Studi Perencanaan Pola Operasi Waduk Latowu Provinsi Sulawesi
Tenggara Guna Penyediaan Air Baku dan Air Irigasi
JURNAL
TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI PEMANFAATAN
DAN PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh: AKBAR GAMA ABADI
NIM. 115060401111013
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
LEMBAR PERSETUJUANSTUDI PERENCANAAN POLA OPERASI WADUK LATOWU
PROVINSI SULAWESI TENGGARA GUNA PENYEDIAAN
AIR BAKU DAN AIR IRIGASI
JURNAL
TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI PEMANFAATAN
DAN PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST)
Disusun Oleh : AKBAR GAMA ABADI NIM. 115060401111013 - 64
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Very Dermawan, ST., MT. Anggara WWS, ST., M.Tech.
NIP. 19730217 199903 1 001 NIP. 201102 750330 1 001 STUDI PERENCANAAN POLA OPERASI WADUK LATOWU
PROVINSI SULAWESI TENGGARA GUNA PENYEDIAAN AIR BAKU DAN AIR IRIGASI
Akbar Gama Abadi1, Very Dermawan2, Anggara Wiyono Wit Saputra2
1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
1akbargamaabadi@gmail.com
ABSTRAK
Air adalah sumber daya yang terbarukan, meski suplai air bersih terus berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa daerah dan populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan terhadap air bersih. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut dengan menampung air di waduk. Akan tetapi terdapat masalah yang seringkali terjadi di Indonesia adalah tingginya permintaan akan kebutuhan air, sedangkan ketersediaan air yang ada belum tentu dapat tercukupi oleh adanya waduk. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan tentang pengoperasian waduk sehingga dapat memenuhi kebutuhan khususnya kebutuhan air baku. Dalam proses pengerjaan studi ini menggunakan data-data sekunder antara lain data penduduk, curah hujan, klimatologi, karakteristik DAS, dan teknis waduk. Data penduduk digunakan untuk menghitung kebutuhan air baku. Data hujan digunakan untuk menghitung masukan debit andalan adalah (26,02%, 50,68%, 75,34%, 97,30%). Dalam simulasi operasi waduk menggunakan semua input data tersebut didapatkan debit outflow dengan jumlah penduduk yang dapat terlayani, serta menentukan keandalan waduk. Dalam penentuan aturan lepasan operasi embung didasarkan pada kebutuhan yang harus disuplai untuk pemenuhan air irigasi dan air baku penduduk. Dari hasil perhitungan kebutuhan air baku di Kecamatan Batu Putih, Porehu, Tolala, dan Malili pada tahun 2035 kebutuhan air baku sebesar 133,54 liter/detik. Debit inflow dengan beberapa kondisi keandalan (26,02%, 50,68%, 75,34%, 97,30%) didapatkan rata-rata sebesar 5,683 m3/detik. Dari
perhitungan simulasi operasi waduk yang direncakan akan digunakan pada Waduk Latowu nantinya dengan standar minimum keandalan waduk 90% diharapkan dapat melakukan pelayanan air irigasi pada wilayah irigasi seluas 1885,03 Ha.
Kata kunci: waduk, pengoperasian waduk, debit andalan, keandalan waduk
ABSTRACT
Water is a renewable resource, despite the dwindling supply of fresh water. Water demand has exceeded supply in some regions and the world population continues to increase, resulting in increased demand for clean water. An attempt to solve the problem by accommodating the water in the reservoir. However, there are problems that often occured in Indonesia is high demand for water needs, while the availability of water can’t be fulfilled by the reservoir. It is necessary to plan the operation of the reservoir so as to meet the special needs of fresh water demands. In the process of this study using secondary data include data on population, rainfall, climatology, watershed characteristics, and technical data on reservoir. Population data used to calculate the raw water needs. Rainfall data used to calculate the availability of debit (26.02%, 50.68%, 75.34%, 97.30%). In the simulation of reservoir operation using all input outflow discharge data obtained with the number of people that can be served, as well as determining the real dependable of reservoir. In determining the rules of the reservoir outflow operation based on the needs that have to be supplied to the fulfillment of irrigation water and fresh water needs. From the calculation of the fresh water needs in Batu Putih, Porehu, Tolala, and Malili at 2035 the fresh water requirement are 133.54 liters / sec. Inflow with some conditions of reliability (26.02%, 50.68%, 75.34%, 97.30%) obtained an average of 5.683 m3 / sec. Operation of reservoir simulation calculations are planned to be used on the reservoir Latowu later with the minimum standards of reliability reservoirs are expected to carry 90% of irrigation water services on an area of 1885.03 hectares of irrigation area.
