• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berkala Ilmiah IlmuPengetahuan dan Teknologi Kehutanan DAFTAR ISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berkala Ilmiah IlmuPengetahuan dan Teknologi Kehutanan DAFTAR ISI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

92-97 98-105 106-114 115-122 123-130 131-142 143-150 151-157 158-165 166-169 170-175 176-184

DAFTAR ISI

Berkala Ilmiah IlmuPengetahuan dan Teknologi Kehutanan

jht

ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2 Juli 2013

KOMPOS BERBAHAN ORGANIK LOKAL SEBAGAI AMELIORAN ALTERNATIF SUBTITUSI ABU DI LAHAN GAMBUT

Marinus Kristiadi Harun

STUDI PERAN WANITA PERDESAAN HUTAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI DESA TELAGA LANGSAT KABUPATEN TANAH LAUT

Asysyifa, Fonny Rianawati, dan Yuniarti

KAJIAN PEMASARAN HASIL HUTAN NON KAYU DARI HUTAN RAKYAT POLA AGROFORESTRY DI DESA KERTAK EMPAT KABUPATEN BANJAR

Adnan Ardhana dan Syaifuddin

PEMULIHAN DAN PENCEGAHAN SEMAI TUSAM (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) DARI GEJALA KLOROSIS

Ari Darmawan dan M. Mandira Budi Utomo

TINGKAT BAHAYA EROSI KAWASAN HUTAN ILE MANDIRIKABUPATEN FLORES TIMUR

Mariany Magdalena da Silva

PROSES TRANSFORMASI AGRARIA DAN KONFLIK SUMBERDAYA ALAM DI DAERAH PEDALAMAN: STUDI KASUS DI KECAMATAN LONG BAGUN KABUPATEN KUTAI BARAT, KALIMANTAN TIMUR Eddy Mangopo Angi dan C. B. Wiati

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BIREUEN-ACEH

Halus Satriawan, Z. Fuady, dan Romainur

KARAKTERISTIK PENGGERGAJIAN KAYU GANITRI (Elaeocarpus ganitrus Roxb.) DARI HUTAN RAKYAT DENGAN POLA AGROFORESTRI

Mohamad Siarudin & Ary Widiyanto

PENGENDALIAN MUTU KAYU LAPIS PADA PT WIJAYA TRI UTAMA PLYWOOD INDUSTRY DI KALIMANTAN SELATAN

Zainal Abidin, Agus Sulistyo Budi, Bandi Supraptono, dan Edy Budiarso

PENGARUH TRICHODERMA SP. PADA MEDIA BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON PUTIH (Anthocepalus cadamba)

Tati Suharti, Yulianti Bramasto, dan Naning Yuniarti

PENYARADAN KAYU RAMAH LINGKUNGAN DI HUTAN TANAMAN DI KALIMANTAN TIMUR

Sona Suhartana dan Yuniawati

MODEL INTERAKSI ANTARA MASYARAKAT DENGAN HUTAN KOTA DI KOMPLEKS BUMI PERKEMAHAN BONGOHULAWA KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

(2)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para penelaah yang telah berkenan menjadi Mitra Bestari pada Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2 yaitu:

Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc. (Fakultas Pertanian Universitas Lampung)

Prof.Dr.Ir. Wahyu Andayani,M.Sc (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada)

Prof.Ir. Erry Purnomo,Ph.D

(Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan) Dr.Ir.Leti Sundawati,M.Sc

(Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor) Prof. Dr. Ir. Syukur Umar, DESS (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako) Prof. Dr. Ir. Baharuddin Mappangaja, M.Sc. (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin)

Prof.Dr.Ir.H.M.Ruslan,M.S

(Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat) Dr. Ir. Kusumo Nugroho, MS

(Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian) Dr.Ir. Cahyono Agus Dwikoranto, M.Agr. (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada)

Prof.Dr.Ir.Sipon Muladi

(Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman) Prof. Dr. Ir, Djamal Sanusi

(Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin) Dr. Sc. Agr. Yusran, S.P., M.P (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako)

Dr.Ir.Hj. Darni Subari,M.S

(3)

KATA PENGANTAR

Salam Rimbawan,

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 Nomor 2 Edisi Juli 2013 kali ini menyajikan 12 buah artikel ilmiah hasil penelitian di bidang teknologi hasil hutan, manajemen hutan dan budidaya hutan.

Marinus Kristiadi Harun meneliti dampak negatif praktek besik-bakar dan prospek kompos berbahan organik lokal sebagai substitusi abu untuk amelioran di lahan gambut.

Asysyifa, dkk meneliti besarnya pendapatan wanita, kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga dan peran wanita dalam meningkatkan kese-jahteraan keluarga serta menggali potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan kaum wanita di Desa Telaga Langsat Kabupaten Tanah Laut.

Adnan Ardhana dan Syaifuddin meneliti saluran pemasaran, margin pemasaran dan efisiensi pemasaran hasil hutan non kayu hutan rakyat pola agroforestri di desa Kertak Empat, Kabupaten Banjar, Propinsi Kali-mantan Selatan.

Pemulihan dan Pencegahan Semai Tusam (Pinus

merkusii Jungh. et de Vriese) dari Gejala Klorosis diteliti

oleh Ari Darmawan dan M. Mandira Budi Utomo yang menghasilkan plot penelitian pemulihan, persentase kematian semai terendah adalah kombinasi antara pu-puk lambat tersedia dan pelet T. reesei. Pertumbuhan tinggi dan diameter semai terbaik adalah substitusi media dengan pelet T. reesei tanpa pupuk lambat terse-dia.

