• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. A. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

8

A. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)

Pengertian dari Corporate Social Responsibility (CSR) telah dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya adalah definisi yang dikemukakan oleh Darwin (2004) dalam Anggraini (2006) mendefinisikan CSR sebagai mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Tanggung jawab sosial secara lebih sederhana dapat dikatakan sebagai timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Proses pengambilan keuntungan tersebut perusahaan seringkali menimbulkan kerusakan lingkungan dan dampak sosial lainnya.

Menurut International Standar ISO 26000 (2010) CSR adalah tanggung jawab suatu organisasi sebagai dampak dari suatu keputusan dan kegiatan kemasyarakatan dan lingkungan, melalui perilaku transparan dan etis yang memberikan kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; memperhitungkan harapan para pemangku

(2)

kepentingan; sesuai dengan hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional perilaku dan terintegrasi di seluruh organisasi dan dipraktekkan dalam suatu hubungan.

Prinsip-prinsip dasar Corporate Social Responsibility yang menjadi bagi pelaksanaan yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan menurut ISO 26000 dalam Daniri (2008) meliputi:

1. Kepatuhan terhadap hokum

2. Menghormati instrumen/badan-badan Internasional 3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya 4. Akuntabilitas

5. Transparansi

6. Perilaku yang beretika

7. Melakukan tindakan pencegahan 8. Menghormati dasar-dasar HAM

Menurut Daniri (2008) terdapat dua hal yang dapat mendorong perusahaan menerapkan CSR, yaitu bersifat dari luar perusahaan (external drivers) dan dari dalam perusahaan (internal drivers). Termasuk kategori pendorong dari luar, misalnya adanya regulasi, hukum, dan diwajibkannya analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah memberlakukan audit Proper (Program penilaian peningkatan kinerja perusahaan). Pendorong dari dalam perusahaan terutama bersumber dari perilaku manajemen dan pemilik

(3)

perusahaan (stakeholders), termasuk tingkat kepedulian/ tanggung jawab perusahaan untuk membangun masyarakat sekitar (community development responsibility).

Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat serta lingkungan sekitar dalam jangka panjang.

Ada beberapa manfaat CSR bagi perusahaan antara lain: (1) Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan; (2) Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial; (3) Mereduksi risiko bisnis perusahaan; (4) Melebarkan akses sumber daya bagi operasional perusahaan; (5) Membuka pasar yang lebih luas; (6) Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah; (7) Memperbaiki hubungan dengan stakeholders dan regulator; (8) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan; (9) Peluang mendapatkan penghargaan. Dalam jangka panjang, CSR akan menjadi suatu asset strategis dan kompetitif bagi korporasi ditengah iklim bisnis yang menuntut praktikpraktik bisnis yang etis dan bertanggung jawab

Kotler dkk (2005) menjelaskan bahwa terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh atas aktivitas CSR. Adapun manfaat dari CSR tersebut adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan penjualan dan market share. 2. Memperkuat brand positioning.

(4)

3. Meningkatkan citra perusahaan. 4. Menurunkan biaya operasi.

5. Meningkatkan daya tarik perusahaan di mata para investor dan analisis keuangan.

Dengan melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. Kondisi seperti itulah yang pada gilirannya dapat memberikan keuntungan ekonomi-bisnis kepada perusahaan yang bersangkutan. CSR tidaklah harus dipandang sebagai tuntutan represif dari masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia usaha.

B. Signaling Theory

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu berdampak pada para stakeholders seperti karyawan, pemasok, investor, pemerintah, konsumen, serta masyarakat dan kegiatan-kegiatan tersebut menjadi perhatian dan minat dari para stakeholders, terutama para investor dan calon investor sebagai pemilik (calon) dan penanam (calon) modal perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan berkewajiban untuk memberikan laporan sebagai informasi kepada para stakeholders. Laporan yang wajib diungkapkan oleh perusahaan setidaknya meliputi satu set laporan keuangan. Tetapi, perusahaan diijinkan untuk mengungkapkan laporan tambahan, yaitu laporan yang berisi lebih dari sekedar laporan keuangan, misalnya laporan tahunan tentang

(5)

aktivitas CSR perusahaan ataupun laporan mengenai penerapan GCG (Good Corporate Governance) pada perusahaan.

