• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHALUAN. 1.1.Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHALUAN. 1.1.Latar Belakang"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHALUAN

1.1.Latar Belakang

Sebagaimana diatur dalam UU No. 7 Tahun 2004, DAS adalah suatu wilayah daratan

sebagai satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi untuk

menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau

atau ke laut secara alami. Karena itu, DAS mempunyai arti yang sangat penting bagi

kehidupan sosial ekonomi , lingkungan dan budaya masyarakat mulai dari hulu, tengah

sampai hilir.

DAS Ayung sebagai sungai terbesar di Bali, menjadi salah satu penyedia air bagi

kehidupan masyarakat di beberapa wilayah kabupaten, terutama masyarakat yang ada

di bagian tengah dan hilir. Penggunaan air dari DAS Ayung sebagian besar

dimanfaatkan untuk irigasi, sumber air bersih bagi sebagian besar penduduk yang

bermukim di wilayah Bali Selatan (hilir), sektor industri pariwisata, termasuk juga

dimanfaatkan sebagai objek wisata arung jeram (rafting). Untuk bisa terus

menghasilkan air secara berkelanjutan (baik secara kuantitas maupun kualitas), maka

pengelolaan sumber daya air dan hutan merupakan upaya penting yang harus dilakukan

oleh semua pihak. Kerusakan hutan di bagian hulu akan mempengaruhi kondisi air yang

mengalir di sungai, karena air hujan yang ada tidak akan bisa tertahan/tertampung

secara optimal dalam tanah. Oleh karena itu, memberikan tanggungjawab hanya

kepada masyarakat hulu untuk menjaga ekosistem (hutan) dan DAS merupakan bentuk

ketidakadilan. Disisi lain, masyarakat di bagian hulu belum sepenuhnya dapat

memanfaatkan air tersebut karena keterbatasan teknologi, sehingga secara gravitasi air

tersebut mengalir ke bagian tengah dan hilir. Sementara, masyarakat di hulu diminta

menjaga kelestarian sumberdaya hutan agar ketersediaan sumber air di Sungai Ayung

tetap terjamin. Hal ini menjadi kurang adil jika tidak ada upaya perlindungan dan

pelestarian hutan dan lahan serta pemberdayaan livelihood masyarakat di hulu, yang

juga dilakukan oleh para pihak yang berada di bagian tengah dan hilir.

(2)

2

Memperhatikan arti penting DAS Ayung bagi kehidupan sosial ekonomi, lingkungan dan

budaya masyarakat, serta seiring perkembangan pembangunan dan kehidupan

masyarakat di sepanjang wilayah DAS, diperlukan adanya terobosan agar dilakukan

upaya pengelolaan DAS Sungai Ayung secara terpadu.

Pendekatan terpadu perlu

dikembangkan mulai dari perencanaan, perumusan kebijakan dan pelaksanaan sampai

monitoring dan evaluasi sehingga semua pihak yang terkait dengan pemanfaatan DAS

Ayung dapat memperoleh manfaat bagi peningkatan kehidupan sosial ekonomi sekaligus

turut memelihara kelestarian sumberdaya air di wilayah DAS tersebut.

Untuk itu diperlukan adanya upaya-upaya yang konkrit dari para pihak untuk ikut serta

dalam mengelola dan melestarikan sumberdaya air dari DAS ini dan pemberdayaan

masyarakat, baik di hulu, tegah dan hilir.

Berdasarkan hasil Pra Workshop DAS Ayung, ada beberapa isu penting yang perlu

dibahas lebih lanjut dalam pengelolaan DAS Ayung secara terpadu, yaitu :

Air merupakan komoditas yang tidak bisa disubstitusi, seperti halnya dengan sumber

daya energi lainnya, sehingga diperlukan upaya untuk menjaga dan melestarikan

sumber daya air, agar terus dimanfaatkan secara berkelanjutan (baik secara

kuantitas maupun kualitas).

Pengelolaan DAS Ayung secara terpadu, harus bisa mencakup 3 dimensi penting,

yaitu peningkatan ekonomi masyarakat, lingkungan (water suplai dan higienitas),

dan dimensi perlindungan maupun pelestarian sumber daya air dan hutan.

Perlu dikembangkan model kelembagaan yang mengatur pengelolaan DAS Ayung

secara tarpadu di tingkat propinsi, karena DAS Ayung secara administratif meliputi 6

wilayah kabupaten. Model Kelembagaan ini nantinya diharapkan dapat menjadi

operator dalam mengawal kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan

dan pelestarian DAS Ayung.

Perlu ada komitmen dan tindakan bersama untuk konservasi DAS Ayung, penyadaran

para pihak yang mengakses DAS Ayung, dan memperkuat penghidupan masyarakat

di daerah hulu. Masyarakat dan para stakeholder di bagian tengah dan hilir wajib

berkontribusi untuk agenda pelestarian DAS Ayung dan peningkatkan kesejahteraan

dan partisipasi masyarakat di daerah hulu.

