• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adalah cara individu merasakan pekerjaan yang dihasilkan dari sikap individu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adalah cara individu merasakan pekerjaan yang dihasilkan dari sikap individu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian kepuasan kerja karyawan

Suwatno dan Priansa (2011: 263) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah cara individu merasakan pekerjaan yang dihasilkan dari sikap individu tersebut terhadap berbagai pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan (Hasibuan, 2014:203). Putra (2014) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap seseorang karyawan terhadap tugas yang didapat. Jika seseorang karyawan memiliki tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pekerjaannya, maka karyawan tersebut akan memiliki produktivitas kerja yang baik. Sebaliknya jika karyawan memiliki tingkat kepuasan yang rendah terhadap pekerjaannya, maka karyawan tersebut kemungkinan besar akan memiliki produktivitas yang rendah terhadap pekerjaannya dan akan memicu terjadinya kemangkiran serta tidak adanya komitmen dalam berorganisasi.

Tunjungsari (2011) memberikan pengertian bahwa kepuasan kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. Sedangkan menurut Wibowo (2013:501) Kepuasan kerja akan mempengaruhi produktivitas yang sangat diharapkan oleh manajer, oleh sebab itu manejer perlu memahami apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawannya.

(2)

12

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa kepuasan kerja karyawan merupakan sikap umum karyawan terhadap berbagai aspek maupun pekerjaan yang dijalankannya. Jika seorang karyawan mendapatkan kepuasan kerja yang rendah maka karyawan tersebut akan menunjukan produktivitas yang tidak baik pada perusahaan, dan sebaliknya apabila karyawan mendapatkan kepuasan kerja yang tinggi pada pekerjaannya maka karyawan tersebut akan memiliki produktivitas kerja yang baik, sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan.

2.1.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

Menurut Hasibuan (2014:203) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan antara lain balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang sesuai dengan keahlian, berat-ringannya pekerjaan, lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap pimpinan dalam memberdayakan karyawan, dan sifat pekerjaan yang menoton atau tidak

Menurut Kreitner dan kinicki dalam Wibowo (2013:225) disebutkan bahwa, faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan kepuasan kerja karyawan diantaranya motivasi, pelibatan kerja, organizational citizenship behavior (OCB), kemangkiran, perputaran karyawan, stres kerja, prestasi kerja, komitmen organisasional, dan kepuasan hidup.

Wijono (2012:130) menyatakan bahwa, terdapat pengaruh yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja yaitu:

(3)

13

Faktor utama yang mempengaruhi kepuasan kerja secara khusus yakni meliputi frustasi, persaingan kerja, penggunaan teknologi, sifat atasan, pekerjaan dan psikologis, ketidaksesuaian peran dan konflik.

2) Pengaruh utama yang lainnya

Faktor pengaruh yang lainnya terhadap kepuasan kerja yakni meliputi organisasi kerja dan rencana kerja, karakteristik pekerjaan, kualitas kehidupan kerja, dan kualitas lingkungan kerja.

2.1.1.2 Indikator kepuasan kerja karyawan

Hartono (2013) menyebutkan indikator yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah sebagai berikut.

1) Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, sarana bagi karyawan agar dapat menggunakan dan mengasah kemampuan mereka, dapat dikukur melalui indikator:

(1) Kondisi pekerjaan dalam perusahaan membuat nyaman dalam karyawan bekerja.

(2) Perusahaan menghadirkan kondisi pekerjaan yang menantang untuk menggunakan kemampuan dan keterampilan yang karyawan miliki.

2) Kepuasan terhadap rekan kerja dan atasan, yaitu orang-orang yang bekerja di lingkungan itu, dapat diukur melalui indikator:

(1) Rekan kerja dapat saling membantu dan mendukung dalam bekerja.

(2) Atasan menghargai dan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

(4)

14

3) Kepuasan terhadap supervisor, yaitu orang yang diberikan kepercayaan oleh perusahaan untuk mengawasi karyawan, dapat diukur melalui indikator:

(1) Supervisor memberitahu dan memberikan arahan kepada karyawan.

(2) Supervisor mau mendengarkan keluhan karyawan dan dengan bijaksana tidak memaksakan kehendaknya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Mandala (2014) disebutkan bahwa, indikator kepuasan kerja adalah sebagai berikut.

1) Prestasi.

Perasaan karyawan terhadap kepuasan pribadi yang diraih dari prestasi serta kontribusi dalam bekerja sehingga dihargai oleh perusahaan.

2) Pengakuan.

Perasaan karyawan terhadap penghargaan dan pengakuan dari penyelesaian tugas yang memadai di dalam pekerjaan dari rekan kerja, atasan, manajemen bahkan masyarakat umum.

3) Pekerjaan itu sendiri.

