PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN
KERJASAMA LUAR NEGERI
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
2004
A. PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi perdagangan bebas seperti saat ini, serta timbulnya blok-blok pasar bebas seperti Asean Free Trade Area (AFTA), North America Free Trade Area (NAFTA), dan Asian Pacific Economic Coorporation (APEC), persaingan ketat dalam perdagangan dalam berbagai komoditas termasuk komoditas pertanian semakin meningkat. Peningkatan efisiensi dan mutu dalam produksi merupakan kunci dalam persaingan tersebut. Pemanfaatan teknologi merupakan salah satu alternatif yang paling menentukan dalam peningkatan efisiensi dan mutu. Seiring dengan persaingan yang berkembang tersebut, perkembangan teknologi termasuk teknologi pertanian pun berjalan sangat cepat dengan meningkatnya tuntutan kebutuhan pengguna. Teknologi sebagai keunggulan kompetitif sangat diandalkan dalam persaingan ini yang sebelumnya lebih mengandalkan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja murah.
Bagi negara berkembang seperti Indonesia persaingan yang mengandalkan pada keunggulan kompetitif dengan penguasaan teknologi masih merupakan kendala besar. Kelembagaan penelitian dan pengembangan seperti Badan Litbang Pertanian sebagai salah satu sumber penghasil teknologi pertanian di Indonesia masih terbatas kemampuannya dalam mensuplai kebutuhan teknologi tersebut karena kendala dana, sumberdaya manusia dll. Badan Litbang Pertanian terus berupaya meningkatkan kinerjanya melalui restrukturisasi program-program litbangnya dan membangun kerjasama dengan lembaga internasional dalam merespon tuntutan kebutuhan pengguna. Prioritas kerjasama diberikan kepada kegiatan kerjasama penelitian dengan negara/lembaga dimana Indonesia telah
memiliki payung kerjasama dengan negara/lembaga yang bersangkutan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud ditetapkannya Pedoman Umum Pelaksanaan Kerjasama Luar Negeri adalah sebagai pedoman kerja bagi penanganan kerjasama luar negeri di semua Unit Kerja (UK)/Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.
Tujuan ditetapkannya Pedoman Umum Pelaksanaan Kerjasama Luar Negeri adalah untuk meningkatkan dan menyempurnakan penyelenggaraan kerjasama luar negeri, baik teknis maupun administratif, agar dapat:
a. meningkatkan alih teknologi yang relevan yang telah dihasilkan oleh Lembaga-lembaga Penelitian Internasional; b. memperoleh metode/teknik/inovasi baru yang dihasilkan
oleh lembaga penelitian internasional untuk mendukung kegiatan inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian;
c. meningkatkan kompetensi peneliti Badan Litbang Pertanian di dunia internasional;
d. mempromosikan hasil-hasil penelitian Badan Litbang Pertanian kepada dunia internasional;
e. meningkatkan akses pemanfaatan sumberdaya dan sarana penelitian yang dimiliki oleh Lembaga Internasional; dan f. meningkatkan partisipasi peneliti Badan Litbang Pertanian
C.
PRINSIP-PRINSIP KERJASAMA LUAR NEGERI
1. Kerjasama dilaksanakan melalui hubungan kelembagaanformal antara Badan Litbang dengan mitra kerjasama dengan tetap mengacu pada prioritas program penelitian dan pengembangan pertanian nasional.
2. Kerjasama dilaksanakan atas dasar persamaan kedudukan yang saling menguntungkan serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Kerjasama dilaksanakan dengan sistem kontrol yang ketat terutama menyangkut : (a) ijin dari Instansi Pemerintah yang berwenang; (b) penggalian data/informasi diluar kontek perjanjian kerjasama penelitian; (c) penggunaan sumber plasma nutfah, peta dan lain lain yang dapat merugikan dan membahayakan kepentingan/keamanan nasional.
D. RUANG LINGKUP KERJASAMA LUAR NEGRI
Kerjasama Luar Negeri meliputi kerjasama dengan Lembaga Penelitian, Organisasi Internasional, Perguruan Tinggi, Swasta, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Secara garis besar, kerjasama dapat dilakukan dalam bentuk Bilateral, Multilateral, dan Regional.
