• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, seperti sekaa, banjar serta desa adat. Tradisi itu biasa disebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tradisional, seperti sekaa, banjar serta desa adat. Tradisi itu biasa disebut"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara kultural, krama Bali memang sudah memiliki tradisi pengelolaan keuangan secara bersama-sama untuk bersama dalam suatu wadah organisasi tradisional, seperti sekaa, banjar serta desa adat. Tradisi itu biasa disebut pacingkreman. Pacingkreman merupakan suatu wujud tradisi berupa penghimpunan dana dari krama yang akan digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan upacara adat dan agama maupun kegiatan pembangunan, perbaikan atau pun perawatan tempat suci serta bangunan-bangunan milik desa. Dalam organisasi sekaa dan banjar itu juga dikembangkan kegiatan simpan pinjam antar krama sekaa atau banjar. Dinamika komunitas adat Bali melalui tradisi pacingkreman ini yang mengetuk hati Gubenur Bali, Prof. Dr. IB Mantra membentuk sebuah LPD di Bali. Sang Gubernur menyadari betul tingginya beban krama Bali dalam mempertahankan adat dan budayanya. Di sisi lain, adat dan budaya yang unik dan otentik itu menjadi daya tarik utama Bali (Giriartha, 2013:8).

Pembentukan LPD di Bali pertama kali dilandasi oleh Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 972 Tahun 1984, tanggal 19 November 1984, dengan keluarnya Surat Keputusan tersebut maka di setiap kabupaten didirikan sebuah LPD sebagai proyek percontohan. Lantaran perkembangan LPD yang didirikan di tiap-tiap kabupaten tersebut cukup bagus,

(2)

2

tiga tahun kemudian, keberadaan LPD ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1988 tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Pada tahun 2002, Perda Nomor 2 Tahun 1988 diperbaharui kembali menjadi Perda Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang LPD. Tahun 2007, Perda LPD disempurnakan lagi menjadi Perda Nomor 3 Tahun 2007 mengenai LPD. Terakhir, Perda Nomor 3 Tahun 2007 direvisi kembali menjadi Perda Nomor 4 Tahun 2012 tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD) (Giriartha, 2013:9).

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) didedikasikan sebagai salah satu lembaga desa adat yang merupakan unit operasional serta berfungsi sebagai wadah kekayaan milik desa adat yang berupa uang atau surat-surat berharga lainnya. Arah dan fungsinya untuk meningkatkan taraf hidup krama desa guna menunjang pembangunan desa adat. Kelangsungan hidup suatu LPD bergantung pada kepercayaan masyarakat, sehingga tiap-tiap LPD yang ada di Bali diharapkan mampu menjaga serta mempertahankan kepercayaan masyarakat yang menanamkan dananya pada lembaga tersebut. Masyarakat dapat melihat kemampuan serta perkembangan suatu LPD melalui kinerja keuangan LPD. Kinerja keuangan LPD secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai LPD dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Kinerja keuangan LPD merupakan gambaran mengenai kondisi keuangan LPD pada periode waktu tertentu, baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan

(3)

3

indikator kecukupan modal, likuiditas serta profitabilitas LPD (Jumingan, 2006: 239).

Bagi lembaga keuangan seperti LPD, kinerja keuangan merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha yang sehat dan dapat menampung risiko kemungkinan kerugian. Apabila kinerja keuangan LPD baik, diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan LPD untuk jangka panjang, demikian sebaliknya apabila kinerja keuangan LPD buruk akan dapat menurunkan pertumbuhan LPD. Penilaian terhadap tingkat kesehatan LPD merupakan salah satu cara untuk mengetahui keberhasilan atau perkembangan usaha LPD baik dalam pengelolaan keuangan maupun manajemen usaha. Penilaian tingkat kesehatan LPD hanya bisa dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan yang diterbitkan oleh LPD tersebut, sehingga adanya laporan keuangan LPD menjadi sangat penting dalam pengambilan keputusan LPD kedepannya (Anshari, 2013). Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 11 Tahun 2013, untuk menilai tingkat kesehatan LPD pada dasarnya menggunakan 5 aspek penilaian yang disebut CAMEL yang meliputi Capital, Assets Quality, Management, Earnings, dan Liquidity. Pendekatan CAMEL adalah alat yang penting untuk menilai relatif kekuatan keuangan LPD dan berguna bagi manajemen LPD sebagai informasi dalam pengambilan keputusan untuk memperbaiki kelemahan dari LPD (Reddy, 2012).

