• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MAKRO TERHADAP IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MAKRO TERHADAP IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 1 ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MAKRO

TERHADAP IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Dian Surya Sampurna

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Jakarta dian_surya_sampurna@stei.ac.id

Abstract

The purpose of this research was to analyze the effects of SBI interest rate and exchange rate of rupiah against JCI. This research using secondary data from the monthly during the period Januari 2008 to December 2015 and the data source from www.finance.yahoo.com and www.bi.go.id. This research used multiple linear regression analysis method.

The results showed that SBI interest rate and exchange rate of rupiah had negative effect on JCI. Simultaneously SBI interest rate and exchange rate of rupiah has significant influence on JCI. Adjusted R2 value of 0.586 indicates that the independent variables used in the study has contributed to the establishment of JCI amounted to 58.6%, while 41.4% drawbacks established by other variables outside the research model.

Keyword: JCI, SBI Interest Rate, Exchange Rate of Rupiah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah terhadap IHSG. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data bulanan selama periode 2008-2015 dan sumber data dari www.finance.yahoo.com dan www.bi.go.id. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Secara simultan Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG. Nilai Adjusted R2 sebesar 0,586 menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam penelitian telah berkontribusi dalam pembentukan IHSG sebesar 58,6%, Sedangkan kekurangannya 41,4% dibentuk oleh variabel lain diluar model penelitian.

(2)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 2 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Perekonomian dunia telah memasuki era globalisasi yang memberikan pengaruh besar terhadap pergerakan modal asing yang akan masuk ke dalam pasar keuangan di negara-negara berkembang misalnya Indonesia melalui Bursa Efek Indonesia.

Pasar modal memiliki peran penting sebagai indikator yang dapat digunakan sebagai tolak ukur kemajuan perekonomian sebuah negara sekaligus penunjang ekonomi negara (Ang, 1997). Pasar modal yang mengalami peningkatan (bullish) atau mengalami penurunan (bearish) terlihat dari naik turunnya harga-harga saham yang tercermin dalam pergerakan indeks. Indeks harga saham adalah indikator pergerakan harga saham yang merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal. (www.idx.co.id). Ada sebelas macam indeks saham di Bursa Efek Indonesia, salah satunya yaitu IHSG atau dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Melalui IHSG investor dapat melihat kondisi pasar, apakah sedang mengalami peningkatan atau penurunan, untuk menentukan strategi investasinya. Menurut Blanchard (2006) secara garis besar ada beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham yaitu faktor ekonomi makro seperti keadaan ekonomi global, kestabilan politik suatu negara, inflasi, kurs dan suku bunga Bank Indonesia

Witjaksono (2010) menjelaskan bahwa di Indonesia kebijakan tingkat suku bunga dikendalikan secara langsung oleh Bank Indonesia melalui BI rate. BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan. Perubahan BI rate sendiri dapat memicu pergerakan di pasar saham Indonesia. Penurunan BI rate secara otomatis akan memicu penurunan tingkat suku bunga kredit maupun deposito. Bagi para investor, dengan penurunan tingkat suku bunga deposito, akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh bila dana yang mereka miliki diinvestasikan dalam bentuk deposito. Selain itu dengan penurunan suku bunga kredit, biaya modal akan menjadi kecil, ini dapat mempermudah perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dengan biaya yang murah untuk meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan produktivitas akan mendorong peningkatan laba, hal ini dapat menjadi daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi di pasar modal. Antonello D”Agostino, Luca Sala, dan Paolo Surico (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “The

Fed and the Stock Market” mereka menguji pengaruh tingkat suku bunga Bank Sentral

Amerika Serikat terhadap Indeks S&P 500. Variabel penelitian mereka adalah tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan Indeks S&P 500. Sampel penelitian adalah tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan Indeks S&P 500 selama periode 1985-2004. Metode penelitian yang digunakan adalah Threshold Structural Vector

Autoregressive (TSVAR Model). Hasil penelitian mereka menemukan bahwa ketika

kondisi ekonomi sedang berada pada masa inflasi, penurunan nilai pasar sebesar 5% termasuk penurunan suku bunga sebesar 19 basis point; pengetatan kebijakan moneter sebesar 50 basis poin akan memicu penurunan indeks S&P500 sebesar 4,7%. Tetapi ketika

(3)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 3 ekonomi sedang berjalan normal, Bank Sentral hanya akan mengubah tingkat suku bunga berdasar pada tingkat inflasi dan kesenjangan output saja, dan tidak akan merespon terhadap tingkat pengembalian asset (asset price return). Secara khusus peningkatan suku bunga sebesar 50 basis poin secara tak terduga akan menyebabkan penurunan indeks di S&P 500 sebesar 2,3%.