(3)

3

Perlu dikembangkan model cost sharing dalam pengelolaan DAS Ayung agar

memberikan rasa keadilan bagi masyarakat yang berada di bagian hulu. Salah satu

upayanya adalah harus ada kontribusi dari pihak pemanfaat (user) DAS dan air

Sungai Ayung kepada mereka yang menjaga ekosistem hutan dan DAS untuk

melakukan konservasi dan rehabilitasi DAS dalam hal ini masyarakat di daerah hulu

Guna membahas lebih lanjut isu-isu tersebut, terutama gagasan tindakan aksi yang bisa

dikembangkan dalam upaya melestarikan sumberdaya air dari DAS Ayung, maka kegiatan

Workshop Pengelolaan DAS Ayung secara Terpadu ini dilaksanakan. Diharapkan dari

workshop ini adanya rencana aksi yang bisa dilakukan bersama dan terpadu yang

melibatkan berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan

DAS Ayung secara berkelanjutan.

1.2.Tujuan dan Keluaran

Tujuan workshop adalah untuk membangun pemahaman bersama para pihak

terkait dengan pengelolaan DAS Ayung secara terpadu dan berkelanjutan dari hulu sampai

hilir. Sedangkan keluaran yang ingin dicapai, antara lain:

(i) Terbangunnya pemahaman yang sama oleh para pihak tentang pengelolaan DAS

Ayung secara terpadu dan manfaatnya bagi kehidupan masyarakat, baik di hulu,

tengah dan hilir.

(ii) Adanya rencana tindakan aksi bersama pengelolaan DAS Ayung secara terpadu yang

disepakati oleh para pihak dan dijadikan sebagai salah satu model dalam melakukan

aksi pengelolaan DAS Ayung ke depannya.

1.3.Tempat dan Waktu

Workshop Pengelolaan DAS Ayung secara Terpadu, sebagai tindak lanjut kegiatan

Pra Workshop sebelumnya, dilaksanakan sehari sebagian rangkaian dari kegiatan Festival

Budaya Pertanian yang dilaksanakan oleh Pemkab Badung di Wilayah Pelaga 25-28 Juli 2013.

Kegiatan workshop dilaksanakan di Ruang Pertemuan SMK Pertanian Petang di Desa Pelaga,

pada Hari Jumat, 26 Juli 2013. Adapun jadwal acara workshop sebagaimana terlihat dalam

Lampiran 1.

(4)

4

1.4. Peserta

Peserta workshop yang hadir sebanyak 42 orang , terdiri dari berbagai pihak, antara

lain tokoh masyarakat, pemerintah desa, pelaku pariwisata, dinas/instansi terkait di

Kabupaten Badung, dll, sebagian besar merupakan peserta Pra Workshop sebelumnya,

guna memberikan masukan tentang berbagai permasalahan dan gagasan untuk

pengelolaan DAS Ayung secara terpadu berkelanjutan. Selain itu, ada beberapa tambahan

peserta lain yang juga terkait dalam memanfaatkan sumber daya air dari DAS Ayung.

Adapun daftar nama-nama peserta workshop terlihat dalam lampiran 2.

1.5. Narasumber dan Fasilitator

Sebagai narasumber dalam kegiatan workshop, terutama untuk memberikan

gagasan pengelolaan DAS Terpadu, yaitu Dr. Ir. I Made Sudarma, MS.. Sedangkan untuk

membantu proses workshop difasilitasi oleh IB. Manu Derestha.

(5)

5

2. PROSES LOKAKARYA

2.1.

Pengantar/pembukaan

Mengawali acara workshop, Ibu Agung Ambara Dewi (Kabid Kehutanan) Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung, menyampaikan selamat datang kepada para peserta workshop, sekaligus menjelaskan bahwa workshop ini merupakan lanjutan dari kegiatan pra workshop yang dilakukan sebelumnya di Ruang Pertemuan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Badung pada 8 Juli 2013. Workshop ini nantinya diharapkan bisa memperoleh hasil yang nyata berupa tindak lanjut rencana aksi yang bisa dikembangkan bersama para pihak dalam mengelola DAS Ayung secara terpadu kedepan.

Selanjutnya disampaikan bahwa agenda worskhop sehari ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : o Sambutan

o Review hasil Pra Workshop oleh Narasumber (Bapak Dr.Made Sudarma) o Diskusi kelompok : 3 kelompok (hulu, tengah, dan hilir)

o Role play tentang pengelolaan DAS. o Penutup

2.2.

Sambutan Bapak. Ir. I G.A.K. Sudaratmaja, MS

(Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung)

Dalam paparanya, Bapak Kadis Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Badung, menyampaikan bahwa kegiatan workshop ini adalah bagian integral dari kegiatan Festival Budaya Pertanian yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Badung, yang dipusatkan di Plaga, 25-28 Juli 2013, yang intinya memberikan nuansa keberpihakan Pemerintah Badung atau setidaknya spirit semua pihak untuk melihat lebih tajam ke daerah hulu. Oleh karena itu, kegiatan workshop ini dilaksanakan di Desa Pelaga.

