• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat Dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat Dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

58

Strategi Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat Dalam

Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

Agnes Erva Yuningsih*), Roni Ekha Putera**), Kusdarini***)

**) Jurusan Administrasi Publik, Universitas Andalas, Indonesia

Email: roniekhaputera@soc.unand.ac.id

Abstract

This study aims to describe and analyze the strategy of the National Narcotics Agency of West Sumatra province in the prevention of drug abuse. This research is backed by the increasing number of drug abuse in the year 2019. National Narcotics Agency of West Sumatra province in the prevention of drug abuse supported by the vision of "to mobilize all stakeholders and the potential of society in the prevention, rehabilitation and eradication of drug abuse and dark circulation". This research uses qualitative methods with data collection techniques using interviews and documentation. Infoman comes from the National Narcotics Agency of West Sumatra province. The result of this research type of strategy according to Koteen, namely organizational strategy, Program strategy, resource support strategy and institutional strategy in the prevention of drug abuse, National Narcotics Agency of West Sumatera province implemented all types of such strategies. In the implementation has not been well, one of them is a strategy of human resources utilization, which is still the capacity of human resources adequate in preventing drug abuse. In addition to the implementation of the program in the prevention of drug abuse that has been planned from the beginning is still not carried out optimally because in its execution is often the lack of budget available to run a program.

Keywords: Strategy Agency; Prevention efforts; Drug abuse 1. Pendahuluan

Penyalahgunaan narkoba di

Indonesia sudah sangat

mengkhawatirkan. Narkoba sendiri merupakan barang yang tidak lagi dikatakan barang haram yang susah didapat, melainkan barang yang amat mudah di dapat karena kebutuhan sesaat sebagai efek candu dan kenikmatan

tubuh penggunanya. Di Indonesia dalam setahun yang meninggal kurang lebih 18.000 orang akibat narkoba karena over dosis atau sekitar 50 orang setiap harinya yang meninggal dunia. Posisi Indonesia yang berada pada posisi silang antara Benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Hindia, juga sebagai Negara yang memiliki sejumlah

(2)

59 pulau besar dan garis pantai yang

panjang menyebabkan Indonesia menjadi sasaran dari peredaran narkoba. Untuk lebih mengefektifkan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dibentuk Badan Narkotika Nasional yang berkedudukan dibawah Presidan dan bertanggung jawab kepada Presiden serta melaksanakan tugas Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN). Dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia, terdapat 12 Provinsi yang mengalami peningkatan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba. Salah satu Provinsi yang mengalami peningkatan prevelensi penyalahgunaan narkoba adalah Provinsi Sumatera Barat yaitu meningkat 0,06% dari Tahun 2018. Pendahuluan berisi latar belakang, rasional, dan atau urgensi penelitian. Referensi (pustaka atau penelitian relevan), perlu dicantumkan dalam bagian ini, hubungannya dengan justifikasi urgensi penelitian, pemunculan permasalahan penelitian, alternatif solusi, dan solusi yang dipilih.

Tabel 1. Persentase Desa atau Kelurahan Penyalahgunaan Narkoba

per Provinsi Tahun 2018 Provinsi Persentase Sumatera Barat 37,7 Riau 36,4 DKI Jakarta 34,5 Kalimantan Selatan 33,6 Sumatera Utara 29,3 Kalimantan Timur 29 Kep. Bangka Belitung 29,6

Jambi 24,8

Sumatera Selatan 24 Kalimantan Utara 19,5 Sumber: BNN Provinsi Sumatera Barat, 2018

Pada Tahun 2018 dari 10 Provinsi di Indonesia yang tertinggi dalam penyalahgunaan narkoba, Provinsi Sumatera Barat memiliki angka presentase paling tinggi daro Provinsi lainnya. Penyalahgunaan narkoba di Provinsi Sumatera Barat pada Tahun 2019 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 31 kasus dari pada Tahun 2018 sebanyak 18 kasus.