Mariany Magdalena da Silva meneliti Tingkat Baha-ya Erosi Kawasan Hutan Ile Mandiri Kabupaten Flores Timur. Hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat bahaya erosi yang terjadi cukup bervariasi meliputi erosi sangat ringan, berat dan sangat berat.

Proses transformasi agraria dan konflik sumberdaya alam di daerah pedalaman: Studi Kasus di Kecamatan

Long Bagun Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur diteliti oleh Eddy Mangopo Angi dan C. B. Wiati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: masyarakat asli maupun pendatang pada wilayah Kecamatan Long Bagun mendapatkan akses atas tanah melalui proses-proses yang sah menurut aturan hukum mereka (kese-pakatan adat/lokal) untuk dapat menguasai tanah yang dimiliki oleh pemilik sebelumnya. Konflik penguasaan tanah di Kecamatan Long Bagun terjadi dikarenakan ketidakmampuan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat untuk menyelesaikan konflik tata batas, terutama sejak adanya pemberian izin HPHH seluas 100 ha dan IUKhM. Halus Satriawan, dkk meneliti kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman hutan Rakyat di kabu-paten bireuen-aceh.

Karakteristik penggergajian kayu ganitri

(Elaeo-carpus ganitrus Roxb.) dari hutan rakyat dengan pola

agroforestri diteliti Mohamad Siarudin & Ary Widiyanto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola penggergajian satu sisi dan pola penggergajian semi perempatan meng-hasilkan rendemen dan produktifitas yang relatif sera-gam, namun berbeda sangat nyata pada efesiensi meng-gergaji dan lebar papan rata-rata, serta berbeda nyata pada penggunaan bahan bakar.

Pengendalian Mutu Kayu Lapis Pada PT Wijaya Tri Utama Plywood Industry di Kalimantan Selatan diteliti Zainal Abidin, dkk. Dari kelima jenis ketebalan kayu lapis yang diteliti (2,4 mm, 2,7 mm, 3,2 mm, 3,7 mm dan 5,2 mm), terlihat bahwa relatif ada perbedaan jenis cacat yang terjasi serta prosentasenya.

Tati Suharti, dkk meneliti pengaruh trichoderma sp. pada media bibit terhadap pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocepalus cadamba). Kombinasi dalian fisik (tanah:kompos:sekam 1:1:1) dan pengen-dalian biologi (Trichoderma sp), signifikan dapat mening-katkan pertumbuhan bibit (tinggi, diameter).

(4)

Penyaradan kayu ramah lingkungan di hutan ta-naman di Kalimantan Timur diteliti Sona Suhartana dan Yuniawati. Penelitian menunjukkan penggunaan teknik RIL dalam kegiatan penyaradan kayu dapat mening-katkan produktivitas sebesar 14,72%, menurunkan biaya produksi sebesar 17,53% dan meminimalkan ter-jadinya kerusakan lapisan tanah atas sebesar 26,89%. Model interaksi antara masyarakat dengan hutan kota di Kompleks Bumi Perkemahan Bongohulawa diteliti Daud Sandalayuk, dan Samsudin D. Keseluruhan interaksi antara masyarakat dengan hutan kota di

kom-pleks bumi perkemahan Bongohulawa Kecamatan Lim-boto Kabupaten Gorontalo yang meliputi pimpinan, kelompok minat,kepala keluarga, wanita, pemuda diper-oleh skor rata-rata skor capaian responden diperdiper-oleh sebesar 56,44% dengan kualitas yang cukup

Semoga hasil penelitian tersebut dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca untuk dikembangkan di kemudian hari. Selamat Membaca.

Banjarbaru, Juli 2013 Redaksi,

(5)
(6)

106

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2 Juli 2013 ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992

KAJIAN PEMASARAN HASIL HUTAN NON KAYU DARI HUTAN RAKYAT POLA

AGROFORESTRY DI DESA KERTAK EMPAT KABUPATEN BANJAR

Study Marketing Of Non-Timber Forest Products From People Forest Agroforestry

Pattern in Kertak Empat Village Banjar Of District

Adnan Ardhana dan Syaifuddin

Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

Jl. A.Yani km 28,7 Landasan Ulin Banjarbaru Kalimantan Selatan

ABSTRACT. This study aims to analyze the marketing channels, marketing margin and marketing

efficiency of non-timber forest products forest folk agroforestry patterns in the Kertak Empat village, District of Banjar, South Borneo Province. The research methods using case studies. Collecting data using the method of documentation, interviews and observations with descriptive data analysis. The results showed the marketing channels of non-timber forest products in the research area through two marketing channels for commodity wood and four marketing channels, marketing functions that have been implemented is a function of exchange, as well as the provision of physical facilities. Marketing margins and profit marketing margins are highest contained on the first and second gatherer mer-chants of rubber, durian and kencur. Marketing efficiency prevail to galangal commodity in distribution patterns II with efficiency rate 62,5%.

Keywords: non-timber forest products, agroforestry, marketing

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaran, margin pemasaran dan

efisiensi pemasaran hasil hutan non kayu hutan rakyat pola agroforestri di desa Kertak Empat, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan. Metode penelitian menggunakan studi kasus. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, wawancara dan pengamatan dengan analisa data deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan saluran pemasaran hasil hutan non kayu di lokasi penelitian melalui dua jalur pemasaran untuk komoditas kayu dan empat jalur pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran yang telah terlaksana adalah fungsi pertukaran ,fisik serta penyediaan fasilitas. Margin pemasaran dan margin keuntungan pemasaran tertinggi terdapat pada pedagang pengepul I dan II pada komoditas karet, kencur dan durian. Efisiensi pemasaran berlaku pada komoditas Lengkuas pada pola distribusi II dengan tingkat efisiensi 62,5%.

