• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUPUK KCl TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN TANAMAN KEDELAI DI TANAH VERTISOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PUPUK KCl TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN TANAMAN KEDELAI DI TANAH VERTISOL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PUPUK KCl TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH

DAN TANAMAN KEDELAI DI TANAH VERTISOL

Henny Kuntyastuti1), Andy Wijanarko2), Runik Dyah Purwaningrahayu3),

dan Salam Agus Rianto4)

1,2,3,4) Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101

ABSTRAK

Pemupukan K pada tanaman kedelai di tanah Vertisol tidak selalu dapat meningkatkan hasil biji, walaupun tanah kahat unsur K. Penelitian dengan tujuan mengevaluasi pengaruh pupuk KCl dan residunya terhadap sifat kimia tanah dan tanaman kedelai di tanah Vertisol telah dilaksanakan pada tahun 2007 sampai 2008. Pada tahun 2007, penelitian menggunakan rancangan acak kelompok diulang 15 kali dengan tanaman indikator padi varietas IR64. Perlakuan yang dievaluasi adalah takaran pupuk KCl, yaitu 0, 500, 1500, dan 2000 kg/ha. Penelitian dilakukan pada petak beton berukuran panjang 0,8 m, lebar 0,5 m dan tinggi 0,5 m sebanyak 60 petak beton. Pada tahun 2008 dilaksanakan penelitian lanjutan menggunakan rancangan acak kelompok dua faktor diulang tiga kali dengan tanaman indikator kedelai varietas Sinabung. Empat lingkungan akibat residu pupuk K yang terbentuk karena perbedaan takaran pupuk K pada tanaman padi digunakan sebagai faktor I. Pada petak beton tersebut ditambahkan lagi pupuk KCl sebanyak lima takaran, yaitu 0, 50, 100, 200, dan 400 kg/ha KCl sebagai faktor II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tanah Vertisol kaya K (K-dd> 0,7 me/100 g) ternyata pemupukan KCl pada padi mempengaruhi kadar C-organik, Na-dd, P2O5,

SO4, K-dd, P-total dan K-total tanah dengan membentuk pola linier dan kuadratik. Pemupukan

KCl takaran tinggi menekan P2O5. Kadar maksimum atau minimum unsur hara dalam tanah

tercapai pada kisaran 450–1352 kg KCl/ha. Kadar K-dd maksimum tercapai pada takaran 450 kg KCl/ha, dan kadar K-total minimum tercapai pada takaran 1300 kg KCl/ha, dan tanaman kedelai tidak memerlukan pupuk KCl. Residu pupuk KCl pada padi dan pemupukan KCl pada kedelai tidak meningkatkan hasil biji kedelai. Kadar K-dd 1,06 me/100 g saat panen padi tercapai dengan pemupukan 450 kg KCl/ha. Pada tanah Vertisol kaya K (K-dd> 1,0 me/100 g dan K-total > 12 mg/100 g), pemupukan 500–2000 kg KCl/ha pada padi berpengaruh negatif terhadap K-dd dan K-total tanah. Keragaman K-dd dan K-total tanah menyebabkan keragaman hasil biji kedelai. Hasil biji = 59,813–13,709 K-dd+1,6105 K-total–0,030972 (K-total)2.

Peningkatan serapan K meningkatkan hasil biji kedelai, hasil biji = 53,712 + 40,64 g serapan K/tanaman.

Kata kunci: pupuk KCl, sifat kimia tanah, Glycine max L.Merr, Vertisol

ABSTRACT

Effect KCl fertilizer on chemical soil properties and soybean plant growth in vertisol. Fertilization of K on soybean in Vertisol soil was not always able to improve grain yield, although soil deficiencies K. The objective of this study was evaluated the effect of KCl and the residue on the soil chemical properties and soybean crops in Vertisol soil has been carried out in 2007 to 2008. In 2007, research using randomized complete block design which was repeated 15 times with an indicator plant rice variety IR64. The treatments were evaluated dose KCl, i.e. 0, 500, 1500 and 2000 kg/ha. The study was conducted in pots made of concrete measuring 0.8 m long, 0.5 m wide and 0.5 m high by 60 concrete pots. In 2008 further research conducted using two factor randomized complete block design was repeated three

(2)

times using indicator plants of soybean variety Sinabung. Four environmental was consequence of K fertilizer residues that form because of differences in the dose of K fertilizer in rice was used as a factor I. In the concrete plot KCl added another five doses, i.e. 0, 50, 100, 200 and 400 kg/ha of KCl as factor II. The results showed, that the rich Vertisol element of K (exchangeable K> 0.7 me/100 g) was obtained: (1) KCl fertilization on rice affects the levels of organic-C, exchangeable Na, P2O5, SO4, exchangeable K, P-total and K-total by forming linear and

quadratic pattern. High dose of KCl fertilization reduces P2O5. Maximum or minimum levels of

nutrients in the soil was reached in the range of 450–1352 kg KCl/ha. Exchangeable K maximum levels reached at the dose of 450 kg KCl/ha, and the total content of K-minimum was reached at the dose of 1300 kg KCl/ha, (2) soybean do not require fertilizer KCl. Residues KCl fertilization on rice and soybean does not increase the seed yield of soybean, (3) the levels of exchangeable K 1.06 me/100 g during the rice harvest was achieved by fertilizing 450 kg KCl/ha, (4) the Vertisol soil rich in elements K (exchangeable K>1.0 me/100 g and K-total >12 mg/100 g ), KCl fertilization 500–2000 kg/ha in rice negatively affect exchangeable K and K-total in soil, (5) Diversity of exchangeable K and K-K-total of soil lead variability of soybean seed yield. Seed yield = 59.813 to 13.709 exchangeable K + 1.6105 K-total − 0.030972 (K-total)2, and (6) an increased uptake of K increase soybean seed yield, seed yield = 53.712 + 40.64 g K uptake/plant.

Keywords: KCl fertilizer, chemical soil properties, Glycine max, Vertisol

PENDAHULUAN

Pada sentra produksi kedelai lahan sawah Vertisol dan Entisol, hara K berkisar antara 0,20–2,06 me/100 g (kahat sampai sangat kaya). Namun pemupukan K tidak selalu me-ningkatkan hasil kedelai, walaupun di lahan kahat unsur K (Suwono dkk. 1987, Kuntyas-tuti dan Adisarwanto 1996, Adisarwanto dkk. 1998, Suryantini dan Kuntyastuti 1998, Harnowo 1999, Kuntyastuti dan Sunaryo 2000, Kuntyastuti 2001, 2002, Kuntyastuti dan Susanto 2001, Taufiq dan Kuntyastuti 2002, Kuntyastuti dan Suryantini 2003). Selain tanah, faktor lain yang juga menentukan respons tanaman terhadap pemupukan K adalah efisiensi penggunaan K oleh tanaman. Efisiensi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kemampuan tanaman menyerap unsur K, pengangkutan, penyebaran, dan penggunaan unsur K (Jiang et al. 2008). Tanaman yang efisien menggunakan unsur K mempunyai kemampuan menyerap, mengangkut, menyebar/membagi, dan meman-faatkan unsur K lebih tinggi dibanding tanaman lainnya.

