mapping). UPBS bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber di daerah. Data yang berkaitan dengan kebutuhan benih, varietas, dan sebarannya sangat diperlukan agar benih yang diproduksi dapat dimanfaatkan secara optimal. Data ini perlu dikumpulkan baik secara desk studi maupun kunjungan ke lapangan. Di samping itu juga perlu dipetakan kebutuhan benih dan varietas spesifik lokasi untuk mempermudah dalam perencanaan maupun dalam penyusunan kebijakan (policy). Data-data pendukung ini dapat diperoleh dari berbagai sumber diantaranya BPS, Dinas Pertanian, BPSB, Badan Penyuluhan, BPP, PT Pertani, PT. SHS, penangkar dll. Data ini ditabulasikan, dianalisis dan dipetakan secara informatif.

3. Produksi benih sumber

Penentuan Lokasi dan Petani Kooperator

Penentuan lokasi dan petani penangkar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan. Petani yang dipilih adalah petani yang kooperatif dan bersedia untuk mengikuti semua petunjuk teknis yang telah ditentukan.

UPBS perannya tidak hanya memproduksi benih tetapi sekaligus sebagai media diseminasi. Pemilihan lokasi untuk perbanyakan benih harus memperhatikan prinsip agronomik dan prinsip genetik. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi diantaranya adalah: kemudahan akses ke lokasi produksi (kondisi jalan) dan kondisi fisik lahan. Lahan untuk produksi benih sebaiknya adalah lahan bera atau bekas pertanaman varietas yang sama atau varietas lain yang karakteristik pertumbuhannya berbeda nyata, kondisi lahan subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik dan bebas dari sisa-sisa tanaman/varietas lain. Isolasi jarak minimal antara 2 varietas yang berbeda adalah 3 meter. Apabila tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembungaan yang berbeda bagi pertanaman produksi benih dari varietas yang umurnya relatif sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar 4 minggu.

BPTP Bengkulu tidak mempunyai kebun percobaan (KP), maka untuk produksi benih sumber dilakukan kerjasama dengan petani penangkar. Ada dua cara kerjasama dengan petani kooperator yaitu dengan cara bagi hasil dan sewa lahan.

Produksi benih melalui mekanisme kerjasama bagi hasil dengan petani/penangkar dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

(5)

4

(1) Melakukan identifikasi calon petani/penangkar dan identifikasi lahan calon lokasi produksi yang bersedia diajak bekerjasama (bermitra), pada tahapan ini ada beberapa hal yang perlu dicermati, diantaranya sebaiknya calon petani/penangkar bersifat inovatif, kreatif, bersedia menerima dan menerapkan informasi teknologi

(2) Menyusun perjanjian atau kontrak, yang mengatur lingkup kegiatan, lokasi, kontribusi masing-masing pihak dan sistem bagi hasil. Perjanjian mencantumkan lingkup kegiatan, waktu, lokasi, dan teknis kegiatan.

Sistem sewa lahan untuk produksi benih dapat dilakukan dengan petani/penangkar. Dalam operasionalnya tidak berbeda jauh dengan sistem kerjasama bagi hasil. Sistem sewa lahan harus didasarkan kepada suatu perjanjian diantara kedua belah pihak yang jelas tertuang di dalam surat perjanjian. Dengan demikian pemilihan lahan produksi yang akan disewa menjadi hal yang penting. Dalam perjanjian atau kontrak hendaknya mencantumkan beberapa hal, diantaranya:

(1). Waktu sewa, luas lahan yang disewa, dan lingkup kegiatan yang akan dilakukan.

(2). Nilai uang sewa, jangka waktu pembayaran sewa. Adapun besarnya nilai sewa akan tergantung pada kondisi masing-masing daerah (spesifik wilayah/lokasi). Untuk perjanjian sewa harus mencantumkan surat keterangan bukan sengketa dari lurah setempat.

Budidaya , panen , prosesing dansertifikasi benih a. Padi

1). Persemaian

 Tanah diolah, dicangkul atau dibajak dan dibiarkan dalam kondisi macak-macak selama minimal 2 hari, kemudian dibiarkan mengering sampai 7 hari agar gabah yang ada dalam tanah tumbuh. Setelah itu, tanah diolah kembali sekaligus membersihkan lahan dari tanaman padi yang tumbuh.

 Bedengan dibuat dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm dan panjang disesuaikan dengan ukuran petakan sawah dan kebutuhan.

 Luas lahan untuk persemaian adalah 2-4% dari luas areal pertanaman atau sekitar 200-400 m2 per hektar pertanaman. Tabur benih secara merata

(6)

5

 Pupuk persemaian dengan urea, TSP dan KCl masing-masing sebanyak 15 g/m2. Benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam.,

lalu disebarkan di persemaian.

