• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional.1

Dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh ke-2 abad XX, meningkatnya hubungan, kerja sama dan kesalingtergantungan antar negara, menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai akibat dekolonisasi, dan munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional menjadi lebih luas. Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti organisasi-organisasi internasional.2

Dalam studi hukum internasional, yang dimaksud dengan “organisasi internasional” biasanya adalah organisasi internasional dalam arti sempit, yaitu organisasi yang dibentuk atau didirikan oleh pemerintah-pemerintah atau yang biasanya disebut dengan Inter Governmental Organization. Selain inter governmental organization tersebut, dalam pergaulan masyarakat internasional dijumpai pula ribuan organisasi internasional yang tidak dibentuk oleh

1

Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Alumni, Bandung, 2011, hal. 1.

(2)

pemerintah-pemerintah, tetapi yang didirikan oleh orang-perorangan, kelompok-kelompok dan badan-badan internasional partikelir atau privat. Untuk organisasi internasional yang demikian itu disebut dengan ‘Non-Governmental Organization’.3

Pesatnya perkembangan teknologi dan komunikasi, sehingga timbul pula keinginan untuk mengatur kegunaannya secara kolektif dan meluasnya hubungan internasional di seluruh dunia sehingga menimbulkan berbagai kesulitan dari kekompleksan hubungan tersebut merupakan dua hal penting yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya organisasi internasional untuk pertama kalinya. Timbulnya hubungan internasional secara umum tersebut pada hakekatnya merupakan proses perkembangan hubungan antar negara, karena kepentingan dua negara saja tidak dapat menampung kehendak banyak negara.Dengan demikian tidak mungkin lagi pengaturannya diselesaikan hanya melalui perjanjian bilateral atau melalui saluran diplomatik yang tradisional saja. Maka timbul pikiran para ahli hukum beberapa negara untuk mendirikan organisasi internasional, dan disamping itu disadari pula pentingnya organisasi tersebut.4

Kemunculan organisasi internasional adalah merupakan wujud dari manifestasi kerjasama internasional yang mulai berkembang sejak akhir abad ke-19 dan memasuki awal abad ke-20 seiring dengan makin berkembangnya masyarakat internasional dan hukum internasional. Negara-negara, pada waktu itu mulai menyadari makin banyak bidang-bidang kehidupan yang memerlukan

3 J. Pareira Mandalangi, Segi-Segi Hukum Organisasi Internasional, Binacipta, Bandung,

1986, hal. 6.

4 Boer Mauna, sebagaimana dikutip oleh Syahmin A.K., Pokok-Pokok Hukum Organisasi Internasional, Binacipta, Bandung, 1985, hal. 5.

(3)

kerjasama dan pengaturan secara bersama pula, sehingga hubungan-hubungan bilateral maupun multilateral saja tidak lagi mencukupi. Dengan demikian makin dirasakan perlunya melembagakan kerjasama itu dengan membentuk atau mendirikan suatu organisasi internasional.

Salah satu bidang tersebut adalah olahraga yang termasuk di dalamnya adalah sebuah cabang yang bernama sepakbola. Sepakbola adalah olahraga yang sudah mengalami proses panjang mengarungi perkembangan zaman dan peradaban yang dapat ditelusuri di berbagai tempat bahkan sebelum Masehi. Era Mesir purba, misalnya, telah mengenal bola dengan kain linen. Bola tersebut sendiri kini masih tersimpan di museum Inggris. Tentara Romawi juga memiliki permainan sejenis sepakbola yang disebut harpastuna. Permainan serupa juga telah terdapat di Yunani pada zaman Yunani kuno, Meksiko, dan Jepang. Berbagai relief dinding di museum menunjukkan bahwa permainan bola sudah dikenal di peradaban Yunani purba dan disebut episcuro. Pada relief tersebut, terlukis seorang anak muda memegang bola bundar dan memainkannya dengan paha. Tercatat sebagai negara yang mengembangkan permainan ini sebagai permainan tim modern ialah negara Inggris. Dalam perkembangannya, pada tahun 1815, Eton College menciptakan sejumlah aturan permainan dan permainan tersebut lebih merupakan suatu bentuk olahraga.5

Dalam sejarah berabad-abad perkembangan di bidang sepakbola, muncul rasa kekhawatiran oleh para pelaku di setiap tim sepakbola, baik sebagai pemain atau pengurus klub karena disadari belum adanya badan yang benar-benar

5

Zen Muttaqin, Organisasi FIFA dan Hukum Olahraga, dikutip dari sumber tanggal 16 Juli 2013 pukul 21:43 WIB.