Pada tanah Vertisol, korelasi antara serapan K dengan kadar K-potensial lebih tinggi dibandingkan dengan kadar K-dd. Model regresi ganda dengan kadar K-potensial sebagai peubah bebas menjelaskan 81% total variasi serapan K. Walaupun kadar K-tersedia rendah, tanah Vertisol dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur K, apabila kadar K-potensial dalam tanah tinggi (Lopez-Pineiro dan Navvaro 1997). Saat pertumbuhan terbatas, serapan K merefleksikan ketersediaannya, tetapi proporsi K berkurang dengan peningkatan proporsi (Ca+Mg), khususnya Mg. Lebih tingginya afinitas Mg dibanding Ca untuk menggantikan K mungkin disebabkan oleh lebih tingginya mobilitas Mg dan K dalam jaringan floem (Mortvedt dan Khasawneh 1986).

Pertanaman kedelai pada tanah Vertisol sering menampakkan gejala klorosis daun (daun kuning dan tanaman kerdil), dan gejala tersebut muncul karena kahat unsur K (Suwono dkk. 1987), kadar K<0,3 me/100 g dan produktivitas kedelai hanya 0,5 t/ha (Suyamto dkk. 1994). Hasil penelitian menunjukkan, tanah Vertisol hampir selalu kahat K,

(3)

kadar K-dd antara 0,2–0,3 me/100 g (Kuntyastuti dan Adisarwanto 1996, Adisarwanto

dkk. 1998, Kuntyastuti dan Sunaryo 2000, Kuntyastuti 2001 dan 2002, Taufiq dan Kuntyastuti 2002). Pada kondisi tersebut penambahan 50–400 kg KCl/ha dapat mening-katkan hasil biji kedelai 0,16–0,81 t/ha, tetapi pemupukan K tidak selalu meningmening-katkan hasil. Tidak responsnya kedelai terhadap pemupukan KCl pada tanah Vertisol mungkin disebabkan oleh kondisi tanah lembab/kelebihan air. Peningkatan kelembaban tanah me-ningkatkan serapan K dan jarak difusi K (Mackay dan Barber 1985).

Penggunaan mulsa jerami padi dan pemberian pupuk kandang 6 t/ha dapat memper-tahankan kelembaban tanah sekaligus meningkatkan kadar K-tersedia dan hasil kedelai di tanah Vertisol (Sudadi dkk. 2007). Pada tanah pasir pantai Samas Bantul DIY, pemu-pukan NPK 300 kg/ha nyata meningkatkan N-total dan N-tersedia, K-total dan K-tersedia serta menurunkan nisbah C/N (Syukur dan Harsono 2008).

Pada tanah Entisol agak masam, miskin bahan organik, unsur N 0,11 %, K 0,23 me/100 g, serta 42 ppm P2O5, 11,61 me Ca/100 g, dan 5,34 me Mg/100 g, pemupukan 200–600 kg KCl/ha tidak meningkatkan hasil kedelai varietas Sinabung. Pemupukan KCl meningkatkan pencucian unsur K dan S, yang mencapai maksimal pada takaran 351 kg KCl/ha sebesar 235 ppm K/bulan dan 265 kg KCl/ha sebesar 564 ppm SO4/bulan. Namun, pemupukan 100 kg KCl/ha pada tanah dengan residu 200 kg KCl/ha meningkatkan hasil kedelai 39% dibanding tanpa pupuk KCl (Kuntyastuti dkk. 2013).

Jalali (2007) menjelaskan bahwa kadar K-tdd (tidak dapat dipertukarkan) dalam tanah dan kemampuannya menyediakan K untuk tanaman sangat bervariasi. Laju pelepasan unsur K dari bentuk K-tdd nyata dipengaruhi oleh kadar K dalam larutan tanah. K-tdd tanah adalah sumber penting K untuk tanaman. Pelepasan K dari bentuk K-tdd mungkin menghasilkan K-tersedia untuk tanaman lebih banyak, sehingga tanaman tidak respons terhadap pemupukan K. Walaupun tanah kaya K-tdd, penerapan sistem pertanian irigasi yang intensif meningkatkan penyerapan K yang dilepas dari bentuk K-tdd. Variasi antara laju pelepasan K, jumlah K dapat diekstrak dan penambahan unsur K penting diper-timbangkan dalam membuat rekomendasi pemupukan spesifik lokasi. Jadi kemampuan tanah melepas K adalah faktor penting yang mempengaruhi ketersediaan K, dan dapat digunakan dalam perencanaan pengelolaan K spesifik lokasi. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas telah dilakukan penelitian dengan tujuan mengevaluasi pengaruh pupuk KCl terhadap sifat kimia tanah dan tanaman kedelai di tanah Vertisol.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dimulai pada tahun 2007 menggunakan tanah Vertisol dari lahan petani di Desa Ngujung, Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk, pada kedalaman 0–20 cm, kemudian dimasukkan ke dalam petak beton berukuran panjang 0,8 m, lebar 0,5 m dan tinggi 0,5 m sebanyak 60 petak beton. Pada musim tanam pertama (MT-1) 2007, pene-litian menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor diulang 15 kali dengan tanaman indikator padi varietas IR64. Perlakuan yang digunakan adalah empat takaran pupuk KCl, yaitu 0, 500, 1500, dan 2000 kg/ha. Jumlah ulangan sebanyak 15 tersebut dimaksudkan untuk menyediakan empat kondisi lingkungan yang dianggap homogen (berbeda kan-dungan unsur K akibat residu pupuk KCl pada padi) pada kondisi tekstur tanah sama yang akan dipupuk lagi dengan berbagai takaran pada MT-2 2008. Penggunaan pupuk K dengan takaran sampai 2000 kg/ha dimaksudkan untuk membuat kondisi tanah miskin

(4)

sampai sangat kaya unsur K, tetapi kadar bahan organik dan kelas tekstur tanah tidak berbeda.

