• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

(3)

PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU tahun 2012 sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Keuangan. LAKIP DJPU disusun dalam rangka memenuhi ketentuan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, serta dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LAKIP diharapkan dapat menjadi wujud akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan tugas, pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi serta sebagai alat penilaian dan pengendalian dalam rangka memacu peningkatan kinerja organisasi.

Sejalan dengan proses reformasi birokrasi, indikator keberhasilan yang digunakan dalam LAKIP DJPU diukur berdasarkan peta strategi (strategy map) DJPU yang disusun dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard (BSC). Peta strategi tersebut memetakan setiap Sasaran Strategis (SS) yang akan dicapai dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Setiap SS memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan target kinerja yang telah ditentukan. Pada tahun 2012, DJPU memiliki peta strategi dengan 12 SS dan 26 IKU yang telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan. Pengukuran LAKIP dengan menggunakan IKU diharapkan sekaligus menjadi bentuk transparansi dan pertanggungjawaban pencapaian target kinerja dalam setahun. Selain itu ditetapkan pula Inisiatif Strategis Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk Tahun 2012, yang terdiri dari 19 Inisiatif Strategis.

Secara best practice, agenda reformasi birokrasi telah memberikan tekanan sekaligus tantangan yang cukup besar bagi DJPU untuk mampu mengombinasikan fungsinya sebagai organisasi birokrasi sekaligus sebagai unit yang terkait dengan pasar keuangan, baik domestik maupun internasional. Pasar keuangan yang berkembang dengan sangat dinamis dan disertai dengan meningkatnya kompleksitas pekerjaan

(4)

menuntut

DIPU

untuk

menerapkan

prinsip-prinsip

good gouernance secatakonsisten serta meningkatkan kualitas organisasi

untuk

dapat menjaga kepercayaan pasar.

Dalam menjalankan tugasnya,

DIPU

telah menetapkan

visi,

yaitu ""Menjadi unit

yang profesional dalam mendukung pembiayaan APBN secata efisien dengan

risiko

yang

terukur

untuk

mempertahankan kesinambungan

fiskal",

Visi

tersebut

kemudian dijabarkan dalam 4 misi,

yakni

sebagai berikut:

a.

Mewujudkan

pengelolaan

portofolio

utang

pemerintah

yang

efektif,

transparary dan akuntabel;

b.

Mengendalikan

pengadaanf

penerbitan

utang melalui penetapan

kapasitas

berutang yang mendukung stabilitas fiskal;

c.

Mewujudkan

kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya

mengedepankan sumber-sumber

dalam negeri

dan pengembangan

pasar

keuangan domestik yang efisien dan stabil; dan

d.

Mewujudkan

kerjasama

intemasional dalam rangka

memperoleh

sumber

pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar

keuangan

regional.

Dengan mengacu pada

visi

dan

misi

yang telah ditetapkan

untuk

periode

tahun

2010-2014, DJPU

diharapkan dapat

mencapai

target kinerja

secara

lebih

terarah, transparary

dan

akuntabel,

serta mampu menjawab

tantangan-tantangan

yang dihadapi

dalam

pelaksanaan fugas.

Direktur

Jenderal

Kuasa Khusus,

1-re

RobertPakpahan

(5)

IKHTISAR EKSEKUTIF

LAKIP DJPU Tahun 2012 disusun sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja DJPU selama tahun 2012. Pada tahun 2012 DJPU telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan yang terdiri dari 12 SS dan 26 IKU. Capaian SS dan IKU DJPU tahun 2012 adalah:

1. 10 SS dan 22 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan/atau di atas target; 2. 2 SS dan 3 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target; dan

3. 1 IKU berstatus abu-abu dikarenakan tidak terdapat obyek kinerja dan tidak tersedianya data.

Secara garis besar, uraian atas pencapaian Sasaran Strategis beserta IKU DJPU selama tahun 2012 adalah sebagai berikut:

1. Pencapaian SS Pembiayaan dalam jumlah yang cukup, efisien, dan aman untuk mendukung kesinambungan fiskal dengan indikator persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang cukup, persentase pencapaian target effective cost, dan persentase pemenuhan target risiko portofolio utang, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2012, adalah sebagai berikut: a. Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang cukup ditargetkan

sebesar 100% (Rp286,83 triliun) dengan realisasi sebesar 98,87% (Rp283,58 triliun); b. Persentase pencapaian target effective cost ditargetkan sebesar 100% dengan

realisasi sebesar 80,58%. Keberhasilan penurunan biaya utang (target effective cost) disebabkan antara lain, pemilihan instrumen pembiayaan melalui SBN yang tepat, strategi komunikasi yang efektif dengan pelaku pasar, kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang baik, tingkat likuiditas pasar domestik dan internasional masih cukup tinggi, serta transaksi pengelolaan portofolio SUN melalui cash buyback dan debt switch dilaksanakan secara efektif;

c. Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang direncanakan sebesar 100%, dengan realisasi sebesar 98,13%. Realisasi tersebut disebabkan karena secara umum pengelolaan portofolio utang telah sesuai dengan strategi pengelolaan utang;

2. Pencapaian SS akuntabilitas pengelolaan utang dengan indikator opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah, pada tahun 2012 relatif dapat tercapai dengan

(6)

baik. Pada tahun 2012, Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Bagian Anggaran (LK BA) Pengelolaan Utang dan Hibah Tahun Anggaran 2011 ditargetkan 100% (Wajar Tanpa Pengecualian/WTP), dengan realisasi 87,50 %, yaitu:

a. LK BA Pengelolaan Utang memperoleh opini WTP (100%); dan

b. LK BA Hibah memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) (75%).

LK BA Hibah Tahun Anggaran 2011 memperoleh opini WDP karena masih terdapat donor atau Kementerian/Lembaga (K/L) yang belum sepenuhnya menaati peraturan, yaitu terkait pengesahan realisasi pendapatan dan belanja yang bersumber dari hibah, sehingga pendapatan hibah sebesar Rp0,29 triliun yang diterima K/L tidak disahkan di Kementerian Keuangan.

3. Pencapaian SS kredibilitas dan transparansi pengelolaan utang dengan indikator indeks kepuasan pengguna layanan dan persentase pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2012, adalah sebagai berikut:

a. Indeks kepuasan pengguna layanan ditargetkan sebesar 3,9 dengan realisasi sebesar 3,79. Survey ini dilaksanakan oleh tim Institut Pertanian Bogor (IPB) dan dalam laporan hasil survey, terdapat dua unsur layanan DJPU yang masih perlu diperbaiki, yaitu keterbukaan/kemudahan akses informasi dan waktu penyelesaian layanan;

b. Persentase pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran ditargetkan 100% dengan realisasi 100%, yaitu telah dilaksanakan secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran (tidak ada denda keterlambatan). Realisasi pembayaran kewajiban utang pada tahun 2012 sebesar Rp274,36 triliun melalui 3.249 SPM.

4. Pencapaian SS perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas dengan indikator persentase penyediaan peraturan yang mendukung pengembangan pasar dan pengelolaan portofolio utang, persentase penyusunan dokumen strategi pembiayaan tahunan melalui utang, dan persentase pelaksanaan kajian restrukturisasi Surat Utang Pemerintah dalam rangka ALM, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2012, adalah sebagai berikut:

a. Persentase penyediaan peraturan yang mendukung pengembangan pasar dan pengelolaan portofolio utang selama tahun 2012 direncanakan sebesar 100% {8 set (tiap set memilki bobot 12,5%)}, dengan realisasi sebesar 92,50%. Dari 8 set

(7)

peraturan yang menjadi target di tahun 2012, terdapat 2 set peraturan yang belum dapat diselesaikan pada tahun 2012, yaitu: RPMK tentang Transaksi Lindung Nilai dan RPMK tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerintah. Saat ini, RPMK tentang Transaksi Lindung Nilai telah disahkan oleh Menteri Keuangan melalui PMK Nomor 12/PMK.08/2013 tentang Transaksi Lindung Nilai pada tanggal 4 Januari 2013, sedangkan untuk RPMK tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerintah sampai akhir tahun 2012 konsep nota dinas bersama ke Menteri Keuangan masih berada di Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

b. Persentase penyelesaian dokumen strategi pengelolaan utang pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%. Dokumen strategi pengelolaan utang tahun 2013 telah ditetapkan dengan Keputusan Dirjen Pengelolaan Utang Nomor: KEP-47/PU/2012 tanggal 19 Desember 2012; dan c. Persentase pelaksanaan kajian restrukturisasi Surat Utang Pemerintah (SUP)

dalam rangka ALM selama tahun 2012 direncanakan sebesar 100%, dengan realisasi sebesar 100%. Target yang diharapkan yaitu menyelesaikan model restrukturisasi dan asumsi, penyelesaian naskah Revisi SKB mengenai penyelesaian BLBI, serta penyelesaian kajian pelaksanaan konversi SUP dari non-tradable menjadi non-tradable.

