• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sehingga dapat memperkaya teori-teori yang digunakan dalam. penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sehingga dapat memperkaya teori-teori yang digunakan dalam. penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian sehingga dapat memperkaya teori-teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

No Nama, Judul Variabel Metode Hasil

1.

(Anggit

Astianto,2014) Pengaruh Stres Kerja dan Beban Kerja terhadap Kinerja Karyawan PDAM Surabaya - Stress kerja - Beban Kerja - Kinerja Karyawan - Pengambilan populasi dan sampel - Menggunakan analisis jalur - Pengujian Hipotesis - Beban kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan - Kepuasan kerja secara langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja karyawan - Beban kerja berpengaruh terhadap kinerja melalui stres kerja 2. (Kusuma & Soesatyo,2014) Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja - Stress kerja - Beban Kerja - Kinerja Karyawan - Uji validitas dan reliabilitas - Uji asumsi klasik - Uji hipotesis - Beban kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja - Beban kerja berpengaruh

(2)

14 Karyawan PT.

apie Indo Karunia

signifikan terhadap kinerja karyawan - Stress kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan 3. (Gaffar hulaifah,2012) Pengaruh stress kerja terhadap kinerja karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) TBK Kantor Wilayah x Makassar - Stress kerja - Kinerja karyawan Analisis regresi linear berganda Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor stressor individu memiliki hubungan positif terhadap kinerja karyawan. Stressor organisasi memiliki hubungan positif terhadap kinerja. 4. (M.Mafudz, 2017) Pengaruh Kepuasan Kerja dan Beban Kerja terhadap Kinerja Karyawan dan Stres Kerja sevagai variabel Mediasi pada Karyawan Divisi sales consumer PT Bank Negara Indonesia - kepuasan kerja - beban kerja - kinerja karyawan -stress kerja Analisis Jalur (path analysis) (1)Beban kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (2) kepuasaan kerja secara langusng dan tidak langusng berpengaruh terhadap kinerja karyawan (3) beban kerja berpengaruh terhadap kinerja melalui stress kerja 5. (Merina Mirzatriana, 2008) Pengaruh faktor-faktor stress kerja terhadap kinerja karyawan bidang - Stress kerja - Kinerja karyawan Analisis regresi linear berganda Hasil penelitian bahwa stress kerja berpengaruh negative terhdap

(3)

15 keuangan pada PT PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Timur kinerja karyawan.

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan antara penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu, dimana terdapat beberapa variabel lain yang

digunakan pada penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini, seperti penelitian M. Mahfudz yang menggunakan variabel lain yaitu kepuasan kerja.

Adapun perbedaan yang lain terdapat beberapa alat analisis yang tidak di gunakan pada penelitian saat ini, penelitian saat ini menggunakan rentang skala dan regresi linear berganda. Selain itu periode penelitian juga berbeda. Adapun objek yang di teliti pada penelitian saat ini dan terdahulu berbeda. Selanjutnya, persamaan dari penelitian saat ini dan penelitian sebelumnya yaitu adanya kesamaan variable yaitu beban kerja, stress kerja, dan kinerja karyawana.

B. Landasan Teori 1. Kinerja Karyawan

a. Definisi Kinerja Karyawan

Menurut Bangun (2012) menjelaskan bahwa “Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan (job requirement)”. Menurut Simanjuntak dalam (Widodo,2015) kinerja merupakan tingkatan pencapaian hasil atas tugas tertentu yang dilaksanakan. Simajuntak juga mengartikan kinerja individu sebagai tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

(4)

16

Menurut Mangkunegara (2004) kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuanititas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Sedangkan menurut (Rivai,2010) kinerja merupakan perilaku yang nyata ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawn merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah kemampuan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan, dimana suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang disediakan sehingga tujuannya akan sesuai dengan moral maupun etika perusahaan. Dengan demikian kinerja karyawan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan tersebut.

b. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Kinerja seseorang di pengaruhi oleh banyak faktor yang dapat di golongkan pada 3 (tiga) kelompok yaitu kompensasi individu orang yang bersangkutan, dukungan organisasi, dan faktor psikologis. (Simanjuntak,2011) 1. Kompensasi individu

Kompensasi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja. Kompensasi setiap orang mempengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dikelompokkan dalam 6 (enam) golongan yaitu.

