• Tidak ada hasil yang ditemukan

ONOMATOPE DALAM CERITA ANAK-ANAK BAHASA MANDARIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ONOMATOPE DALAM CERITA ANAK-ANAK BAHASA MANDARIN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ONOMATOPE DALAM CERITA ANAK-ANAK

BAHASA MANDARIN

Yulie Neila Chandra, Gustini Wijayanti Program Studi sastra Cina, Fakultas sastra

ync_phoenix@yahoo.com

ABSTRAK

象 声 词 Xiangshengci ‘Onomatope’ adalah kata tiruan bunyi, baik bunyi benda bernyawa maupun benda takbernyawa, seperti suara hewan, gerak perbuatan manusia, benda-benda alam, dan sebagainya. Onomatope banyak muncul di dalam cerita-cerita anak-anak dan remaja. Data yang berasal dari cerita anak-anak tersebut dianalisis menggunakan metode kajian padan dan distribusional. Onomatope dalam Bahasa Mandarin ada yang berpola tetap dan berpola tidak tetap. Onomatope yang berpola tetap umumnya berbentuk bisilabis reduplikasi. Bentuk tulis dan bunyi yang diwakilinya lebih ajek. Sebaliknya, onomatope yang berpola tidak tetap sebagian besar berasal dari ciptaan pengarang/penulis. Bentuk bunyi dan tulisannya tidak terlalu ajek. Karena itu, ruang lingkup penggunaannya lebih luas. Onomatope juga dapat berbentuk lebih dari dua silabel yang berbeda. Sebagian besar onomatope memiliki radikal 口 kou ‘mulut’. Bentuk ( 汉 字 Hanzi) yang berbeda dapat merepresentasikan bunyi yang sama. Pada umumnya, onomatope berdiri sendiri membentuk klausa atau kalimat, yakni di depan suatu kalimat lain sehingga fungsinya seperti interjeksi. Onomatope dalam Bahasa Mandarin dapat menduduki berbagai fungsi sintaktis, namun yang utama adalah keterangan (adverbial) (状语) dan pewatas (atributif) (定语). Onomatope bahasa Mandarin bersifat fonosimbolis (simbolisme bunyi), dan berunsur ikonis. Padanan maknanya dalam bahasa Indonesia seringkali menggunakan verba yang menunjukkan bunyi suatu benda, gerak, atau perbuatan.

KataKunci:Onomatope, fonosimbolis, ikonis, keterangan, pewatas 1 PENDAHULUAN

Dunia anak-anak penuh dengan keceriaan. Keceriaan itu berkelindan dengan sebuah kata, yakni bermain. Ketika belajar, mereka ingin tetap dapat bermain. Karena itu, metode pemelajaran yang tepat adalah dengan menggunakan model permainan, tidak terkecuali dalam pemelajaran bahasa. Hal tersebut bertujuan agar anak-anak tidak merasa jenuh belajar sehingga mereka tetap semangat dan tidak kehilangan keceriaannya. Anak-anak lebih tertarik pada permainan-permainan yang mendukung pemelajaran, seperti menyanyi, menari, menggambar, mendengarkan cerita, dan berbagai permainan lain misalnya permainan menyusun huruf, permainan kata, ataupun permainan menirukan suara atau bunyi. Dalam hal menirukan suara, anak-anak diharapkan dapat belajar mengenal lingkungannya dengan baik.

Dalam Kamus Linguistik (1993:149), dijelaskan bahwa onomatope adalah suatu penamaan benda atau perbuatan dengan peniruan bunyi yang diasosiasikan dengan benda atau perbuatan itu, misalnya kokok (tiruan bunyi ayam), cicit (tiruan bunyi tikus), dan sebagainya. Istilah onomatope di dalam Bahasa Mandarin cukup banyak, yaitu 象声词 xiàngshēngcí,拟声词

(3)

nĭshēngcí,摹声词 móshēngcí,摹写 móxiĕ,atau 装声词 zhuāngshēngcí (Chen Xinxiong et.al, 1989/2005). Beberapa istilah tersebut secara umum merujuk pada hal yang sama, yakni kata tiruan bunyi, seperti ‘bunyi angin bertiup’ 呼呼 hū hū, ‘bunyi air mengalir’ 哗哗 huā huā, ‘bunyi bel atau dentingan benda yang terbuat dari logam atau keramik’ 叮当 dīngdāng, ‘suara bebek’嘎 嘎 gā gā, dan lain-lain.