(6)

6

Ditegaskan kembali bahwa selama ini kondisi masyarakat di bagian Utara (hulu) diminta menjaga kelestarian hutan, sementara di Selatan yang lebuh banyak memanfaatkan air yang mengalir dari hulu, sehingga hal tersebut tentu tidak adil bagi masyarakat di bagian utara (hulu). Konsep daerah hulu merupakan gunung, tengah merupakan wilayah persawahan dan hilir adalah pariwisata, maka tentu sumberdaya air akan mengalir dari hulu ke hilir secara alami (natural). Secara ekosistem, dari proses dari Selatan ke Utara tentu tidak akan bisa berjalan secara natural, sehingga perlu ada satu spirit yang sama untuk membangun daerah hulu secara berkelanjutan. Dengan demikian diharapkan ada keseimbangan dalam pengembangan ekonomi antara wilayah Utara dengan Selatan. Oleh karena itu, sejalan dengan upaya mendorong pengembangan ekonomi di utara, kegiatan festival budaya pertanian ini dikembangkan di wilayah hulu (gunung) untuk mendukung pengembangan usaha pertanian dan peningkatan ksejehateraan masyarakat.

Dalam akhir sambutannya, Bapak Kadis berharap dalam workshop ini, adanya satu prinsip yang mengerucut yaitu kebutuhan untuk membangun dan mengembangkan aksi nyata di lapangan pasca workshop. Lebih-lebih telah ditetapkan akan ada diskusi dari 3 wilayah (hulu, tengah dan hilir), diharapkan dapat dihasilkan sebuah pilot program dari masing-masing zone tergantung dari kasus permasalahan dan aspirasi yang berkembang. Demikian pula gagasan pembentukan kelembagaan untuk mengelola DAS Ayung secara terpadu lebih lanjut. Diharapkan agar lembaga-lembaga yang sudah ada selama ini seperti BP DAS, Forum DAS, dll dapat dilihat dan dicermati kembali, mungkin bisa direvitalisasi guna dikembangkan lebih lanjut dalam pengelolaan DAS secara lebih optimal ke depan. Paling tidak dengan keterbasan sumberdaya yang ada, bisa dihasilkan/dimulai satu pilot project untuk satu wilayah di hulu lebih dahulu.

2.3.

Review hasil pra workshop dan gagasan pengelolaan DAS Ayung ke depan, oleh

Bapak Dr. Ir. Made Sudarma, MS.

Usai pembukaan workshop secara resmi oleh Kadis Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Badung, sesi berikutnya dilakukan pemaparan hasil pra workshop sebelumnya dan beberapa gagasan pengelolaan DAS Ayung ke depan oleh Bapak Dr. Made Sudarma. Topic yang dipaparkan, yaitu

“Membangun sinergintas menuju pengelolaan

DAS Ayung berkelanjutan di Propinsi Bali”.

Dalam paparanya, narasumber menyampaikan beberapa hal penting dari hasil pra workshop pada 8 Juli 2013, antara lain :

(7)

7

Air merupakan komoditi penting yang perlu diselamatkan dan dilestarikan Beberapa permasalahan yang terjadi di DAS Ayung

Akibat yang terjadi atas berbagai permasalahan di DAS Ayung

Menuju pengelolaan DAS Ayung terpadu dan langkah-langkah yang perlu dilakukan.

AIR merupakan Komoditi penting yang perlu diselamatkan.

Dari hasil pra workshop 8 Juli 2013, tergambar secara jelas bahwa intinya kita semua punya perhatian dan komitmen yang sama untuk menyelamatkan air, karena Air itu sendiri bukan merupakan barang yang bisa disubstitusi atau tidak bisa diganti. Sementara komodit lainnya, seperti beras, listrik masih bisa ada penggantinya. Sedangkan air tidak bisa mengambil dari daerah lain.

Selama ini air belum bisa diganti/subsitusi seperti halnya barang lain. Upaya yang harus dikembangkan adalah menyelamatkan air agar tetap ada secara berkelanjutan. Untuk menyelamatkan air, caranya adalah dengan menyelamatkan hutan. Dimana hutan yang ada? Tentunya di bagian hulu (gunung). Selama ini orang-orang di bagian hilir hanya memanfaatkan air, seperti pengusaha raffting, PDAM, hotel, restaurant, dll. Namun, sayang mereka tidak berfikir dari mana dan bagaimana air itu ada? Kita semua tahu tanaman-tanaman yang tumbuh di hutan itulah yang memegang air. Hutan memiliki peran penting terkait dengan keberadaan air sungai.

Dalam workshop ini kita akan mengajak semua pihak untuk konsen untuk menyelamatkan air secara terpadu dan berkelanjutan. Banyak pihak yang terlibat dalam penyelamatan, tetapi sayang tidak pernah terpadu. Semua pihak harus bisa menyatukan langkah dan visi guna membangun sigernitas menuju pengelolaan DAS Ayung secara terpadu dan berkelanjutan. Berkelanjutan dimaksudkan agar air selalu ada terus menerus sampai pada generasi kita ke depan.

Krisis air sering dibicarakan, tetapi apa tindakannya? Jasa yang dihasilkan oleh DAS AYUNG adalah Air. Sungai Ayung adalah sungai terpanjang di Bali (sekitar 68, 5 km), dengan hulu DAS di Kab. Bangli, Badung, Buleleng dan Tabanan, mengalir melewati wilayah Kabupaten Gianyar dan Badung, terakhir bermuara di Kota Denpasar (pantai Padanggalak). Pelaga- Petang Hulu, Abiansemal  Tengah, Kota denpasar  Hilir.