(4)

mengelola sepakbola di dunia dan dirasakan pentingnya suatu organisasi yang mewadahi dan mengatur permainan sepakbola di dunia. Akhirnya terbentuklah sebuah organisasi yang disebut Fédération Internationale de Football Association

(FIFA).6 FIFA didirikan tanggal 21 Mei 1904 di Paris, Prancis.7 FIFA merupakan

badan hukum organisasi internasional non-pemerintah (International Non

Governmental Organization (INGO)). DW Bowett menyebutkan bahwa INGO adalah perserikatan privat internasional yaitu perserikatan-perserikatan atau perhimpunan-perhimpunan dari badan-badan non pemerintah, baik swasta, individu, atau badan hukum. FIFA sendiri didirikan oleh individu-individu yang mewakili berbagai asosiasi sepakbola di dunia dan hingga kini memiliki anggota-anggota yang bukanlah “negara” an sich8, melainkan asosiasi sepakbola swasta tunggal yang dibentuk oleh sekelompok orang yang mengelola klub sepakbola yang berbadan hukum di negara yang bersangkutan sesuai dengan

mekanisme dan sistem aturan yang ditetapkan9

6

“Sejarah Terbentuknya FIFA”, dikutip dari sumber

dan asosiasi sepakbola tersebut bukanlah badan pemerintah negara-negara tersebut. FIFA sendiri berbadan hukum Swiss, yang memiliki dan mengelola sepakbola profesional secara tunggal di dunia, dan didirikan berdasarkan pasal 60 Swiss Civil Code.

16 Juli 2013 pukul 22:20 WIB.

7 FIFA didirikan oleh enam asosiasi sepakbola di Eropa, yakni USFA Prancis, UBSSA

Belgia, DBU Denmark, NVB Belanda, Madrid FC Spanyol, SBF Swedia, dan ASF Swiss, Lihat

8 Dalam filsafat Kant, an sich dikenal dengan suatu hal yang disebut demikian karena

“sifat” dirinya sendiri, tidak dianggap atau ditafsirkan ke hal-hal lain. Mampu dikenal, tetapi hanya disimpulkan dari sifat pengalaman tentang hal tersebut. Dikutip dari sumber

9 Hinca IP Pandjaitan XII, Kedaulatan Negara vs Kedaulatan FIFA, Gramedia Pustaka

(5)

Sebelum suatu organisasi internasional dapat membuat pengaruh dalam kancah internasional, haruslah diberi kadar kepribadian internasional secara hukum. Personalitas dari subjek hukum organisasi internasional adalah tindakan dalam kapasitasnya sebagai organisasi internasional untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan ketentuan yang termuat dalam instrumen dasar yang dimiliki oleh organisasi internasional tersebut. Personalitas hukum dari suatu organisasi internasional dalam kaitannya dengan hukum internasional pada hakekatnya menyangkut kelengkapan organisasi internasional tersebut dalam melakukan suatu prestasi hukum. Kapasitas itu telah diakui dalam hukum internasional (international legal capacity). Pengakuan tersebut tidak saja melihat bahwa organisasi internasional itu sendiri sebagai subjek hukum internasional tetapi juga karena organisasi itu harus menjalankan fungsinya secara efektif sesuai dengan mandat yang telah dipercayakan oleh para anggotanya.

FIFA adalah organisasi yang memiliki suatu instrumen dasar yang memuat prinsip-prinsip, tujuan dan struktur maupun cara organisasi itu bekerja yang termuat dalam Statuta FIFA. Statuta FIFA merupakan hasil kesepakatan antara asosiasi-asosiasi sepakbola negara yang hadir di Paris. Hasil dari kesepakatan asosiasi-asosiasi sepakbola negara tersebut disetujui pula oleh asosiasi sepakbola negara lain. Asosiasi-asosiasi sepakbola negara yang telah menyetujui dan ikut serta tersebut kemudian menjadi anggota FIFA.

