• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan yang telah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan yang telah"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

105 BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai dan sekaligus menguji hipotesis. Rancangan penelitian ini menjelaskan hal-hal berikut:

a. Penelitian ini merupakan metode penelitian survei, yaitu metode pengumpulan data primer yang menggunakan instrumen yaitu kuesioner yang berkisar pada ruang lingkup seperti lingkungan sosial, aktivitas, pendapat dan sikap mereka (Bungin, 2011).

b. Penelitian ini juga merupakan penelitian penjelasan (explanatory research) yaitu suatu penelitian yang akan menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1995).

c. Dengan menggunakan analisa data, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena menganalisis data sampel dengan statistik induktif dan statistik deskriptif yang digeneralisasi untuk kesimpulan populasi (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan merupakan data yang bersifat cross sectional yang diperoleh dari responden dalam merespon indikator yang berkaitan dengan variabel-variabel Servant Leadership, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Organisasi.

(2)

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kota Surabaya berdasar beberapa alasan yaitu: (1) Kota Surabaya merupakan kota yang mempunyai jumlah koperasi karyawan yang cukup banyak, yaitu 519 koperasi karyawan dari total 1.495 unit koperasi yang ada di kota ini, (2) Kota Surabaya sebagai kota industri dan jasa yang sedang menggerakkan ekonomi masyarakat di lingkungan mereka bekerja, dimana sebagian besar karyawan tersebut merupakan anggota koperasi karyawan yang terlibat dalam roda ekonomi, (3) Peran Koperasi Karyawan di Surabaya terhadap perekonomian daerah cukup signifikan, dilihat dari volume usaha sebesar Rp. 1.080.076.269,- pada tahun 2012, seperti yang terdapat pada Data Keragaan Koperasi Kota Surabaya.

Jangka waktu penelitian selama 4 (empat) bulan, yaitu bulan September sampai dengan Desember tahun 2013. Pada 2 (dua) minggu di bulan pertama membuat janji untuk bertemu dengan Ketua Koperasi dan karyawan koperasi yang kemudian dilanjutkan untuk mendatangi lokasi bila sudah mendapatkan waktu pertemuan untuk melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan. Pada minggu ke 3 (tiga) dan 4 (empat) bulan yang sama melanjutkan wawancara dengan responden. Pada minggu ke 1 (satu) dan 2 (dua) bulan kedua, melakukan verifikasi data yang masuk dan apabila ada jawaban kuesioner yang kurang lengkap maka akan dilakukan wawancara ulang dengan responden untuk melengkapinya, minggu ke 3 (tiga) dan 4 (empat) bulan kedua dilakukan rekap dan tabulasi data yang sudah masuk yang kemudian data-data tersebut diolah dengan program yang telah direncanakan. Sehingga pada akhir

(3)

bulan kedua sudah didapatkan data dari responden yang lengkap. Selanjutnya pada bulan ke 3 (tiga) dan ke 4 (empat) dilakukan pengolahan data sehingga hasil pengolahan data dari penelitian ini bisa segera ditindaklanjuti dengan pembahasan serta menganalisa temuan yang ada dari penelitian tersebut.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Indriantono dan Supomo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Koperasi Karyawan di Kota Surabaya. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh servant leadership dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi melalui kepuasan kerja, maka yang dijadikan sebagai populasi dalam penelitian ini adalah koperasi karyawan yang ada di Surabaya, dengan responden Ketua Koperasi, karena yang bersangkutan memiliki informasi dan kewenangan dalam menjelaskan data variabel penelitian dan karyawan koperasi yang akan menjawab tentang gaya kepemimpinan di organisasi koperasi karyawan tersebut. Ketua Koperasi dipilih sebagai responden karena sebagai salah satu pengurus koperasi yang mempunyai kewenangan administrasi, memahami dan sebagai pelaksana organisasi koperasi di lapangan. Jumlah Koperasi Karyawan yang telah melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) ada di Surabaya adalah 519 koperasi.