Menurut Ruhendi dan Arifin (2003) kurs mata uang menunjukkan harga suatu mata uang jika dipertukarkan dengan mata uang lain, dimana kurs mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang. Perubahan nilai tukar/kurs rupiah terhadap dollar Amerika dapat memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap perusahaan. Saat nilai tukar/kurs rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika, bagi perusahaan impor atau perusahaan yang memiliki hutang dalam bentuk dollar Amerika, hal ini dapat berdampak negatif. Sedangkan bagi perusahaan yang mendapat penerimaan dalam bentuk dollar Amerika misalnya perusahaan ekspor, hal ini dapat berdampak positif.

Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel makro ekonomi terhadap pasar modal. Di antaranya adalah penelitian Ben S. Bernanke dan Kenneth N. Kuttner (2003) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pergerakan pasar modal Amerika Serikat. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitiannya Prasetiono (2010) yang menunjukkan variabel Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap harga saham LQ45. Sedangkan penelitiannya Ruhendi dan Arifin (2003) tentang “Dampak Perubahan Kurs Rupiah dan

Indeks Harga Saham Dow Jones di New York Stock Exchange” bahwa kurs berpengaruh

positif terhadap pasar modal Indonesia.

Abbas Valadkhani, Surachai Chancharat dan Charles Havie (2006) tentang

pengaruh variabel makro ekonomi Thailand dan Pasar Modal Internasional terhadap Pasar modal Thailand memberikan hasil bahwa variabel makro ekonomi seperti tingkat suku bunga, nilai tukar baht, indeks harga konsumen dan jumlah penawaran uang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan pasar modal Thailand, sementara perubahan harga minyak memberikan pengaruh yang negatif bagi pasar modal Thailand hanya untuk periode sebelum krisis pada tahun 1997.

Kewal (2012) penelitian ini menganalisis pengararuh inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB terhadap IHSG. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, sedangkan kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.

Wijayanti dan Kaluge (2013) tentang pengaruh beberapa variabel makroekonomi dan indeks pasar modal dunia terhadap pergerakan IHSG di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurs Rupiah terhadap Dollar mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG, sedangkan SBI dan IHSG mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan,

(4)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 4 Yeriana dan Ibad (2013) menganalisis pengaruh inflasi, suku bunga SBI, dan kurs terhadap IHSG dan indeks saham sektoral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga SBI, dan kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG dan indeks saham sektor. Untuk indeks saham sektor seperti pertanian, properti, dan infrastruktur, inflasi dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan sedangkan kurs berpengaruh negatif signifikan. Sedangkan secara simultan seluruh variabel berpengaruh terhadap IHSG, sama halnya dengan penelitiannya Pasaribu dan Firdaus, (2014).

Pasaribu dan Firdaus (2013) yang menujukkan bahwa variabel tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. IHSG mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2008 akibat adanya krisis Amerika dan Eropa, pemegang saham harus mewaspadai faktor-faktor ekonomi makro yang akan berdampak pada IHSG.

2. Adanya kesulitan bagi investor dalam mengidentifikasi faktor-faktor ekonomi makro yang paling berpengaruh terhadap IHSG.

3. Adanya hasil penelitian yang tidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh Kurs Rupiah terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah secara simultan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG di Bursa Efek

Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh Kurs Rupiah terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah secara

(5)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 5 2. Landasan Teori

2.1 Teori Makro Ekonomi

Ilmu makro ekonomi merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi. Makro ekonomi berfokus pada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi dan investasi, neraca perdagangan dan pembayaran suatu negara, faktor-faktor penting yang mempengaruhi perubahan harga dan upah, kebijakan fiskal dan moneter, jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga dan jumlah utang negara. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa makro ekonomi sangat memperhatikan interaksi antara tenaga kerja, perputaran barang, dan aset-aset ekonomi yang mengakibatkan terjadinya kegiatan perdagangan tiap individu atau negara (Dornbusch, 2006). Kondisi makro perekonomian suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut (Samsul, 2008). Faktor-faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara lain (Samsul, 2008):

1. Tingkat suku bunga domestik. 2. Kurs valuta asing.

3. Kondisi perekonomian internasional. 4. Siklus ekonomi suatu negara.

5. Tingkat inflasi. 6. Peraturan Perpajakan 7. Jumlah uang yang beredar.

Ketika kondisi makro ekonomi di suatu negara mengalami perubahan baik yang positif ataupun negatif, investor akan mengkalkulasikan dampaknya terhadap kinerja perusahaan di masa depan, kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham perusahaan yang bersangkutan. Aksi jual dan beli ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan harga saham, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada indeks pasar modal di negara tersebut.

2.2 Teori Investasi

Investasi adalah suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Tujuan dari seseorang melakukan investasi adalah mendapatkan keuntungan yang dapat diperoleh dari capital gain dan dividen perusahaan (Tandelilin, 2001). Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risk dan return. Risiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar return yang diharapkan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh seorang investor. Investasi dalam bentuk saham, return yang diperoleh berasal dari dua sumber, yaitu dividen dan capital gain, sedangkan risiko investasi tercermin dari variabilitas return saham yang diperoleh atau risiko juga sama dengan selisih expected return dengan actual return.