Tujuan dari laporan tambahan ini adalah untuk menyediakan informasi tambahan mengenai kegiatan perusahaan sekaligus sebagai sarana untuk memberikan tanda (signal) kepada para stakeholders mengenai hal-hal lain, misalnya memberikan tanda (signal) tentang kepedulian perusahaan terhadap wilayah sekitarnya, atau tanda bahwa perusahaan tidak hanya menyediakan informasi berdasarkan ketentuan peraturan tetapi menyediakan informasi yang lebih bagi para stakeholders. Tanda-tanda (signals) ini diharapkan dapat diterima secara positif oleh pasar sehingga mampu mempengaruhi kinerja pasar perusahaan yang tercermin dalam harga pasar saham perusahaan.

Signaling theory menekankan bahwa perusahaan pelapor dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaporannya. Jika perusahaan gagal dalam menyajikan informasi yang lebih, maka para stakeholders hanya akan menilai perusahaan sebagai perusahaan rata-rata sama dengan perusahaan-perusahaan yang tidak mengungkapkan laporan tambahan.

Hal ini memberikan motivasi bagi perusahaan-perusahaan untuk mengungkapkan, melalui laporan keuangan, bahwa mereka lebih baik dari pada perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan. Dengan demikian, signaling theory menekankan bahwa perusahaan akan cenderung menyajikan informasi yang lebih lengkap untuk memperoleh reputasi yang lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan yang tidak mengungkapkan, yang pada akhirnya akan menarik investor.

(6)

C. Teori Stakeholder

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an, yang secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha. (Freeman, et al.,2002 dalam Waryanti, 2009).

Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).

Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stakeholder), namun lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau klaim terhadap perusahaan (Untung, 2008 dalam Waryanti, 2009). Mereka adalah pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor, karyawan, kelompok politik, dan asosiasi perdagangan. Seperti halnya pemegang saham yang mempunyai hak terhadap

(7)

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga mempunyai hak terhadap perusahaan. (Waryanti, 2009)

Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya power yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Power tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan (Deegan, 2000 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Oleh karena itu, “ketika stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi dengan caracara yang memuaskan keinginan stakeholder” (Ullman 1982, hal. 552 dalam Ghozali dan Chariri, 2007).

Atas dasar argument di atas, teori stakeholder umumnya berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan untuk memanage stakeholdernya (Gray, et al., 1997 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Cara-cara yang dilakukan perusahaan untuk memanage stakeholdernya tergantung pada strategi yang diadopsi perusahaan (Ullman, 1985 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Organisasi dapat mengadopsi strategi aktif atau pasif. Ullman (1985) dalam Ghozali dan Chariri (2007) mengatakan bahwa strategi aktif adalah apabila perusahaan berusaha mempengaruhi hubungan organisasinya

(8)

dengan stakeholder yang dipandang berpengaruh/penting. Sedangkan perusahaan yang mengadopsi strategi pasif cenderung tidak terus menerus memonitor aktivitas stakeholder dan secara sengaja tidak mencari strategi optimal untuk menarik perhatian stakeholder. Akibat dari kurangnya perhatian terhadap stakeholder adalah rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan.

D. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Martin Freedman, dalam Kuntari dan Sulistyani (2007), ada tiga pendekatan dalam pelaporan kinerja sosial, yaitu :

1. Pemeriksaan Sosial (Social Audit)

Pemeriksaan sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, social dan lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dari operasioperasi yang dilakukan perusahaan. Pemeriksaan sosial dilakukan dengan membuat suatu daftar aktivitas-aktivitas perusahaan yang memiliki konsekuensi sosial, lalu auditor sosial akan mencoba mengestimasi dan mengukur dampak-dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut.