Yang dimaksud sampel adalah bagian dari populasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan (generalisasi) populasi. Menurut Sekaran (2006) sampel

(4)

adalah sebagian dari populasi, dimana sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan mempelajari sampel, peneliti akan menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian. Pengambilan sampel (sampling) adalah proses dengan memiliki sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat peneliti dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi. Menurut Sekaran (2006), alasan pengambilan sampel ini dikarenakan besarnya ukuran populasi yang tidak dimungkinkan untuk diambil keseluruhan karena terhalang oleh faktor waktu, biaya, dan sumber daya manusia lainnya.

Sampel terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari populasi yang kemudian dipakai untuk menarik kesimpulan tentang populasi yang diteliti. Penelitian dengan menggunakan sampel yang representative akan memberikan hasil yang mempunyai kemampuan untuk digeneralisasi. Kriteria sampel yang representative tergantung pada 2 (dua) aspek yang saling berkaitan, yaitu: akurasi dan presisi. Sampel yang akurat adalah sejauh mana statistik sampel dapat mengestimasi parameter populasi dengan tepat, sedangkan sampel yang presisi adalah sejauh mana hasil penelitian berdasarkan sampel dapat merefleksikan populasi dengan teliti.

Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan Rumus Slovin pada presisi 7,5% dengan perhitungan sebagai berikut:

n =

)

(

2 1 N

e

N

(5)

Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (Riduwan, 2005).

n = ) 075 , 0 ( 2 519 1 519  n = 132 koperasi

Cara menentukan koperasi karyawan yang dipakai sebagai sampel adalah dengan metode simple random sampling (Sekaran, 2003) yaitu pengambilan sampel acak sederhana, karena 519 koperasi yang digunakan sebagai populasi penelitian memiliki kecenderungan homogen sehingga semua koperasi karyawan sebanyak 519 koperasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Teknik yang dipakai untuk memilih koperasi karyawan yang akan digunakan sebagai sampel adalah dengan cara diundi, yaitu masing-masing koperasi diberi nomor urut 1 sampai dengan 519, nomor-nomor tersebut dimasukkan ke dalam kotak kemudian diambil 132 koperasi secara acak, sehingga didapatkan 132 nama koperasi karyawan yang akan dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini. Koperasi-koperasi tersebut kemudian didata dan dicatat secara lengkap nama koperasi beserta alamatnya, sehingga memudahkan dalam melakukan pengumpulan data di lapangan nantinya. Dengan demikian dalam penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 132 koperasi karyawan di Surabaya yang telah diundi tersebut.

Untuk menentukan responden pada masing-masing koperasi, digunakan teknik proporsional, yaitu pada masing-masing koperasi diambil responden

(6)

sebanyak 4 orang, yang terdiri 1 orang ketua koperasi dan 3 orang karyawan koperasi (Sintani, 2010). Untuk Koperasi Karyawan yang jumlah karyawannya kurang dari 3 orang, karyawan tersebut tetap disurvey dan jumlah kekurangannya diambilkan dari responden karyawan dari Koperasi Karyawan yang jumlah karyawannya lebih dari 3 orang, sehingga seluruh jumlah responden karyawan koperasi tetap sebanyak 396 orang. Karyawan koperasi tersebut diambil yang sudah mempunyai masa kerja paling sedikit satu tahun, agar dapat memahami tentang kondisi kerja di koperasi tersebut. Sehingga jumlah seluruh responden dalam penelitian ini, yang terdiri dari ketua koperasi dan karyawan koperasi semuanya berjumlah 528 orang.

4. 4 Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi operasional variabel eksogen dan endogen sesuai dengan kerangka konseptual penelitian:

1 Servant Leadership (X1) adalah kepemimpinan yang peduli atas pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya dan komunitasnya sehingga mendahulukan nilai pemberdayaan orang lain dibandingkan dengan pencapaian ambisi atau pola dan kesukaan dirinya. Servant Leadership dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator dan item (Wong and Page, 2003):

a. Orientasi karakter (X1.1), yaitu sikap tulus pimpinan dalam

membina karyawan (X1.1.1), sikap rendah hati pimpinan dalam

menerima kritik karyawan (X1.1.2), dan (X1.1.3) sikap melayani dan

(7)

b. Orientasi masyarakat (X1.2), yaitu memberi perhatian pada

pelanggan dan masyarakat sekitar (X1.2.1), melakukan kegiatan

yang berdampak pada kemandirian ekonomi masyarakat sekitar koperasi (X1.2.2), dan memberi kesempatan pada masyarakat sekitar

untuk menjalin kerjasama dengan koperasi (X1.2.3).

