• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius L. TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS YANG TERBEBANI GLUKOSA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius L. TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS YANG TERBEBANI GLUKOSA SKRIPSI"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius L. TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH

PADA TIKUS YANG TERBEBANI GLUKOSA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Martina Tri Handayani

NIM: 088114124

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karyaku ini untuk :

Tuhan Yesus yang senantiasa memberikan kekuatan dan harapan

Bapak, Ibu, kakak, dan adikku yang selalu memberikan doa dan

dukungan untukku

Alexander adji penyemangatku

Sahabat-sahabatku tersayang

Almamaterku tercinta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5)
(6)

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas berkatnya yang

melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh

Pemberian Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. Terhadap Penurunan Kadar Gukosa Darah Pada Tikus yang Terbebani glukosa”

dengan baik.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm.) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan

skripsi, tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat, rahmat dan penyertaan-Nya selama ini.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. sebagai Dosen Pembimbing Utama

skripsi ini atas segala kesabarannya telah memberikan bimbingan,

pengarahan, tuntunan, dukungan dan motivasi selama penelitian dan

penyusunan skripsi.

4. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. sebagai Dosen Penguji skripsi atas

bantuan, masukkan dan perhatian kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.

5. Ibu dr. Fenty, M.Kes, Sp.PK. sebagai Dosen Penguji skripsi yang telah

(8)

viii

6. Ibu Rini Dwiastuti, M.Si., Apt. selaku Pimpinan Laboratorium Farmasi yang

telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas laboratorium guna

penelitian skripsi ini.

7. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. yang telah membimbing dalam

determinasi tanaman Macaranga tanarius L.

8. Dokter Ari, Pak Heru, Pak Parjiman, Pak Kayat, Mas Yohanes, Mas Yuwono

dan Pak Timbul yang telah banyak membantu menyediakan fasilitas yang

dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini.

9. Almarhumah ibu Lusia yang selalu menjadi semangatku

10. Bapak Sunardi, Ibu Ch.Rully, kakak dan adikku yang telah membantu dari

awal sampai akhir penelitian ini, atas doa, dukungan semangat dan

perhatiannya.

11. Alexander Adji Trionaldi sebagai sahabat seperjalanan yang tak pernah

selesai, atas doa, kasih sayang, perhatian, bantuan, motivasi dan waktunya.

12. Marsillus Marsell Wibowo sebagai teman yang selalu memberikan waktu,

motivasi dan semangat kepadaku

13. Teman-teman “Tim Macaranga 2” Stephanie Irena Nugrahesti, Triana

Oktavia, Rio Bagus Permadi, Ivan Pradipta, Viviane Theresia, Ana Puspita

Dewi, atas kerja sama, bantuan, suka duka, dan perjuangan dalam

menyelesaikan penelitian ini sampai akhir.

14. Seluruh warga FKK angkatan 2008 kelas B dan semua teman Fakultas

Farmasi USD atas kebersamaannya selama kuliah S1 di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ... xvi

INTISARI ... xvii ABSTRACT ... xviii BAB I. PENGANTAR ... 1 A. Latar Belakang ... 1 1. Perumusan masalah ... 3 2. Keaslian penelitian ... 4 3. Manfaat penelitian ... 4 B. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA ... 6

A. Diabetes Melitus... 6 1. Definisi ... 6 2. Gejala ... 6 3. Klasifikasi ... 7 4. Diagnosis ... 8 B. Metabolisme Karbohidrat ... 9

C. Teknik Uji Diabetik dan Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah ... 11

1. Teknik uji diabetik ... 11

(11)

xi D. Glibenklamida ... 15 1. Definisi ... 15 2. Farmkodinamika ... 15 3. Farmkokinetika ... 16 4. Efek samping ... 16 E. Macaranga tanarius L. ... 17 1. Keterangan botani ... 17 2. Taksonomi ... 17 3. Kandungan ... 18

4. Khasiat dan kegunaan ... 20

5. Morfologi ... 21

6. Penyebaran ... 21

F. Metode Penyarian ... 21

G. Landasan Teori ... 22

H. Hipotesis ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 23

1. Variabel penelitian ... 23

2. Definisi operasional ... 24

C. Bahan dan Alat Penelitian ... 24

1. Bahan penelitian ... 24

2. Alat penelitian ... 26

D. Jalannya Penelitian ... 26

1. Determinasi tanaman ... 26

2. Pembuatan simplisia uji ... 27

3. Preparasi bahan ... 27

4. Percobaan pendahuluan... 29

5. Penetap kadar glukosa darah ... 30

(12)

xii

BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Determinasi Tanaman ... 32

B. Hasil Ekstraksi daun M. tanarius ... 33

C. Hasil Uji Pendahuluan ... 34

1. Penetapan waktu pemberian kontrol positif ... 35

2. Penetapan dosis ekstrak metanol-air M. tanarius ... 37

3. Selang pemberian ekstrak M. tanarius... 37

D. Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak M. tanarius ... 38

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 51

BIOGRAFI PENULIS ... 69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai glukosa plasma puasa dan toleransi glukosa ... 9

Tabel II. Isi pereaksi enzim Glucose GOD-PAP ... 25

Tabel III. Keseragaman bobot tablet ... 28

Tabel IV. Volume pengukuran kadar glukosa darah ... 31

Tabel V. Hasil uji Post Hoc Scheffe LDDK 0-240 glukosa darah tikus yang terbebani glukosa ... 35

Tabel VI. Nilai LDDK0-240 larutan glibenklamida sebelum UTGO ... 35

Tabel VII. Nilai LDDK0-240 ekstrak M. tanarius sebelum UTGO ... 37

Tabel VIII. Rerata kadar glukosa darah dan LDDK 0-240 setiap kelompok perlakuan ... 40

Tabel IX. Hasil uji Post Hoc Scheffe LDDK 0-240 glukosa darah tikus yang terbebani glukosa ... 44

Tabel X. Pengaruh praperlakuan ekstrak M. tanarius terhadap LDDK 0-240 kadar glukosa darah tikus dan prosentase perbedaan terhadap kontrol positif dan kontrol negatif ... 46

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Sekresi insulin akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah ... 11

Gambar 2. Struktur aloksan ... 12

Gambar 3. Struktur glibenklamida ... 15

Gambar 4. Struktur senyawa daun M. tanarius L. ... 19

Gambar 5. Isolasi Ellagitannins dari daunM. tanarius L. ... 20

Gambar 6.Diagram penentuan selang waktu pemberian glibenklamida terhadap LDDK ... 36

Gambar 7. Diagram penentuan selang waktu pemberian ekstrak M. tanarius terhadap LDDK ... 38

Gambar 8. Reaksi enzimatik antara glukosa dan reagen GOD-PAP ... 39

Gambar 9. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah akibat pemberian CMC, glibenklamida, dan ekstrak M. tanarius ... 41

Gambar 10. Hasil Uji One Way ANOVA LDDK 0-240 glukosa darah tikus yang terbebani glukosa ... 43

Gambar 11. Diagram LDDK 0-240 ± SE glukosa darah masing-masing perlakuan.... 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Determinasi M. tanarius ... 51

Lampiran 2. Foto tanaman M. tanarius... 52

Lampiran 3. Foto hewan uji percobaan (tikus putih jantan) ... 53

Lampiran 4. Foto alat penelitian ... 54

Lampiran 5. Preparasi bahan ... 56

Lampiran 6. Perhitungan penetapan peringkat dosis ekstrak metanol daun M.tanarius L.pada kelompok perlakuan ... 58

Lampiran 7. Perhitungan konversi dosis untuk manusia ... 59

Lampiran 8. Hasil uji distribusi data dengan tes Kolmogorov Smirnov ... 60

Lampiran 9. Hasil uji one way ANOVA glibenklamida ... 61

Lampiran 10. Hasil uji one way ANOVA ekstrak M. tanarius L. ... 63

Lampiran 11. Hasil rendemen ekstrak metanol-air M. tanarius L. ... 65

Lampiran 12. Bobot pengeringan ekstrak metanol-air M. tanarius L. ... 66

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN, ARTI LAMBANG, DAN ISTILAH

EMMT : Ekstrak metanol-air ekstrak daun M. tanarius L.