 Kebutuhan benih untuk 1 ha areal pertanaman adalah 20-25 kg.

 Tabur benih yang telah mulai berkecambah dengan kerapatan 25-50 g/m2 atau 0,5-1 kg benih per 20 m2 lahan.

2). Penyiapan lahan

 Tanah diolah secara sempurna yaitu dibajak yang pertama, lalu digenangi selama 2 hari, dan kemudian dikeringkan selama 7 hari. Setelah itu dibajak yang kedua, lalu digenangi selama 2 hari dan kemudian dikeringkan lagi selama 7 hari. Terakhir tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.

 Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakan disemprot dengan herbisida pratumbuh dan dibiarkan selama 7-10 hari atau sesuai dengan anjuran.

3). Penanaman

 Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari dengan 1-3 bibit per lubang. Bibit yang ditanam sebaiknya memiliki umur fisiologi yang sama (dicirikan oleh jumlah daun yang sama, misal 2 atau 3 daun/batang).

 Tanam tegel (20 x 20 cm atau 25 x 25 cm) atau jajar legowo 2:1 / 4:1 (tergantung kondisi lahan dan varietas yang ditanam).

 Bibit ditanam pada kedalaman 1-2 cm

 Sisa bibit yang telah dicabut diletakkan di bagian pinggir dari petakan, untuk digunakan dalam penyulaman.

 Penyulaman dilakukan pada 7 hari setelah tanam dengan bibit dari varietas dan umur yang sama. Setelah ditanam, air irigasi dibiarkan macak-macak (1-3 cm) selama 7-10 hari.

4). Pemupukan

 Pemupukan dilakukan untuk menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman.

(7)

6

 Dosis pemupukan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Untuk pupuk Urea, SP36 dan KCI, dosisnya disesuaikan dengan ketersediaan unsur P, N dan K dalam tanah.

5). Pengairan

 Selesai tanam, ketinggian air sekitar 3 cm selama tiga hari.

 Setelah periode tersebut, air pada petak pertanaman dibiarkan pada kondisi macak-macak dan dipertahankan selama 10 hari.

 Pengairan selanjutnya dilakukan secara intermiten (selang-seling).

Seminggu menjelang panen, lahan mulai dikeringkan agar proses pematangan biji relatif lebih cepat dan lahan produksi benih tidak becek sehingga memudahkan saat panen (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2013b).

6). Penyiangan dan pengendalian OPT

 Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh gulma. Penyiangan dilakukan dua atau tiga kali tergantung pada keadaan gulma secara khemis, landak atau gasrok. Penyiangan dilakukan menjelang pemupukan susulan pertama dan kedua. Tujuannya agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi secara optimal.

 Hama dan penyakit merupakan faktor pembatas yang dapat menyebabkan penurunan hasil. Oleh karena itu, pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu berdasar pada prinsip-prinsip PHT yaitu 1) Budidaya tanaman sehat, 2) pelestarian dan pembudidayaan musuh alami, 3) Pengamatan lahan/monitoring secara teratur. Penggunaan pestisida harus dilakukan dengan bijaksana.

7). Roughing

Roughing adalah membuang tanaman tipe simpang (off type), campuran varietas lain (CVL) yang memiliki ciri-ciri menyimpang dari varietas yang diperbanak. Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi. oleh karena itu roughing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai mulai fase vegetatif sampai akhir pertanaman. Roughing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri

(8)

7

morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya. Tujuan dari pelaksanaan roughing adalah agar diproduksi benih yang memiliki kemurnian genetik yang tinggi sesuai dengan deskripsinya.

Roughing pada fase vegetatif awal ( 35 – 45 HST)

 Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.

 Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).

Roughing pada fase vegetatif akhir/anakan maksimum ( 50 – 60 HST)

Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.

 Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang warna kaki atau helai daun dan pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).

Roughing pada fase generatif awal /berbunga ( 85 – 90 HST)

 Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda.

(9)

8

Roughing pada generatif akhir /masak ( 100 – 115 HST)

 Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang.

Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda.

 Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah warna gabah dan ujung gabah (rambut /tidak berambut) berbeda.

8). Panen

Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik perhatian petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Panen pada waktu yang tepat akan mendapatken benih dengan mutu fisik dan mutu fisologis yang baik.

Persiapan panen

 Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB.

 Semua malai dari kegiatan roughing harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa roughing.

 Persiapkan peralatan yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal, alat perontok (threser), karung dan tempat/alat pengering) serta alat-alat yang akan digunakan untuk panen dibersihkan

(10)

9

Waktu panen

Panen dilakukan pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning.

Proses panen

 Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih.

 Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok dengan threser atau potong bawah lalu digebot.

 Ukur kadar air panen dengan menggunakan moisture tester.

 Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label (yang berisi: nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih.) lalu diangkut ke ruang pengolahan benih.

 Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih dan kadar air benih saat panen.

9). Pengeringan

Pengeringan adalah penurunan kadar air benih sampai dengan kadar air yang aman untuk diproses lebih lanjut. Penjemuran dapat dilakukan dengan menggunakan lantai jemur atau menggunakan alat pengering (dryer). Tujuan dari pengeringan adalah menurunkan kadar air benih, yaitu untuk menekan laju metabolisme benih sehingga benih dapat disimpan dan dapat diolah, memiliki mutu fisik dan fisiolosis yang baik.

Penjemuran menggunakan lantai jemur

 Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar benih dari varietas yang berbeda.

 Gunakan alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan.

 Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati.

 Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih tersebut.

(11)

10

 Bila pengeringan menggunakan sinar matahari, penjemuran dilakukan selama 4 – 5 jam. Penjemuran sebaiknya dihentikan apabila suhu hamparan benih lebih dari 43oC.

 Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).

Penjemuran dengan alat pengering

 Bersihkan mesin pengering, pastikan tidak ada benih yang tertinggal dan pastikan mesin berfungsi dengan baik.

 Suhu udara yang mengenai benih sebaiknya disesuaikan dengan kadar air awal benih (kadar air benih pada saat mulai pengeringan).

 Benih dengan kadar air panen yang tinggi, jangan langsung dipanaskan tetapi di angin-anginkan dahulu (digunakan hembusan angin/blower).

 Bila kadar air benih sudah aman untuk digunakan pemanasan, atur suhu pengeringan benih sehingga tidak melebihi 43oC.

 Lakukan pengecekan suhu hamparan benih dan kadar air benih setiap 2-3 jam dan catat.

 Pengeringan dihentikan bila kadar air mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).

10). Pengolahan benih

Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Pembersihan dalam skala kecil dapat menggunakan tampi atau nyiru sedangkan untuk skala besar dapat menggunakan air screen cleaner. Grading (pemilahan benih) adalah proses pemilahan benih berdasarkan bentuk, ukuran dan bobot benih. Grading dapat dilakukan dengan alat-alat dalam pemilahan benih. Tujuan pembersihan adalah untuk memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, dan daun padi yang terbawa) juga untuk membuang benih hampa. Tujuan dari grading adalah untuk mendapatkan benih yang lebih seragam dalam ukuran benih (panjang, lebar, ketebalan), bentuk atau berat jenis benihnya.

(12)

11

Prosedur

 Sebelum proses pengolahan dimulai, cek peralatan dan bersihkan alat-alat pengolahan yang akan digunakan. Pastikan bahwa perlatan berfungsi dengan baik dan benar-benar bersih baik dari kotoran maupun sisa-sisa benih lain.

 Untuk menghindari terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari satu varietas diolah terlebih dahulu sampai selesai. Kemudian pengolahan dilanjutkan untuk varietas lainnya.

 Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung baru serta diberi label yang jelas di dalam dan di luar karung.

 Jika alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah benih dari beberapa varietas yang berbeda, mesin/alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain.

 Buat laporan hasil pengolahan yang berisi tentang varietas, kelas benih, berat benih bersih dan susut selama pengolahan.

b. Jagung

1. Penyiapan Benih

 Persyaratan benih bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya.

 Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, murni, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang terjamin adalah benih bersertifikat.

2. Perlakuan Benih

 Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan fungisida, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik.

3. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan tanaman jagung bertujuan untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil produksi jagung.

Tujuan pengolahan lahan adalah untuk:

 Menyediakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung.

(13)

12

 Memperbaiki sifat fisik tanah.

 Mencegah pertumbuhan gulma dan tanaman pengganggu.

Lahan untuk bertanam jagung dapat diolah dengan menggunakan cangkul, bajak ataupun dengan traktor.

Pengolahan lahan untuk bertanam jagung terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

 Memecah

Yang dimaksud memecah pada pengolahan tanah untuk bertanam jagung adalah mengubah kondisi tanah yang tadinya keras dan padat menjadi tanah yang gembur dan lunak, agar dapt diproses selanjutnya. Alat untuk memecah kondisi tanah ini adalah traktor.

 Membalik

Membalik tanah pada pengolahan tanaman jagung adalah penggantian atau pemindahan posisi dari bagian tanah sebelas atas menjadi sebelah bawah atau sebaliknya.

Hal ini dilakukan karena tiap komposisi tanah yang memiliki sifat yang berbeda-beda, baik kandungan unsur maupun tingkat kesuburan tanahnya. Alat yang dipergunakan untuk membalik tanah adalah cangkul.