Tanah diolah sempurna. Bibit padi umur 21 hari ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, dua bibit/rumpun. Tanaman padi dipupuk 200 kg Urea + 100 kg ZA + 100 kg Ponska/ha pada umur 21 HST dengan cara disebar. Tanaman padi dipelihara pada kondisi air macak-macak. Selama 10 hari sebelum padi dipanen, tanah dikeringkan. Pe-meliharaan tanaman dilakukan intensif (tanaman bebas dari gulma maupun hama/ penyakit). Analisis tanah pendahuluan yaitu sifat fisik tanah meliputi tekstur, kapasitas me-nahan air, porositas, penetrasi, berat isi/jenis dan nilai COLE dan sifat kimia tanah lengkap meliputi KTK, pH, C-organik, kadar unsur N, P, K, Na, Ca, Mg dan S pada kedalaman 0– 15 cm dilakukan terhadap contoh tanah komposit sebagai media tanam pada awal penelitian. Pada saat panen juga dilakukan analisis sifat kimia tanah, yaitu pH, C-organik, kadar unsur N, P, K, Na, Ca, Mg dan S pada kedalaman 0–15 cm dan 30–40 cm (dasar petak beton). Analisis serapan unsur hara (N, P, K, Ca, Mg dan S) padi dilakukan pada fase primordia (umur 45 HST) dengan mencabut satu rumpun/petak. Contoh tanaman dicuci, dikeringkan dan dimasukkan ke dalam kantung kertas berlubang. Tanaman padi dipanen pada umur 110 HST. Pada saat panen dilakukan pengamatan tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah malai/rumpun, bobot 1000 gabah, bobot gabah isi dan hampa per rumpun dari tiga rumpun contoh serta berat gabah kering bersih.

Pada tahun 2008 dilaksanakan penelitian lanjutan pengaruh pupuk KCl dan residunya terhadap tanah dan tanaman kedelai menggunakan rancangan acak kelompok dua faktor diulang tiga kali. Empat lingkungan akibat residu pupuk KCl yang terbentuk karena perbe-daan takaran pupuk KCl pada tanaman padi (masing-masing takaran sebanyak 15 petak beton) digunakan sebagai faktor I. Pada petak beton tersebut ditambahkan lagi pupuk KCl sebanyak lima takaran, yaitu 0, 50, 100, 200 dan 400 kg/ha KCl yang digunakan sebagai faktor II. Penelitian menggunakan tanaman indikator kedelai varietas Sinabung.

Benih kedelai dicampur insektisida Marshall, ditanam tanpa pupuk dasar, jarak tanam 40 cm x 10 cm, dua tanaman/rumpun. Setelah panen padi, tanah tidak diolah. Pupuk KCl sesuai perlakuan dilarik 10 cm dari baris tanaman pada saat tanam dan berbunga (masing-masing 50%). Pertanaman diusahakan bebas dari gulma maupun serangan hama/penyakit dan tidak kekurangan air. Analisis unsur hara dilakukan sebelum tanam kedelai pada kedalaman 0–15 cm dan 30–40 cm (dasar petak). Analisis serapan hara oleh kedelai dilakukan pada umur 45 HST dengan mencabut satu rumpun/petak. Tanaman dipanen pada saat 95% polong sudah berwarna coklat dan daun rontok. Tanaman dipo-tong sedekat mungkin dengan permukaan tanah menggunakan sabit, sedangkan tanaman contoh untuk pengamatan komponen hasil dicabut (lima tanaman). Pengamatan dila-kukan terhadap (a) sifat kimia tanah (pH, kadar C-organik, N, P, K, Na, Ca, Mg dan S) pada kedalaman 0–15 cm dan di dasar petak sebelum tanam, (b) serapan hara tanaman kedelai dan bobot kering brangkasan kedelai umur 45 HST dan (c) tinggi tanaman, jumlah polong isi, bobot 100 butir biji, bobot biji kering per tanaman dan per pot.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanah Vertisol Nganjuk sebagai media tanam bereaksi netral, kaya unsur P, Ca dan Mg, tetapi miskin bahan organik serta unsur K dan S (Tabel 1). Tingginya kadar unsur P, Ca dan Mg akan semakin menghambat ketersediaan dan serapan unsur K, yang keter-sediaannya dalam tanah sudah termasuk kategori kahat. Kondisi tanah yang miskin bahan

(5)

organik juga mengurangi kemampuan tanah menjerap unsur K, sehingga dapat mening-katkan laju pencucian unsur K dari larutan tanah. Tanah Vertisol Nganjuk bertekstur liat dengan kapasitas tanah menahan air sebesar 17,6% pada lapisan atas (Tabel 2).

Tabel 1. Sifat kimia tanah Vertisol Nganjuk pada awal penelitian, 2007.

Sifat kimia Kedalaman 0–20 cm Kedalaman 20–40 cm

pH H2O 6,8 7,5 pH KCl 6,4 6,7 C-organik (%) 1,29 1,01 P2O5 Bray I (ppm) 79,8 41,8 SO4 (ppm) 37,8 88,1 K-dd (me/100 g) 0,19 0,32 Na-dd (me/100 g) 1,00 1,01 Ca-dd (me/100 g) 42,7 46,0 Mg-dd (me/100 g) 6,60 6,63 P-total (mg/100 g) 49,5 40,8 K-total (mg/100 g) 8,71 18,6 Al-dd (me/100 g) 0,00 0,00 H-dd (me/100 g) 0,00 0,00 KTK (me/100 g) 50,3 53,0

Tabel 2. Sifat fisik tanah Vertisol Nganjuk pada awal penelitian, 2007.

Sifat fisik tanah Kedalaman 0–20 cm Kedalaman 40–50 cm

Kjh (cm/jam) 0,20 0,17 Berat isi (g/cm3) 1,06 1,05 Berat jenis (g/cm3) 2,20 2,20 Porositas (%) 63,94 65,98 Nilai COLE 0,036 0,032 Penetrasi (N/cm2) 244,1 214,6 Indek DMR (mm) 2,41 2,23 Kadar air pF 0 (%) 64,0 66,0 Kadar air pF 2 (%) 55,1 58,3 Kadar air pF 2,5 (%) 50,1 51,3 Kadar air pF 4,2 (%) 32,5 32,0

Kapasitas menahan air (%) 17,6 19,3

Fraksi pasir (%) 11 10

Fraksi debu (%) 32 39

Fraksi liat (%) 57 50

Klas tekstur Liat Liat

Salah satu pola tanam yang banyak diterapkan petani di lahan sawah adalah padi– kedelai–kedelai. Petani selalu memupuk tanaman padi, tetapi tidak semua petani memupuk tanaman kedelai, karena petani mengharap residu pupuk dari tanaman padi dapat dimanfaatkan untuk tanaman kedelai.

