• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI LITERASI PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA TENTANG MENCUCI TANGAN MENGGUNAKAN SABUN DENGAN DIARE PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI LITERASI PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA TENTANG MENCUCI TANGAN MENGGUNAKAN SABUN DENGAN DIARE PADA ANAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

80 STUDI LITERASI PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA TENTANG MENCUCI TANGAN MENGGUNAKAN SABUN DENGAN DIARE

PADA ANAK

Literation Study On Knowledge And Behavior Of Household Mother Concerning Hand Washing Using Soap With Diarrhea In Children

Novita Sekarwati1 Subagiyono2

1,2Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Wira Husada Yogyakarta email: subagiyono7@gmail.com

ABSTRACT

Background: One of the impacts of increasing diarrhea is the lack of clean living habits in people's lives. The results of Riskesdas (2013) show that the incidence and period prevalence of diarrhea for all age groups in Indonesia is 3.5 percent and 7.0 percent. Based on the trend analysis on the national average, there was an increase in the proportion of the population washing hands properly in 2013 (47.0%).

Objective: To determine the level of knowledge and behavior of housewives about washing hands with soap with the incidence of diarrhea (literation study).

Method: This type of descriptive quantitative research with literature study techniques, namely by understanding the opinions, responses, or perceptions of a person obtained from a journal or a relevant person's research results.

Result:. The habit of washing the hands of housewives at five important times, namely after defecating and before eating, was recorded as high at 70.8 percent and 75.9 percent. Meanwhile, the three other actions, namely washing the child, before feeding the child, and before cooking showed the percentage of 35.1 percent, 30.1 percent and 37.8 percent respectively.

Conclusion: There is a relevance between the level of knowledge of housewives and the incidence of diarrhea in children under five, indicated by the low level of knowledge of mothers in doing the habit of washing hands with soap at five important times.

Keywords: Knowledge Level, Hand Washing with Soap, Diarrhea

ABSTRAK

Latar Belakang: Salah satu dampak dari meningkatnya kejadian diare

adalah berkurangnya kebiasaan hidup bersih dalam kehidupan masyarakat. Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa kejadian dan periode prevalensi diare untuk semua kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Berdasarkan analisis tren secara rata-rata nasional, terdapat peningkatan proporsi penduduk cuci tangan layak pada tahun 2013 (47,0%).

Tujuan: Mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku ibu rumah

tangga tentang cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare (studi literatur).

Metode: Jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan teknik studi

(2)

81

seseorang yang diperoleh dari jurnal atau hasil penelitian orang yang bersangkutan.

Hasil:. Kebiasaan mencuci tangan ibu rumah tangga pada lima waktu

penting, yaitu setelah buang air besar dan sebelum makan tercatat tinggi sebesar 70,8 persen dan 75,9 persen. Sedangkan tiga tindakan lainnya yaitu memandikan anak, sebelum memberi makan anak, dan sebelum memasak menunjukkan persentase masing-masing sebesar 35,1 persen, 30,1 persen, dan 37,8 persen.

Kesimpulan: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu rumah

tangga dengan kejadian diare pada balita yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan ibu dalam melakukan kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada lima waktu penting.

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Diare

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah hak asasi manusia sekaligus investasi keberhasilan pembangunan bangsa. Perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan pembangunan kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan masyarakat tersebut pemerintah telah melakukan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup beberapa hal. Salah satu diantaranya adalah menyehatkan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar1.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku kesehatan yang dilakukan oleh individu, keluarga dan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan meningkatkan status gizi serta berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Melaksanakan PHBS bermanfaat untuk mencegah, menanggulangi dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien2.

Pemanfaatan dalam PHBS adalah terwujudnya rumah tangga yang derajat kesehatannya meningkat dan tidak mudah sakit serta meningkatnya produktivitas kerja setiap anggota keluarga yang tinggal dalam lingkungan sehat dalam rangka mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, meningkatkan derajat kesehatan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan, serta mengembangkan dan menyelengarakan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat3.