Beberapa hal penting yang perlu dicatat oleh semua pihak berkaitan dengan masalah Air di DAS Ayung, antara lain

 Air sungai Ayung dimanfaatkan secara langsung untuk kebutuhan irigasi (sektor pertanian), air baku PDAM (sektor air bersih), wisata air arung jeram (sektor pariwisata), dan upacara ritual (melasti, nganyut, dll)

 Peranan ekosistem hutan dan DAS Ayung di daerah hulu dan tengah memegang peranan sangat penting dalam menjaga keberlanjutan ketersediaan air dalam suatu aliran sungai

(8)

8

 Pengelolaan DAS Ayung saat ini menghadapi masalah yang kompleks dan saling terkait karena melibatkan lintas wilayah dan lintas sektor. Permasalahan tersebut terjadi disebabkan oleh berbagai faktor, yang pada DASarnya belum adanya kesamaan persepsi, kesamaan pemahaman, kesamaan sikap dan keterpaduan langkah dalam pengelolaan DAS Ayung.

Beberapa permasalahan yang terjadi di DAS Ayung :

• Berkurangnya penutupan vegetasi permanen di bagian tengah dan hulu DAS akibat perubahan tata guna lahan.

• Terjadinya kerusakan hutan di daerah hulu DAS Ayung.

• Budidaya tanaman yang tidak sesuai dengan kelas dan kemiringan lahan • Tingginya tingkat erosi dan sedimentasi di bagian hulu DAS.

• Terjadinya pelanggaran sempadan sungai/jurang.

• Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap kelestarian DAS.

• Rendahnya kemampuan masyarakat untuk melakukan usaha konservasi di hulu dan tengah DAS.

• Belum adanya internalitas pembiayaan untuk pengelolaan bersama.

• Belum adanya KETERPADUAN pengelolaan DAS Ayung antar wilayah dan antar sektor

Akibat yang terjadi atas permasalahan tersebut :

 Menurunnya debit dan potensi air sungai Ayung  Menurunnya kualitas air Sungai Ayung

Hasil pemantauan dari BLH Provinsi Bali (2010) menunjukkan bahwa dari 25 parameter yang dianalisis, ada sembilan parameter yang melampaui baku mutu air Kelas I sesuai Peraturan Gubenur Bali No. 8 Tahun 2007. Parameter-parameter yang selalu muncul pada semua titik pantau dengan nilai di atas baku mutu adalah oksigen terlarut (DO), fenol, logam besi (Fe), fosfat dan sulfida. Hasil analisis storet dari hilir ke hulu -31, -22, -19, -21, -18 dan -5 menunjukkan terjadinya tingkat pencemaran ringan sampai berat. Parameter DO dan fenol yang tidak sesuai baku mutu menunjukkan indikasi yang kuat bahwa air Sungai Ayung dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan limbah domestik oleh rumah tangga maupun jasa perhotelan dan restoran yang banyak beroperasi pada wilayah DAS Ayung.

(9)

9

Menuju pengelolaan DAS AYUNG TERPADU

Tujuan Umum pengelolaan DAS terpadu adalah :

1. Terselenggaranya koordinasi, keterpaduan, keserasian, dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi DAS

2. Terkendalinya hubungan timbal balik sumberdaya alam dan lingkungan DAS dengan kegiatan manusia guna kelestarian fungsi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Sasaran Pengelolaan DAS yang ingin dicapai :

1. Tercapainya kondisi hidrologis DAS yang optimal

2. Meningkatnya produktivitas lahan yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat 3. Tertata dan berkembangnya kelembagaan formal dan informasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pengelolaan DAS dan konservasi tanah

4. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS secara berkelanjutan

5. Terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan berkeadilan

Untuk mencapai pengelolaan DAS Ayung Berkelanjutan, upaya dan langkah yang

perlu dilakukan :

1. Adanya kesamaan pemahaman antar para pemangku kepentingan (stakeholder) tentang pentingnya peranan DAS sebagai tata kelola air

2. Adanya kebijakan pemerintah (pusat, propinsi, kabupaten/kota) dan dukungan legislatif dalam pengelolaan DAS berkelanjutan  tugas kita meloby. Badung untuk mengeluarkan sejumlah uang tidak sulit

3. Adanya keterpaduan perencanaan dan tindak lanjut antar wilayah dan antar sektor dalam pengelolaan DAS  menjadi produk dari worskhop hari ini, siapa, apa, dll

4. Adanya sumber pendanaan untuk pengelolaan DAS berkelanjutan

5. Adanya peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat sekitar wilayah DAS  penghargaan/insentif

6. Pengembangan teknologi dalam pengelolaan DAS

Dalam prakteknya, masing-masing lembaga atau instansi masih bergerak sendiri-sendiri sesuai program masing-masing tanpa pernah melakukan KISS (koordinasi, intergarsi, sinkronisasi dan sinergi) antar wilayah dan antar sektor. “ Mereka sama-sama bekerja, tetapi tidak (bisa) bekerja bersama-sama.

(10)

10 Untuk bisa bekerja bersama-sama, maka perlu :

 Dibangun kesamaan persepsi untuk keterpaduan perencanaan dan langkah dengan membentuk wadah yang berperan mengakomodasi kepentingan semua pihak (stakeholder).

 Pengelolaan DAS terpadu melibatkan para pemangku kepentingan lintas sektor dan lintas wilayah administrasi.