(5)

17

b) Keahlian yang menggambarkan tentang kerja karyawan berdasarkan sejauh mana pengetahuan tentang hal yang mereka tangani lebih baik dari pada dari pada orang lain di bidang yang sama.

c) Kebutuhan yang menggambarkan tentang kinerja karyawan berdasarkan pada hal-hal yang menggerakkan karyawan pada aktivitas menjadi dasar alasan berusaha.

d) Tanggung jawab yang menggambarkan tentang kinerja karyawan berdasarkan keadaan wajib menanggung terhadap tugas-tugasnya. e) Latar belakang yang menggambarkan tentang kinerja karyawan dilihat

dari titik tolak masa lalunya yang memberikan pemahaman kepada pekerjaannya apa yang ingin dia lakukan.

f) Etos kerja, yang menggambarkan kinerja karyawan berdasarkan sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem organisasi orientasi nilai budaya terhadap kinerja.

2. Faktor dukungan organisasi

Kondisi dan syarat kerja, setiap seseorang juga tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja. Pengorganisasian yang di maksud disini adalah untuk memberi kejelasan bagi setiap unit kerja dan setiap orang tentang sasaran tersebut. Sedangkan penyediaan sarana dan alat kerja langsung mempengaruhi kinerja setiap orang, penggunaan peralatan dan teknologi maju sekarang ini

(6)

18

bukan saja dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja, akan tetapi juga dipandang untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan kerja.

3. Faktor psikologis

Kinerja perusahaan dan kinerja setiap perorangan juga sangat tergantung pada kemampuan psikologis seperti persepsi, sikap dan motivasi (Rosyidah. 2013) Sedangkan menurut pandangan Henry Simamira dalam (Mangkuenegara, 2010) kinerja (performance) di pengaruhi oleh tiga faktor:

a) faktor individual, terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang, demografi.

b) faktor psikologis, terdiri dari persepsi attitude (sikap), personality, pembelajaran, beban, stress, dan motivasi sesorang.

c) faktor organisasi, terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur job design (Mangkuenegara. 2010: 14) Perusahaan penting untuk mengetahui kinerja karyawan agar dapat mengambil langkah untuk mengembangkan sumber daya manusia yang ada dalam perusahaannya dengan langkah mengikut sertakan karyawan ke pelatihan-pelatihan tertentu faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan diantaranya adalah bagaimana kondisi fisik tempat bekerja dan materi, waktu untuk bekerja pengawasan dan pelatihan, desain organisasi dan iklim organisasi. (Adisty. 2013). c. Dimensi kinerja Karyawan

(7)

19

Menurut Mathis dan Jackson (2011) kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Salah satu yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah melihat dimensi-dimensi kinerja karyawan. Dimensi kinerja karyawan sebagai berikut:

1. Kualitas

Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkannya serta kesempurnaan tugas terhadap kemampuan dan keterampilan karyawan.

2. Kuantitas

Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan dan biasanya dinyatakan dengan istilah jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan. 3. Ketepatan Waktu

Ketepatan waktu merupakan tingkat aktivitas yang diselesaikan pada awal waktu yang telah ditetapkan. Dilihat dari hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia.

d. Manfaat Kinerja Karyawan

Menurut Rivai (2011) manfaat penelitian kinerja bagi semua pihak adalah agar mereka mengetahui manfaat yang dapat mereka harapkan. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam penilaian adalah (1) orang yang dinilai (karyawan); (2) penilaian (atasan, supervisor, pimpinan, manajer, konsultan); dan (3) perusahaan.

1. Bagi karyawan yang dinilai, keuntungan pelaksanaan penilaian kinerja adalah antara lain:

(8)

20 a. Meningkatnya motivasi

b. Meningkatnya kepuasan kerja

c. Adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan d. Adanya kesempatan berkomunikasi ke atas e. Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi

2. Bagi penilai, manfaat pelaksanaan penilaian kinerja adalah antara lain: a) Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecenderungan

kinerja karyawan untuk memperbaiki manajemen selanjutnya. b) Meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer ataupun

karyawan.

c) Sebagai sarana meningkatakan motivasi karyawan.

d) Biasa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi karyawan. 3. Bagi perusahaan atau organisasi, manfaat penilaian adalah antara lain:

a) Memperbaiki seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan. b) Meningkatkan kualitas komunikasi.

c) Meningkatkan motivasti karyawan secara keseluruhan.

d) Meningkatkan keharmonian hubungan dalam pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi.

