• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KORELASI ANTARA KOLABORASI PENELITI DAN PRODUKTIVITAS PENELITI LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN. Remi Sormin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KORELASI ANTARA KOLABORASI PENELITI DAN PRODUKTIVITAS PENELITI LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN. Remi Sormin"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Kolaborasi dalam kegiatan penelitian menciptakan kesempatan berbagi atau transfer pengetahuan, keahlian dan tehnik tertentu dalam suatu ilmu, pembagian kerja dan pemanfaatan keahlian secara efektif, serta peningkatan produktivitas. Dalam kajian ini kegiatan kolaborasi diekspresikan dalam penulisan karya ilmiah antara para ilmuwan/peneliti bidang pertanian. Pengukuran tingkat kolaborasi menggunakan metode bibliometrik, berupa kajian dengan mengaplikasikan metode statistik dan matematik untuk mengukur perubahan baik kuantitatif maupun kualitatif pada sekumpulan dokumen atau media lain. Kajian bertujuan meng-ungkapkan tingkat kolaborasi peneliti Badan Litbang Pertanian berdasarkan populasi data artikel yang dipublikasikan periode tahun 1996-2005, dan hubungan kolaborasi dengan produktivitas peneliti melalui artikel hasil penelitian yang terhimpun dalam pangkalan data AGRIS tahun 1996-2007. Metode kajian yang digunakan kuantitatif dengan pengukuran frekuensi dan intensitas variabel penelitian pertanian. Data dikelompokkan kedalam sembilan rumpun disiplin dalam ilmu pertanian. Berdasarkan metode penghitungan Subramanyam terungkap bahwa tingkat kolaborasi penulisan karya ilmiah di Badan Litbang Pertanian mencapai 71-80% dibanding penulisan secara individu. Tingkat yang paling tinggi terdapat dalam rumpun alat dan mesin pertanian. Korelasi kolaborasi dengan produktivitas sangat kuat, mencapai nilai koefisien 0,88-0,97.

ABSTRAK

Study on correlation between collaboration researchers at the Agency for Agricultural Research and Development

Collaboration in research activities will transfer of knowledge, skill and certain technique in certain field, work distribution and effective expertise utilization and productivity increase. In this study, collaboration activities was expressed in scientific writing among researcher/scientists in agricultural field. Collaboration level was estimated using bibliometeric method.

The study aimed at revealing collaboration level of the AARD researchers based on articles published in 1996-2005, and correlation between collaboration and productivity of researcher through articles compiled at AGRIS databases 1996-2007. Data were grouped into nine disciplines of agricultural field. Based on Subramanyam calculation method, it was revealed that collaboration level of scientific writings by AARD researchers was 71-80% with article in agricultural machinery and engineering was

KAJIAN KORELASI ANTARA KOLABORASI PENELITI DAN PRODUKTIVITAS

PENELITI LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN

Remi Sormin

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran teknologi Pertanian, Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122. Telp. (0251) 8321746, faks.: (0251) 8326561, email: pustaka@pustaka-deptan.go.id.

the highest. Researcher collaboration was highly correlated with productivity with coefficient 0.88-0.97.

Keywords: Scientific writing, agricultural research result, research collaboration, research result article, bibliometrics, researcher, productivity

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan modern, kemajuan suatu bangsa berkaitan erat dengan kemajuan teknologi dan penelitian termasuk penelitian pertanian. Sedangkan kemajuan teknologi itu sendiri selalu berawal dari kegiatan pene-litian. Dalam bidang pertanian kegiatan penelitian yang kuat dan maju, yang didukung oleh peneliti yang ber-karakter merupakan prasyarat bagi kemajuan pertanian nasional.

Untuk menanggulangi permasalahan yang semakin kompleks perlu melakukan kerja sama dengan didasarkan berbagai latar belakang keahlian. Melalui kerja sama penelitian permasalahan dapat dipecahkan dan sekali-gus dapat menciptakan hasil penelitian yang baik. Kerja sama dalam kegiatan penelitian disebut juga kolaborasi. Dalam hal ini masing-masing memberikan sumbangan sumber daya dan usaha baik intelektual maupun fisik (Prihantono 2002)

Banyak keuntungan yang diperoleh dengan ber-kolaborasi, seperti dijelaskan dalam Katz dan Martin (1997), antara lain terciptanya kesempatan untuk berbagi pengetahuan, keahlian dan teknik tertentu dalam sebuah ilmu. Dengan berkolaborasi akan terjadi pembagian kerja dan penggunaan secara efektif setiap kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing peneliti. Keuntungan peneliti berkolaborasi adalah:

1. Transfer pengetahuan dan keahlian. Upaya untuk memperbaharui pengetahuan yang dimiliki sese-orang sangat memakan waktu dan terbentur bebe-rapa masalah. Didokumentasikannya sebagian ilmu dan perkembangan terbarunya menyebabkan

(2)

penge-tahuan menjadi bersifat tacit, tidak menyebar dan tetap dalam kondisi seperti itu sampai ilmuwan yang menguasainya mempunyai waktu untuk menuliskan dan mempublikasikan.