Untuk menangani permasalahan narkoba di Provinsi Sumatera Barat saat ini semakin memperhatikan. Untuk menangani permasalahan narkoba, Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat adalah instansi vertikal Badan Narkotika Nasional yang berkedudukan di Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat yang bertanggung jawab

(3)

60 kepada Kepala Badan Narkotika

Nasional. Untuk membantu Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatra Barat, maka dibentuk Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat. Namun saat ini dari 19 Kabupaten/Kota yang memiliki

Badan Narkotika Nasional

Kabupaten/Kota, yaitu:

1. Badan Narkotika Nasional Kota Payakumbuh

2. Badan Narkotika Nasional Kota Sawahlunto

3. Badan Narkotika Nasional Kabupaten Solok

4. Badan Narkotika Nasional Kabupaten Pasaman Barat Sehingga program dan kegiatan yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Baratterfokus kepada wilayah yang tidak memiliki Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat mempunyai visi “Mewujudkan Masyarakat Sumatera Barat Yang Sehat Dan Bersih Dari Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba” dan mempunyai misi “menggerakkan

Seluruh Stakeholder Dan Segenap Potensi Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan, Rehabilitasi Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba”.

Upaya pencegahan merupakan salah satu upaya sangat penting dilakukan, yang bertujuan untuk menunda timbulnya penggunaan narkoba dan mengatasi penyebab mendasari penggunaan narkoba. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 4 yang berbunyi “mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan narkotika”

menunjukkan bahwa pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah poin yang harus dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi ataupun

Badan Narkotika Nasional

Kabupaten/Kota.

Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat telah menyusun program dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba yang terdiri dari penyelenggaraan diseminasi informasi P4GN, penyelenggaraan advokasi, pemberdayaan peran serta masyarakat dan penyelenggaraan pemberdayaan alternatif. Hal tersebut

(4)

61 dilakukan oleh Badan Narkotika

Nasional Provinsi Sumatera Barat khususnya bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat, selain itu juga dengan berkoordinasi dengan instansi pemerintah, pihak swasta dan masyarakat.

Pelaksanaan kegiatan pada program diseminasi informasi di Tahun 2019 telah dilakukan dengan memanfaatkan 4 jenis media dan telah dilakukan sebanyak 45 kegiatan yaitu pelaksanaan kegiatan diseminasi informasi P4GN melalui media konvensional sebanyak 11 kegiatan, melalui media cetak sebanyak 19 kegiatan, melalui media media penyiaran sebanyak 9 kegiatan dan media online sebanyak 6 kegiatan. Namun dalam pelaksanaan program masih terkendala terbatasnya teknologi yang memadai dalam melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkoba yang menyasar seluruh masyarakat di wilayah Sumatera Barat.

Program selanjutnya adalah penyelenggaraan advokasi yang bertujuan untuk mengajak seluruh kalangan mulai dari pemerintah, swasta, masyarakat maupun pendidikan yang responsif terhadap kebijakan

pembangunan berwawasan anti narkoba melalui pembentukan kebijakan/regulasi terkait P4GN, pelaksanaan kegiatan dalam upaya P4GN dan pembentukan relawananti narkoba untuk bersama-sama memerangi penyalahgunaan narkoba. Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat melalui Bidang pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat telah melakukan program advokasi pada Tahun 2019 kepada sasaran yang telah ditentukan yaitu Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Padang, Kesbangpol Provinsi Sumatera Barat, Kesbangpol Kota Solok,dan Nahdatul Ulama Sumatera Barat.

Kemudian program

pemberdayaan peran serta masyarakat merupakan program dalam menjalankan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba yang bertujuan untuk membekali perpanjangan tangan Badan Nasional Nasional Provinsi Sumatera Barat agar bisa memotivasi keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitar mereka untuk menjauhi narkoba. Program pemberdayaan peran serta masyarakat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pemberdayaan penggiat anti narkoba di instansi pemerintah, lingkungan swasta, lingkungan pendidikan dan lingkungan

(5)

62 masyarakat. Namun pada Tahun 2019

pelaksanaan pemberdayaan penggiat anti narkoba hanya dapat dilakukan pada lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.