Dengan demikian Statuta yang telah disepakati dan disetujui oleh asosiasi-asosiasi sepakbola negara tersebut merupakan suatu persetujuan internasional. Statuta FIFA, yang dapat diperbarui setiap Kongres FIFA diadakan, terakhir kali

(6)

diperbarui melalui Kongres FIFA tahun 2013 di Mauritius. Sebagai instrumen dasar, Statuta FIFA memuat beberapa hal mendasar, seperti tujuan FIFA yang diatur pada Pasal 3 (a) sampai dengan (e). Sementara itu struktur FIFA diatur pada Pasal 5 (a) hingga (e). Sedangkan operasional FIFA diatur pada Pasal 6 Statuta FIFA.10

Organisasi yang resmi dan satu-satunya yang memiliki kewenangan dan karenanya berdaulat penuh mengelola penyelenggaraan sepakbola di Indonesia adalah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).11 PSSI adalah organisasi sepakbola satu-satunya yang memiliki keanggotaan Indonesia di FIFA12 yang didirikan di Yogjakarta tanggal 19 April 1930, yang status badan hukumnya didaftarkan pada Departemen Kehakiman melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor J.A.5/11/b tanggal 2 Februari 1953, Berita Negara Republik Indonesia Nomor. 18 tanggal 3 Maret 1953.13

Pada awal 2011, terjadi kisruh internal di tubuh PSSI diawali dari bergulirnya breakaway league14

10 Zen Muttaqin, Op.Cit. 11 Pasal 3 ayat (3) Statuta PSSI 12 Terdaftar di FIFA sejak tahun 1952

13 Pasal 3 ayat (3) pint. 3.3. Pedoman Dasar PSSI 2009

Liga Primer Indonesia. Pembentukan kompetisi baru di luar otoritas asosiasi sepakbola Indonesia yang diakui FIFA itu merupakan bentuk dari berbagai ketidakpuasan anggota PSSI. Pada perkembangannya, pembentukan kompetisi ini menciptakan perbedaan yang memisahkan dua kubu,

14 Dalam pemahaman FIFA. bahwa breakaway league, yang artinya adalah, kegiatan

pemisahan dari PSSI sebagai federasi resmi yang diakui FIFA. Atau lebih mendekati di sebut pembangkangan dan pemberontakan terhadap PSSI, yang tentu saja adalah federasi yang legal formal menurut FIFA, dan Pemerintah Indonesia. Zen Muttaqin, Breakaway alias

Pembangkangan, dikutip dar

(7)

yaitu mereka yang tetap bertahan di Indonesia Super League (ISL)15 dan mereka yang menginginkan gerakan revolusioner mengubah cara kerja PSSI.16

Nurdin Halid gagal mempertahankan kursi Ketua Umum dalam kongres tahun itu, yang diwarnai dengan kekisruhan, dan kemudian hadirlah Djohar Arifin Husin sebagai Ketua Umum PSSI untuk periode 2011-2015. Ketua Umum terpilih ini tidak mulus dalam bekerja karena dilingkupi berbagai keputusan yang kontroversial. Perbedaan kembali melahirkan terbentuknya Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) yang digagas empat anggota Komisi Eksekutif (Exco), yaitu La Nyalla Mattalitti, Tony Apriliani, Erwin Dwi Budiawan, dan Roberto Rouw. Setelah muncul dua liga, lahir kembali dua asosiasi sepakbola di Indonesia, yaitu PSSI dan KPSI. KPSI menghadirkan Tony Apriliani sebagai Ketua Umum dan La Nyalla sebagai Wakil Ketua Umum. KPSI kemudian menyatakan mengambil alih kewenangan PSSI selaku otoritas sepakbola Indonesia.17

Dengan kondisi dualisme yang terjadi tersebut, pemerintah kemudian didesak untuk melakukan sesuatu atas permasalahan yang terjadi terhadap PSSI. Negara berfungsi menciptakan syarat dan kondisi serta infrastruktur yang harus tersedia agar warga negaranya mempunyai akses yang cukup untuk memperoleh kesejahteraannya, termasuk berolahraga dan menikmati situasi dunia