2. Pertukaran ide dari berbagai ilmu yang akan me-nambah wawasan dan perspektif baru seseorang, sehingga dapat mendorong tumbuhnya kreatifitas. Efeknya akan lebih tinggi jika terjadi diantara orang-orang dari berbagai latar belakang ilmu yang berbeda. 3. Membuka kesempatan persahabatan intelektual. Peneliti akan membangun hubungan tidak hanya dengan kelompoknya yang terlibat dalam penelitian yang sedang dilakukan, tetapi juga akan berupaya memasuki jaringan yang lebih luas dalam komunikasi penelitian.

4. Peningkatan produktivitas: Kolaborasi menstimulasi peneliti untuk berkarya bersama secara produktif. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara produktivitas dan kolaborasi.

Disamping karena keuntungan yang dapat di-peroleh, seperti dijelaskan oleh Beaver (2001) masih ada berbagai alasan lain yang mendorong peneliti berkola-borasi, yaitu:

1. Akses untuk keahlian.

2. Akses untuk peralatan, sumber daya atau bahan yang tidak dimiliki.

3. Akses keuangan.

4. Untuk mendapatkan penghargaan (prestise) pada peningkatan keahlian.

5. Efisiensi dalam arti koordinasi diantara berbagai peneliti dari latar belakang ilmu yang berbeda (multidisiplin) dapat terlaksana secara efisien. 6. Mendapatkan kemajuan dengan cepat.

7. Mengatasi masalah yang besar, lebih penting, lebih sulit, lebih global dapat diatasi.

8. Menambah atau meningkatkan produktifitas. 9. Menciptakan jaringan informasi antarpeneliti. 10. Sebagai alat belajar kemampuan atau teknik baru. 11. Untuk memuaskan keingintahuan yang berhubung

an dengan keahlian.

12. Berbagi pikiran dan perasaan dengan orang lain. 13. Untuk mengurangi kesalahan dan pendapat yang

salah atau kekeliruan.

14. Target penelitian yang lebih terfokus, sehingga tidak terjadi penelitian dengan subjek yang sama diteliti didua tempat.

15. Mengurangi kesendirian (isolasi). 16. Untuk mendidik (siswa, diri sendiri).

17. Meningkatkan pengetahuan dan terus belajar. 18. Untuk kesenangan dan hiburan.

Kegiatan kolaborasi dalam penelitian secara umum dapat dilihat dalam kegiatan penulisan suatu karya yang melibatkan banyak pengarang atau ko-pengarang, se-hingga disebut kepengarangan kolaborasi. Meskipun masih ada perdebatan mengenai sejauh mana ko-pengarang mencerminkan kegiatan kolaborasi dari sebuah penelitian (Laudel 2001). Menurut Gordon dalam Surtikanti (2004) asumsi yang digunakan untuk me-lakukan analisis ko-pengarang adalah:

1. Jumlah makalah yang dihasilkan oleh sekelompok ilmuwan sebanding dengan aktifitas penelitian mereka. Semua karya kolaborasi muncul dalam satu artikel atau lebih.

2. Frekuensi relatif dari ko-kepengarangan dalam kelompok sebanding dengan tingkat kolaborasi ilmiahnya.

3. Frekuensi relatif dari produksi makalah ilmiah dengan tingkat kepengarangan ganda yang berbeda-beda (misalnya 1 pengarang, 2 pengarang dan sebagai-nya), sebanding dengan frekuensi penerbitan maka-lah dalam majamaka-lah ilmiah oleh kelompok.

4. Didasarkan atas aturan mengenai kepengarangan, diasumsikan setiap ko-pengarang mempunyai porsi kontribusi penting pada proyek penelitian dan dinyatakan dalam dokumentasi laporan akhirnya.

Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menghitung tingkat kolaborasi adalah bibliometrik yang merupakan kajian yang mengaplikasikan metode mate-matika dan statistik untuk mengukur suatu perubahan baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada sekum-pulan dokumen maupun media lainnya. Metode ini me-manfaatkan data bibliografis dari dokumen penelitian sebagai masukan indikator kolaborasi (Sulistyo-Basuki 2002).

Katz dan Martin (1997) memberikan batasan bahwa seorang peneliti dapat dikatakan atau disebut berkola-borasi (kolaborator) apabila orang tersebut bekerja sama dalam suatu penelitian dan ikut memberikan kontribusi penting berkali-kali; namanya muncul dalam proposal penelitian asli; bertanggung jawab pada satu atau lebih elemen utama penelitian, pelaksanaan eksperimen, analisis dan interpretasi data, penulisan laporan hasil penelitian; bertanggung jawab pada tahap-tahap pen-ting penelitian (pencetus ide, hipotesis asli, atau interpretasi teori); dan sebagai pemilik proposal proyek asli atau penyandang dana, meskipun kontribusi utama-nya hautama-nya pada manajemen penelitian (misalutama-nya ketua tim) bukan pada penelitiannya. Mereka yang tidak termasuk kolaborator adalah orang yang memberi

(3)

kontribusi relatif sedikit dalam proses penelitian dan teknisi atau asisten peneliti.

Badan Litbang Pertanian merupakan institusi yang mempunyai tugas melakukan penelitian dan pengem-bangan pertanian. Dalam melaksanakan tugasnya Badan Litbang Pertanian didukung oleh 7.812 orang yang 2.553 orang diantaranya merupakan tenaga fungsional termasuk peneliti sebanyak 2.219 orang dengan latar belakang dari berbagai disiplin ilmu dan keahlian yang berbeda. Hasil penelitian Badan Litbang Pertanian diterbitkan dalam berbagai publikasi seperti laporan hasil penelitian, prosiding/lokakarya, majalah ilmiah, buletin, dan sebagainya. Artikel-artikel hasil penelitian dalam berbagai publikasi tersebut kemudian dihimpun oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran teknologi Pertanian (PUSTAKA) dalam pangkalan data AGRIS (The International Information System for

Agricultural Science and Technology) yang merupakan

jaringan kerja sama informasi pertanian internasional yang sampai tahun 2008 tercatat berang-gotakan 240 negara anggota FAO, dan sejak tahun 1975 PUSTAKA ditunjuk sebagai Pusat Nasional AGRIS di Indonesia dalam bidang pertanian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: tingkat kolaborasi peneliti pertanian di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005; hubungan antara kolaborasi dan produktivitas peneliti melalui artikel hasil penelitian yang dihimpun di pangkalan data AGRIS periode tahun 1996-2007.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang dapat diukur dengan nyata atau angka-angka berdasarkan dan pengukuran frekuensi dan intensitas variabel penelitian sehingga mudah difahami. Secara umum hal ini menjadi ciri penelitian bibliometrik, meskipun pada saat interpretasi data akhirnya harus dapat dinyatakan dalam istilah-istilah kualitatif.

Hasil penelitian diungkapkan secara deskriptif untuk memberikan gambaran tentang subyek peneliti-an, yaitu mengenai tingkat kolaborasi peneliti pada instansi lingkup Badan Litbang Pertanian. Obyek penelitian adalah artikel hasil penelitian yang diterbitkan pada periode tahun 1996-2005 dan ada pada pangkalan data AGRIS di PUSTAKA tahun 1996-2007. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus tahun 2007.

Populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu semua artikel karya peneliti Badan Litbang Pertanian tahun 1996-2005 yang diasumsikan terhimpun pada pangkalan data AGRIS. karya tulis hasil penelitian yang dikaji dikelompokkan berdasarkan rumpun disiplin ilmu sesuai pengelompokan AGRIS/CARIS Categorization

Scheme yang diterbitkan oleh FAO (Food and Agriculture Organization) (Prince-Perciballi 1990).

Pengumpulan data dilakukan dengan memeriksa secara sistematis populasi hasil penelitian, kemudian ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan data yang meliputi nama peneliti dan kerja sama yang dilakukan berdasarkan penulisan suatu artikel secara bersama (ko-pengarang). Data dikelompokkan ke dalam 9 rumpun disiplin dalam ilmu pertanian yaitu: (1) ekonomi pertanian, pembangunan dan sosiologi pedesaan; (2) ilmu dan produksi tanaman; (3) perlindungan tanaman; (4) teknologi Pascapanen; (5) ilmu, produksi, dan perlindungan ternak; (6) perikanan dan aquakultur; (7) alat dan mesin pertanian; (8) sumber daya alam dan lingkungan; (9) pengolahan hasil pertanian.