5. Pencapaian SS pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, dengan indikator tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi dan Spread WAY yang dimenangkan dengan highest yield awarded (tail), pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2012, adalah sebagai berikut: a. Tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi selama tahun 2012 ditargetkan sebesar

75% (efektif), dengan realisasi sebesar 75,83% (efektif). Capaian tersebut diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada peserta sosialisasi SUN, sosialisasi SBSN, serta sosialisasi Monitoring dan Evaluasi Pinjaman dan Hibah; dan

b. Spread WAY yang dimenangkan dengan highest yield awarded (tail) selama tahun 2012 ditargetkan sebesar 15 bps, dengan realisasi sebesar 4,29 bps. Rendahnya spread antara highest yield yang dimenangkan dalam setiap lelang SBN di pasar perdana dengan WAY yang dimenangkan menunjukkan lelang SBN yang efektif

(8)

mengingat terdapat konvergensi persepsi investor terhadap yield yang wajar dari seri yang dilelang.

6. Pencapaian SS pengelolaan portofolio utang yang optimal dengan indikator rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang serta akurasi penetapan yield/imbalan SBN dan biaya pinjaman terhadap benchmark, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2012, adalah sebagai berikut:

a. Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang selama tahun 2012 ditargetkan sebesar 5,72%, dengan realisasi sebesar 5,29%; dan

b. Akurasi penetapan yield/imbalan SBN dan biaya pinjaman terhadap benchmark selama tahun 2012 ditargetkan sebesar 90%, dengan realisasi sebesar 91,65%. Capaian tersebut diperoleh dari rata-rata capaian akurasi antara benchmark yang ditetapkan dengan yield SBN dan biaya pinjaman;

7. Pencapaian SS pengelolaan kewajiban utang yang efektif dengan indikator persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu, selama tahun 2012 dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2012, persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 100%, dengan realisasi sebesar 100%, dimana terdapat 5.307 dokumen tagihan/NOP yang telah diverifikasi secara tepat waktu, yaitu paling lambat 6 hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo. 8. Pencapaian SS monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan

utang dengan indikator persentase tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku, rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan, dan Indeks ketepatan waktu penyelesaian tindak lanjut Instruksi Presiden, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2012, adalah sebagai berikut:

a. Persentase tingkat kepatuhan dalam pengelolaan utang selama tahun 2012 ditargetkan sebesar 100%, dengan realisasi sebesar 98,39% sehingga memperoleh nilai capaian 116,78%. IKU ini menggunakan polarisasi stabilize, dimana capaian yang diharapkan adalah sesuai atau mendekati target yang ditetapkan. Untuk realisasi 90% mendapat nilai capaian 100% dan realisasi 100% mendapat nilai capaian 120%;

b. Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%. Monitoring terhadap pelaksanaan SOP Layanan

(9)

Unggulan dilaksanakan pada Direktorat Pinjaman dan Hibah, Direktorat Surat Utang Negara, Direktorat Pembiayaan Syariah, dan Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen; dan

c. Selama tahun 2012 tidak terdapat target yang harus dilaksanakan atau dicapai oleh DJPU, terkait penyelesaian tindak lanjut Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan Korupsi.

9. Pencapaian SS Pembentukan SDM yang berkompetensi tinggi dengan indikator persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya dan persentase pemenuhan pelatihan pegawai sesuai dengan gap kompetensi pegawai (hard competency), pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2012, adalah sebagai berikut:

a. Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya selama tahun 2012, terealisasi sebesar 96,58% dari target sebesar 82,50%; dan

b. Persentase pemenuhan pelatihan pegawai sesuai dengan gap kompetensi pegawai (Hard Competency) pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 100% (20 jenis diklat), dengan realisasi sebesar 115% (23 jenis diklat sesuai dengan Standar Kompetensi Jabatan (Hard Competency).

10. Pencapaian SS penataan organisasi yang adaptif dengan indikator persentase mitigasi risiko yang selesai dijalankan, indeks reformasi birokrasi, indeks kepuasan pegawai, dan persentase policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2012, adalah sebagai berikut:

a. Tahun 2012, persentase mitigasi risiko yang selesai dijalankan selama tahun 2012 ditargetkan sebesar 70%, dengan realisasi sebesar 100%;

b. Berdasarkan penilaian Itjen, per 28 Desember 2012, Indeks Reformasi Birokrasi DJPU mendapatkan skor sebesar 96,72% dari target dengan skor sebesar 92%; c. Indeks kepuasan pegawai pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 3, dengan realisasi

3,19. Dari 322 orang pegawai di lingkungan DJPU, 305 orang (94,72%) telah mengisi survey dimaksud. Dari 6 variabel penilaian tersebut, terdapat 2 variabel dengan selisih terbesar antara tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan yaitu variabel “Mutasi/Rotasi Pegawai” dan variabel “Imbalan”, yang dapat diartikan bahwa proses mutasi/rotasi dan faktor imbalan belum dianggap memuaskan bagi sebagian besar pegawai DJPU; dan

(10)

d. Policy recommendation berdasarkan hasil pengawasan yang telah ditindaklanjuti pada tahun 2012 ditargetkan 85%, dengan realisasi sebesar 100% (4 dari 4 policy recommendation yang ditargetkan Tahun 2012).

11. Pencapaian SS Perwujudan TIK yang terintegrasi dengan indikator persentase pengembangan database utang yang terintegrasi dan persentase akurasi data SIMPEG, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2012, adalah sebagai berikut:

a. Persentase pengembangan database utang yang terintegrasi, dilaksanakan pada tahun 2011 dan 2012. Pada tahun 2011 telah selesai sebesar 45%, sehingga sisa pekerjaan sebesar 55% ditargetkan selesai pada tahun 2012. Pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%; dan

b. Persentase akurasi data SIMPEG diukur secara semesteran. Berdasarkan hasil pengujian dari 320 pegawai pada Semester II, realisasi persentase akurasi data sebesar 100% dari target sebesar 100%.

12. Pencapaian SS Pelaksanaan anggaran yang optimal dengan indikator Persentase penyerapan DIPA pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik. Persentase penyerapan DIPA (Belanja Barang dan Belanja Modal) pada tahun 2012 ditargetkan 95,00% (Rp51,41 miliar), dengan realisasi sebesar 96,50% (Rp52,22 miliar).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar target kinerja DJPU pada tahun 2012 telah berhasil dicapai. Keberhasilan pencapaian tersebut diupayakan untuk semakin ditingkatkan, sedangkan untuk beberapa kegiatan yang belum terlaksana/terdapat permasalahan (pending matters) akan diupayakan untuk dapat diselesaikan.

Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJPU dan menjadi umpan balik peningkatan kinerja DJPU pada periode berikutnya.

(11)

DAFTAR ISI

Hal.