Dan program terakhir dalam upaya pencegahan penyalahgunaan

narkoba adalah program

penyelenggaraan pemberdayaan alternatif yang bertujuan untuk menentukan langkah dan kebijakan terkait program pemberdayaan alternatif yang bisa diterapkan dalam masyarakat, sehingga hasil kegiatan pemberdayaan alternatif kedepannya bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat yang ada di kawasan rawan narkoba. Program pemberdayaan alternatif dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pemberdayaan anti narkoba di kawasan rawan narkoba. Kawasan rawan narkoba yang diintervensi program pemberdayaan alternatif merupakan kawasan yang memiliki daya tangkal untuk menjauhi narkoba dan lebih memaksimalkan potensi yang dimiliki ke arah yang lebih positif melalui pelatihan dan pembinaan masyarakat anti narkoba. Namun dalam pelaksanaan pelatihan dan pembinaan bagi masyarakat di kawasan rawan narkoba agar masyarakat mandiri,

produktif dan berfungsi sosial di lingkungannya masih memiliki kendala karena keterbatasan anggaran.

Dalam melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, terdapat pengurangan anggaran disetiap tahunnya sehingga pelaksaaan program belum dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam menjalankan program

dalam upaya pencegahan

penyalahgunaan narkoba perlu adanya sumber daya manusia yang kompeten dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan keputusan kepala Badan Narkotika Nasional Nomor Kep/173/IV/SU/KP.02.00/2015/BNN Tentang Revisi Daftar Susunan Pegawai Di Lingkungan Badan Narkotika Nasional Provinsi harus memiliki 211 orang sumber daya manusia. Namun saat ini Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat saat ini hanya memiliki 60 orang sumber daya manusia.

Untuk berhasil dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba maka perlu adanya strategi. Berdasarkan berbagai fenomena yang peneliti temukan di lapangan, maka peneliti tertarik untuk melukan penelitian dengan judul “Strategi Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat dalam

(6)

63 Upaya Pencegahan Penyalahgunaan

Narkoba”.

2. Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan yang diselidiki. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Unit analisis dalam penelitian ini adalah lembaga dan teknik keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi.

3. Hasil dan Pembahasan

Dalam kajian ini, peneliti akan mendefinisikan strategi yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat melalui tipe-tipe strategi dan menganalisisnya menggunakan teori strategi koteen yang membagi strategi berdasarkan tipenya. Adapun menurut kooten tipe-tipe strategi adalah strategi organisasi, strategi program, strategi sumber daya dan strategi kelembagaan.

1. Strategi Organisasi

Strategi organisasi berkaitan dengan perumusan visi, misi, tujuan dan nilai-nilai. Tipe strategi dapat dilihat dari upaya yang dilakukan oleh suatu instansi dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan nilai organisasinya.

Visi pada dasarnya adalah kondisi masa depan yang diharapkan dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu. Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut kemana organisasi harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif inovatif serta produktif. Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat mempunyai visi yaitu “Mewujudkan masyarakat Sumatera Barat yang sehat dan bersih dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba” yang berlandaskan kepada visi Badan Narkotika Nasional dalam Renstra periode 2015-2019 adalah “Menjadi lembaga yang professional, tangguh, dan terpercaya dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika”. Misi merupakan suatu upaya yang harus diemban atau dilaksanakan oleh seluruh perangkat organisasi untuk mewujudkan

(7)

64 visi yang telah ditetapkan. Misi

merupakan langkah-langkah atau strategi yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat dalam mewujudkan sebuah visi. Visi tersebut dituangkan ke dalam misi adalah “Menggerakkan seluruh stakeholder dan segenap potensi masyarakat dalam upaya pencegahan, rehabilitasi dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba”. visi dan misi dari Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat sudah berjalan dengan baik. Hal itu dapat dilihat dengan adanya upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui beberapa pelaksanaan program diantaranya yaitu diseminasi informasi P4GN, advokasi, pemberdayaan peran serta masyarakat dan pemberdayaan alternatif yang dilakukan oleh Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat.