MTME : M. tanarius L. leaf methanol-water extract

CMC : Carboxy Methyl Cellulosa

GOD–PAP : Glucose Oxidase - Phenol Antipirin atau Glukosa

Oksidase Phenol p-aminophenazone

Hipoglikemi(k) : Penurunan kadar glukosa dalam darah secara abnormal

LDDK : Luas Daerah di Bawah Kurva, kadar glukosa dalam darah

vs waktu

LDDK0-240 : Luas Daerah di Bawah Kurva dari menit ke-0 sampai menit ke-240

ANOVA : Analisis o f Varian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)

xvii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak metanol-air daun M. tanarius (EMMT) dapat menurunkan kadar glukosa darah, mengetahui seberapa besar dosis EMMT dapat menurunkan kadar glukosa darah, dan seberapa besar potensi EMMT yang efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang terbebani glukosa.

Penelitian ini termasuk eksperimental murni rancangan acak lengkap pola searah menggunakan 30 ekor tikus putih jantan galur Wistar dibagi secara acak ke dalam lima kelompok. Kelompok I (kontrol negatif) diberi CMC 1%, kelompok II (kontrol positif) diberi glibenklamida dosis 0,45 mg/kg BB, dan tikus kelompok III, IV,dan V diberi EMMT berturut-turut dengan dosis 0,43; 1,28 dan 3,84 g/kgBB, semua pemberian dilakukan secara per-oral. Efek hipoglikemik M. tanarius diuji mengikuti metode uji toleransi glukosa oral (UTGO). Kadar glukosa darah ditetapkan pada menit ke-0 sebelum UTGO dan menit ke-15, 30, 60, 90, 180, dan 240 setelah UTGO dari hewan uji yang sebelumnya telah mendapat pra-perlakuan kontrol negatif, positif, dan EMMT. Data kadar glukosa darah pada tiap kelompok dianalisis secara statistik menggunakan metode ANOVA satu arah dan uji scheffe bertaraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa EMMT dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang terbebani glukosa pada dosis 0,43; 1,28 dan 3,84 g/kg BB. Daya dalam menurunkan kadar glukosa darah EMMT yang efektif pada dosis 0,43 mg/kg BB sebesar 73,2 %

Kata kunci: penurunan kadar glukosa darah, ekstrak metanol-air, Macaranga tanarius L.

(18)

xviii

ABSTRACT

This research aimed was to find out the effect of M. tanarius leaf methanol-water extract (MTME) can lowering blood glucose levels, knowing the dose of EMMT can lowering blood glucose levels, and how much potential for EMMT as an effective on lowering blood glucose levels in rats burdened glucose.

This research was experimental study with one way-complete-random design using 30 male rats were divided into five groups. The rats in group I were given of CMC 1% (negative control). The group II rats were given 0.45 g/kg BW doses of Glibenclamida (positive control). In group III, IV and V, the rats were given 0.43; 1.28; 3.84 g/kg BW doses of MTME, all of the processes were given through the oral method. The hypoglycemic effect of MTME was tested by following the Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) method. The blood-glucose contents were taken, at the 0 minutes before the OGTT and also taken at minutes of 15, 30, 60, 90, 180, and 240 after the OGTT, from the tested animal that had been gotten the pre-treatment of the negative control, positive control and MTME control before. The AUC 0-240 was statistically analyzed using one way ANOVA and Scheffe test with 95 % convidence level.

The result of this research showed that MTME can lowering blood glucose levels on rats in burdened glucose at dose 0.43; 1.28; and 3.84 g/kg BW. The potential of EMMT can lowering blood glucose levels at a dose of 0.43 mg / kg BW of 73.2%.

Keywords : Lowering blood glucose levels, Methanol-Water Extract , Macaranga tanarius L.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(19)

1 BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, banyak teknologi canggih yang

menawarkan kemudahan bagi manusia dan secara tidak langsung berpengaruh

terhadap kehidupan manusia. Sebagaian besar orang menginginkan kepraktisan

dalam melakukan pekerjaannya dengan alasan untuk menghemat waktu sehingga

manusia akan semakin dimanjakan dan menyebabkan kemalasan dalam

melakukan aktivitas yang nantinya akan menurunkan proses metabolisme tubuh.

Saat ini manusia lebih senang mengkonsumsi makanan yang cepat saji dimana

makanan tersebut kurang baik untuk tubuh.Hal-hal tersebut dapat menyebabkan

menurunnya kondisi kesehatan dan meningkatnya penyakit degeneratif. Penyakit

degeneratif merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena fungsi atau

struktur dari jaringan atau organ tubuh yang secara progresif menurun dari waktu

ke waktu karena usia atau pilihan gaya hidup yang tidak sehat (Subroto, 2006).

Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya (Soegondo, 2005).

Berdasar data WHO total penderita diabetes mellitus di Indonesia, saat

ini sekitar 8 juta jiwa, dan diperkirakan jumlahnya melebihi 21 jiwa pada tahun

(20)

keempat penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika.Sementara

jumlah penderita diabetes di dunia, mencapai 200 juta jiwa.Diprediksi angka

tersebut terus bertambah menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2020 (Ningharmanto,

2009).

Selama ini pengobatan yang digunakan untuk penyakit diabetes melitus

adalah dengan menggunakan obat hipoglikemik oral (OHO), suntikan insulin,

diet, ataupun gabungan ketiganya. Obat yang sering digunakan oleh penderita

diabetes khususnya diabetes tipe 2 adalah glibenklamida dari golongan gliburid

yang mempunyai mekanisme kerja menurunkan kadar gula darah yang tinggi

karena dapat merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel ß Langerhans pankreas

(insulin secretagogues) (Gunawan, 2007).

Berbagai jenis obat antidiabetik oral banyak ditemukan di apotek, tetapi

harga obat-obat ini cukup mahal padahal harus digunakan secara terus-menerus

sehingga bagi yang tidak mampu sulit memperolehnya.Disamping itu daerah yang

tidak mempunyai apotek, obat untuk penyakit ini sulit ditemukan.Oleh karena itu,

perlu digunakan obat yang ada disekitarnya yaitu dengan memanfaatkan tanaman

obat yang telah terbukti dapat berkhasiat sebagai obat hipoglikemik (Widowati,

Dzulkarnain, Sa’roni, 1997).

M. tanarius tersebar luas dari India, Cina Selatan, Australia, di seluruh

pulau Borneo. Kebanyakan koleksi dari Sabah dan Kalimantan. Daun M.

tanarius di Indonesia digunakan untuk fermentasi kedelai dalam pembuatan

'tempe' dan juga sebagai pakan ternak. Di Filipina Kulit kayu dan daun untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(21)

minuman fermentasi disebut 'basi' yang terbuat dari tebu (Putri dan Kawabata,

2009).

Menurut Phommart, Sutthivaiyakit, Chimnoi, Ruchirawat, dan

Sutthivaiyakit (2005) dari ekstrak n-heksan dan kloroform daun M. tanarius

berupa flavonoid mempunyai aktivitas antioksidan terhadap DPPH dan

nymphaeols B sebagai agen antiinflamasi pada uji siklooksigenase-2. Putri dan

kawabata (2009) melaporkan EMMT mempunyai aktivitas penghambatan

terhadap α-glukosidase.Adanya aktivitas penghambatan α-glukosidase dari EMMT memberikan peluang untuk digunakan dalam menurunkan kadar glukosa

darah.

Pemilihan ekstrak metanol-air dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mendapatkan senyawa yang lebih banyak dalam penangkapan radikal bebas

(Matsunami, Takamori, Shinzato, Aramoto, Kondo, Otsuka, 2006) dan juga

karena senyawa ini termasuk dalam golongan glikosida yang mudah larut dalam

air. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji efek EMMT dalam

menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang terbebani glukosa.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut muncul permasalahan sebagai

berikut:

a. Apakah EMMTdapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus

(22)

b. Pada dosis berapa EMMTdapat menurunkan kadar glukosa darah pada

tikus yang terbebani glukosa?

c. Berapa besar potensi EMMT yang efektif dalam menurunkan kadar

glukosa darah tikus yang terbebani glukosa?