PENGANTAR ... i

IKHTISAR EKSEKUTIF... iii

DAFTAR ISI ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia …... 1

B. Mandat yang Diberikan kepada Instansi ... 11

C. Peran Strategis Instansi ... 13

D. Sistematika Penyajian ... 15

II. RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA ... 17

A. Rencana Strategis 2010-2014 ... 17

B. Penetapan Kinerja ... 25

III. AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN ... 34

A. Capaian IKU ... 34

B. Evaluasi dan Analisis Kinerja Tahun 2012... 41

C. Kinerja Lainnya ... 124

D. Progress Destination Statement DJPU Tahun 2014... 147

E. Perkembangan Pending Matters Renstra 2010-2014 ... 150

F. Akuntabilitas Keuangan... 152

IV. PENUTUP ... 155

A. Kesimpulan ... 155

(12)

Hal. DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Proses Bisnis DJPU ………... 4

Bagan 2.1 Nilai-nilai Kementerian Keuangan ……… 19

Bagan 2.2 Peta Strategi DJPU Tahun 2012 ………... 26

Bagan 3.1 Perguruan Tinggi yang telah bekerjasama dengan DJPU terkait pengelolaan SUN sampai tahun 2012... 84

Bagan 3.2 Transformasi IKU terkait mitigasi risiko... 109

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Komposisi Pegawai Menurut Golongan……..……….. 8

Grafik 1.2 Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II.………..….. 8

Grafik 1.3 Komposisi Pegawai Menurut Jabatan………..……….. 9

Grafik 1.4 Komposisi Pegawai Menurut Jenis Kelamin………. 9

Grafik 1.5 Komposisi Pegawai Menurut Pendidikan...………. 9

Grafik 3.1 Ikhtisar Capaian Kinerja DJPU ………... 42

Grafik 3.2 Realisasi pembayaran utang Tahun Anggaran 2007-2012... 73

Grafik 3.3 Tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi... 82

Grafik 3.4 Perkembangan rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang pada tahun 2007-20012... 93

Grafik 3.5 Penyerapan DIPA DJPU tahun 2010-2012... 124

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Posisi Utang Pemerintah (2008-2012) ...………. 14

Tabel 2.1 Destination Statement Kementerian Keuangan Tahun 2014…...…... 21

Tabel 2.2 Destination Statement DJPU Tahun 2014...……... 21

Tabel 2.3 Target Indikator Kinerja Utama Kemenkeu-One Tahun 2012……... 27

Tabel 2.4 Matriks Hubungan Sasaran Strategis dan IKU ...……... 30

Tabel 3.1 Capaian IKU Kemenkeu-One Tahun 2012 ... 34

Tabel 3.2 Perbandingan Capaian IKU Kemenkeu-One Tahun 2010 s.d. 2012.... 37

Tabel 3.3 Realisasi Pinjaman Tahun 2012... 45

Tabel 3.4 Target dan Realisasi SBN Tahun 2012... 47

Tabel 3.5 Hasil Penerbitan SUN Tahun 2012... 48

Tabel 3.6 Hasil Penerbitan SUN Melalui Lelang Tahun 2012... 49

Tabel 3.7 Hasil penerbitan SUN berdenominasi USD di pasar perdana internasional... 50

Tabel 3.8 Kinerja Pengelolaan SUN tahun 2010-2012... 52

Tabel 3.9 Realisasi Penerbitan SBSN Tahun 2012... 53

Tabel 3.10 Perkembangan Penerbitan SBSN Tahun 2010-2012... 56

Tabel 3.11 Kinerja lelang SBSN tahun 2010-2012... 57

Tabel 3.12 Indeks kepuasan pengguna berdasarkan unsur/dimensi layanan.... 71

Tabel 3.13 Realisasi Pembayaran Utang Tahun Anggaran 2012... 72

Tabel 3.14 Realisasi peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang... 75

Tabel 3.15 Penyelenggaraan sosialisasi SUN tahun 2012... 83

Tabel 3.16 Tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi sosialisasi SBSN... 86

Tabel 3.17 Target dan realisasi pembayaran bunga dan rata-rata outstanding... 92

Tabel 3.18 Capaian akurasi antara benchmark dengan yield SBN dan biaya pinjaman... 95

(13)

Tabel 3.19 Hasil pengukuran tingkat kepatuhan tahun 2012... 100

Tabel 3.20 Hasil pengukuran rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan tahun 2012... 102

Tabel 3.21 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya 2012 ... 104

Tabel 3.22 Diklat yang dilaksanakan berdasarkan gap kompetensi pegawai (hard competency)... 106

Tabel 3.23 Target dan realisasi mitigasi risiko... 110

Tabel 3.24 Rincian nilai pelaksanaan Quality Assurance DJPU... 112

Tabel 3.25 Realisasi pengembangan Database Utang yang terintegrasi Tahun 2012... 118

Tabel 3.26 Progress pemenuhan akurasi data SIMPEG... 121

Tabel 3.27 Penyerapan DIPA (non belanja pegawai) DJPU Tahun 2012... 122

Tabel 3.28 Rincian penyelenggaraan dealers meeting pada tahun 2012... 130

Tabel 3.29 Penyelenggaraan Analysts Meeting Tahun 2012... 131

Tabel 3.30 Partisipasi dalam forum regional dan internasional tahun 2012... 132

Tabel 3.31 Tanggapan DJPU atas pemberitaan negatif terkait pengelolaan utang... 134

Tabel 3.32 Realisasi publikasi pengelolaan SBN tahun 2012... 135

Tabel 3.33 Penyelenggaraan konferensi pers Tahun 2012... 135

Tabel 3.34 Tahapan rapat koordinasi terkait penerapan IT-ALM... 141

Tabel 3.35 Eksposur penjaminan pemerintah pada Proyek FTP I... 144

Tabel 3.36 Eksposur penjaminan pemerintah terhadap Proyek Percepatan Penyediaan Air Minum... 145

Tabel 3.37 Eksposur penjaminan pemerintah pada Proyek FTP II... 145

Tabel 3.38 Progress Destination Statement DJPU... 147

Tabel 3.39 Perkembangan Pending Matters Renstra 2010-2014... 151

Tabel 3.40 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2012 (per belanja)... 152

Tabel 3.41 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2012 (per program-kegiatan-output)... 152 DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumen Kontrak Kinerja Kemenkeu-One Tahun 2012 yang berlaku sebagai Dokumen Penetapan Kinerja (PK) DJPU Tahun 2012

2. Dokumen Pengukuran Kinerja Tahun 2012  

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia

1. Perkembangan Unit Pengelola Utang

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan mutu pelayanan kepada masyarakat, perlu diwujudkan suatu tata kelola yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. Unit pengelola utang telah mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan utang sebagai akibat semakin besar dan semakin beragamnya jumlah dan jenis utang Pemerintah. Perkembangan unit pengelola utang secara ringkas dapat disampaikan sebagai berikut:

a. Sebelum tahun 1998, sebagian besar utang pemerintah dalam bentuk pinjaman luar negeri dikelola oleh Direktorat Dana Luar Negeri (DDLN) pada Direktorat Jenderal Anggaran;

b. Tahun 1999, dibentuk Tim Debt Management Unit (DMU) di bawah Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai tugas mengelola obligasi negara yang diterbitkan untuk menyehatkan perbankan akibat krisis tahun 1998;

c. Tahun 2001, Tim DMU diubah menjadi Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON) di bawah Sekretariat Jenderal yang secara khusus mengelola Surat Utang Negara (SUN).

d. Tahun 2004, unit pengelolaan utang disatukan dalam Direktorat Jenderal Perbendaharaan. PMON menjadi Direktorat Pengelolaan SUN sedangkan DDLN menjadi Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri; e. Tahun 2006, dengan berkembangnya ruang lingkup pengelolaan utang dan

dalam rangka memusatkan pengelolaanya dalam unit tersendiri, dibentuk Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang; dan

f. Tahun 2007 s.d 2011, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang telah 2 kali melaksanakan penataan organisasi (reorganisasi) yang ditetapkan melalui: 1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi

(15)

2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.

g. Tahun 2012, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang kembali mengusulkan penataan organisasi sebagai dampak likuidasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang sebagian bergabung kedalam Otoritas Jasa Keuangan. Sebagai respon, dilakukan reposisi Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal untuk menjadi bagian dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang sebelumnya merupakan unit Eselon II pada Badan Kebijakan Fiskal. Hal tersebut juga ditujukan untuk melakukan integrasi pengelolaan risiko keuangan baik fiskal maupun utang.