 Pengelolaan DAS terpadu dilakukan melalui koordinasi dengan mengintegrasikan kepentingan para pemangku kepentingan berbagai sektor dan wilayah administrasi.

 Koordinasi dilakukan oleh suatu wadah koordinasi yang dapat berupa forum, badan, dewan atau nama lain yang bersifat independen. Lembaga pemerintah dan/atau lembaga bukan pemerintah dapat memprakarsai pembentukan lembaga koordinasi pengelolaan DAS

Stressing untuk di wilayah Badung :

1. Pengelolaan DAS terpadu melibatkan para pemangku kepentingan 2. Berkoordinasi

3. Perlu wadah

Sumber pendanaan :

1. Dana pemerintah (APBN,APBD) 2. Dana dunia usaha (CSR, cost sharing 3. Dana masyarakat

4. Dana lainnya (negara atau lembaga donor)

Model cost sharing sebagai salah satu sumber Pendanaan :

Konsep Dasar : bahwa mereka yang “menyediakan” jasa lingkungan dengan melakukan konservasi, restorasi ekosistem alam harus diberi kompensasi oleh si “penerima” manfaat atau “pemakai” dari jasa tersebut. Kompensasi ini diharapkan akan mendorong dan dapat membiayai upaya konservasi dan sekaligus memperbaiki penghidupan/mata pencaharian masyarakat di sekitar DAS. Konsep ini menekankan pada keseimbangan dan keadilan sosial dan kesetaraan antara penyedia dan penerima manfaat jasa lingkungan (air). Dari aspek hukum, penerapan cost sharing ini dibenarkan oleh peraturan perundangan yang berlaku

(11)

11

 Siap dan maukah kita melangkah bersama dalam kesatuan tindak dan aksi yang terpadu dalam perlindungan dan pelestarian DAS untuk keberlanjutan ketersediaan air bagi generasi yang akan datang...?

 Acapkali kita menyalahkan generasi lalu tanpa pernah kita sadari ... Bahwa kita juga ternyata tidak berbuat lebih baik dari apa yang telah mereka lakukan

2.4. Diskus/Tanya Jawab

Untuk menambahkan beberapa gagasan dan permasalahan yang disampaikan oleh narasumber, tahap berikutnya dilakukan sesi tanya jawab yang difasilitasi oleh Bapak Ida Bagus Manu (JANMA). Berikut beberapa pertanyaan dari peserta dan tanggapan narasumber.

(i) Pak Gusti – Masyarakat Desa Semanik

o Desa Semanik yang bersentuhan langsung dengan hutan puncak mangu. Kesadaran masyarakat untuk menjaga hutan sangat tinggi sekali. Tetapi ha ini tidak dibarengi dengan peran pemerintah secara serius.

o Adanya dinas kehutanan itu karena ada hutan, maka sepatutnya tanggungjawab penuh dari dinas kehutanan, masyarakat selaku penjaga dan pemelihara. Belum ada penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat dalam menjaga hutan

o Debit air di semanik  dulu sungai sungai masih besar, saat ini sungai ini sudah ilang (tidak ada air lagi hampir 80%. Masalahnya simple perkembangan jaman, kebutuhan meningkat hidup  tidak bisa bergantung dengan pertanian contoh tanaman kopi  kopi perlu tanaman peneduh sehingga masih ada hutan, sekarang model pertanian berubah dengan sayur-sayuran sehingga otomatis pohon-pohon peneduh itu ditembang.

o Bagaimana di daerah hulu mendapatkan manfaat dari para pihak yang di hilir yang telah memanfaatkan air ?

o Adanya yayasan atau lembaga  yang bisa memberikan dana untuk masyarakat di hulu

(ii) Ibu A.A Rai – BLH Badung

 Ingin menyampaikan kinerja berkaitan dengan pemanfaatan. Di BLH sudah menginvetarisasi sumber-sumber mata air , pemantauan kualitas, debit. Tahapan

(12)

12

upaya penanggulangan juga sudah dilakukan : pemantauan, pemulihan dengan penghijauan, dll.

 Saat ini BLH dalam upaya penghijauan ini terkendala dengan lahan. Masyarakat lebih mendahulukan faktor ekonomi dibandingkan lingkungan. Misalnya menanam tanaman kopi.

 Luasan sepandan sungai menjadi potensi upaya kegiatan penghijauan. Namun luasan sepandan sungai belum didapatkan, jadi perlu data-data luas sumber air.

(iii) Pak Wayan Subawa

 Setuju yang dipaparkan pak Made Sudarma, apa yang disampaikan tadi juga merupakan keinginan masyarakat di Plaga

 Adanya hubungan timbal balik manfaat dari hulu dan hilir

 Kehutanan sudah melakukan KPTR  perlu dikaji ulang dalam pemanfaatan lahan  Ada mekanisme sewa pohon dari orang yang memanfaatkan hasil pohon ?