c. Orientasi tugas (X1.3), yaitu memiliki visi yang luas dan maju

untuk pengembangan koperasi di masa depan (X1.3.1), selalu

menyusun rencana kerja dan tujuan yang ingin dicapai koperasi

(X1.3.2), dan mampu menjadi pemimpin dalam menyelesaikan

pekerjaan (X1.3.3).

d. Orientasi proses (X1.4) yaitu mampu menjadi role model bagi

karyawan (X1.4.1), bersedia bekerjasama dan membentuk tim kerja

untuk menyelesaikan pekerjaan (X1.4.2), dan memberi peran

karyawan dalam pengambilan keputusan (X1.4.3)

2 Budaya Kerja (X2) adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh

anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan yang lain. Budaya Organisasi dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator dan item (Hofstede, 1980):

a. Penghindaran atas ketidak pastian (X2.1) yaitu karyawan berusaha

untuk menjaga dan mempertahankan organisasi terhadap penyimpangan ide (X2.1.1), dan karyawan menerima ide baru

(8)

b. Maskulin dan feminin (X2.2) yaitu karyawan pria lebih berprestasi

daripada karyawan wanita (X2.2.1), karyawan pria lebih berhasil

secara material daripada karyawan wanita (X2.2.2), dan karyawan

pria kurang menghargai persahabatan daripada karyawan wanita (X2.2.3)

c. Individualisme dan kebersamaan (X2.3.), yaitu kesanggupan

karyawan untuk menjaga diri dan kelompoknya dari gangguan luar organisasi (X2.3.1), dan kecenderungan karyawan untuk meminta

perlindungan pada organisasi terhadap gangguan dari luar organisasi (X2.3.2).

d. Jarak kekuasaan (X2.4), yaitu jauh dekatnya hubungan karyawan

dengan pusat kekuasaan/pimpinan (X2.4.1), dan distribusi

kekuasaan/ kewenangan karyawan dan pengaruhnya terhadap perilaku karyawan (X2.4.2)

3 Kepuasan Kerja (Y1) adalah sikap atau derajat sesuai atau tidak sesuai

terhadap berbagai dimensi yang berhubungan dengan pekerjaan. Dimensi-dimensi itu adalah (1) pekerjaan itu sendiri, (2) gaji, (3) kesempatan promosi, (4) pengawasan, dan (5) rekan kerja (Luthans, 2005).

a. Pekerjaan itu sendiri (Y1.1) terdiri dari: terbuka kesempatan belajar,

terbuka kesempatan menerima tanggungjawab, kecocokan dengan kemampuan, dan kecocokan dengan minat

b. Gaji (Y1.2), terdiri dari jumlah yang diterima, dan persepsi sistem

(9)

c. Kesempatan promosi (Y1.3) terdiri dari: terbuka kesempatan untuk

maju bagi semua karyawan, dan atasan yang mendorong pengembangan karir

d. Pengawasan (Y1.4), terdiri dari: kesediaan atasan mendiskusikan

masalah pekerjaan yang dihadapi pegawai, dan atasan memberi informasi cara menjalankan pekerjaan yang lebih baik

e. Rekan kerja (Y1.5) terdiri dari: kesediaan rekan kerja

mendiskusikan teknis pelaksanaan kerja, dan kesediaan rekan kerja membantu secara teknis pelaksanaan kerja yang lebih baik

4 Kinerja Organisasi (Y2) adalah pencapaian hasil kerja organisasi koperasi yang

diukur dengan menggunakan pendekatan pemeringkatan koperasi yang berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 22/PER/M.KUMK/IV/2007 yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06/PER/M.KUMK/III/2008 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi, meliputi 6 (enam) aspek, yaitu :

a. Badan usaha aktif (Y2.1) yang ditunjukkan dengan berjalannya

mekanisme manajemen koperasi, seperti rapat anggota tahunan (RAT), audit, proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, aktivitas bisnis berjalan, dan ketaatan terhadap peraturan perundangan yang berlaku.

b. Kinerja usaha yang semakin sehat (Y2.2) yang ditunjukkan dengan

(10)

dana, penambahan asset, peningkatan volume usaha, peningkatan kapasitas produksi, dan peningkatan keuntungan.