Oleh karena itu, nomenklatur Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang diusulkan untuk diubah menjadi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, yang sampai akhir tahun 2012 masih menunggu pengesahan dalam bentuk Peraturan Presiden maupun Peraturan Menteri Keuangan.

Penataan organisasi tersebut dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penataan Organisasi di Lingkungan Departemen Keuangan, merupakan suatu proses yang dilakukan secara berkesinambungan untuk merespon dinamika perubahan lingkungan dan tuntutan publik, baik sebagai regulator maupun sebagai pemberi layanan kepada masyarakat. Penataan organisasi merupakan upaya untuk menyempurnakan tugas, fungsi dan struktur organisasi demi terwujudnya pencapaian visi dan misi organisasi secara efektif dan efisien.

2. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, tugas Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengelolaan utang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(16)

Dalam melaksanakan tugasnya, DJPU menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijakan di bidang pengelolaan utang;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan utang;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan utang;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan utang; dan e. Pelaksanaan administrasi direktorat jenderal Pengelolaan Utang.

3. Organisasi

Dalam rangka penerapan international best practice organisasi pengelola utang, Direktorat Jenderal Pegelolaan Utang mengkategorikan dan membagi struktur organisasinya berdasarkan:

a. fungsi front office dilaksanakan oleh:

1) Direktorat Pinjaman dan Hibah (Dit PH); 2) Direktorat Surat Utang Negara (Dit SUN); dan 3) Direktorat Pembiayaan Syariah (Dit PS).

b. fungsi middle office dilaksanakan oleh Direktorat Strategi dan Portofolio Utang (Dit SPU);

c. fungsi back office dilaksanakan oleh Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen (Dit EAS); serta

d. fungsi supporting and coordinating unit (sebagai pendukung dan koordinator kegiatan teknis) dilaksanakan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal.

(17)

Bagan 1.1 Proses Bisnis DJPU

4. Stakeholders Pengelolaan Utang

Dalam pelaksanaan tugas selaku pengelola utang negara, peran DJPU terkait secara langsung dengan berbagai institusi baik internal maupun eksternal Kementerian Keuangan, yang dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut:

a. Internal Kementerian Keuangan antara lain dengan:

1) Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) dalam penyusunan komponen pembiayaan APBN dan penyusunan dokumen anggaran, serta penyiapan Daftar Kegiatan (Proyek) yang telah mendapatkan alokasi dana dari APBN, untuk digunakan sebagai underlying penerbitan Project Base Sukuk;

2) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dalam pelaksanaan kebijakan fiskal; 3) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) dalam:

a) koordinasi pengelolaan kas khususnya untuk mengharmonisasikan pelaksanaan/eksekusi penerbitan/pengadaan utang tunai dengan ketersediaan kas untuk pembiayaan.

b) koordinasi pengelolaan penerusan pinjaman.

4) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dalam penyusunan underlying asset yang akan digunakan dalam penerbitan sukuk;

(18)

5) Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) sebagai regulator pasar modal dan secara bersama-sama berperan dalam pengembangan pasar surat berharga dan infrastruktur pasar sekunder; 6) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terkait aspek perpajakan dalam

pengelolaan utang;

7) Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan:

a) Biro Perencanaan dan Keuangan terkait penyusunan rencana jangka menengah, jangka pendek, strategis, dan rencana kerja tahunan, serta penyusunan anggaran dan Laporan Keuangan Kementerian;

b) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan terkait pelaksanaan penataan organisasi, tata laksana, dan jabatan fungsional;

c) Biro Hukum terkait pelaksanaan perumusan peraturan perundang-undangan dan memberikan pertimbangan hukum dalam rangka penyelesaian masalah hukum yang berkaitan dengan tugas;

d) Biro Bantuan Hukum terkait koordinasi dan pelaksanaan penelaahan kasus hukum, memberikan bantuan hukum, pendapat hukum, dan perimbangan hukum yang berkaitan dengan tugas Kementerian Keuangan;

e) Biro Sumber Daya Manusia terkait pembinaan dan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan DJPU sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f) Biro Komunikasi dan Layanan Informasi terkait pelaksanaan tugas aktivitas komunikasi, layanan informasi kebijakan pengelolaan utang, penyusunan strategi komunikasi kehumasan, penyusunan program komunikasi publik, dan monitoring opini publik;

g) Biro Perlengkapan terkait pengelolaan perlengkapan DJPU berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

h) Biro Umum terkait pelaksanaan koordinasi urusan tata usaha dan rumah tangga;

(19)

i) Pusat Informasi dan Teknologi Keuangan (Pusintek) terkait aspek pengembangan sistem teknologi, informasi, dan komunikasi di lingkungan Kementerian Keuangan;

j) Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan terkait pelaksanaan analisis, harmonisasi dan sinergi kebijakan atas pelaksanaan program dan kegiatan Menteri Keuangan, pengelolaan program dan kegiatan Menteri Keuangan, dan pengelolaan indikator kinerja utama di lingkungan Kementerian Keuangan; dan

k) Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik terkait pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pengadaan secara elektronik, pengelolaan sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik serta memberikan pelayanan pengadaan secara elektronik Kementerian Keuangan.

8) Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan terkait pelaksanaan pengawasan intern; dan

9) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) khususnya Pusdiklat Keuangan Umum dan Pusdiklat Pengembangan SDM terkait pelaksanaan Capacity Building DJPU.

b. Eksternal Kementerian Keuangan, antara lain dengan:

1) Dewan Perwakilan Rakyat antara lain terkait alokasi pembiayaan melalui utang dalam APBN, persetujuan penggunaan BMN sebagai underlying asset penerbitan SBSN, dan persetujuan penggunaan dana SAL untuk pembelian SBN dalam rangka stabilisasi pasar SBN;

2) Bank Indonesia (BI) yang dalam kaitannya dengan pengelolaan utang memiliki dua peran yaitu:

a) sebagai pengelola kebijakan moneter dan neraca pembayaran dalam kerangka Asset and Liability Management (ALM); dan

b) sebagai mitra dalam pengembangan pasar dan sebagai agen lelang, agen penatausahaan utang dan setelmen utang.

(20)

3) Pelaku pasar/investor termasuk dealer utama/primary dealers dan peserta lelang dalam mengembangkan kapasitas daya serap pasar dan memperoleh input atas kondisi pasar keuangan pada umumnya (market update), preferensi instrumen, dan rencana alokasi investasi;

4) Lembaga Pemeringkat/Rating agencies dalam rangka assessment tahunan dan assessment transaksi penerbitan SBN valas;

5) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dalam rangka: a) koordinasi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM);

b) perencanaan usulan kegiatan yang dapat dibiayai dengan pinjaman atau sebagai underlying asset sukuk project; dan

c) pelaksanaan dan monitoring/evaluasi kegiatan yang dibiayai dari pinjaman.