 Petani memiliki 2 alasan utama, yaitu ekonomi dan menjaga lingkungan. Masalah utama yang dialami masyarakat di Plaga adalah lahan pertanian semakin sempit, sehingga petani lebih memaksimalkan produk yang paling cepat menghasilkan nilai ekonomis/menjadi uang, dari pada tanam pohon yang menghasilkan cukup lama, lebih baik mereka tanam bunga gumitir

Tanggapan Narasumber:

1. Semua pihak tampaknya sudah memiliki kesepahaman untuk membangun sinergitas mellaui sebuah wadah kelembagaan.

2. BLH Badung sudah melakukan upaya untuk melakukan pendataan tentang jumlah mata air, kondisi dan kualitasnya. Namun masih terkesan berjalan sendiri-sendiri karena Dinas Kehutanan juga melakukan yang sama. Oleh karenanya perlu duduk bersama untuk membangun sinergitas

3. Berbagai kesulitan terkait dengan penggunaan lahan ini artinya tidak ada komunikasi yang nyambung dengan masyarakat. Masyarakat selalu bertanya, saya mendapat apa untuk kebutuhan hidupnya setiap hari. Karena itu, perlu duduk bersama apa yang diinginkan petani dan pemerintah

4. Mari kita menghargai masyarakat penyedia air  berikan reward/insentif kepada mereka (tidak harus dalam bentuk uang, namun bisa dalam bentuk tanaman atau fasilitas program lainnya).

(13)

13

Rangkuman dari review :  Perlu Ada keseimbangan

 Ada yang menjaga ada yang memanfaatkan

 Menuju keharmonisan hulu dan hilir

(14)

14 2.5. DISKUSI KELOMPOK

Untuk memperdalam analisis permasalahan yang terjadi di masing-masing wilayah (hulu, tengah dan hilir), sesi berikutnya dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok yaitu Kelompok Hulu dan Kelompok Tengah. Sementara karena peserta dari bagian hilir hanya 1 orang, maka digabung ke dalam Kelompok Tengah. Hasil dari diskusi masing-masing Kelompok dipresentasikan secara pleno untuk mendapatkan masukan dari peserta lain. Berikut hasil diskusi dari masing-masing kelompok.

HASIL DISKUSI KELOMPOK : HULU

No Masalah Siapa Penyebabnya Yang terkena Dampak

Apa yang bisa dilakukan Lokasi Pilot project 1 Lahan semakin sempit Pemilik lahan di hulu : Masyarakat/petani, penduduk semakin meningkat

Petani/masyarakat Menyusun dan penegakan hukum (awig-awig dan perarem - Banjar Tinggan - Pengadaan bibit lokal : kayu Lenggung (ekonomi dan penahan air) dan bambu - Pembuatan teras dilahan-lahan miring - Sosialisasi pentingnya upaya perlindungan hutan dan manfaatnya - Menyusun awig-awig/perarem tentang pelestarian hutan 2 Alih fungsi lahan semakin meningkat

Petani pemilik dan investor Masyarakat/petani Pengguna air, Penegakan pe 3 Perilaku mayarakat untuk pelestarian hutan semakin menurun Petani/masyarakat pengguna /pemanfaat air Pengguna air Lingkungan hutan masyarakat Membudayaakan penanaman kembali Hutan dan memberikan insentif kepada petani yang menanam pohon 4 Kurangnya Koordinasi dan sosialisasi antar lembaga / dinas dalam

Ego antar lembaga/ Dinas/instansi terkait Membangun dan memperkuat kelembagaan sehingga ada koordinasi ana

(15)

15 HASIL DISKUSI KELOMPOK : TENGAH

N o

Masalah Siapa Penyebabnya Yang terkena Dampak Apa yang bisa dilakukan

Lokasi

Permasalahan 1 Pencemaran Limbah hotel,

industri, peternakan, rumah tangga, petani (pestisida) dan pupuk kimia. Masyarakat, hewan, tanaman, dsb. 1. Meningkatka n kesadaran masayrakat dengan melakukan sosialisasi 2. Membentuk kelompok peduli lingkungan tingkat banjar, desa dan pemerintah 3. Penegakan hukum 4. Program pemberdaya an ekonomi masyarakat yang ramah lingkungan 5. AMDAL Darmasaba, Bongkasa, Pertiwi, Mambal, Sibang 2 Debit air menurun Tertutupnya permukaan tanah dengan beton, Pengerasan struktur

Petani, jasa Raffting,

AMDK, Hotel,

masyarakat

Buangga, Canangsari, Dauh Yeh Cani, Mambal

3 Penyimpitan sepadan sungai

Bangunan vila dan rumah-rumah pinggir sepadan sungai Masayarakat di aliran sungai Buangga, Mambal, Sibang, Peguyangan 4 Alih fungsi lahan - Desakan ekonomi - Gaya hidup - Investasi - Kebutuhan akan tempat tinggal - Investor pengembang profesi - Lemahnya pengakan hukum

- Tidak ada air irigasi

- Masyarakat/pert anian arti luas - Ketahanan pangan - Kelsetarian subak - Kehilangan budaya pertanian Sibang, Abiansemal, Mambal 5 Konflik pengguna air Penurunan debit air

Penurunan debit Air Bongkasa,

Pertiwi, Selat,

Pertanyaan :

1. Siapa yang akan melakukan itu ?

2. Sembilan rencana aksi ini yang mana yang paling memungkinkan bisa dikerjakan dalam waktu dekat ?

(16)

16

2.6. ROLE PLAY PENGELOLAAN DAS

Melengkapi hasil diskusi kelompok terkait pentingnya pengelolaan DAS dimulai dari hulu, dilakukan kegiatan role play, yang difasilitasi oleh Pak Arman (PT. Aqua). Tujuannya adalah memberikan pemahaman pentingnya kerjasama antara hulu, tengah dan hilir.