Kata kunci : Hasil hutan non kayu, agroforestri, pemasaran

Penulis untuk korespondensi, surel: adnan.ardhana@gmail.com

PENDAHULUAN

Hutan merupakan modal pembangunan nasional yang memiliki manfaat ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Dalam UU Nomor 41 tahun 1999 dijelaskan bahwa Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan yang mempunyai tiga fungsi, yaitu: a. fungsi konservasi, b. fungsi lindung, dan c. fungsi produksi.

Berbagai upaya terus dilakukan baik itu dari segi kebijakan ataupun rekomendasi teknis demi menjaga hutan tetap lestari. Salah satu sistem yang kini tengah dikembangkan adalah sistem Agroforestry. Agroforestry adalah sistem usaha tani yang memadukan tanaman kehutanan dengan petanian pada sebidang lahan yang sama. Sebagian ahli juga mendifinisikan agroforestry sebagai kombinasi tanaman kehutanan dengan per-tanian/perkebunan dan peternakan pada satu lansekap.

(7)

107 Adnan Ardhana & Syaifuddin: Kajian Pemasaran Hasil Hutan……….(1): 106-114

Meskipun sistem ini telah lama dipraktekkan, tetapi konsepnya tergolong baru dipopulerkan.

Praktek agroforestry saat ini banyak di kembangkan untuk hutan rakyat. Darusman dan Hardjanto, (2006) menjelaskan bahwa hutan hak lazim disebut hutan rakyat yang dimiliki oleh perorangan atau kelompok atau badan hukum, dengan konsekuensi logis adalah bahwa hutan rakyat diusahakan tidak pada tanah Negara. Pada materi dan penjelasan pasal 2, UU nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan dijelaskan bahwa unsur-unsur hutan rakyat memiliki ciri-ciri antara lain : a. hutan yang diusa-hakan sendiri, bersama orang lain atau badan hukum, b. berada diatas tanah milik atau hak lain berdasarkan aturan perundang-undangan c. dapat dimiliki berda-sarkan penetapan menteri (Zain dalam Tubur, 2011). Dalam keputusan Menteri Kehutanan No. 49/Kpts-II/ 1997 menyebutkan bahwa hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik atau hak lainnya, dengan luas minimum 0,25 ha serta penutupan tajuk tanaman kayu lebih dari 50% atau jumlah pohon minimum 500 batang/ha (Soendjoto, et al., 2008).

Hutan rakyat saat ini mempunyai peran cukup vital baik dalam menghidupi petani, menggerakkan ekonomi daerah, memasok bahan baku industri pengolahan kayu, menyerap tenaga kerja dan mengendalikan ling-kungan. Akan tetapi, peran tersebut masih belum opti-mal karena masih dikelola secara konvensional, belum menerapkan teknologi yang lebih maju dan kebijakan yang ada masih cukup banyak yang kontra produktif dan berubah-ubah.

Dilain pihak, masalah pasca panen terutama pada pemasaran hasil hutan menjadikan petani selalu menjadi pihak yang kurang beruntung. Salah satu penyebab yang cukup dominan adalah lemahnya petani

linked to market (ICRAF, 2011 dalam RPI Agroforestry)

dan karena lemahnya berbagai akses petani terhadap teknologi dan informasi pasar. Oleh karena itu pema-saran menjadi sangat penting ketika produsen atau petani telah mampu mengelola kebun dengan baik sampai menghasilkan produk dalam kuantitas yang cukup dan kualitas yang baik. Petani membutuhkan pasar yang mampu berfungsi dengan baik menghu-bungkan produsen dengan konsumen. Pemahaman yang baik terhadap hubungan/interaksi pasar yang terjadi

secara timbal balik akan memungkinkan untuk mem-perbaiki penghidupan petani kecil dengan mengarahkan produk mereka dapat memenuhi peluang pasar.

Isu mendasar dari kegiatan penelitian ini adalah bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani sehingga dapat lebih sejahtera. Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana saluran pemasaran hasil hutan non kayu hutan rakyat yang ada di desa Kertak Em-pat, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan

b. Bagaimanakah efisiensi pemasaran hasil hutan non kayu hutan rakyat di desa Kertak Empat, Ke-camatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Kaliman-tan SelaKaliman-tan?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui saluran pemasaran, pelaksanaan fungsi pemasaran hasil hutan non kayu, dan efisiensi pemasaran lembaga pemasaran hasil hutan non kayu hutan rakyat di desa Kertak Empat, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Sasaran penelitian adalah analisa keterlibatan lembaga pemasaran dalam pemasaran hasil hutan non kayu hutan rakyat di Kalimantan Selatan dan efisiensi pemasaran melalui analisis margin pemasaran, margin keuntungan dan share keuntungan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan Hutan rakyat di Desa kertak Empat, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan pada bulan Januari-Desember 2012. Pemilihan lokasi dilakukan dengan teknik disengaja dengan batasan kriteria merupakan lokasi hutan rakyat dengan pola agroforestry.

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan informan (narasumber). Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan criteria umum petani hutan rakyat, menerapkan sistem agroforestri dan anggota kelompok tani aktif. Berdasarkan kriteria tersebut ditentukan jumlah informan sebanyak 20 orang. Data tambahan di dapatkan dari

(8)

108

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2, Edisi Juli 2013

pedagang, pembakal, staff pabrik karet, Penyuluh Kehu-tanan dan Penyuluh KehuKehu-tanan Swadaya Masyarakat. Pengumpulan data primer yaitu data yang diambil langsung dari petani dan lembaga pemasaran dengan menggunakan daftar pertanyaan. Data petani meliputi data: jumlah produksi yang dihasilkan dan dipasarkan, tempat pemasaran, harga penjualan dan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan penelitian. Data dari pedagang adalah: biaya pemasaran, harga beli, harga jual dan masalah-masalah lain yang berkaitan. Data sekunder, yaitu data yang diambil dari literatur dan dokumen-dokumen lain baik dari instansi pemerintah atau lembaga terkait yang mempunyai korelasi erat dengan substansi penelitian ini.