2. Beban Kerja

a. Pengertian Beban Kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa fisik maupun mental. Menurut Permendagri No. 12/2008 dalam jurnal (Agripa Toar Siterpu ,2013) menyatakan bahwa beban kerja

(9)

21

adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Jika kemampuan pekerja lebih tinggi daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul perasaan bosan. Namun sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih rendah daripada tuntutan pekerjaan, maka akan muncul kelelahan yang lebih. Beban kerja dibebankan kepada karyawan dapat dikategorikan kedalam tiga kondisi, yaitu beban kerja yang sesuai standar, beban kerja yang terlalu tinggi (over capacity) dan beban kerja yang terlalu rendah (under capacity). Kelancaran aktivitas didalam sebuah organisasi sedikit banyaknya bergantung pada seberapa banyak jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh karyawan pada sebuah organisasi. Pekerjaan memegang peranan penting dalam kmponen organisasi. Hal ini disebabkan karena pekerjaan merupakan bukti konkrit dari keberadaan suatu organisasi. Disamping itu perkerjaan juga merupakan alat atau media mewujudkan suatu tujuan organisasi.

Tarwaka (2014) menyimpulkan, beban kerja merupakan suatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan prilaku dan persepsi dari pekerjaan. Beban kerja menurut Hariyati, Anggito Astianto (2014) dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi.

Permendagri dalam (Toar Sitepu 2013) menyatakan bahwa beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Menurut

(10)

22

Menpa dalam (Rama Dhania, 2010) beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja dapat dipandang dari sudut objektif dan subjektif. Beban kerja objektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktifitas yang dilakukan. Sedangkan beban kerja subjektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang dijukan, tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan pekerjaan dan kepuasan kerja.

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan pada waktu tertentu.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Menurut Tarwaka dalam (Anggit Astianto, 2014) faktor yang mempengaruhi beban kerja adalah:

(1) Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas itu sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai stesor.

a) Tugas – tugas (task) yang dilakukan dengan baik yang bersifat fisik seperti: statiun kerja, sikap kerja. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti: kompleksitas pekerjaan, atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan.

(11)

23

b) Organisasi pekerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istrahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, modal struktur organisasi, pelimpahan tugas, tanggung jawab dan wewenang.

c) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawai, lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja psikologis.

(2) Faktor Internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai berikut:

a) Faktor somatic yaitu jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan

b) Faktor psikis yaitu motivasi, persepsi, kepercayaan keinginan dan kepuasan. c. Dimensi Beban Kerja

Menurut Tarwaka (2014) Beban kerja adalah “sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam rangka tertentu”. Dimensi ukuran beban kerja yang dihubungkan dengan performasi, yaitu:

(1) Beban waktu (time load),

a) Sering memiliki waktu luang, inturpsi atau kegiatan yang terjadi dengan jarang atau tidak sama sekali.

b) Sesekali memiliki waktu luang, interupsi, atau kegiatan yang sering terjadi. c) Hampir tidak pernah memiliki waktu luang, interupsi atau kegiatan yang

seing atau terjadi di setiap waktu. (2) Beban usaha mental (mental effort load)

(12)

24

a) Sangat sedikit kesadaran mengenai mental usaha atau membutuhkan konsentrasi kegiatan secra otomatis, memerlukan sedikit atau tidak membutuhkan perhatian.

b) Kesadaran usaha mental yang sedang atau membutuhkan konsentrasi, kerumitan atas aktivitas yang sedang disebabkan oleh ketidakpastian dan tidak dapat diprediksi atau ketidakramahan dan membutuhkan perhatian yang besar.

c) Mental usaha yang luas dan konsentrasi adalh suatu kebutuhan. Kegiatan yang sangat komplek serta membutuhkan perhatian yang total.

(3) Beban tekanan psikologis (psychologi stres load)

a) Sedikit kebingunan, resiko, frustasi atau memiliki kecemasan dan bisa dengan mudah di tempuh

b) Sedang stress karena kebingunan, frustasi, kecemasan terlihat jelas menambah beban kerja. Kompensasi yang signifikan diperlukan untuk mempertahankan kinerja yang memadai.

c) Stres yang sangat tinggi karena kebingungan, frustasi atau kecemasan. Memerlukan tekat yang tinggi dan kontrol diri.