 Meratakan tanah

Proses yang selanjutnya setelah tanah dipecah dan dibalik adalah dengan diratakan, agar proses perawatan yang lain dapat berlangsung dengan mudah. Alat yang digunakan untuk meratakan adalah garu, dengan tenaga sapi atau kerbau atau tenaga manusia.

Keadaan tanah yang diolah sebaiknya dalam keadaan tidak basah sebab akan lengket dan sukar digemburkan. Selain itu juga tidak terlalu kering, sebab akan terasa keras, sehingga perlu tenaga yang besar. Jadi sebaiknya dalam keadaan lembab agar mudah pengolahannya.

Cara pengolahan tanah untuk bertanam jagung, yaitu:

 Setelah tanah diolah, maka tanah dibuat bedengan dengan ukuran yang sesuai dengan luas lahan.

 Selain itu di antara bedengan dibuat parit untuk pengaturan pengairan, yang dalamnya 20 cm dan lebarnya 40 cm.

 Segera dilakukan pembuatan lubang tanam dengan menggunakan tugal/batang kayu

(14)

13

Pembuatan jarak antara lubang tanam bergantung pada kesuburan tanah dan daya tumbuh benih.

2. Penanaman

Penanaman jagung dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan, sehingga pada masa pertumbuhan tanaman jagung masih tersedia air dari curah hujan.

Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 3-5 cm mengisi lubang tanam dengan satu benih jagung disertai dengan furadan 1 g tiap lubang, jarak tanam 75 x 40 cm dengan jumlah populasi 55.000 - 66.0000 tanaman/ha.

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan dimaksudkan untuk menghindari persaingan tanaman dengan gulma. Upaya ini dilakukan dengan penyemprotan herbisida pascatumbuh dan pembumbunan pada saat setelah selesai pemupukan II. Pemeliharaan selanjutnya dilakukan dengan menjaga tanaman dari gangguan hama dan penyakit tanaman, dengan memonitor secara kontinu kondisi OPT di lapangan. Monitoring khusus difokuskan pada penyakit bulai. Pada pemeliharaan tanaman jagung juga dilakukan kegiatan :

1) Penjarangan dan Penyulaman

Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman dan hanya dikehendaki 2 atau 1, tanaman yang tumbuh paling jelek, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain. Benih yang tidak tumbuh/mati perlu disulam, kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Penyulaman menggunakan benih dari jenis yang sama.

2) Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman muda menggunakan tangan, cangkul kecil, garpu. Penyiangan harus hati-hati agar tidak mengganggu perakaran yang belum kuat mencengkeram tanah.

3) Pembumbunan

Pembumbunan bersamaan dengan penyiangan dan pemupukan pada umur 6 minggu. Tanah di kanan dan kiri barisan jagung diurug

(15)

14

dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman, membentuk guludan memanjang. Pembubunan juga dilakukan bersamaan penyiangan kedua.

4) Pemupukan

Pemupukan perlu memperhatikan jenis, dosis, waktu dan cara pemberian pupuk. Pupuk yang digunakan adalah pupuk ponska 300 kg dan pupuk urea 200 kg. Pemupukan disajikan pada table berikut :

No Jenis Pupuk Dosis (kg) Waktu Pemberian

Dasar 21 HST 35 HST 1 Ponska 300 150 150

2 Urea 200 75 75 50 Total 500 225 225 50

Pemupukan pada tanaman jagung dilakukan 3 kali, yaitu pada saat tanaman jagung berumur 7 HST setelah tanam untuk pemupukan pertama, saat tanaman berumur 21 HST pemupukan kedua, umur 35 HST.

4. Pengandalian OPT

Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung dilakukan agar tanaman jagung tidak mengalami gangguan kesehatan, yang akhirnya mengganggu hasil produksinya.

5. Roughing

Roughing dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang menyimpang dari kondisi genotipe yang semestinya. Panduan yang digunakan dalam roughing tanaman adalah warna batang, warna daun, tinggi tongkol, tinggi batang, umur berbunga, warna rambut, warna malai yang menyimpang dan tanaman yang terinfeksi penyakit segera dibuang. 6. Pemanenan

Sebelum panen, tanaman yang sudah tua dipangkas pucuknya, tepat di atas tongkol, dan selanjutnya dibiarkan di lapangan sekitar 10 hari. Hal ini dilakukan agar kadar air tongkol panen dapat turun di bawah 30% sehingga tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk menurunkan kadar air tongkol layak giling yang dianjurkan berkisar antara 16-17%.

(16)

15

a. Pengupasan

Jagung dikupas pada saat masih menempel di batang atau setelah di petik. Pengupasan dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan.

b. Pengeringan

Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar air 9–11%. Penjemuran memakan waktu ± 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung.