Data yang diperoleh adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi. Secara sederhana margin pemasaran dapat dirumuskan (Arshad, 1980 dalam Yusuf dan J Nulik, 2008) sebagai berikut: M = Pr – Pf ...………..………. (1) M = K + BP …………...…….. (2)

………. (3)

Untuk mengetahui berapa besar share keuntungan terhadap keseluruhan margin pemasaran dapat dirumuskan dengan menggabungkan persamaan (1) dengan persamaan (3) hingga menjadi persamaan sebagai berikut :

atau

Untuk bagian (share) biaya lembaga pemasaran (Saefudin, 1982 dalam Yusuf dan J Nulik, 2008) sebagai berikut :

atau

dimana:

M = margin pemasaran

Pr = harga di tingkat konsumen (user) Pf = harga di tingkat produsen

K = keuntungan lembaga pemasaran

BP = biaya pemasaran

Ki = keuntungan lembaga pemasaran i (1, ..,m)

PJi = harga jual lembaga pemasaran i

PBi = harga beli lembaga pemasaran i dari jenis biaya pemasaran i ke n

Si = jenis biaya ke-i

SKi = bagian (share) keuntungan lembaga pemasaran i

Ki = keuntungan lembaga pemasaran I SBi = bagian (share) biaya pemasaran lembaga

pemasaran i

Bi = biaya pemasaran lembaga pemasaran I Semua data kualitatif dan kuantitatif kemudian dianalisa dengan analisis deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Desa Kertak Empat

Desa Kertak Empat secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan. Desa ini berjarak ± 80 km dari Banjarmasin yang merupakan ibukota propinsi Kalimantan Selatan. Komposisi penduduk mayoritas merupakan suku Jawa dan sedikit dari suku Banjar. Adapun batas wilayahnya adalah sebelah utara Desa Batu Tanam, Kec. Sambung Makmur, sebelah selatan desa Lobang Baru, kecamatan Pengaron, sebelah timur desa Pengaron, kecamatan Pengaron, sebelah barat desa Sungai Langsat, kecamatan Simpang Empat.

Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah petani dengan variasi pekerjaan adalah pedagang dan Pegawai Negeri Sipil. Total jumlah penduduk 577 orang, dengan jumlah penduduk laki-laki 275 orang dan jumlah penduduk perempuan 302 orang.

Pembangunan Hutan Rakyat Jati

Pembangunan Hutan Rakyat Jati adalah proyek Gerhan tahun 2003 yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar. Pada waktu itu,warga masyarakat di tawari untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dengan syarat bersedia mengembang-kan tanaman kehutanan dilahan mereka dicampur dengan tanaman karet. Sebagai kompensasinya, masyarakat mendapat bantuan bibit dan upah pena-namannya. Adapun komoditas yang saat itu disediakan adalah jenis Mahoni dan Jati. Berdasarkan kesepakatan warga, akhirnya dipilih jenis tanaman Jati sebagai ………(4)

(9)

109 Adnan Ardhana & Syaifuddin: Kajian Pemasaran Hasil Hutan……….(1): 106-114

komoditas yang dikembangkan sebagi tanaman pokok dengan tanaman campuran Karet. Sebagai tambahan penghasilan, masyarakat juga membudidayakan komoditas temu-temuan seperti : Jahe, Lengkuas, Kencur dan Kunyit. Saat ini tegakan Jati masih terpelihara dengan baik berdampingan dengan tanaman karet di lahan masyarakat.

Saluran Pemasaran Hasil Usaha Hutan Rakyat Komoditas Tanaman Dominan Hutan Rakyat di Desa Kertak Empat

Berdasarkan hasil wawancara, komoditas tanaman dominan yang diusahakan masyarakat di masing-masing lokasi penelitian dapat dilihat dalam tabel 1 berikut :

Table 1. Komoditas Dominan Tanaman Hutan Rakyat

Table 1. Dominant Commodity of Community Forest Plantation

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Saluran Pemasaran Hasil Hutan Non Kayu

Saluran pemasaran dalam penelitian ini difokuskan pada komoditas hasil usaha dari hutan rakyat Jati untuk Desa Kertak Empat yang berupa hasil non kayu. Hasil wawancara dengan informan diketahui terdapat terdapat 3 (tiga) jalur pemasaran yaitu :

a. Produsen (Petani), Pedagang Pengepul I, Konsumen

b. Produsen (Petani), Pedagang Pengepul II, Konsumen

c. Produsen (Petani), Pedagang Pengepul I,Pedagang Eceran, Konsumen

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam deskripsi pelaku ekonomi sebagai berikut:

Produsen (petani)

Produsen dalam penelitian ini adalah petani di Desa Kertak Empat yang merupakan penghasil buah-buahan, karet dan temu-temuan.

Pedagang Pengepul (I ,dan II )

Pedagang pengepul I adalah petani yang sekaligus sebagai agen lokal di desa. Pengepul I ini menerima hasil panen dari petani lainnya yang menjual hasil panen kepadanya, yang kemudian pengepul I menjualnya ke konsumen dan menjualnya kepada pedagang eceran di pasar. Pedagang pengepul II merupakan agen yang datang dari luar desa secara langsung membeli hasil panen kepada petani dan kepada pengepul I yang kemudian pengepul II menjualnya ke konsumen.