Pengetahuan akan PHBS bagi masyarakat sangat berperan penting untuk mewujudkan dan mengoptimalkan kesehatan yang baik, sehingga dari pengetahuan masing-masing individu dan masyarakat dapat menerapkan melalui perilaku dan tindakan-tindakan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat mengganggu kesehatan dalam kehidupan masyarakat. Hasil Riskesdas (2013) diketahui insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Lima provinsi dengan insiden maupun period prevalen diare tertinggi adalah Papua, Sulawesi Selatan, Aceh,

(3)

82 Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Insiden diare pada kelompok usia balita di Indonesia adalah 10,2 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten4.

Menjaga kebersihan tangan merupakan pertahanan awal menjaga

kebersihan diri, upaya untuk menjaga kebersihan tangan salah satunya yaitu

dengan cara mencuci tangan (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Mencuci tangan dengan sabun telah terbukti secara ilmiah untuk mencegah penyebaran penyakit seperti diare yang dapat menyebabkan kematian setiap tahunnya, khususnya di negara-negara berkembang5. Jika tidak mencuci tangan menggunakan sabun, dapat menginfeksi diri sendiri terhadap kuman.

Perilaku cuci tangan harus selalu diterapkan pada setiap anggota keluarga, dalam suatu keluarga ibu memiliki peranan penting bagi anggota keluarganya, selain menjadi seorang istri ibu juga memiliki tugas untuk mengatur, mengurus, mengajarkan dan mendidik anggota keluarganya. Ibu rumah tangga merupakan seorang wanita yang mengatur penyelengaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengertian lain ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurus berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor)6.

Peran sebagai ibu rumah tangga akan secara otomatis diterima seorang wanita saat ia mulai berkeluarga. Ibu bertanggung jawab melakukan kegiatan yang berpusat untuk mengurusi, mendidik, melayani, mengatur, sekaligus mengurus anak dan suami. Sebagian waktunya berada di dalam rumah yang memiliki tanggung jawab yang timbul secara spontan dan tidak dapat diramalkan7. Ibu merupakan pendidikan utama bagi anak-anak, kurangnya perhatian akan kebersihan dari ibu maupun ayah akibat sibuk dengan pekerjaan masing-masing, dapatmempengaruhi kesehatan dan kebersihan anggota keluarganya tidak. Hal ini dapat mengakibatkan berbagai penyakit yang dapat timbul akibat kurangnya kebersihan salah satunya yaitu diare.

Berdasarkan data yang tercatat terlihat bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal dan Case Fatality rate (CFR) 2,92% Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). jumlah penderita diare di fasilitas kesehatan sebanyak 141.906 jiwa, diare yang ditangani sebanyak 33,240 jiwa dan presentase diare yang tidak di tangani sebanyak 23,4% 8. Berdasarkan Insiden rate pada tahun 2017 sebesar 12,95% dari target penemuan 22.745 dimana angka ini turun disbanding tahun 2016 sebesar 15,57% kasus diare dari angka kesakitan 214 per 1000 penduduk. Kasus penyakit diare lebih banyak diare karena kurangnya hygiene sanitasi, perilaku masyarakat dalam mengelola makanan dan minuman, masalah hygiene penjamah dan belum optimalnya budaya cuci tangan pakai sabun9.

METODE

Jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan teknik studi literatur, yaitu dengan cara memahami pendapat, tanggapan, atau persepsi seseorang yang diperoleh dari, jurnal atau hasil penelitian seseorang yang relevan. Data

(4)

83 merupakan sumber informasi yang diperoleh penulis. Data yang diperoleh nantinya akan diolah sehingga menjadi informasi baru yang dapat dimanfaatkan. Dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan sumber data sekunder.