Pengeringan buatan pada musim hujan dilakukan dengan mesin pengering, Suhu pengeringan 38-430 C, sehingga kadar air turun

menjadi 12-13%. Penundaan waktu pengeringan selama 2 hari dapat meningkatkan kontaminasi Aspergilus flavus yang dapat meningkatkan

alfa toxin yang dapat meracuni manusia dan hewan. Dari 14 pbb menjadi 94 pbb (ambang batas Aspergilus flavus menurut FAO 30 (pbb).

c. Pemipilan

Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil menggunakan tangan atau alat pemipil bila jumlah produksi cukup besar. Untuk memudahkan pekerjaan pemipilan dilakukan pada tongkol kering dan kadar air bji 18%-20%.

c. Kedelai

1. Penyiapan Lahan

a. Penyiapan lahan sawah tanah tidak perlu diolah, cukup dibersihkan dan dibuat saluran drainase atau selokan dengan jarak 3 meter khususnya untuk menghindari genangan air.

b. Pada lahan tegal tanah diolah hingga gembur (olah tanah sempurna) dan bersih dari gulma.

2. Penanaman

(17)

16

b. Perlakuan benih dengan seed treatment antara lain dengan 10 gram Marshal/kg benih,

c. Untuk mencegah hama lalat kacang, benih ditugal pada kedalaman 2 – 3 cm,

d. Jarak tanam 40x10 cm atau 20x20 cm, e. Jumlah benih 2-3 biji/lubang.

f. Jumlah lubang 250.000/ha, populasi optimal 450.000 tanaman/ha.

g. Inokulasi dengan PMMG Rhizoplus dosis 150 gr/ha atau dengan Bio P 2000 z.

3. Pemeliharaan a. Penyulaman

Dilakukan sampai umur 4 (empat) hari setalah tanam. b. Penyiangan

Penyiangan harus dilakukan seawal mungkin, agar gulma tidak menyaingi pertumbuhan kedelai. Pertama + 3 minggu setelah tanam, dan kedua + 6 minggu setelah tanam, pada daerah yang sukar tenaga kerja dapat digunakan herbisida pasca tumbuh.

4. Rouging

Rouging bertujuan untuk menjaga kemurnian benih. Rouging dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu :

- Pada saat tanaman berumur 2 minggu - Pada saat tanaman awal berbunga - Pada saat tanaman menjelang panen 5. Pemupukan

Pemupukan diberikan pada saat tanam atau pada saat umur 10 (sepuluh) hari sesudah tanam dengan dosis sesuai dengan anjuran pupuk urea 50 kg, pupuk TSP 100-150 kg, pupuk KCL 50 kg atau urea 50 kg, SP-36 100 kg dan KCL 75 kg.

6. Pengendalian OPT

Pengendalian OPT pada tanaman kedelai dilaksanakan dengan menggunakan cara pengendalian hama terpadu. Hama yang sering menyerang tanaman kedelai antara lain : lalat buah/lalat kacang, penghisap daun, penghisap polong, dan penggerek biji. Dan penyakit yang sering menyerang

(18)

17

tanaman kedelai antara lain : penyakit virus, penyakit sapu setan dan penyakit karat daun.

a. Aplikasi insektisida yang efektif disesuaikan dengan keperluan, yaitu menurut intensitas serangan atau populasi hama berdasarkan hasil pengamatan atau apabila telah mencapai ambang ekonomi, baru dilakukan penyemprotan dengan insektisida.

b. Nilai ambang ekonomi beberapa hama adalah, lalat kacang: 2% serangan atau terdapat 1 lalat dewasa per 5 meter baris tanaman, perusak daun: 12,5% kerusakan oleh berbagai ulat atau ditemukan 2-5 ekor ulat muda per tanaman, khususnya pada periode menjelang berbunga sampai pengisian polong, Perusak polong: 2% serangan, dengan cara mengamati kerusakan polong tanaman (10-20 rumpun).

c. Apabila tenaga pengamat hama belum memadai, pengamatan hama dapat dilakukan pada periode kritis, yaitu 7, 20, 45 da 60 hari.

d. Pengendalian penyakit dilakukan bila tanaman pada umur sekitar 30 hari terdapat gejala karat daun dan perlu disemprotkan dengan fungisida. Penyakit karat yang mulai menyerang pada umur 70 hari atau lebih tidak perlu dikendalikan, karena tidak berpengaruh pada hasil.