Penilaian tingkat kesehatan bagi LPD merupakan salah satu indikator penting untuk dapat bersaing dengan lembaga keuangan lainnya. Hal ini dikarenakan, LPD tidak hanya bersaing dengan sesama LPD namun juga dengan

(4)

4

bank-bank umum maupun bank swasta, sehingga setiap LPD diharapkan bisa menjaga kesehatannya agar mampu bertahan dalam persaingan bisnis perbankan. Beberapa tahun belakangan ini, LPD di Kabupaten Badung mengalami perkembangan sangat pesat. Dari 122 LPD di Kabupaten Badung, sebagian besar tergolong LPD memiliki aset lebih dari Rp 5 milyar. Tak pelak, aset LPD di Kabupaten Badung terbilang paling besar di Bali (Giriartha, 2013:10).

LPD Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu bagian dari LPD yang terdapat di Kabupaten Badung. Dipilihnya LPD Kecamatan Kuta Selatan sebagai subyek penelitian karena LPD tersebut memiliki kegiatan bisnis yang tinggi dimana daerah Kuta Selatan terkenal dengan daerah tujuan wisatawan atau daerah pariwisata, selain itu pula LPD tersebut mampu bertahan serta berkembang di masyarakat sehingga terjadi persaingan ketat antara LPD dan lembaga keuangan lainnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat/nasabahnya. Untuk itu, setiap LPD di Kuta Selatan diwajibkan memelihara tingkat kesehatannya agar terus menerus berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat serta mendukung pembangunan desa adat.

Pada Tabel 1.1 disajikan perkembangan tingkat kesehatan LPD yang ada di Kecamatan Kuta Selatan selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

(5)

5

Tabel 1.1 Perkembangan Tingkat Kesehatan Lembaga Perkreditan Desa Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2010 - 2014

No. Lembaga Perkreditan Desa

Nilai CAMEL Nilai

CAMEL Rata-Rata per-LPD 2010 2011 2012 2013 2014 1 Jimbaran 93,00 92,30 95,10 98,30 98,30 95,40 2 Pecatu 95,20 98,10 98,10 98,10 98,10 97,52 3 Bualu 94,50 95,30 95,50 95,10 95,30 95,14 4 Tanjung Benoa 90,20 91,10 90,80 91,50 90,70 90,86 5 Ungasan 89,90 95,10 95,50 97,60 91,60 93,92 6 Kutuh 92,30 81,10 85,90 92,10 76,50 85,58 7 Kampial 98,10 98,10 98,10 98,10 98,10 98,10 8 Peminge 98,10 98,10 98,10 98,10 98,10 98,10 9 Tengkulung 89,50 66,60 77,70 76,60 82,50 78,58 Rata - Rata Tingkat Kesehatan LPD Kecamatan Kuta Selatan 92,58 Sumber : LPLPD Kabupaten Badung, 2015