Data sekunder yaitu informasi-informasi yang diperoleh penulis untuk mendukung penelitian ini, seperti jurnal atau hasil penelitian seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku ibu rumah tangga tetang Cuci tangan Pakai Sabun dengan kejadian diare. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Studi pustaka merupakan metode yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi yang dapat mendukung dalam proses penulisan penelitian ini.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah studi pustaka teknik simak. Studi pustaka teknik simak dibagi menjadi beberapa teknik, antara lain teknik catat. Teknik catat merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan literatur atau bahan pustaka yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, kemudian mencatat atau mengutip pendapat para ahli yang ada di dalam literatur tersebut untuk memperkuat landasan teori dalam penelitian ini. Data yang telah diperoleh akan dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan. Analisis data terdiri dari beberapa langkah yaitu merangkum dan memilih hal-hal yang pokok, atau memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian data yang telah dirangkum kemudian akan disajikan dalam bentuk uraian singkat, dan langkah yang terakhir adalah menarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil Survey 18,5 persen masyarakat Indonesia yang mencuci tangan pakai sabun di lima waktu penting masih rendah Data menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk mencuci tangan dengan sabun. Enggannya masyarakat untuk mencuci tangan dalam melakukan lima aktivitas penting sehari-hari disebut mempengaruhi penularan penyakit diare10.Lima waktu penting dan krusial dalam mencuci tangan yang dimaksud meliputi mencebok anak, buang air besar, sebelum makan, memberi makan anak, dan juga sebelum memasak. Berdasarkan Kajian Analisa Resiko Kesehatan Lingkungan di 55 Kabupaten dan Kota Tahun 2013, presentase responden yang melakukan cuci tangan pakai sabun sebelum ataupun setelah melakukan lima kegiatan krusial tadi diketahui hanya 18,5 persen.

Kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar dan sebelum makan tercatat angka tinggi sebesar 70,8 persen dan 75,9 persen. Sedangkan pada tiga tindakan lain, yakni mencebok anak, sebelum menyuapi anak, dan sebelum memasak masing-masing menunjukkan prosentase 35,1 persen, 30,1 persen dan 37, 8 persen. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan pakai sabun dalam lima waktu banyak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan terutama ibu rumah tangga sehingga mengakibatkan masyarakat tidak tahu dan tidak sadar kalau kebiasaan tersebut bisa mengakibatkan penularan diare khususnya pada balita.

(5)

84 Balita memiliki daya tahan yang masih rendah sehingga merupakan golongan umur yang beresiko diserang penyakit. Balita masih memiliki ketergantungan dengan ibu yang mengasuh dan mendidik masalah kesehatan sangat erat hubungan dengan orang tua. Hasil pendapatan orang tua yang rendah dapat mempengaruhi kemampuan orang tua untuk peduli kesehatan keluarga tentang pengetahuan sikap dan prilaku. Diare merupakan masalah yang sering ditemui pada balita . Pengetahuan akan sangat menunjang terhadap pemahaman seseorang tentang suatu penyakit termasuk pengetahuan tentang penyakit diare akan sangat membantu dalam upaya mencegah penyakit diare. Pengetahuan yang baik akan menunjang perilaku yang baik, hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan berlangsung lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.. Perubahan Perilaku Kesehatan memerlukan pendidikan kesehatan untuk merubah pengetahuan, sikap dan perilaku11. Ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku, yaitu faktor predisposing, faktor enabling, dan faktor reinforcing atau social support (dukungan sosial) yang dilakukan oleh petugas kesehatan, pamong/ pemimpin masyarakat, teman atau anggota keluarga Cara berfikir seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang pernah didapatkan atau diperoleh sehingga akan berpengaruh ke tindakan yang akan mereka lakukan. Pendidikan yang dimiliki orangtua merupakan salah satu tolak ukur keadaan sosial sehingga dapat dilihat pola pikir orangtua tentang masalah-masalah kesehatan terutama pengetahuan tentang penyakit diare sehingga dapat melakukan tindakan seperti pengetahuan tentang bahaya diare, ciri-ciri dari diare, cara transmisi penyakitnya dan cara mencuci tangan dengan baik dan benar. Penyakit dapat dihindari dengan adanya kemauan dan pencarian informasi tentang kepedulian terhadap kesehatan terutama pengetahuan tentang diare, ciri-ciri dan dampak yang ditimbulkan, dan cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi timbulnya diare dengan kepedulian terhadap sanitasi lingkungan sehingga penyakit diare dapat diminimalisir. Penyebab diare dapat juga dikarenakan infeksi enternal maupun parenteral serta faktor lain, tetapi ada beberapa faktor resiko yang ikut berperan dalam timbulnya diare yang kebanyakan karena kurangnya pengetahuan akibat tingkat pendidikan yang rendah sehingga perlu diberikan penyuluhan, yaitu higienis yang kurang, lingkungan makanan, sosial, budaya. Tingkat pengetahuan yaitu kedewasaan seseorang akan memberi pengaruh tertentu pada kualitas dirinya, salah satunya adalah proses pemikiran dan pemahaman tentang sesuatu hal atau benda.