Pada umumnya onomatope berbentuk reduplikasi, dengan dua silabel (bisilabis). Namun, ada juga yang tidak berbentuk reduplikasi, melainkan menyerupai interjeksi (kata seru), seperti 喔 wō ‘kokok ayam jantan’, 砰 pēng ‘suara benturan’. Bentuk-bentuk tersebut sangat unik. Apabila diperhatikan bentuk pada karakter Han-nya, kebanyakan onomatope memiliki radikal 口 kŏu ‘mulut’. Hal itu setidaknya membuktikan bahwa kata tersebut mengandung suatu bunyi atau suara yang dikeluarkan melalui mulut. Akan tetapi, pada kata 砰 pēng tidak ditemukan radikal 口 kŏu, melainkan 石 shí ‘batu’.

Onomatope merupakan satu di antara kelas kata Bahasa Mandarin yang termasuk di dalam kelompok 虚词 xúcí ‘function words’, yakni kata yang memiliki makna gramatikal. Karena itu, onomatope Bahasa Mandarin bergantung pada konteks kalimat, demikian pula dengan padanannya bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Contoh:

喔!喔!喔!公鸡在叫了!

Wō! Wō! Wō! Gōngjī zài jiào le!

(suara kokok ayam) ayam jantan (Adv) berteriak (PA) ‘ Kukuruyuk! Ayam jantan berkokok!’

(Chen Xinxiong et.al, 1989/2005:181) 2 PERUMUSAN MASALAH

Bagaimana bentuk dan makna onomatope dalam Bahasa Mandarin, khususnya di dalam cerita anak-anak, yakni mencakup morfologis, bentuk karakter Han (汉字 Hanzi), struktur dan fungsi sintaktisnya di dalam kalimat. Telaah mengenai maknanya meliputi padanannya di dalam Bahasa Indonesia sehingga dapat memperlihatkan onomatope Bahasa Mandarin bersifat fonosimbolis atau simbolisme bunyi, serta menunjukkan onomatope Bahasa Mandarin ada yang berunsur ikonis, dan ada yang tidak.

3 TINJAUAN PUSTAKA

Ferdinand De Saussure (1973/1993) mengemukakan bahwa setiap lambang bahasa terdiri atas dua komponen, yaitu signifian ‘penanda’ yang umumnya diwujudkan dalam runtunan fonem atau bunyi; dan signifié ‘petanda’ yang berwujud psikis. Menurut Saussure, makna ialah hubungan antara petanda dan penanda yang terikat konvensi dan bersifat semena. Namun, pilihan penanda tidak selalu semena seperti di dalam onomatope. Onomatope tidak pernah merupakan unsur-unsur organis di dalam suatu sistem bahasa.

(4)

Menurut David Crystal (1992), onomatope dapat disebut sound symbolism. Simbolisme bunyi ini merupakan pengacuan langsung antara bentuk dan makna di dalam bahasa. Hal tersebut terjadi apabila bunyi fonetik dapat mencerminkan bunyi yang ada di dalam dunia luar bahasa.

Li Dejin dan Cheng Meizhen (1988:150) mengungkapkan karakteristik onomatope secara umum, yakni (1) onomatope tidak memiliki makna konkret; (2) onomatope dapat dirangkai dengan nomina atau verba; dan (3) onomatope dapat muncul bersama frasa numeralia penggolong. Selain itu, kedua ahli pembelajaran Bahasa Mandarin tersebut juga mengemukakan tiga fungsi onomatope di dalam kalimat, yaitu (1) onomatope dapat berdiri sendiri atau lepas dari kalimat; (2) onomatope dapat berfungsi sebagai keterangan (adverbial); dan (3)onomatope dapat berfungsi sebagai pewatas (atributif).

Fang Yujing (1992) juga memaparkan fungsi sintaktis onomatope. Ia mengungkapkan bahwa onomatope memiliki sifat mirip dengan interjeksi, yakni dapat berdiri sendiri dalam suatu klausa. Fungsi onomatope pun kadang-kadang mendekati verba atau adjektiva. Maksudnya, memiliki sifat-sifat seperti verba atau adjektiva. Contoh:

3.1 敌机在天上嗡嗡着。

Díjī zài tiān shàng wēng wēng zhe.