2. Keaslian penelitian

Penelitian terkait pengujian daun M. tanarius melaporkan kandungan

EMMTmempunyai aktivitas potensial menghambat α-glukosidase yang dapat dimanfaatkan dalam menurunkan kadar glukosa darah (Puteri dan Kawabata,

2010). Menurut Phommart dkk, (2005) kandungan M. tanarius mempunyai

aktivitas antioksidan dansebagai agen antiinflamasi.M. tanarius juga

mempunyai aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH secara in vitro

(Matsunami, dkk, 2006).M. tanarius pernah dilakukan penelitian secara in vivo

diantaranya yaitu penelitian tentang efek analgesik ekstrak metanol-air daun M.

tanarius pada mecit galur Swiss (Andini dan Hendra, 2011), uji praklinik

ekstrak metanol-air daun M. tanarius.Kajian : aktivitas antiinflamasi dan

hepatoprotektif (Kurniawaty, Adrianto, dan Hendra, 2011).

Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang efek EMMT dalam

menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi yang berguna tentang obat tradisional yang dapat menurunkan kadar

glukosa darah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(23)

b. Manfaat praktis. Penelitian diharapakan dapat bermanfaat bagi

masyarakat karena memberikan informasi tentang khasiat daun M. tanariusyang

dapat menurunkan kadar glukosa darah.

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui EMMT dapat menurunkan kadar glukosa darahpada tikus

yang terbebani glukosa

2. Untuk mengetahui seberapa besar dosis EMMTdapat menurunkan kadar

glukosa darah

3. Untuk mengetahui seberapa besar potensi EMMT yang efektifdalam

(24)

6 BAB II

PENELAHAAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Definisi

Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya (Soegondo, 2005). Pada diabetes, pankreas tidak

memproduksi insulin atau memproduksi insulin terlalu sedikit sehingga kadar

glukosa darah meningkat (Tjay dan Rahardja, 2002). Sesuai klasifikasi WHO,

disebut normal jika kadar glukosa plasma puasa < 110 mg/dl, glukosa plasma

terganggu jika kadar glukosa puasa antara 110-125 mg/dl, sedangkan toleransi

glukosa terganggu adalah kadar glukosa darah sesudah pembebanan 75 g antara

10-199 mg/dl. Disebut diabetes jika kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau bila

kadar glukosa darah sesudah pembebanan glukosa 75 g >200 mg/dl (Merentek,

2006).

2. Gejala

Gejala klasik penyakit diabetes mellitus, yaitu :

a. Poliuria (banyak kencing). Banyak kencing disebabkan karena

glukosa menarik air, osmotic diureticakan terjadi mengakibatkan hilangnya

banyak air dan elektrolit lewat urine terutama natrium klorida, kalium dan fosfat.

Hilangnya air dan natrium akan mengakibatkan kurangnya asupan air (polidipsia),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(25)

biasanya terjadi pada waktu malam hari karena kadar gula darah relatif tinggi

pada malam hari.

b. Polidipsi (banyak minum). Merupakan akibat dari banyak kencing.

Untuk menghindari tubuh kekurangan cairan, maka akan timbul rasa haus yang

menyebabkan keinginan untuk terus minum selama kadar gula dalam darah belum

terkontrol dengan baik.

c. Polifagia (banyak makan). Terjadi karena berkurangnya cadangan

gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi sehingga tubuh

berusaha memperoleh tambahan cadangan gula dari makanan. Polifagia timbul

karena sel tubuh juga mengalami kekurangan bahan bakar (cell starvation)

(Lanywati, 2006; Baradero, Dayrit dan Siswadi, 2005).

3. Klasifikasi

a. Diabetes melitus tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus) (IDDM).

IDDM umumnya timbul sebelum usia dewasa, walaupun juga terjadi pada orang

dewasa non-obese dan pasien yang sudah lanjut usia pada waktu diabetes mulai

muncul. Diabetes tipe ini disebabkan oleh gangguan katabolisme, dimana insulin

tidak ada sama sekali dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat, dan sel-sel ß

pankreas tidak responsif terhadap semua stimuli insulinogenik. Oleh sebab itu,

pasien ini mutlak memerlukan pengobatan insulin eksogen untuk memperbaiki

katabolisme, mencegah ketosis, menurunkan glukagon darah agar kadarnya yang

meningkat dalam darah dapat turun.

b. Diabetes melitus tipe 2 (noninsulin-dependent diabetes mellitus)

(NIDDM). NIDDM adalah tipe diabetes melitus yang umumnya muncul pada usia

(26)

insulin endogen dalam sirkulasi sebenarnya masih cukup tinggi untuk mencegah

ketoasidosis, tetapi seringkali sub-normal atau relatif tidak cukup karena

kebutuhan yang meningkat yang disebabkan oleh tidak sensitifnya jaringan.

Dengan demikian, pasien diabetes tipe ini tidak mutlak memerlukan insulin untuk

mempertahankan hidup (Wijayakusuma, 2006).

c. Diabetes melitus tipe lain. Tipe ini disebabkan oleh berbagai kelainan

genetik spesifik (kerusakan genetik sel ß pankreas dan kerja insulin), penyakit

pada pankreas, obat-obatan,bahan kimia, infeksi, dan lain- lain.

d. Diabetes melitus saat kehamilan. Diabetes mellitus saat kehamilan

merupakan istilah yang digunakan untuk wanita yang menderita diabetes selama

kehamilan dan kembali normal sesudah hamil. Banyak wanita yang mengalami

diabetes kehamilan kembali normal saat postpartum (setelah kelahiran), tetapi

pada beberapa wanita tidak demikian (Wijayakusuma, 2006).

4. Diagnosis

Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan dengan adanya gejala khas

berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun, kesemutan,

gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita

(Mansjoer, Kuspuji, Rakhmi, Wahyu dan Wiwiek, 2000). Keluhan dan gejala

yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl atau

glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Bila hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan Tes Toleransi

Glukosa Oral (TTGO) diperlukan untuk memastikan diagnosis DM (Tabel I).

Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa

darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(27)

darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau

TTGO yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas

hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat

badan yang menurun cepat, dll (Mansjoer dkk., 2000).

Tabel I. Nilai glukosa plasma puasa dan toleransi glukosa

Glukosa plasma puasa

Normal < 100 mg/dl (5,6 mmol/L)

Glukosa plasma puasa terganggu 100 -125 mg/dl (5,6 – 6,9 mmol/L)

Diabetes melitus = 126 mg/dl (7,0 mmol/L)

Hasil tes toleransi glukosa oral, glukosa plasma 2 jam

Normal < 140 mg/dl (7,8 mmmol/L)

Toleransi glukosa terganggu 140 - 200 mg/dl (7,8 - 11,1 mmol/L)

Diabetes melitus = 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

(Wijayakusuma, 2006).

B. Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat glukosa adalah karbohidrat terpenting dalam kaitannya

dengan penyediaan energi di dalam tubuh, hal ini dikarenakan semua jenis

karbohidrat baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida yang dikonsumsi

manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam tubuh (Irawan, 2007).

Sumber energi terbesar manusia berasal dari karbohidrat.Karbohidrat dari

makanan dirombak di usus halus dan diubah menjadi glukosa, kemudian dilepas

ke aliran darah dan diangkut ke sel – sel tubuh (Tjay dan Raharja, 2002).

Glukosa yang diserap tubuh dari makanan digunakan sesuai keperluan,

(28)

senyawa lemak yang disebut glikogen. Gula yang menumpuk banyak di dalam

pembuluh darah akan membuat darah menjadi kental dan alirannya melambat,

sehingga mengakibatkan gangguan pada pasokan oksigen yang dibawa darah

(Mangoenprasodjo, 2005). Diantara beberapa penyakit kelainan metabolisme

karbohidrat, yang paling banyak diketahui adalah Diabetes Melitus (Tjay dan

Raharja, 2002).

Glukosa di dalam tubuh selain tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam

otot dan hati, juga tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah

(blood glucose). Di dalam tubuh glukosa berperan sebagai bahan bakar bagi

proses metabolisme, dan sumber energi utama bagi kerja otak. Glukosa digunakan

untuk mensintesis molekul adenosine triphosphate (ATP) melalui proses oksidasi.

ATP merupakan molekul-molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Dalam

kebutuhan seharian, glukosa menyediakan hampir 50-75% dari total kebutuhan

energi tubuh (Irawan, 2007).