15 Liga Super Indonesia (disingkat LSIIndonesia Super League (ISL))

adalah kompetis 2008 hingga 2011. LSI diselenggarakan oleh

Wikipedia, Liga Super Indonesia, dikutip dari

16 Agung Harsya, Spesial: Timeline PSSI, Dari DualismeMenuju Penyatuan, dikutip dari

(8)

persepakbolaan dalam keadaan kondusif. Pemerintah yang dibentuk bukan untuk menciptakan kesejahteraan umum, melainkan memajukan kesejahteraan umum. Kompetisi sepakbola profesional sebagai salah satu cabang olahraga yang paling digemari di seluruh dunia memberikan sumbangan dan kesempatan yang sangat besar bagi pemajuan kesejahteraan umum, tidak hanya di negara dimana kompetisi itu dipertandingkan, tetapi juga di negara-negara yang membuat kompetisi sepakbola itu menjadi komoditas ekonomi seperti Indonesia. Disini juga terdapat peranan negara yang memberikan jaminan hukum dan jaminan keamanan dalam penyelenggaraan kompetisi sepakbola profesional yang dituangkan dalam suatu mekanisme perizinan. Selain itu juga membutuhkan ruang yang disebut stadion untuk menyelenggarakan pertandingan sepakbola. Oleh karena itu, penyelenggaraan kompetisi sepakbola profesional yang mampu dijadikan sebagai salah satu sarana memajukan kesejahteraan umum, juga melibatkan public interest, public opportunity serta public infrastructure sebagai tanggung jawab negara.18 Pemerintah diharapkan melakukan intervensi19 atas konflik dualisme PSSI tersebut. Hal ini juga untuk mempertegas kedaulatan negara dan peranan pemerintah untuk mencapai salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni untuk memajukan kesejahteraan umum.20

Namun intervensi yang dilakukan oleh negara terhadap otoritas dan kewenangan FIFA dalam pengelolaan, penyelenggaraan, dan penyelesaian sengketa pertandingan sepakbola profesional dapat menimbulkan akibat hukum

18 Hinca IP Pandjaitan XIII, Op.Cit, hal. 3-7.

19 Intervensi atau dalam bahasa Inggris disebut intervention menurut The Contemporary English-Indonesian Dictionary, karangan Peter Salim, 6th edition, Modern English Press, Jakarta, 1991, hal. 987. Berarti “turun tangan”, dan atau “campur tangan”.

(9)

bagi asosiasi sepakbola nasional negara itu yakni dicoretnya keanggotaan asosiasi nasional sepakbola negara yang bersangkutan dari keanggotaan FIFA berdasarkan ketentuan Pasal 13 dan Pasal 17 Statuta FIFA21. Artinya FIFA sama sekali tidak mengakui aktivitas asosiasi sepakbola negara yang melakukan intervensi itu dan karenanya kesebelasan nasional atau klub sepakbola negara yang melakukan intervensi itu tidak disertakan dalam pertandingan sepakbola di bawah otoritas FIFA.22

21 Statuta FIFA terakhir diperbarui pada Kongres FIFA tahun 2013 di Mauritius. Statuta

yang digunakan pada 2011 dalam Pasal 13 ayat (1) tetap memuat poin yang sama dan hanya terdapat penambahan pada poin (e) dan (h).

22 Hinca IP Pandjaitan XIII, Op.Cit, hal. 16.

Rumusan Pasal 13 ayat (1) Statuta FIFA mengatur tentang kewajiban anggota FIFA, sebagai berikut:

(a) to comply fully with the Statutes, regulations, directives and decisions of FIFA bodies at any time as well as the decisions of the Court of Arbitration for Sport (CAS) passed on appeal on the basis of art. 60 par. 1 of the FIFA statutes.

(b) to take part in competitions organized by FIFA. (c) to pay their membership subscriptions.

(d) to ensure that their own members comply with the Statutes, regulations, directives and decisions of FIFA bodies.

(e) to create a Referees Committee that is directly subordinate to the Member.

(f) to respect the Laws of the Game.

(g) to manage their affairs independently and ensure that their own affairs are not influenced by any third parties.

(10)

(h) to comply fully with all other duties arising from these Statutes and other regulations.

Pelanggaran atas kewajibannya itu mengakibatkan anggota FIFA dapat dikenai sanksi hukum sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 13 ayat (2) yang menyatakan violation of the above-mentioned obligations by any member may lead to sanctions provided for in these Statutes. Seandainya pun kesalahan itu bukan kesalahan anggota FIFA, melainkan kesalahan dari pihak ketiga, tetap saja anggota FIFA itu dikenai sanksi karena tak mampu menjaga integritas organisasi FIFA, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 13 ayat (3) yang berbunyi violation of art. 13 par 1 (g) may also lead to sanctions even if the third-party influenced was not the fault of the member concerned.