Keywords: reservoir, reservoir operations, dependable discharge, the reliability of reservoir
Sumber daya air tawar adalah sumber daya yang terbarukan, meski suplai air bersih terus berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa daerah dan populasi dunia terus meningkat, sehingga mengakibatkan peningkatan kebutuhan terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan karena semakin menurunnya kualitas dan kuantitas air permukaan, terutama akibat berbagai macam aktifitas manusia yang berhubungan dengan penggunaan air bersih..
Bila kita lihat dari segi kuantitasnya, pada musim kemarau rakyat Indonesia seringkali kekurangan sumber daya air. Kebutuhan air pada musim kemarau banyak yang tidak terpenuhi secara optimal karena pengelolaan sumber daya air yang ada kurang baik. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan air adalah dengan melakukan pembangunan waduk.
Waduk Latowu adalah waduk yang memiliki fungsi utama untuk penyedia air irigasi, dan sarana penyediaan air baku untuk beberapa wilayah sekitarnya. Debit yang akan dialirkan bergantung pada kebutuhan air yang ada di hilir. Daerah di hilir sungai merupakan daerah yang belum memiliki pengairan secara optimal. Sehingga dengan adanya waduk ini dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di daerah aliran sekitar waduk.
Studi ini dimaksudkan untuk memberikan beberapa alternatif desain perencanaan pola operasi waduk yang sesuai dengan kebutuhan daerah layanan Waduk Latowu, mengetahui besarnya debit inflow dengan probabilitas 27,27%, 54,55%, 72,73%, dan 90,91% yang ada pada Waduk Latowu, mengetahui parameter keandalan dari pola operasi waduk yang direncanakan, serta mengtahui pola operasi yang sesuai dengan kebutuhan air irigasi dan air baku yang akan dilayani oleh Waduk Latowu.
DASAR TEORI
Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Perhitungan kebutuhan air di sawah di dasarkan pada prinsip kesetimbangan air yang di nyatakan dengan persamaan sebagai berikut (Dirjen Pengairan: KP-01):
Wr = Cu + Pd + P + Nr – Re Dalam hal ini :
Wr = Kebutuhan air di sawah (mm) Cu = Kebutuhan air untuk tanaman
(mm)
Pd = Kebutuhan air untuk peng- olahan tanah (mm)
P = Perkolasi (mm)
Nr = Kebutuhan air untuk pembi- bitan (mm)
Re = Curah hujan efektif (mm) Perhitungan Kebutuhan Air Baku
Analisa kebutuhan air baku didasarkan pada perkembangan jumlah penduduk yang dihitung menggunakan metode geometri, metode aritmatik dan metode eksponensial (Muliakusumah, 2000:254).
Perhitungan penduduk dilakukan sampai dengan tahun 2035, lalu dilakukan pemilihan metode yang paling tepat diantara tiga metode di atas berdasarkan pada perkembangan jumlah penduduk yang mendekati jumlah riil di lapangan.
Kemudian untuk mengetahui kebutuhan air per hari maka dilakukan perhitungan jumlah penduduk dikalikan dengan kebutuhan rerata untuk desa sesuai dengan tabel berikut;
Tabel 1. Standar Kebutuhan Air Bersih Kategori Kota Kebutuhan Air (liter/orang/hari) Kota Metropolitan 190 Kota Besar 170 Kota Sedang 150 Kota Kecil 130 Desa 100 Desa Kecil 60
Analisa Ketersediaan Air
F.J. Mock pada tahun 1973 mengusulkan suatu model simulasi keseimbangan air bulanan untuk daerah pengaliran di Indonesia. Model perhitungan ini didapat dari hujan, evapotranspirasi, tanah dan tampungan air tanah.