(6)

Pemupukan KCl 500–2000 kg/ha tidak mempengaruhi pertumbuhan, hasil gabah dan komponen hasil padi varietas IR64 pada tanah Vertisol Nganjuk pada MH 2007/2008. Pertumbuhan padi juga cukup baik, tinggi tanaman rata-rata 72 cm dengan 15 anakan produktif/rumpun dan 14 malai produktif/rumpun serta bobot 1000 butir gabah 26,7 g (Tabel 3). Hasil gabah kering bersih mencapai 305 g/pot (rendemen 86,6%) dan 23 g/rumpun (rendemen 78,9%) (Tabel 4).

Tabel 3. Pengaruh pupuk KCl terhadap tinggi tanaman dan komponen hasil padi var IR64 di tanah Vertisol Nganjuk, 2007.

Takaran KCl

(kg/ha) Tinggi tanaman (cm) produktif/rmp Jml anakan Jumlah malai/rumpun Produktif Hampa butir gabah (g) Bobot 1000

0 72,9 a 14,5 a 14,2 a 0,4a 26,8 a 500 73,7 a 15,1 a 14,5 a 0,5 a 27,3 a 1500 71,0 a 15,2 a 14,3 a 0,8 a 26,9 a 2000 68,2 a 14,9 a 13,5 a 1,2 a 25,9 a Rerata 71,5 14,9 14,2 0,7 26,7 KK (%) 11,80 11,85 11,00 20,56 5,63

Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda berdasarkan DMRT 5%.

Tabel 4. Pengaruh pupuk KCl terhadap hasil padi var IR64 di tanah Vertisol Nganjuk, 2007. Takaran

KCl (kg/ha)

Bobot gabah kering (g/rmp)

Rende-men (%) Hasil gabah kering (g/pot) men (%)

Rende-Kotor Bersih Kotor Bersih

0 30,09 a 24,16 a 80,3 362,72 a 322,76 a 89,0 500 30,66 a 24,42 a 79,6 346,43 a 312,40 a 90,2 1500 27,09 a 21,28 a 78,6 353,39 a 296,90 a 84,0 2000 28,57 a 21,93 a 76,8 345,03 a 287,14 a 83,2 Rerata 29,10 22,95 78,9 351,89 304,79 86,6 KK (%) 16,63 11,49 18,74 11,31

Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda berdasarkan DMRT 5%.

Pemupukan KCl pada padi mempengaruhi sifat kimia tanah setelah panen padi. Pada lapisan atas, pemupukan KCl menurunkan kadar P2O5 dan mempengaruhi kadar SO4 dengan membentuk pola kuadratik sejalan dengan peningkatan takaran pupuk KCl. Sebaliknya, pemupukan KCl menurunkan kadar K-total tanah (Tabel 5). Pada lapisan bawah, pemupukan KCl meningkatkan kadar SO4, K-dd, Na-dd, P-total dan K-total tanah. Pengaruh tersebut juga nampak pada nilai koefisien korelasi antara sifat kimia tanah dengan takaran pupuk KCl (Tabel 6). Pemupukan KCl pada padi tidak mempengaruhi kadar Ca-dd dan P-total tanah setelah panen padi. Pada sifat kimia tanah lainnya, seperti kadar C-organik, P2O5, SO4, K-dd, Na-dd, dan K-total, nilai koefisien korelasi berkisar antara –0,452 sampai 0,949.

(7)

Tabel 5. Pengaruh pupuk KCl pada padi terhadap sifat kimia tanah setelah panen padi di tanah Vertisol, 2008.

KCl

(kg/ha) HpH 2O

N

C-org P2O5 SO4 K Na Ca Mg P-tot K-tot

% ppm me/100 g mg/100 g Kedalaman 0–15 cm 0 6,9 0,07 1,06 54,8 12,5 1,05 1,59 6,43 2,04 47,2 43,6 500 7,1 0,08 1,54 42,9 29,5 1,07 1,68 6,04 2,04 43,0 41,7 1500 7,3 0,06 0,83 28,9 11,4 1,01 1,65 6,48 2,05 44,0 41,7 2000 7,5 0,08 0,98 37,6 10,3 0,97 1,75 6,24 2,05 47,5 41,7 Rerata 7,2 0,07 1,10 41,1 15,9 1,03 1,67 6,30 2,05 45,4 42,2 Kedalaman 30–40 cm 0 7,5 0,07 0,94 32,7 9,2 0,42 1,29 6,38 2,05 46,9 19,7 500 7,7 0,07 1,50 35,7 9,2 0,77 1,40 6,49 2,05 67,4 35,1 1500 7,4 0,07 0,70 35,2 18,1 0,64 1,46 6,19 2,04 63,7 29,6 2000 7,1 0,07 0,97 36,6 33,8 0,76 1,56 6,17 2,05 48,8 30,7 Rerata 7,4 0,07 1,03 35,1 17,6 0,65 1,43 6,31 2,05 56,7 28,8

Analisis contoh tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Balitkabi, Malang.

Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dilakukan analisis regresi, dan hasilnya disajikan pada Tabel 7. Pengaruh pupuk KCl terhadap kadar C-organik dan Na-dd tanah membentuk pola linier negatif atau positif. Pengaruh tersebut membentuk pola kuadratik terhadap kadar P2O5, SO4, K-dd, P-total dan K-total tanah. Kadar minimum atau maksi-mum unsur tersebut tercapai pada pemupukan 450–1352 kg KCl/ha. Pada saat bersa-maan, pemupukan KCl meningkatkan kadar K-dd yang mencapai maksimum pada takaran 450 kg KCl/ha sekaligus menurunkan K-total yang terus menurun dan mencapai minimum pada takaran 1300 kg KCl/ha. Kadar minimum P2O5 tercapai pada 1352 kg KCl/ha, sebaliknya kadar minimum P-total tanah tercapai pada 969 kg KCl/ha. Nampak bahwa pemupukan KCl takaran tinggi menekan P2O5, K-dd dan K-total, tetapi mening-katkan Na-dd dibandingkan dengan perlakuan kontrol.

Pada penelitian ini, tidak terdapat korelasi antara Ca-dd dengan K-dd, Mg-dd, P2O5 dan P-total atau antara P-total dengan Na-dd, Ca-dd dan Mg-dd (Tabel 8). Berlainan dengan teori yang selama ini difahami, ketersediaan unsur Ca dipengaruhi oleh unsur P dan K. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh kisaran data yang dianalisis terlalu sempit.