3. Stres Kerja

a. Definisi Stres Kerja

Kata stress bermula dari kata latin yaitu “stringer” yang berarti ketegangan dan tekanan. Stress merupakan suatu yang tidak diharapkan yang muncul karena tingginya suatu tuntutan lingkungan pada seseorang. Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu. Apabila stress telah mengganggu

(13)

25

fungsi seseorang, dinamakan distress. Distress kebanyakan dirasakan orang jika situasi meneruskan dirasakan terus-menerus (tugas yang berat atau tugas yang dilakukan karena tugas dilakukan dengan situasi yang tidak kondusif atau stress yang dilakukan dengan dasar rasa trauma).

Stress kerja merupakan salah satu masalah yang dapat dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupan berkarya adalah stress. Stress pada umunya dapat diatasi, baik oleh karyawan sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun dengan bantuan pihak lain seperti para spesialis yang disediakan oleh organisasi di mana karyawan berkerja (Hasibuan, 2014).

Dari pendapat yang dikemukan di atas bahwa stress dapat timbul sebagai akrobat tekanan atau keteagangan yang bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Dengan perkata lain, apabila sasaran dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang maka akan timbul stress, biasanya stress semakin kuat apabila seseorang menghadapi masalah yang datang terus menerus.

Stress mempunyai arti yang berbeda-beda bagi masing-masing individu. Kemampuan setiap orang beraneka ragam dalam mengatasi jumlah, intensitas jenis dana lamanya stress. Orang lebih mudah membicarakan ketegangan daripada stress, stress merupakan sesuatu yang menyangkut interaksi antara individu dan lingkungan yaitu interaksi antara stimulasi dan respon (Siagian, 2008).

Stress bukanlah sesuatu yang aneh atau tidak berkaitan dengan keadaan normal yang terjadi pada seseorang dan tidak semua stress bersifat negatif.

(14)

26

Stress yang dialami oleh karyawan akibat lingkungan yang dihadapinya akan memengaruhi kinerja dan kepuasan kerjanya. Sehingga manajemen perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan organisasional bagi karyawan. Dengan menurunnya stress yang dialami karyawan tentu juga akan meningkatkan kesehatan dalam tubuh organisasi (Siagian, 2008).

Definisi stress kerja dikemukakan juga oleh sopiah (2010), stress ada dua macam yaitu eutres dan distress. Distress adalah derajat penyimpangan fisikm psikis dan prilaku dari fungsi yang sehat. Sedangkan eustress adalah pengalaman stress yang tidak berlebihan, cukup untuk menggerakan dan memotivasi orang agar dapat mencapai tujuan, mengubah lingkungan mereka dan berhasil dalam tantangan hidup.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan ketegangan atau proses psikologis yang disebabkan oleh tekanan baik secara tuntutan fisik maupun psikologis karyawan yang dapat menyebabkan emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang.

b. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja

Selain definisi stres kerja menurut beberapa ahli, ada juga hal-hal yang yang menjadi faktor penyebab terjadinya stress kerja. Sopiah (2008) penyebab stres diantaranya sebagai berikut :

(1) Lingkungan fisik

Stressor karena terlalu bising, kurang baiknya penerangan ataupun risiko keamanan. Stressor yang bersifat fisik juga kelihatan pada pengaturan

(15)

27

kantor, termasuk rancangan ruang kantor yang buruk, ketiadaan privasi, lampu penerangan yang kurang efektif dan kualitas udara yang buruk. (2) Stres karena peran atau tugas

Stressor karena peran atau tugas termasuk kondisi dimana para pegawai mengalami kesulitan dalam memahami apa yang menjadi tugasnya, peran yang dia mainkan dirasakan terlalu berat atau memainkan berbagai peran pada tempat mereka bekerja.

