• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERILAKU METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA YANG BERKAITAN DENGAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERILAKU METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA YANG BERKAITAN DENGAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERILAKU METAKOGNISI

DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA YANG BERKAITAN DENGAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA

Antonius, Bambang Hudiono,Sri Riyanti

Prodi Pendidikan Matematika, PMIPA, FKIP Untan Pontianak

Email: beasterbow@yahoo.com

Abstract : The importance of creativity in everyday life, especially in solving math problems, so it should be noted in the early stages of child development. Therefore, in this study the researcher correlate metacognitive behavior with a level of students ‘s creative thinking. The purpose of this study is to know the behavior of students' metacognition in mathematical problem solving related to the level of creative thinking in class VII student of SMP Negeri 2 Nanga Taman. To describe the relationship, the researcher divided the students into three groups: the ability level, middle-level skills and abilities to perform under a written test in the form of an essay, giving a metacognition figure and conducting interviews with students directly. The results obtained in this study is the overall behavior of students' metacognition in mathematical problem solving related to the level of student‘s creative thinking in class VII of SMP Negeri 02 Nanga Taman is including the criteria for moderate activity or 55.57% of the items available and the level of Creative Thinking into categories including the overall creative enough or by 50%.

Keywords: Metacognition Behavior, Creative Thinking, Creative Thinking Levels

Abstrak : Pentingnya suatu kreativitas dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam pemecahan masalah matematika, sehingga perlu diperhatikan sejak dini yaitu diawal tahap perkembangan anak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaitkanlah perilaku metakognisi dengan tingkat berpikir kreatif siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku metakognisi siswa dalam pemecahan masalah matematika yang berkaitan dengan tingkat berpikir kreatif siswa kelas VII SMP Negeri 2 Nanga Taman. Untuk mendeskripsikan keterkaitan tersebut peneliti membagi siswa ke dalam 3 kelompok yaitu tingkat kemampuan atas, tingkat kemampuan menengah dan tingkat kemampuan bawah dengan melakukan tes tertulis dalam bentuk esai, memberikan angkat metakognisi dan melakukan wawancara dengan siswa secara langsung. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah perilaku metakognisi siswa dalam pemecahan masalah matematika yang berkaitan dengan tingkat berpikir kreatif siswa kelas VII SMP Negeri 02 Nanga Taman adalah termasuk kriteria aktivitas sedang atau sebesar 55,57% dari item yang tersedia dan Tingkat Berpikir Kreatifsecara keseluruhan temasuk kedalam kategori cukup kreatif atau sebesar 50%.

(2)

Kata Kunci : Perilaku Metakognisi, Berpikir Kreatif, Tingkat Berpikir Ktratif

ejalan denganperkembanganaspek psikologikognitif, maka berkembang pulacara mengevaluasi pencapaian hasil belajar terutama untuk domain kognisi. Saat ini guru mengevaluasi pencapaian hasil belajar terkadang memberikan penekanan pada tujuan kognisi tanpa memperhatian ruang proses kognisi seperti metakognisi. Mulbar (2008 : 2) mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran guru juga cenderung untuk menjelaskan atau memberikan segala sesuatu kepada siswa. Mereka kurang memberi tugas yang bersifat pemecahan masalahbaik secara individual maupun kelompok. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa sering kali bersifat mengharapkan jawaban betul atau salah, bukan mengharapkan proses atau cara penyelesaiannya. Akibatnya upaya-upaya untuk memperkenalkan metakognisi dalam menyelesaikan masalah matematika kepada siswa sangat kurang atau bahkan cenderung diabaikan.

Sedangkanmenurut Schoenfield(dalam Hudiono, 2007: 47) menyatakanbahwa, metakognisi mempunyai potensi untuk meningkatkan kebermaknaan dalam belajar siswa, dan menciptakan ”budaya matematika” dikelas membantu perkembangan metakognisi yang terbaik. Schoenfield percaya bahwa ”dunia budaya matematik” akan mendorong siswa untuk berpikir tentang matematika sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari, meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat atau melakukan keterkaitan antar konsep matematika dalam konteks yang berbeda, dan membangun pengertian dilingkungan siswa melalui pemecahan masalah matematik baik secara sendiri ataupun bersama-sama.

Berkenaan dengan itu, salah satu komponen proses pembelajaran matematika yang sangat penting adalah pemecahan masalah. Menurut Utari (2010 : 5), Pemecahan masalah matematik mempunyai dua makna yaitu : a) pemecahan masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran, yang digunakan untuk menemukan kembali (reinvention) dan memahami materi, konsep dan prinsip matematika. Pembelajaran diawali dengan penyajian masalah atau situasi yang kontekstual kemudian melalui induksi siswa menemukan konsep atau prinsip matematika.b)pemecahan masalah sebagai kegiatan yang meliputi:1) mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, 2) membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya, 3) memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika didalam atau diluar matematika, 4) menjelaskan dan menginterpretasikan hasil sesuai permasalah asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban,5) menerapkan matematika secara bermakna.

Hudiono (2009:10) menyatakan bahwa, pemecahan masalah dalam komponen proses lebih merupakan kemampuan siswa yang mengakumulasikan kemampuan-kemampuan proses lainnya, juga dapat merangkum dua kemampuan matematika lainnya yang menekankanpada aktivitasmatematika dan memfasilitasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir matematika.

Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif tidak hanya mampu memecahkan masalah-masalah matematika non rutin, tetapi juga mampu

(3)

melihat berbagai alternatif dan cara dari pemecahan masalah itu. Kemampuan berpikir kreatif merupakan bagian yang sangat penting untuk kesuksesan dalam pemecahan masalah matematika. Tidak semua masalah yang dihadapi siswa hanya dapat diselesaikan dengan satu atau dua cara, namun masih ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikannya, ini tidak terlepas dari daya kreativitas yang ada pada diri siswa itu sendiri.

Disamping itu, Siswono (2004 : 1) menyatakan bahwa kreativitas merupakan suatu hal yang jarang sekali diperhatikan dalam pembelajaran Matematika. Guru biasanya menempatkan logika sebagai titik incar pembicaraan dan menganggap kreativitas merupakan hal yang tidak penting dalam pembelajaran matematika. Padahal kreativitas itu sangat dibutuhkan dalam perkembangan pembelajaran matematika yang lebih tinggi.

Terinspirasi dari penelititerdahulu yaitu: pertama, penelitian Lia Aprianti (2009) tentangPerilaku Metakognisi Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Pada Kelas VII SMP Negeri 16 Pontianak, diperoleh kesimpulan umumnya bahwa perilaku metakognisi siswa secara keseluruhan dalam proses pemecahan masalah tergolong tinggi.

Kedua, hasilpenelitianNurmaningsih(2009)tentangPerilaku Metakognisi Siswa Kelas X SMA Dalam Pemecahan Masalah Pola Bilangan, diperoleh kesimpulan umumnya bahwa perilaku metakognisi siswa kelas X SMA berdasarkan tingkat kemampuan dalam pemecahan masalah pola bilangan adalah termasuk kriteria aktivitas cukupatau sebesar 64,28% dari item yang tersedia.

Ketiga, hasilpenelitian Wiwit Diawati(2010) tentang Perilaku Metakognisi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Teluk Keramat, diperoleh kesimpulan umumnya perilaku metakognisi dan kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan etnis dan jenis kelamin tergolong sedang atau sebesar 52,9%.

Keempat, hasil penelitian Siswono (2008)tentang Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Identifkasi Tahap Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan dan Mengajukan Masalah Matematika. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang terdiri dari sembilan orang dari SMP Negeri 5 Sidoarjo dan satu orang dari SMP Al Hikmah Surabaya, dan diperolah kesimpulan yang menghasilkan penjenjangan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam matematika yang valid dan reliabel sebagai berikut: tingkat kemampuan berpikir kreatif 4 (sangat kreatif), tingkat kemampuan berpikir kreatif 3 (kreatif), tingkat kemampuan berpikir kreatif 2 (cukup kreatif), tingkat kemampuan berpikir kreatif 1(kurang kreatif), dan tingkat kemampuan berpikir kreatif 0 (tidak kreatif).

Dari keempat penelitian terdahulu 3 penelitian membahas tentang perilaku metakognisi dan pemecahan masalah, satu peneliti membahas tentang berpikir kreatif. Dari keempatnya tidak menguraikan adanya keterkaitan antara perilaku metakognisi dan tingkat berpikir kreatif. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui perilaku metakognisi siswa dalam pemecahan masalah matematika yang berkaitan dengan tingkat berpikir kreatif siswa kelas VII SMP Negeri 2 Nanga Taman. Perbedaannya penelitian yang dilakukan ini dengan penelitian terdahulu juga adalah peneliti ingin mengaitkan antara perilaku metakognisi dalam pemecahan masalah dengan tingkat berpikir kreatif siswa,

(4)

apakah siswa yang mempunyaiperilaku metakognisi yang tinggi mempunyai tingkat kreativitasyang tinggi juga atau siswa yang mempunyai perilaku metakognisi yang rendah mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nana (2011 : 72) “penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar, ditujukan untuk mendeskripsikan atau mengambarkanfenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia”. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Nanga Taman sebanyak 31 siswa. Peneliti menggunakan subjek kelas VII karena pemikiran rata-rata anak berkembang pada tingkat SMP, sehingga dapat melihat bagaimana pemahaman yang telah didapat terutama keterkaitan perilaku metakognisi dan tingkat berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah.

Subjek dibagi kedalam tiga kelompok tingkat kemampuan yaitu: tingkat kemampuan atas sebanyak 10 siswa, tingkat kemampuan menengah 10 siswa, dan tingkat kemampuan bawah sebanyak 11 siswa, yang di dasarkan pada nilai raport semester pertama dan diurut dari nilai tertinggi ke nilai terendah. Diambil nilai raport karena menurut peneliti lebih terlihat secara kesuluruhan tingkat kemampuan siswa tidak hanya pada mata pelajaran tertentu tetapi pada semua mata pelajaran.

Menurut Subana (2005 : 47) prosedur memberikan peneliti urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian.Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah 1) Persiapan Penelitian meliputi Pra riset yang dilakukan tanggal 4 juni 2012, menyiapkan instrument penelitian Mengadakan validasi terhadap instrument penelitian dengan guru matematika dan merevisi instrument penelitian berdasarkan hasil validasi. 2) Pelaksanaan Penelitian meliputi pemberian tes dan angket, menganalisis jawaban tes dan angket,mewawancarai beberapa siswa untuk mendukung jawaban siswa, dan membuat laporan.

Teknik pengukuran yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemecahan masalah pada soalterbukayang berkaitan dengan tingkat berpikir kreatif siswa.Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman dan tingkat berpikir kreatif siswa dalam mengaitkan konsep, ide, prosedur, penalaran, komunikasi, dan kemampuan represntasi yang dimilikinya dalam menghadapi suatu masalah. Untuk melihat perilaku metakognisi siswa teknik yang digunakan yaitu dengan pengisisan angket metakognisi.Teknik pengumpulan data juga diperoleh dari wawancara.Tujuan wawancara adalah sebagai pendukung mengungkap alasan hambatan, kesulitan, atau kegagalan siswa jika tidak dapat disimpulkan dari jawaban tes akhir hasil belajar.