Tabel 6. Korelasi antara takaran pupuk KCl dengan sifat kimia tanah lapisan atas setelah panen padi di tanah Vertisol, 2008.

Unsur hara r dan P Unsur hara r dan P Unsur hara r dan P

C-organik r = – 0,518 P = 0,019 K-dd r = – 0,906 P = 0,000 P-total r = 0,129 P = 0,588 P2O5 r = – 0,816 P = 0,000 Na-dd r = 0,796 P = 0,000 K-total r = – 0,730 P = 0,000 SO4 r = – 0,452 P = 0,046 Ca-dd r = 0,055 P = 0,819

(8)

Tabel 7. Model regresi pengaruh pupuk KCl terhadap sifat kimia tanah setelah panen padi di tanah Vertisol, 2008.

Unsur Model regresi P dan R2

C-organik C-organik = 1,2765 – 0,174 KCl P = 0,019

R2 = 26,8%

P2O5 P2O5 = 55,88 – 37,147 KCl + 13,733 (KCl)2

Kadar minimum: 30,75 ppm P2O5 pada 1352,47 kg KCl/ha

P = 0,000 R2 = 96,7%

SO4 SO4 = 15,9 + 19,633 KCl – 12,067 (KCl)2

Kadar maksimum: 23,89 ppm SO4 pada 813,5 kg KCl/ha

P = 0,002 R2 = 53,4%

K-dd K-dd = 1,054 + 0,036 KCl – 0,04 (KCl2

Kadar maksimum: 1,0621 me K/100 g pada 450 kg KCl/ha

P = 0,000 R2 = 97,3% Na-dd Na-dd= 1,6095 + 0,058 KCl P = 0,000 R2 = 63,4%

Ca-dd Model regresi tidak nyata

P-total P-total = 47,03 – 9,9467 KCl + 5,13333 (KCl)2

Kadar minimum: 42,51 mg P-total /100 g pada 968,84 kg KCl/ha

P = 0,000 R2 = 98,1%

K-total K-total = 43,41 – 3,2933 KCl + 1,2667 (KCl)2

Kadar minimum: 41,27 mg K-total /100 g pada 1299,95 kg KCl/ha

P = 0,000 R2 = 86,7% Nilai R2 = nilai koefisien determinasi.

Tabel 8. Korelasi antar sifat kimia tanah setelah panen padi di tanah Vertisol, 2008.

Unsur r/P C-org P2O5 SO4 K-dd Na-dd Ca-dd Mg-dd P-total

P2O5 r P 0,397 0,083 SO4 r P 0,956 0,000 0,177 0,455 K-dd r P 0,721 0,000 0,554 0,011 0,746 0,000 Na-dd r P 0,056 0,815 –0,52 0,020 0,028 0,908 –0,64 0,002 Ca-dd r P –0,87 0,000 –0,10 0,664 –0,81 0,000 –0,29 0,208 –0,54 0,015 Mg-dd r P –0,74 0,000 –0,83 0,000 –0,64 0,002 –0,91 0,000 0,564 0,010 0,360 0,119 P-total r P –0,48 0,032 0,409 0,073 –0,72 0,000 –0,52 0,018 0,063 0,793 0,353 0,127 0,166 0,485 K-total r P –0,09 0,699 0,846 0,000 –0,25 0,286 0,376 0,102 –0,78 0,000 0,441 0,052 –0,58 0,008 0,523 0,018

(9)

Tabel 9. Pengaruh pupuk KCl pada padi dan kedelai terhadap pertumbuhan kedelai varietas Sinabung di tanah Vertisol, 2008.

Takaran KCl (kg/ha)

Bobot kering (g/tnm)

Tinggi tnm (cm) cabang/tnm Jumlah

Akar Tajuk Pemupukan padi 0 0,43 a 4,39 a 65,4 a 2,7 a 500 0,37 a 3,91 a 62,1 a 2,5 a 1500 0,48 a 4,43 a 62,7 a 2,4 a 2000 0,39 a 3,83 a 64,7 a 2,5 a Pemupukan kedelai 0 0,40 a 4,18 a 64,2 a 2,4 a 50 0,39 a 3,80 a 63,7 a 2,7 a 100 0,45 a 4,42 a 63,7 a 2,3 a 200 0,39 a 3,90 a 64,1 a 2,6 a 400 0,46 a 4,40 a 63,6 a 2,5 a Rerata 0,42 4,14 63,7 2,5 Interaksi TN TN TN TN KK (%) 16,30 15,23 6,48 14,85

Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda berdasarkan DMRT 5%.

Tabel 10. Pengaruh pupuk KCl pada padi dan kedelai terhadap hasil biji dan komponen hasil kedelai var Sinabung di tanah Vertisol, 2008.

Takaran KCl

(kg/ha) Jumlah polong isi/tnm Bobot 100 biji (g) Bobot biji /tnm (g) Hasil biji (g/pot)

Pemupukan padi 0 16,3 a 7,13 a 2,49 a 58,56 a 500 16,5 a 7,11a 2,45 a 60,39 a 1500 16,2 a 6,72 b 2,53 a 58,86 a 2000 17,1 a 6,62 b 2,58 a 57,31 a Pemupukan kedelai 0 16,9 a 7,01 a 2,57 a 59,69 a 50 16,7 a 7,04 a 2,68 a 61,01 a 100 15,6 a 6,83 a 2,37 a 58,04 a 200 17,6 a 6,75 a 2,68 a 58,72 a 400 15,6 a 6,86 a 2,27 a 56,43 a Rerata 16,5 6,89 2,52 58,78 Interaksi TN TN TN TN KK (%) 18,64 6,63 16,96 14,22

Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda berdasarkan DMRT 5%.

Pemupukan KCl pada padi dan kedelai tidak memperbaiki pertumbuhan kedelai. Tinggi tanaman mencapai 64 cm dengan 2,5 cabang/tanaman (Tabel 9). Pemupukan KCl tersebut ternyata juga tidak meningkatkan hasil biji dan komponen hasil kedelai (Tabel 10). Rata-rata hasil biji 59 g/pot dengan 17 polong isi/tanaman. Biji yang terbentuk termasuk berukuran kecil, yaitu 6,9 g/100 biji.

(10)

Tabel 11. Pengaruh pupuk KCl pada padi dan kedelai terhadap serapan unsur hara makro kedelai var Sinabung di tanah Vertisol, 2008.