c. Kohesivitas dan partisipasi anggota (Y2.3) yang ditunjukkan dengan

keterikatan anggota terhadap anggota lain maupun terhadap organisasi, dalam hal rasa tanggung renteng atau kemauan untuk berbagai resiko (risk sharing), tingkat pemanfaatan pelayanan koperasi, serta ukuran- ukuran kuantitatif lainnya, seperti rasio peningkatan jumlah anggota, prosentse kehadiran dalam rapat anggota, prosentase pelunasan simpanan wajib, dan prosentase besaran simpanan sukarela.

d. Orientasi pada pelayanan anggota (Y2.4) yang ditunjukkan dengan

seberapa besar kesesuaian antara layanan koperasi dengan kepentingan anggota, dimana koperasi mampu memberi layanan seperti yang dibutuhkan oleh para anggotanya.

e. Pelayanan kepada masyarakat (Y2.5) yang ditunjukkan dengan

seberapa jauh usaha yang dijalankan koperasi dapat menyerap tenaga kerja setempat serta seberapa banyak jumlah layanan koperasi yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum termasuk peran koperasi ikut mereduksi kemiskinan masyarakat setempat. f. Kontribusi terhadap pemerintah daerah (Y2.6) yang ditunjukkan

dengan ketaatan koperasi sebagai wajib pajak dalam membayar pajak serta berbagai bentuk dukungan sumberdaya terhadap kegiatan pembangunan daerah.

(11)

Berdasarkan uraian variabel, indikator dan design instrument penelitian diatas maka konseptual penelitian dapat diringkas seperti dalam Tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1

Variabel , Indikator dan Design Instrumen Konseptual Penelitian

No Variabel Indikator Item No

Item

1 Servant

Leadership (X1)

X1.1 Orientasi Karakter

X1.1.1 sikap membina karyawan

1 X1.1.2 rendah hati pimpinan dalam

menerima kritik karyawan 2 (Wong and Page,

2003)

X1.1.3 Sikap melayani dan membuat senang karyawan untuk menyelesaikan tugas

3 X1.2 Orientasi

Masyarakat

X1.2.1 memberi perhatian pada pelanggan dan masyarakat sekitar 4 X1.2.2 melakukan kegiatan yang

berdampak pada kemandirian ekonomi masyarakat sekitar koperasi

5 X1.2.3 memberi kesempatan pada

masyarakat sekitar untuk menjalin kerjasama dengan koperasi

6 X1.3 Orientasi

Tugas

X1.3.1 memiliki visi yang luas dan maju untuk pengembangan koperasi di masa depan

7 X1.3.2 selalu menyusun rencana kerja dan

tujuan yang ingin dicapai koperasi

8 X1.3.3 mampu menjadi pemimpin dalam

menyelesaikan pekerjaan 9 X1.4 Orientasi

Proses

X1.4.1 mampu menjadi role model bagi

karyawan 10

X1.4.2 bersedia bekerjasama dan membentuk tim kerja untuk menyelesaikan pekerjaan

11 X1.4.3 memberi peran karyawan dalam

pengambilan keputusan 12 Dilanjutkan halaman berikutnya,

(12)

Tabel 4.1 Lanjutan

No Variabel Indikator Item No

Item 2 Budaya Organisasi (X1) X2.1 Penghindaran atas ketidakpastian

X2.1.1 karyawan berusaha untuk menjaga dan

mempertahankan organisasi terhadap penyimpangan ide

13

(Hofstede ,1980) X2.1.2 karyawan menerima ide baru dengan hati-hati.

14 X2.2 Maskulin dan

feminin.