1. KERJASAMA BILATERAL
Kerjasama ini dilakukan antara dua pemerintahan negara atau Government to Government (G to G) atau antara lembaga penelitian dari kedua negara. Untuk kerjasama
G to G mencakup berbagai aspek penelitian dan pengembangan pertanian. Kerjasama G to G dikoordinir langsung oleh Biro KLN, Departemen Pertanian, dimana pemrosesan MoU dan kegiatan-kegiatan teknis lainnya melibatkan instansti teknis terkait. Sementara kerjasama antara Lembaga Penelitian suatu negara dengan Badan Litbang dilaksanakan langsung oleh kedua belah pihak Kerjasama Bilateral yang dilakukan Badan Litbang Pertanian dengan lembaga penelitian suatu negara antara lain adalah kerjasama dengan ACIAR (Australia), JICA (Jepang), MARDI (Malaysia), JIRCAS (Jepang), dan lain lain.
2. KERJASAMA REGIONAL
Kerjasama ini dilakukan oleh negara-negara dalam suatu kawasan atau dalam satu kepentingan. Contoh dari kerjasama ini antara lain kerjasama dengan ASEAN, APEC dan lain lain.
3. KERJASAMA MULTILATERAL
Kerjasama ini dilakukan oleh lebih dari dua negara dan tidak dibatasi oleh suatu kawasan. Contoh dari kerjasama ini antara lain kerjasama dengan CGIAR, FAO dan lain-lain.
Selain ketiga bentuk kerjasama diatas, kerjasama dapat dilakukan dengan suatu LSM, dan perusahaan swasta.
E. PROSEDUR KERJASAMA LUAR NEGERI 1. Pengusulan Kerjasama
Usulan kerjasama luar negeri dapat disiapkan oleh UK/UPT bersama Mitra untuk disampaikan kepada Badan Litbang Pertanian. Sedangkan usulan kerjasama dari pihak internasional yang ditawarkan kepada UK/UPT perlu dievaluasi oleh UK/UPT dan dilaporkan kepada Badan Litbang Pertanian.
2. Penyiapan dan penandatanganan Perjanjian Kerjasama
Konsep perjanjian disiapkan oleh UK/UPT beserta Mitra. Bentuk perjanjian kerjasama akan tergantung pada bentuk Lembaga Internasional dan negosiasi yang dilakukan. Beberapa bentuk perjanjian kerjasama adalah sebagai berikut :
a. Kerjasama dengan suatu Lembaga Internasional formal atau bersifat kenegaraan seperti dengan FAO, APEC dll, maka bentuk perjanjian kerjasama harus mengikuti aturan atau format pada Lembaga Internasional tersebut, termasuk pejabat yang menandatanganinya. Pada umumnya proses pengurusan perjanjian kerjasama tersebut dilakukan melalui Biro KLN Deptan. Nama perjanjian kerjasama untuk kategori ini pada umumnya adalah Agreement atau MoU.
b. Kerjasama dengan Lembaga Internasional yang mewajibkan Mitranya untuk mengikuti format perjanjian kerjasama yang berlaku di Lembaga
tersebut, maka format tersebut harus diikuti, contohnya adalah kerjasama dengan ACIAR.
c. Kerjasama dengan Lembaga Internasional yang akan melibatkan penempatan tenaga ahli dalam jangka panjang, dan/atau pemberian peralatan dalam jumlah besar, bidang kerjasama yang memerlukan sistem kontrol yang ketat secara politis, Lembaga Internasional yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia, maka format perjanjian kerjasama harus mengikuti format Sekretariat Negara RI. Disamping itu perjanjian kerjasama tersebut harus diproses melalui Biro Kerjasama Teknik Luar Negeri (KTLN), Sekretariat Negara untuk terlebih dahulu mendapat Surat Persetujuan (SP) untuk penandatangannya. Pada umumnya nama perjanjian tersebut adalah
Memorandum of Understanding (MoU).
d. Kerjasama dengan Lembaga Internasional diluar butir-butir di atas, maka perjanjiannya dapat dilakukan oleh UK/UPT, dengan format sesuai kesepakatan seperti dalam bentuk Arrangement, Letter of Intent (LoI), Exchange of Notes, Technical Arrangement, dan lain lain, tetapi tidak memakai istilah Agreement atau MoU.
