• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN EKSEKUTIF CAPAIAN DAN ANALISIS PEMENUHAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP) HASIL AKREDITASI SEKOLAH DAN MADRASAH TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN EKSEKUTIF CAPAIAN DAN ANALISIS PEMENUHAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP) HASIL AKREDITASI SEKOLAH DAN MADRASAH TAHUN 2018"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

EKSEKUTIF

CAPAIAN DAN ANALISIS

PEMENUHAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

HASIL AKREDITASI SEKOLAH DAN MADRASAH

TAHUN 2018

BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

(2)

KEBIJAKAN DAN KEPUTUSAN PENTING BAN-S/M

Akreditasi sekolah dan madrasah tahun 2018 dilakukan dengan mengacu pada skala prioritas sebagai berikut: (1) Sekolah dan Madrasah Sasaran Baru dan Tidak Terakreditasi (TT); (2) Sekolah dan Madrasah Reakreditasi dengan kadaluwarsa 2 tahun atau lebih; dan (3) Sekolah dan Madrasah Reakreditasi dengan kadaluwarsa 1 tahun. Yang dimaksud dengan Sekolah dan madrasah sasaran baru adalah sekolah dan madrasah yang belum pernah diakreditasi oleh BAN-S/M. Selanjutnya, BAN-S/M juga menetapkan skala prioritas pada sekolah dan madrasah yang berada di daerah remote/terpencil untuk diakreditasi.

Pada tahun 2018, selain melaksanakan akreditasi Sekolah/Madrasah, BAN-S/M juga melakukan akreditasi terhadap Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) yang memperoleh status ijin sementara dari Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, dan akreditasi untuk Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN). Hasil akreditasi SPK dan SILN tersebut akan dibahas secara terpisah.

Untuk menjamin tercapainya target akreditasi yang berkualitas dan kredibel, BAN-S/M telah menetapkan beberapa kebijakan dan keputusan penting, antara lain:

1. BAN-S/M telah menetapkan keanggotaan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah tingkat Provinsi (BAN-S/M Provinsi) yang sebelumnya diangkat oleh Gubernur sebagaimana telah diamanatkan dalam Permendikbud Nomor 13 2018 tentang S/M dan PAUD dan PNF pasal 29. Selanjutnya, BAN-S/M juga telah melakukan seleksi dan menetapkan anggota BAN-S/M Provinsi yang telah habis masa keanggotannya pada tahun 2018 meliputi: BAN-S/M Provinsi Nusa Tenggara Timur, BAN-S/M Provinsi Jambi, BAN-S/M Provinsi DKI, dan BAN-S/M Kalimantan Barat.

2. Semua tahapan proses akreditasi telah dilakukan secara on-line yang mencakup: pengisian data isian akreditasi/DIA, audit dokumen terhadap DIA, mapping asesor, pengisian hasil

(3)

akreditasi oleh asesor, validasi, verifikasi dan penetapan hasil akreditasi.

3. Penerbitan sertifikat hasil akreditasi dalam bentuk elektronik. 4. Melaksanakan program peningkatan sumber daya manusia

untuk mendukung pelaksanaan akreditasi yang meliputi: Pelatihan untuk Pelatih Asesor (PPA), Pelatihan Asesor Baru, Resertifikasi asesor lama untuk menghasilkan asesor berkualitas dan lintas jenjang, dan pelaksanaan Pelatihan Asesor SPK. Seluruh kegiatan tersebut telah dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan partisipatif.

5. Penugasan asesor secara lintas kabupaten/Kota

6. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 13 Tahun 2018, mulai tahun 2018 BAN-S/M menetapkan kebijakan akreditasi SMK berbasis satuan pendidikan, bukan lagi program keahlian. Dalam Implementasinya, BAN-S/M telah menyempurnakan Instrumen akreditasi yang didukung dengan instrumen supplemen yang memuat butir-butir penilaian SMK berbasis performance sekolah.

CAPAIAN HASIL AKREDITASI

Tabel 1 adalah rekapitulasi hasil akreditasi yang telah ditetapkan oleh BAN-S/M pada tahun 2018. Dari 54.000 kuota yang telah ditetapkan diawal tahun yang bersumber dari dana APBN Kemdikbud, BAN-S/M telah mengakreditasi sebanyak 55.717 sekolah dan madrasah. Pencapaian target yang melebihi kuota tersebut berasal dari realokasi anggaran dari beberapa provinsi ke provinsi lain, dan karena efisiensi anggaran di beberapa Provinsi.

Dari jumlah 55.717 sekolah dan madrasah yang diakreditasi, sebanyak 20.226 (36.3%) merupakan sasaran baru, dan 35.491 (63.7%) merupakan hasil reakreditasi. Dilihat dari jenisnya, sebanyak 43.755 (78.5%) adalah sekolah, dan 11.961 (21.5%) adalah madrasah. Sedangkan menurut jenjang, 77.8% yang diakreditasi berasal dari pendidikan dasar (SD dan MI), dan 32.2%

(4)

dari pendidikan menengah. Sebaran hasil akreditasi per jenjang dan jenis sasaran diperlihatkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Sekolah dan Madrasah Hasil Akreditasi 2018

Sasaran SD MI SMP MTs SMA MA SMK Jumlah Persen

Baru 7.885 2.329 4.589 1.453 1.436 884 1.650 20.226 36,3%

Reakreditasi 22.796 4.771 2.976 1.678 1.291 846 1.133 35.491 63,7%

Jumlah 30.681 7.100 7.565 3.131 2.727 1.730 2.783 55.717

Persen 55,1% 12,7% 13,6% 5,6% 4,9% 3,1% 5,0% 100,0%

Sebaran realisasi sekolah dan madrasah yang telah diakreditasi setiap provinsi disajikan dalam Gambar 1. Berdasarkan data, lebih dari 50% realisasi pelaksanaan akreditasi tahun 2018 berada di 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara.