Tujuan organisasi merupakan sesuatu yang akan di capai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu yang mengacu kepada visi, misi dan prioritas yang akan dicapai. Tujuan juga merupakan hasil akhir yang diinginkan pada waktu yang akan datang apakah

tujuan organisasi tersebut dapat tercapai atau tidak. Setiap organisasi pasti memiliki tujuan begitupun dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat. Adapun tujuan dari Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan perlindungan

dan penyelamatan

masyarakat dari ancaman

penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba b. Pelemahan jaringan sindikat

peredaran gelap narkoba c. Peningkatan partisipasi

masyarakat dalam

melaksanakan P4GN

d. Peningkatan tata kelola sumberdaya organisasi Dalam mewujudkan tujuan tersebut salah satunya yaitu peningkatan perlindungan dan penyelamatan

masyarakat dari ancaman

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan P4GN maka salah satu cara mewujudkannya adalah menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba maka perlu adanya upaya pencegahan terhadap

(8)

65 penanggulangan penyalahgunaan

narkoba, karena menanggulangi penyalahgunaan narkoba bukan hanya pada pemberantasan dan rehabilitasi saja namun pencegahan penyalahgunaan narkoba sangat penting dilakukan.

Dalam mencapai tujuan dari organisasi Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat yaitu salah satunya peningkatan perlindungan dan penyelamatan masyarakat dari ancaman penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan P4GN, untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat telah melakukan beberapa program yaitu diseminasi informasi P4GN, advokasi, pemberdayaan peran serta masyarakat dan pemberdayaan alternatif.

Nilai-nilai merupakan budaya yang ada di organisasi yang mana merupakan pokok penyelesaian suatu masalah baik itu eksternal maupun internal. Begitu juga dalam melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat. Dalam melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba oleh Badan

Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat memiliki kendala persoalan dana, hal itu menyebabkan program kurang berjalan secara optimal dan tidak adanya pelatihan yang dilakukan terhadap sumber daya aparatur sehingga menyebabkan kurangnya sumber daya yang berkompeten dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba

2. Strategi Program

Strategi program ini memberikan perhatian kepada implikasi-implikasi strategic dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampak apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan dan apa dampaknya bagi sasaran organisasi. Indikator dari tipe strategi program ini adalah program dan kegiatan organisasi dan dampak organisasi.

Program dan kegiatan yang dilaksanakan dari sebuah organisasi dilaukan untuk mencapai tujuan dan sasaran bagi organisasi tersebut. Pelaksanaan program tersebut diharapkan dapat mencapai visi dan misi dari suatu organisasi. Dalam melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba bertujuan menunda timbulnya penggunaan narkoba dan mengatasi penyebab yang mendasari penggunaan

(9)

66 narkoba. Upaya pencegahan merupakan

salah satu isi dalam Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi

Nasional Pencegahan dan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. Hal terseut dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat khususnya Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat. Mengenai apa saja program dan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di Provinsi Sumatera Barat, Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat telah melakukan berbagai program dan kegiatan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah program diseminasi informasi, program advokasi, program pemberdayaan peran serta masyarakat dan pemberdayaan alternatif. Dalam melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba salah satu program yang dilakukan adalah diseminasi informasi P4GN, dalam hal ini Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat melakukan penyebaran informasi terkait pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (P4GN). Adapun kegiatan dalam melakukan program diseminasi informasi P4GN adalah diseminasi informasi P4GN melalui media konvensional, media cetak, media penyiaran dan media online.

Program kedua yaitu program advokasi, dalam hal ini Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat mengajak seluruh kalangan yang cepat tanggap untuk bersama-sama memerangi penyalahgunaan narkoba. Program advokasi yang bertujuan untuk mengajak seluruh kalangan mulai instansi pemerintah maupun swasta yang responsif. Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat telah melakukan kegiatan advokasi yang bertujuan untuk mengajak semua kalangan untuk lebih bersifat responsif terhadap upaya pencagahan penyalahgunaan narkoba. Salah satu sasaran dari kegiatan ini yaitu Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Sumatera Barat, keluaran dari kegiatan ini diharapkan agar pemerintah daerah dapat membuat sebuah kebijakan tentang upaya pencegahan penyalahgunaan