X2.2.1 karyawan pria lebih

berprestasi daripada karyawan

wanita 15

X2.2.2 karyawan pria lebih berhasil secara material daripada

karyawan wanita 16

X2.2.3 karyawan pria kurang menghargai persahabatan

daripada karyawan wanita. 17 X2.3 Individualisme

dan kebersamaan

X2.3.1 kesanggupan karyawan untuk menjaga diri dan

kelompoknya dari gangguan luar organisasi

18

X2.3.2 kecenderungan karyawan untuk meminta perlindungan pada organisasi terhadap gangguan dari luar organisasi

19

X2.4 Jarak kekuasaan X2.4.1 jauh dekatnya hubungan karyawan dengan pusat

kekuasaan/pimpinan 20

X2.4.2 distribusi

kekuasaan/kewenangan karyawan dan pengaruhnya

terhadap perilaku karyawan 21

(13)

Tabel 4.1 Lanjutan

No Variabel Indikator Item No

Item 3 Kepuasan Kerja (Y1) Y1.1 Pekerjaan itu sendiri Y1.1.1 terbuka kesempatan belajar 22 (Luthans, 2005).

Y1.1.2 terbuka kesempatan menerima

tanggungjawab 23

Y1.1.3 kecocokan dengan

kemampuan 24

Y1.1.4 kecocokan dengan minat

25 Y1.2 Gaji Y1.2.1 jumlah yang diterima 26 Y1.2.2 persepsi sistem pengajian 27 Y1.3 Kesempatan

Promosi

Y1.3.1 terbuka kesempatan untuk

maju bagi semua karyawan 28 Y1.3.2 atasan yang mendorong

pengembangan karir 29

Y1.4 Pengawasan Y1.4.1 kesediaan atasan mendiskusikan masalah pekerjaan yang dihadapi pegawai

30

Y1.4.2 atasan memberi informasi cara menjalankan pekerjaan

yang lebih baik 31

Y1.5 Rekan Kerja Y1.5.1 kesediaan rekan kerja mendiskusikan teknis

pelaksanaan kerja 32

Y1.5.2 kesediaan rekan kerja membantu secara teknis pelaksanaan kerja yang lebih baik

33

(14)

Tabel 4.1 Lanjutan

No Variabel Indikator Item No

Item 4 Kinerja Organisasi

(Y2)

Y2.1 badan usaha aktif Y2.1.1 mekanisme manajemen

koperasi 1

Y2.1.2 pengawasan koperasi

2 Y2.1.3 rencana kerja dan RAPB

3 Y2.2 kinerja usaha Y2.2.1 struktur permodalan

4 yang semakin

sehat

Y2.2.2 kemampuan penyediaan dana 5 Y2.2.3 penambahan asset 6 Y2.2.4 volume usaha 7 Y2.2.5 kapasitas produksi 8 Y2.2.6 keuntungan koperasi 9 Permen Kop dan

UKM nomor 22/PER/M.KUMK /IV/2007 Y2.3 kohesivitas dan partisipasi anggota

Y2.3.1 keterikatan anggota terhadap anggota lain maupun terhadap

organisasi 10

Dan Permen Kop Y2.3.2 transaksi anggota di koperasi 11 dan UKM nomor

06/PER/M.KUMK /III/2008

Y2.4 orientasi pada pelayanan anggota

Y2.4.1 hubungan pelayanan koperasi dengan kepentingan anggota 12 Y2.5 pelayanan kepada

masyarakat

Y2.5.1 penyerapan tenaga kerja

setempat 13

Y2.5.2 layanan koperasi yang dapat dinikmati oleh masyarakat

umum 14 Y2.5.3 mereduksi kemiskinan masyarakat setempat. 15 Y2.6 kontribusi terhadap pemerintah daerah

Y2.6.1 ketaatan koperasi sebagai wajib pajak

16 Y2.6.2 dukungan sumberdaya

terhadap kegiatan

pembangunan daerah. 17 Sumber : Diolah peneliti (2013)

(15)

4.5 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 4.5.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, dengan metode pengumpulan data kuesioner maupun data yang diperoleh secara resmi oleh instansi yang berkompeten. Data primer diperoleh dari subyek penelitian yaitu responden pada koperasi karyawan di kota Surabaya. a Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari survei lapangan dengan responden yang ada di koperasi karyawan yang dikumpulkan melalui kuesioner penelitian. Data primer diperlukan untuk mendapatkan keterangan yang berupa persepsi responden yang berkaitan dengan variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini. Data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.

b Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini adalah data pendukung uraian latar belakang permasalahan dari instansi terkait maupun dari website hasil browsing melalui internet. Data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait, yaitu Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Propinsi Jawa Timur antara lain berupa Peraturan Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi, Data Keragaan Koperasi dan data lain yang terkait dengan penelitian ini, sedangkan data sekunder dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Surabaya antara lain data keragaan koperasi karyawan yang ada di Surabaya serta data lain yang

(16)

berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder juga diperoleh dari sumber lain, digunakan sebagai bahan untuk melengkapi informasi pada penelitian ini.