3. Persetujuan Kerjasama
a. Kerjasama Luar Negeri di mana Badan Litbang Pertanian terikat komitmen dengan lembaga internasional (seperti ACIAR, CGIAR, FAO, ASEAN, APEC, JICA, JIRCAS, dan lain-lain) perlu mendapatkan persetujuan dari Kepala Badan Litbang
internasional maka perlu mendapat persetujuan dari Kepala UK/UPT.
c. Kerjasama Luar Negeri yang melibatkan tenaga ahli dari lembaga internasional dalam jangka panjang, memberikan hibah peralatan dalam jumlah besar, bidang kerjasama yang memerlukan sistem kontrol yang ketat secara politis atau Lembaga Internasional yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia, perlu mendapat persetujuan Sekretariat Negara dan Departemen Luar Negeri.
d. Kerjasama Luar Negeri yang memerlukan dana pendamping atau dengan sistem pembiayaan bersama (cost sharing) harus dikonsultasikan dan mendapatkan persetujuan dari Kepala Badan Litbang Pertanian.
F. MONITORING DAN EVALUASI
Agar pelaksanaan kerjasama dapat mencapai sasaran sebagaimana tertuang dalam Kerangka Acuan, maka setiap Kepala UK/UPT wajib melakukan pengawasan dan pengendalian secara berkala selama pelaksanaan kegiatan kerjasama, dan menyampaikan laporan secara berkala seperti diatur dalam Pedoman Umum Pelaksanaan Kerjasama ini. Apabila diperlukan maka UK/UPT dapat membentuk Tim Monev kerjasama penelitian.
Setiap UK/UPT wajib menyampaikan laporan tengah tahun yang disampaikan pada bulan Juni dan laporan akhir yang disampaikan pada bulan Desember sesuai dengan format pada Lampiran 1. Apabila UK/UPT tidak menyampaikan laporan seperti diatur dalam Pedoman Umum Pelaksanaan Kerjasama ini, maka Badan Litbang Pertanian dapat
mengenakan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku.
G. LAIN - LAIN
Setiap lembaga internasional mempunyai mekanisme kerjasama masing-masing, pemahaman terhadap mekanisme tersebut merupakan suatu hal yang penting dalam upaya menjalin kerjasama luar negeri. Dengan adanya pemahaman terhadap mekanisme kerjasama suatu lembaga internasional maka UK/ UPT Badan Litbang Pertanian dapat memanfaatkan peluang yang ada berupa sumberdaya yang ada dalam lembaga tersebut. Mekanisme kerjasama dari beberapa lembaga internasional dapat dilihat pada Lampiran 2.
LAMPIRAN – 1
FORMULIR LAPORAN TENGAH TAHUN DAN
LAPORAN AKHIR KERJASAMA LUAR NEGERI
Lampiran 1.
FORMULIR LAPORAN TENGAH TAHUN KERJASAMA PENELITIAN DENGAN LEMBAGA
INTERNASIONAL
Unit Kerja/UPT :
---A. Data Umum
Judul Kegiatan Kerjasama (dlm B. Inggris): Judul Kegiatan Kerjasama (dlm B. Indonesia): Nama Mitra Kerjasama :
Alamat Mitra : Total Budget: US$ Tgl. Penandatanganan: Masa Pelaksanaan Proyek :s/d Institusi Pelaksana:
Penanggung Jawab: Lokasi Kegiatan: Tujuan Kegiatan:
B. Uraikan Keluaran/Hasil yang telah dicapai Selama Pelaksanaan Kegiatan *):
1.Konstruksi/Bangunan 2.Peralatan dan Bahan 3.Tenaga Konsultan
4.Training/Workshop/Simposium 5.Penelitian
6.Lain-lain
D. Hasil Kerjasama yang menonjol (bila ada), antara lain : - Data/Informasi, Teknologi, Rekomen :
dasi dan Publikasi dengan judul - Seminar Hasil Kerjasama:
(Judul dan Tanggal) - Bibit Unggul : - Peralatan : - Konstruksi : - Tenaga trampil bidang: - Lain-lain :
C. Permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan (bila ada):
Mengetahui,
Kepala Pusat/Puslitbang/BalaiPemimpin Proyek / Besar/Puslit/BalitPenanggung Jawab
(...)(………)
NIP. NIP.