Pedagang Eceran

Pedagang eceran adalah dagang pasar yang menjual komoditas hasil hutan kepada konsumen akhir yaitu masyarakat umum.

Konsumen (end user)

Konsumen akhir dalam penelitian ini adalah pemakai/pengguna hasil produksi hutan rakyat yang terdiri dari masyarakat umum, pabrik pengolahan karet, perusahaan mitra dan peternak. Konsumen membeli buah-buahan maupun sayuran dari pengepul I dan II, baik eceran ataupun dalam jumlah yang banyak. Sedangkan untuk komoditas rumput gajah dibeli petani yang juga peternak langsung dari petani penghasil.

Pola Distribusi Hasil Usaha Hutan Rakyat Pola Distribusi Hasil Usaha Hutan Rakyat Non Kayu

Masyarakat desa pada umumnya dalam menjual produk dari usaha hutan rakyat yang berupa produk pertanian dan buah-buahan tidak menawarkan atau mempromosikan produk mereka ke para pedagang. Akan tetapi mereka hanya menunggu para pembeli yang datang ke tempat mereka sehingga mereka tidak dikenakan biaya pemasaran. Oleh karena itu, penjualannya mereka tergantung pada pembeli yang datang, sedangkan untuk hasil karet dan temu-temuan mereka mengantar ke pengepul di desa. Kelembagaan pemasaran produk hutan rakyat non kayu yang dominan di lokasi penelitian terdiri dari 3 pola distribusi pasar dimana lembaga pemasarannya terdiri dari produsen (petani), pedagang pengepul (1, dan 2), pedagang eceran, dan konsumen (pemakai).

No Jenis Tanaman

Desa Kertak Empat 1 Tanaman Kayu Jati

2 Tanaman Buah -buahan Durian 3 Tanaman Perkebunan Karet

(10)

110

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2, Edisi Juli 2013

Pola Distribusi 1

Pada pola ini, petani (produsen) menjual hasil produksinya kepada pengepul I (petani sekaligus agen lokal). Kemudian pengepul I tersebut memasarkannya kepada konsumen yaitu pabrik karet. Pola tersebut dapat dilihat dalam gambar 1 berikut :

Gambar 1.Pola Distribusi 1

Figure 1. Distribution Pattern 1 Pola Distribusi 2

Pada pola ini, petani (produsen) menjual hasil produksinya kepada pengepul II (pedagang dari luar desa). Kemudian pengepul II tersebut memasarkannya kepada konsumen akhir yaitu masyarakat umum. Pola distribusi ini terjadi pada komoditas durian. Pola tersebut dapat dilihat dalam gambar 2 berikut :

Gambar 2. Pola Distribusi 2

Figure 2. Distribution Pattern 2 Pola Distribusi 3

Pada pola ini, petani (produsen) menjual hasil produksinya kepada pengepul I . Kemudian pengepul I tersebut membawa ke pasar. Di pasar ini, Pengepul I ini kemudian menjualnya kepada pedagang eceran sebelum akhirnya sampai kepada konsumen akhir yaitu masyarakat umum. Pola distribusi ini terjadi pada komo-ditas temu-temuan. Pola tersebut dapat dilihat dalam gambar 3 berikut :

Gambar 3. Pola Distribusi 3

Figure 3. Distribution Pattern 3

Keterlibatan Lembaga Pemasaran Dalam Pemasaran Hasil Usaha Hutan Rakyat

Lembaga pemasaran dalam distribusi hasil usaha hutan rakyat merupakan badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi hutan rakyat dari produsen kepada konsumen

akhir serta memiliki hubungan dengan badan usaha atau idnividu yang lainnya. Keberadaan lembaga pemasaran dikarenakan oleh dorongan atau keinginan konsumen untuk mendapatkan komoditi yang sesuai dengan waktu,tempat dan bentuk yang diinginkan. Keterlibatan lembaga pemasaran hasil hutan adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran untuk memenuhi kebutuhan/ keinginan konsumen. Timbal balik dari konsumen ada-lah memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa margin pemasaran.

Bentuk-bentuk keterlibatan lembaga pemasaran hasil hutan rakyat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu: 1. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai hasil hutan rakyat, tetapi menguasai akses pasar. Kelompok ini terdiri dari para peda-gang pengepul II dan Pedapeda-gang Eceran.

2. Lembaga pemasaran yang memiliki dan mengu-asai hasil hutan untuk diperjual belikan. Yang ter-masuk dalam kelompok ini adalah anggota kelompok tani di Desa Kertak Empat.

3. Lembaga pemasaran yang memiliki dan mengu-sasi hasil hutan yang diperjual belikan, serta menguasai akses pasar. Kelompok ini terdiri dari para pedagang pengepul I.

Walaupun sederhana, lembaga pemasaran hasil hutan yang terlibat dalam distribusi sampai kekon-sumen, keberadaan lembaga pemasaran hasil hutan menjalankan fungsi-fungsi pemasaran, yaitu mewu-judkan peningkatan nila “guna” komoditas hasil hutan rakyat. Fungsi pemasaran yang dijalankan adalah 1) fungsi pertukaran (exchange function); 2) fungsi fisik (physical function) dan 3) fungsi penyediaan fasilitas (facilitating function).

Fungsi pertukaran (exchange function) dalam pemasaran hasil hutan meliputi kegiatan yang menyang-kut pengalihan hak kepemilikan. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi, yaitu fungsi penjualan dan fungsi pembelian hasil hutan rakyat.