Gambar 1. Jumlah Sekolah dan Madrasah Yang Terakreditasi Tahun 2018 per Provinsi

Berdasarkan peringkat, hasil akreditasi tahun 2018 per jenjang disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 2. Secara keseluruhan, sebanyak

(5)

73,6% sekolah dan madrasah terakreditasi dengan peringkat minimum B. Pencapaian peringkat dengan minimum B antarjenjang cukup bervariasi, dimana untuk jenjang SD/MI sebanyak 79,4%, SMP/MTS sebanyak 60,0%, SMA/MA sebanyak 65,3%, dan untuk SMK sebanyak 60.8%. Hasil analisis akreditasi per jenjang dan per jenis sasaran dibahas pada sub-bab berikutnya, di mana dari hasil tersebut dapat dibedakan pencapaian hasil akreditasi satuan pendidikan sasaran baru dan satuan pendidikan reakreditasi.

Tabel 2. Peringkat Akreditasi Per Jenjang

Jenjang Peringkat A Peringkat B Peringkat C TT Jumlah %

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

SD/MI 7.221 19,1% 22.778 60,3% 6.575 17,4% 1.207 3,2% 37.781 67,8%

SMP/MTs 2.149 20,1% 4.266 39,9% 3.531 33,0% 750 7,0% 10.696 19,2%

SMA/MA 1.154 25,9% 1.754 39,4% 1.252 28,1% 297 6,7% 4.457 8,0%

SMK 440 15,8% 1.253 45,0% 880 31,6% 210 7,5% 2.783 5,0%

Jumlah 10.964 19,7% 30.051 53,9% 12.238 22,0% 2.464 4,4% 55.717 100,0%

(6)

A. HASIL AKREDITASI DAN CAPAIAN PEMENUHAN SNP JENJANG SD/MI

Distribusi Peringkat hasil akreditasi SD dan MI berdasarkan jenis sasaran disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar 3. Berdasarkan data, perolehan hasil akreditasi minimum B untuk SD 79,8% sedangkan MI sebesar 77,8%. Dari data tersebut, terdapat perbedaan cukup nyata hasil akreditasi antara sasaran baru dan reakreditasi. Untuk SD sasaran baru, perolehan akreditasi minimal B sebesar 46,8%, dan untuk reakreditasi sebesar 91,2%. Sedangkan untuk MI, perolehan akreditasi sasaran baru minimal B sebesar 50,3%, dan untuk reakreditasi sebesar 91,2%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan satuan pendidikan reakreditasi jauh lebih baik dibandingkan dengan sasaran baru.

Tabel 3. Peringkat Akreditasi SD dan MI

Jenjang

Peringkat A Peringkat B Peringkat C TT

Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

SD 5.958 19,4% 18.520 60,4% 5.215 17,0% 988 3,2% 30.681 - Sasaran Baru 607 7,7% 3.086 39,1% 3.309 42,0% 883 11,2% 7.885 - Reakreditasi 5.351 23,5% 15.434 67,7% 1.906 8,4% 105 0,5% 22.796 MI 1.263 17,8% 4.258 60,0% 1.360 19,2% 219 3,1% 7.100 - Sasaran Baru 79 3,4% 1.092 46,9% 952 40,9% 206 8,8% 2.329 - Reakreditasi 1.184 24,8% 3.166 66,4% 408 8,6% 13 0,3% 4.771 Jumlah 7.221 19,1% 22.778 60,3% 6.575 17,4% 1.207 3,2% 37.781

Gambar 3. Persentase Peringkat Akreditasi SD dan MI Sasaran Baru dan Reakreditasi

(7)

Gambar 4 dan gambar 5 menunjukkan rata-rata pencapaian pemenuhan 8 standar untuk jenjang SD dan jenjang MI. Berdasarkan data, baik untuk SD maupun MI, rata-rata nilai 8 standar untuk satuan pendidikan yang reakreditasi jauh lebih baik dari sasaran baru. Diantara 8 standar yang diukur, standar pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dan standar sarana dan prasarana (Sarpras) merupakan 2 standar yang memiliki rata-rata skor masih rendah.

Gambar 4. Rata-Rata Pemenuhan 8 SNP untuk Jenjang SD

Gambar 5. Rata-Rata Pemenuhan 8 SNP untuk Jenjang MI

80,8 77,7 78,1 70,8 68,8 78,8 81,9 81,2 89,5 86,9 87,0 80,9 76,4 88,3 90,3 89,3 ISI PROSES SKL PTK SARPRAS PENGELOLAAN BIAYA NILAI BARU REAKREDITASI 80,8 77,7 78,1 70,8 68,8 78,8 81,9 81,2 89,5 86,9 87,0 80,9 76,4 88,3 90,3 89,3 ISI PROSES SKL PTK SARPRAS PENGELOLAAN BIAYA NILAI BARU REAKREDITASI

(8)

Berdasarkan analisis butir terhadap hasil akreditasi, dapat diidentifikasi mengenai hal-hal yang menyebabkan nilai standar pendidik dan tenaga kependidikan rendah, antara lain:

1. Kekurangan guru yang memiliki sertifikat pendidik (sebanyak 52,6% Sekolah/Madrasah memiliki guru yang bersertifikat hanya sebanyak 55%).