Metode Analisis

(1) Penentuan tingkat kolaborasi peneliti Badan Litbang Pertanian pada periode tahun 1996-2005 dengan penerapan formulasi metode Subramanyam (1983) sebagai berikut:

Nm

C =

————

Nm + Ns Dimana:

C = tingkat kolaborasi peneliti dalam suatu disiplin ilmu, nilai C berada pada interval nol sampai dengan satu, atau [0, 1].

Nm= total hasil penelitian dari peneliti dalam suatu disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara berkolaborasi.

Ns = total hasil penelitian dari peneliti dalam suatu disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara individual.

Dalam hal ini besarnya nilai C yang merupakan tingkat kolaborasi peneliti tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Apabila nilai C sama dengan 0 (C = 0) maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian seluruhnya

(4)

dilakukan secara individual (peneliti tunggal), berarti tidak ada satupun hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Berarti pelak-sanaan penelitian sama sekali tidak memerlukan bantuan atau pendekatan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain, dan memang masih dapat dilakukan secara individual

2. Apabila nilai C lebih besar dari 0 dan kurang dari setengah (0 < C < 0,5) maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan secara individual lebih besar dibanding dengan hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Jadi pelaksanaan penelitian tidak semuanya memerlukan bantuan atau pendekatan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain.

3. Apabila nilai C sama dengan setengah (C = 0,5) maka dapat dikatakan bahwa banyaknya hasil penelitian dilakukan secara individu sama ba-nyaknya dengan penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Jadi pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut sama-sama memerlukan bantuan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain. 4. Apabila nilai C lebih besar dari setengah dan kurang dari satu (0,5 < C < 1) maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian dilakukan secara individual lebih sedikit dibanding hasil penelitian yang di-lakukan secara berkolaborasi. Jadi pelaksanaan penelitian memang sangat memerlukan bantuan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain. (2) Hubungan antara kolaborasi peneliti dengan produk-tivitas peneliti dalam penulisan karya ilmiah, di-lakukan melalui Uji Korelasi Rank Spearman (Siegel 1990). Dalam hal ini formulasi Spearman disajikan sebagai berikut: N 6

Σ

di2 i = 1 rs = 1 -

————

N3 - N

Dengan ketentuan bahwa:

rs = koefisien korelasi peringkat Spearman, dengan nilai antara [-1, 1].

di = selisih antara kedua peringkat pasangan data X dan Y, dimana Y = produktivitas peneliti dan X = kolaborasi peneliti (artikel yang ditulis secara berkolaborasi).

N = banyaknya pasangan data.

Dari hasil penghitungan yang diperoleh disimpulkan bahwa apabila rs = +1 atau -1 maka disimpulkan ada hubungan sempurna antara X dan Y. Apabila nilai rs mendekati nol, maka disimpulkan antara X dan Y tidak berkorelasi. Sebaliknya apabila nilai rs mendekati satu, maka X dan Y memiliki korelasi yang sangat tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kolaborasi Peneliti

Langkah pertama yang dilakukan untuk penghitungan tingkat kolaborasi peneliti dengan metode Subramanyam adalah memeriksa setiap judul hasil penelitian kemudian ditabulasikan berdasarkan jumlah keanggotaan penulis, satu orang, dua orang, tiga orang, dan seterusnya. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa persentase keanggotaan penulis tiga orang lebih tinggi untuk delapan rumpun disiplin ilmu, hanya rumpun disiplin ilmu teknologi pascapanen yang mempunyai persentase keanggotaan jumlah penulis 2 orang lebih tinggi dari 3 orang. Dari hasil pemeriksaan setiap judul hasil penelitian, jumlah keanggotaan penulis dengan keanggotaan 6-10 orang sangat sedikit sehingga dalam gambar tidak ditampilkan. Dari beberapa literatur disebutkan bahwa perma-salahan yang sulit bila dikerjakan atau dipandang dari sudut bidang keahlian yang beragam akan lebih efektif dan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada harus dikerjakan oleh satu orang. Disamping banyak keun-tungan yang diperoleh pihak yang saling bekerja sama. Hal ini sudah dilakukan peneliti di Badan Litbang Per-tanian, terlihat dari data yang diperoleh bahwa persen-tase keanggotaan yang berkolaborasi tertinggi dilaku-kan oleh 3 orang disusul oleh dua orang dan seterus-nya. Hasil penghitungan dengan metode Subramanyam menunjukkan bahwa tingkat kolaborasi peneliti lingkup Badan Litbang Pertanian berkisar antara 0,71-0,80 (Tabel 1). Hal ini dapat diartikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan dengan berkolaborasi lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan secara individual.

