• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILA SRIKANDI (Oreochromis aureus x niloticus) PADA PEMELIHARAAN DI KOLAM TEMBOK DAN KOLAM TANAH DI AIR TAWAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILA SRIKANDI (Oreochromis aureus x niloticus) PADA PEMELIHARAAN DI KOLAM TEMBOK DAN KOLAM TANAH DI AIR TAWAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILA SRIKANDI

(Oreochromis aureus x niloticus)

PADA PEMELIHARAAN DI KOLAM TEMBOK DAN KOLAM TANAH DI AIR TAWAR

Bambang Gunadi, Lamanto, dan Adam Robisalmi Balai Penelitian Pemuliaan Ikan

Jl. Raya Sukamandi No. 2, Subang, Jawa Barat 41256 E-mail: bgunadi@kkp.go.id, manthozpwt@yahoo.com ABSTRAK

Ikan nila Srikandi(Oreochromis aureus x niloticus)mempunyai banyak keunggulan antara lain pertumbuhan cepat, tahan penyakit serta toleran terhadap lingkungan. Ikan nila Srikandi telah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada tahun 2012 dan diatur distribusinya berdasarkan keputusan Menteri nomor KEP.09/ MEN/2012. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis performa pertumbuhan ikan nila Srikandi yang dipelihara di kolam air tawar yaitu kolam tembok dan kolam tanah. Kegiatan penelitian ini dilakukan di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi pada tahap pembesaran. Bahan yang digunakan adalah benih ikan nila Srikandi, pakan pembesaran dan obat-obatan. Benih ikan nila Srikandi yang digunakan berukuran 8,32±0.53 – 8,89±0.93 cm dengan bobot 11,81±2.67 – 14,98±4.16 g. Tempat pemeliharaan ikan adalah kolam tembok berukuran 25 m2, waring ukuran 3x5x1 m3, kolam tanah ukuran 200 m2. Benih ikan nila

Srikandi dipelihara dengan padat tebar 10 ekor/m2, selama empat bulan baik yang dipelihara di kolam

tembok maupun dengan menggunakan waring di kolam tanah. Pakan yang digunakan untuk pembesaran adalah pakan komersial dengan protein 30% dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali sehari secaraad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan ikan nila Srikandi pada kolam tembok yang dipelihara selama empat bulan tumbuh dengan laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate, SGR) sebesar 1,92 %bobot/hari, laju pertumbuhan harian (daily growth rate, DGR) sebesar 0,98 g dengan rerata bobot mutlak sebesar 117,38 g. Sementara itu pertumbuhan pada nila Srikandi yang dipelihara di kolam tanah menunjukkan SGR sebesar 1,98% bobot/hari, DGR sebesar 1,07 g dengan rerata bobot mutlak sebesar 127,85 g/individu. Nilai sintasan terbaik pada ikan nila Srikandi yang dipelihara di kolam tembok sebesar 96,00%, sedangkan pada kolam tanah sebesar 84,67%. Performa pertumbuhan nila Srikandi yang dibesarkan d ikolam tanah lebih baik dibandingkan dengan nila Srikandi yang dibesarkan di kolam tembok.

KATA KUNCI: pertumbuhan; kolam tanah; kolam tembok; sintasan; nila Srikandi;Oreochromis aureus; niloticus

PENDAHULUAN

Ikan nila merupakan komoditas budidaya andalan di Indonesia. Data statistik FAO tahun 2010 menunjukkan Indonesia sebagai produsen ikan nila terbesar ketiga di dunia setelah China dan Mesir. Ikan nila mempunyai pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap penyakit dan mempunyai toleransi salinitas yang tinggi (Popma & Masser, 1999). Toleransi salinitas yang tinggi pada ikan nila dapat dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya di lahan payau. Namun demikian tidak semua spesies ikan nila mempunyai toleransi salinitas yang baik. Ikan nila hitam mempunyai toleransi salinitas yang lebih rendah dibandingkan ikan nila biru (Bakhoum et al., 2009) dan ikan nila merah (El-Sayed, 2006).