Pesawat musuh di langit atas (bunyi pesawat) PA ‘Pesawat musuh berdengung di angkasa.’

Selanjutnya, kajian yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Liu Yuehua, Pan Wenyu, dan Gu Wei (2001:433-438). Mereka mengemukakan bahwa onomatope adalah kata yang menggunakan fonetis untuk menirukan bunyi benda atau alam. Berdasarkan penggunaannya, bentuk onomatope terdiri atas dua jenis, yaitu bentuk pola tetap dan pola tidak tetap. Pada umumnya, yang berbentuk pola tetap berasal dari zaman kuno, dan berbentukbisilabis reduplikasi. Penggunaannya dapat dikatakan langka, dan kebanyakan digunakan dalam ragam tulis. Misalnya, 琅琅 láng láng ‘suara lantang’, 淙淙 cóng cóng ‘bunyi seperti air berdesir-desir’. Sebaliknya, yang berbentuk pola tidak tetap umumnya berasal dari tuturan orang menirukan bunyi atau suara. Bentuk fonetisnya juga tidak tetap. Penggunaannya pun lebih luas daripada bentuk yang pertama. Contoh:

3.2 忽听得”咚咚咚” 有人敲门。

Hū tīng de “dōng dōng dōng” yŏu rén qiāo mén.

Tiba-tiba dengar (PS) (bunyi ketukan) ada orang mengetuk pintu ‘Tiba-tiba terdengar “tok-tok-tok” ada orang mengetuk pintu.’

Liu Yuehua, Pan Wenyu, dan Gu Wei (2001:435-436) juga melengkapi kajiannya dengan memaparkan beberapa fungsi sintaktis yang dapat diduduki oleh onomatope. Fungsi tersebut, yakni sebagai

3.3 Keterangan, contoh:

3.3.1 许多战士冷得嘴唇发白,牙齿嗒嗒地响。

Xŭduō zhànshì lĕng de zuĭchún fābái, yáchĭ tà tà de xiăng.

Banyak prajurit dingin (PS) bibir, gigi (suara gemertak) (PS) berbunyi. ‘Banyak prajurit kedinginan hingga bibir memucat dan gigi bergemertak.’

(5)

3.4 Pewatas atau atributif, contoh:

3.4.1 石洞里传来”咕咚咕咚” 的脚步响。

Shídòng li chuán lái “gūdōng-gūdōng” de jiăobù xiăng.

Batu gua dalam memanggil datang (suara berderap/berdebur) (PS) langkah berbunyi.

‘Di dalam gua batu terdengar suara derap langkah kaki.’ 3.5 Predikat, contoh:

3.5.1 她们轻轻划着船,船两边的水 哗,哗,哗。

Tāmen qīngqing huázhe chuán, chuán liăng bian de shuĭ huā,huā,huā.

Mereka perlahan-lahan mendayung (PA) perahu, perahu dua sisi (PS) air (bunyi air)

‘Mereka mendayung perahu perlahan-lahan, air di kedua sisi perahu bergemercakan.’

3.6 Komplemen, contoh:

3.6.1 小胖见奶奶锁上门走了,急得嗷嗷的。

Xiăopàng jiàn năinai suŏ shang mén zŏu le, jí de áo áo de.

(N-O) melihat nenek mengunci (Komp) pintu pergi (PA), cemas (PS) (suara teriakan/rintihan)

‘Xiaopang melihat nenek mengunci pintu lalu pergi, karena cemas ia berteriak-teriak.’

Selain empat fungsi tersebut, onomatope juga dapat berfungsi sebagai subjek di dalam kalimat, namun pemakaiannya sangat jarang, dan pada umumnya menjadi unsur inti dari subjek.

3.7 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian mengenai onomatope ini bertujuan untuk memahami seluk-beluk onomatope, khususnya di dalam cerita anak-anak, yang mencakup bentuk dan makna berbagai kata yang termasuk onomatope sehingga didapat kaidah yang jelas. Kajian bentuk onomatope juga meliputi bentuk karakter/huruf Han; struktur kalimat termasuk fungsi sintaktis; dan juga segi maknanya, yakni padanannya di dalam Bahasa Indonesia.