Kewajiban anggota FIFA untuk menjaga integritas dan otonomi FIFA dari intervensi pihak ketiga juga dirumuskan dalam Pasal 17 ayat (1) Statuta FIFA yang menyatakan each member shall manage its affairs independently and with no influences from third parties. Bahkan Pasal 17 ayat (2) Statuta FIFA mengatur bahwa:

“a member’s bodies shall be either elected or appointed in that association. A Member’s statutes shall provide for a procedure that guarantees the complete independence of the election or appoinment”

Jika ketentuan ini dilanggar, maka akibatnya adalah bahwa keabsahan anggota FIFA itu tidak diakui FIFA, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 17 ayat (3) Statuta FIFA yang menyatakan any member’s bodies that have not been elected or appointed in compliance with the provisions of par 2 even on an

(11)

interim basis, shall not be recognised by FIFA. Ancaman hukuman yang sama juga dinyatakan dalam Pasal 17 ayat (4) Statuta FIFA yang menyatakan decisions passed by bodies that have not been elected or appointed in copliance with par. 2 shall not be recognised by FIFA.

Dalam hukum organisasi internasional terdapat sumber hukum yang dapat diartikan sebagai dasar berlakunya hukum. Sumber hukum dalam arti ini sering dinamakan sumber hukum dalam arti material karena menyelidiki masalah apakah yang pada hakekatnya menjadi dasar kekuatan mengikat hukum, yang dalam hal ini adalah hukum organisasi internasional. Arti kedua kata sumber hukum adalah sumber hukum dalam arti formal yang memberi jawaban kepada persoalan tempat dimana kita mendapatkan ketentuan hukum yang dapat diterapkan dalam suatu persoalan yang konkrit. Statuta FIFA dengan demikian dapat menjadi salah satu dari sumber hukum organisasi internasional dengan kedudukannya sebagai persetujuan atau perjanjian resmi yang dapat membentuk sumber hukum organisasi internasional dan menjadi instrumen pokok yang dimiliki oleh organisasi internasional yaitu FIFA, termasuk dalam mengatur cara kerja dan mekanisme yang ada pada organisasi tersebut yang wajib atau harus dilaksanakan oleh para anggotanya maupun badan-badan yang berada di bawah naungannya termasuk PSSI.

Hal inilah yang kemudian dihadapi PSSI sebagai anggota dari FIFA. Ketentuan dari pasal-pasal dalam Statuta FIFA tersebut menjadi sesuatu yang harus diperhatikan PSSI dalam menyelesaikan kasus dualisme yang terjadi di dalam tubuhnya, terutama karena didesaknya negara untuk menunjukkan

(12)

kedaulatannya dengan ikut berperan dalam menyelesaikan kasus yang terjadi ini. Bagaimana ketentuan FIFA dalam statutanya dapat diikuti oleh PSSI meskipun tidak mengesampingkan keterlibatan negara dan menghindari sanksi dari FIFA adalah hal yang dapat kita lihat dari berjalannya kasus ini.

Berdasarkan uraian di atas maka dirasa penting untuk mengkaji lebih jauh bagaimana persinggungan yang terjadi antara FIFA dengan statutanya sebagai hukum yang berlaku dengan kedaulatan negara Republik Indonesia yang terjadi dalam penyelesaian kasus dualisme di salah satu asosiasi sepakbola nasional yang menjadi anggota FIFA yaitu PSSI yang berada di Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang di atas, adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kedudukan FIFA sebagai suatu organisasi internasional menurut hukum internasional?

2. Bagaimana kedudukan statuta FIFA sebagai lex sportiva dalam masyarakat internasional?

3. Bagaimana keberadaan statuta FIFA terhadap kedaulatan negara dalam kasus dualisme PSSI?

(13)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kedudukan FIFA sebagai suatu organisasi internasional menurut hukum internasional.

2. Untuk mengetahui kedudukan statuta FIFA sebagai Lex Sportiva dalam masyarakat internasional.

3. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan statuta FIFA terhadap kedaulatan negara dalam kasus dualisme PSSI.