(6)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 6 2.3 Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di suatu bursa efek.

Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai (Ang, 1997) : 1) Metode rata-rata (Average Method)

Merupakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi.

Divisor P

IHSG 

s

Sumber : www.idx.co.id Keterangan

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan

ƩPs = Total Harga Saham

Divisor = Harga Dasar Saham

2) Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)

Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan.

Ada dua metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang : 1) Paasche

Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam sebuah indeks. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.

 ) S x (P ) S x (P Indeks s base s s Sumber: (en.wikipedia.org)

(7)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 7 Keterangan

Ps = Harga Saham Sekarang

Ss = Jumlah Saham yang Beredar

Pbase = Harga Dasar Saham

2) Laspreyes

Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru.

 ) S x (P ) S x (P Indeks o base o s Sumber: (en.wikipedia.org) Keterangan

Ps = Harga Saham Sekarang

So = Jumlah Saham Awal

Pbase = Harga Dasar Saham

IHSG BEI atau JSX CSPI merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEI. IHSG BEI ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham. Indeks ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Metode penghitungan yang digunakan adalah metode rata-rata tertimbang Paasche (Ang, 1997).

Sejak tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta digabung dengan Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu IHSG BEJ kemudian berubah menjadi IHSG BEI sejak penggabungan tersebut.

2.4 Suku Bunga

Menurut Bodie, Kane, Marcus (2009) tingkat bunga yang tinggi berpengaruh terhadap semakin rendahnya nilai sekarang dari suatu investasi. Tingkat bunga dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal merupakan tingkat bunga yang dibayar bank, tingkat bunga nominal belum memperhitungkan inflasi. Tingkat bunga riil menunjukkan kenaikan daya beli seseorang, tingkat bunga riil sudah memperhitungkan inflasi. Tingkat bunga riil adalah perbedaan antara tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi (Mankiw, 2007).

(8)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 8 Tingkat bunga riil yang umumnya dijadikan acuan adalah risk-free rate (di Indonesia adalah SBI). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 4/10/2002. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI merupakan salah satu kebijakan moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia. SBI sendiri mengacu pada BI rate yang ditentukan oleh BI.

2.5 Nilai Tukar

Model ekonomi tradisional berpendapat bahwa perubahan dari nilai tukar mempengaruhi neraca perusahaan dan pada akhirnya, keuntungan dan ekuitas berdampak pada penyesuaian harga di pasar modal. Volatilitas harga saham dari perusahaan berdampak pada indeks. Branson, Halttunen, dan Masson (1977); Meese dan Rogoff (1983); Wolff (1988); Ghartey (1998); Hasan dan Javed (2009); dan Samadi et al. (2012) dalam hasil penelitiannya telah menemukan terdapat hubungan antara variabel makro ekonomi dan nilai tukar. Argumen teoritis lain dalam hubungan antara harga saham dan nilai tukar adalah pendekatan portofolio. Menurut teori ini, portofolio (yaitu, pergerakan arus masuk modal asing dan arus keluar asing modal) terjadi setiap kali ada perubahan harga saham. Jika harga saham mengalami, mereka akan menarik lebih banyak modal asing. Namun, penurunan harga saham akan mengakibatkan kekayaan perusahaan berkurang mengarah ke penurunan kekayaan negara.

2.6 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang berjudul “What Explaint the Stock Market’s Reaction to

Federal Reserve Policy”, Ben S. Bernanke dan Kenneth N. Kuttner (2003) meneliti

pengaruh dari perubahan tingkat suku bunga bank federal terhadap harga saham. Dengan bertujuan untuk mengestimasi reaksi pasar dan memahami alasan dari reaksi pasar. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan Indeks S&P 500. Penelitian tersebut diukur dengan metode CRSP

value-weighted index. Penelitian mereka dengan menggunakan data tingkat suku bunga

Bank Sentral Amerika Serikat dan indeks S&P 500 selama periode Juni 1989 - Desember 2002 menunjukkan bahwa pemotongan suku bunga bank sentral sebesar 25 basis poin akan meningkatkan harga saham sebesar 1 persen.