Sekresi insulin oleh sel ß (beta) tergantung oleh 3 faktor utama yaitu

kadar glukosa darah, ATP-sensitive K+ channels dan Voltage-sensitive

CalsiumChannels sel ß pancreas (Gambar 1). Mekanisme kerja faktor- faktor

tersebut adalah sebagai berikut: pada keadaan puasa, kadar glukosa darah turun,

ATP-sensitive K + channels pada membrane sel ß akan terbuka sehingga ion

kalium akan meninggalkan sel ß, dan Ca-channels tertutup, akibatnya kalsium

tidak dapat masuk ke dalam sel ß, dan perangsangan sel ß untuk mensekresi

insulin menurun (Merentek, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(29)

Pada saat keadaan setelah makan, kadar glukosa darah akan meningkat

dan akan ditangkap oleh sel ß melalui glucose transporter 2 (GLUT2) dan dibawa

ke dalam sel ß. Di dalam sel, glukosa akan mengalami fosforilase menjadi

glukosa-6-fosfat (G6P) dengan bantuan enzim glukokinase. Glukosa-6-fosfat akan

mengalami glikolisis menjadi asam piruvat. Proses glikolisis juga menghasilkan

produk 6-8 ATP. Penambahan ATP ini akan meningkatkan rasio ATP/ADP dan

menutup kanal kalium. Penumpukan kalium dalam sel mengakibatkan

depolarisasi membran sel sehingga membuka kanal kalsium dan kalsium akan

masuk kedalam sel dan insulin akan dilepaskan ke dalam sel (Merentek, 2006).

Gambar 1. Sekresi insulin akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah (Cartailler, 2004)

C. Teknik Uji Diabetik dan Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah

1. Teknik uji diabetik

a. Uji toleransi glukosa oral. Kemampuan tubuh untuk mentolerir gula

(30)

(WHO, 1985), yang dilakukan sebelum dan sesudah menjalani pengobatan.

Semalam sebelum dilakukan GTT, pasien diminta berpuasa (10-16 jam).

Kemudian di pagi hari, pasien diminta untuk meminum larutan gula yang

mengandung 75 gram glukosa dalam 250-240 ml air. Sampel darah diambil sesaat

sebelum meminum glukosa, dan 2 jam setelah pemberian. Bila perlu

sampel-sampel darah juga bisa diambil setiap 0,5 jam setelah pembebanan glukosa (jam

ke 0; 0,5; 1; 1,5; 2 jam). Kemudian segera dianalisis untuk menentukan kadar

glukosa. Nilai kadar glukosa dalam plasma yang diambil untuk menunjukkan

keadaan diabetik sedikit berbeda yakni diatas 140 mg% sebelum pembeban dan

diatas 200 mg% pada 2 jam sesudah pembebanan (Direktorat Jendral Pengawasan

Obat dan Makanan RI, 1991).

b. Induksi aloksan. Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 5,6-dioksiurasil)

merupakan senyawa hidrofilik dan tidak stabil (Gambar 2). Waktu paro pada suhu

37°C dan pH netral adalah 1,5 menit dan bisa lebih lama pada suhu yang lebih

rendah.

Gambar 2. Struktur aloksan (Nugroho, 2006)

Aloksan secara cepat dapat mencapai pankreas, aksinya diawali oleh

pengambilan yang cepat oleh sel β Langerhans.Pembentukan oksigen reaktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(31)

merupakan faktor utama pada kerusakan sel tersebut. Faktor lain selain

pembentukan oksigen reaktif adalah gangguan pada homeostatis kalsium

intraseluler. Aloksan dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium bebas sitosolik

pada sel β Langerhans pankreas. Efek tersebut diikuti oleh beberapa kejadian :

influks kalsium dari cairan ekstraseluler, mobilisasi kalsium dari simpanannya

secara berlebihan, dan eliminasinya yang terbatas dari sitoplasma. Influks kalsium

akibat aloksan tersebut mengkaibatkan depolarisasi sel β Langerhans, lebih lanjut

membuka kanal kalsium tergantung voltase dan semakin menambah masuknya

ion kalsium ke sel. Pada kondisi tersebut, konsentrasi insulin meningkat sangat

cepat, dan secara signifikan mengakibatkan gangguan pada sensitivitas insulin

perifer dalam waktu singkat. Selain kedua faktor tersebut di atas, aloksan juga

diduga berperan dalam penghambatan glukokinase dalam proses metabolisme

energi (Nugroho, 2006).

c. Streptozotosin.Streptozotosin (STZ) atau

2-deoksi-2-[3-(metil-3-nitrosoureido)-D-gluko piranose] diperoleh dari Streptomyces achromogenes

dapat digunakan untuk menginduksi baik DM tipe 1 maupun tipe 2 pada hewan

uji. STZ menembus sel β Langerhans melalui tansporter glukosa GLUT 2. Aksi STZ intraseluler menghasikan perubahan DNA sel β pankreas. Alkilasi DNA oleh STZ melalui gugus nitrosourea mengakibatkan kerusakan pada sel β pancreas. Selain itu, STZ juga mampu membangkitkan oksigen reaktif yang mempunyai

peran tinggi dalam kerusakan sel β pancreas (Nugroho, 2006).

2. Metode penentuan kadar glukosa darah

Secara umum metoda penentuan glukosa darah dapat ditentukan dengan

(32)

a. Metode kondensasi gugus amin. Prinsip: aldosa dikondensasi dengan

orto toluidin dalam suasana asam dan menghasilkan larutan berwarna hijau

setelah dipanaskan. Kadar glukosa darah dapat ditentukan sesuai dengan intensitas

warna yang terjadi, diukur secara spektrofotometri.

b. Metode enzimatik. Glukosa dapat ditentukan secara enzimatik,

misalnya dengan penambahan enzim glukosa oksidase (GOD). Dengan adanya

oksigen, glukosa dioksidasi oleh enzim menjadi asam glukoronat disertai

pembentukan H2O2. Dengan adanya enzim perioksidase (POD), H2O2akan membebaskan O2 yang mengoksidasi akseptor kromogen yang sesuai serta memberikan warna yang sesuai pula. Kadar glukosa darah ditentukan berdasarkan

intensitas warna yang terjadi, diukur secara spektrofotometri.

c. Metode reduksi. Prinsip: Kadar glukosa darah ditentukan secara

reduksi dengan menggunakan suatu oksidan ferisianida yang direduksi menjadi

ferosianida oleh glukosa dalam suasana basa dengan pemanasan. Kemudian

kelebihan garam feri ditritasi secara iodometri.

d. Metode pemisahan glukosa. Glukosa dipisahkan dalam keadaan panas dengan antron atau timol dalam suasana asam sulfat pekat. Glukosa juga dapat

dipisahkan secara kromatografi, tetapi jarang dilakukan (Widowati dkk, 1997).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(33)

D. Glibenklamida

OCH3

Cl

CO NH CH2 CH2 SO2 NH CO NH

Gambar 3. Struktur Glibenklamida (Gunawan, 2007)

1. Definisi

Glibenklamida (Gambar 3) merupakan antidiabetik oral derivat

sulfonilurea generasi kedua dimana rantai samping alifatik digantikan oleh

cyclohexyl group dan mempunyai struktur lebih kompleks dibanding generasi

pertama (Alberti, Zimmet, De Franzo,1997).

2. Farmakodinamik

Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian

sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin dari pankreas. Sifat

perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa karena ternyata pada

saat hiperglikemi gagal merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang cukup,

obat-obat tersebut masih mampu merangsang sekresi insulin pada dosis tinggi

(Tony dan Suharto, 2005).

Mekanisme kerja sulfonilurea termasuk menurunkan kadar glukagon

dalam serum, meningkatkan pengikatan insulin pada jaringan target dan reseptor,

dan menghambat penghancuran insulin oleh hati (Mycek, Harvey dan

(34)

Awal dosis pemberian yang biasa adalah 2,5 mg/hari atau kurang, dan

rata-rata dosis pemeliharaan adalah 5-10 mg/hari yang diberikan sebagai dosis

tunggal pada pagi hari. Tidak dianjurkan untuk memberikan dosis pemeliharaan

lebih dari 20 mg/hari (Nolte dan Karam, 2002).