4.5.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak (hubungan) antara peneliti dengan responden penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mendapatkan data dilakukan dengan cara pengumpulan data dalam metode survei yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan teknik kuesioner (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Teknik kuesioner merupakan cara pengumpulan data penelitian dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden, dimana pertanyaan tersebut berkaitan dengan variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner. Kuesioner didistribusikan peneliti dengan cara diberikan langsung oleh peneliti dibantu tenaga lapangan di beberapa lokasi penelitian yang terpencar. Peneliti atau petugas lapangan yang menemui responden akan memandu secara langsung cara pengisian kuesioner dihadapan responden, bilamana diperlukan akan memberikan penjelasan terkait dengan maksud pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Dengan demikian responden memahami maksud pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Penelitian ini megunakan 2 (dua) macam kuesioner, yaitu kuesioner yang akan diisi oleh karyawan koperasi dan kuesioner lainnya akan diisi oleh ketua

(17)

koperasi. Kuesioner yang ditujukan kepada karyawan koperasi berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan variabel Servant Leadership, budaya organisasi dan kepuasan kerja, sedangkan kuesioner yang diisi oleh ketua koperasi berkaitan dengan kinerja organisasi.

Hasil kuesioner yang diperoleh dari lapangan selanjutnya diverifikasi mengenai kelengkapan jawaban yang diberikan responden, apabila masih terdapat jawaban yang belum lengkap maka perlu dilengkapi lagi. Apabila semua kuesioner sudah dinyatakan lengkap, kemudian jawaban dalam kuesioner tersebut akan dikonversi menjadi angka-angka, tabel-tabel, analisis statistik, dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Selanjutnya analisis data kuantitatif dilandaskan pada hasil kuesioner itu.

Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk a). mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, dan b). mendapatkan informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. Informasi yang ingin didapatkan dari kuesioner adalah yang berkaitan dengan variabel-variabel yang saling berhubungan (interrelated variables) meliputi Servant Leadership, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja Organisasi.

4.6 Teknik Analisis Data

Metode Statitik Inferensial yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Alasan menggunakan metode tersebut dengan pertimbangan bahwa hubungan kausal yang dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan model yang tidak sederhana (kompleks). Bentuk hubungan kausal seperti ini membutuhkan analisis yang mampu menjelaskan

(18)

secara simultan tentang hubungan tersebut sehingga metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). 4.6.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif memberikan gambaran terhadap data lapangan secara deskriptif dengan cara menginterpretasikan data primer ke dalam tabulasi. Analisis deskriptif ini bertujuan: (1) memperoleh gambaran tentang kondisi dari variabel-variabel yang diteliti yaitu Servant Leadership, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja Organisasi, (2) mengidentifikasi karakteristik untuk masing-masing variabel dalam bentuk frekuensi dan persentase, (3) untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik responden pada obyek penelitian. Sehingga diperolehdistribusi frekuensi dari hasil tabulasi skor jawaban responden. Pengukuran variabel penelitian ini menggunakan skala Diferensial Semantik pada 5 (lima) kategori dalam bentuk pertanyaan pada tiap butir pertanyaan instrumen penelitian (Sekaran, 2006).

Pada atribut bipolar (berkutub dua) dalam skala semantik diidentifikasi, dimana responden diminta untuk menunjukkan sikap mereka pada hal yang bisa disebut sebagai jarak semantik (semantic space) terhadap individu, obyek atau kejadian tertentu pada masing-masing atribut. Dimana skala diferensial semantik dipakai untuk menilai sikap responden yang bisa diatur (plotted) untuk mendapatkan ide mengenai persepsi responden. Pengukuran variabel dengan memakai skala diferensial semantik akan menghasilkan skala interval seperti yang disyaratkan pada analisis data menggunakan SEM atau Structural Equation Modeling (Sekaran, 2006).