Dalam melaksanakan fungsi penjualan, seperti yang dilakukan oleh petani kepada pedagang pengepul hasil hutan selalu memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu serta harga yang diinginkan konsumen atau lembaga pemasaran yang ada pada rantai pemasaran berikutnya. Fungsi pembelian dalam pengalihan hak kepemilikan ini diperlukan untuk memiliki komoditi

Petani Pengepul I Konsumen Akhir

Petani Pengepul II Konsumen Akhir

Petani Pengepul I

(11)

111 Adnan Ardhana & Syaifuddin: Kajian Pemasaran Hasil Hutan……….(1): 106-114

pertanian yang akan dikonsumsi atau digunakan untuk proses produksi berikutnya.

Fungsi fisik (physical function) meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diperlukan oleh komoditi hutan rakyat, sehingga komoditi ini akan memperoleh tambahan guna tempat dan guna waktu. Fungsi fisik yang dijalankan dalam pemasaran hasil hutan adalah fungsi pengangkutan, yaitu memindahkan hasil hutan dari produsen menuju konsumen. Kegiatan dalam fungsi pengangkutan meliputi perencanaan, pemilihan alat-alat transportasi dalam pemasaran hasil hutan, menghitung resiko kerusakan, dan keadaan jalan.

Fungsi penyediaan fasilitas (facilitating function) pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fisik. Fungsi ini merupakan usaha per-baikan sistem pemasaran guna meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Fungsi penyediaan fasilitas ini meliputi standarisasi, peng-gunaan resiko, informasi harga dan penyediaan dana. Standarisasi merupakan salah satu fungsi penyediaan fasilitas untuk menetapkan tingkatan (grade) kriteria kualitas komoditas hasil hutan, terutama dalam hal ini komoditas karet. Penetapan ini didasarkan pada karakteristik atau atribut hasil hutan, sehingga kepuasan konsumen dan efisiensi pemasaran dapat ditingkatkan.

Margin Pemasaran, Share Keuntungan dan Efisiensi Pemasaran

Analisa margin pemasaran dapat digunakan untuk mengetahui distribusi margin pemasaran yang terdiri dari biaya dan keuntungan dari setiap aktivitas lembaga pemasaran yang berperan aktif. Analisis margin pemasaran ini dapat dijadikan indikator efisiensi pemasaran. Tujuan analisis margin pemasaran bertu-juan untuk elihat efisiensi pemasaran yang diindika-sikan oleh besarnya keuntungan yang diterima oleh masing-masing pelaku pemasaran. Semakin tinggi proporsi harga yang diterima produsen, semakin efisien sistem pemasaran tersebut. Besarnya keuntungan yang diterima oleh masing-masing pelaku pemasaran relatif terhadap harga yang dibayar konsumen dan atau relatif terhadap biaya pemasaran terkait dengan peran yang diakukan oleh masing masing pelaku.

Menurut Rasyaf (1995) dalam Prasetyo, 2010, biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan

dalam pergerakan barang dari tangan produsen sampai konsumen akhir atau setiap biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Besar kecilnya biaya pemasaran berbeda untuk masing-masing lembaga pemasaran yang bersangkutan. Biaya masing-masing di tiap lembaga pemasaran untuk hasil hutan non kayu dapat di identifikasi sebagai berikut :

Pedagang Pengepul I

Komponen biaya di tingkat pedagang pengepul adalah upah bongkar muat, transportasi (BBM) dan retribusi pasar. Selain itu pedagang pengepul I ini juga melakukan pemrosesan selanjutnya terhadap komo-ditas hasil hutan rakyat. Untuk komokomo-ditas temu-temuan masih dilakukan proses pencucian, serta penyortiran terhadap komoditas tersebut. Semua proses tersebut, anggota keluarga pedagang sehingga tidak menim-bulkan biaya pemasaran. Khusus untuk komoditas karet masih ada biaya bongkar muat dan transportasi.

Pedagang Pengepul II

Komponen biaya di tingkat pedagang pengepul adalah upah bongkar muat, dan transportasi (BBM), serta biaya perawatan kendaraan.

Pedagang Eceran

Komponen biaya di tingkat pedagang eceran adalah transportasi dan retibrusi pasar. Sedangkan untuk komoditas kayu belum dapat diidentifikasi biaya pema-sarannya dikarenakan belum ada aktifitas pemanenan. Identifikasi biaya pemasaran di tiap lembaga pemasaran berdasarkan komoditas hasil hutan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2. Secara umum harga masing-masing komoditas hasil hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Berdasarkan tabel 3 dan 4 dapat diperoleh perhitungan margin pema-saran tiap komoditas hasil hutan rakyat dalam tabel 5.

Tabel 2. Biaya Pemasaran Komoditas Hasil Hutan Rakyat

Table 2. Marketing Cost Of Community Forest Prod-ucts Commodity

Desa Komoditas Jenis Biaya Pedagang I Pedagang II Pedagang Eceran Ket

Kertak Empat

Karet Biaya Bongkar Muat 120.000,- /ton Transport 250.000,- /ton Durian Transport 100.000,- /trip Perawatan kendaraan 135.000,- /3 bln Kencur, Jahe, Lengkuas, Kunyit Retribusi pasarTransport 100.000,- 1000,- 5.5001000 /trip/hari

(12)

112

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2, Edisi Juli 2013

Tabel 3. Harga Beli Rata-rata Komoditas Hasil Hutan Rakyat dari Petani

Table 3. Average Purchase Price of Community For-est Products Commodity from Farmers

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Tabel 4. Harga Jual Rata-rata Komoditas Hasil Hutan Rakyat

Tabel 4. The Average Selling Price of Community For-est Products Commodity

Tabel 5. Margin Pemasaran dan Share Keuntungan Komoditas Hasil Hutan Rakyat

Table 5. Marketing Margin and Profits Share of Com-munity Forest Products Commodity

Dari Tabel tersebut margin pemasaran dan margin keuntungan pemasaran tertinggi terdapat pada pedagang pengepul I dan Pengepul II pada komoditas karet, kencur dan durian dari masing-masig komoditas yang ada.