7. Pemanenan

a. Saat panen harus tepat (cukup tua) umur kedelai berkisar antara 72-90 hari tergantung varietasnya.

b. Secara visual saat panen ditandai dengan daun berwarna kuning coklat kehitaman dan rontok, batang telah kering serta polong berwarna coklat dan pecah, pada kondisi normal kadar air berkisar 20-24%.

c. Dipanen pagi hari

d. Cara panen adalah memotong pangkal batang menggunakan sabit.

e. Tanaman diupayakan tidak tercabut agar bintil akar Rhizobium tetap dalam tanah sebagai pupuk.

f. Hasil pemotongan dikumpulkan secara teratur dan dipisahkan bila tingkat kematangannya berbeda.

g. Pengumpulan dilakukan dengan baik sehingga tidak ada yang tercecer. 8. Pasca Panen

(19)

18

Pengeringan brangkasan untuk memudahkan perontokan/pembijian dilakukan dengan sinar matahari atau pengeringan buatan jika musim hujan. Pengeringan dilakukan sampai kadar air 17%. Setelah pembijian dilakukan lagi pengeringan sampai kadar air 14%. Pada musim hujan pengeringan harus dibantu dengan peralatan dryer.

b. Pembijian

Pembijian dialkuka degan alat perontok/thresher sampai biji terpisah dari polongnya. Pada saat pembijian kadar air biji 14-17 % dengan kecepatan silinder mesin 350-400 RPM.

c. Pembersihan biji

Biji kedelai ditampi, digrider diseleksi atas ukuran biji, warna kulit, keutuhan biji, besar biji, kemudian dijemur dilantai jemur sampai kadar 8-14 %. Pengeringan harus dilakukan secepatnya untuk mempertahankan daya tumbuh. Cara menjemur calon benih di atas lantai beralas terpal atau karung plastik, dengan ketebalan tumpukan biji calon benih 3-5 cm.

d. Pengepakan/pengantongan

1. Untuk keperluan dalam jangka waktu dekat disortasi dijemur sampai kadar air 10-11%, dimasukkam kantong plastik.

2. Untuk keperluan jangka waktu 6 bulan disortasi, dijemur lagi sampai kadar air 8-9 % diuji, dimasukkan kantong plastik ukuran 0,10 mm, disimpan di tempat aman.

3. Untuk jangka waktu panjang/lebih dari 8 bulan disortasi, dijemur sampai kadar air 8-9 % duji, dimasukkan kantong plastik yang bagian dalam dilapisi 1 lapis kertas semen, kemudian disimpan ditempat yang aman.

Sertifikasi

Sertifikasi dilakukan oleh BPSB dari calon benih yang telah diproses. Tujuan sertifikasi adalah untuk menjamin bahwa benih memiliki bermutu tinggi dan berdaya hasil tinggi dengan identitas genetik yang terjamin. BPSB memberikan sertifikasi pada benih yang lulus pengujian lapangan dan laboratorium sesuai klasifikasi mutu yang dicapai.

Penyimpanan dan pengemasan

Penyimpanan benih dapat didefinisikan sebagai upaya mengkondisikan ruang simpan benih untuk mempertahankan mutu benih. Kondisi penyimpanan

(20)

19

yang baik adalah kondisi penyimpanan yang mampu mempertahankan mutu benih seperti saat sebelum simpan sepanjang mungkin selama periode simpan. Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan dan kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang layak untuk disimpan. Sedangkan kondisi ruang yang secara nyata berpengaruh terhadap daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang simpan. Tujuan dari penyimpanan adalah mempertahankan mutu benih hingga benih siap di tanam.

 Kondisi ruang penyimpanan yang baik untuk benih-benih yang bersifat ortodoks, termasuk padi; adalah pada kondisi kering dan dingin. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan penyimpanan benih adalah: (i) untuk setiap penurunan 1% kadar air atau 10oF (5,5oC) suhu ruang simpan akan

melipat-gandakan daya simpan benih. Kondisi tersebut berlaku untuk kadar air benih antara 14% sampai 5% dan pada suhu dari 50oC – 0oC dan (ii) penyimpanan

yang baik bila persentase kelembaban relatif (% RH) ditambah dengan suhu ruang simpan (oF) sama dengan 100. Untuk memenuhi kondisi demikian,

idealnya ruang simpan benih dilengkapi dengan AC (air conditioner) dan

dehumidifier (alat untuk menurunkan kelembaban ruang simpan). Gudang penyimpanan selayaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 Tidak bocor.

 Lantai harus padat (terbuat dari semen/beton)

 Mempunyai ventilasi yang cukup, agar terjadi sirkulasi udara yang lancar sehingga gudang penyimpanan tidak lembab.

 Bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih, lubang ventilasi ditutup kawat kasa).

Penempatan benih dalam ruang simpan

Setiap benih disimpan secara teratur, setiap varietas terpisah dari varietas lainnya Sedangkan cara penumpukan hendaknya diatur sedemikian rupa, agar tumpukan rapih, mudah dikontrol, tidak mudah roboh dan keluar masuk barang mudah. Apabila benih tidak disimpan dalam rak-rak benih, maka di bagian bawah tumpukan harus diberi balok kayu agar benih tidak bersentuhan langsung dengan lantai ruang simpan. Kemudian, pada setiap tumpukan benih dilengkapi dengan kartu pengawasan yang berisi informasi :

(21)

20

 Tanggal panen

 Asal petak percobaan

 Jumlah/kuantitas benih asal (pada saat awal penyimpanan)

 Jumlah kuantitas pada saat pemeriksaan stok terakhir.

Hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, % daya kecambah).

4. Diseminasi dan distribusi benih

Diseminasi dan distribusi benih dilakukan melalui beberapa kegiatan yang diantaranya adalah sosialisasi, temu usaha, temu lapang, pameran, open house. Promosi bertujuan untuk menyebarluaskan informasi tentang ketersediaan benih. Produksi Benih/UPBS BPTP Bengkulu kepada dinas/instansi lingkup pertanian tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, BUMN, penangkar dan petani padi. Sosialisasi dilakukan melalui berbagai kegiatan pertemuan (temu lapang, temu usaha, sinkronisasi/koordinasi kegiatan dengan stakeholder), penyebarluasan informasi dalam bentuk tercetak (leaflet, brosur, banner, poster) serta website. Melalui berbagai kegiatan sosialisasi diharapkan timbulnya sinergi kegiatan antar pelaku agribisnis (petani, badan usaha, dan pemerintah) dalam mempercepat penyebarluasan penggunaan VUB tanaman pangan di lahan petani.

Supaya benih yang telah dihasilkan dapat terdistribusi dengan baik kepada pengguna, maka dapat dilakukan dengan 2 (dua) mekanisme yaitu (1) promosi/ diseminasi dan (2) komersial. Proporsi benih yang dapat dikomersialkan dengan benih non-komersial (promosi/diseminasi) disesuaikan dengan keragaman kondisi dan tantangan yang dihadapi di wilayah setempat.

Distribusi dengan kegiatan promosi/diseminasi

Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

(1) Sosialisasi benih VUB kepada dinas pertanian (provinsi/kabupaten/kota), badan koordinasi penyuluhan (pada tingkat provinsi) atau badan pelaksana penyuluhan kabupaten/kota setempat.

(2) Melakukan promosi benih bersama dengan Dinas, penangkar, penjual beras dan masyarakat dalam bentuk kunjungan lapang, panen bersama.

(3) Pemberian bantuan benih kepada petani melalui dinas pertanian kabupaten/kota dan/atau badan pelaksana penyuluhan pertanian kabupaten/kota setempat untuk dimanfatkan dalam kegiatan uji adaptasi

(22)

21

varietas, demonstrasi benih unggul (dembul), demplot, display varietas unggul baru (VUB), kaji terap varietas unggul, dsb.

(4) Temu lapang hasil kegiatan uji adaptasi varietas, demonstrasi benih unggul (dembul), demplot varietas unggul, display VUB, kaji terap varietas unggul, dsb. (5) Pertemuan evaluasi hasil kegiatan uji adaptasi varietas, demonstrasi benih unggul (dembul), demplot varietas unggul, display VUB, kaji terap varietas unggul, dsb.

(6) Mengikuti atau menjadi peserta pameran dalam rangka hari krida pertanian, hari ulang tahun (HUT) kabupaten/kota, pameran pembangunan, dsb.

(7) Pemberian bantuan benih VUB kepada penangkar benih melalui ikatan penangkar dan pedagang benih (IPPB) atau gabungan penangkar dan pedagang benih (GPPB) atau asosiasi perbenihan yang ada di masing-masing kabupaten/kota. Monitoring oleh UPBS dalam hal pemanfaatan benih bantuan perlu dilakukan agar tepat sasaran.

Distribusi benih secara komersial

1). Produksi benih yang dimanfaatkan secara komersial atau dijual, maka hasil penjualan sepenuhnya harus disetorkan kepada kas negara sebagai pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Pengaturan besar target PNBP dari hasil penjualan benih UPBS BPTP akan tergantung dari nilai alokasi anggaran biaya produksi benih, kebijakan manajeman UPBS BPTP setempat serta pertimbangan situasi dan kondisi lainnya di daerah setempat. Semakin besar proporsi benih yang dapat dikomersialkan oleh UPBS BPTP mengindikasikan bahwa adanya kepercayaan masyarakat kepada benih VUB yang dihasilkan oleh UPBS BPTP tersebut.