KCl kg/ha

Serapan unsur hara makro kedelai fase berbunga penuh (g/tanaman)

N P K Na Ca Mg S Pemupukan padi 0 0,1169 0,0099 0,1686 0,1125 0,0520 0,0152 0,0132 500 0,1100 0,0088 0,1555 0,1007 0,0408 0,0141 0,0119 1500 0,1296 0,0112 0,1803 0,1209 0,0708 0,0166 0,0143 2000 0,1155 0,0088 0,1498 0,1011 0,0466 0,0139 0,0113 Pemupukan kedelai 0 0,1045 0,0097 0,1676 0,1101 0,0478 0,0151 0,0118 50 0,1104 0,0090 0,1233 0,1031 0,0422 0,0138 0,0111 100 0,1297 0,0109 0,1816 0,1241 0,0517 0,0163 0,0154 200 0,1116 0,0094 0,1604 0,1038 0,0497 0,0144 0,0125 400 0,1284 0,0107 0,2097 0,1215 0,0686 0,0164 0,0153 Rerata 0,1169 0,0099 0,1686 0,1125 0,0520 0,0152 0,0132

Serapan unsur hara N, P, K, Na, Ca, Mg dan S pada perlakuan residu 1500 kg KCl/ha pada padi lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Pada pemupukan langsung, serapan unsur hara N, P, Na dan S dengan pemupukan 100 kg KCl/ha lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Serapan unsur hara K, Ca dan Mg paling tinggi pada pemupukan 400 kg KCl/ha (Tabel 11). Akan tetapi, apabila dilakukan analisis korelasi antara takaran pupuk KCl dengan serapan unsur hara makro, ternyata pemupukan KCl pada padi tidak berko-relasi dengan serapan unsur hara kedelai. Pada pemupukan langsung, hanya serapan unsur K yang berkorelasi dengan takaran pupuk KCl pada kedelai. Pemupukan KCl pada kedelai meningkatkan serapan unsur K.

Hasil analisis data lebih lanjut menunjukkan bahwa hasil biji kedelai tidak berkorelasi

dengan serapan hara makro. Nilai koefisien korelasi tergolong rendah, hanya ≤0,41.

Sebaliknya korelasi antar serapan unsur hara makro bervariasi. Serapan unsur hara P, Mg dan S berkorelasi dengan semua unsur hara lainnya yang dianalisis, dengan nilai koefisien

korelasi r = 0,463−0,946. Serapan unsur N tidak berkorelasi dengan serapan unsur K dan

Ca (Tabel 12). Apabila analisis data diikuti oleh analisis korelasi antara sifat kimia tanah setelah panen padi dengan serapan unsur hara makro kedelai, maka hanya kadar Na-dd dan Ca-dd tanah yang berkorelasi dengan serapan unsur hara makro. Peningkatan kadar Na-dd dalam tanah menekan serapan unsur hara P, Na, Mg dan S (r = 0,46−0,50),

sedangkan peningkatan kadar Ca-dd tanah meningkatkan serapan unsur hara P, Na dan

(11)

Tabel 12. Korelasi antara pupuk KCl pada padi dan kedelai dengan hasil biji dan serapan unsur hara makro kedelai di tanah Vertisol, 2008.

Peubah P r padi KCl KCl ked Hasil biji Srp-N Srp-P Srp-K Srp-Na Srp-Ca Srp-Mg

Hasil r P –0,16 0,515 –0,31 0,178 Srp-N r P 0,213 0,366 0,336 0,147 –0,41 0,075 Srp-P r P –0,17 0,484 0,181 0,446 –0,21 0,374 0,507 0,023 Srp-K r P –0,19 0,422 0,448 0,048 –0,40 0,077 0,198 0,404 0,614 0,004 Srp-Na r P –0,25 0,297 0,171 0,470 –0,20 0,391 0,461 0,041 0,875 0,000 0,705 0,001 Srp-Ca r P 0,176 0,457 0,377 0,101 –0,30 0,197 0,355 0,124 0,557 0,011 0,759 0,000 0,652 0,002 Srp-Mg r P –0,15 0,518 0,253 0,281 –0,25 0,296 0,578 0,008 0,946 0,000 0,693 0,001 0,926 0,000 0,696 0,001 Srp-S r P –0,29 0,218 0,347 0,134 –0,31 0,182 0,463 0,040 0,678 0,001 0,750 0,000 0,879 0,000 0,678 0,001 0,774 0,000 Serapan K (g/tnm) = 0,15391 + 0,3448 (KCl-ked)2, (R2 = 22,4%, P = 0,035) Nilai r = nilai koefisien korelasi.

Tabel 13. Korelasi antara serapan unsur hara makro kedelai fase R2 dengan sifat kimia tanah setelah panen padi di tanah Vertisol, 2008.

Serapan unsur (g/tnm)

r P

Sifat kimia tanah setelah panen padi MT-I

C-org P2O5 SO4 K-dd Na-dd Ca-dd Mgdd P-tot K-tot

% ppm me/100 g mg/100 g Srp-N r P –0,31 0,191 –0,31 0,178 –0,22 0,361 –0,18 0,439 –0,02 0,932 0,275 0,241 0,298 0,201 –0,08 0,732 –0,13 0,593 Srp-P r P –0,38 0,097 0,014 0,953 –0,32 0,172 0,061 0,797 –0,49 0,027 0,566 0,009 0,031 0,898 0,037 0,876 0,060 0,802 Srp-K r P –0,16 0,503 0,106 0,658 –0,14 0,558 0,114 0,632 –0,34 0,140 0,302 0,195 –0,08 0,737 0,034 0,887 0,098 0,682 Srp-Na r P –0,30 0,198 0,154 0,517 –0,28 0,231 0,107 0,653 –0,50 0,026 0,496 0,026 –0,07 0,758 0,119 0,618 0,076 0,751 Srp-Ca r P –0,41 0,072 –0,33 0,158 –0,30 0,203 –0,17 0,482 –0,15 0,523 0,430 0,059 0,316 0,175 –0,09 0,708 –0,11 0,655 Srp-Mg r P –0,33 0,151 –0,02 0,947 –0,26 0,267 0,078 0,742 –0,46 0,044 0,508 0,022 0,027 0,909 –0,02 0,936 0,087 0,715 Srp-S r P –0,22 0,350 0,181 0,446 –0,20 0,395 0,169 0,476 –0,50 0,026 0,429 0,059 –0,13 0,577 0,071 0,766 0,139 0,559 Nilai r = nilai koefisien korelasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa pada tanah Vertisol kaya unsur K (K-dd >0,7 me/100 g), pemupukan KCl dan residunya mempengaruhi sifat kimia tanah, tetapi tidak meningkatkan hasil padi dan kedelai. Beberapa peneliti menjelaskan masih perlunya penambahan pupuk untuk mempertahankan kesuburan tanah dalam menunjang produksi tanaman atau pertanian berkelanjutan. Menurut Sharma et al. (2005), indikator yang me-nyumbang indeks kualitas tanah adalah N, K, S tersedia, karbon biomas mikrobia, dan konduktivitas hidraulik. Pengolahan tanah konvensional + residu legume + pemupukan N 90 kg/ha tidak hanya menyebabkan indeks kualitas tanah tertinggi, tetapi juga sebagai

(12)

alternatif pemupukan untuk pertanian berkelanjutan pada lahan kering tanah Alfisol. Untuk mengelola hasil dan kualitas tanah Alfisol diperlukan pengolahan tanah dengan penambahan residu organik dan pemupukan N.