2. Laporan Sosial (Social Report)

Berbagai alternatif format laporan untuk menyajikan laporan sosial telah diajukan oleh para akademis dan praktisioner. Pendekatan-pendekatan yang dapat dipakai oleh perusahaan untuk melaporkan aktivitas-aktivitas pertanggungjawaban sosialnya ini dirangkum oleh

(9)

Dilley dan Weygandt menjadi empat kelompok sebagai berikut (Henry dan Murtanto, 2001 dalam

Kuntari dan Sulistyani, 2007) : a. Inventory Approach

Perusahaan mengkompilasikan dan mengungkapkan sebuah daftar yang komprehensif dari aktivitas-aktivitas sosial perusahaan. Daftar ini harus memuat semua aktivitas sosial perusahaan baik yang bersifat positif maupun negatif.

b. Cost Approach

Perusahaan membuat daftar aktivitas-aktivitas sosial perusahaan dan mengungkapkan jumlah pengeluaran pada masing-masing aktivitas tersebut.

c. Program Management Approach

Perusahaan tidak hanya mengungkapkan aktivitas-aktivitas pertanggungjawaban sosial tetapi juga tujuan dari aktivitas tersebut serta hasil yang telah dicapai oleh perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan itu.

d. Cost Benefit Approach

Perusahaan mengungkapkan aktivitas yang memiliki dampak social serta biaya dan manfaat dari aktivitas tersebut. Kesulitan dalam penggunaan pendekatan ini adalah adanya kesulitan dalam mengukur biaya dan manfaat sosial yang diakibatkan oleh perusahaan terhadap masyarakat.

(10)

3. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan (Disclosure In Annual Report)

Pengungkapan sosial adalah pengungkapan informasi tentang aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan. Pengungkapan sosial dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain laporan tahunan, laporan interim/laporan sementara, prospektus, pengumuman kepada bursa efek atau melalui media masa.

Perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut. Gray, et al., dalam Florence, et al., 2004 menyebutkan ada tiga studi, yaitu :

a. Decision Usefulness Studies

Belkaoui (1989) dalam Anggraini (2006) mengemukakan bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas sosial akan mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Sebagian dari studi-studi yang dilakukan oleh para peneliti yang mengemukakan pendapat ini menemukan bukti bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan. Para analis, banker dan pihak lain yang dilibatkan dalam penelitian tersebut diminta untuk melakukan pemeringkatan terhadap informasi akuntansi. Informasi akuntansi tersebut tidak terbatas pada informasi akuntansi tradisional yang telah dinilai selama ini, namun juga informasi

(11)

yang lain yang relatif baru dalam wacana akuntansi. Mereka menempatkan informasi aktivitas sosial perusahaan pada posisi yang moderately important.

b. Economic Theory Studies

Studi ini menggunakan agency theory dimana menganalogikan manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal. Lazimnya, principal diartikan sebagai pemegang saham atau tradisional users lain. Namun, pengertian prinsipal tersebut meluas menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen, manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik. c. Social and Political Theory Studies

Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi dan teori ekonomi politik. Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder.

Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudit (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu). Darwin (2004) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Pelaporan di dalam suatainability report atau di kenal dengan triple bottom line di bagi menjadi tiga komponen (Wibisono, 2007) yaitu:

(12)

1) Kinerja ekonomi (economic performance) = profit

Melaporkan pengukuran-pengukuran tradisional mengenai kinerja keuangan, dan mungkin tambahan statistik yang berhubungan dengan kinerja ekonomi seperti pangsa pasar produk atau informasi tentang pengembangan produk baru.

2) Kinerja sosial (social performance) = people

Melaporkan pengukuran-pengukuran kinerja yang berhubungan kesejahteraan karyawan, seperti tingkat kecelakaan karyawan, program-program kepelatihan, dan statistik mengenai penerimaan karyawan. Kategori ini juga melaporkan pengukuran kinerja social lainnya seperti kontribusi amal, dan aktivitas-aktivitas perusahaan dalam membentuk kebijakan publik lokal, nasional, dan internasional. 3) Kinerja lingkungan (environmental performance) = planet

Melaporkan dampak dari produk, jasa dan proses perusahaan terhadap lingkungan, komponen dari triple bottom line ini dapat melaporkan pelepasan polutan ke udara dan air publik ,utilisasi sumber daya alam yang dapat di perbaharui (Renewable) dan tidak dapat diperbaharui (Nonrenewable), dan pengelolaan sumber daya alam oleh perusahaan.