Manfaat Penelitian

Secara praktis dapat memberikan pengertian dan informasi tentang bagaimana kedudukan FIFA sebagai suatu organisasi internasional menurut hukum internasional dengan statutanya sebagai Lex Sportiva. Selain itu tulisan ini juga menjadi sebuah persembahan bagi masyarakat luas terkhusus untuk mahasiswa-mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara agar memahami bagaimana keberadaan statuta FIFA tersebut terhadap kedaulatan suatu negara yang dalam hal ini dijelaskan dalam studi kasus yang terjadi di Indonesia dalam kasus dualisme PSSI.

(14)

D. Keaslian Penelitian

Penelitian ini adalah asli, sebab ide, gagasan pemikiran dalam penelitian ini bukan merupakan hasil ciptaan atau hasil penggandaan dari karya tulis orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Demikian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya dan belum pernah ada judul yang sama, demikian juga dengan pembahasan yang diuraikan berdasarkan pemeriksaan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara/ Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum USU tertanggal 14 Mei 2013. Dalam hal mendukung penelitian ini dipakai pendapat-pendapat para sarjana yang diambil atau dikutip berdasarkan daftar referensi dari buku para sarjana yang ada hubungannya dengan masalah dan pembahasan yang disajikan.

E. Tinjauan Kepustakaan

Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari berbagai sumber yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan berupa buku-buku, laporan-laporan, dan informasi dari internet. Untuk itu akan diberikan penegasan dan pengertian dari judul penelitian, yang diambil dari sumber-sumber yang memberikan pengertian terhadap judul penelitian ini, yang ditinjau dari sudut etimologi dan pengertian-pengertian lainnya dari sudut ilmu hukum maupun dari pendapat para sarjana, sehingga mempunyai arti yang lebih tegas.

(15)

Pengertian judul “BERLAKUNYA STATUTA FÉDÉRATION INTERNATIONALE DE FOOTBALL ASSOCIATION (FIFA) TERHADAP KEDAULATAN NEGARA (STUDI KASUS DUALISME PERSATUAN

SEPAKBOLA SELURUH INDONESIA (PSSI))” dapat diartikan secara

etimologis:

Statuta merupakan salah satu bentuk perjanjian internasional. Statuta dipergunakan untuk perjanjian-perjanjian internasional yang dijadikan sebagai konstitusi suatu organisasi internasional. Organisasi atau lembaga internasional yang menggunakan istilah statuta untuk piagamnya antara lain adalah Mahkamah Internasional Permanen dan Mahkamah Internasional yang masing-masing piagamnya disebut Statute of Permanent Court of International Justice, dan Statute of International Court of Justice.23

Fédération Internationale de Football Association (FIFA) merupakan

badan hukum organisasi internasional privat berbadan hukum Swiss yang memiliki dan mengelola sepakbola profesional secara tunggal di dunia, yang

didirikan berdasarkan pasal 60 Swiss Civil Code. Keanggotaan FIFA bukanlah

“negara” an sich, melainkan asosiasi sepakbola swasta tunggal yang dibentuk oleh sekelompok orang yang mengelola klub sepakbola yang berbadan hukum di negara yang bersangkutan sesuai dengan mekanisme dan sistem aturan yang ditetapkan.24

23 “Bentuk Perjanjian Internasional”, dikutip dari

2013 pukul 19.02 WIB.

(16)

Statuta FIFA adalah suatu instrumen dasar yang memuat prinsip-prinsip, tujuan dan struktur maupun cara organisasi itu bekerja. Statuta FIFA merupakan hasil kesepakatan antara asosiasi-asosiasi sepakbola negara yang hadir di Paris. Hasil dari kesepakatan asosiasi-asosiasi sepakbola negara tersebut disetujui pula oleh asosiasi sepakbola negara lain. Asosiasi-asosiasi sepakbola negara yang telah menyetujui dan ikut serta tersebut kemudian menjadi anggota FIFA. Dengan demikian Statuta yang telah disepakati dan disetujui oleh asosiasi-asosiasi sepakbola negara tersebut merupakan suatu persetujuan internasional. Statuta sebagai instrumen dasar memuat beberapa hal mendasar, seperti tujuan FIFA yang diatur pada Pasal 3 (a) sampai dengan (e). Sementara itu struktur FIFA diatur pada Pasal 5 (a) hingga (e). Sedangkan operasional FIFA diatur pada Pasal 6 Statuta FIFA.25

Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya dengan semua cara (termasuk paksaan) yang tersedia. Negara mempunyai kekuasaan yang tertinggi ini untuk memaksa semua penduduknya agar menaati undang-undang serta peraturan-peraturannya (kedaulatan ke dalam (internal sovereignty)). Di samping itu negara mempertahankan kemerdekaannya terhadap serangan-serangan dari negara lain dan mempertahankan kedaulatan ke luar (external sovereignty).