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes subjektif yang berbentukesai dan angket metakognisi.Menurut Arikunto (2009 : 162), tes berbentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Dengan demikian tes esai ini menuntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan banyak gagasan atau ide-ide melalui bahasa tulisan.

(5)

Penulisan butir soal juga disesuai dengan indikator-indikator tingkat berpikir kreatif yang dapat dilihat dari karakteristik berpikir kreatif yaitu : 1) Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada keberagaman (bermacam-macam) jawaban masalah yang dibuat siswa dengan benar dan lancar. 2) Fleksibelitas dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. 3) Kebaruan dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang “tidak biasa” dilakukan oleh siswa pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, dan sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2009 : 64). Validitas yang diukur dalam penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Sugiyono (2010 : 125), ”validitas isi adalah intrumen yang sesuai dengan materi yang telah diajarkan .

Menurut Arikunto (2009 : 86), reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Dengan nilai koefisien reliabilitas

r

1 1 sebagai berikut: 0,800 –1,00 = sangat tinggi

0,600 – 0,799 = tinggi 0,400 – 0,599 = cukup 0,200 – 0,399 = rendah

< 0,200 = sangat rendah (Arikunto 2009 : 75).

Dari hasil tes soal yang dilakukan, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,96. Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas tes tersebut, tes termasuk dalam kategori tinggi.

Menurut Sugiyono (2010 : 335) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Adapun langkah-langkah pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Menganalisis hasilangket metakognisi yang terdiri dari tiga kelompok pertanyaan yaitu diawal, disaat, dan diakhir proses pemecahan masalah, 2) Menganalisis hasil tes pemecahan masalah untuk mengetahui keterkaitan perilaku metakognisi dengan tingkat berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah di tinjau dari tingkat kemampuan siswa (atas, menengah, dan bawah), 3) Menyimpulkan hasil wawancara dengan siswa.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pada penelitian ini data yang terkumpul berupa hasil tes, angket metakognisi dan wawancara yang dianalisis agar dapat ditarik suatu kesimpulan. 1. Analisis Perilaku Metakognisi Siswa ketika Menyelesaikan Masalah

Matematika yang Berkaitan dengan Tingkat Berpikir Kreatif a. Diawal Menyelesaikan Masalah

Berikut ini akan diungkapkan perilaku metakognisi siswa pada tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah diawal pemecahan masalah yang dinyatakan melalui lima item pernyataan perilaku metakognisi meliputi: 1) Saya membaca soal lebih dari satu kali, 2) Saya yakin bahwa saya memahami soal yang ditanyakan, 3) Saya mencoba memahami soal dengan bahasa sendiri, 4) Saya mengingat-ingat apakah pernah menyelesaikan soal seperti ini diawalnya, 5) Saya mengelompokkan informasi yang ada pada soal. Untuk melihat perilaku metakognisi dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1Respon Siswa Terhadap Item Perilaku Metakognisi Diawal Pemecahan Masalah yang berkaitan dengan Tingkat Berpikir Kreatif

Keterangan:

N : Jumlah siswa Y : ya R: ragu-ragu T: tidak

Dari tabel terlihat bahwa pada tingkat kemampuan atas dan tingkat kemampuan menengah, rata-rata item perilaku metakognisi yang dilakukan oleh siswa secara berturut-turut sebesar 3,2 dan 2,9. Dapat dikatakan bahwa dari lima perilaku metakognisi yang ada saat diawal pemecahan masalah, hanya sekitar 3 perilaku yang dilakukan oleh siswa (item 1, 2 dan 3). Sedangkan pada tingkat kemampuan bawah, rata-rata item yang dilakukan adalah 2,2. Ini berarti hanya ada sekitar 2 perilaku yang sering dilakukan siswa (item 1 dan 3).

b. Disaat Menyelesaikan Masalah

Berikut ini akan diungkapkan perilaku metakognisi siswa pada tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah disaat pemecahan masalah yang dinyatakan melalui lima item pernyataan perilaku metakognisi meliputi: 6) Saya

Tingkat Kemampuan

Perilaku Metakognisi Diawal Pemecahan Masalah

Rata-rata N 1 2 3 4 5 Y R T Y R T Y R T Y R T Y R T Y R T Atas 10 8 0 2 7 3 0 8 2 0 4 2 4 5 4 1 3.2 1.1 0.7 Menengah 10 9 0 1 6 3 1 6 2 2 3 1 6 5 3 2 2.9 0.9 1.2 Bawah 11 10 0 1 5 4 2 5 5 1 2 2 7 4 3 4 2.2 1.2 1.4 Jumlah 31 27 0 4 18 10 3 19 9 3 9 5 17 14 10 7

(7)

bertanya kepada diri sendiri apakah langkah yang dikerjakan sudah benar, 7) Saya memeriksa setiap langkah pada jawaban saya, 8) Ketika saya membuat kesalahan, saya mengulang kembali beberapa langkah yang telah dikerjakan, 9) Saya kembali membaca soal untuk memeriksa apakah jawaban saya sesuai dengan soal, 10) Saya memikirkan cara yang saya gunakan dan mencoba mencari cara lain atau cara baru untuk menjawab soal. Untuk melihat perilaku metakognisi dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2Respon Siswa Terhadap Item Perilaku Metakognisi Disaat Pemecahan Masalah yang berkaitan dengan Tingkat Berpikir Kreatif Keterangan:

N : Jumlah siswa Y : ya R: ragu-ragu T: tidak

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa, Pada tingkat kemampuan atas rata-rata item perilaku metakognisi yang dilakukan oleh siswa sebesar 3,4. Ini berarti ada sekitar 3 perilaku yang dilakukan oleh siswa dari lima item yang tersedia (item 6, 9 dan 10). Pada tingkat kemampuan menengah rata-rata item perilaku metakognisi yang dilakukan oleh siswa sebesar 3,7. Dapat dikatakan bahwa dari lima perilaku metakognisi yang ada disaat pemecahan masalah, ada sekitar 4 perilaku yang dilakukan oleh siswa (item 6, 7 , 8 dan 9). Sedangkan pada tingkat kemampuan bawah, rata-rata item yang dilakukan adalah 2,6. Ini berarti hanya ada sekitar 3 perilaku yang sering dilakukan siswa dari lima perilaku yang tersedia (item 7, 8 dan 10).

c. Diakhir Menyelesaikan Masalah

Berikut ini akan diungkapkan perilaku metakognisi siswa pada tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah diakhir pemecahan masalah yang dinyatakan melalui lima item pernyataan perilaku metakognisi meliputi: 11) Saya memikirkan kembali apakah jawaban yang saya kerjakan merupakan sesuatu yang baru bagi saya,12) Saya memikirkan kembali solusi atau jawaban yang saya kerjakan apakah sudah lebih dari 1 atau bervariasi dan berbeda dengan yang lain, 13) Saya memeriksa kembali jawaban untuk meyakinkan bahwa jawaban saya sudah benar, 14) Saya melihat kembali cara yang digunakan untuk memastikan saya sudah menjawab sesuai dengan yang ditanyakan pada soal, 15) Saya bertanya kepada diri sendiri apakah jawaban saya sudah benar. Perhatikan tabel berikut :

Tingkat Kemampuan

Perilaku Metakognisi Disaat Pemecahan Masalah

Rata-rata N 6 7 8 9 10 Y R T Y R T Y R T Y R T Y R T Y R T Atas 10 8 2 0 5 2 3 6 1 3 7 3 0 8 1 1 3.4 0.9 0.7 Menengah 10 6 3 1 8 1 1 9 1 0 8 1 1 6 1 3 3.7 0.7 0.6 Bawah 11 2 8 1 8 2 1 9 0 2 4 4 3 6 3 2 2.6 1.6 0.8 Jumlah 31 16 13 2 21 5 5 24 2 5 19 8 4 20 5 6

(8)

Tabel 1.3Respon Siswa Terhadap Item Perilaku Metakognisi Diakhir Pemecahan Masalah yang berkaitan dengan Tingkat Berpikir Kreatif

Keterangan:

N : Jumlah Siswa Y : ya R: ragu-ragu T: tidak

Dari tabel terlihat bahwa pada siswa tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah rata-rata item perilaku metakognisi yang dilakukan siswa secara berturut yaitu sebesar 2,4, 2,2 dan 2. Dapat dikatakan dari 5 perilaku metakognisi diakhir pemecahan masalah, hanya terdapat sekitar 2 perilaku yang dominan dilakukan oleh semua siswa pada semua tingkat kemampuan (item 11 dan 13 kelompok atas, item 13 dan 14 kelompok menengah serta item 12 dan14 kelompok bawah). Ini menunjukan bahwa perilaku metakognisi diakhir pemecahan masalah yang dilakukan siswa masuk dalam kategori sedang yaitu 40% dari 5 item yang tersedia.

2. Analisis Keterkaitan Perilaku Metakognisi dan Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Pemecahan Masalah ditinjau dari Tingkat Kemampuan Atas, Menengah, dan Bawah.

a. Tingkat Kemampuan Atas

Berikut ini akan diungkapkan sebaran tingkat berpikir kreatif siswa pada tingkat kemampuan atas dalam pemecahkan masalah yang berkaitan dengan tingkat berpikir kreatif pada tabel 1.4 dibawah ini. Dari tabel dapat kita lihat bahwa pada siswa tingkat kemampuan atas, sebaran tingkat berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah setelah dirata-ratakan skornya yaitu 11 dengan kriteria cukup kreatif.

Dari 10 siswa pada tingkat kemampuan atas terdapat 1 siswa yang tidak menjawab soal nomor 2, tetapi siswa tersebut tergolong dalam kriteria cukup kreatif walaupun ada soal yang tidak dijawab dan 9 siswa lain menjawab semua soal yang diberikan walaupun ada beberapa siswa yang menjawab benar dan ada yang salah. Dengan rincian yaitu 4 siswa termasuk dalam kategori kreatif atau 40%, 5 siswa cukup kreatif (50%), dan 1 siswa yang kurang kreatif (10%).

Tingkat Kemampuan

Perilaku Metakognisi Diakhir Pemecahan Masalah

Rata-rata N 11 12 13 14 15 Y R T Y R T Y R T Y R T Y R T Y R T Atas 10 7 2 1 3 6 1 5 4 1 4 5 1 5 4 1 2.4 2.1 0.5 Menengah 10 4 2 4 4 4 2 5 4 1 5 4 1 4 5 1 2.2 1.9 0.9 Bawah 11 5 5 1 6 3 2 4 7 0 6 5 0 1 7 3 2 2.5 0.5 Jumlah 31 16 9 6 13 13 5 14 15 2 15 14 2 10 16 5

(9)

Tabel 1.4Sebaran Tingkat Berpikir Kreatif Siswa pada Tingkat Kemampuan Atas dalam Menyelesaikan Masalah