(13)

Gambar 2.1

Konsep Triple Bottom Line

Sedangkan dalam penelitian ini mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative). Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia (www.globalreporting.org). Daftar pengungkapan sosial yang berdasarkan standar GRI juga pernah digunakan oleh Dahli dan Siregar (2008), peneliti ini menggunakan 6 indikator pengungkapan yaitu : ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, hak asasi manusia, sosial dan produk. Indikatorindikator yang terdapat di dalam GRI yang digunakan dalam penelitian yaitu :

(14)

1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator) 2. Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator) 3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator) 4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights performance

indicator)

5. Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator)

6. Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance indicator)

Untuk penelitian ini indikator yang digunakan hanyalah tiga kategori, yaitu indikator kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Indikator kinerja sosial mencakup empat indikator yang terdiri dari : indikator kinerja tenaga kerja, hak asasi manusia, sosial/kemasyarakatan, dan produk.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 79 item pengungkapan yang terdiri dari indikator ekonomi (9 item), lingkungan (30 item), tenaga kerja (14 item), hak asasi manusia (9 item), sosial (8 item), dan produk (9 item) dengan nilai maksimum pengungkapan 1. Peneliti menggunakan GRI dikarenakan lebih komprehensif dalam menilai aktivitas CSR suatu perusahaan dengan mengunakan 3 fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial. Karena sedikitnya perusahaan di Indonesia yang melaporkan kinerja ekonomi, sosial dan lingkungannya dalam bentuk sustainability reporting, maka dalam penelitian ini hanya terbatas pada data-data yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan.

(15)

Penghitungan CSDI dilakukan dengan menggunakan pendekatan dikotomi, yaitu setiap item CSR dalam instrument penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan (Haniffa dkk, 2005) dalam Sayekti dan Wondabio (2007). Rumus penghitungan CSDI adalah sebagai berikut :

Dimana:

CSDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j nj : jumlah item untuk perusahaan j, nj =79

Xij : 1 = jika item I diungkapkan; 0 = jika item I tidak diungkapkan Dengan demikian, 0 < CSDIj < 1

E. Pengaruh Corporate Responsibility (CSR) terhadapa harga saham

Laporan tahunan akan menjadi bahan rujukan bagi para investor dan calon investor dalam memutuskan apakah akan berinvestasi di dalam suatu perusahaan atau tidak. Dengan demikian, tingkat pengungkapan (disclosure level) yang diberikan oleh pihak manajemen perusahaan akan berdampak pada pergerakan harga saham yang pada gilirannya juga akan berdampak pada volume saham yang diperdagangkan dan return.

(16)

Secara teoritis, ada hubungan positif antara pengungkapan (termasuk pengungkapan sukarela) dan kinerja pasar perusahaan. Hal ini dibuktikan oleh Almilia dan Wijayanto (2007) dalam Dahlia dan Siregar (2008), penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya jika perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk akan muncul keraguan dari para investor terhadap perusahaan tersebut dan direspon negatif dengan fluktuasi harga saham perusahaan di pasar yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Jadi, pengungkapan aktivitas sosial dalam laporan keuangan perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan.

F. Dividend Per Share (DPS)

Menurut Hanafi (2004), dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan.

Tujuan utama sebuah perusahan adalah memaksimumkan harga saham dari perusahaan tersebut. Salah satu faktor yang menentukan harga saham adalah kemampuan perusahaan dalam meningkatkan aliran kas kini dan pada

(17)

masa yang akan dating. Dengan demikian perusahaan selaku emiten mampu mengelola usahanya secara produktif guna memberikan keyakinan kepada para pemegang saham untuk memperoleh pendapatan (dividen atau capital gain) di masa yang akan dating. Setiap kebijakan dividen dapat menjadi bahan penilaian oleh investor mengenai kinerja suatu perusahaan. Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan direspon oleh pasar. Pengumuman dividen dan pengumuman laba pada periode sebelumnya adalah dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan oleh para manajer untuk menginformasikan prestasi dan prospek perusahaan.