Untuk pelaksanaan permainan ini, proses yang dibangun oleh fasilitator adalah sbb : 1. Tim dibagi 3 kelompok : hulu, tengah, hilir

2. Disiapkan alat aliran air (dari botol aqua)

3. Ketiga tim saling menyambungkan alat aliran airnya 4. Tim hilir mengalirkan air yang tercemar

5. Lalu sampai di hilir ditampung dalam satu gelas hasilnya tercemar

6. Permainan dilanjutkan dengan tim tengah melakukan konservasi dengan menggelontorkan air bersih

7. Dan tim hulu tetap menggelontorkan air tercemar

8. Kelompok III menampung lagi dan hasilnya mulai lebih bening dari hasil I

9. Permainan dilanjutkan dengan tim hilir dan tengah mengirimkan anggotanya untuk ke hulu 10. Melakukan koordinasi untuk konservasi caranya menggelontorkan air bersih

sebanyak-banyaknya

11. Kelompok III tetap menampung dan hasilnya lebih bening lagi dari hasil II

Hasil Analisa :

1. Proses I lebih keruh  karena tidak ada konservasi

2. Proses II lebih bening dari I  karena sudah mulai ada upaya konservasi dari tengah dan hilir 3. Proses III lebih bening lagi dari II  karena konservasi dimulai dari hulu oleh semua pihak

yang berada di hilir, tengah dan hulu. Ada koordinasi dan komunikasi dan ada kesepakatan, aksi dikerjakan bersama-sama

Pertanyaannya: Apa yang bisa diberikan oleh masyarakat/stakeholder di bagian Tengah dan Hilir kepada masyarakat di bagian Hulu?

 Insentif ekonomi

 Memberikan program pelestarian hutan  pemberian bibit pohon

 Orang di hilir membeli produk dari orang-orang di hulu dengan harga yang layak Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka diperlukan sebuah wadah yang bisa menjembatani hal tersebut. Agar wadah ini nantinya bisa dikembangkan, maka diperlukan adanya tim ad-hoc yang bisa

(17)

17

merumuskan lebih lanjut renca pliot project yang sudah disusun sebagai salah satu model untuk mengelola DAS secara terpadu dan mengakomodir kepentingan masyarakat di hulu, tengah dan hilir. Adapun tim ad hoc yang dipilih oleh peserta, yaitu :

1. Dr. Made Sudarma  Akademisi 2. Pak Bagus  Pengusaha

3. Pak Wayan Subawa  Masyarakat 4. Pak Budi  Aqua

5. Dayu Tiwi  Aqua 6. Catur  LSM

7. Pak Made Suarjana  Masyarakat

8. Pak Wayan Supardi  Subak 9. Gde Suarja  JANMA (LSM)

10. Tim Regulator : Ibu Agung (BLH), Ibu Ambara Dewi (Kehutanan), Bapak Made Budiasa ( BKSDA Bali), Ida Bagus Wirawan ( Kehutanan).

(18)

18

3. SIMPULAN DAN PENUTUP

3.1. Simpulan

Dari hasil diskusi kelompok, masukan dari narasumber dan juga pendalaman dari permainan tentang pentingnya kerjasama dalam pengelolaan DAS Ayung diatas, selanjutnya fasilitator menyimpulkan ada 3 poin penting yang dihasilkan dari workshop ini, yaitu :

1. Perlu ada Keharmonisan dan Keseimbangan antara masuarakat hulu, tengah dan hilir 2. Untuk menjaga kelestarian sumberdaya air maka intervensi program harus di mulai dari hulu 3. Perlu adanya tim Ad-hoc yang membantu untuk menjembatani pengembangan pliot project

tahap awal ini, sekaligus nantinya memfasilitasi adanya wadah kelembagaan pengelolaan DAS Ayung secara terpadu ke depan.

3.2. Penutup

Usai presentasi hasil diskusi dari masing-masing kelompok dan permainan untuk memperkuat pemahaman para pihak tentang pentingnya kerjasama dalam pengelolaan DAS dari hulu, tengah dan hilir, kegiatan workshop ini ditutup secara resmi oleh Kepala Bidang Kehutanan - Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Badung.

Pada acara penutupan ini, perwakilan dari PT Aqua (Bapak Budi Hartono), menyampaikan terima kasih kepada semua pihak karena Aqua bisa ikut berpatisipasi dalam pelestarian DAS, dan Aqua punya komitmen bersama untuk pelestarian sumberdaya alam agar bisa berfungsi secara berkelanjutan untuk generasi kedepan.

Akhirnya atas nama Dinas, Ibu Ambara Dewi (Kabid Kehutanan), menutup kegiatan workshop secara resmi dengan mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi kepada semua peserta yang telah ikut terlibat dalam pra dan workshop ini. Diharapkan rencana pilot program yang sudah digagas tersebut dapat diwujudnyatakan guna meningkatkan integrasi dan sinergitas dalam pengelolaan DAS Ayung, khususnya di wilayah hulu, untuk mendukung kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan sumberdaya alam di wilayah Badung Utara.