3.8 MANFAAT HASIL PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan pemahaman mengenai onomatope dalam Bahasa Mandarin, khususnya kepada para pemelajar Bahasa Mandarin di tingkat dan usia berapapun. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan di bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik Bahasa Mandarin, yang belum begitu banyak diteliti di Indonesia.

4 METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode induktif. Karena itu, penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yakni pengumpulan data dan pengamatan data; analisis data dengan menggunakan dua metode, yaitu metode analisis padan dan distribusional; serta penyajian data.

(6)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Telaah mengenai onomatope Bahasa Mandarin ini diawali dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasi data berdasarkan bentuknya, yaitu bentuk karakter atau huruf Han-nya. Bentuk onomatope Bahasa Mandarin ada yang berpola tetap dan berpola tidak tetap. Onomatope yang berpola tetap lebih sedikit penggunaannya dari pada onomatope yang berpola tidak tetap. Bahkan dapat dikatakan sudah langka penggunaannya. Pada umumnya, onomatope yang berpola tetap berbentuk reduplikasi dengan bisilabis, yang berpola AA.

Bentuk tulis dan bunyi yang diwakilinya lebih ajek. Contoh: 5.1.1 风萧萧兮易水寒。

Fēng xiāo xiāo xī yì shuĭ hán.

Angin (suara angin) sama dengan ganti air dingin ‘Angin berdesir-desir bagaikan air dingin.’

Onomatope pada contoh (14) di atas, menunjukkan pola tetap dengan reduplikasi bisilabis AA. Sebaliknya, onomatope yang berpola tidak tetap sebagian besar berasal dari ciptaan pengarang/penulis. Bentuk bunyi dan tulisannya tidak terlalu ajek. Namun, onomatope yang berpola tidak tetap pada umumnya juga berbentuk bisilabis, dengan pola AA, ada yang merupakan reduplikasi ada pula yang bukan reduplikasi. Contoh onomatope yang berpola tidak tetap di dalam kalimat:

5.1.2 那只猫开始咪咪地叫, ....

Nà zhī māo kāishĭ mī mī de jiào, ....

Itu (KP) kucing mulai (suara kucing) (PS) memanggil, .... ‘Kucing itu mulai berteriak meong-meong, ....’

5.1.3 猫狗都扑通扑通 地跑过来, ....

Māo gŏu dōu pūtōng pūtōng păo guòlai, ....

Kucing anjing semua (suara benda berat jatuh) (PS) berlari datang, .... ‘Kucing dan anjing semua berlari gedebak-gedebuk menuju kemari, ....’ Bentuk onomatope pada contoh (15) menyerupai onomatope yang berpola tetap, yakni reduplikasi bisilabis AA; sedangkan contoh (16) berbentuk bisilabis, dengan reduplikasi berpola ABAB.

Onomatope yang berbentuk monosilabis lebih sering digunakan secara mandiri membentuk klausa atau kalimat, sifatnya menyerupai interjeksi (kata seru). Karena itu, letaknya kebanyakan di depan kalimat. Penggunaannya juga langka. Contoh:

5.1.4 嗄!猫忽然停住了脚步耳朵高高地竖起来, ....

Shà! Māo hūrán tíng zhù le jiăobù ĕrduo gāogao de shù qĭlai, ....

(Suara itik/katak/kuak-kuak)! Kucing tiba-tiba berhenti (Komp) (PA) langkah telinga (PS) tegak lurus berdiri, ....’

‘Kuak! Sekonyong-konyong kucing berhenti di tempat, telinganya berdiri, ....’ Bentuk karakter Han onomatope yang berpola tidak tetap pada umumnya memiliki radikal 口 kŏu ‘mulut’ dengan tona/ton/tone tinggi mendatar (tona pertama). Contoh: 哈哈 hā hā, 呵呵 hē hē, 嘻嘻 xī xī ‘suara tawa’, 哗啦 huālā ‘gemeresak’, 啪啪 pā pā ‘door/bunyi letupan’, 唰 shuā

(7)

‘gemerisik’,嘎嘎 gā gā ‘suara bebek (kwek-kwek)’, 咕噜 gūlu ‘bunyi air mengalir/benda menggelinding atau bunyi keruyuk-keruyuk/geluduk-geluduk’, 唰 shuā ‘bunyi gemerisik’ (seperti bunyi gesekan/bunyi kertas/kantong plastik), dan sebagainya. Sebaliknya, yang tidak memiliki radikal 口 kŏu ‘mulut’ contohnya:轰隆 hōnglōng ‘bergemuruh/ berderu’, 扑通 pūtōng ‘plung/suara benda jatuh ke dalam air’, 砰 pēng ‘brak/suara benturan’, dan sebagainya.