(19)

4.6.2 Skala Deferensial Sematik

Data penelitian ini menggunakan skala diferensial semantik, dimana skala tersebut akan menghasilkan skor bernilai 1 hingga 5, dari katagori sangat rendah sampai sangat tinggi. Kemudian untuk mengkategorikan rata-rata jawaban respoden dibuat skala interval yang dihitung dari skor tertinggi yang dikurangi skor terendah dibagi lima, diperoleh interval untuk kategori sebesar 0,80, dengan demikian kategori jawaban respoden ditentukan berdasarkan skala diferensial sematik dengan katagori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi (Riduwan,2005), seperti nampak pada Tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2

Kategori Skor Berdasarkan Kategori Jawaban Responden No Skala Kategori

Jawaban

Skor Kategori Skor (contoh) 1 2 3 4 5 1,00 – 1,80 1,81 - 2,60 2,61 - 3,40 3,41 - 4,20 4,21 - 5,00 1 2 3 4 5 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sumber : Riduwan (2005)

4.6.3 Metode Analisis Statistik Inferensial

Metode Analisis Statistik Inferensial memfokuskan pada bidang kajian analisis dan interpretasi data untuk menarik kesimpulan. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan dengan menggunakan data sampel yang diperoleh. Metode Statitik Inferensial yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Pada penelitian ini menggunakan analisis SEM berdasarkan atas beberapa alasan sebagai berikut: pertama, penelitian ini ingin menguji model secara struktural,

(20)

menguji pengaruh dua variabel eksogen yaitu Servant Leadership (X1) dan

Budaya Organisasi (X2) terhadap dua variabel endogen yaitu Kepuasan Kerja

(Y1), dan Kinerja Organisasi (Y2). Secara terperinci, penelitian ini menguji secara

simultan 1). pengaruh Servant Leadership (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y1), 2).

pengaruh Budaya Organisasi (X2) terhadap Kepuasan Kerja (Y1), 3). pengaruh

Servant Leadership (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y2), 4). pengaruh Budaya

Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y2), dan 5). pengaruh Kepuasan

Kerja (Y1) terhadap Kinerja Organisasi (Y2), 6). pengaruh Servant Leadership

(X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y2) melalui Kepuasan Kerja (Y1), 7). pengaruh

Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y2) melalui Kepuasan Kerja

(Y1).

Alasan kedua yaitu pada penelitian ini seluruh variabel melibatkan variabel yang bersifat unobservable (latent variable), yaitu variabel tidak dapat diukur secara langsung melalui indikator, sehingga harus dilakukan teknik analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA). Akan tetapi dalam SEM dapat dilakukan teknik yang identik dengan CFA yaitu Structural Equation Modeling (SEM) dalam model pengukuran. Sehingga kedua alasan inilah yang memperkuat peneliti untuk menggunakan teknik analisis SEM sebagai alat yang tepat untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu model yang dibangun adalah dalam bentuk terstruktur (memiliki lebih dari satu variabel endogen atau variabel dependent, dan antar persamaan dalam model SEM saling berkaitan), dan kedua adalah seluruh variabel dalam bentuk unobservable (latent variable), sehingga perlu dilakukan model

(21)

pengukuran, yang keseluruhan dapat terselesaikan melalui teknik analisis Structural Equation Modeling (SEM).

Seperti diketahui bahwa metode model persamaan struktural (SEM) merupakan kumpulan teknik-teknik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan. Hubungan yang rumit tersebut dapat berbentuk antara satu atau beberapa variabel dependent dengan satu atau beberapa variabel independent. Masing-masing konstruk dibangun dari beberapa variabel indikator (Ferdinand,2006).

Semua data yang diperoleh dari responden yang di jadikan sebagai sampel penelitian melalui kuesioner yang di sebarkan, akan dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) berdasarkan program AMOS 16 dan SPSS 16. Program AMOS menunjukkan pengukuran masalah yang struktural, dan digunakan untuk menguji model hipotesis. Hal ini disebabkan adanya kemampuan untuk: memperkirakan koefisien yang diketahui dari persamaan linier struktural, mengakomodasi model yang merupakan variabel laten, mengakomodasi kesalahan pengukuran pada variabel dependen dan independen, mengakomodasi peringatan timbal balik simultan dan saling ketergantungan.