Metode ini menganggap bahwa hujan yang jatuh pada catchment area sebagian akan hilang dan berubah sebagai evapotranspirasi, sebagian akan langsung menjadi limpasan permukaan (direct run off) dan sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah dan menjadi air tanah (ground water). Metode Mock mempunyai dua prinsip pendekatan perhitungan aliran permukaan yang terjadi di sungai, yaitu neraca air di atas permukaan tanah dan neraca air bawah tanah yang semua berdasarkan hujan, iklim dan kondisi tanah. (Nashrah, 2006) Analisis Debit Andalan
Debit andalan adalah besarnya debit yang tersedia guna memenuhi kebutuhan air dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Dalam perencanaan proyek–proyek penyediaan air terlebih dahulu harus dicari debit andalan (dependable discharge), yang bertujuan untuk menentukan debit perencanaan yang diharapkan selalu tersedia di sungai (Soemarto, 1986).
Besarnya debit andalan untuk berbagai jenis keperluan adalah sebagai berikut;
Tabel 2. Standar Kebutuhan Air Baku
Kegunaan Keandalan 1. Air minum 2. Air industri 3. Penyediaan air irigasi untuk : - Iklim lembab - Iklim kering 4. PLTA 99% 95 - 98% 70 - 85% 80 - 95% 85 - 90%
Pendekatan Simulasi Waduk
Adapun beberapa pendekatan yang digunakan dalam melakukan analisa pola operasi waduk nantinya adalah sebagai berikut (Mc. Mahon, 1978:24); 1. Waduk pada awal waktu operasi
dianggap penuh. Pengaruh asumsi ini terhadap ukuran waduk bisa diperiksa dengan menelaah diagram perilaku untuk berbagai kondisi awal. Analisis yang didasarkan pada data yang dibangkitkan memberikan gambaran bahwa paling sedikit dibutuhkan jumlah data aliran sungai sepanjang 100 tahun pada beberapa sungai sebelum pengaruh penuhnya waduk yang diasumsikan bisa diabaikan.
2. Pelepasan (draft) yang berhubungan dengan tingkat pertumbuhan dalam waktu (misalnya terjadi dalam kasus peningkatan permintaan air kota melalui pertambahan populasi) tidak mudah ditangani, karena sulitnya menghubungkan antara permintaan mendatang dengan tahun tertentu pada data aliran historik.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah prosedurnya sangat sederhana dan dengan jelas menunjukkan perilaku air yang ditampung, selain itu cara ini dapat diterapkan pada data yang didasarkan pada segala interval waktu. Kegagalan dan Keandalan Waduk
Peluang (probabilitas) kegagalan sebuah tampungan waduk adalah perbandingan antara jumlah satuan waktu pada waktu waduk kosong dengan jumlah satuan total yang digunakan dalam proses analitis (Mc. Mahon, 1978:17) ;
Pe =
N P
x 100%
Sedangkan definisi keandalan adalah:
Re = 100 – Pe dengan:
Pe = Peluang kegagalan (%) Re = Peluang keandalan (%) P = Jumlah kejadian gagal
N = Jumlah total kejadian. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Studi
Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Kolaka Utara
Kebutuhan Data
Dalam studi ini diperlukan beberapa data penunjang, antara lain sebagai berikut:
1. Data Topografi
2. Data Profil Bendungan 3. Data Klimatologi 4. Data Hidrologi
5. Data Pola Tata Tanam dan Luasan Lahan Pertanian
6. Data Kependudukan Tahapan Penyelesaian
Dalam proses penyelesaian studi ini terdapat beberapa tahapan analisa dan perhitungan, sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan maksud dan tujuan yang diharapkan. Adapun beberapa tahapan diantaranya;