(10)

67 narkoba serta membentuk relawan yang

responsif akan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Program ketiga adalah program pemberdayaan peran serta masyarakat dilakukan agar masyarakat mampu melakukan upaya pencegahan diri dan lingkungan sekitar untuk menanggulangi bahaya penyalahgunaan narkoba. program pemberdayaan peran serta masyarakat yang betujuan untuk membekali perpanjangan tangan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat agar bisa memotivasi keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitar mereka untuk menjauhi narkoba. Adapun kegiatan dalam melakukan program pemberdayaan peran serta masyarakat adalah pemberdayaan penggiat anti narkoba. Program pemberdayaan peran serta masyarakat dilakukan dengan kegiatan pemberdayaan penggiat anti narkoba pada 4 (empat) lingkungan yaitu instansi pemerintah, lingkungan swasta, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Namun pada tahun 2019 kegiatan pemberdayaan penggiat anti narkoba hanya dapat dilakukan pada lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. dianggaran tahun 2019 kegiatan pemberdayaan penggiat anti

narkoba dilaksanakan 1 (satu) kali pada instansi pemerintah, 1 (satu) kali kegiatan pemberdayaan penggiat anti narkoba di lingkungan swasta, 1 (satu) kali kegiatan pemberdayaan penggiat anti narkoba di lingkungan pendidikan dan 1 (satu) kali kegiatan pemberdayaan penggiat anti narkoba di lingkungan masyarakat. Namun, anggaran yang seharusnya dilakukan 1 (satu) kegiatan di setiap masing-masing lingkungan, difokuskan pada 2 (dua) kali di lingkungan pendidikan dan 2 (kali) pada lingkungan masyarakat. Hal ini dikarenakan kurang adanya feedback, sehingga pemberdayaan penggiat anti narkoba dirasa kurang efektif dilakukan di instansi pemerintah dan lingkungan swasta.

Program terakhir dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba yaitu Program pemberdayaan alternatif kedepannya bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat yang ada di kawasan rawan narkoba. program pemberdayaan alternatif yang betujuan untuk menentukan langkah dan kebijakan terkait program pemberdayaan alternatif yang bisa diterapkan dalam masyarakat, sehingga hasil kegiatan pemberdayaan alternatif kedepannya

(11)

68 bisa memberikan dampak positif bagi

masyarakat yang ada di kawasan rawan narkoba. Kegiatan dalam melakukan program pemberdayaan alternatif adalah pemberdayaan anti narkoba di kawasan wilayah rawan narkoba. Kegiatan pemberdayaan anti narkoba di kawasan wilayah rawan narkoba berupa pembinaan dan pelatihan lifeskill.

kegiatan pemberdayaan anti narkoba yang dilakukan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan pemberdayaan anti narkoba di kawasan wilayah rawan narkoba telah dilaksanakan pada tanggal 18-20 Februari 2020 yang bertempat di Golden Café dan Resto Kota Padang. Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah masyarakat rentan yang berada di salah satu kawasan rawan narkoba yang ada di Kecamatan Padang Barat dan nantinya akan dibina serta dilatih agar menghasilkan karya seni unik dari limbah kering. Kegiatan pemberdayaan anti narkoba ini nantinya akan melahirkan penggiat anti narkoba yang berasal dari peserta yang mengikuti pembinaan serta pelatihan lifeskill.

Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat telah melaksanakan kegiatan pemberdayaan anti narkoba

pada kawasan rawan narkoba di Kelurahan Olo dan Kelurahan Purus Kecamatan Padang Barat. Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat juga telah membentuk kelompok penggiat dari peserta pemberdayaan anti narkoba tersebut.