Persilangan ikan nila hitam dengan nila biru dan resiprokalnya dapat menghasilkan heterosis pada karakter bobot (El-Zaeem, 2011). Hasil penelitian sebelumya menunjukkan bahwa persilangan ikan nila hitam betina strain Nirwana dengan ikan nila biru jantan dapat menghasilkan heterosis pada karakter bobot. Persilangan tersebut diberi nama ikan nila Srikandi yang mempunyai toleransi yang baik sehingga dapat dibudidayakan pada tambak bersalinitas tinggi hingga 30 ppt. Pengujian multilokasi pada salinitas sedang antara 10-20 ppt dan pada salinitas tinggi antara 20-30 ppt menunjukkan bahwa ikan nila Srikandi mempunyai laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan induk pembentuknya. Ikan nila Srikandi telah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada tahun 2012 dan diatur distribusinya berdasarkan keputusan Menteri nomor KEP.09/MEN/2012.

(2)

Pembesaran ikan nila Srikandi bisa dilakukan di kolam tanah dan kolam. Pembesaran ikan nila di kolam tanah, bisa dilakukan di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut. Ikan nila ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada air yang tidak begitu keruh, serta tentunya tidak tercemar oleh zat-zat kimia berbahaya seperti limbah atau minyak. Pembesaran ikan nila di kolam tembok yang harus diperhatikan adalah ukuran kolam. Jika jumlah ikan terlalu padat, maka bisa membuat ada beberapa ikan yang pertumbuhannya lambat. Dibandingkan dengan bak beton, pertumbuhan nila di karamba lebih cepat daripada di bak beton. Di dalam karamba ikan nila dapat mencapai ukuran di atas 250 gram dalam waktu empat bulan dari bobot awal 20 gram, sedangkan di bak beton ikan nila tumbuh relative lebih lambat yaitu bobot awal 50 gram setelah 3 bulan mencapai ukuran sekitar 200 gram walaupun di beri pakan buatan (Sri Rejeki, dkk., 2013).

Pertumbuhan merupakan parameter budidaya yang harus dicapai karena pertumbuhan akan menentukan nilai produksi yang diharapkan. Pertumbuhan ikan nila Srikandi tidak sama antara yang dipelihara atau dibesarkan di kolam atau wadah yang berbeda baik yang air tawar atau air payau.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis performa pertumbuhan populasi ikan nila Srikandi yang dipelihara di kolam air tawar yang berbeda yaitu kolam tembok dan kolam tanah.

BAHAN DAN METODE

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi pada tahap pembesaran di kolam air tawar. Bahan yang digunakan adalah benih ikan nila Srikandi, pakan pembesaran ikan nila dan obat-obatan. Benih ikan nila Srikandi yang digunakan berukuran 8,32±0,53 – 8,89±0,93 cm dengan bobot berkisar 11,81±2,67 – 14,98±4,16 g. Tempat pemeliharaan ikan adalah kolam tembok berukuran 25 m2yang sudah dipasang aerasi, waring ukuran 3x5x1 m, kolam

tanah ukuran 200 m2. Waring digunakan untuk memelihara ikan di kolam tanah dengan menggunakan

kerangka bambu. Benih ikan nila Srikandi dipelihara dengan padat tebar 10 ekor/m2, ikan dipelihara

selama empat bulan (120 hari) baik yang dipelihara di kolam tembok maupun dengan menggunakan waring di kolam tanah. Pakan yang digunakan untuk pembesaran adalah pakan komersial dengan berkadar protein 30%, dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali sehari secara ad libitum. Pengamatan panjang standar (SL=Standar Length),panjang total (TL=Total Length) dan bobot badan

(BW=Body Weight) ikan dilakukan setiap 30 hari. Pengamatan kualitas air pemeliharaan ikan nila

Srikandi dilakukan setiap 30 hari pada pagi hari sebelum dilakukan sampling ikan. Data produktivitas diperoleh melalui kegiatan sampling pada akhir pengamatan dengan mengukur rerata bobot dan biomasa ikan. Nilai sintasan diperoleh dengan menghitung jumlah ikan berdasarkan biomasa panen dan rerata bobot dan membaginya dengan jumlah awal pada saat penebaran.

Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif. Adapun beberapa rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Laju pertumbuhan spesifik (SGR = spesific growth rate):

di mana:

Wt = bobot awal ikan (g) Wo = bobot akhir ikan (g) t = lama pemeliharaan (hari)

b) Laju pertumbuhan harian (Growth rate) :

x 100% t Wo Ln Wt Ln SGR  t Wo -Wt GR 

(3)

di mana:

Wt = bobot awal ikan (g) Wo = bobot akhir ikan (g) t = lama pemeliharaan (hari)

c) Sintasan (Survival Rate ):

di mana:

SR = Sintasan (%)

Nt = Jumlah ikan pada saat akhir pembesaran (ekor) No = Jumlah ikan pada saat awal tebar (ekor)

d) Konversi Pakan (FCR) :

di mana:

FCR = Food Convertion Ratio

F = Jumlah pakan yang diberikan (g)

Wt = Bobot hewan uji pada akhir penelitian (g) Wo = Bobot hewan uji pada awal penelitian (g) HASIL DAN BAHASAN

Pertumbuhan

Pola pertumbuhan bobot populasi ikan nila Srikandi yang dipelihara di kolam tembok dan kolam tanah dapat dilihat pada Gambar 1. Bobot ikan nila Srikandi pada awal tebar di kolam tembok rata-rata sebesar 14,98±4,16 g/ekor, panjang 8,89±0,93 cm dan pada kolam tanah sebesar 11,81±2,67 g/ekor dengan panjang 8,32±0,53 cm. Setelah dipelihara selama empat bulan (120 hari) bobot individu bertambah, rata-rata sebesar 117,38 g pada kolam tembok dan 127,85 g pada kolam tanah (Tabel 1). Dari hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa bobot individu tertinggi atau terbaik pada ikan nila Srikandi yang dibesarkan di kolam tanah, yaitu sebesar 127,85 g.

100% x No Nt SR  Wo -Wt F FCR  0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 1 2 3 4 Bo bo t indi vi du ik an (g ) Bulan

ke-A(Bak beton) B (Kolam tanah)

Gambar 1. Pola pertumbuhan bobot ikan nila Srikandi (Oreochromis

(4)

Laju pertumbuhan spesifik antara populasi ikan nila Srikandi yang dipelihara di kolam tembok dan kolam tanah tidak jauh berbeda, yaitu 0,98% pada kolam tembok dan 1,07% pada kolam tanah. Tersedianya pakan alami dan pemberian pakan berupa pelet dengan kadar protein tinggi (± 30%) membuat kebutuhan energi untuk tumbuh dapat terpenuhi secara optimal. Faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot ikan antara lain keturunan dan lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan ikan antara lain makanan, ruang, suhu, salinitas, musim, dan aktivitas fisik (Gilles, 1987).

Pembesaran ikan nila Srikandi bisa dikembangkan dengan teknologi pemeliharaan secara intensif, maka ikan nila bisa dilakukan diberbagai kolam dengan sistem pengairan yang berkualitas. Ikan nila ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada air yang tidak begitu keruh, serta tentunya tidak tercemar oleh zat-zat kimia berbahaya seperti limbah atau minyak. Pembesaran ikan nila di kolam tembok yang harus diperhatikan adalah ukuran kolam. Jika jumlah ikan terlalu padat, maka bisa membuat ada beberapa ikan yang pertumbuhannya lambat. Pembesaran ikan nila Srikandi dalam kolam tembok bisa berjalan dengan baik, jika kolam tersebut dilengkapi pompa untuk selalu membuat air mengalir. Ikan nila adalah ikan sungai maka dengan mengalirkan air pada kolam akan membuat ikan berasa dalam habitat aslinya. Pergantian air bisa dilakukan secara berkala berdasarkan tingkat kepadatan dari ikan nila. Sementara, volume air bisa diganti sebesar hingga 20% atau lebih setiap harinya.