Ghosh et al. (2004) menyatakan bahwa peningkatan takaran pupuk NPK anorganik dari tanpa menjadi 100% takaran rekomendasi nyata memperbaiki produksi bahan kering di tanah Vertisol. Sebaliknya, Duan-sheng et al. (2008) memerlukan waktu 23 tahun agar mendapatkan data akurat, bahwa kandungan bahan organik, unsur N, P, dan K tanah meningkat setelah 23 tahun pengembalian sisa tanaman dan pemupukan 375 kg (NH4)2SO4 + 750 kg super phosphate + 125 kg KCl/ha. Peningkatan kadar bahan orga-nik, unsur N, P, dan K lebih rendah apabila tanah hanya diberi sisa tanaman atau pupuk NPK anorganik. Pembenanam jerami padi 1250 kg/ha juga meningkatkan kadar bahan organik tanah. Jadi pemberian pupuk anorganik NPK dan sisa tanaman sangat penting untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pengembalian sisa tanaman berperan penting untuk mempertahankan kualitas tanah. Lebih lanjut Mandal et al. (2009) menjelaskan bahwa efisiensi penggunaan energi tak terbarukan lebih tinggi dengan pemberian pupuk NPK + pupuk organik dibanding hanya pupuk anorganik NPK atau pupuk organik. Oleh karena itu kombinasi pupuk anorganik NPK dengan pupuk organik dapat menjadi pilihan penge-lolaan unsur hara yang bijaksana dalam memproduksi kedelai.

KESIMPULAN

1. Pada tanah Vertisol kaya K (K-dd >0,7 me/100 g) pemupukan KCl 500–2000 kg/ha tidak mempengaruhi pertumbuhan, hasil gabah dan komponen hasil padi varietas IR64.

2. Pemupukan KCl pada padi mempengaruhi kadar C-organik, Na-dd, P2O5, SO4, K-dd, P-total dan K-total tanah dengan membentuk pola linier dan kuadratik. Pemupukan KCl takaran tinggi menekan P2O5. Kadar maksimum atau minimum unsur hara dalam tanah tercapai pada kisaran 450–1352 kg KCl/ha. Kadar K-dd maksimum pada takaran 450 kg KCl/ha, dan kadar K-total minimum pada takaran 1300 kg KCl/ha. 3. Tanaman kedelai yang ditanam setelah padi tidak memerlukan pupuk KCl.

Pemu-pukan KCl pada padi dan kedelai tidak meningkatkan hasil biji kedelai.

4. Kadar K-dd 1,06 me/100 g pada saat panen padi tercapai dengan pemupukan 450 kg KCl/ha

5. Keragaman K-dd dan K-total tanah menyebabkan keragaman hasil biji kedelai. Hasil biji = 59,813 – 13,709 K-dd + 1,6105 K-total – 0,030972 (K-total)2.

6. Peningkatan serapan unsur K meningkatkan hasil biji kedelai. Hasil biji = 53,712 + 40,64 serapan K/tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Syukur dan Harsono, E.S. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan NPK terha-dap beberapa sifat kimia dan fisika tanah pasir pantai Samas Bantul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 8(2):138–145.

Adisarwanto, T., H. Kuntyastuti, dan Suhartina. 1998. Efisiensi pemupukan menggunakan uji tanah dan tanaman kedelai di beberapa jenis tanah lahan sawah. Hlm. 1–19. Buku 4. Bidang Ekofisiologi Tanaman. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Input, Sumberdaya dan Produktivitas Kedelai. Laporan Teknis Balitkabi 1997/1998.

(13)

Matter, N, P and K Content of Soils in Red Soil Areas Under Long-Term Experiment. Agric. Scie. in China. 7(7):853–859.

Ghosh, P.K. Ajay, K.K. Bandyopadhyay, M.C. Manna, K.G. Mandal, A.K. Misra, and K.M. Hati. 2004. Comparative eectiveness of cattle manure, poultry manure, phosphocompost and fertilizer-NPK on three cropping systems in vertisols of semi-arid tropics. II. Dry matter yield, nodulation, chlorophyll content and enzyme activity. Bioresource Tech. 95: 85–93. Harnowo, D. 1999. Peningkatan efisiensi pupuk P dan K pada kedelai setelah padi sawah di

tanah Entisol dan Vertisol. Hlm. 68–74. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Input Pupuk, Pengelolaan Lahan dan Produktivitas Kedelai. Laporan Teknis Balitkabi 1998/1999. Jalali, M. 2007. Spatial variability in potassium release among calcareous soils of western Iran.

Geoderma. 140: 42–51.

Jiang, CC, Chen F, Gao X, Lu J, Wan K, Nian F, and Wang Y. 2008. Study on the nutrition characteristics of different K use efficiency cotton genotypes to K deficiency stress. Agric. Sci. in China. 7(6):740–745

Kuntyastuti, H., dan T. Adisarwanto. 1996. Pemupukan kalium pada kedelai di tanah Vertisol dan Regosol. Penelitian Pertanian 15(1):10–15.

Kuntyastuti, H., dan L. Sunaryo. 2000. Efisiensi pemupukan dan pengairan pada kedelai di tanah Vertisol kahat K. Hlm. 205–216. Dalam A.A. Rahmianna dkk. (Peny.). Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Hayati pada Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Puslitbangtan.

Kuntyastuti, H. 2001. Pengaruh saat pengairan dan pemupukan KCl, kotoran ayam serta sesbania terhadap kedelai di lahan sawah Vertisol Ngawi. Hlm. 105–112. Dalam N.K. Wardhani dkk. (Peny.). Pros. Seminar Nasional Teknologi Pertanian Pendukung Agri-bisnis Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Wilayah di Yogyakarta tanggal 14 Novem-ber 2001. Puslitbangsosek. Bappeda Prop. DIY dan UPN Veteran Yogyakarta.