2. Guru mata pelajaran (Pendidikan Agama, Pendidikan Jasmani, Olahraga Kesehatan, Muatan Lokal, dan lain-lain) mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan (sebanyak 36,1% Sekolah/Madrasah hanya memiliki 2 guru yang sesuai dan sebanyak 17,8% memiliki 1 guru yang sesuai)

3. Keterbatasan tenaga perpustakaan (sebanyak 53% Sekolah/Madrasah tidak memiliki tenaga perpustakaan)

4. Keterbatasan tenaga administrasi (sebanyak 27,5% sekolah/madrasah tidak memiliki)

5. Terbatasnya petugas yang melaksanakan layanan khusus ( sebanyak 32,4 % Sekolah/Madrasah hanya memiliki 1 petugas atau tidak memiliki)

Hal-hal yang menyebabkan nilai standar sarana dan prasarana rendah antara lain:

1. Keterbatasan daya listrik (sebanyak 57,6% Sekolah/Madrasah hanya memiliki daya 900 watt atau kurang)

2. Keterbatasan luas lahan sekolah (sebanyak 30,6% Sekolah/Madrasah memiliki lahan kurang dari sebanyak 80% dari ketentuan)

3. Keterbatasan luas lantai bangunan (sebanyak 26,1% Sekolah/Madrasah memiliki luas lantai bangunan kurang dari 80% dari ketentuan)

4. Kekurangan prasarana yang lengkap dengan kondisi baik (sebanyak 22% Sekolah/Madrasah kekurangan prasarana yang lengkap dan baik)

(9)

5. Kekurangan tempat parkir sesuai ketentuan (sebanyak 22,1% Sekolah/Madrasah memiliki lapangan parkir yang jauh dari ketentuan)

B. HASIL AKREDITASI DAN CAPAIAN PEMENUHAN SNP JENJANG SMP/MTs

Distribusi peringkat hasil akreditasi SMP dan MTs berdasarkan jenis sasaran disajikan dalam Tabel 4 dan Gambar 6. Berdasarkan data, perolehan hasil akreditasi minimum B untuk SMP 58,4% sedangkan MTs sebesar 63,8%. Dari data tersebut, terdapat perbedaan cukup nyata hasil akreditasi antara sasaran baru dan reakreditasi. Untuk SMP sasaran baru, perolehan akreditasi minimal B sebesar 39,2%, dan untuk reakreditasi sebesar 88,0%. Sedangkan untuk MTs, perolehan akreditasi sasaran baru minimal B sebesar 35,8%, dan untuk reakreditasi sebesar 88,1%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan satuan pendidikan reakreditasi jauh lebih baik dibandingkan dengan sasaran baru.

Tabel 4. Peringkat Akreditasi SMP dan MTs

Jenjang

Peringkat A Peringkat B Peringkat C TT

Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

SMP 1.547 20,4% 2.871 38,0% 2.604 34,4% 543 7,2% 7.565 - Sasaran Baru 276 6,0% 1.522 33,2% 2.270 49,5% 521 11,4% 4.589 - Reakreditasi 1.271 42,7% 1.349 45,3% 334 11,2% 22 0,7% 2.976 MTs 602 19,2% 1.395 44,6% 927 29,6% 207 6,6% 3.131 - Sasaran Baru 39 2,7% 481 33,1% 741 51,0% 192 13,2% 1.453 - Reakreditasi 563 33,6% 914 54,5% 186 11,1% 15 0,9% 1.678 Jumlah 2.149 20,1% 4.266 39,9% 3.531 33,0% 750 7,0% 10.696

(10)

Gambar 6. Persentase Peringkat Akreditasi SMP dan MTs Sasaran Baru dan Reakreditasi

Gambar 7 dan gambar 8 menunjukkan rata-rata pencapaian pemenuhan 8 standar untuk jenjang SMP dan MTs. Berdasarkan data, baik untuk jenjang SMP maupun jenjang MTs, rata-rata nilai 8 standar untuk satuan pendidikan yang reakreditasi jauh lebih baik dari sasaran baru. Diantara 8 standar yang diukur, standar pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dan standar sarana dan prasarana (Sarpras) merupakan 2 standar yang memiliki rata-rata skor masih rendah.

Gambar 7. Rata-Rata Pemenuhan 8 SNP untuk Jenjang SMP

80,6 77,7 76,3 66,1 69,1 77,8 80,5 79,9 91,6 88,9 87,2 76,7 82,1 89,7 90,9 90,8 ISI PROSES SKL PTK SARPRAS PENGELOLAAN BIAYA NILAI BARU REAKREDITASI

(11)

Gambar 8. Rata-Rata Pemenuhan 8 SNP untuk Jenjang MTs

Berdasarkan analisis butir terhadap hasil akreditasi, dapat diidentifikasi mengenai hal-hal yang menyebabkan nilai standar pendidik dan tenaga kependidikan rendah, antara lain:

1. Kekurangan guru yang memiliki sertifikat pendidik (sebanyak 54,7% Sekolah/Madrasah memiliki guru yang bersertifikat hanya sebanyak 41%).

2. Kekurangan guru Bimbingan Konseling (BK) yang memiliki kompetensi profesional (sebanyak 39,8% Sekolah/Madrasah kekurangan Guru BK)

3. Kekurangan tenaga administrasi yang berkualifikasi akademik minimal SMA atau yang sederajat (sebanyak 33,8% Sekolah/Madrasah hanya memiliki 1 dan sebanyak 21,3% memiliki 2 tenaga administrasi)

4. Kurangnya tenaga perpustakaan memiliki kualifikasi minimal SMA atau yang sederajat dan memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan Sekolah/Madrasah (sebanyak 41,4% Sekolah/Madrasah tidak memiliki).