Hasil wawancara dengan pedagang pengepul karet. Pengepul tidak setiap hari menyetorkan karet ke pabrik sehingga terjadi penyusutan pada berat bersih karet. Penyusutan ini berkisar antara 2%-20% dari waktu pembelian karet sampai pengiriman karet ke pabrik. Menurut pengalaman pengepul, rata-rata penyusutan

karet waktu penimbangan di pabrik berkisar antara 5%-15% sehingga pada penelitian ini diambil rata-rata penyusutan pada saat penimbangan dipabrik adalah 10%. Selain itu, harga pembelian pabrik menggunakan sistem harga berlaku di pasaran atau istilah pabrik harga jalan sedangkan harga ditingkat petani adalah tetap. Pada saat penelitian dilakukan, harga jalan di pabrik adalah Rp. 25.000 untuk daerah asal pengiriman dari lokasi penelitian.

Masalah pemasaran komoditi hutan rakyat pada dasarnya adalah bagaimana menyalurkan produk-produk hutan rakyat dari produsen kepada konsumen dengan harga yang wajar dan biaya pemasaran mini-mal. Menurut Downey dan Erickson (1992) dalam Santosa, et al (2005) bahwa pemasaran hasil pertanian dikatakan efisien apabila harga jual ditingkat petani lebih dari 40% dari harga di tingkat konsumen atau dengan kata lain pemasaran dikatakan efisien jika bagian harga yang dinikmati produsen melebihi batas 40% dari harga di tingkat konsumen. Perhitungan efisiensi pemasaran komoditas hasil hutan rakyat pada tiap-tiap pola distribusi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Efisiensi Pemasaran Komoditas Hasil Hutan Rakyat

Table 6. Marketing efficiency of Community Forest Products Commodity

Dari tabel tersebut, produsen pada pola distribusi pemasaran komoditas rumput gajah merupakan satu-satunya lembaga pemasaran yang mendapatkan seluruh margin dan keuntungan yang tersedia dari semua saluran yang ada. Mengacu pernyataan Downey dan Erickson diatas, pemasaran yang efisien adalah komoditas Lengkuas pada pola distribusi IV dengan efisiensi pemasaran sebesar 62,5%.

Merancang Sistem Kelembagaan Pemasaran Terpadu Untuk Peningkatan Pendapatan Petani

Hasil wawancara dengan informan dapat di temukan bahwa salah satu kendala dalam pemasaran produk

Desa Komoditas Harga

Rata-rata Keterangan Kertak Empat Karet 8500 /kg Durian 15000 /kg Kencur 7000 /kg Jahe 5500 /kg Lengkuas 5000 /kg Kunyit 2500 /kg

Desa Komoditas Harga Rata-Rata Keterangan Kertak Empat Karet 22500 /kg Durian 25000 /kg Kencur 28000 /kg Jahe 15000 /kg Lengkuas 6500 /kg Kunyit 8000 /kg Desa Lembaga Pemasaran Komoditas Harga Beli Harga Jual Margin Biaya Pemasaran Keuntungan % Margin Keuntungan Ket Kertak Empat Pedagang I Kencur 7500 25000 17500 500 17000 68.0 /kg Jahe 5500 13000 7500 500 7000 53.8 /kg Lengkuas 5000 7000 2000 500 1500 21.4 /kg Kunyit 2500 7000 4500 500 4000 57.1 /kg Karet 8500 22500 14000 370 13630 60.6 /kg Pedagang Eceran Kencur 25000 28000 3000 250 2750 9.8 /kg Jahe 13000 15000 2000 250 1750 11.7 /kg Lengkuas 7000 8000 1000 250 750 9.4 /kg Kunyit 7000 8000 1000 250 750 9.4 /kg Pedagang II Durian 15000 25000 10000 1600 8400 56.0 /kg

Desa Pola Komoditas Harga di tingkat Petani Harga di tingkat Konsumen % Kertak Empat II Karet 8500 22500 37,8 III Durian 5000 15000 33,3 IV Kencur 7500 28000 26,8 Jahe 5500 15000 36,7 Lengkuas 5000 8000 62,5 Kunyit 2500 8000 31,3

(13)

113 Adnan Ardhana & Syaifuddin: Kajian Pemasaran Hasil Hutan……….(1): 106-114

hutan rakyat adalah ketidakpastian harga komoditas, minimnya informasi harga berlaku pada saat panen dilakukan. Akibatnya petani tidak mempunyai posisi tawar yang kuat dari pembeli. Untuk mengatasi perma-salahan tersebut, salah satu solusinya adalah dengan membentuk koperasi yang anggotanya dari para petani itu sendiri. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Ko-perasi (Undang-Undang RI No. 17 tahun 2012). Dengan adanya koperasi, para petani bisa bersatu untuk menen-tukan standar harga sehingga harga produk bisa stabil. Petani menyalurkan hasil komoditasnya hanya ke kope-rasi dan dijual dengan harga standar yang sudah diten-tukan. Pembeli juga harus membeli hasil komoditas melalui koperasi, sehingga tidak ada lagi kesenjangan harga antara petani dan pembeli. Pada dasarnya sistem ini tidak memonopoli petani oleh koperasinya sendiri. Jika ada petani yang menjual hasil komoditasnya tidak melalui koperasi, hal ini tidak bisa dilarang. Akan tetapi perlu adanya pendekatan terhadap petani itu agar tidak saling menghancurkan karena tujuan dari dibentuknya koperasi adalah untuk mensejahterakan petani. Dengan adanya koperasi, petani juga dapat dengan mudah melakukan pengadaan alat-alat pertanian, bibit, pupuk, pestisida, obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan yang dikelola secara bersama-sama.

