• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Single Parent Terhadap Tingkat Stres Pada Anak Di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Pola Asuh Orang Tua Single Parent Terhadap Tingkat Stres Pada Anak Di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Single Parent Terhadap Tingkat Stres Pada Anak Di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Uvia Hayin Humaedah*) Imron Rosyidi**), Yunita Galih Y**)

*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua single parent terhadap tingkat stres pada anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua single parent dan anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang sebanyak 41 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Data dianalisis menggunakan menggunakan uji kendal tau.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden mengalami pola asuh otoriter yaitu sebanyak 16 responden (39,0 %) dan sebagian besar responden mengalami stres dalam kategori ringan yaitu sebanyak 17 responden (41,5 %) dan sebagian kecil responden mengalami stres sedang yaitu sebanyak 10 responden (24,4 %).Dari hasil uji statistik menggunakan kendal tau diketahui ada hubungan pola asuh orang tua single parent terhadap tingkat stres pada anak di desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,001 Kata kunci : pola asuh, single parent, tingkat stres

(2)

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Single Parent Terhadap Tingkat Stres pada Anak di

Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Page | 2 The Correlation Between Parenting Pattern of Single Parent and The Level of

Stress in Children in District Bandungan, Village of Jimbaran, Semarang Regency

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the correlation between parenting pattern of single parent and the level of stress in children in the village of District Bandungan, Semarang regency. This research was a descriptive correlation with cross sectional approach using questionnaires as a data collection tool. The population in this study was all single parent, and children in the District Bandungan village of Jimbaran as many as 41 people. The sampling technique used is total sampling. Data were analyzed by using kendal tau test.

Based on the research, most respondents experience authoritarian parenting as many as 16 respondents (39.0%) and the majority of respondents experience stress in the lightweight category as many as 17 respondents (41.5%) and a small portion of respondents experience medium stress as many as 10 respondents (24.4%). From the results of statistical tests using kendal tau there is a correlation between parenting pattern od single parent and the level of stress in children in districts Bandungan Semarang regency village of jimbaran Semarang regency with p value 0,001

Keywords : parenting pattern, single parent , level of stress Bibliographies : 23 literatures (2001-2012)

(3)

PENDAHULUAN

Keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak, anggota keluarga tinggal bersama didalam satu rumah, atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain. Anggota keluarga saling berinteraksi satu sama lain dan mempunyai tujuan tertentu yaitu menciptakan dan meningkatkan perkembangan fisik, fisiologi, dan sosial para anggotanya (Andarmoyo, 2012).

Pola asuh orang tua merupakan gambaran dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pola asuh dikategorikan menjadi 4 jenis yaitu pola asuh otoriter, demokratis, permisif dan laissez-Faire. Ciri khas pola asuh otoriter diantaranya orang tua selalu memaksakan kehendak kepada anak. Ciri yang kental pada pola asuh demokratis yaitu mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan individu anak. Ciri pola asuh permisif yaitu segala sesuatu justru berpusat pada kepentingan anak. Orangtua tidak mengendalikan perilaku sesuai dengan kebutuhan perkembangan kepribadian anak. Ciri pola asuh laissez-faire yaitu tidak berdasarkan aturan-aturan dan sedikit campur tangan dari orang tua (Djamarah, 2014).

Romauli (2012), menyatakan bahwa single parent mempunyai peran ganda dalam keluarga. Dimana peran tersebut harus berperan sebagai ibu dan pendidik atau pengasuh bagi anak-anaknya, mulai kebutuhan psikologis anak (pemberi kasih sayang, perhatian,

dan rasa nyaman) serta memenuhi kebutuhan fisik anak (kebutuhan sandang pangan, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan materi). Single parent sebagai kepala keluarga, sebagai pengatur atau pengelola rumah tangga dan sebagai pencari nafkah dalam mengatasi masalah keluarga. Stres pada anak merupakan suatu bentuk ketegangan jiwa pada anak, hal ini muncul karena anak belum mampu menyelaraskan diri dengan stresor atau penyebab stress (Handoko, dalam, Lukluk, 2011). Keadaan ketegangan fisiologis atau psikologis akibat stimulus (internal ataupun eksternal) yang merugikan, baik stimulus fisik, mental, ataupun emosional, yang cenderung mengganggu fungsi organisme (Dorland, 2011). Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari setiap tindakan dari luar (lingkungan) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang (Lukluk, 2011).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya stres misalnya faktor keluarga juga menjadi salah satu faktor stres yang dialami oleh anak dan remaja yang disebabkan karena kondisi keluarga tidak baik yaitu sikap orang tua, hubungan orang tua yang dingin, acuh tak acuh, orang tua jarang di rumah, tidak ada waktu untuk menemani belajar anak-anak, komunikasi antara orang tua dan anak tidak baik, kedua orang tua bercerai atau berpisah, orang tua dalam mendidik anak kurang sabar, pemarah,