FORMULIR LAPORAN AKHIR
KERJASAMA PENELITIAN DENGAN LEMBAGA INTERNASIONAL
Unit Kerja/UPT : _____________________________________ I. DATA UMUM
1. Judul Kegiatan Kerjasama (dlm B. Inggris): Judul kegiatan kerjasama (dlm B. Indonesia): 2. Nomor dan Tanggal Naskah :
Perjanjian Kerjasama
3. Kerjasama Dengan : 4. Instansi Pelaksana (Unit Kerja/UPT): 5. Lokasi Kegiatan : 6. Tujuan Kegiatan :
7. Jangka Waktu : ... s/d .. 8. Penanggungjawab Kegiatan:
II. DATA KEUANGAN 1. Anggaran:
•Anggaran dari Unit Kerja/UPT: US$
•Anggaran dari Lembaga Internasional: US$ ---Jumlah : US$
2. Pengelola Anggaran Kerjasama: **)
(Unit Kerja/UPT atau Lembaga Internasional)
III. KEMAJUAN PELAKSANAAN KERJASAMA 1. Biaya Yang Telah Dikeluarkan: US$
2. Sisa Biaya : US$
3. Hasil Kerjasama : ***) a. Fisik :
- Data/Informasi, Teknologi, Rekomen : dasi dan Publikasi dengan judul
- Seminar Hasil Kerjasama: (Judul dan Tanggal) - Bibit Unggul : - Peralatan : - Konstruksi : - Tenaga trampil bidang: - Lain-lain :
b. Uang/Penerimaan Fungsional: US$ (kalau ada, lampirkan copy bukti setoran ke Kas Negara)
4. Kesimpulan hasil penelitian/kegiatan kerjasama: ... ... 5. a. Tanggal Laporan : b. Diisi Oleh : c. Tanda tangan : Mengetahui,
Kepala Pusat/Puslitbang/BalaiPemimpin Proyek / Besar/Puslit/Balit/BPTPPenanggung Jawab
(...)(………)
NIP. NIP.
*) Laporan akhir supaya dikirimkan segera setelah kegiatan berakhir
**) Pilih salah satu yang sesuai dan sebutkan ***) Pilih salah satu dan sebutkan.
LAMPIRAN – 2
MEKANISME PELAKSANAAN KERJASAMA LUAR
NEGERI
LAMPIRAN-2
MEKANISME PELAKSANAAN KERJASAMA LUAR NEGERI
I. BILATERAL
1. ACIAR (Australian Center Institute for Agricultural Research)
ACIAR merupakan salah satu lembaga penelitian di bawah Pemerintah Australia yang aktif melakukan kerjasama penelitian dengan Badan Litbang Pertanian. Ruang lingkup penelitian meliputi bidang pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan bidang sosial ekonomi pertanian. Proposal penelitian dapat disampaikan setiap waktu ke ACIAR representative Indonesia. Bentuk kerjasama dengan ACIAR ini biasanya berbentuk grant dengan jangka waktu 1-3 tahun dan anggaran disiapkan untuk setiap tahun.
Topik proposal ditentukan pada pembahasan awal antara ACIAR dengan Unit Pelaksana teknis terkait. Pada awal pembahasan akan dilakukan oleh ACIAR In-House Review (IHR). IHR akan mengadakan serangkaian evaluasi dan pembahasan proposal. Masing-masing proposal akan diseleksi secara multi disiplin oleh tim pakar ACIAR. Proses seleksi proposal tergantung pada pembahasan oleh IHR dan ACIAR Board of Management (BOM).