Dari Tabel 1 tampak bahwa tidak ada perbedaan tingkat kolaborasi untuk semua rumpun disiplin ilmu. Hal ini bisa terjadi karena kegiatan penelitian lingkup Badan Litbang Pertanian termasuk juga yang dilaksanakan secara bekerja sama dengan instansi lain, seperti perguruan tinggi harus selalu direncanakan secara jelas dan terkoordinasi dalam suatu proposal tertulis yang disebut RPTP (Rencana penelitian Tingkat Peneliti).

(5)

Tabel 1. Tingkat kolaborasi peneliti untuk sembilan rumpun disiplin ilmu yang diteliti periode tahun 1996-2005 di Badan Litbang Pertanian

Rumpun disiplin ilmu Ns Nm C(%) Ekonomi pertanian, pembangunan dan sosiologi pedesaan (E) 4 0 7 1 0 4 3 7 1 Ilmu dan produksi tanaman (F) 7 1 3 2 4 3 1 7 7 Perlindungan tanaman (H) 2 1 2 5 9 1 7 4 Teknologi pascapanen (J) 5 0 1 2 9 7 2 Ilmu, produksi, dan perlindungan ternak (L) 3 7 8 1 0 5 0 7 3 Perikanan dan aquakultur (M) 9 2 2 9 5 7 6 Alat dan mesin Pertanian (N) 4 5 1 8 4 8 0 Sumber daya alam dan lingkungan (P) 8 0 2 3 4 7 5 Pengolahan hasil pertanian (Q) 1 3 5 4 2 2 7 6 Keterangan: Ns = hasil penelitian yang dilakukan secara individual; Nm = hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi

Gambar 1 Persentase jumlah keanggotaan peneliti yang berkolaborasi dalam menulis hasil penelitian untuk sembilan rumpun disiplin ilmu

3 5 3 0 2 5 2 0 1 0 1 5 5 0 23,65 25,50 11,93 5,31 26,628,98 14,54 4,83 27,5328,86 10,83 4,36 27,63 22,9 14,62 2,23 19,47 25,44 15,61 7,42 22,99 29,46 13,18 6,72 22,71 31,88 13,97 6,55 26,43 27,39 14,01 4,14 24,7725,49 14,9 6,64 4 0 E F H J L M N P Q

Rumpun disiplin ilmu

2 orang 3 orang 4 orang 5 orang

dalam proposal tersebut harus disebutkan dan diupayakan keterlibatan beberapa peneliti dari berbagai bidang keilmuan sesuai kebutuhan objek, masalah, dan komoditas yang akan diteliti.

Hubungan antara kolaborasi peneliti dan produktivitas peneliti

Untuk mengetahui hubungan antara kolaborasi dengan produktivitas peneliti dilakukan dengan menggunakan

uji korelasi Rank Spearman. Data yang dikorelasikan adalah jumlah hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi (x), sedang produktivitas peneliti berupa jumlah semua hasil penelitian yang dilakukan baik secara berkolaborasi maupun yang dilakukan secara individu (y). Dari hasil analisis diketahui bahwa koefisien korelasi berkisar antara 0,88 sampai 0,97, angka ini menunjukkan korelasi yang sangat kuat (Tabel 2). Korelasi memiliki pola positif atau searah, dengan demikian dapat diinter-pretasikan bahwa apabila peneliti sering berkolaborasi maka nilai produktivitas peneliti juga akan tinggi.