6) Kementerian/Lembaga dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan penyiapan policy matrix pinjaman program/program loan;

7) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam pemenuhan dokumen pengefektifan pinjaman;

8) DSN – MUI dalam rangka penerbitan Fatwa dan Pernyataan Kesesuaian Syariah (Opini Syariah) penerbitan SBSN;

9) Pemberi Pinjaman/Lender dalam rangka memperoleh informasi mengenai fokus pembiayaan dan indikasi besaran/alokasi pinjaman; dan

10) Lembaga atau negara pemberi donor. 5. Sumber Daya Manusia

a. Gambaran umum pegawai Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Berdasarkan data pegawai per 31 Desember 2012, jumlah pegawai DJPU adalah sebanyak 328 orang, dengan penjelasan sebagai berikut:

(21)

K N 2) 7 o lulu pen Ber adalah Komposisi P No. Gol 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JU 1 0 44 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 II /a II /b II/c orang sedan usan Progra nerimaan S1 rdasarkan da h sebagai ber Grafik 1.1 Pegawai Men ongan Pegawa IV/d IV/c IV/b IV/a III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a UMLAH 4 22 92 29 40 II /c II /d II I/a III/b III/c ng diusulkan am Diploma 1 tahun 2012 ata pegawai rikut: 1 nurut Golon ai PegaJum 3 2 14 15 66 40 29 92 22 44 0 1 32 0 66 15 14 2 II I/c III/d IV/a IV/b IV/c n untuk me a III Keuan ). i per 31 Dese ngan Ko mlah awai No 3 1 2 2 4 3 5 4 6 5 0 6 9 2 2 4 0 1 28 3 / IV/d 1 enjadi Calon ngan STAN ember 2012, mposisi Peg o. U Setditjen Dit PH Dit SUN Dit PS Dit SPU Dit EAS JU Dit. PS 12,5% Dit. SPU 11,6% Dit 18 n Pegawai N tahun 2011 komposisi p Grafik 1.2 gawai Menur Unit Eselon II UMLAH Dit. SUN 12,2% . EAS 8,9% Negeri Sipil dan 2 oran pegawai DJP 2

rut Unit Ese

Ju Pe Setditjen 26,2% Dit. PH 18,6% (5 ng PU elon II umlah egawai 86 61 40 41 38 62 328

(22)

Komposisi No. Jabat 1 Eselon I 2 Eselon I 3 Eselon I 4 Eselon I 5 Pelaksa JUM Dal para p baik m Pela 2 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 < D3 17 Grafik 1.3 i Pegawai M tan Pegawai I II III IV ana LAH K

lam hal pen egawai untu melalui pro Eselon II, 5 aksana, 211 3 D3 S1 7 67 170 3 Menurut Jaba Jumlah Peg 0 5 23 89 211 328 Komposisi P ndidikan, DJ uk melanjut gram beasi Eselon III, 23 Eselon IV, 89 S2 S3 0 72 2 atan gawai N Grafik 1 Pegawai Men N 1 2 3 4 5 PU membuk kan pendidi swa maupu Kom Menu No. Jenis K 1 Laki-lak 2 Peremp JUM 1.5 nurut Pendi No. Tingk 1 S3 2 S2 3 S1 4 D3 5 < D3 JUM ka kesempat ikannya ke j un dengan Grafik 1.4 mposisi Peg urut Jenis Ke Kelamin Pegaw ki uan MLAH idikan kat Pendidikan MLAH tan sebesar-jenjang yan biaya send 4 gawai elamin

wai PegaJum

25 74 32 n PegawJuml 2 72 17 67 17 328 -besarnya ba g lebih ting diri, sehing lah wai 4 4 8 lah wai 2 0 7 7 8 agi gi, gga

(23)

kompetensi para pegawai DJPU dapat menjadi lebih baik dan dapat menopang bidang tugas di mana pegawai itu berada.

Pada tahun 2012, DJPU telah memiliki peraturan terkait pola mutasi dan pola karir sehingga penempatan para pegawai baik di unit-unit Eselon II maupun pada jabatan-jabatan tertentu di lingkungan DJPU, diharapkan telah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai dan memang dibutuhkan oleh unit atau jabatan tempat kerja pegawai bersangkutan.

Selain itu, dengan adanya pengarusutamaan gender, walaupun jumlah pegawai perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pegawai laki-laki (dapat dilihat pada grafik 1.4 Komposisi Pegawai Menurut Jenis Kelamin), perlakuan dan penilaian kinerja tetap dilakukan secara fair. Hal tersebut terbukti dengan diisinya beberapa jabatan strategis di DJPU oleh para pegawai perempuan, contohnya: dari 5 Pejabat Eselon II di DJPU, 2 diantaranya adalah perempuan.

b. Program pengembangan Pegawai

Unit organisasi yang handal tentu harus didukung penuh dengan sumber daya manusia yang handal baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Selama tahun 2007-2012, DJPU telah melakukan beberapa kebijakan dan kegiatan sebagai bagian program peningkatan kompetensi dan kinerja pegawai. Adapun kebijakan dan kegiatan tersebut antara lain:

1) Penyusunan dan penetapan Hard Competency Pegawai DJPU; 2) Penyusunan dan penetapan Soft Competency Pegawai DJPU; 3) Penyusunan dokumen Gap Hard Competency Pegawai DJPU; 4) Pelaksanaan Assesment Center (AC);

5) Pelaksanaan diklat teknis sesuai Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) Hard Competency;

6) Menugaskan pegawai untuk mengikuti Diklat Berbasis Kompetensi pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan;

7) Menugaskan pegawai untuk mengikuti diklat sertifikasi keahlian (CFA,CHRP,etc);

(24)

9) Membuka kesempatan pegawai mengikuti short course (IMF, DMFAS ,etc) sesuai bidang tugasnya;

10) Membuka kesempatan pegawai untuk mencari program beasiswa dengan inisiatif sendiri di Dalam maupun Luar Negeri; dan

11) Mengirim pegawai mengikuti program beasiswa reguler baik dari Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, maupun Negara Lain (Australia, Jepang, dll).

Dengan komposisi pegawai DJPU seperti dijelaskan di atas dan dengan program pengembangan pegawai yang terus dilakukan, DJPU terbukti dapat melaksanakan tugas dan fungsi dengan baik sesuai amanat peraturan perundang-undangan. Hal ini juga membuktikan bahwa program pengembangan pegawai DJPU berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yaitu dalam rangka membentuk sumber daya manusia DJPU yang handal. B. Mandat yang Diberikan kepada Instansi

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi DJPU berdasarkan mandat yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, antara lain:

1. Pedoman umum meliputi:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit APBN dan APBD, yang mengatur bahwa:

1) Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun bersangkutan; dan

2) Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemda dibatasi tidak melebihi 60% dari PDB tahun yang bersangkutan.

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang mengatur antara lain:

1) Pembebanan biaya pengadaan utang/hibah Pemerintah pada APBN; dan 2) Tata cara pengadaan utang negara dan penerusan utang/hibah luar negeri

(25)

c. Undang-Undang tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun antara lain menyebutkan bahwa Pemerintah dapat melakukan perubahan instrumen utang dalam hal terdapat sumber utang yang lebih menguntungkan.

2. Pedoman khusus meliputi:

a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang SUN, yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan SUN;

b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan SBSN;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah, yang antara lain mengatur tentang penggunaan pinjaman dalam negeri;

d. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010-2014;

e. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2011 tentang Dana Perwalian;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, yang antara lain mengatur tentang perencanaan, penggunaan, penatausahaan, pemantaun, evaluasi, dan pelaporan serta pengawasan pinjaman luar negeri dan hibah;

g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.05/2008 tentang Sistem Akuntansi Utang Pemerintah;

i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.08/2010 tentang Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, Publikasi, dan Dokumentasi Pinjaman dan/atau Hibah Pemerintah;

j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.08/2010 tentang Tata Cara Pemilihan Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri;

k. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah;

(26)

l. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah;

m. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 14/PMK.08/2012 tentang Tata Cara Pengadaan Pembiayaan yang Bersumber dari Kreditor Swasta Asing;

n. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 514/KMK.08/2010 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun 2010-2014; dan

o. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 453/KMK.08/2011 tentang Tata Cara Perundingan Perjanjian Pinjaman Luar Negeri.

C. Peran Strategis Instansi

DJPU adalah organisasi yang memegang peranan strategis di bidang pengelolaan utang. Peran strategis DJPU digambarkan sebagai berikut:

1. Memenuhi pembiayaan APBN yang bersumber dari utang

Selain penerimaan pajak dan bukan pajak, utang mempunyai kontribusi yang penting dalam menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam kerangka pembangunan nasional. Sampai saat ini peranan utang baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri masih menjadi sumber utama pembiayaan APBN. Untuk memenuhi pembiayaan APBN tersebut maka pembiayaan melalui utang harus dapat disediakan dalam jumlah yang cukup, tersedia pada saat diperlukan dengan biaya yang efisien dan tingkat risiko terkendali.

