• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang tinjauan pustaka atau kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 1) Repustakaan yang Relevan 2) Teori yang digunakan 3) cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keautentikan sebuah karya ilmiah. Keaslian skripsi dan tesis ini dapat diketahui dari pemaparan skripsi dan tesis. Kajian yang dimaksud adalah penelaahan terhadap hasil penelitian lain yang relevan dengan skripsi ini.

Sesuai dengan judul ini yaitu “Cerita Panglima Besar Desa Sei Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai : Kajian Folklor” maka dalam pemecahan persoalaan yang timbul dalam penelitian ini penulis menggunakan buku-buku yang relevan sebagai panduan pendukung yaitu buku Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lainnya oleh Danandjaja, Metodologi Penelitian Folklor: Konsep, Teori dan Aplikasi oleh Endraswara, Mitos Sastra Melayu: Kajian Tekstual dan Kontekstual oleh Umry, dan sebagainya.

Adapun penulis menyelesaikan skripsi ini dengan dibantu dengan pustaka yang berupa buku-buku serta skripsi dan tesis terdahulu, adapun skripsi dan tesis yang mendukung dengan kajian yang dianalisis ialah :

(2)

9

Penelitian yang dilakuakan oleh Ginting (2014: Tesis, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia). Judul penelitian ini adalah “Struktur, Fungsi, Nilai Budaya dalam Legenda di Kabupaten Karo serta Penerapan Hasilnya dalam Menyusun Bahan Pembelajaran Sastra di SMP”. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat alur, tokoh beserta karakternya, latar, tema dan amanat, fungsi yang baik untuk dijadikan pengalaman hidup. Serta terdapat cerminan prilaku dan pola hidup masyarakat pada zamannya, sehingga memiliki informasi yang signifikan bagi generasi selanjutnya.

2.2 Teori yang digunakan

Secara etimologis, teori berasal dari kata theoria (yunani), berarti kebetulan alam atau realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji keteranganya, yaitu melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian.

Teori merupakan prinsip dasar yang terwujud dan berlaku secara umum dan memperoleh seorang penulis untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Teori diperlukan untuk membimbing atau memberi arah sehingga dapat menjadi tuntutan kerja bagi penulis.

Meneliti masalah ini dibutuhkan suatu landasan teori, yaitu landasan berupa hasil perenungan yang mendalam, sistem dan struktur terhadap gejala-gejala alam yang berfungsi sebagai pengarah dalam kegiatan penelitian.teori merupakan landasan fundamental sebagai argumentasi dasar untuk menjelaskan atau memberikan jawaban terhadap masalah yang digarap. Dengan landasan teori yang

(3)

10

kuat niscahya segala maslah akan dapat terelesaikan dengan baik. Pemahaman tentang folklor sebagian lisan adalah folklor yang bukan merupakan gabungn unsur lisan dan unsur bukan lisan.

Kepercayaan rakyat, atau yang sering disebut “takhayul”, adalah kepercayaan yang oleh orang berpendidikan barat dianggap sederhana bahkan pander, tidak berdasarkan logika, sehingga secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Poerwadarminta dalam Danandjaja, (1982 : 153) mengatakan bahwa kata “takhayul” mengandung arti merendahkan atau menghina, maka ahli folklor modern lebih senang mengunakan istilah kepercayaan rakyat (folk belief) atau keyakinan rakyat dari “takhyul” (superstitious), karena takhyul berarti “hanya khayalan belaka”, (sesuatu yang) hanya diangan-angan saja (sebenarnya tidak ada).

Takhyul menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan), pada umumnya ia diwariskan melalui media tutur kata. Tutur kata ini dijelaskan dengan syarat-syarat, yang terdiri dari tanda-tanda (signs) atau sebab-sebab (causes), dan yang akan diperkirakan akan ada akibatnya (result). Sebagai contoh misalnya, “jika terdengar suara katak (tanda), maka akan turun hujan (akibat)”, demi kita memandikan kucing (sebab), maka segera akan turun hujan (akibat).

Takhyul yang pertama adalah berdasarkan hubungan sebab akibat menurut hubungan asosiasi. Sedangkat takhyul yang kedua, yaitu perbuatan manusia yang dilakukan dengan sengaja yang menyebabkan suatu “akibat”, adalah kepercayaan kepada kekuatan sakti (koenjaraningrat, 1967:265-274)

(4)

11

Brunvand (dalam Danandjaja, 1984 : 21-22) membagi folklor dalam tiga kelompok besar yaitu:

1. Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuknya (genre) folklore yang termasuk ke dalam folklore lisan adalah sebagai berikut.

1. Bahasa rakyat (folk speech,) seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan title kebangsawanan,

2. Ungkapan tradisiona, seperti pribahasa, peptah, dan pameo, 3. Pertanyaan tradisional, seperti teka-teki,

4. Puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair,

5. Cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng dan 6. Nyanyian rakyat

2. Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Bentuk-bentuk yang termasuk kedalam folklore sebagian lisan adalah sebagai berikut.