Perubahan pertumbuhan bobot multlak maupun panjang mutlak pada awal hingga akhir pemeliharaan ini disebabkan oleh makin padatnya biomasa ikan nila Srikandi setelah pemeliharaan sehingga pertumbuhannya mulai terganggu akibat adanya persaingan ruang yang semakin ketat. Persaingan ruang ini berdampak pada ruang gerak, kualitas lingkungan dan perolehan asupan oksigen tiap individu ikan, sehingga mempengaruhi konsumsi dan efisiensi pemanfaatan pakan.

Dibandingkan dengan bak beton, pertumbuhan ikan nila di karamba waring lebih cepat daripada di bak beton. Di dalam karamba waring ikan nila dapat mencapai ukuran di atas 250 g dalam waktu empat bulan dari bobot awal 20 g, sedangkan di bak beton ikan nila tumbuh relative lebih lambat, yaitu bobot awal 50 g setelah tiga bulan mencapai ukuran sekitar 200 g walaupun di beri pakan buatan. Pertumbuhan ikan selain ditentukan oleh kualitas pakan, juga dipengaruhi oleh kondisi perairan tempat pemeliharaan (Haryono et al., 2001).

Nilai rerata biomassa pada akhir pembesaran mencapai 31812 g atau 1.272,5 g/m2 pada ikan nila

Srikandi yang dibesarkan di bak tembok dan 17946 g atau 1.196,4 g/m2 di kolam tanah. Hal ini

menunjukkan bahwa ikan nila Srikandi yang dipelihara dengan padat tebar 10 ekor/m2 dapat tumbuh

dengan baik, sehingga kisaran padat tebar tersebut masih bisa digunakan baik pada pemeliharaan di kolam tembok dan di waring di kolam tanah. Padat penebaran akan mempengaruhi kompetisi terhadap ruang gerak, kebutuhan pakan dan kondisi lingkungan yang pada giliranya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang menciri pada produksi (Cholik et al., 1990). Selain itu, kondisi perairan yang kaya akan pakan alami juga memberikan pengaruh sebagai penyuplai nutrisi

Media pemeliharaan nila Srikandi Ulangan WG (g) SGR (%bw/hari) DGR (g/hari) Biomassa awal (g) Biomassa akhir (g) FCR 1 114,05 1,9 0,95 3270 31783 1,86 2 120,71 1,94 1,01 3270 31841 1,62

A (Bak Beton) Rerata 117,38 1,92 0,98 3270 31812 1,74

1 134,65 2,02 1,12 1962 19796 1,82

2 121,05 1,94 1,01 1962 16096 1,99

B (Kolam Tanah ) Rerata 127,85 1,98 1,07 1962 17946 1,90 Tabel 1. Rerata pertumbuhan mutlak, SGR, DGR, FCR, biomassa ikan nila Srikandi

(5)

sehingga ikan bisa cepat tumbuh. Kedalaman perairan yang mencapai ketinggian hingga 80 cm juga membuat fluktuasi suhu yang terjadi tidak begitu tinggi berada pada kisaran 28-30ºC. Kisaran suhu ini merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan ikan. Hargreaves (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan nila dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah jenis kelamin, pakan, padat tebar dan fluktuasi suhu perairan, dimana tinggi rendahnya suhu perairan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan harian ikan nila. Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila berkisar antara 25-28ºC, sedangkan untuk reproduksi akan menurun ketika suhu mencapai 22°C dan nafsu makan berkurang pada suhu dibawah 20°C (Wohlfarth & Hulata, (1983).