Utang digunakan untuk membiayai defisit dan sebagian pengeluaran pembiayaan antara lain pelunasan pokok utang jatuh tempo, buyback, dan penerusan pinjaman. Sumber pembiayaan dari utang, meliputi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), serta pengadaan Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek) dan Pinjaman Dalam Negeri.

2. Mewujudkan kesinambungan fiskal melalui pengelolaan portofolio dan risiko utang

Pengelolaan utang yang dilaksanakan secara profesional, akuntabel, dan transparan dimaksudkan untuk mencapai kondisi keuangan negara yang sehat

(27)

dan mempertahankan kemampuan negara dalam melaksanakan pembiayaan secara berkesinambungan.

Pengelolaan utang yang tidak profesional akan berdampak negatif terhadap kondisi fiskal Pemerintah yang tercermin antara lain dalam ketidakmampuan Pemerintah membayar kewajiban utang secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, membengkaknya kewajiban utang di luar perkiraan, dan terhambatnya kegiatan pemerintahan akibat tidak terjaminnya sumber pembiayaan. Selain itu, dampak selanjutnya dapat berupa menurunnya kepercayaan investor dan kreditor, terjadinya penurunan peringkat utang (sovereign credit rating), terhambatnya perkembangan pasar keuangan domestik, serta ekonomi biaya tinggi.

Sebagai gambaran, total jumlah nominal utang pada tanggal 31 Desember 2012 mencapai Rp1.975,42 triliun. Jumlah utang yang relatif besar tersebut memerlukan pengelolaan secara cermat dan berhati-hati, karena utang mempunyai dimensi risiko yang berpotensi menimbulkan masalah terhadap kesinambungan fiskal, antara lain risiko nilai tukar, risiko tingkat bunga, dan risiko refinancing.

Tabel 1.1

Posisi Utang Pemerintah (2008-2012)

Catatan:

* Termasuk semi commercial

** Beberapa termasuk semi concessional *** Seluruhnya termasuk commercial

(28)

Oleh karena itu, pembiayaan APBN melalui utang harus didukung dengan pengelolaan berbagai risiko dimaksud melalui upaya antara lain dengan melakukan: debt securities buyback, loan prepayment, debt-switch/reprofiling, debt swap, restrukturisasi pinjaman, dan hedging.

3. Pengembangan pasar yang dalam, aktif, dan likuid

Saat ini, peningkatan target pembiayaan melalui SBN belum sebanding dengan pertumbuhan daya serap pasar SBN domestik yang masih terbatas. Peningkatan likuiditas dan daya serap pasar SBN domestik diperlukan agar target pembiayaan SBN dapat dipenuhi dengan biaya yang efisien tanpa menyebabkan peningkatan risiko utang yang berlebihan. Basis investor baik domestik maupun luar negeri yang besar dan terdiversifikasi, diperlukan untuk memperkuat dan menjaga kestabilan permintaan terhadap instrumen utang negara.

Penerbitan utang dalam bentuk SBN berperan strategis dalam pengembangan pasar keuangan khususnya pasar domestik antara lain:

a. Mendukung pengembangan institusi/lembaga keuangan domestik dengan memberikan alternatif instrumen investasi;

b. Mendukung kebutuhan industri keuangan dalam pengelolaan ALM;

c. Yield SBN berperan sebagai benchmark bagi penerbitan instrumen keuangan lainnya;

d. Pasar SBN yang berkembang akan mendukung terbentuknya pasar repo, derivatif yang akan semakin mengefisienkan pasar keuangan secara keseluruhan; dan

e. Memperluas basis investor domestik. D. Sistematika Penyajian

LAKIP ini bertujuan untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja DJPU pada tahun 2012, yaitu dengan melakukan analisis atas capaian kinerja (performance results) tahun 2012 terhadap rencana kinerja (performance plans) tahun 2012. Analisis tersebut memungkinkan teridentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai umpan balik perbaikan kinerja di masa datang. Sejalan dengan hal tersebut, sistematika penyajian LAKIP adalah sebagai berikut:

(29)

Bab I – Pendahuluan, menyajikan latar belakang, tugas dan fungsi, dan struktur organisasi.

Bab II – Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja, menyajikan rencana strategis tahun 2012 dan penetapan kinerja tahunan 2012.

Bab III – Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan, menyajikan analisis terhadap capaian kinerja dan keuangan pada tahun 2012.

Bab IV – Penutup, menyajikan simpulan terhadap pencapaian kinerja di tahun 2012. Lampiran-lampiran

(30)

BAB II

RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA A. Rencana Strategis 2010-2014

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor KEP-16/PU/2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, telah ditetapkan arahan dalam pelaksanaan tugas DJPU dalam periode 5 tahun ke depan yang dituangkan dalam Renstra. Penyusunan Renstra tersebut mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mewajibkan setiap kementerian/lembaga menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

2. Salah satu prioritas bidang ekonomi dalam RPJMN tahun 2010-2014, yaitu Prioritas Pengelolaan APBN yang Berkelanjutan dengan Fokus Prioritas Perumusan Kebijakan Fiskal, Pengelolaan Pembiayaan Anggaran, dan Pengendalian Risiko. Fokus prioritas tersebut ditujukan untuk mengoptimalkan pengelolaan utang pemerintah, baik yang berasal dari SBN maupun pinjaman dengan biaya dan tingkat risiko yang terkelola dengan baik untuk mendukung kesinambungan fiskal.

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, yang mengamanatkan penyusunan Renstra kepada unit-unit organisasi (Eselon I, Eselon II, Instansi Vertikal, dan Unit Pelaksana Teknis/UPT) di lingkungan Kementerian Keuangan.

Dalam Renstra tersebut ditetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai DJPU dalam periode Tahun 2010-2014, yaitu:

1. Visi

Visi DJPU untuk periode tahun 2010-2014 sebagaimana dalam dokumen Rencana Strategis adalah “Menjadi Pengelola Utang yang mampu menyediakan

(31)

sumber pembiayaan APBN yang paling efisien dan aman melalui kegiatan pengelolaan yang mengedepankan standar tata kelola internasional, dengan mengutamakan pemanfaatan potensi pendanaan dari pasar keuangan domestik”

namun dalam perkembangannya telah dilakukan penyempurnaan dan dicantumkan dalam Peta Strategi Tahun 2012 yaitu “Menjadi unit yang

profesional dalam mendukung pembiayaan APBN secara efisien dengan risiko yang terukur untuk mempertahankan kesinambungan fiskal”.

Visi tersebut di atas lebih menekankan pada pengelolaan utang secara profesional, yaitu mampu memenuhi standar tata kelola internasional dan memperhatikan penerapan prinsip-prinsip tatakelola yang baik (good governance principles). Penyediaan sumber pembiayaan APBN dilakukan dengan tujuan agar dalam jangka panjang dapat dicapai biaya utang yang minimal dengan tingkat risiko yang terkendali. Di masa yang akan datang, DJPU sebagai unit pengelola utang diharapkan mampu mengendalikan utang agar dapat mendukung peningkatan kemampuan kemandirian keuangan negara.

2. Misi

Misi DJPU untuk periode tahun 2010-2014 sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Strategis adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel dengan strategi yang mengedepankan peningkatan daya dukung terhadap ketahanan dan kesinambungan fiskal;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal;

c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan domestik yang efisien dan stabil; dan

d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.

(32)

namun dalam perkembangannya telah dilakukan penyempurnaan dan dicantumkan dalam Konsep Road Map DJPU Tahun 2010-2014 dan Laporan Review Rencana Strategis Tahun 2010-2014 serta Rencana Kerja DJPU Tahun 2012, yaitu: a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif,

transparan, dan akuntabel;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal;

c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan domestik yang efisien dan stabil; dan

d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.