Beberapa klasifikasi proposal proyek ACIAR :
• Proyek Bilateral Skala Besar. Proyek ini mempunyai total dana lebih besar dari A$ 150,000 dan jangka waktu pelaksanaan 3-5 tahun dan membutuhkan waktu pembahasan kurang lebih 12 bulan.
• Proyek Bilateral Skala Menengah. Proyek ini mempunyai total anggaran antara A$150,000-400,000 dan jangka waktu pelaksanaan 2-3 tahun.
Mekanisme Pengusulan Proposal Proyek Kerjasama dengan ACIAR
a) Mekanisme pengusulan proposal dengan ACIAR dalam bidang penelitian pertanian melalui satu pintu untuk Indonesia, yaitu Badan Litbang Pertanian.
b) Secara informal unit kerja penelitian Indonesia dan Australia berkomunikasi untuk menyusun pra-proposal. Topik penelitian bisa berasal dari salah satu atau kedua belah pihak.
c) Pra-proposal tersebut disampaikan ke ACIAR untuk mendapatkan persetujuan topik dan pendanaanya.
d) Setelah pihak ACIAR menyetujui topik dan pendanaannya, maka usulan disampaikan ke Badan Litbang Pertanian untuk mendapat persetujuan. Persetujuan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja Teknis terkait dan Kepala Puslitbang.
e) Setelah pra-proposal disetujui, unit kerja penelitian Indonesia dan Australia menyusun proposal lengkap dan membuat semacam Project Arrangement untuk ditandatangani oleh Kepala Badan Litbang Pertanian. Pada saat penandatanganan Project Arrangement
harus dilampirkan proposal proyek yang sudah mendapat persetujuan Unit Pelaksana Teknis terkait dan Kepala Puslitbang. f) Tahap berikutnya adalah implementasi, monitoring evaluasi dan
pelaporan.
2. JICA - Japan International Cooperation Agency
JICA adalah badan resmi Pemerintah Jepang di Indonesia dengan fungsi utama untuk melaksanakan kerjasama teknik bagi negara yang sedang berkembang dibawah program kerjasama bilateral dalam bentuk hibah dan berdasarkan permohonan dari pihak pemerintah penerima bantuan. Jepang telah mengadakan kerjasama teknik di Indonesia sejak tahun 1968 dibawah Overseas Technical Cooperation Agency (OTCA),
Prioritas bantuan yang diberikan JICA kepada Pemerintah Indonesia tahun 2001 – 2004 adalah : pembangunan sosial dan pengentasan kemiskinan, pengembangan pola penyelenggara negara yang lebih baik, reformasi struktur ekonomi dalam rangka pemulihan ekonomi, peningkatan infrastruktur industri dan perlindungan terhadap lingkungan.
Bentuk Kerjasama JICA
Kerjasama Bilateral dengan JICA pada dasarnya di bagi 2, yaitu :
1. Kerjasama Teknik (Technical Cooperation) :
a) Kerjasama Proyek
Tipe kerjasama ini adalah suatu bantuan yang terintegrasi kepada negara penerima, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan mengkombinasikan tiga elemen pendukung (pengriman tenaga ahli asing, bantuan peralatan, dan pelatihan counterpart di Jepang) dalam satu paket bantuan. Jangka waktu pelaksanaan proyek adalah 2-5 tahun.
Kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi negara penerima dalam bentuk transfer teknologi secara langsung dari para tenaga ahli asing, bagi institusi pelaksana bisa memanfaatkan pelatihan-pelatihan di Jepang dan peralatan pendukungnya sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengembangan kapasitas dan sumberdaya yang dimiliki.