Statuta FIFA yang terbaru adalah Statuta yang disahkan dalam Kongres FIFA tahun 2013 di Mauritius.

26

Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat; atau negara merupakan

25

Zen Muttaqin, Op.Cit.

26 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008,

(17)

kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.27

Kedaulatan negara adalah kedaulatan yang asalnya dari negara itu sendiri yakni dalam wilayah suatu negara hanya negara itu yang berdaulat penuh. Negara mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas. Artinya negara berhak mengatur semua warga negara dan harus taat, patuh terhadap kehendak dan keinginan negara. Tidak ada seorang yang berhak menentang kehendak negara. Sehingga kekuasaan negara tidak ada yang membatasinya. Teori kedaulatan negara (Staats souvereiniteit) menganggap sebagai suatu axioma yang tidak dapat dibantah, artinya dalam suatu wilayah negara, negaralah yang berdaulat. Inilah inti pokok dari semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu negara.28

Studi adalah penelitian ilmiah, kajian, telaahan.29 Kasus adalah keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara, keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal, soal, perkara.30 Studi kasus adalah pendekatan untuk meneliti gejala sosial dengan menganalisis satu kasus secara mendalam dan utuh.31

Dualisme adalah paham bahwa dalam kehidupan ini ada dua prinsip yang

saling bertentangan (seperti ada kebaikan ada pula kejahatan, ada terang ada

27 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, 2008, dimuat dalam

28 Ronalto Tan, Pustaka Dasar Ilmu Hukum: Kedaulatan (Ilmu Negara), dikutip dari

2013 pukul 20.23 WIB.

29 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op. Cit, diakses tanggal 17 Juli 2013 pukul 20.31

WIB.

30Ibid, diakses tanggal 17 Juli 2013 pukul 20.33 WIB. 31Ibid, diakses tanggal 17 Juli 2013 pukul 20.34 WIB.

(18)

gelap) atau keadaan bermuka dua, yaitu satu sama lain saling bertentangan atau tidak sejalan.32

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah organisasi yang resmi dan satu-satunya yang memiliki kewenangan dan karenanya berdaulat penuh mengelola penyelenggaraan sepakbola di Indonesia.33 PSSI adalah organisasi sepakbola satu-satunya yang memiliki keanggotaan Indonesia di FIFA34 yang didirikan di Yogjakarta tanggal 19 April 1930, yang status badan hukumnya didaftarkan pada Departemen Kehakiman melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor J.A.5/11/b tanggal 2 Februari 1953, Berita Negara Republik Indonesia Nomor. 18 tanggal 3 Maret 1953.35

F. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang akan ditempuh dalam memperoleh data-data atau bahan-bahan dalam penelitian meliputi :

1. Jenis Penelitian

Seperti penulisan dalam penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah yang harus berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang benar dan layak dipercaya, demikian halnya dalam menyusun dan menyelesaikan penulisan penelitian ini sebagai sebuah karya tulis ilmiah juga menggunakan pengumpulan data secara ilmiah (metodologi), guna memperoleh data-data yang diperlukan dalam

32Ibid, diakses tanggal 17 Juli 2013 pukul 20.40 WIB. 33

Pasal 3 ayat (3) Statuta PSSI

34 Terdaftar di FIFA sejak tahun 1952

(19)

penyusunannya sesuai dengan yang telah direncanakan semula yaitu menjawab permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya.

Metode penulisan yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif (yuridis normatif) yang dilakukan dan ditujukan pada norma-norma hukum yang berlaku. Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada.36 Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif.37

2. Jenis Data

Dalam penelitian ini, metode yuridis normatif yang digunakan adalah norma-norma hukum internasional yang tertuang antara lain dalam bentuk prinsip hukum internasional dan Statuta FIFA.