No Kode Siswa Kefasihan Fleksibelitas Kebaruan Rata-rata Skor Kategori a b c 1 A.1 13 13 15 14 K 2 A.2 13 14 14 14 K 3 A.3 14 14 13 14 K 4 A.4 13 12 12 12 CK 5 A.5 8 8 7 8 CK 6 A.6 8 8 5 7 KK 7 A.7 11 11 11 11 CK 8 A.8 14 14 12 13 K 9 A.9 10 10 10 10 CK 10 A.10 11 11 11 11 CK Jumlah 115 115 110 11 CK Keterangan :

K = kreatif CK= cukup kreatif KK= kurang kreatif b. Tingkat Kemampuan Menengah

Untuk melihat sebaran tingkat berpikir kreatif siswa pada tingkat kemampuan menengah dalam menyelesaikan masalah dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut: Tabel 1.5Sebaran Tingkat Berpikir Kreatif Siswa pada Tingkat Kemampuan

Menengah dalam Menyelesaikan Masalah

No Kode Siswa Kefasihan Fleksibelitas Kebaruan Rata-rata Skor Kategori a b c 1 A.11 10 10 10 10 CK 2 A.12 11 11 11 11 CK 3 A.13 9 9 11 10 CK 4 A.14 7 7 7 7 KK 5 A.15 9 10 7 9 CK 6 A.16 14 14 13 14 K 7 A.17 11 11 9 10 CK 8 A.18 9 9 9 9 CK 9 A.19 11 11 10 11 CK 10 A.20 9 9 6 8 CK Jumlah 100 101 89 10 10 CK Keterangan :

K = kreatif CK= cukup kreatif KK= kurang kreatif

Dari tabel 1.5 dapat kita lihat bahwa pada siswa tingkat kemampuan menengah, sebaran tingkat berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah

(10)

setelah dirata-ratakan skornya yaitu 10 dengan kriteria cukup kreatif. Dari 10 siswa pada tingkat kemampuan menengah terdapat 2 siswa yang tidak menjawab soal nomor 1.b, tetapi dua siswa tersebut tergolong dalam kriteria cukup kreatif dan 8 siswa lain menjawab semua masalah yang diberikan walaupun ada beberapa siswa yang menjawab benar dan ada yang salah. Dengan rincian yaitu 1 siswa yang kreatif atau 10%, 8 siswa cukup kreatif (80%), dan hanya 1 siswa yang kurang kreatif (10%).

c. Tingkat Kemampuan bawah

Dari tabel 1.6 di bawah dapat kita lihat bahwa pada siswa tingkat kemampuan bawah, sebaran tingkat berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah setelah dirata-ratakan skornya yaitu 9 dengan kriteria cukup kreatif. Ini karena dari 11 siswa pada tingkat kemampuan bawah terdapat dua siswa yang tidak menjawab soal nomor 1.b dan 1.c dengan kategori satu siswa cukup kreatif dan satu siswa kurang kreatif, satu siswa tidak menjawab soal nomor 2 dan 3 dengan kategori kurang kreatif, dan 8 siswa lain menjawab semua soal yang diberikan walaupun ada beberapa siswa yang menjawab benar dan ada yang salah. Dengan rincian yaitu 1 orang termasuk dalam kriteria kreatif, 6 orang termasuk dalam kriteria cukup kreatif dan terdapat 4 siswa yang kurang kreatif.

Tabel 1.6Sebaran Tingkat berpikir kreatif Siswa pada Tingkat Kemampuan Bawah dalam Menyelesaikan Masalah

No Kode Siswa Kefasihan Fleksibelitas Kebaruan Rata-rata Skor Kategori a b c 1 A.21 10 11 9 10 CK 2 A.22 11 10 8 10 CK 3 A.23 8 8 7 8 CK 4 A.24 8 9 5 7 KK 5 A.25 10 10 7 9 CK 6 A.26 11 11 8 10 KK 7 A.27 9 9 10 9 CK 8 A.28 5 5 3 4 KK 9 A.29 14 14 12 13 K 10 A.30 6 6 6 6 KK 11 A.31 12 12 9 11 CK Jumlah 104 105 83 9 CK Keterangan :

K = kreatif CK= kukup Kreatif KK= kurang kreatif

Pada bagian ini diungkap tentang keterkaitan perilaku metakognisi dan tingkat berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah. Untuk keterkaitan tersebut, dapat di lihat pada tabel 1.7 di bawah. Dari tabel terlihat bahwa siswa kelompok atas mempunyai rata-rata skor hasil tes 11 atau 55% soal bisa dikerjakan oleh siswa kelompok atas dengan kategori cukup kreatif sedangkan untuk perilaku metakognisi siswa, siswa kelompok atas dirata-ratakan melakukan 9 perilaku metakognisi atau 60% dari seluruh item perilaku metakognisi. Pada

(11)

kelompok menengah mempunyai rata-rata hasil skor tes 10 atau 50% soal bisa dikerjakan oleh siswa kelompok menengah dengan kategori cukup kreatif sedangkan pada perilaku metakognisi siswa, siswa kelompok menengah dirata-ratakan melakukan 8,8 (hampir 9) perilaku metakognisi atau 60% dari seluruh item perilaku metakognisi. Pada kelompok bawah mempunyai rata-rata skor hasil tes 9 atau 45% soal yang bisa dikerjakan oleh siswa kelompok bawah dengan kategori cukup kreatif sedangkan pada perilaku metakognisi siswa, siswa kelompok bawah dirata-ratakan melakukan 6,8 (hampir 7) perilaku metakognisi siswa atau 46,7% dari seluruh item perilaku metakognisi.