(4)

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Single Parent Terhadap Tingkat Stres pada Anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Page | 4 keras, otoriter dan lain sebagainya

(Yosep, 2007).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Jimbaran kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang pada tanggal 13 Oktober 2015 diperoleh data dari kelurahan, jumlah orang tua single parent sebanyak 41 orang. Berdasarkan hasil wawancara dari 6 orang tua single parent dan anaknya, diperoleh hasil 4 orang anak mengalami stres ringan, yaitu stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur, situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam dan tidak di sertai timbulnya gejala, dimana 3 orang tua single parent menerapkan pola asuh otoriter yaitu orang tua tersebut terlalu memaksakan kehendak pada anak, tidak terbuka terhadap pendapat anak, sangat sulit menerima saran dan cenderung memaksakan kehendak dalam perbedaan, dan 1 orang anak dengan pola asuh laissez-faire yaitu orang tua memberi kebebasan memilih terbuka bagi anak. Diperoleh hasil 2 orang anak tidak mengalami stres, dimana kedua orang tua menerapkan pola asuh demokratis yaitu orang tua selalu mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan individu anak, menerima saran, pendapat, bahkan kritik dari anak.

TUJUAN

Mengetahui hubungan pola asuh orang tua single parent terhadap tingkat stres pada anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

METODE

Jenis penelitian ini termasuk deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menggungkapkan hubungan korelasi antar variabel dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

Populasi sasaran adalah semua anak dengan orang tua single parent di adesa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang sebanyak 41 orang. Menggunakan teknik pengumpulan data total sampling.

HASIL

1. Analisa Univariat

a. Gambaran pola asuh orang tua single parent di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Tabel 4. 1 Distribusi frekuensi pola asuh orang tua

single parent di Desa

Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Pola asuh orang tua single parent Frekuensi Persentase (%) Otoriter 16 39,0 Demokratis 12 29,3 Laissez faire 4 9,8 Permisif 9 22,0 Total 41 100,0

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami pola asuh otoriter yaitu sebanyak 16 responden (39,0 %) dan sebagian kecil responden mengalami pola asuh laissez faire yaitu sebanyak 4 responden (9,8 %).

(5)

b. Gambaran tingkat stres pada anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Tabel 4. 2 Distribusi frekuensi tingkat stres pada anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Kejadian stres Frekuensi Persentase (%) Normal 14 34,1 Stress ringan 17 41,5 Stress sedang 10 24,4 Total 41 100,0

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami stres dalam kategori ringan yaitu sebanyak 17 responden (41,5 %) dan sebagian kecil responden mengalami stres sedang yaitu sebanyak 10 responden (24,4 %).

2. Analisa Bivariat

Hubungan pola suh orang tua single parent terhadap tingkat stres pada anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Tabel 4. 3 Tabulasi silang hubungan pola asuh orang tua single parent terhadap tingkat stres pada anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Pola asuh Kejadian stres Normal Stres ringan Stres sedan g Total n % n % n % n % Otoriter 1 6,2 8 50,0 7 43, 8 1 6 100 Demokrati 7 58, 4 33,3 1 8,3 1 100 s 3 2 Laissez faire 1 25, 0 2 50,0 1 25, 0 4 100 Permisif 5 55, 6 3 33,3 1 11, 1 9 100 Total 14 34, 1 1 7 41,5 1 0 24, 4 4 1 100 p.value = 0,001 τ = -0,372 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa, responden dengan pola asuh otoriter sebagian besar yaitu sebanyak 8 responden (50,0 %) mengalami stres ringan dan responden dengan pola asuh demokratis sebagian besar tidak mengalami stres (normal) yaitu sebanyak 7 responden (58,3 %), responden dengan pola asuh laissez faire sebagian besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak 2 responden (50,0 %) dan pada responden dengan pola asuh permisif sebagian besar tidak mengalami stres (normal) yaitu sebanyak 5 responden (55,6 %). PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Gambaran pola asuh orang tua single parent di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan pola asuh otoriter yaitu sebanyak 16 responden (39,0 %). Pola asuh otoriter yang diterapkan oleh sebagian besar responden dapat diketahui dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan oleh peneliti yaitu sebanyak 68,3 % responden menyatakan bahwa orang tua menghukum

(6)

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Single Parent Terhadap Tingkat Stres pada Anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Page | 6 anaknya jika tidak menuruti

perintahnya dan orang tua membuat peraturan yang tegas (51,2 %). Sebagian besar responden yaitu sebanyak 48,8 % menyatakan bahwa orang tua marah jika mendengar anaknya membantah perkataanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendapatkan pola asuh otoriter dari orang tua mereka selama ini.

Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalkan anak harus mematuhi peraturan-peraturan orangtua dan tidak boleh membantah, orangtua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya, atau jika terdapat perbedaan pendapat antara orangtua dan anak maka anak dianggap pembangkang dan harus menuruti semua kehendak orang tua, hal tersebut dapat menimbulkan tekanan dan mengakibatkan anak rentan terjadi stres dan depresi.

Berdasarkan hasil penelitian selain pola asuh otoriter dan demokratis juga didapatkan data bahwa sebagian kecil responden mendapatkan pola asuh laissez-Faire. Pola asuh laissez faire yang diterapkan orang tua kepada anaknya tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu sebagian responden menyatakan bahwa

mereka diberi kebebasan oleh orangtuanya dalam berperilaku (61,0 %) dan orang tua membiarkan anaknya berperilaku tidak baik (75,6%), selain itu orang tua membiarkan anaknya memilih apa yang ingin ia lakukan dan kerjakan (51,2 %). Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian responden mendapatkan pola asuh dalam kategori laissez faire dari orang tuanya.

Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua tersebut

menyebabkan anak

berperilaku semaunya sendiri tanpa adanya kontrol dan semua keinginan anak atas dasar kemauan anak itu sendiri. Dampak dari pola asuh tersebut adalah anak menjadi tidak terkontrol, perilaku anak tidak terkendali karena tidak ada kendali dari orang tua, tidak terorganisasi, anak juga tidak memiliki tujuan yang hendak dicapai dan anak rawan melakukan perilaku menyimpang.

2. Gambaran tingkat stres pada anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami stres dalam kategori ringan yaitu sebanyak 17 responden (41,5 %). Stres ringan yang dialami oleh sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan

(7)

bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka kadang-kadang (36,6 %) marah karena hal-hal kecil/sepele (misalnya berbagi mainan dengan teman) dan kadang-kadang (82,9 %) merasa kesal atau jengkel. Selain itu sebagian besar responden juga menyatakan bahwa mereka kadang-kadang (82,9 %) mudah merasa kesal atau jengkel dan kadang-kadang mudah tersinggung (53,7 %).

Ciri-ciri stres yang dialami responden salah satunya yaitu mudah marah karena hal sepele, cemas, sulit bersabar, sulit beristirahat, mudah merasa gelisah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Priyoto (2014), menyatakan bahwa stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur. Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami stres dalam kategori sedang yaitu sebanyak 10 orang (24,4%). Stres sedang yang dialami oleh sebagian kecil responden dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa ia sering (58,5%) merasa sulit bersantai, sering (41,5%) tidak dapat menerima hal apapun yang menghalangi ketika

melakukan sesuatu, dan sering (58,5%) merasa sulit bersabar dalam hal apapun. Selain itu sebagian responden juga menyatakan bahwa mereka sering (36,6%) merasa cemas, dan sering menanggapi situasi atau kejadian denga berlebihan (46,3%).

Stres pada anak merupakan suatu bentuk ketegangan jiwa pada anak, hal ini muncul karena anak belum mampu menyelaraskan diri dengan stresor atau penyebab stress (Handoko, dalam, Lukluk, 2011). Keadaan ketegangan fisiologis atau psikologis akibat stimulus (internal ataupun eksternal) yang merugikan, baik stimulus fisik, mental, ataupun emosional, yang cenderung mengganggu fungsi organisme (Dorland, 2011). Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari setiap tindakan dari luar (lingkungan) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang (Lukluk, 2011).