77,6 74,4 74,2 63,8 66,0 74,9 79,1 76,6 91,1 88,2 87,4 75,5 78,2 88,7 90,9 90,0 ISI PROSES SKL PTK SARPRAS PENGELOLAAN BIAYA NILAI BARU REAKREDITASI

(12)

5. Kurangnya tenaga tenaga laboran dengan kualifikasi akademik sesuai ketentuan standar tenaga laboratorium (sebanyak 37,9% Sekolah/Madrasah tidak memiliki).

Hal-hal yang menyebabkan nilai standar sarana dan prasarana rendah antara lain:

1. Keterbatasan luas lahan sekolah (sebanyak 22,6% Sekolah/Madrasah memiliki lahan kurang dari 71% dari ketentuan) 2. Keterbatasan luas lantai bangunan (sebanyak 19,0%

Sekolah/Madrasah memiliki luas lantai bangunan kurang dari 71% dari ketentuan)

3. Keterbatasan ruang perpustakaan (sebanyak 31,3% Sekolah/Madrasah tidak memiliki ruang dengan luas dan sarana sesuai ketentuan)

4. Keterbatasan ruang konseling (sebanyak 17,8% Sekolah/Madrasah tidak memiliki ruang konseling)

5. Keterbatasan daya listrik (sebanyak 23,3% Sekolah/Madrasah hanya memiliki daya 900 watt atau kurang)

C. HASIL AKREDITASI DAN CAPAIAN PEMENUHAN SNP JENJANG SMA/MA

Distribusi peringkat hasil akreditasi SMA dan MA berdasarkan jenis sasaran disajikan dalam Tabel 5 dan Gambar 9. Berdasarkan data, perolehan hasil akreditasi minimum B untuk SMA sebanyak 68,4% sedangkan untuk MA sebesar 60,3%. Dari data tersebut, terdapat perbedaan cukup signifikan hasil akreditasi antara sasaran baru dan reakreditasi. Untuk sasaran baru jenjang SMA, perolehan akreditasi minimal B sebesar 45,7%, dan untuk reakreditasi sebesar 93,5%. Sedangkan untuk jenjang MA, perolehan akreditasi sasaran baru minimal B sebesar 36,8%, dan untuk reakreditasi sebesar 85,0%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan satuan

(13)

pendidikan yang dilakukan reakreditasi jauh lebih baik dibandingkan dengan sasaran baru.

Tabel 5. Peringkat Akreditasi SMA dan MA

Jenjang

Peringkat A Peringkat B Peringkat C TT

Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

SMA 877 32,2% 987 36,2% 687 25,2% 176 6,5% 2.727 - Sasaran Baru 127 8,8% 530 36,9% 609 42,4% 170 11,8% 1.436 - Reakreditasi 750 58,1% 457 35,4% 78 6,0% 6 0,5% 1.291 MA 277 16,0% 767 44,3% 565 32,7% 121 7,0% 1.730 - Sasaran Baru 39 4,4% 286 32,4% 448 50,7% 111 12,6% 884 - Reakreditasi 238 28,1% 481 56,9% 117 13,8% 10 1,2% 846 Jumlah 1.154 25,9% 1.754 39,4% 1.252 28,1% 297 6,7% 4.457

Gambar 9. Persentase Peringkat Akreditasi SMA dan MA Sasaran Baru dan Reakreditasi

Gambar 10 dan gambar 11 menunjukkan rata-rata pencapaian pemenuhan 8 standar untuk jenjang SMA dan MA. Berdasarkan data, baik untuk jenjang SMA maupun jenjang MA, rata-rata nilai 8 standar untuk satuan pendidikan yang reakreditasi jauh lebih baik dari sasaran baru. Diantara 8 standar yang diukur, standar pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dan standar sarana dan prasarana (Sarpras)

(14)

khususnya pada jenjang MA merupakan 2 standar yang memiliki rata-rata skor masih rendah.

Gambar 10. Rata-Rata Pemenuhan 8 SNP untuk Jenjang SMA

Gambar 11. Rata-Rata Pemenuhan 8 SNP untuk Jenjang MA

Berdasarkan analisis butir terhadap hasil akreditasi, dapat diidentifikasi mengenai hal-hal yang menyebabkan nilai standar pendidik dan tenaga kependidikan rendah, antara lain:

80,8 78,0 77,3 68,4 67,8 77,9 79,7 80,1 93,4 91,0 90,4 80,7 83,8 91,6 92,0 92,4 ISI PROSES SKL PTK SARPRAS PENGELOLAAN BIAYA NILAI BARU REAKREDITASI 78,7 75,5 76,2 66,5 65,7 76,0 80,0 77,7 90,4 87,4 87,3 76,6 75,8 87,4 89,8 89,4 ISI PROSES SKL PTK SARPRAS PENGELOLAAN BIAYA NILAI BARU REAKREDITASI

(15)

1. Kekurangan guru yang memiliki sertifikat pendidik (sebanyak 56,8% Sekolah/Madrasah memiliki guru yang bersertifikat hanya sebanyak 41%).

2. Kekurangan guru Bimbingan Konseling (BK) yang memiliki kompetensi profesional (sebanyak 28,8% Sekolah/Madrasah kekurangan Guru BK)

3. Kekurangan tenaga kepala administrasi yang berkualifikasi akademik D3/S1 dan pengalaman sesuai ketentuan (sebanyak 18,5% Sekolah/Madrasah memiliki kepala administrasi dengan kualifikasi akademik dibawah D3)

4. Kurangnya tenaga perpustakaan yang memiliki kualifikasi minimal SMA atau yang sederajat dan memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan Sekolah/Madrasah (sebanyak 33,7% Sekolah/Madrasah tidak memiliki tenaga perpustakaan).