Sebuah perasaan dari karyawan terhadap pekerjaan yang diambil, apakah pekerjaan itu mendebarkan atau membosankan, serta apakah pekerjaan itu menantang atau menarik.

4) Pertumbuhan.

Perasaan karyawan terhadap pekerjaannya yang memungkinkan karyawan untuk tumbuh dan berkembang serta secara bersamaan dapat meningkatkan keterampilan dan performa kerja karyawan.

(5)

15 5) Kemajuan

Perasaan karyawan terhadap pekerjaan yang mementingkan kemajuan karirnya dari pada insentif moneter dari perusahaan serta perasaan karyawan yang merasa bahwa melalui bekerja karyawan dapat mempelajari keterampilan baru demi kemajuan karir.

2.1.2 Pengertian Stres Kerja

Menurut Handoko (2008:200) stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi proses berpikir, emosi, dan kondisi seseorang, hasilnya stres yang terlalu berlebihan dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan dan pada akhirnya akan mengganggu pelaksanaan tugas-tugasnya. Hasibuan (2014:204) menyatakan orang-orang yang mengalami stres menjadi nervous dan merasakan kekuatiran kronis sehingga mereka sering menjadi marah-marah, agresif, tidak dapat relaks, atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif. Putra (2014) mendefinisikan stres kerja adalah suatu kondisi karyawan yang mengalami tekanan dalam pekerjaan baik dari tugas, pimpinan dan lingkungan kerja tempat karyawan tersebut bekerja. Rini (2010) stres kerja dapat dikaitkan dengan kendala dan tuntutan, kendala adalah kekuatan yang mencegah seseorang untuk mengerjakan apa yang diinginkan sedangkan tuntutan mengacu pada hilangnya sesuatu yang diinginkan, jadi karyawan akan mengalami stres karena menghadapi peluang, kendala, dan tuntutan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa, stres kerja adalah situasi yang dialami oleh seorang karyawan yang dapat memberikan tekanan

(6)

16

dalam menjalankan pekerjaan, sehingga mempengaruhi pola berpikir, kondisi seseorang, dan emosi.

2.1.2.1 Faktor-faktor penyebab stres kerja

Menurut Hasibuan (2014:204) faktor-faktor penyebab stres karyawan, antara lain sebagai berikut.

1) Beban kerja yang sulit dan berlebihan.

2) Tekanan dan sikap pemimpin yang kurang adil dan wajar. 3) Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai.

4) Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja. 5) Balas jasa yang terlau rendah.

6) Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan lain-lain. Sedangkan menurut Ardana,dkk. (2013:25) sumber stres antara lain meliputi faktor-faktor yang melekat pada pekerjaan, peranan dalam organisasi, hubungan-hubungan dalam organisasi, perkembangan karir, struktur dan iklim organisasi, hubungan organisasi dengan pihak luar, faktor dari dalam individu yang bersangkutan, dan kepemimpinan.

2.1.2.2 Dampak dari stres kerja

Pada penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2014) disebutkan bahwa, dampak dari stres kerja adalah sebagai berikut.

1) Stres kerja cenderung membuat kinerja karyawan akan menurun.

2) Kinerja karyawan tidak akan optimal jika mengalami tekanan yang berat dalam bekerja.

(7)

17

3) Stres kerja cenderung membuat karyawan malas bekerja sehingga sering absen

4) Karyawan sering meninggalkan pekerjaan tanpa izin karena kondisi kerja yang kurang nyaman.

5) Karyawan memiliki keinginan untuk keluar dari pekerjaan karena beban yang cukup berat.

2.1.2.3 Cara Menanggulangi Stres

Menurut Rivai (2010:518) beberapa cara menanggulangi stres di tempat kerja adalah sebagai berikut.

1) Individu

(1) Tenang, ambil napas panjang dan cobalah untuk santai dan tenangkan diri.

(2) Kenali perusahaan, coba kenali akar permasalahn yang terjadi pada diri.

(3) Terapi, ikutilah kegiatan sosial yang dapat mengjindari permasalahan secara sejenak.

(4) Hadapilah, sebaiknya hadapi dan selesaikan agar tidak mengganggu.

(5) Atur jadwal yang harus diprioritaskan terlebih dahulu.

(6) Diskusi masalah yang menyebabkan timbulnya stres dengan atasan.

(8)

18

(8) Buat keseimbangan, stres muncul karena terlalu fokus pada pekerjaan. Bagilah waktu antara pekerjaan dengan keluarga yang akan membuat kembali segar.

(9) Pahami tugas dan kewajiban sebagai karyawan yang akan mengurangi stres di tempat kerja.

2) Organisasi

(1) Desain kembali pekerjaan untuk menghilangkan stres. (2) Berikan rasa keterlibatan.