Kuntyastuti, H., dan G.W.A. Susanto. 2001. Pemupukan kalium dan sulfur pada kedelai di lahan sawah dan lahan kering. Tropika 9(1):32–44.

Kuntyastuti, H. 2002. Penggunaan pupuk KS anorganik dan kotoran ayam pada kedelai di lahan sawah Entisol dan Vertisol. Hlm. 111–117. Dalam Rob. Mudjisihono dkk. (Peny.). Pros. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Agribisnis di Yogyakarta tanggal 2 November 2002. Puslitbangsosek. Univ. Muhammadiyah Yogyakarta.

Kuntyastuti, H., dan Suryantini. 2003. Diagnosis dan dinamika sifat fisik dan kimia tanah pada kedelai di lahan sawah. Hlm. B-118–139. Dalam T. Adisarwanto dkk. (Peny.). Hasil Pene-litian Komponen Teknologi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Tahun 2003. Laporan Akhir Tahun. Buku I. Balitkabi.

Kuntyastuti, H, Sutrisno, RD Purwaningrahayu, dan SA Rianto. 2013. Pengaruh pemupukan K terhadap tanah dan tanaman kedelai di tanah Entisol. Makalah Balitkabi disampaikan pada Seminar Nasional Pemanfaatan Lahan Marginal Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Mendukung Ketahanan Pangan, kerjasama HITI KOMDA DIY-JATENG dan Program Diploma Tiga Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman, 8 Juni 2013. 11 hlm.

Lopez-Pineiro, A. and A. Gorcia Navarro. 1997. Potassium release kinetics and availability in infertilized Vertisols of Southwestern Spain. Soil Sci. 162(12):912–918.

Mackay, A.D. and S.A. Barber. 1985. Soil moisture effect on potassium uptake by corn. Agron. J. 77:524–527.

Mandal, K.G., K.M. Hati, and A.K. Misra. 2009. Biomass yield and energy analysis of soybean production in relation to fertilizer-NPK and organic manure. Biomass and Bioenergy. 33:1670–1679.

Mortvedt, J.J., and F.E. Khasawneh. 1986. Effect of growth responses on cationic.

(14)

Long-term soil management effects on crop yields and soil quality in a dryland Alfisol. Soil and Tillage Res. 83: 246–259.

Sudadi, Yuni Nurul Hidayati, dan Sumani. 2007. Ketersediaan K dan hasil kedelai (Glycine max L. Merril) pada tanah Vertisol yang diberi mulsa dan pupuk kandang. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 7(1):8–12.

Suryantini, dan H. Kuntyastuti. 1998. Penggunaan Rhizoplus dan Urea pada kedelai dalam pola tanam padi–padi–kedelai dan padi–kedelai–kedelai. Hlm. 80–86. Dalam Sudaryono

dkk. (Peny.). Prosiding Seminar Nasional dan Pertemuan Tahunan Komisariat Daerah HITI Tahun 1998. Buku II. HITI Komda Jatim.

Suyamto, H., T. Adisarwanto, Sudaryono, dan Suwono. 1994. Peranan pupuk kalium terha-dap peningkatan hasil tanaman pangan di tanah Vertisol Kabupaten Ngawi. Hlm. 20–37.

Dalam A. Taufiq dkk. (Peny.). Perakitan Teknologi Budidaya Tanaman Pangan untuk Tanah Vertisol. Kasus Kabupaten Ngawi. Edisi Khusus Balittan Malang. No. 2–1994. Balittan Malang.

Suwono, Marwoto dan A.G. Manshuri. 1987. Pengaruh unsur hara makro dan mikro terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai di lokasi gejala kuning di Ponorogo. Penelitian Palawija 2(2):61–67.

Taufiq, A., dan H. Kuntyastuti. 2002. Pengelolaan drainase dan pupuk kalium untuk kedelai serta efek residunya pada lahan sawah Vertisol. Hlm. 71–86. Dalam M. Yusuf dkk.

(Peny.). Teknologi Inovatif Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Ketahanan Pangan. Puslitbangtan.

DISKUSI

Pertanyaan Neneng (Balit Tanah):

KCl SP 1500 kg? Apakah di Vertisol? K sangat labil; Untuk apa korelasi? Jawaban:

1. Vertisol: pupuk K sangat susah untuk nyata 2. Bagaimana K sampai yang tidak dapat digunakan

3. Untuk mengetahui dinamika K, sehingga penggunaan pupuk K sampai takaran tidak rasional

4. Keterbatasan media tanah: untuk jenis tanah yang sama 5. Bagaimana perilaku unsur tertentu

6. BNT, Duncan: dosis/takaran (kuantitasnya)→minimal ada satu perlakuan nyata 7. Bisa dilanjutkan ke analisis regresi.

Gambar

Tabel 1.  Sifat kimia tanah Vertisol Nganjuk pada awal penelitian, 2007.
Tabel 4.  Pengaruh pupuk KCl terhadap hasil padi var IR64 di tanah Vertisol Nganjuk, 2007
Tabel 5.  Pengaruh pupuk KCl pada padi terhadap sifat kimia tanah setelah panen padi di tanah  Vertisol, 2008
Tabel 8.  Korelasi antar sifat kimia tanah setelah panen padi di tanah Vertisol, 2008
+4

Referensi

Dokumen terkait

Masukan atau input dari sistem informasi barang yang masuk yang nantinya akan menghasilkan berupa laporan data barang masuk yang ada di gudang, langkah

Salah satu metode yang bisa digunakan adalah Profile Matching, yaitu sistem pendukung keputusan yang dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria calon lokasi

mencapai budaya perubahan, maka akan lebih baik mengaitkan evaluasi kinerja dengan imbalan kerja (rewards) dalam pelaksanaan pengembangan SDM (Adie E. Tujuan pengembangan

Nilai rata-rata (mean) diambil berdasarkan data perhitungan nilai (skor) perbandingan data terhadap produk dendeng jantung pisang dari empat segi penilaian

Berdasarkan hasil analisis instrumen penilaian autentik yang dibuat guru kelas VII untuk pembelajaran IPA materi energi dalam sistem kehidupan di SMP Babussalam

4) Soalan-soalan berkaitan prosedur pemantauan dan penguatkuasaan di Brunei. Bagaimanakah proses pemantauan dan penguatkuasaan dilaksanakan oleh BKMH? b. Siapakah yang

This research is about framing analysis in Jawa Pos and Kompas printed media reporting Partai Demokrat during the campaign’s period for general national election 2014.. Since

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh kedisiplinan belajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar akuntansi pada mata pelajaran