(3) Penyebab stres antar pribadi

Stressor ini akan semakin bertambah ketika pegawai dibagi dalam divisi-divisi dalam suatu departemen yang dikompetisikan untuk memenangkan reward yang menggiurkan. Perbedaaan karakter, kepribadian, latar belakang, persepsi, dan lain-lainnya memungkinkan munculnya stres. (4) Organisasi

Pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stres yang tidak hanya untuk mereka yang kehilangan pekerjaan, namun juga untuk mereka yang masih tinggal. Menurut Rivai dan Mulyadi (2010), penyebab stres organisasi terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengurangi tingkat stres yang dialami oleh pegawai adalah dengan cara memahami dengan baik apa yang sudah menjadi tugas dan tanggung jawab, menjaga komunikasi dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan pekerjaan dan mengadakan konseling dari pihak organisasi. Peran pimpinan dalam hal ini sangat

(16)

28

diperlukan, pimpinan juga perlu melakukan pendekatan dengan setiap pegawai agar memahami betul apa yang sedang dialami oleh pegawainya, terutama dalam mengelola stres kerja yang terjadi dalam organisasi. Dengan begitu stres kerja bisa lebih diminimalisir oleh organisasi.

c. Dampak Stres Kerja

Dampak stress kerja terhadap pekerjaan ada bermacam-macam, menurut Sopiah (2008), stress kerja karyawan dapat dilihat dalam tiga aspek yaitu: (1) Gejala psikologis, sikap apatis terhadap pekerjaan, luapan emosipnal,

komunikasi tidak efektif, merasa tersaingi, kebosanan, ketidakpuasan kerja, kehilangan daya kosentrasi dan problem tidur.

(2) Gejala fisik, mudah lelah dan menunda pekerjaan atau tugasnya.

(3) Gejala perilaku, menurutnya produktivitas, meningkatmnya penggunan obat-obatan dan meningkatnya perilaku absensi.

Pengaruh stress kerja ada yang menguntungkan dan merugikan bagi organisasi. Namun pada taraf tertentu berpengaruh yang menguntungkan organisasi diharapkan akan mendorong karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjan dengan sebaik-baiknya. Reaksi terhadap stress merupakan reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stress akan menunjukan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres (Handoko, 2008).

(17)

29

Dalam penelitian ini terdapat hubungan pada setiap variabel, yaitu :

1. Hubungan Beban Kerja terhadap Kinerja Karyawan

Beban kerja merupakan suatu aspek yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja karyawan, yang tentunya beban kerja tersebut memiliki indikator-indikator khusus seperti waktu. Seseorang dapat diukur seberapa tinggi kinerjanya dengan diberikan pekerjaan yang hasilnya dihitung berapa lamanya karyawan tersebut mengerjakan pekerjaannya.

Dalam persepsi karyawan, beban kerja merupakan penilaian individu mengenai sejumlah tuntutan tugas atau kegiatan yang membutuhkan aktivitas mental misalnya untuk mengingat hal-hal yang diperlukan, konsentrasi, mendeteksi permasalahan, mengatasi kejadian yang tak terduga dan membuat keputusan dengan cepat yang berkaitan dengan pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Apabila individu tersebut memiliki persepsi yang positif maka mereka akan menganggap beban kerja sebagai tantangan dalam bekerja sehingga mereka lebih bersungguh-sungguh dalam bekerja dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun perusahaan tempat bekerja. Sebaliknya jika persepsi negatif yang muncul maka beban kerja dianggap sebagai tekanan kerja sehingga dapat mempengaruhi kinerja individu, memiliki dampak negatif bagi dirinya maupun perusahaan tempat bekerja. Hal ini diperkuat dengan penelitian Anggit Astianto (2014), yang menyatakan bahwa beban kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

(18)

30

Menurut Rivai (2004) menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi ketergantungan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi proses berfikir dan kondisi seseorang karyawan, stres terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Apabila seseorang mengalami stress didalam suatu lingkungan atau pekerjaannya maka proses berpikir seseorang karyawan akan terganggu, mudah emosi maka apabila seseorang karyawan tidak dapat berpikir dengan baik dan mudah emosi otomatis seseorang karyawan tidak dapat bekerja seseuai dengan yang diinginkan. Karyawan sering kali dihadapkan pada situasi yang membuat karyawan tertekan dengan adanya tugas-tugas yang harus diselesaikan secara bersamaan. Tugas tersebut tentunya memerlukan waktu, tenaga dan sumber daya yang terbatas.

Kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, dalam pikiran dan kondisi fisik seseorang yang dapat berpengaruh pada kemampuan karyawan dalam menghadapi lingkungan dan pekerjaannya. Artinya disini karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala-gejala negatif yang dapat berpengaruh pada kinerjanya. Hal ini diperkuat dengan penelitian Merina Mirzatriana (2008) yang menyatakan bahwa stress kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan.