Dalam penelitian yang berjudul “The Interplay Between the Thai and Several

Other International Stock Markets”, Abbas Valadkhani, Surachai Chancharat dan Charles

Havie (2006) menguji pengaruh antara variabel makro ekonomi dan indeks pasar modal dunia terhadap indeks bursa saham Thailand. Variabel penelitian yang digunakan adalah tingkat suku bunga, nilai tukar baht, indeks harga konsumen, harga minyak, dan jumlah penawaran uang, serta indeks bursa saham Argentina, Australia, Brazil, Jerman,

(9)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 9 Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Rusia, Singapore, Taiwan, Inggris, dan Amerika Serikat. Data pengamatan selama periode tahun 1988 hingga tahun 2004 dengan data bulanan kecuali untuk data bursa saham Rusia yang digunakan adalah periode Desember 1994 hingga Desember 2004. Metode penelitian yang digunakan adalah

Generalised Autoregressive Conditional Heteroskedasticity in Mean (GARCH-M). Hasil

penelitian yang didapat adalah bahwa variable makro ekonomi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan bursa saham Thailand kecuali variabel harga minyak sedangkan untuk bursa saham Asia tenggara memberikan pengaruh yang signifikan terhadap bursa Thailand baik untuk sebelum maupun sesudah krisis, sementara bursa internasional tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Dimana untuk periode sebelum krisis bursa saham Malaysia dan Indonesia memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap bursa saham Thailand, sementara setelah krisis peran tersebut digantikan oleh bursa saham Filipina dan Korea.

Penelitian yang dilakukan oleh Ishomuddin (2010) mengenai pengaruh variabel makroekonomi dalam dan luar negeri terhadap IHSG menggunakan model OLS ARCH/GARCH menghasilkan kesimpulan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Sementara secara parsial hanya variabel kurs yang mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG, sedangkan variabel inflasi, BI rate, jumlah uang beredar, dan indeks saham DJIA mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pergerakan IHSG. Kemudian nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan sebesar 94,71 % yang artinya variasi pergerakan IHSG selama periode penelitian dapat dijelaskan oleh variasi kelima variabel bebasnya.

Kewal (2012) penelitian ini menganalisis pengararuh inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB terhadap IHSG. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, sedangkan kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Riset ini membuktikan bahwa variabel kurs rupiah mempengaruhi secara negatif signifikan terhadap IHSG yang artinya semakin kuat kurs rupiah terhadap US $ (rupiah terapresiasi) maka akan meningkatkan harga saham, dan sebaliknya. Menguatkan kurs rupiah akan menurunkan biaya produksi diikuti dengan menurunnya tingkat bunga, hal ini akan memberikan dampak positif pada laba perusahaan yang akhirnya menaikan pendpatan per lembar saham dan berdampak pada kenaikan IHSG.

Penenlitian Wijayanti dan Kaluge (2013) bertujuan untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel makroekonomi dan indeks pasar modal dunia terhadap pergerakan IHSG di BEI. Jenis data berupa data sekunder yang diperoleh dari website terkait dengan periode waktu pengamatan yakni mulai tahun 2005 hingga 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang pertumbuhan GDP berpengaruh positif terhadap IHSG, kurs Rupiah terhadap Dollar mempunyai negatif dan signifikan terhadap IHSG baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, Inflasi mempunyai korelasi

(10)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 10 positif terhadap IHSG namun tidak signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, SBI dan IHSG mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan, (DJIA) mempunyai korelasi positif dan signifikan terhadap IHSG, Nikkei 225 mempunyai korelasi negatif dan tidak signifikan terhadap IHSG. Nilai R2 sebesar 0,701 menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam penelitian telah berkontribusi dalam pembentukan IHSG sebesar 70% sedangkan 30% kekurangan dibentuk oleh variabel lain diluar model penelitian.

Penelitian Yeriana dan Ibad (2013) bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, suku bunga SBI, dan kurs terhadap IHSG dan indeks saham sektoral selama periode 2007-2011. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga SBI, dan kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG dan indeks saham sektor pertambangan, industri dasar, aneka industri, barang konsumsi, keuangan, dan perdagangan. Untuk indeks saham sektor pertanian, properti, dan infrastruktur, inflasi dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan sedangkan kurs berpengaruh negatif signifikan. Secara simultan, perubahan inflasi, suku bunga SBI, dan kurs mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan IHSG dan indeks saham sektoral.

2.7 Hubungan Antar Variabel-Variabel Penelitian 2.7.1 Hubungan Tingkat Suku Bunga SBI dengan IHSG

Tingkat suku bunga adalah harga yang dibayarkan per satuan mata uang yang dipinjam per periode waktu tertentu, dinyatakan dalam persentase. Perubahan tingkat suku bunga SBI akan memberikan pengaruh bagi pasar modal dan pasar keuangan. Apabila tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan beban bunga. Perusahaan yang mempunyai leverageyang tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan. Selain kenaikan beban bunga, Tingkat suku bunga akan menjadi daya tarik bagi investor meminjamkan modalnya di pasar uang misalnya dalam bentuk deposito. Selain dengan iming-iming tingkat suku bunga yang lebih tinggi, menyimpan dana dalam bentuk deposito juga lebih aman dibandingkan memegang saham yang tingkat risikonya lebih tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian Yeriana dan Ibad (2013); dan Wijayanti dan Kaluge (2013). Maka suku bunga dan saham berkorelasi negatif, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

(11)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 11 2.7.2 Hubungan Kurs Rupiah dengan IHSG

Kurs atau nilai tukar valuta asing menurut Siamat (2005) adalah harga suatu mata uang yang dinyatakan dalam harga mata uang lain. Misalnya kurs rupiah atas dolar AS menunjukkan nilai rupiah yang diperlukan untuk setiap dolar AS. Perubahan kurs rupiah atas dolar AS berdampak berbeda terhadap setiap jenis saham, artinya suatu saham terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Contoh kenaikan tajam kurs USD terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki hutang dolar sementara produk emiten tersebut dijual lokal, sedangkan emiten yang berorientasi pada kegiatan ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs USD tersebut sehingga mengakibatkan kenaikan pada harga saham.

Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan nilai mata uang suatu negara dengan negara lain atau harga antara dua mata uang tersebut. Kurs manjadi variabel yg banyak diperhaikan investor asing. Kurs yang diperdagangkan di pasar valas, akan menimbulkan efek substitusi dengan pasar saham. Ketika rupiah depresiasi, memegang dollar akan lebih menguntungkan bagi investor, selain itu keuntungan yang diperoleh investor asing setelah dikonversikan ke dalam mata uang dollar akan menjadi lebih sedikit. Dengan tingkat keuntungan yang lebih rendah maka investasi di pasar saham menjadi kurang menarik lagi di mata asing sebaliknya mereka akan memindahkan dananya ke pasar valas, hal ini didukung oleh penelitian Maryanti (2009); Ishomuddin (2010); Kewal (2012); Yeriana dan Ibad (2013); dan Wijayanti dan Kaluge (2013). Maka Kurs Rupiah dan IHSG adalah berhubungan negatif, sehingga hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H2 : Diduga variabel Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG.

3. Metode Penelitian

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Dependen

IHSG (Y) adalah indeks harga saham gabungan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia setiap hari. Data IHSG diperoleh langsung dari www.finance.yahoo.com. Data yang digunakan adalah data tiap akhir bulan selama periode pengamatan antara tahun 2008-2015.

3.1.2 Variabel Independen

Berikut ini adalah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

(12)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 12 1. Tingkat Suku Bunga SBI (X1) adalah tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh

Bank Indonesia pada akhir bulan sesuai keputusan dengan rapat dewan gubernur. Data diperoleh dari www.bi.go.id. Data yang digunakan adalah data tiap akhir bulan selama periode amatan antara tahun 2008-2015.

2. Kurs Rupiah (X2) adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Kurs

yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Data kurs diambil dari www.bi.go.id. Data yang digunakan adalah nilai kurs jual akhir bulan selama periode amatan antara tahun 2008-2015.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data IHSG, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah selama tahun 2008-2015. Sedangkan data yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah data penutupan tiap akhir bulan untuk IHSG, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah selama periode amatan antara tahun 2008-2015. Alasan pemilihan periode tahun yang digunakan adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai dengan keadaan sekarang ini. Pemilihan data bulanan adalah untuk menghindarkan bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam mereaksi suatu informasi, sehingga dengan penggunaan data bulanan diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data bulanan dari IHSG, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah selama bulan Januari 2008 sampai bulan Desember 2015. Sumber data diperoleh dari www.bi.go.id dan finance.yahoo.com.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara dokumentasi dari berbagai macam sumber. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara mengambil dari internet, artikel, jurnal, dan mempelajari dari buku-buku pustaka yang mendukung proses penelitian ini.

(13)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 13 3.5 Metode Analisis

3.5.1 Persamaan Garis Regresi

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah terhadap IHSG dengan menggunakan program SPSS 21. Seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresi berganda berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2+ e

Keterangan

Y = IHSG

a = konstanta

b = koefisien garis regresi

X1 = Tingkat Suku Bunga SBI

X2 = Kurs Rupiah

e = standar error

Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis, mengingat penelitian ini bersifat fundamental method. Hal ini berarti jika koefisien b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh searah antara variabel independen dengan variabel dependen, setiap kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen. Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai b bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen.

3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik

Mengingat alat analisa yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk memenuhi syarat yang ditentukan sehingga penggunaan model regresi linier berganda perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu: uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

3.5.3 Menilai Goodness of Fit Suatu Model

Ketepatan regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F dan nilai koefisien determinasi (R2). Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).

(14)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 14 Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima (Ghozali, 2013).

4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Statistik Deskriptif

Berdasarkan hasil statisti deskriptif, maka berikut didalam Tabel 4.1 akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini meliputi: jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta standar deviasi untuk masing-masing variabel.