B. Analisa Bivariat

Hubungan pola asuh orang tua single parent terhadap tingkat stres pada anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Dari hasil uji statistik menggunakan Kendal Tau

(8)

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Single Parent Terhadap Tingkat Stres pada Anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Page | 8 didapatkan p value < 0,001

(α=0,05) artinya ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua single parent terhadap tingkat stres pada anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Korelasi Kendal Tau didapatkan τ = -0,372 menunjukan korelasi negatif, yang artinya semakin baik pola asuh orang tua single parent maka semakin ringan tingkat stres anak. Selain itu nilai korelasi -0,372 menunjukan hubungan pola asuh orang tua single parent terhadap tingkat stres pada anak memiliki hubungan yang sangat rendah.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan pola asuh otoriter sebagian besar yaitu sebanyak 8 responden (50,0 %) mengalami stres ringan dan responden dengan pola asuh demokratis sebanyak 7 responden (58,3 %) tidak mengalami stres atau normal. Pada pola asuh laizzes faire sebagian mengalami stres ringan yaitu sebanyak 2 responden (50,0 %) dan pada responden dengan pola asuh permisif sebagian besar tidak mengalami stres (normal) yaitu sebanyak 5 responden (55,6 %).

Kejadian stres yang dialami oleh semua responden tersebut menurut peneliti dikarenakan oleh situasi dan kondisi keluarga responden dimana mereka harus kehilangan salah satu orang tua mereka dan harus diasuh oleh ibu mereka yang merupakan single parent karena harus ditinggalkan oleh ayah mereka. Seorang anak kehilangan sosok ayah atau ibunya, ia akan merasakan

kesedihan yang begitu mendalam merasa putus asa, gusar, bahkan dapat melakukan berbagai tindakan kasar. Rasa sesal dan sedih ini tergantung pada tingkat pengetahuan dan keimanan masing-masing individu. Semakin erat dan hubungan seorang anak dengan ayah atau ibunya, semakin besar

pula kesedihan dan

penderitaannya. Hal yang sedemikian rupa dibiarkan dan tidak adanya usaha untuk menenangkan dan menyembuhkan luka hatinya, maka si anak akan mengalami kelainan jiwa, stres dan depresi, bahkan akan

melakukan tindakan

menyimpang. Disinilah seorang ibu atau ayah diperlukan dalam membimbing, mendidik, mengarahkan dan berperan ganda sebagai sosok seorang ayah dan seorang ibu.

Lingkungan keluarga memang peranan penting anak-anak. keluarga yang damai dan harmonis akan memberi kenyamanan pada anak sehingga anak-anak dapat tumbuh berkembang dengan baik. Sebaliknya, lingkungan keluarga yang tidak harmonis menyebabkan anak-anak rentan stres. Pertengkaran orang tua, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga dapat menyebabkan ketakutan dan trauma pada anak. Akibatnya, anak-anak yang sedang mendambakan kasih sayang orang tua dan lingkungan terdekatnya menjadi sangat kekurangan perhatian dan rentan stres (Mumpuni, 2010).

(9)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, responden dengan pola asuh permisif ada yang mengalami stres ringan sebanyak 3 responden (33,3%). Menurut peneliti kejadian stres ringan yang dialami oleh responden dikarenakan ada faktor

penyebab lain yang

mempengaruhi pola asuh yaitu lingkungan, budaya dan pendidikan orang tua. Lingkungan

banyak mempengaruhi

perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Budaya juga menjadi faktor penyebab pola asuh orang tua dalam mengfasuh anaknya. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak karena pola asuh tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah yang baik.

KESIMPULAN

Ada hubungan pola asuh orang tua single parent terhadap tingkat stres pada anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,001

SARAN 1. Bagi Anak

Hasil penelitian ini diharapkan anak yang memiliki keinginan atau masalah sebaiknya melibatkan orang tua untuk menyatakan isi hatinya secara terbuka. Dengan demikian komunikasi yang efektif dapat menumbuhkan suasana hangat dan nyaman serta mempermudah

mencari jalan keluar dan dapar terhindar dari stres.

2. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua khususnya single parent dalam menerapkan pola asuh yang sesuai dengan usia anak sehingga dapat memperbaiki perkembangan anak khususnya mengurangi stres yang sering di alami oleh anak.

3. Bagi Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pelayanan keperawatan anak dalam meningkatkan pengetahuan perawat komunitas dalam memberikan pelayanan dan promosi kesehatan kepada orang tua single parent khususnya pola asuh yang tepat terhadap anak yaitu pola asuh demokratis.

4. Bagi Institusi Pendidikan dan Penelitian Keperawatan

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan metode pendekatan secara intensif terhadap anak misalnya peneliti harus mengenal bagaimana karakteristik anak tersebut sehingga didapatkan hasil yang lebih baik lagi. Selain itu juga sebagai dasar atau acuan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi stres pada anak yang meliputi : tuntutan orang tua agar anaknya berprestasi dan tekanan sosian dan akademik.

(10)

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Single Parent Terhadap Tingkat Stres pada Anak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Page | 10 DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses, dan Praktik Keperawatan. Yogyakarta. Graha Ilmu. Alvita, N.O.(2008). Wanita sebagai

single parent dalam membentuk anak yang berkualitas. http://www.word press.com/ html

Ananta Rahman, Hermina. 2014. Pola Pengasuhan Anak Yang Dilakukan Oleh Single Mother. Jurnal Ilmiah. Universitas Sebelas Maret. Arikunto, S. 2006. Prosedur

penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta Chandra, Budiman. 2012. Pengantar

Statistik Kesehatan. Jakarta. EGC

Dagun, Save M. 2013. Psikologo Keluarga Peranan Ayah Dalam keluarga. Jakarta. Rineka Cipta.

Dariyo, A .(2004), Psikologi Perkembangan Remaja, Ghalia Indonesia, Jakarta Dewi. (2008). Tipe Parenting.

Online:

http://www.wordpress.com (Accessed 1 januari 2016). Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola

Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam Keluarga. Jakarta. Rineka Cipta.

Dorland,W.A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC.

Edwards, 2006. Ketika anak sulit diatur: panduan orang tua mengubah masalah perilaku anak. Bandung : PT. Mizan Pustaka

Galih, J. (2009). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Anak Pada Masyarakat Desa Campurejo Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. On line: http://one.indoskripsi.com (Accessed 1 januari 2016). Kumalasari, I Dan Iwan Adhyantoro.

2012. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan Dan Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

Lukluk, A, Zuyiana Dan Siti Bandiyah. 2011. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika.

Mumpuni, Yekti Dan Ari Wulandari. 2010. Cara Jitu Mengatasi Stres. Yogyakarta. ANDI Muttaqin, Z. (2005). Psikologi Anak

& Pendidikan. On line:

http//psikologi-anakpendidikan. pdf (Accessed 1 Januari 2016). Nuraini. (1999). Keseimbangan IQ dan

EQ, Disampaikan dalam Raker TK Karunia Cibubur Jawa Barat, Lembaga Bina Anak dan Pengembangan

(11)

Masyarakat. On line: http://www.fedus.org

(Accessed 14 januari 2016). Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.

Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Patricia A.Potter, Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan praktik. Edisi 4. Jakarta. EGC.

Priyoto. 2014. Konsep Managemen Stres. Yogyakarta. Nuha Medika

Ratri. (2006). Orang tua tunggal. http://i-konsel@xc.org/ html Romauli, Suryati Dan A., V., Vindari.

Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. 2012.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Edisi 7. Jilid 2. Erlangga.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. CV ALFABETA.

Tim Pustaka Familia. (2006). Menepis Hambatan Tumbuh Kembang Anak. Yogyakarta. Kanisius https://books.google.co.id/boo ks?id=H7EnzJLndAUC&pg= PA30&dq=penyebab+stres+a nak&hl=en&sa=X&redir_esc =y#v=onepage&q=penyebab %20stres%20anak&f=false Wong,Donna L.2008. Buku Ajar

Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta. EGC.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung. PT Refika Aditama.

Referensi

Dokumen terkait

Barulah pada tanggal 29 September, tampaknya ada sesuatu yang dapat dianggap lebih konkret, dengan munculnya Brigjen Mustafa Sjarif Soepardjo melaporkan kepada

Produk yang dihasilkan berupa komputer jaringan SIM RS yang dapat terdiri dari hardware  , jaringan/LAN dan software  yang digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan di

Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut

Contoh diambil dari setiap kemasan. a) Ambil contoh dari setiap kemasan dengan suatu alat pipa logam tahan karat atau pipa gelas yang mempunyai panjang 125 cm dan diameter 2 cm.

Pada beberapa studi terlihat bahwa satu strain bacteriocin yang telah diinokulasi dengan pathogenic atau bacteria perusak akan menghasilkan bacteriocin yang dapat mengontrol

Penerapan teknologi informasi dalam pengelolaan data bagi pelayanan publik pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (BP2TSP) Kota Samarinda telah terlaksana

Pengamatan tingkah laku sosial agonistik (konflik) yang lebih menonjol atau tidak terjadi konflik antara Macaca jantan dan Macaca betina terdapat pada kandang nomor

Dari definisi di atas memberikan sedikitnya pemahaman bahwa kegiatan public relations adalah sesuatu yang terorganisir mulai dari sebuah proses hingga pelaksanaan