Dampak suatu program dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak tersebut biasanya akan terlihat dari program-program dan kegiatan dilaksanakannya. dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat melakukan program diseminasi informasi P4GN, advokasi, pemberdayaan peran serta masyarakat dan pemberdayaan alternatif. Dampak yang dihasilkan dari suatu program dan kegiatan yang dilakukan sebuah organisasi tergantung bagaimana pelaksanaan serta respon dari sasaran program dan kegiatan tersebut. Ketika suatu program atau kegiatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan, maka program atau kegiatan tersebut akan berjalan dengan optimal dan menghasilkan dampak yang baik. dampak yang diharapkan dari pelaksanaan program

(12)

69 penyalahgunaan narkoba adalah

berkurangnya kasus penyalahgunaan narkoba di Provinsi Sumatera Barat, meningkatkan kesadaran seluruh kalangan mulai dari pihak pemerintah, pihak swasta dan masyarakat agar dapat lebih responsif dalam menyikapi permasalahan penyalahgunaan narkoba. Namun, pelaksanaan program dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat mengalami beberapa permasalahan seperti keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan juga respon dari masyarakat yang masih kurang terhadap pelaksanaan program dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, sehingga dampak yang diharapkan belum sepenuhnya tercapai. beberapa dampak positif yang sudah tercapai diantaranya adalah pemerintah sudah mulai membuat kebijakan tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba, beberapa masyarakat yang tergabung kedalam kelompok penggiat dan relawan dapat meningkatkan produktifitasnya setelah mendapatkan pelatihan lifeskill dari pelaksanaan program pencegahan penyalahgunaan narkoba, beberapa masyarakat yang tergabung kedalam

kelompok penggiat dan relawan setelah mendapatkan pembinaan dari Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat sudah mulai melakukan sosialisasi atau penyuluhan tentang bahaya narkoba agar dapat menjadikan lingkungannya lebih responsif terhadap permasalahan narkoba.

3. Strategi Dukungan Sumber Daya

Tipe strategi yang ketiga adalah strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Indikator dalam tipe strategi dukungan sumber daya yaitu sumber daya manusia, sarana prasarana dan sumber daya finansial.

Sumber daya manusia adalah potensi manusia yang merupakan asset yang berfungsi sebagai modal non material, non finansial di dalam organisasi yang dapat mewujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan strategi organisasi. Dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, tentu sumber daya manusia yang ahli dalam Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera

(13)

70 Barat khususnya Bidang Pencegahan dan

Pemberdayaan Masyarakat sangat dibutuhkan. Jumlah pegawai di dalam suatu organisasi dan juga pelatihan kepada sumber daya manusia mempengaruhi tingkat kinerja dalam menjalankan program dan kegiatan

dalam upaya pencegahan

penyalahgunaan narkoba, dapat dilihat bahwa Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat mempunyai jumlah pegawai yang minim dan tidak adanya pelatihan kepada pegawai sehingga berpengaruh terhadap jalannya kegiatan.

Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja.

Dalam upaya pencegahan

penyalahgunaan narkoba, Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat khususnya Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat, mempunyai sarana dan prasarana yang diharapkan dapat menunjang kinerja. Namun sarana dan prasarana yang tersedia masih

dianggap belum mencukupi, karena belum tersedianya videotron oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat.

Sumber daya finansial merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam setiap kegiatan organisasi. Suatu kegiatan tidak akan dapat berjalan dengan baik jika tidak didukung oleh ketersediaan finansial dalam suatu organisasi. Berkurangnya anggaran pada Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat dalam menjalankan program dan kegiatan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, sehingga pelaksanaan program dan kegiatan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba sedikit mengalami kendala, dimana anggaran yang telah disediakan dinilai tidak mencukupi untuk menjalankan kegiatan dan program dalam melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Hal ini disebabkan karena anggaran untuk Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat mengalami penurunan.

4. Strategi Kelembagaan

Strategi kelembagan merupakan suatu strategi yang menyangkut masalah

(14)

71 aturan, standar operasional (SOP),

tanggung jawab serta kewenangan yang dimiliki organisasi. Dalam mengaplikasikan Standar Operasional Prosedur (SOP) semua elemen dari organisasi harus terlibat, mulai dari pegawai dengan jabatan tertinggi sampai kepada jabatan terendah dalam organisasi. Begitu juga dengan kegiatan dan program yang dilakukan oleh organisasi, standar operasional prosedur berlaku untuk semua kegiatan dan program yang dilakukan.