1. Melakukan perhitungan lengkung kapasitas waduk, untuk mengetahui tampungan efektif.
2. Menghitung ketersediaan air dengan metode F.J. Mock.
3. Menghitung kebutuhan air irigasi, dan perencanaan pola tata tanam.
4. Melakukan proyeksi terhadap jumlah penduduk sampai dengan tahun 2035.
5. Menghitung kebutuhan air baku dari jumlah penduduk yang telah diproyeksikan.
6. Mendapatkan kebutuhan air total untuk irigasi dan air baku.
7. Melakukan simulasi pola operasi waduk dengan acuan kebutuhan dan tampungan rencana.
8. Melakukan pemilihan pola operasi yang paling sesuai dengan keandalan waduk minimum 90%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan Lengkung Kapasitas Waduk
Perhitungan lengkung kapasitas waduk memberikan hasil berupa hubungan antara elevasi, luas genangan, dan volume tampungan. Dari perhitungan tersebut didapatkan hasil sebagai berikut; 1. Total tampungan = 20,274 juta m3
2. Tampungan mati = 10,793 juta m3 3. Tampungan efektif = 9,481 juta m3 Perhitungan Ketersediaan Air
Dalam perhitungan ketersediaan aliran debit di sungai menggunakan perhitungan debit F.J. Mock karena data debit pengamatan tidak ada. Komponen-komponen yang digunakan untuk melakukan perhitungan ini diantaranya adalah data hujan selama 10 tahun dan evapotranspirasi yang dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan angin, dan lama penyinaran matahari.
Dari hasil perhitungan F.J. Mock dilanjutkan dengan perhitungan analisa korelasi sederhana untuk mengetahui adanya hubungan antara data debit dan data hujan. Terdapat keandalan kondisi air cukup sebesar 26,03%, debit air normal sebesar 50,68%, debit air rendah sebesar 75,34% dan debit air kering sebesar 97,26%. Adapun hasil analisa perhitungan debit dengan probabilitas keandalan debit dapat dilihat pada tabel berikut ini;
Tabel 3. Perhitungan Debit Andalan No . Debit Rerata F.J. Mock Debit F.J Mock Terurut Probabi litas Tahu n Debit (m3/dt k) Tahu n Debit (m3/dt k) 1. 2001 2,619 2003 14,560 2. 2002 11,229 2005 13,848 3. 2003 14,560 2004 12,966 27,27% 4. 2004 12,966 2002 11,229 5. 2005 13,848 2006 8,693 6. 2006 8,693 2009 4,292 50,68% 7. 2007 2,589 2010 3,761 8. 2008 2,886 2008 2,886 75,64% 9. 2009 4,292 2001 2,619 10. 2010 3,761 2007 2,589 97,26% Analisa Kebutuhan Air Irigasi
Sebelum melakukan analisa kebutuhan air, perlu ditetapkan terlebih dahulu jadwal tata tanam lahan. Pengaturan jadwal tata tanam diperlukan untuk memudahkan pengelolahan air agar air tanaman yang dibutuhkan tidak melebihi ataupun kurang dari air yang tersedia. Jadwal tata tanam memberikan gambaran tentang waktu dan jenis tanaman yang akan diusahakan dalam satu tahun. Jadwal tata tanam yang direncanakan untuk suatu daerah persawahan merupakan jadwal tanam yang disesuaikan dengan ketersediaan air.
Untuk melakukan perhitungan kebutuhan air tanaman ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain; jenis tanaman, pola tata tanam (PTT), evaporasi potensial, kebutuhan air guna penyiapan lahan, dan kebutuhan air untuk kebutuhan pergantian lapisan air. Dari hasil perhitungan pola tata tanam didapatkan rerata penggunaan air/tahun sebagai berikut;
Tabel 4. Rerata Kebutuhan Air di Intake
No. Jenis PTT Periode Awal Tanam Kebutuhan Rerata di Intake (m3/detik) 1. Padi- Palawija-Palawija 1 – Jan 0,688 2. Padi- Palawija-Palawija 2 – Jan 0,692 3. Padi- Palawija-Palawija 3 – Jan 0,708 4. Padi – Padi – Padi 1 – Jan 1,107
5. Padi – Padi – Padi 2 – Jan 1,103 6. Padi – Padi – Padi 3 – Jan 1,118
Analisa Kebutuhan Air Penduduk Untuk mendapatkan analisa kebutuhan air yang realistis maka dari tiap - tiap kecamatan yang ada dilakukan perhitungan proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2035.