Menurut Arifin (2004) Pembayaran dividen merupakan sesuatu yang memberatkan perusahaan karena akan mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk investasi, sedangkan pada sisi yang lain juga akan merugikan pemegang saham karena mereka harus mambayar pajak atas dividen yang diterima tersebut. Berdasarkan bentuk pembayarannya, dividen dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu cash dividend (dividen tunai) dan stock dividen (dividen saham).

Cash dividend merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas, sebagaimana menurut Ismaya (2005) bahwa cash dividend didefinisikan sebagai dividen yang dibayar denagan uang tunai (kas), sedangkan stock dividend merupakan saham yang diberikan kepada pemegang saham sebagai pengganti dividen dengan maksud perluasan modal saham menjadi lebih besar.

(18)

Dividen tunai merupakan jenis dividen yang paling umum dan pada saat diumumkan akan menjadi kewajiban bagi perusahaan. Cash dividend merupakan bentuk pembayaran dividen yang paling banyak digunakan oleh emiten untuk membagikan sebagian labanya kepada pemegang saham. Pembayaran dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas investasinya pada suatu perusahaan.

Di dalam penelitian ini, pembayaran dividen kas dapat dhitung dengan menggunakan Dividend Per Share (DPS). Dimana Dividend Per Share (DPS) menggambarkan besarnya jumlah pendapatan per lembar saham yang akan didistribusikan kepada para pemegang saham biasa. Dividend Per Share (DPS) didapat dari rumus :

G. Pengaruh Dividend Per Share (DPS) terhadap harga saham

Harga saham ditentukan oleh perkembangan perusahaan penerbitnya (Emitennya). Jika perusahaan emiten mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi dan mampu menyisihkan sebagian dari keuntungannya itu sebagai dividen dengan jumlah yang tinggi maka hal tersebut akan menarik investor

(19)

(masyarakat) untuk membeli saham perusahaan tersebut. Akibatnya, permintaan atas saham tersebut akan meningkat dan pada akhirnya akan menaikkan harga saham tersebut di Bursa sehingga memungkinkan bagi pemegang saham perusahaan dimaksud untuk memperoleh capital gain. Capital gain juga akan mendorong naiknya harga saham di Bursa Efek. Dengan demikian keuntungan perusahaan merupakan faktor penting bagi perusahaan terhadap nilai sahamnya.

Tingkat dividen yang ditetapkan oleh perusahaan akan menjadi beban tetap bagi perusahaan tersebut dalam waktu mendatang. Perusahaan sebenarnya memiliki dua pilihan untuk mendistribusikan kas kepada pemegang saham yaitu dengan membayar dividen atau dengan membeli kembali saham yang beredar (share repurchases). Dalam pembayaran dividen, perusahaan dapat menggunakan bentuk-bentuk tertentu pemabayaran dividen. Dividen dapat dibayarkan dalam bentuk dividen tunai (cash dividend), dividen dalam bentuk aktiva yang lain (property dividend), dividen dalam bentuk surat utang, ataupun dalam bentuk saham (stock dividend).

H. Harga Saham

Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan dan pemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Sutrisno (2000) mendefinisikan saham adalah sebagai surat bukti kepemilikan perusahaan yang memberikan penghasilan tidak tetap. Pemilik saham akan

(20)

menerima penghasilan dalam bentuk dividen apabila perusahaan memperoleh keuntungan.

Nilai pasar dari sekuritas merupakan harga pasar dari sekuritas itu sendiri. Untuk sekuritas yang diperdagangkan dengan aktif, nilai pasar merupakan harga terakhir yang dilaporkan pada saat sekuritas terjual (Horne, 1997:70). Dalam teori manajemen dijelaskan bahwa tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian efisien atau tidaknya suatu keputusan keuangan dapat dilihat dari nilai perusahaan. Perusahaan yang menerbitkan saham, nilai perusahaan yaitu nilai saham ditambah dengan nilai pasar hutang. Husnan (2001) mengemukakan bahwa nilai saham adalah harga pasar dikalikan dengan jumlah saham yang beredar.