Dalam melaksanakan program dan kegiatan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba yang dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat khususnya Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat belum mempunyai standar operasional prosedur (SOP). Strategi kelembagaan menurut Koteen belum berjalan dengan optimal karena dalam melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba yang dilaksanakan oleh Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba belum mempunyai standar operasional prosedur.

4. Simpulan

Berdasarkan penjelasan temuan dan analisis dapat peneliti simpulkan bahwa Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat telah melakukan strategi dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba tersebut Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat menjalankan beberapa strategi.

Tipe strategi menurut Koteen yaitu strategi organisasi, strategi program, strategi dukungan sumber daya dan strategi kelembagaan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat mempunyai visi, misi dan tujuan dalam menjalankan organisasi, mempunyai porgam-program dan kegiatan yang harus dilakukan, mempunyai sumber daya manusia, finansial yang cukup, dan mempunyai standar operasional prosedur dalam melaksanakan seluruh kegiatan organisasi,

Pelaksanaannya belum berjalan dengan baik, salah satunya adalah pada strategi pemanfaatan sumber daya manusia, dimana masih kurangnya sumber daya manusia yang kompeten

(15)

72

dalam upaya pencegahan

penyalahgunaan narkoba, hal ini dipengaruhi oleh tidak adanya pelatihan dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat kepada aparatur.

Selain itu untuk menjalankan program dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba yang telah direncanakan dari awal masih belum terlaksana secara maksimal karena dalam pelaksanaan adanya kurang anggaran yang tersedia untik menjalankan program.

Daftar Pustaka

Allison, Michael dan Jude Kaye. 2005. Perencanaan Organisasi Bagi Organisasi Nirbala. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Creswell, Jhon. 2013. Research Design Edisi 3. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Bryson, John M. 2007. Perencanaan Strategi Bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Dally, Dadang. 2010. Balance Scorecard

Suatu Pendekatan Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung. Pt Remaja Rosadakarya.

Denzin, Norman K and Yvona S. Lincoln. 2009 Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Hunger, J. David dan Thomas L. Wheelen. 2001. Manajemen Strategis. Yogyakarta. Andi

H, Mardani. 2008. Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pudana Nasional. Jakart. PT Raja Grafindo Persada.

Miles, Matthew B and A. Michael Huberman. 1994. Qualitative Data Analysis Second Edition. United States of America. Sage Publication.

Nawawi, H. Hadari. 2005 Manajemen Stratejik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi Bidang Pendidikan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Pasolong, Harbani. 2012. Metode

Penelitian Administrasi Publik. Bandung. Alfabeta.

PB, Triton. 2008. Marketing Strategik Meningkatkan Pangsa Pasar dan Daya Saing. Yogyakarta. Tugu Publisher.

(16)

73 Rangkuti, Freddy. 1997. Analisis

SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Salusu, J. 2005. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta. Grasindo.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995 Metode Penelitian Survai. Jakarta. LPBS.

Gambar

Tabel 1. Persentase Desa atau  Kelurahan Penyalahgunaan Narkoba

Referensi

Dokumen terkait

Retribusi Daerah di Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pemberian izin

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disi simpulkan bahwa : Sebagian besar siswa di Sekolah Non Siaga

Namun, sejak kecelakaan fatal yang dialami oleh pesawat Ju- 52 beregistrasi HB-HOT, otoritas penerbangan sipil Federal Swis atau Federal Office of Civil Aviation

Yang berhak memberikan sebutan profesi adalah seseorang yang memiliki gelar akademik dan telah menyelesaikan program keahlian atau profesi dalam bidang tertentu..

Hasil dari pengujian hipotesis kedua pada tabel 4.12menunjukkan bahwa terdapat interaksi keyakinan individu dalam mengerjakan suatu tugas dengan tipe kontrol terhadap

Penelitian bertujuan menganalisa penyebab munculnya persamaan nomor sertipikat pada obyek tanah yang berbeda dan mengetahui upaya perlindungan hukum terhadap

Dalam kaitannya perencanaan sistim pendingin air tawar dengan heat exchanger.. terdapat suatu

Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan