• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN SAHAM PUBLIK TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN SAHAM PUBLIK TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN SAHAM PUBLIK TERHADAP LUAS

PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN

Rozi Putra Meihendri Yunilma

Jurusan Akuntansi , Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta E-mail : roziputra30@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji pengaruh empiris leverage, likuiditas dan saham publik terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini tergolong sebagai penelitian yang bersifat kausatif. Penelitian ini memiliki populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011 sampai 2013. Penentuan sampel berdasarkan metode purposive sampling, berjumlah 71 perusahaan. Data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id. Analisis data menggunakan teknik regresi berganda dan dianalisis dengan Uji t menggunakan tingkat signifikansi alpha 5%.

Hasil penelitian membuktikan bahwa leverage tidak berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela, likuiditas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela, saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela.

Kata Kunci: Leverage, Likuiditas, Saham Publik, Pengungkapan Sukarela

ABSTRACT

This study were aims to determine the emphiris effect of the leverage, liquidity, and firm public own proportion on voluntary disclosure in annual report at a manufacturing company registered on the Indonesia Stock Exchange. This study was classified as causative study. This study have manufacturing company registered on the Stock Exchange in 2011 until 2013 as population. Total sample were 71 companies. The data collected using purposive sampling method. The data obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and www.idx.co.id. Data analysis techniques using multiple regression method with t-test and also the significant alpha is 5%.

The result of research show that leverage did not had positive contribute to voluntary disclosure. While liquidity and firm public own proportion had positive influence to voluntary disclosure.

Key words : leverage, liquidity, firm public own proportion, voluntary disclosure

PENDAHULUAN

Di era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang serba tidak

menentu, perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan informasi keuangan

(2)

2 perusahaannya, terlebih bagi perusahaan

yang menawarkan sahamnya di pasar modal atau perusahaan yang telah go public, sebagai salah satu sarana bagi perusahaan untuk memperoleh modal demi kelangsungan usahanya. Dalam melakukan aktivitas di pasar modal para pelaku pasar mendasarkan keputusannya pada informasi yang diterimanya. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang terdaftar di pasar modal diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunannya kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Niko, 2013).

Sepanjang tahun 2004 sampai dengan Maret 2005, Bapepam dan Lembaga Keuangan mencatat ada 44 kasus pelanggaran pasar modal, 42% di antaranya adalah perusahaan manufaktur. Dari 44 kasus pasar modal tersebut terdapat 26 kasus (60 %) menyangkut benturan kepentingan, keterbukaan informasi dan penyajian laporan keuangan (Bapepam dan Lembaga Keuangan 2005). Benturan kepentingan dan tidak diungkapkannya informasi penting akan menyebabkan kerugian bagi pihak investor eksternal (Nuryaman, 2009).

Hasil survey Pricewaterhouse and Coopers terhadap investor-investor internasional di Asia (FCGI 2004), menunjukkan bahwa Indonesia dinilai sebagai salah satu yang terendah dalam

bidang standar pengungkapan dan transparansi, serta penerapan auditing. Posisi Indonesia dibandingkan dengan negara Asia lainnya dan Australia dalam hal praktek pengungkapan dalam laporan keuangan, Indonesia dikelompokkan pada kelompok paling buruk bersama dengan Thailand, China, dan India (Leony, 2011).

Selain itu, dampak dari krisis keuangan global pada tahun 2008 mengakibatkan para investor dan kreditor berhati-hati dalam menanamkan modalnya pada suatu perusahaan demi mengantisipasi risiko yang akan terjadi (Ginting, 2010). Sebelum melakukan investasi, investor akan menelaah secara teliti laporan keuangan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Pengungkapan sukarela (Voluntary disclosure) sebaiknya diungkapkan oleh manajemen, agar informasi-informasi lain yang tidak diungkapkan dalam pengungkapan wajib bisa didapatkan oleh para pemakai laporan keuangan. Sehingga pemakai laporan keuangan dapat memahami dengan jelas keadaan perusahaan yang akan menjadi bahan pertimbangan bagi mereka dalam pengambilan keputusan. Tetapi masih banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang tidak memberikan pengungkapan

(3)

3 sukarela. Padahal pengungkapan sukarela

merupakan tambahan pengungkapan minimum yang telah ditetapkan (Dwi, 2012).