Horne (1997:5) mengemukakan bahwa harga pasar bertindak sebagai barometer dari kinerja bisnis. Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan tugasnya atas nama para pemegang saham. Oleh karena itu manajemen selalu berada dalam pengawasan. Para pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja manajemen dapat menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Tindakan-tindakan tersebut jika dilakukan oleh para pemegang saham akan dapat mengakibatkan turunnya harga saham di pasar. Pada dasarnya tinggi rendah harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hal ini berkaitan dengan analisis sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum membeli atau menjual saham.

(21)

I. Perusahaan BUMN

1. Definisi BUMN

Menurut Undang-undang Nomer 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, definisi BUMN adalah :

a. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

b. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

c. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

d. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang

(22)

dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. Pada beberapa BUMN di Indonesia, pemerintah telah melakukan perubahan mendasar pada kepemilikannya dengan membuat BUMN tersebut menjadi perusahaan terbuka yang sahamnya bisa dimiliki oleh publik. Contohnya adalah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Sejak tahun 2001 seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN, yang dipimpin oleh seorang Menteri BUMN.

2. Ciri-ciri perusahaan BUMN

a. Penguasaan badan usaha dimiliki oleh pemerintah.

b. Pengawasan dilakukan, baik secara hirarki maupun secara fungsional dilakukan oleh pemerintah.

c. Kekuasaan penuh dalam menjalankan kegiatan usaha berada di tangan pemerintah.

d. Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan usaha.

(23)

e. Semua risiko yang terjadi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemerintah.

f. Untuk mengisi kas negara, karena merupakan salah satu sumber penghasilan negara.

g. Agar pengusaha swasta tidak memonopoli usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak.

h. Melayani kepentingan umum atau pelayanan kepada masyarakat. i. Merupakan lembaga ekonomi yang tidak mempunyai tujuan utama

mencari keuntungan, tetapi dibenarkan untuk memupuk keuntungan. j. Merupakan salah satu stabilisator perekonomian negara.

k. Dapat meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi serta terjaminnya prinsip-prinsip ekonomi.

l. Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.

m. Peranan pemerintah sebagai pemegang saham. Bila sahamnya dimiliki oleh masyarakat, besarnya tidak lebih dari 49%, sedangkan minimal 51% sahamnya dimiliki oleh negara.

n. Pinjaman pemerintah dalam bentuk obligasi. o. Modal juga diperoleh dari bantuan luar negeri.

p. Bila memperoleh keuntungan, maka dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.

(24)

3. Jenis-Jenis BUMN

a. Perusahaan Perseroan (Persero)

Perusahaan persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas (PT) yang modal/sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh pemerintah, yang tujuannya mengejar keuntungan. Maksud dan tujuan mendirikan persero ialah untuk menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Ciri-ciri Persero adalah sebagai berikut:

1) Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden. 2) Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh mentri dengan

memperhatikan perundang-undangan.

3) Statusnya berupa perseroan terbatas yang diatur berdasarkan undang-undang.

4) Modalnya berbentuk saham.

5) Sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.

6) Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris.

7) Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik pemerintah.

(25)

8) Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai RUPS, jika hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan terbatas.

9) RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan. 10) Dipimpin oleh direksi.

11) Laporan tahunan diserahkan ke RUPS untuk disahkan. 12) Tidak mendapat fasilitas Negara.

13) Tujuan utama memperoleh keuntungan.

14) Hubungan-hubungan usaha diatur dalam hukum perdata. 15) Pegawainya berstatus pegawai swasta.

b. Perusahaan Jawatan (Perjan)

Perusahaan Jawatan (perjan) sebagai salah satu bentuk BUMN memiliki modal yang berasal dari negara. Besarnya modal Perusahaan Jawatan ditetapkan melalui APBN. Ciri-ciri Perusahaan Jawatan antara lain sebagai berikut:

1) memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2) merupakan bagian dari suatu departemen pemerintah.

3) dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada. menteri atau dirjen departemen yang bersangkutan.

(26)

4) status karyawannya adalan pegawai negeri.

c. Perusahaan Umum (Perum)

Perusahaan Umum(PERUM) adalah suatu perusahaan negara yang bertujuan untuk melayani kepentingan umum,tetapi sekaligus mencari keuntungan. Ciri-ciri Perusahaan Umum (Perum) sebagai berikut :

1) Melayani kepentingan masyarakat umum.