Ruang lingkup dari kerjasama proyek ini meliputi : • Pembangunan sosial
• Kesehatan
• Pertanian dan perikanan • Kehutanan dan lingkungan • Pertambangan dan Industri
Jenis proyek kerjasama teknik adalah : merupakan bagian dari rencana pembangunan nasional, tidak membutuhkan modal yang besar untuk fasilitas, pembangunan infrastruktur atau peralatan, terdapat personel pendamping “counterpart”, dan tidak terkait dengan pembiayaan dari pihak lain.
b) Program Pengiriman Tenaga Ahli (Expert Dispatch Program)
Tujuan dari program ini adalah untuk saling bertukar
pengalaman dan menyebarluaskan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh negara mitra. Tenaga ahli asing
diharapkan mampu mentransfer pengetahuan yang
dimiliki secara langsung melalui pendidikan dan
pelatihan di lembaga-lembaga penelitian. Pengiriman
tenaga ahli dibagi menjadi dua bagian berdasarkan jenis
penugasannya, yaitu : tenaga ahli yang terkait dengan
proyek kerjasama teknik, dan penugasan individu atas
usulan suatu institusi.
c) Program Pelatihan (Training Program)
Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuna dan keahlian serta bertukar pengalaman bagi para ahli teknis, peneliti, dan tenaga administrasi dari negara berkembang untuk memberikan kontribusinya yang lebih besar bagi pembangunan bangsanya.
Program pelatihan yang diselenggarakan oleh JICA dibagi 2, yaitu pelatihan di Jepang dan pelatihan di Indonesia. Untuk pelatihan di Jepang terdiri dari pelatihan group (pertanian,
d) Studi Pengembang (Development Study)
Studi pengembangan dilaksanakan berdasarkan dokumen kesepakatan pelaksanaan studi yang rinci dalam bentuk Scope of Work yang telah disepkati oleh Pemerintah Jepang dan Indonesia.
Studi ini dilakukan oleh team konsultan JICA bersama dengan ahli yang ditunjuk oleh pemerintah Indonesia. Hasil akhir studi berupa laporan akhir yang berisi rekomendasi sesuai dengan hal terkait. Alih teknologi dan pengembangan sumber daya manusia dilakukan dalam proses penyusunan rencana.
2. Bantuan Hibah Finansial (Grant Aid) :
Tujuan utama dari program ini adalah untuk menyediakan dana bagi pelaksanaan pembangunan sosial ekonomi negara mitra. Tipe bantuan grant ini adalah :
a) Grant aid untuk proyek-proyek umum (Ketahanan Pangan, Kesehatan Masyarakat, Pendidikan dan Penelitian)
b) Grant aid untuk perikanan (Pusat Pelatihan Perikanan, Laboratorium dan fasilitas pelabuhan)
c) Grant aid untuk peningkatan produksi pangan (pembelian pupuk, obat-obatan dan alsintan).
Kontribusi JICA dalam program ini adalah nelakukan promosi dalam pelaksanaan proyek dengan melakukan studi desain dasar sebagai tahap awal dalam menentukan proyek bantuan hibah.
Mekanisme Pengajuan Proposal Proyek Kerjasama dengan JICA
a) Pada bulan Maret pihak JICA akan mengadakan Survey Kebutuhan (Need Survey) mengenai jenis-jenis proyek yang dapat dikerjasamakan dengan membagikan form isian yang disebut
Project Brief Information Sheet (PBIS) untuk dapat diisi dan diajukan oleh Unit Kerja lingkup Badan Litbang Pertanian.
b) PBIS akan dikompilasi oleh Sekretariat Badan dan disampaikan ke Biro KLN Deptan untuk selanjutnya disampaikan ke pihak JICA. c) JICA akan mengkompilasi PBIS ini dari bulan April sampai
pertengahan Mei, untuk selanjutnya meminta tanggapan ke Bappenas untuk menyeleksi PBIS yang masuk.
d) Pada bulan Juni JICA akan memberikan application form kepada unit kerja terkait yang PBIS-nya diterima. Application Form ini berisi gambaran singkat dan ide dasar dari usulan proyek.
e) Bulan Juli sampai pertengahan Juli akan diadakan evaluasi terhadap
Application Form bersama dengan sektor-sektor terkaiat di Bappenas.
f) Pertengahan Juli sampai Agustus diadakan pertemuan untuk finalisasi survey kebutuhan dengan menyerahkan usulan-usulan proyek yang lolos seleksi ke kantor pusat JICA dan Bappenas untuk diproses lebih lanjut.