Penelitian tentang luas pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan dan variabel-variabel keuangan terkait akan memberikan gambaran mengenai sifat perbedaan luas pengungkapan antar perusahaan dan variabel-variabel keuangan yang mempengaruhinya, serta dapat menginformasikan kondisi perusahaan pada suatu masa pelaporan. Dalam pencapaian efisiensi dan sebagai sarana akuntabilitas publik, pengungkapan laporan keuangan menjadi faktor yang signifikan. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kelengakapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Diantaranya adalah tingkat likuiditas, tingkat leverage, umur perusahaan, ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, porsi saham publik, operating profit margin, return on equity dan status modal perusahaan (Binsar dan Lusy, 2004).

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh positif leverage, likuiditas dan saham publik terhadap luas pengungkapan sukarela.

Luas Pengungkapan

Definisi luas pengungkapan adalah luas pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran dalam laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan.Informasi ini menyediakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.Informasi penjelasan mengenai kesehatan keuangan dapat juga diberikan dalam laporan pemeriksaan. Semua materi harus diungkapkan termasuk informasi kuantitatif dan kualitatif yang sangat membantu penggunaan laporan keuangan (Siegel dan Shim,1994) dalam (Juniarti 2009).

Pengungkapan terdiri dari dua macam yaitu mandatory disclosure (pengungkapan wajib) dan voluntary disclosure (pengungkapan sukarela) (Agnes, 2009). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (BAPEPAM No.SE-02/PM/2002). Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas yang diungkapkan manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk memberikan keputusan oleh para pemakai laporan keuangan.

(4)

4 Perusahaan harus mengambil inisiatif

untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditor dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan adanya pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan dapat mendorong keyakinan investor dan kreditor dalam menentukan kebijakan investasi yang diambil.

Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan oleh peraturan. Menurut Soewardjono (2010:584) pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang melebihi yang diwajibkan. Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan tahunannya.

Meek et all (2005) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan bebas, dimana manajemen dapat memilih jenis informasi yang akan

diungkapkan yang dipandang relevan untuk pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang memakainya. Menurut Hasudung dan Didin (2008), pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan melebihi yang diwajibkan.

Jadi, pengungkapan sukarela ini mengungkap informasi-informasi selain dari informasi yang wajib diungkap atau diluar apa yang diharuskan oleh standar atau peraturan ynag berlaku. Dan informasi-informasi tersebut dipilih secara bebas oleh maajemen mana yang dipandang relevan oleh manajemen tersebut. Informasi-informasi tersebut diharapkan dapat mendorong keyakinan para user untuk mengambil keputusan.

Pengaruh Leverage, Likuiditas, dan Saham Publik terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

Jensen dan Meckling dalam Irawan (2006) menyatakan bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi menanggung biaya pengawasan yang tinggi. Jika menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya lebih tinggi, maka perusahaan dengan

(5)

5 leverage tinggi akan menyediakan informasi

secara komprehensif. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Subiyantoro dalam Junaidi (2011), bahwa perusahaan dengan rasio hutang atas modal tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi dalam laporan keuangan dari pada perusahaan dengan rasio yang rendah.

Terdapat pengaruh positif antara leverage dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (Hertanti, 2005; Simanjuntak dan Widiastuti, 2004). Rasio leverage menunjukkan proporsi pendanaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi leverage semaki tinggi pula ketergantungan perusahaan kepada kreditornya. Hal ini sesuai dengan agency theory, yaitu hubungan keagenan antara prinsipal (kreditor) dengan agennya (perusahaan). Kreditor akan selalu memantau dan membutuhkan informasi mengenai keadaaan finansial perusahaan untuk meyakinkan bahwa perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Dan perusahaan akan berusaha memberikan informasi yang luas mengenai kondisi perusahaannya.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan yang mempunyai leverage yang lebih tinggi akan memberikan informasi yang lebih banyak

dan akan melakukan pengungkapan yang lebih luas. Maka dari hal ini penulis menduga bahwa leverage berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan sukarela.

H1: Leverage berpengaruh positif terhadap

Luas pengungkapan sukarela.

Tingkat likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan (Wallace, 1994; dalam Fitriani, 2001). Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen. Kondisi perusahaan yang sehat, yang antara lain ditunjukkan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, berhubungan dengan pengungkapan yang lebih luas. Hal tersebut didasarkan pada ekspektasi bahwa perusahaan yang secara keuangan kuat, akan cenderung untuk mengungkapkan lebih banyak informasi. Ini disebabkan karena perusahaan ingin menunjukkan kepada pihak ekstern bahwa dirinya tersebut kredibel (Almilia dan Retrinasari, 2007).

Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi akan cenderung untuk melakukan pengungkapan yang lebih karena ingin menunjukkan kinerja perusahaannya yang kredibel. Tingkat likuiditas mempunyai

(6)

6 hubungan positif dengan luas pengungkapan

(Cooke, 1989; dalam Fitriani, 2001). Kondisi perusahaan sehat dapat ditunjukkan dari tingkat likuiditas yang berhubungan dengan tingkat pengungkapan yang lebih. Hal ini didasarkan pada harapan bahwa kekuatan financial perusahaan akan cenderung memberikan pengungkapan yang lebih untuk memberikan informasi yang luas.

H2: Likuiditas berpengaruh positif terhadap

luas pengungkapan sukarela.

Proporsi kepemilikan saham publik mewakili persentase saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat. Teori keagenan menyatakan bahwa semakin menyebar kepemilikan saham perusahaan, perusahaan diekspektasikan akan mengungkapkan informasi sukarela lebih banyak yang bertujuan untuk mengurangi biaya keagenan. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik, maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi secara sukarela lebih banyak dalam laporan tahunannya. Semakin besar persentase saham yang dilepas perusahaan kepada publik, semakin besar pula kontrol publik terhadap kebijakan perusahaan. Sehingga publik/masyarakat memerlukan pengungkapan informasi sukarela lebih

banyak dari perusahaan yang bersangkutan untuk memantau perkembangan yang ada. H3: Saham publik berpengaruh positif

terhadap luas pengungkapan sukarela.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan tujuan dan hipotesis yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini digolongkan penelitian kausatif. Penelitian kausatif didesain untuk mengukur hubungan antara variabel riset, atau untuk menganalisis bagaimana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Dalam hal ini, penulis mencoba melihat bagaimana pengaruh variabel bebas seperti Leverage, Likuiditas dan Sahanm Publik terhadap variabel terikat yaitu Pengungkapan Sukarela.

Populasi merupakan keseluruhan objek yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Populasi yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 – 2013 dengan jumlah populasi sebanyak 146 perusahaan.

Pemilihan sampel yang akan dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu yaitu berjumlah 71 perusahaan.

(7)

7 Secara garis besar variabel-variabel

dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

1. Pengungkapan Sukarela

Pengungkapan sukarela merupakan bentuk pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan oleh pemerintah. variabel ini dapat diukur dengan menggunakan index of disclosure methodology, yaitu indeks Wallace.

Rumus indeks Wallace = 𝒏

𝒌𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Dimana: n = jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan

k = jumlah item yang seharusnya diungkap berdasar kriteria

2. Leverage

Leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Variabel leverage dapat diukur dengan menggunakan rumus:

Leverage = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝒆𝒘𝒂𝒋𝒊𝒃𝒂𝒏 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 3. Likuiditas

Likuiditas merupakan suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana jangka pendek (menyediakan alat pembayaran tunai). Variabel likuiditas dapat diukur dengan menggunakan rumus:

Rasio Lancar = 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓 𝑲𝒆𝒘𝒂𝒋𝒊𝒃𝒂𝒏 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓

4. Saham Publik

Saham publik merupakan tingkat kepemilikan saham oleh pihak individu di luar

perusahaan yang tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Persentase kepemilikan saham publik diukur berdasarkan perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki masyarakat dengan jumlah saham yang beredar.

Proporsi Kepemilikan Saham Publik = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑷𝒖𝒃𝒍𝒊𝒌

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓

Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh leverage, likuiditas, dan saham publik terhadap luas pengungkapan sukarela. Adapun persamaan regresinya adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana: Y= Pengungkapan Sukarela X1= Leverage X2= Likuiditas X3= Saham Publik a = Konstanta b1, b2, b3 = Koefisien regresi

e = Error atau variabel gangguan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini ditujukan untuk menjelaskan hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil pembahasan lebih lanjut akan diuraikan dalam poin-poin berikut ini: 1. Pengaruh Leverage terhadap

(8)

8 Berdasarkan hasil olahan statistik

dapat dilihat bahwa leverage tidak berpengaruh positif terhadap tingkat luas pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis kedua (H1)

ditolak. Artinya leverage yang tinggi tidak akan menjamin bahwa perusahaan akan mengungkapkan informasi yang banyak juga.