3. Nilai-Nilai

Menteri Keuangan telah melakukan Launching Nilai-Nilai Kementerian Keuangan pada tanggal 29 Juli 2011. Nilai-nilai ini menjadi penting karena dengan dasar itulah organisasi bergerak mencapai visi dan misinya. Sosialisasi Nilai-Nilai Kementerian Keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang telah dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2011. Adapun Corporate value dimaksud terdiri dari 5 nilai dan 10 perilaku utama yaitu:

a. Integritas

1) Bersikap jujur, tulus dan dapat dipercaya; 2) Menjaga martabat dan tidak melakukan

hal-hal tercela; b. Profesionalisme

3) Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas;

4) Bekerja dengan hati;

Bagan 2.1 Nilai-nilai Kementerian Keuangan

(33)

c. Sinergi

5) Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati; 6) Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik;

d. Pelayanan

7) Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan; 8) Bersikap proaktif dan cepan tanggap;

e. Kesempurnaan

9) Melakukan perbaikan terus menerus; 10) Mengembangkan inovasi dan kreativitas. 4. Destination Statement

Destination Statement merupakan pernyataan konkret dan nyata berisi gambaran atau potret mengenai hal-hal yang diharapkan terwujud pada masa depan untuk mencapai visi organisasi. Latar belakang diperlukannya Destination Statement bagi unit organisasi antara lain:

a. Setiap organisasi pasti memiliki kendala/hambatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian visi;

b. Kondisi ideal yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah tersebut dirumuskan dalam Destination Statement;

c. Destination Statement berfungsi sebagai milestone dan alat evaluasi pencapaian visi; dan

d. Sebagai terobosan dalam pencapaian Destination Statement, perlu dirumuskan inisiatif strategis.

Kementerian Keuangan dengan visi “Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara yang dipercaya, akuntabel, dan terbaik di regional untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan” telah menetapkan Destination Statement tahun 2014 sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini:

(34)

Tabel 2.1

Destination Statement Kementerian Keuangan Tahun 2014

Tujuan Destination Statement Target

Pengelola keuangan dan kekayaan negara

a. Rasio penerimaan pajak terhadap PDB 18% b. Penyerapan Belanja Negara dalam

DIPA K/L

98% c. Rasio utang terhadap PDB 22% d. Jumlah BMN yang telah bersertipikat 20%

e. Defisit APBN 0

Dipercaya f. Tingkat kepuasan pengguna layanan 4,2 (skala 5) g. Indeks integritas sektor publik

mencapai 8,5 (skala 10)

Akuntabel h. Indeks opini BPK atas LK BA 15, LK

BUN, dan LK BA 999 WTP

Terbaik di

regional - (dengan beberapa indikator)

Sesuai dengan Destination Statement sebagaimana tersebut di atas, diamanatkan pula kepada seluruh Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan untuk menyusun Destination Statement Eselon I tahun 2014. Atas arahan tersebut berdasarkan hasil pembahasan dan penetapan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, ditetapkan 6 (enam) Destination Statement DJPU tahun 2014, sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.2

Destination Statement DJPU Tahun 2014

Tujuan Destination Statement Target

Unit pengelola utang yang profesional

a. Opini BPK terhadap LK BA 999 01 dan LK BA 999 02.

WTP Pembiayaan

APBN secara efisien

b. Rasio pembayaran bunga/imbalan terhadap outstanding utang yang semakin efisien.

5,8% Risiko yang

terukur c. Rasio utang valas terhadap outstanding utang yang semakin menurun.

43% d. Risiko pembiayaan kembali (porsi

utang jatuh tempo <3 tahun) yang semakin terkendali.

25% e. Rasio tingkat bunga utang tetap (fixed

rate) terhadap outstanding utang yang semakin meningkat.

80% Kesinambungan

(35)

5. Tujuan

Berdasarkan visi dan misi DJPU tahun 2010-2014, maka ditetapkan tujuan pengelolaan utang pada tahun 2010-2014 yaitu:

a. Mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara; dan

b. Mendukung upaya untuk menciptakan pasar SBN yang dalam, aktif dan likuid.

Adapun tujuan jangka pendek pengelolaan utang tahun 2012, sebagaimana tercantum dalam Strategi Pembiayaan Tahunan melalui Utang Tahun 2012 adalah “memenuhi target pembiayaan APBN tahun 2012 melalui utang dan membiayai kembali utang yang jatuh tempo dengan biaya yang efisien dan risiko yang terkendali”.

6. Sasaran Strategis

Sasaran strategis pengelolaan utang untuk tahun 2012 sebagaimana tercantum dalam Peta Strategi Kemenkeu-One, adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan dalam jumlah yang cukup, efisien, dan aman untuk mendukung kesinambungan fiskal;

b. Akuntabilitas pengelolaan utang dan hibah; c. Kredibilitas dan transparansi pengelolaan utang;

d. Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas; e. Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid;

f. Pengelolaan portofolio utang yang optimal; g. Pengelolaan kewajiban utang yang efektif;

h. Monitoring dan evaluasi kepatuhan pengelolaan utang yang efektif; i. Pembentukan SDM yang berkompetensi tinggi;

j. Penataan organisasi yang adaptif; k. Perwujudan TIK yang Terintegrasi; dan l. Pelaksanaan anggaran yang optimal.

(36)

7. Kebijakan

Kebijakan yang ditetapkan DJPU pada tahun 2012, sebagaimana tercantum dalam Strategi Pembiayaan Tahunan melalui Utang Tahun 2012, adalah sebagai berikut:

a. Mengoptimalkan potensi pembiayaan utang dari pasar domestik melalui penerbitan SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri;

b. Terus melakukan diversifikasi instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang lebih cost-efficient dan risiko minimal; c. Pengadaan pinjaman/kredit luar negeri dilakukan sepanjang untuk memenuhi kebutuhan prioritas, memberikan terms and conditions yang menguntungkan Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor;

d. Tetap mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman/kredit luar negeri secara bertahap;

e. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas pasar modal, terutama dalam rangka mendorong upaya financial deepening; dan

f. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan sovereign credit rating.

8. Strategi

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi-strategi yang efektif dan tepat sasaran, dimana di sisi lain dapat sekaligus mengatasi permasalahan yang ada. Strategi-strategi yang disusun harus dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki, baik internal maupun eksternal. Adapun strategi DJPU untuk periode tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan pengelolaan utang secara prudent dengan tujuan untuk meminimalkan biaya utang pada tingkat risiko yang terkendali;

b. Meningkatkan koordinasi dengan unit terkait dalam rangka pengelolaan kas dan kebijakan fiskal serta penyediaan underlying asset penerbitan SBSN;

c. Menyelesaikan penyusunan kerangka hukum dalam pengelolaan pinjaman, hibah, kewajiban kontinjensi, dan hedging;

d. Menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pelaksanaan transaksi dalam rangka pengelolaan portofolio utang;

(37)

e. Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang lebih cost-efficient dan risiko minimal;

f. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), organisasi, teknologi informasi dan komunikasi (termasuk sistem informasi manajemen utang), dan pengelolaan anggaran;

g. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dalam pelaksanaan Asset-Liability Management (ALM);

h. Mengoptimalkan potensi pendanaan APBN melalui utang dari sumber domestik melalui penerbitan SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri agar dapat mengurangi ketergantungan dari pembiayaan luar negeri; i. Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode

jangka menengah, pengadaan dilakukan sepanjang untuk memenuhi kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (favourable) bagi Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor;

j. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter, otoritas pasar modal, dan pelaku pasar dalam rangka mengembangkan pasar SBN domestik yang solid dan efisien melalui perluasan basis investor domestik dan mengoptimalkan infrastruktur pasar yang mendukung pasar SBN yang likuid;

k. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating;

l. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kinerja pelaksanaan pengelolaan utang; dan

m. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik. 9. Program dan Kegiatan

Sejalan dengan penganggaran dengan dasar performanced based budgeting, dalam pelaksanaan kegiatan operasional pada tahun 2012, DJPU memiliki program pokok dan program penunjang. Program pokok adalah Pengelolaan dan Pembiayaan Utang, yang dilaksanakan melalui Kegiatan sebagai berikut:

(38)

a. Pengelolaan Pinjaman;

b. Pengelolaan Surat Utang Negara; c. Pengelolaan Pembiayaan Syariah;

d. Pengelolaan Strategi dan Portofolio Utang; dan

e. Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen Utang.