Tabel 4.1

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

IHSG 96 1241,54 5518,67 3685,0756 1163,08060

SBI 96 5,75 9,50 7,0260 ,94624

Kurs Rupiah 96 8465 14584 10377,59 1600,782

Valid N (listwise) 96

Sumber: Data yang diolah

Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 96 sampel data. Berdasarkan hasil perhitungan selama periode pengamatan nampak bahwa IHSG terndah (minimum) adalah 1.241,54 dan nilai tertinggi (maximum) 5.518,67. Dari data diatas dapat diketahui bahwa IHSG secara rata-rata mengalami perubahan positif sebesar 3.685,0756. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode pengamatan 2008-2015 secara umum IHSG mengalami peningkatan. Standar deviasi IHSG sebesar 1.163,08060 yang kurang dari rata-rata IHSG. Dengan kecilnya simpangan data menunjukkan rendahnya fluktuasi data variabel IHSG selama periode pengamatan.

Data Tingkat Suku Bunga SBI terendah (minimum) adalah 5,75 dan yang tertinggi (maximum) 9,50; kemudian rata-rata Tingkat Suku Bunga SBI sebesar 7,0260 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,94624. Sedangkan data Kurs Rupiah terendah (minimum) 8.465 dan yang tertinggi (maximum) 14.584; kemudian rata-rata Kurs Rupiah sebesar 10.377,59 dengan standar deviasi sebesar 1.600,782.

(15)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 15 4.2 Pengujian Asumsi Klasik

4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, data residual memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas data secara analisis statistik dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Secara multivarians pengujian normalitas data dilakukan terhadap nilai residual. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi diatas 0,05 (Ghozali, 2013). Hasil pengujian normalitas pada pengujian terhadap 96 data terlihat pada tabel 4.2 beriut:

Tabel 4.2

Kolmogorov-Smirnov Test

IHSG SBI Kurs Rupiah

N 96 96 96

Normal Parametersa,b Mean 3685,0756 7,0260 10377,59

Std. Deviation 1163,0806 0 ,94624 1600,782 Most Extreme Differences Absolute ,109 ,129 ,120 Positive ,079 ,128 ,120 Negative -,109 -,129 -,116 Kolmogorov-Smirnov Z 1,069 1,267 1,159

Asymp. Sig. (2-tailed) ,203 ,081 ,079

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data yang diolah

Dari hasil pengujian seluruh variabel menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan dengan uji Kolmogorov – Smirnov yang menunjukkan hasil yang memiliki tingkat signifikansi diatas 0,05.

4.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan ada korelasi antar variabel bebas (independen). Jika variabel independen saling berkorelasi,

(16)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 16 maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013). Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang terdapat pada masing-masing variabel seperti terlihat pada tabel 4.3 beriut :

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) SBI ,793 1,261 Kurs Rupiah ,793 1,261

Sumber: Data yang diolah

Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinieritas adalah jika mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,1 dan VIF lebih kecil dari 10. Dari hasil perhitungan pada tabel 4.3

diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai tolerance berada dibawah 1 dan nilai VIF jauh di bawah 10. Dengan demikian dalam model regresi ini tidak terjadi multikolinieritas.

4.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2013). Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Ghozali, 2013). Berikut disajikan hasil perhitungan uji autokorelasi pada tabel 4.4.

(17)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 17 Tabel 4.4

Hasil Durbin-Watson Test

a. Predictors: (Constant), Kurs Rupiah, SBI b. Dependent Variable: IHSG

Sumber: Data yang diolah

Dari hasil pengolahan data di atas terlihat bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 1,843, dengan n=96 dan k=2 Nilai Durbin-Watson berdasarkan tabel dengan derajat kepercayaan sebesar 5% adalah dl = 1,625; du = 1,710; 4-dl = 2,375; 4-du = 2,290 (Ghozali, 2013). Nilai Durbin Watson pada penelitian ini adalah 1,843, sehingga berada terletak diantara du dan 4-du, maka model regresi ini menunjukkan tidak adanya autokorelasi dan layak digunakan.

4.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Pengujian ini dapat melihat pola tertentu dalam scatterplot , hasil pengujiannya dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut :

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,705a ,597 ,586 833,54857 1,843

(18)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 18 Gambar 4.1

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data yang diolah

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.

4.3 Penilaian Goodness of Fit Suatu Model 4.3.1 Hasil Analisis Regresi Berganda

Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode regresi dan dihitung dengan menggunakan program SPSS 21. Berdasarkan output SPSS tersebut secara parsial pengaruh dari dua variabel independen yaitu Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah terhadap IHSG ditunjukkan pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5

Hasil Perhitungan Regresi Berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 4302,872 706,632 SBI -820,776 101,498 -,668 Kurs Rupiah -,496 ,060 -,683

(19)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 19 Berdasarkan tabel 4.5 bahwa dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

IHSG = 4302,872 - 820,776 SBI - 0,496 Kurs Rupiah

Berdasarkan model diatas dapat disimpulkan bahwa, pada model regresi variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah berimplikasi secara negatif terhadap IHSG. Artinya, kenaikan pada variabel Tingkat Suku Bunga dan Kurs Rupiah akan membuat penurunan nilai IHSG.