Onomatope yang tidak memiliki radikal 口 kŏu, dibentuk oleh unsur-unsur yang kadang dapat mewakili bunyinya, seperti radikal 石 shí ‘batu’ untuk merujuk pada bunyi yang keras, misalnya pada kata 砰 pēng ‘bunyi benturan atau jatuh’; radikal 车 chē ‘kendaraan/mobil’ juga untuk merujuk pada bunyi yang keras, misalnya pada kata 轰 hōng ‘bunyi bom meledak atau guntur menggelegar’; dan lain-lain. Onomatope yang tidak memiliki radikal 口 kŏu jumlah pemakaiannya tidak sebanyak onomatope yang dibentuk oleh radikal 口 kŏu.

Beberapa onomatope dibentuk oleh kombinasi karakter yang memiliki radikal 口 kŏu dan yang tidak, baik pada silabel pertama maupun kedua. Selain itu, beberapa onomatope juga dibentuk oleh lebih dari dua silabel yang berbeda, yang di antaranya juga terdapat bentuk reduplikasi, seperti 唧唧喳 jījīzhā ‘bunyi hewan/serangga’, 噼里叭啦 pīli bālā ‘bunyi retak/pukulan/ letusan’. Penggunaan onomatope di dalam kalimat, umumnya berdiri sendiri sehingga strukturnya menyerupai interjeksi, yakni berada di awal kalimat. Contoh:

5.1.5 嘎!嘎!跟我一块儿来吧。

Gā! Gā! Gēn wŏ yíkuàir lái ba.

Kwek! Kwek! (Suara bebek) dengan saya bersama-sama datang (PM). ‘Kwek! Kwek! Ayo datang bersama-sama saya.’

5.1.6 噼啪!天空中发出一阵响声。

Pīpā! Tiānkōng zhōng fāchū yízhèn xiăngshēng.

Cetar (bunyi ledakan/cambuk)! Angkasa tengah mengeluarkan satu (KP) bunyi. ‘Cetar! Terdengar bunyi di angkasa.’

Contoh-contoh kalimat di atas memperlihatkan bentuk onomatope yang beragam meski letaknya sama, yakni mendahului kalimat. Struktur tersebut menyerupai interjeksi (kata seru) yang pada umumnya terletak di depan kalimat.

Tiruan bunyi yang sama dapat menggunakan bentuk karakter/huruf Han yang berbeda. Tiruan suara bebek, itik, atau katak dapat menggunakan 嘎 gā atau 呷 gā. Selain itu, penulis ini juga menemukan onomatope 呱 guā untuk tiruan suara bebek, itik, katak, dan juga kucing. Tiruan suara kucing pun dapat menggunakan 咪 mī. Tiruan suara anjing dapat menggunakan 咕 gū atau hū. Kata 呼 hū ini juga dapat digunakan sebagai tiruan bunyi angin atau napas. Tiruan suara burung dapat menggunakan 叽 jī, 唧 jī, atau 唧唧啾啾 jī jī jiū jiū. Hal tersebut menunjukkan sifat fonosimbolis atau simbolisme bunyi pada onomatope.

Selain itu, pada umumnya onomatope dalam Bahasa Mandarin menduduki fungsi sintaktis sebagai keterangan (adverbial) dan pewatas (atributif). Strukturnya pun memperlihatkan pola-pola yang secara umum sama.