2). Pada prinsipnya dalam penyaluran (distribusi) benih, baik yang bersifat bantuan (gratis) maupun benih yang dikomersialkan (dijual) sebagai PNBP, maka perlu dilengkapi dengan bukti tanda terima (serah-terima) benih atau berita acara serah terima benih. Pelaksanaan pengelolaan UPBS harus sesuai Pedoman Umum Unit Pengelola Benih Sumber Tanaman (UPBS) Badan Litbang Pertanian Tahun 2011 melalui SK Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor: 142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tanggal 18 Mei 2011 dan Petunjuk Pelaksanaan UPBS Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). Agar kegiatan pengelolaan UPBS dapat tertib administrasi maka dibutuhkan instrument berupa kelengkapan dokumen untuk setiap phase kegiatan.

(23)

22

Kegiatan pengelolaan UPBS dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan. Instrumen di kelompokan dalam 8 kelompok sebagai berikut :

1. Instrumen manajemen 2. Instrumen produksi 3. Instrumen sertifikasi

4. Instrumen pengangkutan benih 5. Instrumen penyimpanan

6. Instrumen distribusi benih 7. Instrumen PNBP

8. Instrumen pelaporan UPBS di SI UPBS

1. Survey peran dan dukungan lembaga perbenihan

Survey ini ini dilakukan untuk mengetahui peran dan aktivitas dari lembaga perbenihan (BPSB, BBI, BBU, penangkar dll). Data dari kelembagaan perbenihan yang dikumpulkan diantaranya adalah kapasitas produksi, jenis benih yang diproduksi, infrastruktur/sarana dan prasarana (jalan, bangunan, alat, dan mesin).

2. Evaluasi sebaran varietas dan pelaporan

Setiap UPBS harus melakukan penyusunan laporan pelaksanaan UPBS terdiri dari laporan bulanan, semester dan laporan akhir. Isi laporan meliputi : (1) data target produksi, (2) perencanaan penanaman, (3) pelaksanaan kegiatan : lokasi, varietas benih, mekanisme produksi, dll (4) realisasi produksi, distribusi, (5) peran UPBS dalam memenuhi kebutuhan benih di daerah , (5) permasalahan dan tindak lanjut.

(24)

23

6. JADUAL KEGIATAN No Uraian Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Persiapan, penyusunan (RODHP, Juklak)

2 Penentuan lokasi, petani kooperator

3 Produksi benih di lapangan dan distribusinya

4 Prosesing benih

5 Diseminasi: Temu lapang, Sosialisasi/Open House 7 Evaluasi penyebaran benih

dan survey aktivitas lembaga perbenihan 6 Pelaporan

(bulanan/semester/akhir)

7. URAIAN TUGAS

No Nama Uraian Tugas Keterangan

1 Dr. Wahyu Wibawa, MP

19690427 199803 1 001 1. Bertanggung pelaksanaan kegiatan jawab terhadap 2. Menyusun Laporan Tengah Tahun

dan Laporan Tahunan

Bertanggung jawab kepada Ka BPTP Bengkulu

Menyusun laporan bulanan, tengah tahun dan laporan akhir kegiatan

2 Andi Ishak, A.Pi, M.Si

19731121 199903 1 003 1. Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan yang dituangkan dalam proposal kegiatan

2. Membuat Laporan

Bertanggung jawab kepada Penjab kegiatan

3 Yesmawati, SP

19760912 200912 2 001 1. Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan yang dituangkan dalam proposal kegiatan

2. Membuat Laporan

Bertanggung jawab kepada Penjab kegiatan

4 Ahyadi Jakfar

19630921 199309 1 001 1. Membantu seluruh kegiatan UPBS 2. Membantu penyelesaian keuangan dan administrasi kegiatan

Bertanggung jawab kepada Penjab kegiatan

5 Yanhar

19630119 198903 1 001 6 Hendri Suyanto

(25)

24

8. PENGESAHAN

No. Uraian Nama Tanda Tangan

1. Penjab Teknis Pelaksanaan Dr. Wahyu Wibawa, MP

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Analisis kandungan ini memberikan tumpuan kepada 4 aspek iaitu (i) amalan diagnosis yang digunakan dalam setiap kitab tib yang telah dipilih, (ii) unsur-unsur yang

David Rubenstein, David Wayne, John Bradley, Kedokteran Klinis, Lecture Notes, Sixth Edition, 2003, pg 101-103. Kasner, MD, MSCE, FAHA, Vice Chair, AHA/ASA

Perubahan sosial ekonomi masyarakat Nagari Talang Kubu Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan tahun 1995 – 2014 mengalami perubahan yang berarti, hal ini dapat dilihat

Saya tidak mudah terpengaruh dengan orang

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menggunakan persamaan product moment didapat nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,74. Signifikansi perbedaan hasil belajar

Perbuatan yang semula ditentukan untuk yang mubah, tidak ditujukan untuk kerusakan, namun biasanya sampai juga kepada kerusakan yang mana kerusakan itu lebih besar dari

Pelaksanaan penelitian di mulai dengan pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil serangga pada daerah lahan jagung dengan umur tanaman 50 hari , umur kacang