Ikan nila Srikandi pada pemeliharaan di kolam tembok mempunyai rerata bobot mutlak sebesar 117,38 g, laju pertumbuhan spesifik 1,92% bw/hari dan DGR 0.98 g dan pada ikan nila Srikandi yang dipelihara di kolam tanah mempunyai rerata bobot mutlak sebesar 127,85 g, laju pertumbuhan spesifik 1,98% bw/hari dan DGR 1,07 g setelah 120 hari pembesaran. Hasil ini mengindikasikan bahwa ikan nila Srikandi dapat tumbuh dengan baik terutama benih yang dipelihara di kolam tanah. Nilai FCR sebesar 1,74 dan 1,90 yang masing-masing diperoleh dari ikan nila Srikandi yang dipelihara di kolam tembok dan ikan nila Srikandi yang dipelihara di kolam tanah selama empat bulan. Menurut Afrianto (2010), peningkatan bobot tubuh ikan berkaitan dengan kemampuan dalam memanfaatkan pakan yang diberikan. Kemampuan ikan dalam mencerna pakan dapat diketahui dari rasio konversi pakan, yaitu rasio antara pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot ikan. Semakin rendah nilai konversinya menunjukkan peningkatan efisiensi ikan dalam memanfaatkan pakan yang dikonsumsi untuk pertumbuhan. Menurut Djarijah (1995), FCR ideal untuk nila adalah kurang dari 1,5.

Tingkat efisiensi penggunaan pakan pada ikan nila GIFT (Oreochiomis sp.) ditentukan oleh pertumbuhan dan jumlah pakan yang diberikan. Keefisienan penggunaan pakan menunjukkan nilai pakan yang dapat merubah menjadi pertambahan pada berat badan ikan. Efisiensi pakan dapat dilihat dari beberapa faktor, dimana salah satunya adalah rasio konversi pakan. Besarnya nilai FCR dalam penelitian ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan nilai kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan, selanjutnya juga dipengaruhi oleh adanya tingkat konversi pakan dengan bertambahnya berat badan ikan sehingga semakin tinggi berat badan ikan maka semakin tinggi pula konversi pakan yang dimanfaatkan (Handajani, 2010).

Sintasan

Sintasan (survival rate) adalah prosentase ikan yang hidup dari jumlah ikan yang dipelihara selama masa pembesaran tertentu dalam suatu wadah pembesaran. Sintasan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kualitas air, ketersediaan pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan, kemampuan untuk beradaptasi dan padat penebaran. Tingkat sintasan dapat digunakan dalam mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup (Effendi 1997). Sintasan sebagai salah satu parameter uji kualitas ikan. Sintasan ikan nila Srikandi yang dibesarkan di kolam tembok lebih tinggi, yaitu sebesar 96,00% daripada yang dibesarkan di kolam tanah, yaitu sebesar 84,67%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ikan nila Srikandi yang dibesarkan di kolam tembok mempunyai daya tahan tubuh atau performa yang lebih baik dibandingkan dengan populasi ikan nila Srikandi yang dibesarkan di kolam tanah. Selain itu faktor keamanan dari hama ikan di kolam tembok lebih terkontrol. Menurut Suyanto (1993), ikan nila terkenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan hidup dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap berbagai jenis air. Mortalitas lebih disebabkan karena faktorhandling atau penanganan benih saat di tebar di kolam. Tingkat kelangsungan hidup menurut Amri dan Khairuman (2005) di kolam tanah (sawah) ataupun tambak selama pemeliharaan pada tahap pendederan ukuran 8-12 cm mencapai 80-90%. Tingkat sintasan pada tahap pendederan II di KJA relatif tinggi yaitu sekitar 70%.