(8)

Pola kalimat dengan onomatope yang berfungsi sebagai keterangan (adverbial):

Subjek (主语) + Onomatope (Keterangan) (状语)+ Partikel Struktural 地 de + Verba (Predikat) (谓语), atau Subjek (主语)+ Onomatope (Keterangan) (状 语) + Verba (Predikat) (谓语)

Pola yang disebutkan pertama lebih banyak digunakan dari pada pola kedua. Contoh: 5.1.7 那只猫开始咪咪地叫,那只母鸡也格格地喊起来。

Nà zhī māo kāishĭ mī mī de jiào, nà zhī mŭjī yĕ gē gē de hăn qĭlai.

Itu (KP) kucing mulai meong meong (suara kucing) (PS) memanggil, itu (KP) induk ayam juga petok petok (PS) berteriak (KOMP)

‘Kucing itu mulai berteriak meong-meong, induk ayam itu juga mulai berteriak petok-petok.’

Pola kalimat dengan onomatope yang berfungsi sebagai pewatas (atributif):

Onomatope (pewatas) (定语) + (Partikel Struktural 的 de) + 一声 yīshēng (kata inti/pusat)

Makna frasa 一声 yīshēng yang menduduki posisi inti ini mengacu pada suatu bunyi/suara yang hanya berbunyi sesaat sehingga onomatope di depannya menjadi pewatas. Contoh:

5.1.8 突然,嘶的一声,它的发条断了。 Tūrán, sī de yìshēng, tā de fātiáo duàn le.

Tiba-tiba cis (suara desis) (PS) satu bunyi, ia (benda/binatang) (PS) per putus (PA).

‘Tiba-tiba bunyi berdesis, pernya putus.’

Selain berfungsi sebagai keterangan dan pewatas, onomatope juga dapat menduduki fungsi predikat, komplemen, bahkan subjek, namun sangat jarang ditemukan.

Padanan makna suatu onomatope seringkali menggunakan verba tertentu yang menunjukkan bunyi suatu benda, gerak, atau perbuatan. Misalnya, bunyi air dipadankan dengan verba bergemericik, bergemerecak, atau bergerojok; bunyi angin dipadankan dengan verba berdesir, bergemuruh, berderu; bunyi benda dari logam dipadankan dengan verba berdenting; bunyi langkah dipadankan dengan verba berderap; bunyi benda jatuh dipadankan dengan berdentum; bunyi air mendidih dipadankan dengan verba bergelegak; dan lain-lain. Begitu pula dengan onomatope dari benda bernyawa, seperti suara ayam berkokok, anjing menggonggong, burung berkicau, itik atau bebek berkuak, dan sebagainya.

Namun demikian, dalam cerita-cerita anak-anak, onomatope seringkali diterjemahkan hanya berdasarkan bunyinya, sesuai bahasa sasarannya. Misalnya, suara kucing dipadankan dengan kata meong; suara anjing dipadankan dengan kata guk; suara suara bebek dipadankan dengan kata kwek; suara burung/tikus dipadankan dengan kata cit; bunyi jam berdetak dipadankan dengan kata tik-tak; bunyi benda jatuh ke dalam air dipadankan dengan kata plung; bunyi bel dipadankan dengan kata tingtong; bunyi senjata seperti senapan/pistol dipadankan dengan kata dor; dan lain-lain.

(9)

6 KESIMPULAN

Onomatope banyak digunakan di dalam cerita anak-anak berbahasa Mandarin, khususnya cerita tentang hewan/binatang. Bentuk karakter Han onomatope sangat beragam. Beberapa bentuk (karakter Han) yang berbeda dapat merepresentasikan bunyi yang sama. Pada umumnya, onomatope Bahasa Mandarin menunjukkan fonosimbolis (simbolisme bunyi), dan berunsur ikonis, yakni ditunjukkan dengan penggunaan radikal 口 kŏu ‘mulut’ pada bentuk tulisannya. Penggunaan onomatope di dalam kalimat menyerupai penggunaan interjeksi, yaitu dapat berdiri sendiri menjadi kalimat.

7 PUSTAKA ACUAN

Alwi, Hasan, Anton M. Moeliono, Hans Lapoliwa, dan Soenjono Dardjowidjojo. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Chen Ru dan Zhang Qiwang. 1989. Gaoji Kouyu. Beijing: Sinolingua. Chen Xinxiong, et.al. 1989/2005. Yuyanxue Cidian. Taipei: Sanmin Shuju.