1. Kepercayaan rakyat atau yang sering disebut dengan takhayul, 2. Permainan rakyat,

3. Teather rakyat, 4. Tari rakyat, 5. Adat-istiadat, 6. Upacara,

7. Pesta rakyat dan lain sebagainya.

3. Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun pembuatanya diajarkan secara lisan. Kelompok ini dibagi menjadi yang material dan yang bukan material.

1. Yang berupa material antara lain: arsitektur rakyat (bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi dsb). kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional.

2. Yang termasuk bukan material adalah : gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (kentong tanda bahaya di Jawa atau bunyi gendang untuk mengirim berita seperti yang dilakukan masyarakat Afrika), dan musik rakyat.

Ciri-ciri tersebut menandakan bahwa folklor memang sebuah budaya asli. Namun perlu diresapi bahwa ciri tersebut seringkali juga menjebak. Maksudnya, jika hanya berpegang pada aspek lisan.

Adapun ciri-ciri pengenal utama folklore menurut Danandjaja (1991:3) yaitu:

(5)

12

1. Penyebaran dan pewarisannya biasnya secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak,/isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari suatu generasi kegenerasi selajutnya.

2. Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama.

3. Folklor adalah (exist) dalam versi-versi atau varian-varian yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh cara penyebaran dari mulut kemulut (lisan), biasnya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi (penambahan atau pengikisan unsure-unsur baru pada bahan folklor dengan mudah dapat mengalami perubahan.

4. Folklor bersifat anonym, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.

5. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola.

6. Folklor biasanya mempunyai kegunaan (fungsional) dalam kehidupan bersama suatu kolektif.

7. Folklor bersifat pralogis, yaitu mempuyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.

8. Folklor menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan measa memilikinya.

Selain ciri-ciri tersebut, folklor terutama yang lisan masih mempunyai banyak sekali fungsi yang menjadikannya sangat menarik serta penting untuk diselidiki. Menurut Bascom (dalam Dananjaja 1986 : 19), ada empat fungsi folklor antara lain :

1. Sebagai seistem proyeksi (projective system), yakni alat pencermin angan-angan suatu kolektif.

2. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan 3. Sebagai alat pendidikan anak (pedagogical device)

4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Fungsi-fungsi semacam ini, dapat dilacak berdasarkan data di lapangan. Fungsi tersebut masih dapat berkembang. Varian-varian fungsi folklor masih dapat dimungkinkan, sejauh didukung oleh data yang jelas.

(6)

13

Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 1984:19) pembicaraan fungsi folklore tidak dapat dilepaskan begitu saja dari kebudayaan secara luas, dan juga dengan konteknya. Folklore milik seseorang dapat dimengerti sepenuhnya hanya melalui pengetahuan yang mendalam dari kebudayaan yang memilikinya.

Berbagai fungsi tersebut berarti mengarahkan bahwa folklore memang penting bagi kehidupan. Karya folklor yang sama mungkin berbeda di wilayah yang lain. Fungsi sebuah folklore tergantung ekspresi pencipta dan tuntutan lingkungan.

2.3 Cerita Rakyat sebagai Folklor dalam Tradisi Lisan

Cerita rakyat adalah suatu bentuk karya lisan yang lahir dan berkembang dari masyarakat tradisional yang disebarkan dalam bentuk relative tetap atau dalam bentuk standart diantara kolektif tertentu dari waktu yang cukup lama, (James Danandjaja,1982:4).

Cerita rakyat telah berkembang dari tradisi lisan ke bentuk tulisan. Hal ini merupakan kemajuan teknologi yang membuat cerita rakyat memiliki keragaman versi, namun isinya tetap sama. Pada perkembangan ini disebut kelisanan primer dan kelisanan sekunder. Teeuw (1984:297) berpendapaat bahwa “karya tersebut berkembang dari mulut ke mulut, yang berarti sastra itu berkembang melalui komunikasi pendukungnya. Secara umum cerita rakyat sebagai bagian dari karya sastra lisan, memiliki ciri yang membedakan dengan karya sastra tulis.

(7)

14 Ciri pembeda itu antara lain:

No Karya sastra lisan No Karya sastra tulisan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Anonim

Diwariskan secara lisan Bentuknya tetap

Eksis dalam versi dan varian Bersifat pralogis Tradisional Bentuknya tetap spontan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Memiliki identitas pengarang

Disebarkan dalam bentuk tulisan Situasi didramatisir

Eksis dalam versi tunggal Bersifat imajinatif

Modern

Fakta yang disimpulkan subyektif Ditulis berdasarkan fakta pribadi

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Edukasi pada program acara Asyik Belajar Biologi dalam Mata Pelajaran. IPA

siD dur

[r]

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa untuk emiten BEI, rasio lancar dan profit margin berpengaruh signifikan, sedangkan perputaran total aktiva, total hutang terhadap