Pada Tabel 1.1, dapat dilihat berdasarkan nilai rata-rata tingkat kesehatan selama 5 tahun periode penelitian dari 9 LPD yang ada di Kecamatan Kuta Selatan terdapat 8 LPD yang mempunyai predikat LPD sehat dan 1 LPD mempunyai predikat cukup sehat yaitu LPD Desa Adat Tengkulung. LPD-LPD di Kecamatan Kuta Selatan yang mempunyai predikat sehat antara lain yaitu LPD Desa Adat Jimbaran, LPD Desa Adat Pecatu, LPD Desa Adat Bualu, LPD Desa Adat Tanjung Benoa, LPD Desa Adat Ungasan, LPD Desa Adat Kutuh, LPD Desa Adat Kampial dan LPD Desa Adat Peminge. LPD yang memiliki tingkat kesehatan rata-rata tertinggi selama tahun 2010-2014 ialah LPD Desa Adat Kampial dan LPD Desa Adat Peminge dengan nilai CAMEL rata-rata sebesar 98,1, sedangkan LPD yang memiliki tingkat kesehatan rata-rata terendah ialah LPD Desa Adat Tengkulung dengan nilai CAMEL rata-rata sebesar 78,58 dan nilai rata-rata tingkat kesehatan LPD Kecamatan Kuta Selatan selama tahun

(6)

6

penelitian adalah sebesar 92,58. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengelompokkan LPD-LPD tersebut ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok LPD yang memiliki tingkat kesehatan dibawah rata-rata dan kelompok LPD yang memiliki tingkat kesehatan diatas rata-rata. Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang mempunyai nilai rata-rata dibawah nilai 92,58 dimasukkan ke dalam kelompok tingkat kesehatan LPD dibawah rata-rata, sedangkan LPD yang mempunyai nilai rata-rata lebih besar dari nilai 92,58 dimasukkan ke dalam kelompok tingkat kesehatan LPD diatas rata-rata.

Berikut ini disajikan Tabel 1.2 yang mengelompokkan LPD-LPD di Kecamatan Kuta Selatan ke dalam kelompok tingkat kesehatan LPD dibawah rata-rata dan kelompok tingkat kesehatan LPD diatas rata-rata. Berdasarkan pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa terdapat 3 LPD masuk ke dalam kelompok tingkat kesehatan LPD dibawah rata-rata dan terdapat 6 LPD masuk ke dalam kelompok tingkat kesehatan LPD diatas rata-rata.

Tabel 1.2 Pengelompokkan LPD di Kecamatan Kuta Selatan Berdasarkan Rata-Rata Tingkat Kesehatannya

No. Tingkat Kesehatan LPD Dibawah Rata-Rata

No. Tingkat Kesehatan LPD Diatas Rata-Rata 1. LPD Desa Adat Tanjung Benoa 1. LPD Desa Kampial 2. LPD Desa Adat Kutuh 2. LPD Desa Adat Peminge 3. LPD Desa Tengkulung 3. LPD Desa Adat Pecatu

4. LPD Desa Adat Jimbaran 5. LPD Desa Adat Bualu 6. LPD Desa Adat Ungasan Sumber : Data sekunder diolah, 2015

Pada penelitian ini, indikator manajemen tidak diikut sertakan dalam analisis, mengingat waktu dan biaya sehubungan dengan pengumpulan data yang

(7)

7

terdiri atas 25 aspek penilaian belum memungkinkan bagi penulis untuk melakukannya. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rasio-rasio keuangan LPD untuk membedakan tingkat kesehatan LPD Kecamatan Kuta Selatan yaitu ke dalam kelompok tingkat kesehatan LPD dibawah rata-rata dan tingkat kesehatan LPD diatas rata-rata dengan menggunakan teknik analisis diskriminan. Suatu penelitian dimana variabel responnya berupa data kualitatif sedangkan variabel penjelasnya berupa data kuantitatif, biasanya penelitian tersebut menggunakan analisis diskriminan (Rahmatina, 2012). Hal ini digunakan terutama untuk mengklasifikasikan variabel dependen yaitu tingkat kesehatan LPD ke dalam kelompok tingkat kesehatan LPD dibawah rata-rata dan tingkat kesehatan LPD diatas rata-rata (Altman, 1968). Analisis diskriminan ini pula dapat digunakan untuk menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja LPD, karena dengan menggunakan analisis diskriminan dapat mengkasifikasikan tingkat kesehatan LPD menjadi kelompok tingkat kesehatan LPD dibawah rata dan tingkat kesehatan LPD diatas rata-rata.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menilai kinerja suatu usaha dengan menggunakan rasio keuangan, karena dengan menganalisis rasio-rasio keuangan LPD maka akan dapat diprediksi kinerja suatu LPD (Suripto, 2013). Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk membedakan tingkat kesehatan LPD Kecamatan Kuta Selatan yaitu rasio keuangan yang terdapat pada penilaian tingkat kesehatan Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan LPD berdasarkan Peraturan Gubernur