3. Farmakokinetik

Absorpsi derivat sulfonilurea melalui usus baik sehingga dapat diberikan

per oral.Setelah absorpsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstrasel.Dalam

plasma sebagian terikat dalam protein plasma terutama albumin

(70-90%).Glibenklamida dimetabolisme dalam hati, hanya 25% metabolit diekskresi

melalui urin dan sisanya diekskresi melalui empedu dan tinja. Bila pemberian

dihentikan, obat akan bersih dari serum sesudah 36 jam (Toni dan Suharto, 2005).

4. Efek samping

Saluran cerna: mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung.

Susunan saraf pusat: vertigo, bingung, ataksia. Hematologik: lekopeni,

agranulositosis. Hipertiroidisme, ikterus obstruktif (Toni dan Suharto, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(35)

E. Tanaman Macaranga tanarius L.

1. Keterangan botani

M. tanarius termasuk dalam famili Euphorbiaceae dengan sinonim

Ricinus tanarius L. (Wagner, Herbst, Sohmer, 1999), Macaranga molliuscula

Kurz, Macaranga tomentosa Druce, Mappa tanarius Blume (World Agroforestry

Centre, 2002). Dikenal di beberapa daerah dengan nama tutup ancur (Jawa), mapu

(Batak), mara (Sunda) (Prosea, 2010).

2. Taksonomi

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub-Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Classis : Magnoliopsida (tumbuhan dikotil)

Sub-classis : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Familia : Euphorbiaceae

Genus : Macaranga

(36)

3. Kandungan

Dilaporkan empat kandungan baru dari daun M. tanarius

(Euphorbiaceae) megastigmate glukosida (Matsunami dkk., 2009). Matsunami

dkk, (2006) dan Matsunami dkk, (2009) melaporkan adanya senyawa glikosida

(Gambar 4) yaitu macarangioside A-C dan mallophenol B yang diisolasi dari

ekstrak metanol M. tanarius menunjukkan aktivitas penangkapan radikal terhadap

DPPH. Uji kimia dari tanin dalam daun M. tanarius menunjukkan tujuh

hydrolyzable tannin yang baru (22-28), bersama dengan dua puluh satu tanin yang

telah diketahui sebelumnya (Lin, Gen-ichiro dan Itsuo, 1990). Selain itu, juga

ditemukan ditemukan tiga kandungan baru yaitu tanarifuranonol,

tanariflavanonC, dan tanariflavanon D bersama dengan tujuh kandungan yang

telah diketahui yaitu nimfaeol A, nimfaeol B, nimfaeol C, tanariflavanonB,

blumenolA (vomifoliol), blumenol B (7,8 dihidrovomifoliol, dan annuionone).

Salah satu konstituen dari ekstrak n-heksan dan kloroform dari daun M. tanarius

berupa flavonoid mempunyai aktivitas antioksidan terhadap DPPH dan

nymphaeolsB sebagai agen antiinflamasi pada uji siklooksigenase-2. Adanya

kandungan senyawa antioksidan dari M. tanarius yang berpeluang sebagai agen

antiinflamasi, dapat mencegah terjadinya oksidasi parasetamol menjadi metabolit

NAPQI (Phommart dkk., 2005).

Dilaporkan 4 kandungan baru dari daun M. tanarius megastigman

glucoside, dinamai macarangiosida A-D bersama dengan campuran mallophenol

B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate, dan hyperin dan isoquercitrin

(Matsunami dkk., 2006), serta lignan glukosida, (+)-pinoresinol

4-O-[6n-O-galloyl]-β-D-glucopyranoside, dan 2 megastigman glukosida, dinamai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(37)

macarangiosida E dan F, bersama dengan 15 komponen lain yang telah diketahui

dilaporkan terdapat pada daun M. tanarius (Matsunami dkk., 2009).

Gambar 4. Struktur senyawa daun M. tanarius L.(Phommart dkk., 2005) dan (Matsunami dkk., 2006)

Kandungan EMMTberupa mallotinic acid, corilagin, macatannin A,

(38)

glukosidase yang dapat dimanfaatkan dalam menurunkan kadar glukosa darah

(Gambar 5) (Puteri dan Kawabata, 2010).

Gambar 5. Isolasi Ellagitannins dari daun M. tanarius: mallotinic acid (1), corilagin (2), macatannin A (3), chebulagic acid (4), and macatannin B (5)

(Puteri dan Kawabata, 2010)

4. Khasiat dan kegunaan

Daun M. tanarius digunakan sebagai fermentasi padatempe dan pakan

hewan (Puteri dan Kawabata, 2010). Daun inikayaakan tanin dan digunakan

sebagai obat di masyarakat seperti obat diare, luka danjuga sebagai antiseptik (Lin

dkk., 1990). Dekok akar M. tanarius digunakan sebagai antipiretik

danantitusif.Akar keringnya digunakan sebagai agen emetik, dan daunsegarnya

digunakan sebagai penutup luka guna mencegah terjadinya inflamasi.Sebagai

tumbuhan yang komersil, yang dijadikansebagai produk minuman kesehatan

(Lim, Lim dan Yule, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(39)

5. Morfologi

Tanaman pohon dengan tinggi sekitar 4-20 m, daun berwarna hijau

dengan bentuk jantung dan pangkal daun berbentuk bulat, panjang petiole 6- 25

cm, kelopak bunga berwarna hijau hingga hijau kekuningan, kepala sari berbentuk

tetrahecal, tangkai putik berukuran 5-8 mm, kapsul 2-3 ruang dengan diameter

10-12 mm, ditutupi dengan kelenjar lilin yang halus (Wagner dkk., 1999).

6. Penyebaran

M. tanarius tersebar di hampir seluruh daerah tropis di dunia, antara lain:

Kepulauan Andaman dan Nicobar,Indo-Cina, Cina Selatan, Taiwan dan

Kepulauan Ryukyu, seluruh Malesia,sampai ke Australia Utara dan Timur dan

Melanesia. Jenis ini umum dijumpai didaratan Asia Tenggara (Thailand Selatan,

Semenanjung Malaya), dan padabanyak pulau di Malesia (yaitu Sumatra, Borneo,

Kepulauan Sunda kecil,Sulawesi, Nugini, seluruh Kepulauan Filipina) (Prosea,

2010). Tumbuhan inidapat ditemukan di sepanjang Asia Timur dan Selatan,

khususnya Cina Selatan,Korea dan Jepang (Matsunami dkk., 2006).

F. Metode Penyarian

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

Maserasi adalah cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan

(40)

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat

aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

zat aktif di dalam dan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.

Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan di luar dan di dalam sel (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan

Makanan RI, 1986).

G. Landasan Teori

Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya (Soegondo, 2005). Pada diabetes, pankreas tidak

memproduksi insulin atau memproduksi insulin terlalu sedikit sehingga kadar

glukosa darah meningkat (Tjay dan Rahardja, 2002). Berdasarkan laporan Putri

dan Kawabata (2010) dengan adanya aktivitas penghambatan terhadap

α-glukosidase maka dapat menyebabkan efek penurunan kadar glukosa darah. M.

tanarius dapat diuji mengikuti metode uji toleransi glukosa oral (UTGO) untuk

melihat kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah tanaman tersebut

pada saat pemberian glukosa oral. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan

EMMTmasing-masing 0,43; 1,28 dan 3,84 g/kg BB pada tikus yang terbebani

glukosa.

H. Hipotesis

EMMTdapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang terbebani

glukosa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(41)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni dengan rancangan

penelitian acak lengkap pola satu arah.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas. Dosis EMMT. Dosis yang digunakan adalah jumlah

miligram EMMT tiap kilogram berat badan hewan uji.

b. Variabel tergantung. LDDK0-240kadar glukosa dalam darah. LDDK 0-240

kadar glukosa dalam darah adalah besaran yang menggambarkan jumlah kadar

glukosa dalam darah pada rentang waktu mulai menit ke-0 sampai menit ke-240

yang dihitung menggunakan metode trapezoid.

c. Variabel pengacau

1) Variabel pengacau terkendali

a) Jenis kelamin hewan uji : jantan

b) Galur hewan uji : Wistar

c) Berat badan hewan uji : 200-300 gram

d) Umur hewan uji : 2-3 bulan

e) Waktu pengamatan : 08.00-14.00

(42)

2) Variabel pengacau tak terkendali

a) Keadaan patologi subjek uji

b) Variasi biologis, yaitu kemampuan hewan uji dalam

mengabsorbsi EMMT

2. Definisi operasional

a. Daun M. tanarius adalah daun yang diambil dari tanaman M. tanarius,

memiliki daun yang berwarna hijau, tidak berlubang, segar, tidak terlalu tua dan

muda (diambil daun yang berada tidak dipangkal dan diujung batang).

b. EMMT berupa ekstrak kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

serbuk kering daun M. tanarius seberat 10,0 gram yang dilarutkan dalam 100 ml

pelarut metanol-air 50% secara maserasi selama 72 jam, dengan putaran 140 rpm.