Kualitas Air Kolam Pembesaran Nila Srikandi

Pengukuran parameter kualitas air (suhu, pH, turbiditas, konduktivitas dan oksigen terlarut) yang diperoleh setiap pengamatan menunjukkan kisaran parameter yang masih cukup mendukung pertumbuhan ikan ikan nila Srikandi. Suhu air berada pada kisaran 25,7–31,9oC, pH berada pada

(6)

kisaran 6,8–7,08 , turbiditas pada kisaran 95–168 NTU, konduktivutas pada kisaran 33,5–40 m s/m dan oksigen terlarut (DO) pada kisaran 1,4–3,5 mg/L. Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan sebagai media hidup ikan. Selain sumber dan kuantitas harus memadai, air yang digunakan untuk pembesaran ikan harus memenuhi kebutuhan optimal ikan (Ghufran, 2011).

KESIMPULAN

Ikan nila Srikandi(Oreochromis aureus x niloticus ) dapat tumbuh dengan baik pada pembesaran di kolam tembok dan kolam tanah. Performa pertumbuhan nila Srikandi yang dibesarkan di kolam tanah lebih baik dibandingkan dengan populasi nila Srikandi yang dipelihara di kolam Tembok. DAFTAR ACUAN

Abucay, J.S., Herle, M.T., & Eduardo, A.L. (2004). Growth Performance Of nila hitam (Oreochromis aureus x niloticus L) Subjected to Delayed stocking density and feeding.

Afrianto, E., & Liviawaty, E. (2010). Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Alhassan, E.H., Emmanue D.A.,& Christian, L.A. (2012). Effects of stocking density on the growth and survival of Oreochromis aureus x niloticuscultured in hapas in a concrete tank. African Journal of Agricultural Research Vol. 7(15), pp. 2405-2411.

Amri, Khairul, & Khairuman. (2005). Budidaya Ikan Nila secara Intensif. PT Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. 96,00 84,67 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00

A(Bak beton) B (Kolam tanah)

Si nt as an ni la Sr ik andi (% )

Gambar 2. Sintasan ikan nila Srikandi pada kolam pembesaran yang berbeda

No Parameter Kisaran Kelayakan

Pustaka 1 Suhu (O C ) 25,7 - 31,9 25 – 30 2 pH 6,8 – 7,08 6,5 – 8,5 3 Do (mg/L) 1,4 – 3,5 3 – 5 4 Turbiditas (NTU) 95 - 168 30 – 40 5 Konduktivitas (m s/m) 33,5 – 49

--Tabel 2. Data kualitas air kolam pembesaran nila Srikandi selama pengamatan

(7)

Bakhoum, S.A., Sayed-Ahmed, M.A., & Ragheb, E.A. (2009). Genetic evidence for natural hybridization between nile tilapia (Orechromis niloticus; Linnaeus, 1757) and blu tilapia (Orechromis aureus; Steindacher,

1864) in lake Edku, Egypt. Global Veterinaria, 3(2):91-97.

Balarin, J.D., & Haller, R.D. (1982) Commercial tank culture of tilapia. In: Fishelson, L. And Yaron, Z. (eds) International Symposium on Tilapia in Aquaculture. Tel Aviv University, TelAviv, Israel, pp. 473–483.

Cholik,F., Rachmansyah & Tonnek, S. (1990). Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Produksi Nila Merah,

Orecrhois niloticus Dalam Karamba Jaring Apung di Laut. J. Penelitian. Budidaya Pantai. 6(2):87-96.

Djarijah, A.S. (1995). Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta. Hal 35-36. Effendie, M.I. (1997). Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. El-Sayed, A.F.M. (2006). Tilapia Culture.Cabi-Publishing. UK. 293 pp.

El-Zaeem, S.Y. (2011).Growth comparison of nile tilapia (Oreochromis niloticus and blue tilapia (Orechromis

aureus) as affected by classical and modern breeding method. African Journal of Biotechnology

10(56):12071 – 12078.

FAO. (2010). FAO Fisheries & Aquaculture Oreochromis niloticus. FAO Corporate Document Respository Gilles, R. (1987). Volume regulation in cells of euryhaline invertebrates. In Cell Volume Control: Fundamental and Comparative Aspects in AnimalCells, vol. 30 (ed. A. Kleinzeller), pp. 205–247. New York: Academic Press.