(19)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Acara Workshop Pengelolaan DAS AYUNG Secara Terpadu,

Pelaga, 26 Juli 2013

No Waktu Acara Keterangan

1. 09.00-09.30 Registrasi peserta Panitia

2

09.30-10.00

- Pengantar

- Pembukaan workshop oleh Bapak Kepala Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan Badung

Kadis

10.00-10.15 Coffee break Panitia

3 10.15-11.00 Overview hasil pra workshop dan presentasi gagasan pengelolaan DAS Ayung secara

Dr. Made Sudarma

Moderator: IB. Manu 4 11.00-12.00 Diskusi kelompok untuk

mengidentifikasi permasalahan dalam pengelolaan DAS Ayung dan upaya untuk mengatasi .

Fasilitator (IB.Manu Derestha)

5 12.00-13.00 Pleno hasil diskusi dan rencana tindak lanjut

Penutupan lokakarya

Fasilitator (IB. Manu))

Kabid Kehutanan 6 13.00-14.00 Istirahat (makan siang) Panitia

(20)

20

Lampiran 2. Daftar Peserta Workshop Para Pihak Dalam Pengelolaan Das Ayung Secara Terpadu Dan Berkelanjutan “Pelaga 26 Juli 2013”

No Nama Instansi Telp

1 Dr. Ir. Made Sudarma , M.S PPLH Unud/ BPKS Bali 08123985990 2 Budi Hartono PT. Tirta Investama (Aqua) 0816533528 3 Fory Tjandra PT. Tirta Investama (Aqua) 081238300139 4 Ida Ayu Eka Pratiwi PT. Tirta Investama (Aqua) 081337749048

5 I G Bagus P PT. Bagus Agro Pelaga 0361- 7876489

6 A.A. Ambara Dewi Distanbunhut Kab. Badung 0361-8557697 7 I. B Gde Wirawan Distanbunhut Kab. Badung 08123646944

8 A.A Rat Manacika BLH Kab. Badung 081337786139

9 Made Budiasa BKSDA Sangeh 08124657331

10 Catur PPLH Bali 08179717120

11 I Md Suarjana Kades Bongkasa Pertiwi 0361 7811146

12 Wayan Supardi Klian Subak Buangga 085237042147

13 Wyn. Gede Subawa Kelihan Banjar Dinas Kiadan 087861345097

14 Ishak Y Walaka Distanbunhut Badung 081353173888

15 I B Arjawa Distanbunhut Badung 08174758861

16 I G A Yuliri Ratrini Distanbunhut Badung

17 Ariastrini Distanbunhut Badung

18 Ida Bagus Putra Puri Rafting 0361 7405601

19 I Md. Artawa Yayasan Korpri 08123977803

20 Wayan Subawa SMK Pertanian Petang 085333603334

21 Wayan Sagi Adnyana SMA N 1 Abian Semal 085237397159

(21)

21

23 I Made Kutra PPL Kehutanan Badung 081338660949

24 I Made Sudarsana PPL Kehutanan Badung 08999401007

25 I Wayan Winda PPL Kehutanan Badung 081236484678

26 I Gede Anggita PPL Kehutanan Badung 081338970959

27 I Wayan Sandi PPL Kehutanan Badung 081916680498

28 I Gde Suarja Janma 08123679644

29 Ni Luh Putu Aryani Janma 0361 942561

30 I B Manu Drestha Janma 0811397302

31. I Gede Yasa Utama Janma 081805549455

32. Dzulfikar Ali S Janma 08175083035

33. Nyoman Arsana Aqua 08123952938

34. Nyoman Astawa Aqua 081805381520

35. I Wayan Sutanaya BPP Abiansemal 082145251544

36 I Wayan Putra Staf Desa Plaga

37 I Made Kantor Tokoh Masy. Br. Bukian 38 I Nyoman Diarsa Tokoh Masy. Br. Tinggan 39 I Dw Made Mastra Staf Desa Pelaga

40 I Made Sugina Kelihan Subak Mambal

41 I Gusti Lanang Umbara Kelihan Banjar Dinas Semanik

42 I Wayan Sudana Tokoh Masy. Banjar Auman

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji Signifikansi Parsial (Uji-t) menunjukkan bahwa variabel Market Value Added (MVA) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Pendapatan Saham,

Jangan sampai kita malah menyakiti orang lain karena lidah kita, tapi mari kita mau menjadi berkat bagi orang lain dengan kata-kata yang keluar dari

Dengan hasil penelitian ini dapat dilihat keakuratan diagnostik potong beku, sitologi imprint intraoperasi, dan gambaran USG pada pasien dengan diagnosa tumor ovarium untuk

MATA Bisa menyebabkan iritasi mata pada orang yang rentan.. Efek spesifik

Komposisi tari yang demikian biasanya apabila garapan cengkok kendangnya lemah, maka terinya dirasakan sangat lemah, (coba menarilah gambyong atau ngremo tanpa kendang

Terkait dengan hal tersebut di atas, maka telaah kurikulum menjadi salah satu parameter akademik yang senantiasa perlu dilakukan sehingga tingkat kompetensi mahasiswa

setelah ujicoba skala kecil maupun besar, agar dapat menghasilkan media yang berkualitas. Data kevalidan didapatkan dari dosen ahli media dan materi sebagai validator dari

sehingga peserta didik yang mempunyai motivasi tinggi mendapatkan energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar yang pada akhirnya akan mampu