Kemudian disaring dengan kertas saring dan diuapkan di oven selama 24 jam

pada suhu 50oC, hingga diperoleh bobot ekstrak tetap dengan susut pengeringan sebesar 0%.

c. Efek menurunkan kadar glukosa darah adalah penurunan kadar

glukosa dalam darah yang dihitung dengan metode GOD-PAP

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

a. Hewan uji. Tikus putih jantan galur Wistar, umur 2 - 3 bulan, berat

badan 200-300 gram, dari Laboratorium Imono Hayati Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

b. Bahan uji. Daun M. tanariusyang diperoleh dari Kebun Obat

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(43)

c. Senyawa pembanding. Senyawa pembanding berupa kaplet generik

glibenklamida produksi PT. IndoFarma.

d. Pereaksi untuk pengukuran kadar glukosa darah. Pereaksi yang

digunakan adalah enzim Glucose GOD FS*(DiaSys, Germany) yang terdiri atas:

Tabel II. Isi pereaksi enzim Glucose GOD-PAP

Reagen :

Phosphat buffer pH 7,5 250 mmol/L

Phenol 5 mmol/L

4-aminoantipyrine 0,5 mmol/L Glukosa oksidase (GOD) ≥ kU/L Phenol Amino Antipirin Peroksidase (PAP) ≤ 1 kU/L Glukosa standar 100 mg/dl (5,5 mmol/dl)

e. Lain-lain

1) Glukosa monohidrat p.a (Merck) dengan dosis 1,75 g/kg BB

sebagai larutan untuk pembuatan kurva baku dan untuk uji toleransi

glukosa oral

2) CMC 1% sebagai kontrol negatif dan pelarut (glibenklamida dan

EMMT) yang diperoleh dari Laboratorium Biofarmasetika dan

Bioanalisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

3) Aquadest dan aquabidest yang diperoleh dari Laboratorium

Farmakologi Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

4) Metanol (Merck) yang diperoleh dari Laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

(44)

5) Parafin cair sebagai pelancar aliran darah dalam pengambilan

sampel darah dari hewan uji, yang diperoleh dari Laboratorium

Biofarmasetika dan Bioanalisis Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Alat penelitian

a. Seperangkat alat gelas (Beaker glass, labu takar,tabung reaksi, gelas

ukur, batang pengaduk) merk pyrex

b. Jarum suntik (injeksi peroral)

c. Mortir dan stemper

d. Mesin penyerbuk, ayakan serbuk no.50, meserator dan evaporator

e. Sentrifuge (Centurion Scientific)

f. Micro vitalab (Microlab 200, Merck),mikro pipet dan blue tipe, yellow

tipe

g. Alat timbang elektrik (Mettler Toledo AB 204, Switzerland)

dantimbang analitik

h. Vortex (GENIE, merck)

i. Holder

j. Eppendorf

D. Jalannya Penelitian 1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman Macaranga tanarius L. bunga, daun, batang yang

dilakukan secara benar sesuai dengan buku acuan (Backer dan Van Den Brink,

1963).Determinasi dilakukan oleh Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si.dilakukan di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(45)

2. Pembuatan simplisia uji

a. Pengumpulan bahan. Daun M. tanarius diperoleh dari kebun obat

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang di panen pada

bulan April 2011. Daun yang diambil adalah daun segar yang berwarna hijau dan

tidak berlubang.

b. Pembuatan simplisia. Pembuatan simplisia daun M. tanarius yang

telah dikumpulkan, dicuci dengan air mengalir, kemudian ditiriskan dengan sinar

matahari, untuk meniadakan air pada daun. Selanjutnya daun dikeringkan kembali

menggunakan oven pada suhu 40-500C selama 24 jam dan diserbuk. Kemudian serbuk simplisia diayak menggunakan ayakan nomor 50.

c. Pembuatan ekstrak metanol-air daun M. tanarius.Seberat 10,0 gram

serbuk kering daun M. tanarius dilarutkan dengan 100,0 ml metanol 50 % pada

erlenmeyer bersumbat. Kemudian diekstraksi secara maserasi selama 72 jam

dengan kecepatan 140 rpm pada suhu kamar. EMMT yang didapat kemudian

dievaporasi hingga kering dan menghasilkan EMMT pekat.

3. Preparasi bahan

a. Pembuatan larutan CMC 1% b/v. CMC ditimbang sebanyak 0,25

gram dan dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar 25 ml sampai tanda.

b. Pembuatan larutan stok glukosa p.a. 15% b/v. Glukosa monohidrat

p.a. ditimbang sebanyak 15,0 gram dan dilarutkan dengan aquades dalam labu

takar 100 ml sampai tanda.

c. Penentuan keseragaman bobot kaplet glibenklamida. Penentuan

keseragaman bobot kaplet glibenklamida mengacu pada Depkes 1979. Timbang

(46)

tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih

besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun menyimpang

dari bobot rataratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Nilai

penyimpangan bobot rata-rata kolom A dan B dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III. Keseragaman bobot tablet

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15 % 30 % 26 mg sampai dengan 150 mg 10 % 20 % 151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 % 15 % lebih dari 300 mg 5 % 10 %

d. Penentuan dosis glibenklamida. Dosis glibenklamida yaitu 5 mg pada

manusia dengan berat badan 70,0 kg, dikonversikan ke tikus 200,0 gram dengan

faktor konversi 0,018. 5 mg glibenklamida x 0,018 = 0,09 mg glibenklamida/200

gram = 0,45 mg glibenklamida/ kg BB. Berdasarkan perhitungan maka besarnya

dosis glibenklamida pada hewan uji tikus yaitu 0,45 mg/ kg BB.

e. Pembuatan larutan glibenklamida 0,1125 mg/ml. Timbang serbuk

glibenklamida setara dengan 25,0 mg glibenklamida murni, larutkan dengan CMC

1% dalam labu takar 10,0 ml sampai tanda sebagai larutan induk glibenklamida.

Buat dengan konsentrasi 0,1125 mg/ml dalam labu ukur 10 ml dari larutan induk

glibenklamida tersebut.

f. Validasi dan realiabilitas instrument penelitian.Hasil pengukuran yang

baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat dilihatberdasarkan tingkat presisi

dan akurasi yang dihasilkan. Akurasi menunjukkan kedekatan nilaihasil

pengukuran dengan nilai sebenarnya. Presisi menunjukkan tingkat reliabilitas dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(47)

data yang diperoleh, hal inidapat dilihat dari standar deviasi yang diperoleh dari

pengukuran( Tahir, 2008).

Menurut Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik Departemen

Kesehatan Republik Indonesia (2008), alat dikatakan memiliki presisi yang baik

apabila coefisien variasi (CV) ≤ 5% CV yang diperoleh hasil uji presisi Micro vitalab adalah 2,07 % sehingga dapat dikatakan instrument penelitian memiliki

presisi yang baik. Dapat dilihat dari hasil pengukuran kadar secara berulang

menunjukkan kedekatan nilaihasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Hal ini

menunjukkan bahwa alat memenuhi akurasi yang baik.

4. Percobaan pendahuluan

a. Penetapan waktu pemberian glibenklamida. Tujuan dari penetapan

pemberian glibenklamida adalah untuk melihat pengaruh waktu pemberian

terhadap efek hipoglikemik glibenklamida, agar pada saat uji toleransi glikosa oral

(UTGO) glibenklamida sudah memberikan efek penurunan kadar glukosa darah.