Tabel 1.7Hasil Tes Pemecahan Masalah yang Kreatif dan Perilaku Metakognisi Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Untuk sebaran tingkat berpikir kreatif secara menyeluruh pada kelompok Atas, Menengah dan Bawah diperlihatkan dalam tabel 1.8 berikut ini:

Tabel 1.8Sebaran Tingkat Berpikir Kreatif

Kelompok siswa

Tingkat berpikir kreatif (%) Rata-rata Perilaku Metakognisi Yang Di lakukan Siswa (%) Sangat kreatif Kreatif Cukup kreatif Kurang kreatif Tidak kreatif Atas Menengah Bawah -40% 10% 9,1% 50% 80% 54,55% 10% 10% 36,36% -60% (Sedang) 60% (Sedang) 46,7% (Sedang)

Dari tabel dapat kita lihat sebaran keseluruhan tingkat berpikir kreatif (TBK) siswa dengan perilaku metakognisi untuk seluruh kelompok siswa, baik kelompok atas, menengah dan bawah tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat kreatif dan tidak kreatif. Ini menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam hal kreativitas termasuk kedalam kategori cukup dengan indikator yang dinilai yaitu kefasihan, fleksibelitas dan kebaharuan dalam pemecahan masalah.

Pembahasan

Dari analisis data diperoleh bahwa diawal pemecahan masalah, hampir semua siswa pada setiap tingkat kemampuan melakukan perilaku yang mewakili tahap membaca soal lebih dari satukaliyaitu sebanyak 27 orang siswa menjawab

Tingkat Kemampuan Rata-rata Skor Pemecahan Masalah Rata-rata Kategori TBK Rata-rata Perilaku Metakognisi Yang Dilakukan Siswa

Atas 11 Cukup Kreatif 9

Menengah 10 Cukup Kreatif 8,8 ≅ 9

(12)

ya dengan 4 orang menjawab tidak dan tidak ada siswa yang menjawab ragu-ragu. Namun pada kelompok atas, tidak semua siswa membaca soal lebih dari satu kali. Hal ini disebabkan karena pada saat pertama kali membaca, siswa belum dapat sepenuhnya mengertiapa yang dimaksudkan oleh soaldan keyakinanmereka pada pemahaman terhadap soal relatif cukup. Pada kelompok atas hanya 20% yang merasa tidak yakin, pada kelompok menengah hanya 10% dan pada kelompok bawah hanya 9.1%. Untuk perilaku yang lain yaitu item 2, 3 dan 5, pada setiap tingkat kemampuan, sebagian besar (50% keatas) siswa sudah memunculkan perilaku metakognisi tahap diawal pemecahan masalah. Sedangkan pada item 4 yaitu siswa mengingat-ingat apakah pernah menyelesaikan soal seperti ini diawalnya sebagian besar siswa menjawab tidak atau sekitar 50% kebawah. Hal ini dikarenakan siswa jarang ataupun tidak pernah mengerjakan soal yang berkaitan dengan tingkat berpikir kreatif.

Diawal pemecahan masalah pada tingkat kemampuan atas dan tingkat kemampuan menengah, rata-rata item perilaku metakognisi yang dilakukan oleh siswa secara berturut-turut sebesar 3,2 dan 2,9. Dapat dikatakan bahwa dari 5 item perilaku metakognisi yang ada saat diawal pemecahan masalah, hanya sekitar 3 perilaku yang dilakukan oleh siswa atau sekitar 60% dari item yang tersedia (item 1,2 dan 3). Ini berarti perilaku metakognisi siswa tingkat kemampuan atas pada tahap ini termasuk ke dalam kriteria aktivitas Sedang. Sedangkan pada tingkat kemampuan bawah, rata-rata item yang dilakukan adalah 2,2, ini berarti hanya ada sekitar 2 perilaku yang sering dilakukan siswa dari item yang tersedia atau 40% dan dikatakan dalam kriteria aktivitas sedang (item 1 dan 2).

Disaat pemecahan masalah, sebagian besar siswa melakukan aktivitas metakognisi terletak pada item 8(ketika saya membuat kesalahan, saya mengulang kembali beberapa langkah yang telah dikerjakan) yaitu sebanyak 24 siswa menjawab ya, 2 siswa menjawab ragu-ragu, dan 5 orang menjawab tidak. Ini menunjukan bahwa ketika melakukan kesalahan siswa berusaha memperbaiki jawaban mereka walaupun semua kesalahan yang diperbaiki belum tentu benar semua.Untuk perilaku yang lain yaitu item 7 dan 10, pada setiap tingkat kemampuan, sebagian besar (50% keatas) siswa sudah memunculkan perilaku metakognisi disaat pemecahan masalah. Item 6dan 9 pada tingkat kemampuan atas dan menengah 50% keatas siswa melakukan perilaku metakognisi namun pada tingkat kemampuan bawah tidak mencapai 50%. Ini berarti siswa kelompok bawah tidak lagi bertanya pada diri sendiri, tetapi langsung memeriksa setiap langkah pada jawaban mereka. Disamping itu mereka tidak membaca soal untuk memeriksa apakah jawaban mereka sesuai dengan soal pertanyaan, tetapi mereka langsung memikirkan cara yang mereka gunakan dan mencoba mencoba cara lain untuk menjawab soal.