Ghufron, Nur, N., & Rini Risnawati. (2011). Teori-teori Psikologi. Jogjakarta

Gustiano, R., Arifin, O.Z., & Nugroho, E. (2008) Perbaikan Pertumbuhan ikan nila (Oreochromis aureus x

niloticus) Dengan Seleksi Famili. Media Akuakultur, 3(2): 8 .

Handajani & Widodo, (2010). Nutrisi Ikan. UMM Press. Malang

Hargreaves, J.A. (2000). Control of Clay Turbidity in Ponds. Southern Regional Aquaculture Center (SRAC), Publication No. 460.May.

Kamel, E.A., Elghobashy, H.A, & Farag, M.A.. (2008). Performance Of Growth and Survival Rates of Oreochromis aureus Juveniles During Hard Winter Condition In Egypt. 8th International Symposium on Tilapia in Aquaculture.p: 319-327.

Popma, T., & Masser, M. (1999). Tilapia. Life history and biology.Southern Regional Aquaculture Center. SRAC Publication 283.

Shafland, P.L., & Pesytrak, J.M. (1982). Lower lethal temperatures for fourteen nonnative fishes in Florida. Environmental Biology of Fishes 7(2):149-156.

Sri Rejeki, Sri Hastuti, & Tita Elfitasari. (2013). Uji Coba Budidaya Nila Larasati Di Karamba Jaring Apung

Dengan Padat Tebar Berbeda. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 9, No. 1, 2013 : 29-39.

Suyanto, R. (1993). Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 hal.

Wohlfarth, G., & Hulata, G. (1983).Applied genetic of tilapias. ICLARM studied and Review 6. International Center For Living Aquatic Resources Management. Manila, Philippines.

(8)

DISKUSI

Nama Penanya:

R.R. Sri Pudji Sinarni Dewi Pertanyaan:

Pertimbangan padat tebar mengacu SNI ?; DO < 1 ppm ? Tanggapan:

Padat tebar 3-5 ekor tetapi karena diberi pakan sehinga dicoba kepadatan lebih tinggi 10 ekor; DO < 1 ppm didiga karena pengambilan sampel pagi hari

Gambar

Gambar  1. Pola  pertumbuhan  bobot  ikan  nila  Srikandi (Oreochromis aureus x niloticus) pada media pembesaran berbeda
Tabel 1. Rerata  pertumbuhan  mutlak,  SGR,  DGR,  FCR,  biomassa  ikan  nila  Srikandi selama pemeliharaan  empat  bulan
Gambar  2. Sintasan  ikan  nila  Srikandi  pada  kolam  pembesaran  yang berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Bapak Yusuf Abadi selaku kepala sekolah MTs Muhammadiyah Boarding School (MBS) Klaten penerimaan peserta didik di MTs Muhammadiyah Boarding School

Kutipan-kutipan tersebutlah yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian yakni mengidentifikasi simbol dan makna mantra tawar Masyarakat Melayu

Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media yang dilalui bising dan jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian bising pada sumbernya

Pada metode Benefit Prorate dalam perhitungan kewajiban aktuaria, nilai yang didapat berasal dari jumlah gaji yang dipengaruhi oleh perkalian kumulatif

Infeksi oleh bakteri Meningitis , menyebabkan radang pada selaput (meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika jaringan parut dari

Permasalahan di dalam upaya pelestarian gajah diantaranya adalah menurunnya kualitas habitat dan berkurangnya luas habitat (Alikodra 1979). Untuk menjaga

Organisasi Lini dan Fungsional adalah organisasi yang masing-masing anggota mempunyai wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasi Komite lebih

Dari penelitian ini, telah dikembangkan sebuah media pembelajaran berbasis PowerPoint dengan tambahan aplikasi VBA ( Visual Basic for Application ) sehingga slide