(8)

8

Bali Nomor 11 Tahun 2013 terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Cadangan Pinjaman Ragu-Ragu (CPRR), Return On Assets (ROA), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Liquid Assets to Current Liabilities Ratio (LACLR), dan Loan to Deposit Ratio (LDR).

Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki oleh LPD guna menutupi kemungkinan kegagalan dalam pemberian kredit kepada nasabah/masyarakat (Altan et al, 2014). Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) merupakan rasio yang mengukur kemampuan kualitas aktiva produktif yang dimiliki LPD untuk menutup aktiva produktif yang diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh LPD (Sari, 2006). Rasio Cadangan Pinjaman Ragu-Ragu (CPRR) merupakan rasio yang wajib dibentuk oleh LPD guna menutup risiko kemungkinan kerugian yang timbul (Suripto, 2013). Return On Assets (ROA) digunakan untuk menilai kemampuan LPD menghasilkan laba berdasarkan tingkat aset yang dimiliki (Amaniyah, 2010). Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio perbandingan antara biaya operasional LPD dengan pendapatan operasional LPD (Erari et al, 2013), rasio ini mencerminkan ukuran tingkat efisiensi suatu LPD dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Liquid Assets to Current Liabilities Ratio (LACLR) yaitu prosentase perbandingan antara alat likuid LPD terhadap hutang lancar, semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas LPD yang bersangkutan (Meliyanti, 2009). Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang mencerminkan kemampuan suatu LPD untuk membayar kembali penarikan dana

(9)

9

yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuditasnya (Lestari, 2012).

Penelitian yang berkaitan pengelompokkan terhadap tingkat kesehatan LPD dengan menggunakan analisis diskriminan telah banyak dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Hays et al (2009) yaitu mengelompokkan kinerja bank yang mempunyai efisiensi tinggi dan efisiensi rendah dengan variabel dominan membedakan kinerja bank ialah rasio ROA. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Liberty (2013), ditemukan bahwa variabel CAMEL yang terdiri CAR, KAP I, KAP II, NPM, ROA, BOPO, dan LDR secara simultan mampu membedakan tingkat kesehatan perbankan dan variabel CAR sebagai variabel yang dominan membedakan tingkat kesehatan perbankan. Wahyudi dan Maskie (2004), Al-Tamimi (2010), Suripto (2013), dan Amaniyah (2010) secara berurutan menemukan hasil bahwa variabel yang dominan untuk membedakan kinerja perbankan ialah ROA, BOPO, KAP I dan NPL.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Nurazi dan Evans (2005), berdasarkan hasil penelitiannya ditemukan bahwa variabel CAR, Equity Ratio, ROA, BOPO, Cash to Deposit Ratio, dan Bank Size dapat membedakan kinerja bank. Gautam et al (2014), dalam penelitiannya ditemukan ketujuh rasio-rasio yang terdapat dalam CAMEL dapat membedakan tingkat kesehatn bank. Penelitian yang dilakukan Sari (2006), menemukan hasil bahwa variabel yang dominan untuk membedakan tingkat kesehatan bank ialah ROA, sedangkan Meliyanti (2012) menemukan variabel yang paling dominan untuk memprediksi membedakan tingkat kesehatan bank adalah rasio BOPO dan variabel paling lemah adalah rasio NPL.