2) Dipimpin oleh seorang direksi/direktur.

3) Mempunyai kekayaan sendiri dan bergerak di perusahaan swasta. Artinya,perusahaan umum(PERUM) bebas membuat kontrak kerja dengan semua pihak.

4) Dikelola dengan modal pemerintah yang terpisah dari kekayaan negara.

5) Pekerjanya adalah pegawai perusahaan swasta.

6) Memupuk keuntungan untuk mengisi kas negara.

d. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Ciri-ciri BUMD adalah sebagai berikut:

1) Pemerintah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha.

2) Pemerintah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam pemodalan perusahaan.

(27)

3) Pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam menetapkan kebijakan perusahaan.

4) Pengawasan dilakukan alat pelengkap negara yang berwenang.

5) Melayani kepentingan umum, selain mencari keuntungan.

6) Sebagai stabillisator perekonomian dalam rangka menyejahterakan rakyat

7) Sebagai sumber pemasukan Negara.

8) Seluruh atau sebagian besar modalnya milik negara lain, baik berupa bank maupun nonbank.

9) Direksi bertanggung jawab penuh atas BUMN, dan mewakili BUMN di pengadilan.

J. Pengaruh CSR dan Pembayaran Dividen Kas Terhadap Harga Saham. Dalam melakukan investasi, setiap investor selalu mengharapkan tingkat keuntungan yang akan diperoleh (expected return) untuk suatu periode tertentu di masa yang akan datang atas investasinya. Tujuan seorang investor yang menginvestasikan dananya dalam perusahaan adalah untuk memperoleh pendapatan yang berupa dividen atau capital gain.

Pengungkapan corporate social responsibility (CSR) oleh perusahaan, membuat tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan semakin meningkat. Para investor beranggapan bahwa perusahaan yang memiliki CSR yang baik maka akan baik pula kinerja perusahaan tersebut. Sehingga para

(28)

investor tidak akan ragu untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Sejalan dengan tumbuhnya kepercayaan investor terhadap perusahaan,maka akan menaikkan pula harga saham di lantai bursa.

Perusahaan yang membagikan dividen menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan itu bagus, likuiditas keuangan perusahaan sehat karena bisa menyisihkan sebagian keuntungan bersihnya untuk dibagi ke pemegang saham. Ada dua potensi keuntungan yang bisa dinikmati investor jika membeli atau memiliki saham emiten yang selalu membagikan dividen. Pertama, informasi tentang rencana pembagian dividen bisa memicu hasrat investor yang belum memiliki sahamnya untuk segera memburu sahamnya.Dengan begitu, harga saham di bursa akan mengalami kenaikan. Kedua, tentu saja berupa dividen itu sendiri. Dengan begitu, pemegang saham akan menikmati dua keuntungan sekaligus berupa capital gain dan dividen.

Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka dapat ditemukan bahwa berdasarkan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Pembayaran Dividen memberikan pengaruh yang cukup besar dalam rangka perolehan harga saham perusahaan BUMN yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

K. Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2005 dan 2006). Dahlia dan Siregar (2008) melakukan

(29)

penelitian mengenai pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini, corporate social responsibility diukur dengan menggunakan CSDI berdasarkan GRI (Global Reporting Initiative) yang terdiri dari tiga fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial. Sedangkan kinerja perusahaan di bagi menjadi dua yaitu kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan ROE (Return On Equity) dan kinerja pasar yaitu CAR (Cumulative Abnormal Return) diukur dengan menggunakan market adjusted model. Dalam penelitian ini terdiri dari lima variabel control, yaitu leverage, growth, beta (sebagai proksi dari risiko sekuritas), size, dan unexpected earnings. Penelitian menggunakan sampel 91 sampel perusahaan dimana terdiri dari dua model yaitu model pertama menggunakan sampel perusahaan dan model kedua menggunakan sampel 25 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap ROE (kinerja keuangan perusahaan) dan berpengaruh positif juga terhadap CAR (kinerja pasar perusahaan).