5. Kurangnya tenaga tenaga laboran dengan kualifikasi akademik sesuai ketentuan standar tenaga laboratorium (sebanyak 37,4% Sekolah/Madrasah tidak memiliki laboran)

Hal-hal yang menyebabkan nilai standar sarana dan prasarana rendah antara lain:

1. Keterbatasan ruang perpustakaan (sebanyak 24,2% Sekolah/Madrasah tidak memiliki ruang dengan luas dan sarana sesuai ketentuan dan sebanyak 5,6% tidak memiliki perpustakaan)

2. Laboratorium biologi tidak sesuai ketentuan (sebanyak 35% Sekolah/Madrasah memiliki kurang dari 3 ketentuan yang ditetapkan)

3. Laboratorium fisika tidak sesuai ketentuan (sebanyak 44,9% Sekolah/Madrasah memiliki kurang dari 3 ketentuan yang ditetapkan)

(16)

4. Laboratorium kimia tidak sesuai ketentuan (sebanyak 47% Sekolah/Madrasah memiliki kurang dari 3 ketentuan yang ditetapkan)

5. Laboratorium bahasa tidak sesuai ketentuan (59,5% Sekolah/Madrasah memiliki kurang dari 3 ketentuan yang ditetapkan)

D. HASIL AKREDITASI DAN CAPAIAN PEMENUHAN SNP JENJANG SMK

Tahun 2018 BAN-S/M menetapkan kebijakan baru dalam pelaksanaan akreditasi jenjang SMK. Beberapa perubahan kebijakan akreditasi untuk jenjang SMK dibandingkan tahun sebelumnya meliputi:

1. Akreditasi dilakukan terhadap satuan pendidikan

2. Dilakukan modifikasi terhadap Instrumen akreditasi, bobot butir dan bobot 8 (delapan) komponen Standar Nasional Pendidikan. 3. Dilengkapi dengan instrumen tambahan untuk menilai kinerja

sekolah/madrasah (suplemen).

4. Prioritas utama akreditasi adalah SMK yang belum ada program keahliannya (Sasaran Baru), dan prioritas berikutnya adalah SMK di mana kurang dari 50% program keahlian pernah diakreditasi (Reakreditasi).

Distribusi peringkat hasil akreditasi SMK berdasarkan jenis sasaran disajikan dalam Tabel 6 dan Gambar 12. Berdasarkan data, terdapat perbedaan hasil akreditasi antara sasaran baru dan reakreditasi. Untuk sasaran baru, perolehan akreditasi minimal B sebesar 45,6%, dan untuk reakreditasi sebesar 83,0%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan satuan pendidikan yang dilakukan reakreditasi jauh lebih baik dibandingkan dengan sasaran baru.

(17)

Tabel 6. Peringkat Akreditasi SMK Jenjang

Peringkat A Peringkat B Peringkat C TT

Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

SMK 440 15,8% 1.253 45,0% 880 31,6% 210 7,5% 2.783

- Sasaran Baru 63 3,8% 690 41,8% 715 43,3% 182 11,0% 1.650

- Reakreditasi 377 33,3% 563 49,7% 165 14,6% 28 2,5% 1.133

Gambar 12. Persentase Peringkat Akreditasi SMK Sasaran Baru dan Reakreditasi

E. HASIL AKREDITASI MENURUT STATUS SEKOLAH

Di bawah ini akan diuraikan perbandingan hasil akreditasi satuan pendidikan berdasarkan status sekolah/madrasah, yaitu antara sekolah/madrasah dengan status swasta dan negeri berdasarkan jenjang pendidikan. Perbandingan sekolah/madrasah berdasarkan status tersebut sebagaimana disajikan pada tabel 7, dan gambar 13. Untuk jenjang SD/MI, persentase satuan pendidikan yang memperoleh akreditasi minimum B antara negeri dan swasta memiliki perbedaan siginifikan. Perolehan akreditasi untuk SD/MI negeri sebesar 81,8% sedangkan untuk swasta sebesar 73,9%. Untuk jenjang SMP/MTs, tidak ada perbedaan yang signifikan diantaranya keduanya, dimana perolehan akreditasi untuk SMP/MTs negeri sebesar 60,3% dan untuk swasta sebesar 59,7%. Untuk SMA/MA, terdapat perbedaan yang

(18)

sangat signifikan di mana SMA/MA dengan status negeri memperoleh sebesar 74,8% dan untuk swasta sebanyak 61,7%. Demikian juga untuk jenjang SMK, terdapat perbedaan yang signifikan di mana sebanyak 69,5% SMK dengan status negeri memperoleh akreditasi minimal B sedangkan swasta memperoleh sebesar 58,6%.

Tabel 7. Peringkat Akreditasi Satuan Pendidikan Negeri dan Swasta

Jenjang Peringkat A Peringkat B Peringkat C TT Jumlah

Jumlah (%) B (%) C (%) TT (%) SD/MI 7.221 19,1% 22.778 60,3% 6.575 17,4% 1.207 3,2% 37.781 Negeri 4.948 18,7% 16.686 63,1% 4.103 15,5% 725 2,7% 26.462 Swasta 2.273 20,1% 6.092 53,8% 2.472 21,8% 482 4,3% 11.319 SMP/MTS 2.149 20,1% 4.266 39,9% 3.531 33,0% 750 7,0% 10.696 Negeri 1.041 25,8% 1.389 34,5% 1.324 32,9% 274 6,8% 4.028 Swasta 1.108 16,6% 2.877 43,1% 2.207 33,1% 476 7,1% 6.668 SMA/MA 1.154 25,9% 1.754 39,4% 1.252 28,1% 297 6,7% 4.457 Negeri 541 44,5% 368 30,3% 242 19,9% 65 5,3% 1.216 Swasta 613 18,9% 1.386 42,8% 1.010 31,2% 232 7,2% 3.241 SMK 440 15,8% 1.253 45,0% 880 31,6% 210 7,5% 2.783 Negeri 128 22,4% 269 47,1% 131 22,8% 44 7,7% 572 Swasta 312 14,1% 984 44,5% 749 33,9% 166 7,5% 2.211 Jumlah 10.964 19,7% 30.051 53,9% 12.238 22,0% 2.464 4,4% 55.717