(3) Berikan pelatihan lebih baik untuk pekerjaan khususnya promosi. (4) Berikan nasihat tentang masalah dan dukungan dari staf konseling. (5) Buat transfer dalam perusahaan atau pindah ke pekerjaan

alternatif.

(6) Berikan dukunngan untuk pekerjaan dan sumber daya yang memadai.

(7) Berikan kursus manajemen stres,

2.1.3 Pengertian Pemberdayaan Karyawan

Menurut Kadarisman (2013:249) pemberdayaan adalah upaya memberikan otonomi, kepercayaan atasan kepada bawahan, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin. Karyawan atau pegawai diberi keleluasaan untuk mengambil tindakan-tindakan yang dipandang tepat dalam rangka melayani pelanggan, termasuk menangani keluhan mereka. Menurut Styawahyuni (2014) pemberdayaan merupakan suatu proses untuk menjadikan orang menjadi lebih berdaya atau lebih berkemampuan

(9)

19

untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cara memberikan kepercayaan dan wewenang sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab. Srinadi (2014) menyatakan bahwa, pemberdayaan merupakan proses pemberian wewenang atau otonomi kepada karyawannya dalam hal mengambil keputusan, mengambil solusi terhadap masalah, dan menentukan sendiri cara mereka untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan karyawan merupakan upaya dari atasan terhadap bawahan untuk menjadikan karyawan lebih berdaya dengan cara memberikan wewenang dan kepercayaan dalam hal menjalankan pekerjaan maupun mengambil keputusan, sehingga akan menumbuhkan rasa tanggung jawab pada karyawan dalam menjalankan perkerjaan.

2.1.3.1 Manfaat Pemberdayaan Karyawan

Menurut Gaspersz dalam Kadarisman (2013:241) manfaat dari pemberdayaan pegawai ialah: pekerjaan mereka (karyawan) merupakan milik mereka, mereka bertanggung jawab, mereka mengetahui dimana mereka berada dan mereka memiliki beberapa kendali atas pekerjaan mereka.

Menurut Soedarmayanti (2008:289) manfaat pemberdayaan sumber daya manusia adalah sebagai berikut.

1) Sebagai alat manajemen dalam rangka memberdayakan berbagai sumber untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2) Sebagai pembaru manajemen dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi.

(10)

20

3) Sebagai inisiator terhadap organisasi dalam rangka memanfaatkan peluang guna meningkatkan dan mengembangkan organisasi.

4) Sebagai mediator terhadap pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi.

5) Sebagai pemikir dalam rangka pengembangan organisasi.

2.1.3.2 Indikator Pemberdayaan Karyawan

Kadarisman (2013:269) menyatakan bahwa, adapun model pemberdayaan yang menjadi indikator pemberdayaan karyawan adalah sebagai berikut:

1) Desire. Tahap pertama dalam empowerment adalah adanya keinginan dari manajemen untuk mendelegasikan dan melibatkan pekerja.

2) Trust. Setelah adanya keinginan dari manajemen untuk melakukan pemberdayaan, langkah selanjutnya adalah membangun kepercayaan antara manajemen dan karyawan.

3) Confident. Setelah adanya rasa saling percaya dapat menimbulkan rasa percaya diri karyawan dengan menghargai terhadap kemampuan yang dimiliki oleh karyawan.

4) Creadibility. Menjaga kredibilitas dengan penghargaan dan mengembangkan lingkungan kerja yang mendorong kompetisi yang sehat sehingga tercipta organisasi yang memiliki performance yang tinggi.

5) Accountability. Adalah pertanggungjawaban karyawan pada wewenang yang diberikan.

(11)

21

6) Communication. Adalah adanya komunikasi terbuka untuk menciptakan saling memahami antara karyawan dan manajeme

Pada penelitian Parameswari (2014) disebutkan bahwa, indikator dari pemberdayaan karyawan adalah sebagai berikut.

1) Sense of meaning. Peran karyawan dalam bekerja yang ditunjukkan dengan keterlibatan mereka secara langsung pada setiap lini untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan.

2) Sense of competence. Dalam hal ini, para karyawan yakin dan percaya diri terhadap kemampuan maupun keahlian yang mereka miliki, sehingga dapat diwujudnyatakan dalam melaksanakan pekerjaan. 3) Sense of self-determination. Sikap yang ditunjukkan oleh karyawan

untuk menentukan pilihan yang sesuai atau dianggap mewakili dirinya dalam bekerja di organisasi.