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2035 dari masinng-masing kecamatan;
Tabel 5. Hasil Proyeksi Penduduk
No. Nama Kecamatan
Jumlah Penduduk Tahun 2035 (jiwa) 1. Batu Putih 30.796 2. Porehu 9.121 3. Tolala 3.840 4. Malili 57.269
Untuk mendapatkan jumlah kebutuhan air baku, langkah selanjutnya adalah mengkalikan jumlah penduduk dengan kebutuhan air/liter/hari sesuai dengan Pedoman Teknis Penyediaan Air Bersih IKK Pedesaan, Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Cipta Karya, yaitu sebesar 100 liter/jiwa per hari untuk wilayah ibukota kecamatan. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut;
Tabel 6. Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Tiap Kecamatan
No. Nama Kecamatan
Kebutuhan Air 2035 (lt/detik) 1. Batu Putih 41,32 2. Porehu 12,24 3. Tolala 5,15 4. Malili 76,84
Analisis Pola Operasi Waduk
Analisis neraca air pada pembahasan ini dimaksudkan untuk menentukan pola operasi penjatahan (manajemen) air yang paling optimum. Secara teknis analisisnya dilakukan dengan memperhatikan kondisi batas sebagai berikut:
1. Kebutuhan air irigasi merupakan prioritas utama dan harus disediakan secara terus menerus.
2. Bila pada periode tertentu ternyata ketersediaan air pada waduk tidak mencukupi kebutuhan yang ada, maka kebijaksanaan suplai air irigasi dengan penghematan perlu diterapkan.
Dari hasil analisa neraca air pada pola tata tanam dan luas tanam eksisting, ditunjukkan terdapat defisit ketersediaan air pada Bulan September periode I sampai II, dan pada Bulan Oktober sampai dengan November. Grafik hasil analisa neraca air dapat dilihat pada gambar berikut;
Gambar 1. Grafik Neraca Air Eksisting Pendekatan Studi Simulasi Waduk
Sesuai dengan rencana, Waduk Latowu direncanakan akan dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan air baku di sekitar waduk. Agar dapat dicapai suatu kondisi pemanfaatan yang optimum (keandalan >90%), maka teknik pengoperasian waduk terutama saat musim kering hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut;
a. Operasi pintu pengambilan (intake) untuk pembagian air pada periode ke-n harus dilakukan dengan mengacu pada data fluktuasi muka air waduk pada periode waktu ke-n – 1.
b. Jika dalam suatu periode ternyata jumlah air yang tersedia tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan total, maka pembagian airnya harus dilakukan pada periode selanjutnya, sehingga pada periode tersebut dianggap terdapat kegagalan yang nantinya dipilih dari simulasi pola operasi yang memiliki keandalan lebih dari 90%.
Simulasi pola operasi (rule curve) Waduk Latowu secara garis besar adalah sebagai berikut;
Debit inflow yang digunakan adalah debit time series dari perhitungan F.J. Mock dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010.
Operasi waduk didasarkan pada pertimbangan antara aliran masuk (input) dan aliran keluar (output), dengan pertimbangan kehilangan air waduk akibat evaporasi.
Awal simulasi dilakukan pada saat kondisi tampungan waduk dalam keadaan penuh setelah masa pengisian pada musim hujan.
Rekapitulasi Hasil Analisa Simulasi Waduk
Dari hasil simulasi pola operasi tampungan waduk dengan berbagai kondisi debit sungai dapat diketahui bahwa Waduk Latowu mampu untuk memberikan suplai secara baik untuk
kebutuhan air baku dan juga air irigasi penduduk Kecamatan Batu Putih, Porehu, Tolala dan Malili, terbukti dengan angka kesuksesan dalam suplai air baku dan air irigasi lebih dari 90%.