Crystal, David. 1992. Dictionary of Language and Languages. London: Pinguin Books. Cui Zhonglei. 2006. An Tu Sheng Tonghua. Harbin: Heilongjiang Kexue Jishu Chubanshe. De Saussure, Ferdinand. 1973/1993. Cours de Linguitique Générale (terj. Pengantar Linguistik

Umum oleh Rahayu S. Hidayat). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Fang Yuqing. 1992. Shiyong Hanyu Yufa. Beijing: Beijing Yuyan Xueyuan Chubanshe Guo Zhenhua. 2000. Jianming Hanyu Yufa. Beijing: Sinolingua.

He Jiafen. Tuzi Beng Beng Tiao. Shandong; Shandong Huabao Chubanshe.

Hu Pan. 1997. Zuo ge Hao Haizi: Shei shi Hao Haizi. Singapura: Shangwu Yinshuguan. Katamba, Francis. 1993. Morphology. London: Macmillan Press.

Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. ________. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

________. 1999. Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: FSUI.

Li Dejin dan Cheng Meizhen. 1988. Waiguoren Shiyong Hanyu Yufa. Beijing: Sinolingua. Li Xiaoxiang. 2001. Zhonghua Wenhua de Gushi. Singapura: Asiapac Books Pte Ltd.

Liu Yuehua, Pan Wenyu, dan Gu Wei. 2001. Shiyong Xiandai Hanyu Yufa. Beijing: Shangwu Yinshuguan.

Lu Zhou. 1999. Ne Zha Nao Hai. Jiangsu: Jiangsu Shaonian Ertong Chubanshe. Sun Dejin. 2002. Hanyu Yufa Jiaocheng. Beijing: Beijing Yuyan Daxue Chubanshe.

Tan Tionghwat. 2004. Kumpulan Cerita Menarik dalam Bahasa Mandarin: Ani, Hormati Orang Lain. Jakarta: Puspa Swara.

________. 2004. Kumpulan Cerita Menarik dalam Bahasa Mandarin: Dompet Kakek Gao. Jakarta: Puspa Swara.

________. 2004. Kumpulan Cerita Menarik dalam Bahasa Mandarin: Lili tidak Menangis Lagi. Jakarta: Puspa Swara.

Wu Peiqi. 1997. Zhonghua Jieri de Gushi. Singapura: Asiapac Books Pte Ltd. Yan Wenjing. 1999. Ertong Wenxue Juan. Beijing: Zuojia Chubanshe.

Yang Yingping. 2001. Ertong Xiaohua. Mongolia: Neimenggu Wenhua Chubanshe.

Zhang Wu. 2000. Jianming Xiandai Hanyu. Beijing: Zhongyang Guangbo Dianshi Daxue Chubanshe.

(10)

Zhao Yongxin. 1992. Hanyu Yufa Gaiyao. Beijing: Beijing Yuyan Wenhua Daxue Chubanshe.

DAFTAR SINGKATAN

Adv : Adverbia

KOMP : Komplemen KP : Kata Penggolong

N-O : Nama Orang

PA : Partikel Aspektual

PM : Partikel Modalitas (Partikel Fatis) PS : Partikel Struktural

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun ke- mampuan meningkatkan produksi usaha tani terkategori sedang, bila kita cermati dari ketiga aspek yang diukur, terlihat bahwa petani padi sawah lebak memiliki

Bahan hukum primer yaitu sumber penelitian hukum yang bersifat autoritatif. Bahan Hukum primer berupa perundangan-undangan, catatan-catatan resmi, risalah dalam pembuatan

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi

Dengan melihat hasil pengujian yang diperoleh, maka pembuatan sistem ini telah memenuhi tujuan awal dari penelitian, yaitu membuat sistem navigasi gedung SMK Pancasila

Sedangkan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk mene lit i pada kondisi obyek yang ala miah dimana penelit i adalah sebagai

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan beberapa mahasiswa dan karyawan Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung yang

Proses dimulai dengan mengisi form edit penyakit, setelah itu sistem akan mengecek apakah field kode penyakit dan nama penyakit kosong dan kode penyakit belum terdaftar pada

Tabel 4.11 Rekapitulasi Tanggapan Tamu Terhadap Repurchase Intention Tamu Di Saffron Restoran ... 114 Tabel 4.13 Output Pengaruh Service Guarantee Terhadap