Gambar 13. Persentase Peringkat Akreditasi Negeri dan Swasta per Jenjang

(19)

F. HASIL AKREDITASI DAN CAPAIAN PEMENUHAN SNP SEKOLAH INDONESIA LUAR NEGERI (SILN)

Pada tahun 2018, BAN-S/M telah melaksanakan akreditasi untuk Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) sebanyak 5 SILN di dua negara, yaitu: Sekolah Indonesia Yangon (SD, SMP, dan SMA), dan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SD dan SMP).

Hasil Akreditasi dan Pemenuhan 8 SNP seluruh jenjang pada SILN di dua negara tersebut disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Akreditasi Sekolah Indonesia Luar Negri Sekolah SI SPR SKL SPT SSP SB SPL SPN Nilai Peringkat

SD Yangon 93 90 92 94 98 68 61 77 86 B SMP Yangon 95 97 88 89 99 63 63 92 87 B SMA Yangon 98 99 90 91 90 64 67 84 87 B SD Kinabalu 95 94 96 95 98 98 97 97 96 A SMP Kinabalu 97 96 96 94 95 95 97 96 96 A

G. HASIL AKREDITASI SATUAN PENDIDIKAN KERJASAMA (SPK) Pada tahun 2018, BAN-S/M telah melaksanakan akreditasi sebanyak 31 Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) yang berstatus ijin sementara dari Ditjen DikdaSekolah/Madrasahen. Akreditasi SPK merupakan amanat Permendikbud No. 31 tahun 2014 tentang kerja sama penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan oleh lembaga pendidikan asing yang selanjutnya disebut LPA dengan lembaga pendidikan di Indonesia yang selanjutnya disebut LPI. Dalam Pasal 5 Permendikbud tersebut dinyatakan bahwa Kerja sama penyelenggaraan pendidikan harus dilaksanakan dengan syarat mengikuti akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional.

Sebagai bagian penting dari tindaklanjut dari amanat Permendikbud Nomor 31 tahun 2014, BAN-S/M pada tahun 2018 telah mengembangkan Perangkat Akreditasi Sekolah Nasional untuk SPK

(20)

yang telah disahkan dalam Permendikbud Nomor: 034/H/AK/2018 Tentang Kriteria dan Perangkat Akreditasi Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK). Perangkat Akreditasi tersebut digunakan dalam pelaksanaan akreditasi terhadap 31 SPK.

Berbeda dengan perangkat akreditasi lainnya, Perangkat Akreditasi SPK menetapkan status terakreditasi apabila:

1. Memperoleh Nilai Akhir Hasil Akreditasi sekurang-kurangnya 91. 2. Tidak ada nilai komponen standar di bawah 81.

SPK dinyatakan tidak terakreditasi jika tidak memenuhi kriteria di atas. SPK memperoleh peringkat akreditasi A (Unggul) jika memperoleh Nilai Akhir Akreditasi (NA) sebesar 91 sampai dengan 100 (91< NA < 100), dan Tidak terakreditasi jika sekolah memperoleh Nilai Akhir Akreditasi kurang dari 91. Hasil Akreditasi terhadap 31 SPK disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Akreditasi Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK)

JENJANG TERAKREDITASI A TIDAK TERAKREDITASI JUMLAH

SD 6 5 11

SMP 5 6 11

SMA 5 4 9

Jumlah 16 15 31

Berdasarkan analis butir hasil akreditasi SPK, dapat diuraikan bahwa salah satu penyebab utama SPK tidak terakreditasi adalah rendahnya perolehan nilai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Kondisi ini disebabkan oleh tidak terpenuhinya kepemilikan sertifikat pendidik oleh sebagian besar guru, dan tidak dimilikinya sertifikat pendidik dan sertifikat kepala sekolah. Hasil rata-rata pencapaian 8 standar untuk SPK disajikan dalam Gambar 14.

(21)

Gambar 14. Rata-Rata Pemenuhan 8 SNP untuk SPK

H. TEMUAN ATAS SATUAN PENDIDIKAN YANG TELAH TUTUP DAN FIKTIF

Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh BAN-S/M provinsi dan kunjungan asesor, banyak ditemukan Sekolah/Madrasah yang masih tercatat dalam Dapodik, tetapi Sekolah/Madrasah tersebut telah tutup, telah bergabung (merger), atau double NPSN. Berdasarkan data, terdapat sebanyak 705 Sekolah/Madrasah dengan kondisi tutup, merger, atau double NPSN sebagaimana disajikan dalam Gambar 15.

89,7 96,0 98,7 68,0 96,1 88,8 100,0 100,0 88,4 94,0 97,5 59,0 94,5 84,9 96,4 92,7 96,9 92,7 96,9 68,3 95,9 96,4 97,8 100,0 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 SD SMP SMA

(22)

Gambar 15. Rekapitulasi Sekolah/Madrasah yang telah tutup

I. PERKEMBANGAN HASIL AKREDITASI TAHUN 2013 DAN 2018

Sebagaimana telah menjadi kebijakan BAN-S/M bahwa, masa berlaku sertifikat akreditasi Sekolah/Madrasah adalah selama 5 tahun. Untuk melihat perkembangan capaian pemenuhan Standar Nasional Pendidikan pada sekolah/madrasah yang telah diakreditasi dari periode akreditasi sebelumnya, berikut ini akan disajikan data perbandingan peringkat akreditasi per jenjang antara tahun 2013 dan 2018 sebagaimana terlihat pada Tabel 10. Selanjutnya pada gambar 16,17,

(23)

dan 18 disajikan skor 8 standar nasional pendidikan. Hasil akreditasi tahun 2018 yang digunakan sebagai pembanding dengan tahun 2013 adalah Sekolah/Madrasah reakreditasi karena Sekolah/Madrasah sasaran baru pada saat tahun 2013 belum dilakukan akreditasi.