Orientasi ini menggunakan 9 ekor tikus yang terbagi dalam 3 kelompok dimana

masing-masing kelompok diberi perlakuan pada menit ke-15 sebelum UTGO

untuk kelompok I, menit 30 sebelum UTGO untuk kelompok II, dan menit

ke-45 sebelum UTGO untuk kelompok III. Semua pemberian dilakukan secara

peroral, selanjutnya dilakukan UTGO dengan diberikan larutan glukosa

monohidrat 1,75 g/kg BB. Pengambilan cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum

perlakuan sebagai menit ke-0 dan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 180, dan 240.

Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan metode

(48)

b. Penetapan waktu pemberian EMMT. Tujuannya untuk melihat

pengaruh waktu pemberian terhadap efek penurunan kadar glukosa darah, agar

pada saat dilakukan UTGO EMMT sudah memberikan efek dalam menurunkan

kadar glukosa darah. Orientasi ini menggunakan 5 ekor tikus yang masing-masing

diberi ekstrak daun M. tanarius pada menit ke-0, dan 15 sebelum UTGO. Semua

pemberian dilakukan secara peroral, selanjutnya dilakukan UTGO dengan

diberikan larutan glukosa monohidrat 15% b/v; 1,75 g/kg BB. Pengambilan

cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum perlakuan sebagai menit ke-0 dan pada

menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 180, dan 240. Pengukuran kadar glukosa darah

dilakukan dengan menggunakan metode GOD-PAP. Selanjutnya dibuat

perhitungan harga LDKK0-240. Penentuan waktu pemberian EMMT didasarkan pada harga LDKK0-240 terendah.

c. Pengelompokan hewan uji.Hewan percobaan yang digunakan

sebanyak 30 ekor tikus yang dibagi secara acak dalam 5 kelompok sama banyak.

Kelompok I (kontrol positif) diberi glibenklamida 0,45 mg/kg BB. Kelompok II

(kontrol negatif) diberi CMC 1 % 5 ml/ kg BB. Kelompok III-V (perlakuan)

diberi EMMT sebesar 0,43; 1,28; dan 3,84 g/kg BB secara per oral

5. Penetapan kadar glukosa darah

Kadar glukosa darah ditetapkan dengan metode GOD-PAP. Pada tiap

kelompok dilakukan pengambilan cuplikan darah sebanyak 0,5 ml melalui vena

lateralis ekor dan ditampung dalam eppendrof sesaat sebelum perlakuan sebagai

menit ke-0 dan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 180, dan 240. Setelah UTGO

kemudian darah dipusingkan 3000 rpm selama 10 menit. Selanjutnya diambil 0,01

ml, kemudian dilakukan pengukuran seperti dalam tabel berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(49)

Tabel IV. Volume pengukuran kadar glukosa darah

Bahan Sampel (ml) Standar (ml) Blanko (ml) Supernatant 0,01 - - Larutan baku glukosa - 0,01 - Pereaksi GOD-PAP 1,0 1,0 1,0

Alat yang digunakan untuk menganalisis kadar glukosa serum adalah

micro vitalab. Kadar glukosa dinyatakan dalam mg/dL. Pengukuran kadar glukosa

serum dilakukan di laboratorium Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi

USD, Yogyakarta.

Setelah kadar glukosa serum didapatkan, dibuat kurva dengan mem-plot

-kan nilai kadar glukosa darah lawan waktu ke-0 sampai menit ke-240 dengan

metode trapezoid (LDDK0-240) dan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

LDDKt0−tn =t1−t0 2 x C0+ C1 + t2−t1 2 x C1+ C2 + tn−tn −1 2 x Cn−1 + Cn Keterangan: t = waktu (jam/menit)

C = konsentrasi zat dalam darah (mg/ml)

LDDKto-tn = luas daerah di bawah kurva dari waktu ke-0 sampai ke-n

E. Analisis Hasil

Data kadar glukosa darah pada tiap kelompok dianalisis secara statistik.

Dari harga LDDK0-240 glukosa darah dilakukan uji distribusi menggunakan uji

Kolmogorov Smirnov kemudian jika distribusinya normal dilanjutkan dengan

analisis One Way ANOVA dan Post Hoc Tests Scheffe dengan tingkat

kepercayaan 95%.

Jika nilai LDDK 0-240 glukosa darah mempunyai variansi yang berbeda maka dilakukan uji Kruskal Wallis dan dilanjutkan uji Mann Whitney dengan

(50)

32 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil determinasi Tanaman

Bahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah daun dari tanaman

M.tanarius. Sebelum digunakan dalam pengujian efek EMMT dalam menurunkan

kadar glukosa darah maka diperlukan determinasi tanaman untuk memastikan

bahwa tanaman yang digunakan telah sesuai sehingga tidak terjadi kesalahan

dalam pengambilan sampel yang akan digunakan sebagai tanaman uji. Bagian

tanaman yang digunakan dalam determinasi adalah bagian batang, daun, dan

bunga.Determinasi tanaman dilakukan di laboratorium Kebun Tanaman Obat

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan menggunakan

pustaka acuan(Backer dan Van Den Brink, 1963).

Hasil determinasi sebagai berikut :

1b, 2b, 3b, 4b, 12b, 13b, 14b, 17b, 18b, 19b, 20b, 21b, 22b, 23b, 24b,

25a...99.Euphorbiaceae

1b, 3b, 4b, 6a, 7b, 8b, 10b, 13a, 14b...34. Macaranga

1a,2a,3b,5b...Macaranga tanarius (L.) M.A

Dari hasil determinasi tersebut membuktikan bahwa yang dideterminasi adalah

benar tanaman Senu (Macaranga tanarius).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(51)

B. Hasil ekstraksi daun M. tanarius

Metode yang digunakan dalam pembuatan EMMT adalah metode

penyarian maserasi.Metode ini digunakan karena pengerjaan dan peralatan yang

digunakan sederhana, mudah dan efisien. Selain itu, metode ini digunakan untuk

penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan

penyari sehingga kadarnya akan menjadi lebih besar. Cairan penyari yang

digunakan yaitu metanol-air (50:50).Tujuan dilarutkan dalam pelarut metanol

adalah agar senyawa kimia yang terkandung dalam daun M. tanarius dapat larut

dalam pelarut karena metanol lebih polar dibandingkan dengan etanol sehingga

metanol menarik senyawa kimia di dalam daun lebih kuat.Selain itu metanol lebih

cepat menguap (titik didih rendah) jika dibandingkan dengan etanol, sehingga

tidak membutuhkan panas yang lebih tinggi yang dapat merusak senyawa kimia

yang ada di dalam daun.

Sebelum dilakukan ekstraksi, dilakukan penyerbukan terlebih dahulu

agar kandungan fitokimia yang terkandung dalam daun lebih mudah terekstrak

karena luas permukaan serbuk yang kontak dengan pelarut semakin besar. No

ayakan yang digunakan yaitu no. 50 yang artinya bahwa dalam 1 inchi ada 50

lubang. Serbuk daun M. tanarius seberat 25 gram direndam dengan 250 ml pelarut

metanol 50% di dalam erlenmeyer selama 72 jam (Puteri dan Kawabata, 2009)

dengan kecepatan 140 rpm pada suhu kamar. Perendaman ini ditujukan supaya

senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan dapat larut dalam pelarut

tersebut. Setelah dilakukan perendaman, dilakukan penyaringan dengan kertas

saring dan kemudian di evaporasi untuk menghilangkan atau menguapkan

(52)

dimaksudkan untuk mempermudah perhitungan rendemen ekstrak kental yang

akan diperoleh. Kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 40-50oC sampai mendapat EMMT yang kental.

Standarisasi yang dilakukan pada EMMTadalah penimbangan bobot

ekstrak hingga diperoleh bobot tetap dengan susut pengeringan 0%.Parameter

non-spesifik yaitu parameter susut pengeringan digunakan dengan maksud untuk

mengukur sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 50ºC. Cawan berisi

ekstrak ditimbang setiap hari sampai diperoleh berat ekstrak konstan. Hal tersebut

dilakukan untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya

senyawa yang hilang pada proses pengeringan karena hal ini dapat mempengaruhi

bobot ekstrak yang didapat sehingga akan mempengaruhi konsentrasi ekstrak dan

dosis yang akan digunakan pada hewan uji.