Disaat pemecahan masalah pada tingkat kemampuan atas dan bawah rata-rata item perilaku metakognisi secara berturut-turut yang dilakukan oleh siswa sebesar 3,4 dan 2,6. Ini berarti ada sekitar 3 atau 60% perilaku yang dilakukan oleh siswa dari item yang tersedia dengan kriteria aktivitas adalah sedang (item 6, 9 dan 10 kelompok atas, item 7, 8 dan 10 kelompok bawah). Berbeda pada tingkat kemampuan menengah rata-rata item perilaku metakognisi yang dilakukan oleh siswa sebesar 3,7. Dapat dikatakan bahwa dari lima perilaku metakognisi yang

(13)

ada disaat pemecahan masalah, ada sekitar 4 atau 80% perilaku yang dilakukan oleh siswa dengan kriteria aktivitas adalah tinggi (item 7, 8, 9 dan 10).

Diakhir pemecahan masalah, pada semua tingkat kemampuan perilaku yang sering dimunculterletak pada item item 11 (saya memikirkan kembali apakah jawaban yang saya kerjakan merupakan sesuatu yang baru bagi saya) sebanyak 16 siswamenjawab ya, 9 siswa menjawab ragu-ragu, dan 6 orang menjawab tidak atau hanya separuh dari seluruh siswa. 15 siswa melakukan perilaku item 14 (siswa melihat kembali cara yang digunakanuntuk memastikan mereka sudah menjawab sesuai dengan yang ditanyakan pada soal). Untuk item 12 (Saya memikirkan kembali solusi atau jawaban yang saya kerjakan apakah sudah lebih dari 1 atau bervariasi dan berbeda dengan yang lain) dan item 13 perilaku ini jarang dimunculkan oleh siswa atau sebesar 50% kebawah. Perilaku terendah yang dilakukan oleh siswa terletak pada item 15 (saya bertanya pada diri sendiri apakah jawaban saya yaitu hanya 10 siswa yang menjawab “ya”. Ini dikarena siswa sudah memikirkan kembali apakah jawaban yang mereka kerjakan merupakan sesuatu yang baru bagi mereka (item 11) dan mereka sudah memikirkan kembali solusi atau jawaban yang mereka kerjakan apakah sudah lebih dari 1 atau bervariasi dan berbeda dengan yang lain (item 14).

Ternyata diakhir pemecahan masalah, siswa tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah. Rata-rata item perilaku metakognisi diakhir pemecahan masalah yang dilakukan siswa secara berturut yaitu sebesar 2,4 ; 2,2 dan 2. Dapat dikatakan dari 5 perilaku metakognisi diakhir pemecahan masalah, hanya terdapat sekitar 2 atau 40 % perilaku yang dominan dilakukan oleh semua siswa pada semua tingkat kemampuan. Ini menunjukan bahwa perilaku metakognisi diakhir pemecahan masalah termasuk dalam kriteria sedang.

Jika dilihat dari tingkat berpikir kreatif (TBK) siswa, kelompok tingkat kemampuan atastidak ada siswa yang memenuhi kategori sangat kreatif (SK) dan tidak kreatif (TK). Dari 10 siswa kelompok atas terdapat 4 siswa yang memenuhi kategori kreatif, 5 siswa yang memenuhi kategori cukup kreatif dan 1 siswa yang memenuhi kategori kurang kreatif.Halini menunjukan bahwa siswa tingkat kemampuan atas memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah dikatakan cukup kreatif(CK). Secara keseluruhanpresentase rata-rata kelompok atas 55% dan perilaku metakognisi sebesar 60% dengan kategori sedang.

Tidak hanya siswa tingkat kemampuan atas, siswa tingkat kemampuan menengah dan bawah pun juga tidak ada siswa yang memenuhi kategori sangat kreatif (SK) dan tidak kreatif (TK). Hal ini menunjukan bahwa siswa kelompok menengah dan bawah mempunyai daya kreativitas yang cukup. Dengan uraian kelompok menengah yang terdiri dari 10 orang yaitu 1 orang Kreatif (K), 8 orang Cukup Kreatif (CK) dan 1 orang Tidak Kreatif (TK). Denganpresentase diakhirpemecahan masalah yang kreatif kelompok menegah dirata-ratakan sebesar 50%dengan kategori cukup kreatif (CK) dan perilaku metakognisi sebesar 60% dengan kategori sedang.Untuk kelompok bawah presentase pemecahan masalah yang kreatif diakhir dirata-ratakan sebesar 45% dengan kategori cukup kreatif (CK) dengan uraian 1 siswa termasuk dalam kategori kreatif, 6 siswa cukup kreatif dan 4 siswa kurang kreatif dengan perilaku metakognisi sebesar 46,7% dengan kategori sedang.

(14)

Berdasarkan hasil wawancara yang diambil secara acak yaitu 3 siswa kelompok atas, 3 siswa kelompok menengah dan 3 siswa kelompok bawah, siswa pada tingkat kemampuan atas menganggap soal yang diberikan masih bisa mereka kerjakan meskipun mereka memahami soal dengan berbeda sudut pandang. Ada yang memahami soal dengan bahasa sendiri, ada juga yang tidak. Ada yang mengatakan soal yang mereka kerjakan baru bagi mereka karena mereka tidak pernah ditanyakan soal seperti itu kepada mereka dan biasanya guru memberi soal hanya menuntut jawaban benar tanpa memperhatikan cara-cara yang mereka gunakan. Ada juga yang mengatakan pernah menbaca soal seperti itu tapi tidak pernah mencoba meyelesaikannya. Mungkin ini dikarenakan siswa tersebut berbeda pola berpikirnya. Mereka juga sudah merasa yakin dengan jawaban yang dikerjakannya.