Berdasarkan data pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa pencapaian akreditasi untuk seluruh jenjang dengan minimum pencapaian akreditasi B mengalami peningkatan dari sebesar 86% pada tahun 2013 menjadi sebesar 90,7% pada tahun 2018. Jika dilakukan pembandingan selama kurun waktu 5 tahun, peningkatan untuk tiap jenjang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jenjang SD/MI, terjadi peningkatan pencapaian hasil akreditasi minimum B dari sebesar 87,5% menjadi sebesar 91,2%,

2. Jenjang SMP/MTs, terjadi peningkatan pencapaian hasil akreditasi minimum B dari sebesar 84,1% menjadi 88,0%, dan 3. Jenjang SMA/SMK, terjadi peningkatan pencapaian hasil

akreditasi minimum B dari sebesar 83,2% menjadi sebesar 90,1%.

Tabel 10. Hasil Akreditasi S/M Tahun 2013 dan 2018

JENJANG PERINGKAT JUMLAH

A B C TT 2013 31,7% 54,3% 12,8% 1,2% 17.350 SD/MI 28,9% 58,6% 11,5% 0,9% 9.724 SMP/MTS 32,6% 51,5% 14,4% 1,5% 5.529 SMA/MA 41,7% 41,5% 14,7% 2,1% 2.097 2018 27,2% 63,5% 8,8% 0,5% 34.358 SD/MI 23,7% 67,5% 8,4% 0,4% 27.567 SMP/MTS 39,4% 48,6% 11,2% 0,8% 4.654 SMA/MA 46,2% 43,9% 9,2% 0,7% 2.137 JUMLAH 14.847 31.223 5.265 373 51.708

Berdasarkan data, pembandingan pemenuhan 8 standar nasional pendidikan antara tahun 2013 dan 2018 untuk masing-masing jenjang, sebagaimana disajikan dalam gambar 16, 17 dan 18 terlihat memiliki pola yang konsisten. Secara umum terjadi

(24)

peningkatan di semua 8 Standar Nasional Pendidikan, meskipun terdapat variasi antar standar dan jenjang. Untuk jenjang SD/MI, terjadi peningkatan cukup signifikan pada standar kompetensi lulusan (SKL) dari sebesar 73,5% menjadi sebesar 87,1%, akan tetapi untuk standar Sarpras peningkatan yang dicapai tidak terlalu signifikan, yaitu hanya 1%, dan untuk standar PTK sebesar 3%. Seperti SD/MI, untuk jenjang SMP/MTs juga mengalami peningkatan, yaitu rata-rata skor standar SKL sebelumnya sebesar 75,2% menjadi sebesar 87,2%. Namun, pada standar PTK, tingkat kenaikan sangat kecil yaitu sebesar 1%, dan dikuti standar Sarpras sebesar 3%. Untuk jenjang SMA/MA, semua standar mengalami peningkatan skor rata-rata cukup signifikan, kecuali standar PTK yang mengalami peningkatan tidak signigikan, yaitu sebesar 1%.

Gambar 16. Rata-Rata Pemenuhan 8 SNP untuk Jenjang SD/MI Tahun 2013 dan 2018 82,4 81,3 73,5 78,1 75,2 79,0 85,6 82,3 89,5 86,9 87,1 81,0 76,6 88,3 90,2 89,2 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 SD/MI SD/MI

(25)

Gambar 17. Rata-Rata Pemenuhan 8 SNP untuk Jenjang SMP/MTs Tahun 2013 dan 2018

Gambar 18. Rata-Rata Pemenuhan 8 SNP untuk Jenjang SMA/MA Tahun 2013 dan 2018 82,5 80,5 75,8 75,3 75,8 78,1 83,4 82,3 91,4 88,6 87,2 76,3 80,7 89,3 90,9 90,5 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 SMP/MTS SMP/MTS

83

,7

80

,9

79

,6

78

,0

73

,3

79

,4

82

,9

84

,1

92

,2

89

,6

89

,2

79

,1

80

,6

90

,0

91

,1

91

,2

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

SMA/MA

SMA/MA

(26)

TANTANGAN DAN REKOMENDASI

Realisasi pelaksanaan akreditasi tahun 2018 telah melampaui target dari yang direncanakan. Namun demikian, dalam pelaksanaan program, ditemukan beberapa masalah yang menjadi hambatan sehingga berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program BAN-S/M. Masalah yang dihadapi BAN-S/M selama pelaksanaan akreditasi tahun 2018 menjadi tantangan tersendiri yang perlu diidentifikasi sehingga dalam pelaksanaan program akreditasi pada tahun 2019 dapat berjalan lebih baik. Tantangan yang dihadapi BAN-S/M meliputi:

1. Masih banyak satuan pendidikan khususnya untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs yang tidak mengetahui manfaat akreditasi dan menganggap akreditasi tidak penting. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian satuan pendidikan yang tidak bersedia atau enggan mengisi Data Isian Akreditasi (DIA) sebagai syarat awal untuk dilakukan akreditasi.

2. Akses terhadap SISPENA mengalami kendala di banyak satuan pendidikan di daerah terpencil akibat jaringan internet, sarana dan sumber daya yang terbatas.