Rekapitulasi dari hasil analisa tiap pola operasi pada variasi berbagai pola tata tanam dapat dilihat pada tabel di bawah ini;
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Simulasi Pola Operasi Waduk
No. Jenis PTT Periode Awal Tanam Keandalan 1. P-PW-PW 01-Jan 99,72 % 2. P-PW-PW 02-Jan 100,00 % 3. P-PW-PW 03-Jan 100,00 % 4. P-P-P 01-Jan 94,44 % 5. P-P-P 02-Jan 94,44 % 6. P-P-P 03-Jan 94,17 % Keterangan: P = Padi PW = Palawija
Dari hasil rekapitulasi simulasi pola operasi di atas, maka jenis pola tata tanam yang dapat digunakan adalah Padi dengan tiga kali musim tanam dalam satu tahun, dengan periode awal tanam yang dapat dimulai pada bulan Januari periode sepuluh harian pertama atau kedua.
Pertimbangan pemilihan pola operasi tersebut dikarenakan jumlah musim tanam padi yang lebih banyak daripada jumlah penanaman padi eksisting yang hanya ditanam satu kali dalam setahun, sedangkan pada metode simulasi yang terpilih dapat ditanam tiga kali periode tanam padi dalam satu tahun. Selain itu, pemilihan metode simulasi tersebut didasarkan pada sisa air pada keandalan pola operasi waduk yang lebih besar daripada periode awal tanam Januari sepuluh harian ke tiga.
Tingkat pelayanan berdasarkan pola tata tanam yang terpilih (Padi-Padi-Padi) pada bulan Januari periode pertama/kedua dapat dilihat pada grafik di bawah ini;
Gambar 2. Grafik Tingkat Pelayanan Pola Operasi Waduk Terpilih.
Pada gambar tersebut di atas menunjukkan kelebihan dari pola operasi yang direncanakan, yaitu terpenuhinya pasokan air baku dan air irigasi yang awalnya mengalami defisit pada periode sepuluh harian bulan September I sampai II serta awal bulan Oktober sampai dengan November. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut;
1. Berdasarkan perhitungan pola tata tanam nantinya dapat diketahui kebutuhan air irigasi di wilayah Batu Putih dan sekitarnya per tahun dengan luas 1.885,03 Ha pada pola tata tanam sebagai berikut;
- Padi – Padi – Palawija awal tanam Januari periode I memiliki kebutuhan air irigasi maksimum adalah sebesar 1,654 liter/detik/Ha pada tiap periode 10 harian.
- Padi – Palawija - Palawija awal tanam Januari periode II memiliki kebutuhan air irigasi maksimum adalah sebesar 1,558 liter/detik/Ha per periode 10 harian.
- Padi – Palawija - Palawija awal tanam Januari periode III memiliki kebutuhan air irigasi maksimum sebesar 1,541
liter/detik/Ha per periode 10 harian.
- Padi – Padi – Padi awal tanam Januari periode I memiliki kebutuhan air irigasi maksimum sebesar 1,713 liter/detik/Ha per periode 10 harian.
- Padi – Padi – Padi awal tanam Januari periode II memiliki kebutuhan air irigasi maksimum sebesar 1,715 liter/detik/Ha per periode 10 harian.
- Padi – Padi – Padi awal tanam Januari periode III memiliki kebutuhan air irigasi maksimum sebesar 1,715 liter/detik/Ha per periode 10 harian.
Sedangkan untuk kebutuhan air baku pada wilayah Batu Putih dan sekitarnya setelah diproyeksikan sampai dengan tahun 2035 tercapai jumlah kebutuhan sebagai berikut; - Kecamatan Batu Putih memiliki
kebutuhan air baku sebesar 41,32 liter/detik.
- Kecamatan Porehu memiliki kebutuhan air baku sebesar 12,24 liter/detik.