Pengaruh Pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan Pengungkapan Penuh Laporan Keuangan (full disclosure of financial statement) Terhadap Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2006-2008). Agus Triastanto (2010) melakukan penelitian tentang pengungkapan CSR dan pengungkapan penuh laporan keuangan terhadap harga saham.

(30)

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pengungkapan corporate social responsibility dan pengungkapan penuh laporan keuangan terhadap harga saham. Pengungkapan corporate social responsibility diukur dengan menggunakan skor hasil survei yang dicapai perusahaan dalam Corporate Social Responsibility Index (CSRI). Pengungkapan penuh laporan keuangan diukur dengan menggunakan skor indeks pengungkapan penuh. Sedangkan untuk harga saham dilihat dari harga penutupan (close price) saham tahun 2009. Penelitian ini menggunakan pengujian hipotesis yang diuji dengan analisis regresi linear berganda dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial pengungkapan CSR berpengaruh terhadap harga saham. Untuk pengungkapan penuh laporan keuangan berdasarkan penelitian ini tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara simultan keduanya berpengaruh hanya sebesar 0,3% terhadap harga saham.

Madichah (2005) melakukan penelitian tentang Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) dan Financial Laverage (FL) terhadap harga saham perusahaan manufaktur periode 200-2002. Harga saham merupakan variable dependen. Variable independen yang diteliti yaitu Earning Per Share (EPS), Dvidend Per Share (DPS) dan Financial Leverage (FL). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan analisis regresi berganda disimpulkan bahwa Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) dan Financial Leverage (FL) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

(31)

L. Kerangka Konseptual

Alasan yang benar sangat diperlukan untuk mendukung suatu karya ilmiah agar masalah yang dibahas dapat dipecahkan dengan jelas dan terarah. Dengan demikian dalam suatu penelitian diperlukan adanya kerangka Konseptual yang benar dan mengarah pada penyelesaian masalah yang ada.

Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Adapun kerangka konseptual di dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Sumber : Peneliti 2012.

Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya jika perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk akan muncul keraguan dari para investor terhadap perusahaan tersebut dan direspon negatif dengan fluktuasi harga saham perusahaan di pasar yang semakin menurun dari tahun ke tahun.

Corporate Social Responsibility (X₁) Dividend Per Share (X₂) Harga Saham/ Closing Price (Y)

(32)

Dengan demikian tingkat CSR perusahaan dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Semakin baik CSR perusahaan maka akan berdampak baik pula pada nilai saham perusahaan pada lantai bursa.

Begitu pula perusahaan yang bisa memberikan dividen yang besar, maka para investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut karena merasa ada suatu keuntungan di masa yang akan datang apabila membeli saham tersebut.

Gambar

Gambar 2.2  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Asam lemak stearat pada ikan Bandeng segar memiliki persen area 10,4%, kemudian mengalami kenaikan pada proses pengolahan tekanan tinggi atau presto sebesar 10,75% dan pada

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsi seksi pembinaan teknis gedung... KASI TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN GEDUNG 1.

untuk berkembangHanya dengan pendidikan, manusia dapat menghadapi dan menjawab tantangan-tantangan baik dari dalam maupun dari luar manusianya itu

Stereotip dan prasangka adalah akar berbagai bentuk dehumanisasi dalam kehidupan manusia. Dan di Indonesia, stereotip dan prasangka banyak mewarnai relasi dalam

Menurut kumulasi logam berat di dalam tulang menyebabkan penyerapan hormon, kalsium (Ca), seng (Zn), fosfor (P) dan vitamin Hal demikian menyebabkan pertumbuhan

Dalam penentuan karyawan terpilih untuk naik jabatan, setiap perusahaan memiliki kriteria yang berbeda-beda, dalam hal ini kriteria yang diobservasi, dinilai dan

a. Memberi pelatihan dasar badminton untuk anak- anak usia 9-16 tahun yang tinggal di Dusun Salakan, Bangunharjo, Sewon, Bantul.. Bidang Tematik dan Non Tematik 1.

Pada fase ini terdapat Closure.Closure merupakan satu fase yang menyatakan bahwa manajemen dari tim merasa bahwa variabel dari waktu, kompetisi, permintaan, harga, dan