Penelitian ini tidak sesuai dengan teori persignaling yaitu hubungan keagenan antara principal (kreditur) dengan agency (perusahaan). Yang menyatakan bahwa, perusahaan akan berusaha memberikan informasi yang seluas-luasnya mengenai kondisi perusahaan kepada krediturnya. Harapannya kreditur lebih mengetahui dan memahami perusahaan dalam kaitannya dengan kredit yang diberikan. Karena kreditur memerlukan informasi yang luas dan jelas mengenai debiturnya untuk meyakinkan mereka bahwa debitur dapat membayarkan kewajibannya sesuai jatuh tempo. Hasil penelitian ini tidak sesuai juga dengan teori yang diungkapkan oleh Jensen dan Meckling dalam Simanjuntak dan Widiastuti (2004) menyatakan bahwa perusahaan dengan proporsi leverage tinggi menanggung biaya pengawasan (monitoring cost) tinggi. Tidak ditemukannya hubungan antara leverage ini dengan luas

pengungkapan sukarela diduga karena dampak krisis keuangan global tahun 2008 yang mengakibatkan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

Akibatnya perusahaan-perusahaan publik yang memiliki pinjaman luar negri mengalami peningkatan hutang dan berakibat meningkatnya leverage mereka. Meningkatnya leverage tersebut tidak menggambarkan tingkat pinjaman yang lebih banyak, sehingga tidak berpengaruh terhadap perusahaan publik tersebut dalam melakukan pengungkapan yang lebih luas. Selain itu tidak terdapatnya hubungan antara leverage dengan luas pengungkapan mungkin disebabkan karena perusahaan dengan leverage yang besar, memiliki indeks luas pengungkapan yang besar dankecil, bahkan dibawah rata-rata. Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap luas pengungkapan sukarela.

2. Pengaruh Likuiditas terhadap Pengungkapan Sukarela

Berdasarkan hasil olahan statistik dapat dilihat bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela dengan nilai sig 0,030 lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap

(9)

9 tingkat luas pengungkapan sukarela. Hasil

penelitian ini relevan dengan penelitian Cooke (1989) dalam Marwata (2001), Luciana dan Ikka Retrinasari (2007) yang menjelaskan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cendrung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan tersebut kredibel.

Hal ini sesuai dengan harapan bahwa perusahaan yang kondisi keuangannya kuat akan lebih mungkin untuk mengungkapkan lebih banyak informasi dibanding dengan perusahaan yang kondisi keuangannya lemah. Likuiditas juga dipandang sebagai ukuran evaluasi kinerja perusahaan. Likuiditas sebagai tolak ukur kinerja berarti bahwa perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi.

Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek (Prastowo dan Juliati, 2002). Tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung melakukan pengungkapan informasi secara

sukarela yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke, 1989). Hal itu berdasarkan pada perusahaan yang likuiditasnya tinggi berarti kondisi keuangannya juga baik, sehingga jika informasi itu diketahui oleh publik maka akan menunjukkan kinerja perusahaan yang bagus pula.

3. Pengaruh Kepemilikan Saham Publik terhadap Pengungkapan Sukarela

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh publik memiliki pengaruh yang positif. Dengan demikian, dapat dikatakan (H3) diterima. Arah positif

menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh publik yang lebih besar cenderung memberikan pengungkapan sukarela yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa emiten menganggap bahwa pengungkapan sukarela yang dicantumkan menjadi salah satu pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan. Sehingga dengan jumlah pemegang saham publik yang semakin besar, emiten dituntut untuk melaporkan kondisi perusahaan menjadi semakin luas untuk dilaporkan kepada publik sehingga diharapkan tidak muncul asimetri informasi. Temuan ini mendukung penelitian Ainun dan Fuad (2000).

(10)

10 Teori keagenan menyatakan bahwa

semakin menyebar kepemilikan saham perusahaan, perusahaan diekspektasikan akan mengungkapkan informasi sukarela lebih banyak yang bertujuan untuk mengurangi biaya keagenan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak juga detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan semakin lengkap (Simanjuntak dan Widiastuti, 2004).

Semakin besar persentase saham yang dilepas perusahaan kepada publik, semakin besar pula kontrol publik terhadap kebijakan perusahaan. Sehingga publik/ masyarakat memerlukan pengungkapan informasi sukarela lebih banyak dari perusahaan yang bersangkutan untuk memantau perkembangan yang ada.

KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh positif leverage, likuiditas dan saham publik terhadap luas pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka hasil

penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Leverage tidak berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

2. Likuiditas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

3. Saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi dan Lana. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan.Jurnal Akuntansi FE Universitas Gunadharma. Arthur, John, J.William, dan David. 2008.