4.3.2 Uji Parsial (t test)

Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 4.6 Hasil Uji t Model t Sig. 1 (Constant) 6,089 ,000 SBI -8,087 ,000 Kurs Rupiah -8,270 ,000

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan tabel 4.6 bahwa dari kedua variabel independen Tingkat Suku SBI dan Kurs Rupiah yang dimasukkan dalam model adalah dengan tingkat signifikan dibawah 0,05 sebesar 0,000. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah mempengaruhi variabel IHSG secara signifikan.

4.3.3 Uji F

Uji statistik F pada dasarnya menujukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. Hasil perhitungan uji F ini dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :

(20)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 20 Tabel 4.7

Hasil Uji F

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 63895165,447 2 31947582,724 45,981 ,000a

Residual 64616699,502 93 694803,220

Total 1,285E8 95

a. Predictors: (Constant), Kurs Rupiah, SBI b. Dependent Variable: IHSG

Sumber: Data yang diolah

Dari hasil analisis regresi dapat diketahui pula bahwa secara simultan variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 45, 981 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi IHSG atau dapat dikatakan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah secara simultan berpengaruh terhadap IHSG.

4.3.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Hasil perhitungan koefisen determinasi dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

a. Predictors: (Constant), Kurs Rupiah, SBI b. Dependent Variable: IHSG

Sumber: Data yang diolah

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,705a ,597 ,586 833,54857

(21)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 21 Berdasatkan hasil perhitungan tabel diatas besarnya Adjusted R2 sebesar 0,586 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 58,6%. Jadi model cukup baik. Sedangkan sisanya 41,4% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi.

5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini sejalan dengan hipotesis 1 yang diajukan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh negatif terhadap variabel IHSG. Hasil ini menunjukkan bahwa penurunan SBI oleh pemerintah akan mendorong kenaikan IHSG. Selama periode penelitian, situasi perekonomian Indonesia cukup baik. Pertumbuhan perekonomian Indonesia ini tidak lepas dari kebijakan Bank Indonesia yang mendorong pemotongan SBI secara berkala untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat (www.bi.go.id). Investor yang akan berinvestasi di pasar modal Indonesia hendaknya memperhatikan vaiabel Tingkat Suku Bunga SBI karena memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap IHSG. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Yeriana dan Ibad (2013); dan Wijayanti dan Kaluge (2013).

2. Bahwa variabel Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika nilai kurs rupiah terdepresiasi maka IHSG akan melemah. Bagi investor sendiri, pelemahan nilai kurs rupiah menunjukkan situasi fundamental perekonomian Indonesia dalam kondisi suram. Ketika prospek perekonomian suram, maka investor cenderung melepaskan saham-saham yang dimilikinya untuk menghindari resiko. Aksi jual saham ini tentunya akan mendorong pelemahan IHSG. Selama periode pengamatan sendiri, diperoleh hasil bahwa nilai kurs rupiah dipertahankan oleh Bank Indonesia dalam kisaran Rp 9.000,00 – Rp 13.000,00 per dollar Amerika Serikat. Nilai Kurs Rupiah yang relatif stabil ini menunjukkan bahwa prospek perekonomian Indonesia cukup baik. Hal ini tercermin dari kenaikan IHSG selama periode pengamatan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Maryanti (2009); Ishomuddin (2010); Kewal (2012); Yeriana dan Ibad (2013); dan Wijayanti dan Kaluge (2013).

3. Secara simultan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa variabel tingkat suku bunga SBI dan Kurs Rupiah berpengaruh secara signifikan, baik secara parsial maupun secara simultan terhadap IHSG. Variabel tingkat suku bunga SBI dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Bagi investor yang hendak berinvestasi di Bursa Efek Indonesia, hendaknya memperhatikan pergerakan kedua variabel tersebut. Sebab berdasar

(22)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 22 perhitungan pada bab IV, diperoleh nilai adjusted R2 adalah sebesar 0.586, ini berarti bahwa variasi dari variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan 58.6% variasi variabel dependen. Ini berarti pergerakan IHSG dapat diprediksi dari pergerakan kedua variabel independen tersebut.

Selanjutnya dalam rangka pengembangan ilmu yang merupakan penelitian lanjutan, maka dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan data harian sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat. Selain itu pada penelitian ini pilihan indeks yang digunakan adalah IHSG, maka pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan indeks lain semisal indeks LQ-45, Kompas 100, Bisnis 27, ISSI, JII ataupun indeks global sehingga mampu mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai kondisi pasar modal di Indonesia dan dunia serta variabel ekonomi makro lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Valadkhani, Surachai Chancharat and Charles Havie. 2006. The Interplay Between

the Thai and Several Other International Stock Markets. Available:

www.ideas.repec.org

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia. First Edition Mediasoft Indonesia.