Kerjasama antar desa juga sangat penting dilaku-kan, para perangkat desa dan para tokoh masyarakat harus memberikan dorongan kepada para petani dan kolompok tani di wilayahnya untuk bisa bersama-sama bekerja sama dengan kelompok tani desa lain sehingga dalam penentuan harga bisa standar dan kuat dalam tawar-menawar dengan pembeli/pasar. Pembentukan koperasi bisa dalam setiap desa berdiri sendiri namun juga sangat baik jika beberapa desa satu koperasi atau setidaknya ada kerjasama yang erat antara koperasi suatu desa dengan desa yang lain.

KESIMPULAN

Saluran pemasaran hasil hutan non kayu terdiri dari 3 jalur distribusi yaitu: pertama, petani menjual hasil

hutan rakyat ke pengepul di desa. Kedua, petani men-jual hasil hutan rakyat ke pengepul di desa, dan ketiga petani menjual hasil hutan rakyat ke pedagang dari luar desa.

Lembaga pemasaran hasil hutan rakyat terhitung sederhana, walaupun demikian telah terjadi fungis-fungsi pemasaran didalamnya. Fungsi pemasaran yang dija-lankan adalah 1) fungsi pertukaran (exchange function); 2) fungsi fisik (physical function) dan 3) fungsi penye-diaan fasilitas (facilitating function)

Margin pemasaran dan margin keuntungan pemasaran tertinggi terdapat pada pedagang pengepul I dan Pengepul II dari setiap komoditas hasil hutan rakyat pada komoditas kacang karet, kencur dan durian. Efisiensi lembaga pemasaran terjadi pada komoditas Lengkuas pada pola distribusi II dengan tingkat efisiensi sebesar 62,5%.

DAFTAR PUSTAKA

Awang, S.A., 2005. Jurnal Hutan Rakyat (volume II nomor 2 tahun 2005). Pusat kajian Hutan Rakyat Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta

Darusman dan Hardjanto, 2006, Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Prosiding Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 Kontribusi Hutan Rakyat Dalam Kesinam-bungan Industri Kehutanan. Puslitbang Hasil Hutan Dephut. Bogor

Martodireso, S dan Widada A,S. 2002. Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama, Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Prasetyo, Sigit, 2010, Identifikasi Potensi Dan Pema-saran Produk Dari Hutan Rakyat Bambu (Studi Kasus: Desa Pertumbukan Kec. Wampu Kab. Langkat),diunduh dari http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/7664/1/10E00082.pdf pada tanggal 23 Desember 2011

Rahmawati,2004. Tinjauan Aspek Pembangunan Hutan Rakyat. Diunduh dari library.usu.ac.id/download/

fp/hutan-rahmawaty9 pada tanggal 22 Nopember 2011

Santosa, et al ,2005. Analisis Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras di Kabupaten Kendal. Prosiding Semi-nar Nasional Teknologi dan Peternakan Veteriner

(14)

114

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2, Edisi Juli 2013

2005 diunduh dari peternakan.litbang. deptan.

go.id/.../pro05-108.pdf pada tanggal 15 Agustus 2012

Soendjoto, MA., Suyanto, Hafiziannoor, Purnama, A., Rafiqi, A., Sjukran, S., 2008. Keaneka Ragaman Tanaman Hutan Rakyat di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatam. Biodiversitas. Vol.9.No.2. hal. 142-147.

Tubur, Herman, Sistem Agroforestri di Kawasan Hutan Hak, 2011 di unduh darihttp://

hermanwafom.files.wordpress.com/2010/01/ agroforestri.docx pada tanggal 11 Nopember 2011 Tim RPI Agrofoerstri. 2012. Rencana Penelitian Integratif

Agroforestri 2012-2014. BPTA Ciamis

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian

Yusuf dan J. Nulik, Kelembagaan Pemasaran Ternak Sapi Potong di Timor Barat, Nusa Tenggara Timur, Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 11, No.2, Juli 2008 : 132-144

Gambar

Table 1. Komoditas Dominan Tanaman Hutan Rakyat Table 1. Dominant Commodity of Community Forest

Referensi

Dokumen terkait

Bila diterjemahkan secara bebas, arti dari legal service adalah pelayanan hukum, sehingga dalam pengertian legal service, bantuan hukum yang dimaksud sebagai gejala

Dari hasil penelitian tampak bahwa rerata skor hasil belajar siswa yang diajar dengan metode pembelajaran pemecahan masalah adalah 8,10, lebih tinggi dari siswa yang

(1) Seksi Jalan dan Jembatan Lingkungan dipimpin oleh Seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang mempunyai tugas pokok menyusun

aktivitas siswa kembali meningkat menjadi 25 dengan persentase 89.28% kategori amat baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode teknik the power of

J: Batasan akses ke tempat kerja sudah diterapkan, apabila terdapat orang asing (selain karyawan) maka petugas resepsionis dan karyawan akan menanyakan keperluan orang

[r]

Selain itu Arduino Mega juga berfungsi untuk menerima perintah dari Smartphone Android melalui media sms dengan modem Wavecom GSM agar memerintahkan modul GPS

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun.. 2005 Nomor 137, Tambahan kmbaran Negara