Sedangkan program penunjang yang ditujukan untuk memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal, yaitu: kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya DJPU. B. Penetapan Kinerja

Pada tahun 2012, DJPU telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan. Pada Kontrak kinerja tersebut terdapat peta strategi (strategy map) dengan 12 sasaran strategis (SS) yang ingin dicapai. Untuk setiap SS yang disusun dan ditetapkan memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU). Keseluruhan IKU DJPU pada tahun 2012 untuk semua SS berjumlah 26 IKU. Selain itu ditetapkan pula Inisiatif Strategis Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk Tahun 2012, yang terdiri dari 19 Inisiatif Strategis.

Peta strategi merupakan suatu dashboard (panel instrument) yang memetakan SS ke dalam suatu kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi DJPU. Peta strategi memudahkan DJPU untuk mengkomunikasikan keseluruhan strateginya kepada seluruh pejabat/pegawai dalam rangka pemahaman demi suksesnya pencapaian visi, misi, dan tujuan DJPU. Peta strategi DJPU tahun 2012 yang disepakati antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan pada tanggal 9 Februari 2012 ditunjukkan dalam bagan berikut:

(39)

Bagan 2.2

Peta Strategi DJPU Tahun 2012

Peta strategi DJPU memetakan setiap SS yang disusun dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard, setiap SS dikelompokan kedalam empat perspektif, yaitu stakeholders perspective, customers perpective, internal process perspective, dan learning and growth perspective. Dari stakeholders perspective, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan pembiayaan dalam jumlah yang cukup, efisien, dan aman untuk mendukung kesinambungan fiskal. Dari customers perpective terhadap kreditor, investor, dan donor, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan nilai transparansi, akuntabilitas, dan kredibilitas dalam pengelolaan utang.

Dari internal process perspective DJPU, untuk mendukung pencapaian SS pada dua layer stakeholders perspective dan customers perpective tersebut diperlukan adanya tiga faktor penting berupa perumusan, pengelolaan, dan pengembangan serta pengawasan terhadap core business DJPU. Dalam hal ini, proses internal yang dimaksud terkait dengan proses perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas,

(40)

pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, pengelolaan portofolio utang yang optimal, pengelolaan kewajiban utang yang efektif, dan monitoring dan evaluasi kepatuhan pengelolaan utang yang efektif.

Sedangkan dari learning and growth perspective, terdapat empat faktor penting yang harus dikelola dengan baik guna menciptakan modal utama untuk mencapai tujuan organisasi yaitu faktor pengembangan sumber daya manusia, faktor organisasi, faktor teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan faktor pengelolaan anggaran.

Sebagai alat ukur pencapaian SS, target 26 IKU DJPU yang ditetapkan pada awal tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3

Target Indikator Kinerja Utama Kemenkeu-One Tahun 2012

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Realisasi 2011 Target 2012 Perspektif 1. Pembiayaan dalam jumlah yang cukup, efisien, dan aman untuk mendukung kesinambungan fiskal PU-1.1 Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang cukup

99,17% (Rp218,13 triliun) 100% (Rp286,57 triliun) St akeholders Perspectiv e PU-1.2 Persentase pencapaian target effective cost 83,50% 100% PU-1.3 Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang

96,80% 100% 2. Akuntabilitas pengelolaan utang dan hibah PU-2.1 Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah 87,5% (1 WTP & 1 WDP) 100% (2 WTP) Custo m er P erspe cti ve 3. Kredibilitas dan transparansi pengelolaan utang PU-3.1 Indeks kepuasan pengguna layanan 4,02 3,90 PU-3.2 Persentase Pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran 100% 100% 4. Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas PU-4.1 Persentase penyediaan peraturan yang mendukung pengembangan pasar dan pengelolaan 143,75% 100% Internal process Persp ecti ve

(41)

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Realisasi 2011 Target 2012 Perspektif portofolio utang PU-4.2 Persentase penyusunan dokumen strategi pembiayaan tahunan melalui utang

100% 100%

PU-4.3 Persentase pelaksanaan kajian restrukturisasi Surat Utang Pemerintah dalam rangka ALM

N/A 100%

5. Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid

PU-5.1 Tingkat

efektifitas edukasi dan komunikasi

76,32 75 (efektif) PU-5.2 Spread WAY

yang dimenangkan dengan highest yield awarded (tail)

N/A 15 bps

6. Pengelolaan portofolio utang yang optimal

PU-6.1 Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang

5,30% 5,72%

PU-6.2 Akurasi penetapan

yield/imbalan SBN dan biaya pinjaman terhadap benchmark 95,56% 90% 7. Pengelolaan kewajiban utang yang efektif PU-7.1 Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu

100% 100% 8. Monitoring dan evaluasi kepatuhan pengelolaan utang yang efektif PU-8.1 Persentase tingkat kepatuhan dalam pengelolaan utang 99,62% 100% PU-8.2 Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan 100% 100% PU-8.3 Indeks ketepatan waktu penyelesaian tindak lanjut Instruksi Presiden N/A 80% (tepat waktu)

(42)

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Realisasi 2011 Target 2012 Perspektif 9. Pembentukan SDM yang berkompetensi tinggi PU-9.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya

87,83% 82,5%

Learning & Growth

Perspectiv e PU-9.2 Persentase pemenuhan pelatihan pegawai sesuai dengan gap kompetensi pegawai (hard competency) N/A 100% 10. Penataan organisasi yang adaptif PU-10.1 Persentase mitigasi risiko yang selesai dijalankan

N/A 70%

PU-10.2 Indeks

reformasi birokrasi N/A 92% PU-10.3 Indeks

kepuasan pegawai N/A 3

PU-10.4 Persentase policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti N/A 85% 11. Perwujudan TIK

yang terintegrasi PU-11.1 Persentase pengembangan database utang yang terintegrasi

45% 100%

PU-11.2 Persentase

akurasi data SIMPEG N/A 100% 12. Pelaksanaan

anggaran yang optimal

PU-12.1 Persentase

penyerapan DIPA 95,57% 95%

Peta strategi DJPU tahun 2012 yang memetakan 12 SS dengan alat ukur pencapaian berupa 26 IKU, telah disusun berdasarkan Renstra DJPU tahun 2010-2014. Berikut matriks yang menunjukkan kesesuaian antara hal-hal tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah guru memilih pendekatannya maka akan menyusun materi dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. 4) Kompetensi menyelenggarakan pembelajaran yang

Humidifikasi merupakan proses penambahan kandungan air di dalam udara. Dimana fasa cair (air) di kontakkan dengan aliran udara, sehingga kandungan uap air di udara

Abstrak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh kecemasan belajar dan pemahaman konsep matematika siswa terhadap kemampuan penanalaran matematika siswa.

Pada ibu : partus macet dan after coming head. Pada bayi : Terjadi afiksia. Dengan dr.SpOG untuk penatalaksanaan persalinan sungsang posisi bokong murni dengan metode

Sikap rela berkorban demi kemaslahatan rumah tangga harus dimiliki seorang wanita untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik.. Jangan

Contohnya saja untuk menghasilkan jumlah output yang lebih besar perusahaan roti hanya mampu mengambil keputusan dalam hal menambah jumlah pekerja yang digaji tanpa melakukan

Konstruksi “ mengelola “ ( Beheerdaad ) dapat saja bermakna melalui jalan atau mekanisme korporasi, yaitu dengan status Pemegang saham yang diwakili oleh Meneg

Harun Abdullah yang merupakan Pengerusi dan salah seorang Ahli Lembaga Pengarah Universiti Malaysia Sabah dengan ini menyatakan bagi pihak Lembaga bahawa pada pendapat