Manajemen Keuangan. PT Macana jaya Cemerlang.

Belkaoli, Ahmed Riahi. 2000. “Teori Akuntansi” Buku I. Jakarta: Salemba Empat.

Belkaoli, Ahmed Riahi. 2007. “Teori Akuntansi” Buku II. Jakarta: Salemba Empat.

(11)

11 Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston.

2006. Manajemen Keuangan. Jakarta:Erlangga.

Choi, Frederik.D.S dan Gray K. Meek. 2005. International Accounting. Jakarta:Salemba Empat.

Deni Indra Prasetya. 2011. Analisi Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, Dan Profitabilitas Terhadap Mandatory Disclosure. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Dwi, 2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Pengungkapan Sukarela. Skripsi. Universitas Negeri Padang

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Ginting, Monalisa Br. 2010. Pengaruh

karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek Indonesia, Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Riau, Medan.

Gujarati, Damodar. 2001. Ekonomitrika dasar. Jakarta: Erlangga.

Hartanti, Dewi. 2005. Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Hasudung dan Didin. 2008. Analisis Faktor yang mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) Pada Pelaporan Tahunan Perusahaan yang Termasuk Perusahaan LQ45. Jurnal Akuntansi fakultas ekonomi. Universitas Gunadharma. Hendriksen, Eldon S. 2005. TeoriAkuntansi.

Penerbit AK Group, Yogyakarta.

Hendriksen, Eldon S dan Michael F. Van Breda. 2005. Teori Akuntansi. Buku 2.Batam: Interaksara.

Harry. Simbolon. 2011. Pengungkapan Laporan Keuangan. Jurnal. Universitas Padjajaran.

Irawan, Bambang. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Skripsi. Yogyakarta: UII.

Keown, Arthur J, john D martin, J William Petty, David F Scoot. 2008. Manajemen Keuangan. Jakarta:PT Indeks.

Leony, 2011. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela. Jurnal. Universitas Diponegoro

Mujiono. 2006. Pengaruh Leverage, Likuiditas, Dan Saham Publik

(12)

12 Terhadap Luas Pengungkapan

Sukarela Dalam Laporan Tahunan.Jurnal. Universitas Kristen Surakarta

Niko, Ufandri. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Likuiditas Terhadap Luas Pengungkapan Laporan Keuangan. Skripsi. Universitas Negeri Padang

Nuryaman. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sukarela. Jurnal. Universitas Widyatama Bandung.

Riny. 2011. Analisis Pengaruh Rasio Leverage, Likuiditas, Profitabilita dan Proporsi saham public terhadap kelengkapan laporan keuangan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Riau.

Simanjuntak, Binsar dan Lusy Widiastuti. 2004. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol 7, No. 3, September 2004 Hal 351-366.

Soewardjono. 2010. Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Suripto, Bambang. 1998. Karakteristrik perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Thesis S-2. Universitas Gadjah Mada

Supriadi, Deri Alambudiarti. 2010. pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Wahyu, Sri Layla. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Modal Intelektual. Tesis. Universitas Diponegoro.

Wild, John J, K.R. Subramanyam dan Robert F. Halsey. 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi delapan, Salemba Empat, Buku satu: Jakarta. www.idx.co.id

Referensi

Dokumen terkait

dan 4.8 tahun pelajaran 2014/2015 dalam kegiatan pembinaan pendidikan dan pelatihan (diklat) dan implementasi supervisi akademik kepada guru-guru dibawah tanggungjawab

Hasil pengujian daya serap air batu bata merah yang diperoleh bahwa kemampuan batu bata merah untuk menyerap air mempunyai pengaruh yang berbeda- beda pada masing-masing

Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan antara lain: sudut pandang kualitas yang digunakan terbatas pada sudut pandang pengguna, sedangkan sudut pandang lain,

Dari beberapa pendapat mengenai pertanian dan hortikultura tersebut dapat disimpulkan bahwa produk pertanian hortikultura adalah semua hasil yang berasal dari

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga kali ini penulis dapat menyelesaikan Laporan

Sistem Infrastruktur permukiman yang diusulkan adalah adanya keserasian dan keseimbangan pembangunan infrastruktur permukiman perkotaan dan perdesaan diharapkan mengacu

peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar permukiman di perkotaan dan perdesaan akan dilakukan melalui peningkatan pemenuhan kebutuhan air minum