g) Bulan September sampai Desember dilakukan pembahasan di Tokyo mengenai usulan-usulan proyek yang masuk dan antara Januari-Februari akan diumumkan usulan proyek yang diterima untuk dapat dibiayai oleh JICA.
h) Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi proposal proyek diantarannya adalah :
♦ Titik berat terhadap kerjasama Jepang : − Transfer teknologi
− Volume ruang lingkup proyek
− Batas dengan negara lain atau lembaga kerjasama lainnya ♦ Keragaan Proyek :
− Prioritas proyek − Mitra kerjasama − Anggaran
− Keakuratan data dan informasi proyek ♦ Pengaruh terhadap pemerintah Indonesia :
− Effektivitas
− Dampak sosial-ekonomi − Aspek lingkungan
Diagram Proses Pengusulan Kerjasama JICA
Prosedur Rinci Pengusulan Kerjasama JICA
Kedutaan
1. Usulan resmi
Pemerintah RI
3. Pelaksanaan
JICA
Indonesia
Usulan resmi
Pemerintah
3. Pelaksanaan
Kedutaan
1. Usulan resmi
Pemerintah RI
3. Pelaksanaan
JICA
Indonesia
Usulan resmi
Pemerintah
3. Pelaksanaan
Kedutaan
Usulan resmi
Bappenas
Usulan Proyek
Badan
Litbang
Usulan resmi
Setneg
Usulan tenaga ahli’
Pelatihan
Kedutaan
Usulan resmi
Bappenas
Usulan Proyek
Badan
Litbang
Usulan resmi
Setneg
Usulan tenaga ahli’
Pelatihan
II. REGIONAL
1. ASEAN (Association of South East Asian Nations)
ASEAN merupakan organisasi regional bangsa-bangsa di Asia
Tenggara yang berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok
yang merupakan hasil "Deklarasi Bangkok". Secara formal
ASEAN merupakan suatu organisasi yang mewadahi kerjasama
ekonomi, sosial dan budaya. Akan tetapi aspirasi politik juga
mendasari Deklarasi Bangkok dengan maksud untuk
mengupayakan stabilitas regional yang dapat menunjang
pembangunan nasional di segala bidang bagi negara-negara
anggota ASEAN.
Visi ASEAN untuk sektor pertanian adalah meningkatkan
ketahanan pangan dan daya saing ditingkat internasional untuk
produk-produk pangan, pertanian, dan kehutanan sehingga
produsen bisa berada pada jajaran terdepan dan
mempromosikan sektor tersebut sebagai model manajemen
konservasi, dan pembangunan kehutanan yang berkelanjutan.
Untuk mengimplementasikan visi tersebut, ASEAN mempunyai
tujuh rencana aksi strategis untuk kerjasama ASEAN dibidang
pangan, pertanian dan kehutanan periode 1999 sampai 2004,
sebagai hasil pertemuan KTT ASEAN ke-6 di Hanoi, Vietnam
1998. Ketujuh prioritas tersebut adalah :1). Memperkuat
kemampuan intelectual property (IP), 2). Meningkatkan
kemampuan ASEAN IP administrasi, 3). Meningkatkan
kemampuan peraturan ASEAN IP, 4). Meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia, 5). Mempromosikan
kewaspadaan sumberdaya manusia, 6). Mempromosika
kerjasama swasta dalam IP, dan 7). Mencari kemungkinan
bentuk yang menjadi ciri khas ASEAN yang "trade mark
system". Prioritas tersebut digunakan dan berlaku sebagai
payung untuk panduan kerjasama.