3. Hubungan Beban Kerja dan Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan

Menurut Lisnayanti dan Hasan Basari (2006) adanya pengaruh hubungan antara beban kerja terhadap kinerja karyawan yaitu beban kerja tinggi akan menyebabkan kurangnya kinerja. Dimana dijelaskan bahwa semakin tinggi

(19)

31

beban kerja yang diterima seorang karyawan akan mempengaruhi kinerja karyawan tersebut.

Adanya beban kerja dapat dilihat pada sudut pandang obyektif dan subyektif. Secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Sedangkan beban kerja secara subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pernyataan tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan pekerjaan dan kepuasan kerja. Dimana dalam beban kerja ini karyawan cenderung melakukan tugas yang terlalu banyak, menyelesaikan tugas dalam desakan waktu, tidak mampu melakukan tugas, melakukan tugas tidak sesuai dengan kemampuan, mengerjakan lebih dari satu tugas dalam satu waktu, melakukan tugas tidak sesuai keterampilan, melakukan tugas yang bukan tugasnya, melakukan tugas diluar potensi tenaga kerja, dan adanya gangguan selama mengerjakan tugas.

Selain itu beban kerja yang tinggi akan mempengaruhi kesehatan fisik, menurunnya kondisi fital dan psikologi seseorang, menurutnya kesehatan yang prima dalam menjalankan pekerjaan, dan kurangnya dukungan sarana prasarana yang nyaman dan memadai, perasaan kelelahan mengakibatkan rasa putus asa, dan menurunnya kesigapan, meningkatnya pengeluaran energi, dan kurangnya oksigen saat bekerja. Hal ini berpotensi menjadi pemicu stress kerja yang akan dialami oleh karyawan yang dimana hal ini dianggap juga akan mempengaruhi kinerja karyawan.

(20)

32

Menurut Malay S.P Hasibuan (2001) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia menyatakan “stress kerja adalah kondisi ketergantungan yang mempengaruhi emosi, proses berpikiran dan kondisi seseorang”.

Dapat disimpulkan bahwa stress kerja yang dialami oleh karyawan mempunyai potensi untuk mendorong atau menganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stress. Bila tidak ada stress dan beban kerja juga tidak ada maka kinerja karyawan cendrung rendah. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Anggit Astianto (2014) yang menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui stress kerja.

D. Kerangka Pikir

Kerangka pikir atau kerangka konseptual menurut Sugiyono (2015) adalah model tentang bagaimana sebuah teori berhubungan dengan beberapa faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berdasarkan penjelasan dari beberapa teori diatas, maka kerangka pikir yang dapat disusun oleh peneliti yaitu menggambarkan tentang “Pengaruh Beban Kerja Dan Stress Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di Bank BRI Kantor Cabang Kuala Kapuas”.

Kerangka pikir memperlihatkan suatu konsep pikiran dari peneliti berdasarkan rumusan masalah sehingga pembahasan yang dilakukan lebih mudah di pahami dan diketahui. Kerangka pikir dari penelitian ini berdasarkan beberapa teori dari ahli dan berdasarkan penelitian terdahulu yang digunakan untuk menunjang dan mempermudah alur pemikiran dalam penelitian

(21)

33

ini.Kerangka penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kinerja karyawan menurut Mathis dan Jackson (2011) dengan indikator kinerja karyawan yaitu kualitas kerja, kuantitas kerja, ketetapan waktu, efektivitas, kemandirian. Selanjutnya menurut Tarwaka (2014) dengan indikator Beban kerja yaitu beban waktu, beban usaha mental, beban tekanan psikologis. Untuk variabel stress kerja mengacu pada pendapat Sopiah (2008) dengan indikator gejala psikologis, gejala fisik, dan gejala perilaku. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2. 1 Hubungan Beban kerja dan Stres kerja terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan pemaparan kerangka piker diatas, dapat ditarik hipotesa mengenai hubungan antara ketigas variabel secara parsial dan simultan. Dimana akan berpengaruh secara parsial jika beban kerja (X1) berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y), dan stress kerja (X2) berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y). sedangkan akan berpengaruh secara simultan apabila kedua variabel bebas berpengaruh variabel terikatnya, yaitu beban kerja (X1) dan stress kerja (X2) secara bersamaan berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y)

E. Hipotesis

Beban Kerja (X1)

X1.1 Beban Waktu X2.2 Beban Usaha Mental X3.3 Beban Tekanan Psikologis

Stres Kerja (X2)