Antonello D”Agostino, Luca Sala, dan Paolo Surico. 2005. The Fed and the Stock Market. Available: www.ideas.repec.org

Ben S. Bernanke dan Kenneth N. Kuttner. 2003. What Explaint the Stock Market’s

Reaction to Federal Reserve Policy. Available: www.federalreserve.gov

Blanchard, O. 2006. Macroeconomics. 4th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Bodie, Kane, dan Marcus. 2008. Investments. 8th Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Branson, W. H., Halttunen, H. dan Masson, P. 1977. Exchange Rates in the Short Run: The Dollar-Duetschemark Rate. European Economic Review. 10, 303-324.

Ghartey, E. E. 1998. Money Demand in Jamaica: Evidence from Cointegration, Error Correction Modelling, and Exogeneity. North American Journal of Economics and

Finance. 9(1), 33-44.

Hasan, A. dan Javed, M. T. 2009. An Empirical Investigation of the Causal Relationship among Monetary Variales and Equity Market Returns. The Lahore Journal of

(23)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 23 Imam Ghozali. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. BP Undip

Semarang.

Ishomuddin. 2010. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Dalam Dan Luar Negeri

Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (Periode Pengamatan 1991.1-2009.12). Kertas Kerja: Universitas Diponegoro. Semarang.

Kewal, Suramaya S. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economica. Vol 8.

Mankiw, N. Gregory, 2007, Makroekonomi, Edisi Keenam. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Maryanti, Sri. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tingkat Suk Bunga SBI dan Niai Kurs Dollar AS Terhadap Indeks Harga saham Gabungan: Studi pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal

Perekonomian dan Bisnis. Vol. 1, (No. 1): 12-25.

Meese, R. A. dan Rogoff, K. 1983. Empirical exchange rate models of the seventies, do they fit out of sample?. Journal of International Economics. 14, 3-24.

Pasaribu, R. B. F., dan Firdaus, Mikail. 2013. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 7 No. 2 pp. 117-128.

Prasetiono, Dwi Wahyu. 2010. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi Makro dan Harga Minyak Terhadap Saham LQ45 Dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang. Jurnal of Indonesian Applied Economics. Vol. 4 No. 1 pp. 11-25.

Ruhendi dan Arifin. 2003. Dampak Perubahan Kurs Rupiah dan Indeks Harga Saham Dow Jones Di New York Stock Exchange Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta.

Samadi, S., Bayani, O. dan Ghalandari, M. 2012. The Relationship between Macroeconomic Variables and Stock Returns in Tehran Stock Exchange.

International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences. 2(6),

559-573.

Samsul, Mohammad. 2008. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga, Jakarta Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Tandelilin, Eduardus. 2001. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

(24)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016 24 Wijayanti, Anis dan Kaluge, David. 2013. Pengaruh Beberapa Variabel Makroekonomi dan Indeks Pasar Modal Dunia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI. Jurnal Ilmiah. Malang: Universitas Brawijaya.

Witjaksono. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones Terhadap IHSG.

Wolff, C. C. P. 1988. Exchange rates, innovationsand forecasting. Journal of

International Money and Finance. 7(1), 49-61.

www.bi.go.id

www.en.wikipedia.org www.finance.yahoo.com

Yeriana, Yana dan Ibad, Akromul. 2013. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, dan Kurs Terhadap IHSG dan Indeks Saham Sektoral Periode 2007-2011. Manajemen

Gambar

Tabel 4.6  Hasil Uji t  Model  t  Sig.  1  (Constant)  6,089  ,000  SBI  -8,087  ,000  Kurs Rupiah  -8,270  ,000                     Sumber: Data yang diolah
Tabel 4.7  Hasil Uji F

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini didukung dengan hasil penelitian Hutagalung (2016) yang menyatakan bahwa self efficacy dan motivasi belajar secara bersama-sama memiliki hubungan yang kuat dengan

10) Anima e spirito: secondo l'antica concezione cinese l'uomo ha due anime: un'anima seminale (po) che viene trasmessa con il seme paterno al momento del concepimento, e

bahwa dengan adanya penambahan jenis perizinan dan pengaturan non perizinan pada kecamatan berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 51 Tahun 2013 tentang Pendelegasian

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. UNIT

Berdasarkan hasil penelitian pada hipotesis pertama untuk harga saham menunjukkan bahwa apabila diuji da tiap-tiap sampel sebanyak 19 pcmsaliaan selama 30 liari sebelum dan

2018... Hasil wawancara penulis dari keluarga Waeromoh Naepinae sebagai pedagang mengatakan bahwa orang tua adalah guru pertama untuk anak, jika bukan orang tua

4. Te{adi peningkatan kesadaran gender secara berangsur-angsur pada kaum laki-laki maupun petempuan yang memberi suasana kondusif bagi perempuan untuk dapat betkiptah

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara riwayat pemberian ASI dan berat badan lahir dengan perkembangan