- Kecamatan Tolala memiliki kebutuhan air baku sebesar 5,15 liter/detik.
- Kecamatan Malili memiliki kebutuhan air baku sebesar 76,84 liter /detik.
- Dari hasil perhitungan tersebut maka total debit pelayanan air baku yang dapat dilayani adalah sebesar 133,54 liter/detik. 2. Berdasarkan metode F.J. Mock
didapatkan volume ketersediaan air di Sungai Latowu pada beberapa kondisi keandalan debit sebagai berikut;
- Untuk kondisi debit sungai cukup (affluent) (Probabilitas 27,27%) didapatkan debit rerata sebesar 12,966 m3/detik.
- Untuk kondisi debit sungai normal/andalan (Probabilitas 54,55%) didapatkan debit rerata sebesar 4,292 m3/detik.
- Untuk kondisi debit sungai rendah (Probabilitas 72,73%) didapatkan debit rerata sebesar 2,886 m3/detik.
- Untuk kondisi debit sungai musim kering (Probabilitas 90,91%) didapatkan debit rerata sebesar 2,589 m3/detik.
3. Parameter keandalan berdasarkan Simulasi Waduk Latowu yang terpilih (Pola Tata Tanam Padi-Padi-Padi periode awal tanam Januari sepuluh harian pertama atau kedua) adalah sebesar 94,44%, hal ini berarti waduk tersebut dapat melayani air baku dan air irigasi yang mencukupi (keandalan waduk lebih dari 90%).
4. Setelah diketahui pola tata tanam yang dapat digunakan di Waduk Latowu (Padi dengan tiga kali musim tanam) dengan awal tanam pada bulan Januari periode 10 harian pertama/kedua dengan keandalan 94,44%. Pola operasi waduk yang telah direncanakan nantinya dapat melakukan pelayanan sebagai berikut;
- Suplai air baku ke empat kecamatan terdekat yaitu Batu Putih, Porehu, Malili dan Tolala dengan total kebutuhan yang ditunjukkan pada poin pertama. - Pemenuhan air irigasi dengan
total luasan pelayanan 1885,03 Hektar. Angka ini merupakan peningkatan dari luas tanam yang awalnya seluas 732,63 Ha. - Peningkatan jumlah tanam padi selama setahun, dari satu kali tanam pada kondisi eksisting menjadi tiga kali musim tanam.
Dari analisa dan pembahasan yang telah dilakukan dalam kajian ini dikemukakan berbagai saran sebagai berikut;
1. Diperlukan pengkajian ulang terhadap volume tampungan mati waduk dikarenakan kapasitasnya melebihi jumlah tampungan aktifnya.
2. Diperlukan juga pengkajian ulang terhadap pengaruh adanya sedimentasi pada studi lanjutan, karena hal itu akan berpengaruh nantinya terhadap pengoperasian waduk khususnya pada kondisi tampungan waduk yang meliputi volume waduk dan elevasi waduk.
3. Dalam pengoperasian waduk sebisa mungkin menyesuaikan dengan keadaaan di lapangan supaya air yang terdapat pada waduk dapat digunakan secara efisien sesuai dengan kebutuhan.
Daftar Pustaka
Anonim, 1986. Standar Perencanaan
Irigasi KP-01. Jakarta: Direktorat
Jendral Pengairan.
https://younggeomorphologys.wordpres s.com/2011/03/19/konsepsi- kebutuhan-air-batasan-dan-cara-perhitungannya/ (diakses tanggal 16 Januari 2016)
Mc. Mahon, T.A. and Mein, R.G. 1978.
Reservoir Capacity and Yield.
Amsterdam: Elsevier Scientified Publishing Company.
Muliakusumah, Sutarsih. 2000. Proyeksi
Penduduk. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Nashrah, Muhammad. 2006. Studi
Potensi dan Pemanfaatan Air Anak Sungai Maros untuk Kawasan Wisata Pendidikan Puca Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Bandung: Intitut Teknologi Bandung. Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik
Edisi I. Surabaya: Penerbit Usaha