X2.1 Gejala Psikologis X2.2 Gejala Fisik X2.3 Gejala Perilaku

Kinerja Karyawan (Y)

Y.1 Kualitas Kerja Y.2 Kuantitas Kerja Y.3 Ketetapan Waktu H1

H1 H2

(22)

34

Hipotesis menurut Sugiyono (2015) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian dan harus diuji kebenarannya, rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Menurut Tarwaka (2014), beban kerja merupakan suatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan prilaku dan persepsi dari pekerjaan. Dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Adanya beban tugas pada setiap pekerjaan yang ditanggung oleh karyawan, dianggap akan mempengaruhi hasil kerja atas pencapaian target yang dibebankan sebelumnya. Apabila target kerja yang dibebankan kepada karyawan mampu direspon positif maka hal ini dapat menjadi motivasi karyawan untuk bekerja lebih baik lagi dalam mencapai target yang ditentukan perusahaan.

Pernyataan ini diperkuat oleh penelitian Kusuma & Soesatya (2014) yang menyatakan bahwa beban kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Begitu pula pada penelitian Mahfuds (2017) yang memperoleh hasil penelitian bahwa beban kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

Kemudian Siagian (2008), stress merupakan sesuatu yang menyangkut interaksi antara individu dan lingkungan yaitu interaksi antara stimulasi dan respon. Dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah ketegangan psikologis yang disebabkan oleh tekanan kerja, baik secara tuntutan fisik maupun psikologis karyawan yang dapat menyebabkan emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang.

(23)

35

Adanya rasa ketidaknyamanan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya dianggap akan berdampak pada kapasitas kinerja karyawan, yang dimana hal ini menyebabkan karyawan bekerja secara tidak maksimal dan dianggap akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil kerja yang sudah ditetapkan.

Hal ini diperkuat oleh penelitian Gaffar Hulaifah (2012) yang menyatakan bahwa stress kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan.

H1: Beban Kerja dan Stres kerja secara parsial Berpengaruh terhadap kinerja

karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Kuala Kapuas. Selanjutnya, Menurut Mangkunegara (2004) kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuanititas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah kemampuan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan, dimana suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang disediakan sehingga tujuannya akan sesuai dengan moral maupun etika perusahaan.

Pencapaian target kerja yang sudah ditetapkan perusahaan tentunya dipengaruhi oleh sikap kerja karyawan. Yang dimana sikap kerja karyawan ini juga dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh kondisi kerja internal dan eksternal perusahaan. Adanya beban psikologis dan fisik karyawan serta tekanan dari lingkungan perusahaan dianggap akan mempengaruhi sistem kerja karyawan dan hasil kinerja karyawan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Anggit Astianto

(24)

36

(2014) yang memperoleh hasil penelitian bahwa beban kerja dan stress kerja secara simultan memberikan pengaruh terhadap kinerja karyawan.

H2: Beban Kerja dan Stress Kerjasecara simultan berpengaruh terhadap

(25)

Gambar

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2. 1 Hubungan Beban kerja dan Stres kerja terhadap kinerja  karyawan.

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi IDS pada server menggunakan jejaring sosial (facebook, twitter, dan whatsapp) sebagai media notifikasi memudahkan administrator dalam mengidentifikasi

Pengumpulan data dilakukan dengan indepth interview Hasil dari studi evidence base ini menggambarkan bahwa persepsi perawat tentang faktor yang meningkatkan

Saran dalam penelitian ini ditujukan kepada Ibu baik bekerja tidak bekerja perlu mempertahankan dan meningkatkan pengetahuannya tentang gizi pada anak usia 4-6

anom_omar@yahoo.com 30 A L QU RA N • Sumber dan rujukan utama dalam hidup manusia • Mengandungi segala aspek kehidupan manusia • Tiada kelemahan dan kekurangan

Melalui proses belajar maka masyarakat secara bertahap akan memperoleh kemampuan/ daya dari waktu ke waktu, dengan demikian akan terakumulasi kemampuan yang

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah kemampuan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan, dimana suatu target kerja dapat

a) Peran Kepemimpinan pegawai departemen fasilitas umum dan penataan lingkungan PERUM PERURI berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari hasil setiap

Asumsi dasar teori ini ialah bahwa semua elemen harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat bisa menjalankan fungsinya dengan baik dalam penelitian ini