Tangan merupakan perantara pembawa kuman penyakit, dalam hal ini untuk memutus mata rantai diare salah satu cara yang dapat dilakukan dan merupakan hal yang sangat penting adalah tindakan cuci tangan pakai sabun. Tangan adalah bagian dari tubuh yang mudah terkena kotoran dan tertempel kuman penyakit. Ketika menggenggam sesuatu, menyentuh, membersih-kan organ vital setelah atau sebelum buang air besar atau buang air kecil dan bersalaman, kegiatan demikian dapat menimbulkan bibit penyakit melekat pada kulit tangan dan masuk secara oral lewat mulut karena kurang bersihnya dalam mencuci tangan dengan kuman penyakit yang masih menempel pada tangan. Praktek CPTS merupakan tindakan yang sangat mudah dan praktis di terapkan karena berhubungan dengan

(6)

85 keseharian yang dilakukan namun banyak orang masih mengabaikan pentingnya CPTS. Tindakan cuci tangan menggunakan sabun merupakan intervensi yang dapat dijangkau oleh semua golongan. Ibu dengan balita dan diketahui bahwa tindakan mencuci tangan dengan menggunakan sabun masih rendah dan perlu dicari hubunganya dengan terjadinya diare. Cuci tangan dengan benar juga dipengaruhi oleh air yang digunakan untuk mencuci tangan. Dilihat dari kerentanan terjadinya transmisi penyakit melalui tangan yang dapat masuk kedalam tubuh secara oral salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara cuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum atau sesudah beraktivitas hal tersebut dilakukan salah satunya untuk memutus mata rantai diare. Diare disertai muntah dan buang air besar encer sering terjadi kepada anak, bila tidak ditangani, diare dapat berakibat kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Dengan keadaan demikian dimungkinkan cenderung memiliki higiene yang kurang terhadap lingkungan rumah dan kebersihan diri dan juga konsumsi makanan sembarangan sehingga dapat timbul penyakit diare. Penyakit dapat dihindari dengan adanya kemauan dan pencarian informasi tentang kepedulian terhadap kesehatan terutama pengetahuan tentang diare, ciri-ciri dan dampak yang ditimbulkan, dan cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi timbulnya diare dengan kepedulian terhadap sanitasi lingkungan sehingga penyakit diare dapat diminimalisir. Mereka beranggapan bahwa mencuci tangan dengan menggunakan air tanpa sabun sudah cukup. Padahal melalui tangan yang kotor penyakit dapat masuk ke dalam saluran pencernaan secara oral bisa karena menyentuh makanan saat tangan kotor sehingga kontaminasi bakteri menempel pada makanan dan termakan, selanjutnya dengan tidak mencuci tangan saat buang air besar atau kecil kemudian langsung memegang makanan dan masuk melalui mulut sehingga hal tersebut berpotensi menimbulkan diare. Mencegah terjadinya diare dapat dimulai dari sendiri dengan memberikan makanan yang hygenis dan tidak lupa juga untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sampai bersih12.

Perilaku kesehatan yang buruk pada anak dapat mendatangkan berbagai jenis penyakit. Beberapa penyakit tersebut yaitu seperti penyakit diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian anak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2016), tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada siswa Sekolah Dasar Negeri Sambiroto 01 Kota Semarang” yang menyatakan adanya hubungan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan makanan, mencuci tangan pakai sabun sesudah buang air besar dengan kejadian diare pada anak balita13. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Kusumaningrum (2011), tentang “Pengaruh PHBS tatanan rumah tangga terhadap diare balita di kelurahan Gandus Palembang” yang menemukan bahwa ibu-ibu yang memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan baik, balitanya kecil kemungkinan untuk terkena diare dibandingkan dengan ibu-ibu yang memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan kurang baik.. CTPS adalah satu satunya intervensi kesehatan yang paling “cost effective” jika dibanding dengan hasil yang diperolehnya. Walaupun pada kenyataannya pengetahuan ibu baik dan perilaku CTPS juga baik akan tetapi masih ada balitanya yang terkena diare ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor

(7)

86 lain seperti: 1) Faktor anak seperti status gizi, pemberian ASI eksklusif dan pemberian imunisasi campak. 2) Faktor lingkungan, dua faktor yang paling dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja14. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yakni melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan diare. 3) Faktor sosial ekonomi, status ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan gizi buruk yang memudahkan balita mengalami diare15. Keluarga yang status ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga mudah terserang diare. pada ibu balita agar lebih aktif dalam kegiatan peningkatan pengetahuan seperti datang ke posyandu dan penyuluhan kesehatan, serta menjadikan perilaku cuci tangan pakai sabun sebagai kebiasaan hidup sehari-hari terutama pada waktu penting yaitu sesudah buang air besar, sesudah menceboki anak/balita, sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan sehingga bisa menghindari risiko terhadap suatu penyakit khususnya penyakit diare.

SIMPULAN

Ada relevansi antara tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dengan kejadian diare pada balita ditandai dengan masih rendahnya tingkat pengetahuan Ibu dalam melakukan kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun di lima waktu penting

RUJUKAN

1. Departemen Kesehatan RI, (2004 ) Penyehatan Lingkungan. Jakarta : Depkes RI.

2. Departemen Kesehatan RI, (2007) Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Tatanan Rumah Tangga, Departemen, Kesehatan RI. Jakarta.

3. Departemen Kesehatan RI, (2006) Pengembangan Promosi Kesehatan Di Daerah Melalui Dana Dekon. Jakarta : Depkes RI

4. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI,

5. Zulaikha, 2017, Gambaran Tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada anak di puskesmas karang asam kota Samarinda, umkt.ac.id

6. Ilham B.S, 2014HubunganPerilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Kejadian Diare diSD, Jurnal Komunitas dan tropic,

7. Kartono, K. (2006). Psikologi Wanita (Jilid 1): Gadis Remaja dan Wanita Dewasa.Bandung : Alumni Penerbit

8. Dinas Kesehatan Yogyakarta. Profil Kesehatan provinsi Yogyakarta tahun (2011). Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.

(8)

87 10. Kemenkes RI, 2013, Survei Kesehatan, Dirjen P2PL

11. Notoatmodjo,S. (2013). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

12. Arry M, Hubungan Perilaku CTPS dengan Kejadian Diare Anak Usia Sekolah di SDN 02 Kec Todoman Kab. Blora, FIKKES, Jurnal Keperawatan Vol 6 No. 1 Maret 2013: 15-23

13. Kartika Mia, Faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada siswa Sekolah Dasar Negeri Sambiroto 01 Kota Samarinda, Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP, Vol. 4 Nomor 5 Okt 2016

14. Eman.(2007). Pentingnya Cuci Tangan. Jakarta. Rineka Cipta.

15. Fahruazi Yeni,Hubungan Pengetahuan dan perilaku CTPS ibu dengan Kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas kuin raya kota

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum digunakan sebagai alat penulisan, kuesioner diuji coba pada subyek penulisan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan

Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup lansia penderita diabetes mellitus yang mengalami ulkus diabetikum di Kecamatan Ungaran

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Berdasarkan paparan diatas, peneliti akan melakukan uji statistik hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru menggunakan data simulasi dalam

kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Oleh karena itu dalam proses analisis penyajian data ini peneliti. menjelaskan sejarah kebudayaan Islam, dan

Melalui sistem pusat karir yang dibangun dalam bentuk website, STMIK Pontianak dapat membantu dalam menfasilitasi penyediaan informasi lowongan kerja, sementara perusahaan

(2) Lokasi sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan faktor pendukung pengembangan potensi kelautan dan perikanan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang

Ketika liabilitas keuangan awal digantikan dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan ketentuan yang berbeda secara substansial, atau