Pada tingkat kemampuan menengah, mereka juga memahami soal dengan pandangan yang berbeda. Ada yang memahami soal dengan bahasa sendiri, ada juga yang tidak. Tapi mereka ada yang belum merasa yakin dan ada yang yakin dengan jawaban yang mereka kerjakan. Ini mungkin dikarenakan mereka belum benar-benar memahami soal yang diberikan. Sedangkan pada tingkat kemampuan bawah, siswa merasa ragu dengan apa yang telah dikerjakannya meskipun mengerjakan semua soal yang diberikan. Ini mungkin dikarenakan mereka tidak dapat memahami soal yang diberikan sehingga mereka merasa kesusahan pada saat mengerjakan soal dan mereka mengerjakan soal yang mereka anggap paling mudah dahulu.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa perilaku metakognisi siswa dalam pemecahan masalah matematika yang berkaitan dengan tingkat berpikir kreatif siswa kelas VII SMP Negeri 02 Nanga Taman adalah termasuk kriteria aktivitas sedang atau sebesar 55,57% dari item yang tersedia dan Tingkat Berpikir Kreatif (TBK) secara keseluruhan temasuk kedalam kategori cukup kreatif (CK)atau sebesar 50%. Saran

Ada beberapa saran yang perlu disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini: 1) untuk guru dan calon guru, sebaiknya memperhatikan pengembangan aspek metakognisi didalam proses pembelajaran, sehingga memungkinkan pembelajaran di kelas lebih bermakna dan terarah. 2) untuk guru maupun calon guru dapat melatih dan membiasakan siswa untuk mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang kreatif sehingga siswa dapat menggali kreatifitas mereka dalammenyelesaikan suatu persoalan matematika, 3) untuk penelitian selanjutnya, peneliti diharapkan dapat menggunakan partisipanyang lebih banyak lagi sehingga jika memungkinkan hasil penelitian tersebut dapat berlaku secara umum. Selain itu, diperlukan persiapan yang matang sehingga perolehan data juga akurat.

(15)

DAFTAR RUJUKAN

Aprianti, Lia. 2009. Perilaku Metakognisi Siswa Dalam Pemecahan Masalah

Matematika Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Pontianak.Skripsi.

Pontianak. FKIP UNTAN

Arikunto,Suharsimi, 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: Bumi Aksara.

Hudiono, Bambang. 2007. Mengenal Pendekatan Open-ended problem solving

Matematika. PONTIANAK : STAIN Pontianak.

Mulbar,Usman. 2008. Metakognisi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. Diakses tgl 11 November 2011.

(ebekunt.wordpress.com/.../metakognisi-dan-keberhasilan-belajar-pes). Nurmaningsih.2009. Perilaku Metakognisi pada Siswa Kelas X SMA Berdasarkan

Tingkat Kemampuan Dalam Pemecahan Masalah Pola Bilangan.Skripsi.

Pontianak. FKIP UNTAN.

Siswono, Tatag Yuli Eko. 2004. Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah (Problem Posing)

(http://tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper_implementasiteori.pdf, diakses 12 desember 2011).

Siswono, Tatag Yuli Eko. 2008.Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Identifkasi Tahap Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan dan Mengajukan Masalah Matematika. Disertasi, Program Studi S3

Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya. Promotor: Prof. R. Soedjadi, Ko-Promotor: Prof. Ketut Budayasa, Ph.D (diakses 20 desember 2011).

Subana. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka Setia: Bandung Sudjana. 2005. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru: Bandung

Sumarmo, Utari. 2010. Berpikir dan Disposisi Matematik : Apa, Mengapa, dan

Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik.Makalah. FPMIPA UPI.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuatitatif kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Syaodih, Nana. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

Wiwit.2010. Perilaku Metakognisi dan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa SMP Teluk Keramat (Analisis Perilaku Metakognisi Berdasarkan ETnis dan Jenis Kelamin).Skripsi. Pontianak. FKIP UNTAN.

Gambar

Tabel 1.1Respon Siswa Terhadap Item Perilaku Metakognisi Diawal  Pemecahan Masalah yang berkaitan dengan Tingkat Berpikir Kreatif
Tabel 1.2Respon Siswa Terhadap Item Perilaku Metakognisi Disaat  Pemecahan Masalah yang berkaitan dengan Tingkat Berpikir Kreatif Keterangan:
Tabel 1.3Respon Siswa Terhadap Item Perilaku Metakognisi Diakhir Pemecahan Masalah yang berkaitan dengan Tingkat Berpikir Kreatif
Tabel 1.5Sebaran Tingkat Berpikir Kreatif Siswa pada Tingkat Kemampuan  Menengah dalam Menyelesaikan Masalah
+3

Referensi

Dokumen terkait

(2014: 125) di SMA Negeri 7 Binjai diperoleh bahwa siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara signifikan lebih baik dalam

Pada mulanya pembuatan mekanisme kerja pendataan yang dilakukan pada Direktorat Tenaga Kependidikan pada khususnya dan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan

Tanpa investasi pada unsur-unsur tersebut dengan urutan yang tepat, yaitu memastikan pengawasan dan pemantauan sesuai dengan kapasitas klien, pengungkapan, dan penempatan

bahwa berdasarkan Pasal 57 dan Pasal 58 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Untuk mendapatkan data yang akan diolah, digunakan kamera untuk merekam video lalu lintas, kemudian diterapkan teknik pengolahan citra digital pada video tersebut

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap pimpinan dan staf Desa Tambak Oso dan Desa Segoro Tambak didapatkan informasi bahwa model implementasi

Berdasarkan hasil wawancara diatas, terhadap lima informan dari kalangan pustakawan Perpustakaan Universitas Hasanuddin Makassar maka dapat disimpulkan bahwa dari semua

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Rakyat Berbahasa Jawa melalui Metode Student Teams Achievement Divisions