(6)

Tabel 2. Hasil analisis uji Korelasi Rank Spearman untuk 9 rumpun disiplin ilmu periode tahun 1996-2005. Rumpun disiplin ilmu Koefisien korelasi Ekonomi pertanian, pembangunan

dan sosiologi pedesaan (E) 0,881** Ilmu dan produksi tanaman (F) 0,952** Perlindungan tanaman (H) 0,960** Teknologi pascapanen (J) 0,947** Ilmu, produksi, dan perlindungan ternak (L) 0,905** Perikanan dan aquakultur (M) 0,927** Alat dan mesin pertanian (N) 0,917** Sumber daya alam dan lingkungan (P) 0,970** Pengolahan hasil pertanian (Q) 0,975** **Signifikan pada taraf kepercayaan 95%

Artinya semakin sering peneliti berkolaborasi maka kualitas dan kuantitas karya tulis ilmiah yang dipub-likasikan akan semakin bermutu. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya dorongan atau motivasi pertukaran ide dan interaksi antara peneliti bersangkutan dengan ilmuwan lain yang mampu menambah wawasan dan perspektif baru bagi peneliti yang melakukan kolaborasi. Di samping itu, kolaborasi juga mampu mendorong kreativitas dari peneliti untuk terus berkreasi dalam penelitian dan penulisan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas pada bagian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kolaborasi peneliti Badan Litbang Pertanian dalam karya tulis ilmiah pada semua rumpun disiplin ilmu yang dikaji berkisar antara 0,71-0,80. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan penelitian peneliti sangat memerlukan kerja sama dengan peneliti lain.Tingkat kolaborasi paling tinggi adalah rumpun disiplin ilmu alat dan mesin pertanian yaitu 80% dan yang paling rendah (71%) adalah rumpun disiplin ilmu ekonomi pertanian, pembangunan dan sosiologi pedesaan.

Hubungan antara kolaborasi dan produktivitas peneliti menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat dengan nilai koefisien korelasi berkisar antara 0,88 sampai 0,97. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin sering peneliti berkolaborasi maka produk-tivitasnya makin meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Beaver D.B. 2001. Reflection on scientific collaboration (and its study):past, present and future. Scientometrics, 52(3):365-377

Katz, J.S and Martin, B.R, 1997. What is research collabo-ration.In research policy, http:/www.sussesx.ac.uk/users/ sylvank/pubs/Res col9.pdf. [6 Juli 2007].

Laudel, G. 2001. What do we measure by co-authorship?

Proceeding of The 8th International Conference on

Scientometrics and Infometrics .Sidney.Birg. Prihantono, I.G. 2002. Graf Komunikasi. Kumpulan kursus

bibliometrika. Universitas Indonesia, Jakarta. Prince-Perciballi, I. 1990. AGRIS/CARIS: Categorization

Scheme. Food and Agricultural Organization of the United Nation. Rome

Siegel, S.1990. Statistik non parametrik untuk ilmu-ilmu sosial. Gramedia

Sulistyo-Basuki 2002. Bibliometrics, scientometrics dan infometrics. Kumpulan kursus bibliometika. Universitas Indonesia, Jakarta.

Sumbramanyam, K. 1983. Bibliometrics Studies of Research Collaboration: a Review. Journal of Information Science, 6(1): 34

Gambar

Tabel 1. Tingkat kolaborasi peneliti untuk  sembilan rumpun disiplin ilmu yang diteliti  periode tahun 1996- 1996-2005 di Badan Litbang Pertanian
Tabel 2. Hasil analisis uji Korelasi Rank Spearman untuk 9 rumpun disiplin ilmu periode tahun 1996-2005.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kejadian penyakit cendawan ento- mopatogen pada Spodoptera exigua (Lepidoptera: Noctuidae) dalam jaring tritro- fik pada tanaman

Selama 4 bulan pengamatan, perlakuan pemangkasan akar yang dikombinasikan dengan inokulasi fungi ektomikoriza tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi,

Walaupun pemburukan yang jelas dan bertahap mungkin tidak ditemukan pada semua kasus, gejala neurologis fokal adalah lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan pada demensia

Kekuatan yang ada pada diri pemimpin dan yang dimiliki oleh kelompok (hubungan interpersonal diantara keduanya), serta situasi lingkungan (orientasi tugas) akan

Kaedah ini dijalankan di perkampungan terhadap responden sekitar Pekan Dabong. Segala maklumat yang didapati adalah berdasarkan struktur kegiatan ekonomi dan kesan-kesan

pengamatan umur 21 dan 28 hst; 2) perlakuan faktor tunggal pemberian dosis pupuk Supernasa Granule dengan 60 kg/ha pada tanaman gambas terjadi pengaruh nyata

Contohnya, partikel yang dihasilkan dari peralatan mekanik (crush atau grind) cenderung besar ( di atas 10 micrometer); sedangkan partikel yang berasal dari combustion atau

Needle jet mengontrol pencampuran bahan bakar dan udara yang dialirkan dari celah diantara needle jet dan jet needle (jarum pengabut) tersebut. 3) Venturi yaitu bagian yang sempit