3. Perubahan kebijakan saat akreditasi berlangsung berpengaruh terhadap proses akreditasi karena SISPENA yang belum sempurna terutama terkait dengan kapasitas software dan hardware dalam sistem.

4. Belum dimilikinya data akreditasi yang akurat satuan pendidikan di beberapa provinsi, mengakibatkan adanya perubahan-perubahan data sasaran pada saat proses akreditasi berlangsung.

5. Belum adanya data asesor yang akurat dan masalah kekurangan asesor di beberapa provinsi berakibat penugasan asesor mengalami hambatan.

6. Beberapa BAN-S/M Provinsi tidak melaksanakan tahapan sesuai langkah dalam standar operasional prosedur (POS) yang telah ditetapkan oleh BAN-S/M.

(27)

7. Masih ditemukan asesor yang melanggar kode etik di mana terjadi praktik menyimpang yang dilakukan oleh asesor, misalnya menerima gratifikasi.

8. Sebagian besar aseor tidak memiliki kemampuan untuk menyusun rekomendasi yang tepat (bersifat operasional) sesuai ketentuan yang diatur dalam Pedoman dan Prosedur Operasional Standar (POS) Akreditasi.

9. Terlambatnya pencairan dana akibat masalah administrasi menyebabkan pelaksanaan akreditasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja yang direncanakan.

10.Kurang optimalnya kinerja anggota BAN-S/M Provinsi di beberapa provinsi

Berdasarkan analisis hasil akreditasi BAN-S/M dan temuan selama pelaksanaan akreditasi, BAN-S/M merumuskan poin-poin rekomendasi sebagai berikut:

1. Kemendikbud dan BAN-S/M perlu menyosialisasikan akreditasi kepada masyarakat dan pemangku kepentingan secara kontinyu sehingga masyarakat dan pihak-pihak terkait mengetahui manfaat akreditasi sebagai bagian penting dalam proses penjaminan mutu pendidikan.

2. BAN-S/M perlu mendorong pemangku kepentingan agar dapat menindaklanjuti rekomendasi hasil akreditasi, sehingga pemanfaatan hasil akreditasi dan rekomendasi yang dihasilkan BAN-S/M memberikan dampak yang optimal.

3. Perlu dipertimbangkan agar ada regulasi yang secara khusus mengatur tentang perlunya memberikan apreasiasi dalam bentuk penghargaan kepada satuan pendidikan yang memperoleh akreditasi baik, dan pemberian sanksi (punishment) kepada yang menolak untuk diakreditasi. Sedangkan satuan pendidikan yang memperoleh akreditasi C atau TT, perlu ada program pembinaan yang terintegrasi antara pemerintah pusat dan daerah.

(28)

4. Perlu sinkronisasi sistem penilaian dan evaluasi terhadap kinerja/kelayakan satuan pendidikan terhadap pemenuhan 8 standar nasional pendidikan, seperti yang dilakukan oleh BAN-S/M dan LPMP.

5. Perlu penguatan infrastruktur di BAN-S/M untuk penguatan implementasi SISPENA secara optimal, baik hardware, software maupun penguatan Sumber Daya Manusia yang ada.

6. Perlu penguatan kapasitas dan kelembagaan BAN-S/M Provinsi terkait dengan bergabungnya sekretariat BAN-S/M Provinsi di LPMP

7. Perlu penyempurnaan perangkat akreditasi yang lebih menekankan pada penilaian kinerja satuan pendidikan (performance) daripada pemenuhan dokumen administrasi (compliance).

8. Perlu penguatan kapasitas asesor khususnya dalam penyusunan rekomendasi yang lebih operasional sehingga dapat menjadi acuan dalam intervensi kebijakan oleh pihak-pihak terkait. 9. Untuk pelaksanaan akreditasi di provinsi/daerah terpencil, perlu

dipikirkan mekanisme pendanaan akreditasi melalui penugasan asesor lintas provinsi.

Gambar

Tabel 1 adalah rekapitulasi hasil akreditasi yang telah ditetapkan  oleh  BAN-S/M  pada  tahun  2018
Tabel 1. Jumlah Sekolah dan Madrasah Hasil Akreditasi 2018
Tabel 2. Peringkat Akreditasi Per Jenjang
Tabel 3. Peringkat Akreditasi SD dan MI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan budaya yang disebabkan oleh agama Islam bukan hanya dialami oleh masyarakat Bajau Kota Belud, malah masyarakat dari rumpun Bajau yang lain, seperti orang Bajau

Hasil penelitian menunjukkan bahwa merak hijau jantan berumur 10 tahun lebih banyak menampakkan tingkah laku reproduksi dibandingkan yang lain, begitupun pada merak hijau

Biasanya paling modal, terus butuh kesabaran untuk mencari pelanggan serta kalau ada barang yang Rijek itu resiko sendiri dan barang tidak bias di kembalikan9. Bagaimana

Implikasi manajerial dari penelitian ini adalah digunakan oleh para Kasubbag (Kepala sub bagian) RenMin (Perencanaan dan administrasi) masing-masing fungsi untuk mengatur

Analisis terhadap parameter perairan fisika, kimia muara sungai Way Belau menunjukkan masih memiliki kondisi kualitas air yang memenuhi standar baku mutu untuk biota

Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dosen lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan

Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode Visual Audio Taktil (VAT) diyakinkan kebenarannya bahwa metode tersebut berpengaruh besar terhadap

Berdasarkan hasil sidik ragam Gula Reduksi (Lampiran 6 (A-F) dapat dilihat bahwa ada interaksi antar perlakuan CMC berbagai konsentrasi dengan minyak atsiri, kecuali