Mekanisme Kerjasama ASEAN
a) Kerjasama ASEAN dibidang pangan, pertanian, dan
kehutanan dilaksanakan dalam kerangka ASEAN Ministry
Agriculture and Forestry (AMAF) dan Senior Official
Meeting (SOM-AMAF)
b) SOM-AMAF membawahi beberapa Sectoral Working Group,
Ad-hoc Working Group, dan Expert Working Group.
c) Hasil pembahasan pada yang dilakukan oleh kelompok kerja
pada butir b akan dilaporkan dan dibahas kembali pada
Special SOM-AMAF untuk selanjutnya direkomendasikan
kepada MAF untuk menjadi program kerjasama ASEAN.
d) Sekretariat ASEAN bertindak sebagai koordinator dan
memberikan bantuan yang diperlukan dalam berbagai aspek
untuk menjamin berhasilnya pelaksanaan proyek kerjasama.
e) Sebagai realisasi kerjasama ASEAN telah dibentuk beberapa
kerjasama ekonomi sub regional (KESR) yang meliputi
kawasan segitiga pertumbuhan (Growth Triangle=GT),
seperti : IMS-GT (Indonesia-Malaysia-singapore), IMT-GT
(Indonesia-Malaysia-Thailand), dan BIMP-EAGA
(Bruneia-Indonesia-Malaysia-Phillipina-East ASEAN Growth Area).
Perkembangan dari masing-masing kerjasama ini dimonitor
oleh komisi ekonomi yang berkedudukan di Brunei
Darussalam.
Prosedur dan Formulasi Pengajuan Proyek Kerjasama
ASEAN
terdiri atas Sekretaris Jenderal ASEAN, Pembantu sekretaris
Jenderal dan Direktur yang akan bertindak sebagai ASEAN
Standing Committee (ASC) yang merupakan badan tertinggi
untuk mengesahkan proyek ASEAN yang melibatkan pihak
ketiga sebagai penyandang dana.
b) PAC akan mengkaji proposal-proposal tersebut dengan
menggunakan parameter keregionalan, konsistensi terhadap
HPH dan prioritas sektoral serta kesesuaian strategi yang
telah ditetapkan.
c) Jika proposal tersebut telah memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan akan diserahkan kepada Senior Official Meeting
Terkait untuk disyahkan.
d) Setelah mendapat pengesahan, proposal selanjutnya
diserahkan kepada ASC melalui Sekjen ASEAN untuk
kemudian dapat dilaksanakan.
e) Sumber pendanaan program kerjasama ASEAN diperoleh
dari :
Non-dialogue partners : ASEAN Foundation, ASEAN Fund
Dialogue partner ASEAN : Australia, AS, China, Uni Eropa,
India, Jepang, Korea, Kanada, Selandia Baru, dan UNDP.
f) Implementasi proyek dalam hal mobilisasi sumberdaya,
tanggung jawab manajerial dan finansial menjadi tanggung
jawab pengusul proyek dan sektoral working group yang
relevan.
Skema Proses Pengajuan Proposal :
III.
MULTILATERAL
1. CGIAR (Consultative Group on International
Agricultural Research)
CGIAR berdiri pada tahun 1971 dan merupakan kumpulan dari
organisasi-organisasi pemerintah dan swasta yang bertujuan
untuk mengurangi kemiskinan dan kelaparan, meningkatkan
kesehatan dan kualitas hidup dan pelestarian lingkungan. Misi
dari CGIAR adalah turut berperan serta dalam ketahanan pangan
dan pengentasan kemiskinan melalui kegiatan penelitian,
Puslitbang/Balai Sekretariat Badan Biro KLN Deptan ASEAN Sekretariat ASEAN Sub Committee / Working Groups SOM /ASEAN Committee : SOM-AMAF, COSD Sekretaris Jendral Unit Koordinator Program Project Appraisal Committee Dialogue Partner B i R o K J s m ASEAN Standing Committee Dialogue Partners Puslitbang/Balai Sekretariat Badan Biro KLN Deptan ASEAN Sekretariat ASEAN Sub Committee / Working Groups SOM /ASEAN Committee : SOM-AMAF, COSD Sekretaris Jendral Unit Koordinator Program Project Appraisal Committee Dialogue Partner B i R o K J s m ASEAN Standing Committee Dialogue Partners
Topik-topik yang menjadi prioritas dalam rangka kerjasama
dengan CGIAR adalah :
- peningkatan produktivitas
- pelestarian sumber daya lingkungan
- pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversity) - peningkatan analisis kebijakan
- meningkatkan kualitas pen