(10)

10

Berdasarkan beberapa hasil penelitian-penelitian tersebut, diketahui bahwa variabel yang dominan membedakan kinerja bank antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain ternyata tidak konsinten. Hal ini disebabkan oleh lokasi, obyek, waktu dan sistem perbankan yang berbeda. Berdasarkan uraian dan alasan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel pembeda serta variabel yang dominan membedakan tingkat kesehatan LPD Kecamatan Kuta Selatan selama periode 2010-2014 dari aspek keuangan.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah rasio-rasio keuangan LPD yang terdiri dari CAR, KAP, CPRR, ROA, BOPO, LACLR dan LDR dapat membedakan tingkat kesehatan LPD (dibawah rata-rata dan diatas rata-rata) di Kecamatan Kuta Selatan? 2. Rasio-rasio keuangan manakah yang dominan membedakan tingkat

kesehatan LPD (dibawah rata-rata dan diatas rata-rata) di Kecamatan Kuta Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk membedakan LPD yang mempunyai tingkat kesehatan dibawah rata-rata dan diatas rata-rata dilihat dari rasio keuangan LPD Kecamatan

(11)

11

Kuta Selatan yang terdiri dari CAR, KAP, CPRR, ROA, BOPO, LACLR dan LDR.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis rasio-rasio keuangan yang yang dominan membedakan tingkat kesehatan LPD (dibawah rata-rata dan diatas rata-rata) di Kecamatan Kuta Selatan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang berguna dan memperkaya empiris tentang analisis tingkat kesehatan LPD.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan kepada pihak LPD sebagai dasar dalam pengambilan keputusan keuangan LPD kedepannya.

1.5 Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis sehingga antara bab yang lain mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(12)

12 Bab I Pendahuluan

Secara garis besar bab ini memuat uraian tentang latar belakang masalah, pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penyajian.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini mencakup mengenai landasan teori dan konsep yang berkaitan dengan kinerja keuangan, tata cara penilaian tingkat kesehatan LPD, dan hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan metode penelitian yang meliputi desain penelitian, ruang lingkup penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan mengenai gambaran umum LPD di Bali, deskripsi data hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil analisis data dan saran untuk pengembangan bagi peneliti selanjutnya.

Gambar

Tabel 1.1  Perkembangan  Tingkat  Kesehatan  Lembaga  Perkreditan  Desa   Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2010 - 2014
Tabel 1.2 Pengelompokkan  LPD  di  Kecamatan  Kuta  Selatan  Berdasarkan  Rata-Rata Tingkat Kesehatannya

Referensi

Dokumen terkait

Tentu, pada tataran realita tidak mungkin akan kita dapati praksis yang sesuai dengan teori yang berasas tersebut. Jika setiap orang tetap akan memaksakan pengaplikasian di

Selaku ketua DPR-RI, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada seluruh anggota dewan untuk senantiasa mengedepankan disiplin dan etika politik yang baik di

Untuk mencapai gelar Magister Kenotariatan inilah, penulis membuat suatu karya ilmiah yang berjudul “Tanggung Jawab Lembaga Penyiaran Radio dan Produsen Dalam Pelaksanaan

sebagai berikut: sebuah struktur yang sangat organik dengan minimal formalisasi; spesialisasi pekerjaan yang tinggi berdasar pendidikan formal; para spesialis akan memiliki

8 Namun, beberapa ahli lain menganggap bahwa anak anak bilingual atau multilingual memiliki keuntungan (benefit) dari hal tersebut, salah satunya diungkapkan oleh

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kesalahan yang dilakukan siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal cerita matematika pokok bahasan

Setelah itu pengguna tinggal memilih button yang tersedia untuk masuk ke menu utama.Setelah pengguna memasukkan nama ke menu login, akan muncul tampilan menu utama,

Hasil penelitian untuk variabel ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Parerung (2014) berjudul disiplin, kompensasi,dan pengembangan karir pengaruhnya