4) Sense of impact. Dampak yang dirasakan dari cara kerja seorang karyawan, yang dapat mempengaruhi hasil kerja rekan kerjanya maupun lingkungan kerja yang bersangkutan.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

Penelitian yang dilakukan oleh Edi (2009) pada Bank Internasional Indonesia menyatakan bahwa Stres kerja mempunyai hubungan negatif dengan kepuasan kerja. Dengan demikian semakin tinggi tingkat stres karyawan di tempat kerja maka akan semakin menurun tingkat kepuasan yang dimilikinya. Kerambut (2012) juga menyatakan bahwa, stres kerja berpengaruh secara negatif dan

(12)

22

signifikan terhadap kepuasan kerja perawat. Semakin tinggi stres yang dirasakan, kepuasan kerja akan semakin rendah dan sebaliknya apabila semakin rendah stres kerja yang dirasakan, maka kepuasan kerja akan semakin tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Ismail et al. (2009) yang bertujuan untuk mengukur pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan menunjukan hasil bahwa tingkat stres fisiologis memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja. Pada penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012) mengenai pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan negatif antara variabel stres kerja dengan kepuasan kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Styawahyuni (2014) yang bertujuan untung mengetahui bagaimana pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada rumah makan Kampoeng seafood menemukan hasil bahwa stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, nilai negatif menandakan semakin karyawan merasa stres terhadap pekerjaannya maka kepuasan kerjanya akan menurun sedangkan bila stres kerja yang dialami oleh karyawan rendah maka kepuasan kerjanya akan semakin meningkat. Leung et al. (2012) melakukan penelitian mengenai hubungan stres terhadap kepuasan kerja karyawan pada Industri rekreasi di Hongkong, hasil dari penelitian menemukan bahwa stres kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.

H1: Stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.

(13)

23

2.2.2 Pengaruh Pemberdayaan Karyawan terhadap Kepuasan Kerja

Armanu dan Mandayanti (2012) melakukan penelitian terhadap seluruh pegawai dinas tata kota dan pengawasan pembangunan kota Mataram yang menguji mengenai pengaruh pemberdayaan psikologis dan komitmen afektif terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai, hasil penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan psikologis memiliki pengaruh yang positif dan hubungan yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Pelit et al. (2011) menemukan hasil bahwa pemberdayaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, studi ini dilakukan terhadap 1.845 karyawan yang bekerja pada hotel bintang lima di Turki.

Penelitian yang dilakukan oleh Mushipe (2011) menyatakan bahwa, terdapat hubungan positif antara pemberdayaan terhadap kepuasan kerja karyawan, semakin karyawan itu merasa diberdayakan maka tingkat kepuasan kerjanya meningkat dan begitu pula sebaliknya apabila karyawan kurang merasa diberdayakan maka kepuasan kerjanya akan menurun. Saeed (2013) pada penelitiannya yang menguji hubungan antara pemberdayaan karyawan dan kepuasan kerja juga menemukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara pemberdayaan karyawan terhadap kepuasan kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Akbar et al. (2011) bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberdayaan karyawan dengan kepuasan kerja industri jasa Pakistan, hasil dari penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan karyawan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Indradevi (2012) pada penelitiannya menemukan hasil yang positif antara

(14)

24

pemberdayaan terhadap kepuasan kerja, penelitian ini meneliti mengenai dampak pemberdayaan terahadap kepuasan kerja karyawan pada perusahaan perangkat lunak di India. Diperkuat juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Al Swidi et al, (2012) menyebutkan bahwa, pemberdayaan psikologis karyawan ditemukan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja.

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.

H2: Pemberdayaan karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.

Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah dijelaskan, maka gambar kerangka berrfikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian

H1 H2

Sumber: H1. Edi (2009), Kerambut (2012), Ismail et al (2009), Iqbal (2012), Styawahyuni (2014), Leung et al (2012)

H2. Armanu dan Mandayanti (2012), Pelit et al (2011), Mushipe (2011), Saeed (2013), Akbar et al (2011), Indradevi (2012), Al Swidi et al (2012). Stres Kerja (X1) Pemberdayaan Karyawan (X2) Kepuasan Kerja (Y1)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih, dan memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit, kepuasan muncul dari

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis penggunaan dan kadar zat pengawet natrium benzoat pada produk saus tomat yang diperdagangkan di pasar tradisional (pasar

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat dan rahmat Allah SWT sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Penulisan Hukum

Dalam hal ini perusahaan menetapkan harga jual yang terbaru dan masih berlaku pada pasar dari produk tersebut, maka dari itu dengan metode target costing

Dengan melihat hal tersebut, adapun tujuan dalam penelitian ini ialah untuk menciptakan kesadaran kolektif masyarakat Toraja di tengah pandemi covid 19 yang

Banyak panas yang dihasilkan dari produk hasil reforming yang dimanfaatkan untuk pembangkit steam sebelum diproses lebih lanjut dalam conventer yang

Buku kerja pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas Nusantara PGRI Kediri ini digunakan sebagai dasar bagi fakultas dan program studi di