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Adapun data sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang yang relevan dengan masalah

36 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke – 11, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. 13-14.

37 Hardijan Rusli, Metode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana?, Law Review

(20)

penelitian, yakni berupa Undang-undang, Perjanjian Internasional dan sebagainya.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan tulisan-tulisan atau karya-karya para ahli hukum dalam buku-buku teks, tesis, disertasi, jurnal, makalah, surat kabar, majalah, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

c. Bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, kamus bahasa, ensiklopedia, dan lain-lain.

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan

(Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berasal dari buku-buku koleksi pribadi maupun pinjaman dari perpustakaan, makalah, jurnal serta artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut :

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan dengan objek penelitian.

(21)

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media cetak maupun elektronik, dan peraturan perundang-undangan.

c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.

d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.

4. Analisis Data

Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara perspektif dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Analisis data kualitatif merupakan metode untuk mendapatkan data yang mendalam dan, suatu data yang mengandung makna dan dilakukan pada obyek yang alamiah.38

G. Sistematika Penulisan

Metode ini menggunakan data yang terbentuk atas suatu penilaian atau ukuran secara tidak langsung dengan kata lain yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

Secara sistematis penelitian ini dibagi dalam beberapa bab dan tiap-tiap bab dibagi atas sub bab yang dapat diperinci sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pusataka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

(22)

BAB II : ASPEK HISTORIS, JURIDIS, DAN KOMPETENSI

FÉDÉRATION INTERNATIONALE DE FOOTBALL

ASSOCIATION (FIFA) SEBAGAI SUATU ORGANISASI

INTERNASIONAL MENURUT HUKUM INTERNASIONAL Bab ini menguraikan tentang sejarah, tugas, dan wewenang FIFA dan dalam bab ini juga dibahas tentang kedudukan FIFA sebagai suatu organisasi internasional menurut hukum internasional.

BAB III : PERANAN STATUTA FIFA SEBAGAI LEX SPORTIVA DALAM MASYARAKAT INTERNASIONAL

Bab ini menguraikan tentang lex sportiva dan perkembangannya dalam masyarakat internasional dan dalam bab ini juga dibahas tentang Statuta FIFA sebagai lex sportiva dalam masyarakat internasional.

BAB IV : BERLAKUNYA STATUTA FIFA TERHADAP KEDAULATAN NEGARA DALAM KASUS DUALISME PERSATUAN SEPAKBOLA SELURUH INDONESIA (PSSI).

Bab ini menguraikan tentang kasus dualisme PSSI dan diuraikan tentang berlakunya Statuta FIFA terhadap kedaulatan negara dalam kasus dualisme PSSI.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab terakhir yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila harga beras di tingkat konsumen tidak ikut jatuh, maka implisit di sini hanya petanilah yang harus membayar biaya-biaya tersebut kepada para pelaku ekonomi lain dalam seluruh

Tahap planning meliputi pembuatan latar belakang, penentuan identifikasi masalah, penentuan batasan masalah, pencarian teori dasar dan sistem berjalan yang berhubungan,

Selain itu mahasiswa yang tergolong dalam kategori jumlah uang saku rendah mereka memiliki kontrol diri yang tinggi sehingga pola konsumsi yang dilakukan oleh

Tugas pokok bagian pemasaran ekspor PT Bio Farma yaitu (1) ikut bertanggung jawab atas suksesnya pameran dan launching yang akan diadakan oleh perusahaan dengan tujuan

Analisis komponen utama (AKU) terhadap rataan spektrum inframerah yang dihasilkan dari kombinasi segitiga kisi 6 ekstrak SDSBL menghasilkan jumlah proporsi kumulatif KU 1 dan KU

Pada proses kalibrasi dimasukan nilai parameter-parameter yang dalam bentuk range atau ketidakpastian, nilai parameter-parameter tersebut akan disimulasikan

Ang tayutay tayutay tayutay tayutay ay salita o isang ay salita o isang ay salita o isang pahayag na ginagamit ay salita o isang pahayag na ginagamit pahayag na ginagamit pahayag

Sistem manajemen karir memiliki dua sisi yang saling berkaitan, yaitu pertama sisi posisi jabatan (job) dalam organisasi yang biasa direpresentasikan dengan jalur karir