Dari proses pengeringan diperoleh bobot ekstrak tetap (tidak ada

perubahan bobot ekstrak) pada hari ke-4 dan ke-5 dan susut pengeringan

EMMTpada hari ke-4 dan ke-5 sebesar 0% sehingga diketahui bahwa tidak ada

pelarut penyari yang masih tersisa. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan

waktu pengeringan selama 5 hari diperoleh bobot EMMT yang tetap .Rendemen

EMMT diperoleh dari pengurangan beaker glass yang berisi ekstrak kering

dengan beaker glass kosong sehingga didapatkan total berat EMMT. Dari 125 g

serbuk kering didapatkan 41,01 g EMMT kental sehingga diperoleh rendemen

sebesar 3,28 %.

C. Hasil Uji Pendahuluan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(53)

Uji pendahuluan dilakukan sebelum pengujian efek EMMT dalam

menurunkan kadar glukosa darah. Uji pendahuluan ini dilakukan untuk

menetapkan hal-hal yang akan dilakukan pada pengujian yang sebenarnya, agar

didapat hasil yang lebih valid dan akurat. Adapun uji pendahuluan yang dilakukan

antara lain : penetapan waktu pemberian kontrol positif (glibenklamida),

penetapan dosis EMMT, selang waktu pemberian EMMT.

1. Penetapan waktu pemberian kontrol positif (glibenklamida)

Waktu pemberian larutan glibenklamida didasarkan pada prosentase

penurunan harga luas daerah dibawah kurva dari menit ke-0 sampai menit ke-240

(LDDK0-240). Hasil dari LDDK0-240 ini kemudian di uji statistika dengan uji uji

Post Hoc Scheffe, seperti yang terlihat pada tabel V:

Tabel V. Hasil uji Post Hoc Scheffe LDDK 0-240glukosa darah tikus yang terbebani glukosa Waktu Pemberian Glibenklamida (Menit) 15 30 45 15 --- BTB BTB 30 BTB - BTB 45 BTB BTB - Keterangan :

BTB : Berbeda tidak bermakna

Hasil uji post Hoc ScheffeLDDK0-240 glukosa darah pada tabel V menunjukkan bahwa waktu pemberian pada menit ke-15, 30 dan 45 sebelum

pemberian UTGO menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Dan dari hasil

UTGO dan perhitungan LDDK0-240 didapatkan dilihat di tabel VI:

Tabel VI. NilaiLDDK0-240larutan glibenklamida sebelum UTGO

Waktu pemberian larutan glibenklamida sebelum UTGO

(menit ke-)

LDDK 0-240 (mg.menit/dl)

(54)

15 17557,5 30 17232,5

45 22840

Dari tabel VI dapat dilihat bahwa pemberian larutan glibenklamida 30

menit sebelum UTGO mempunyai nilai LDDK 0-240 yang paling kecil dibandingkan dengan pemberian yang lain sehingga dapat ditetapkan pemberian

larutan glibenklamida sebagai kontrol positif untuk dibandingkan dengan EMMT

yaitu 30 menit sebelum UTGO. Pada menit ke-30 ini glibenklamida mempunyai

kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa yang paling tinggi dibandingkan

dengan menit ke-15 dan menit ke-45. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 6:

Gambar 6. Diagram penentuan selang waktu pemberian glibenklamida terhadap LDDK

Dari gambar 6 menunjukkan bahwa pada menit ke-30 mempunyai nilai

LDDK 0-240 yang paling kecil dibandingkan dengan yang lainnya sehingga 30

0 5000 10000 15000 20000 25000 15 30 45 17557,5 17232,5 22840 LD D K p e m b e ri an gl ib e n kl am id a (m g.m e n it /d l)

selang waktu waktu (menit)

15 30 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(55)

menit sebelum UTGO ditetapkan sebagai waktu pemberian kontrol positif

glibenklamida.

2. Penetapan dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius

Tujuan ditetapkan dosis EMMTadalah untuk menentukan tingkatan dosis

EMMTyang akan digunakan dalam penelitian ini. Penentuan dosis EMMT

didasarkan pada dosis maksimal EMMT pada tikus. Dosis maksimal EMMTpada

tikus didasarkan pada konsentrasi tertinggi EMMTyang dapat dipejankan secara

oral. Dari hasil orientasi diketahui bahwa konsentrasi tertinggi EMMTyang dapat

dipejankan secara oral pada tikus yaitu 384 mg/ml sehingga dosis maksimal yang

diperoleh sebesar 3,84 g/kgBB. Kemudian ditentukan 3 tingkatan dosis

EMMTyaitu 0,43; 1,28; dan 3,84 g/kgBB (Adrianto dkk., 2011).

3. Selang waktu pemberian ekstrak M. tanarius

Waktu pemberian EMMT didasarkan pada prosentase penurunan harga

luas daerah dibawah kurva dari menit ke-0 sampai menit ke-240 (LDDK0-240). Dari hasil UTGO dan perhitungan LDDK0-240 dapat dilihat di tabel VI :

Tabel VII. NilaiLDDK0-240 ekstrak M. tanarius sebelum UTGO

Waktu pemberian ekstrak M. tanarius

sebelum UTGO (menit ke-)

LDDK0-240 (mg.menit/dl)

0 23680

15 29947,5

Dari tabel VII dapat dilihat bahwa pemberian EMMT bersamaan (menit

ke-0) dengan UTGO mempunyai nilai LDDK 0-240 yang paling kecil dibandingkan dengan pemberian 15 menit sebelum UTGO sehingga dapat ditetapkan pemberian

(56)

kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa yang paling tinggi dibandingkan

dengan menit ke-15. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7 :

Gambar 7. Diagram penentuan selang waktu pemberian ekstrak M. tanarius terhadap LDDK

Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa pada menit ke-0 menunjukkan LDDK

0-240

yang kecil dibandingkan dengan menit ke-15. Jadi kemampuan larutan

ekstrak dalam menurunkan kadar glukosa darah paling efektif pada menit ke-0

sehingga ditetapkan sebagai waktu pemberiaan EMMT.

D. Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah ekstrak M. tanarius

Penetapan kadar glukosa darah dilakukan dengan metode enzimatis, yaitu

dengan menambahkan reagen GOD-PAP dengan prinsip adanya GOD (glukosa

oxidase) yang akan mengkatalisis oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan

hydrogen peroksida. Reagen GOD-PAP berisi dapar fosfat 250 mmol/L, fenol 5

mmol/L, 4-amino antipirin 0,5 mmol/L, glukosa oksidase (GOD) ≥ 10 ku/L, dan

peroksidase (POD) ≥1 ku/L. Jika glukosa bereaksi dengan reagen GOD-PAP akan

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 0 15 23680 29947,5 LD D K p em b eri an e ks tra k (m g.m en it /d l)

selang waktu waktu (menit)

0 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar

Tabel I. Nilai glukosa plasma puasa dan toleransi glukosa  Glukosa plasma puasa
Gambar 1. Sekresi insulin akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah  (Cartailler, 2004)
Gambar 2. Struktur aloksan (Nugroho, 2006)
Gambar 3. Struktur Glibenklamida (Gunawan, 2007)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sarana pendididikan yang masih kurang memadai ditambah dengan mahalnya biaya pendidikan sering menjadi penyebab belum terealisasinya penuntasan Wajib Belajar

Sebagai unsur kelembagaan yang berfungsi membentuk sumber daya manusia yang memiliki keahlian, kepakaran, dan kompetensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, perguruan

Pada Tabel 3 nampak secara keseluruhan hubungan pengaruh dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa seluruhnya berpengaruh positip namun dari enam (6) hubungan,

Bentuk- bentuk pengembangan profesi model yang kedua ini lebih disarankan karena: (1) lebih menekankan pada peningkatan aspek kepercayaan, sikap, komitmen, dan

Perceptron merupakan bentuk paling sederhana dari jaringan saraf tiruan yang biasanya digunakan untuk pengklasifikasian jenis pola khusus yang biasa disebut

“I can’t go home with you.” For the first time since she’d come into the office, Cassie tried her voice.. It was small

Hama putih akan menjadi kepompong, sarung/kantong yang selalu dibawanya akan ditanggalkan dan dilekatkan pada abtang padi, kemudian dimasukinya lagi dan tidak keluar sampai