Langkah-langkah pembentukan model persamaan struktural dalam penelitian ini antara lain digunakan beberapa pengembangan, validitas Reabilitas Instrumen Penelitian, Evaluasi kriteria Goodness of Fit, Pengujian Asumsi Model SEM dan Pengujian Model Struktural (Hair,2006) adalah sebagai berikut:

(22)

4.6.4 Pengembangan Model Berbasis Teori

Pengembangan model teoritis dilakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan dikembangkan. Structural Equation Modeling (SEM) digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis tersebut melalui data empirik. Metode ini merupakan sebuah confirmatory technique. Teknik ini merupakan teknik menguji teori baru atau teori yang sudah dikembangkan dan yang akan diuji lagi secara empiris. Pengujian ini dapat dilakukan dengan mempergunakan SEM, tetapi SEM tidak dipergunakan untuk membentuk hubungan kausalitas baru, melainkan dipergunakan untuk menguji pengembangan kausalitas yang sudah ada teori yang menguatkan.

4.6.5 Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram)

Pada model teori yang telah dibangun pada tahap pertama akan digambarkan dalam sebuah diagram jalur, yang akan mempermudah untuk melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. Dalam diagram alur, hubungan antar konstruk akan dinyatakan melalui anak panah. Anak panah yang lurus menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstruksi dengan konstruksi lainnya, sedangkan garis-garis lengkung antar konstruk dengan anak panah pada setiap ujungnya menunjukkan korelasi antara konstruksi. Pengukuran hubungan antar variabel dalam SEM dinamakan structural model.

Berdasarkan landasan teori maka dibuat diagram jalur untuk SEM (structural model) sebagai berikut :

(23)

Servant Leadership (X1)

Budaya Oganisasi (X2)

Kepuasan Kerja (Y1) Organisasi (Y2)Kinerja X1.2 X1.1 X1.3 X1.4 X2.2 X2.1 Y1.2 Y1.3 Y1.1 Y1.4 Y1.5 Y2.2 Y2.1 Y2.3 X2.4 X2.3 Y2.4 Y2.5 Y2.6

Gambar 4.1.: Diagram jalur untuk SEM Structural dan Measurement Model Sumber : Diolah Peneliti

Dalam mengukur variabel penelitian dikembangkan dari indikator sebagai observable variable (manifest variable) berikut: (dalam terminologi SEM, unobservable variable digambarkan dalam bentuk elips, dan observable variable atau variabel manifest digambarkan dalam bentuk kotak/persegi). Latent variable di bentuk dari indikatornya dengan menggunakan teknik Confirmatory Factor Analysis. Dalam SEM, pengukuran indikator ke variabel dinamakan measurement model.

Konversi diagram alur ke dalam persamaan struktural dan model pengukuran. Persamaan yang di dapat dari diagram alur yang dikonversi terdiri dari:

1. Persamaan struktural (structural equation), yang dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk.

(24)

2. Persamaan spesifik model pengukuran (measurement model), dimana harus ditentukan variabel yang mengukur konstruk dan menentukan serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesakan antar konstruk

Berangkat dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu maka persamaan struktural yang akan dicari dan diuji koefisiennya adalah sebagai berikut:

Y1 = 1 X1 + 2 X2 + 1

Y2 = 3 X1 + 4 X2 + 1Y1 + 2

Keterangan:

 (Gama) = koefisien pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen

 (Beta) = koefisien pengaruh variabel endogen terhadap variabel endogen

 (Zeta) = galat model

4.6.6 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian

Untuk menguji instrumen penelitian yang akan digunakan untuk pengumpulan data, maka perlu dilakukan uji coba pada pada sebagian responden, yaitu sebesar 30 responden karyawan koperasi dan 10 responden ketua koperasi. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir pertanyaan dalam instrumen penelitian. Didalamnya juga untuk mendiskusikan beberapa pertanyaan yang sulit dipahami atau dimengerti oleh responden. Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing butir pertanyaan dalam instrumen penelitian mampu mengukur variabel penelitian yang ditetapkan. Sebuah instrumen dikatakan valid, jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Indriantoro dan Supomo, 2002). Juga validitas menunjukkan sejauh mana alat

(25)

pengukur untuk mengukur apa yang diukur (Ancok dalam Singarimbun dan Efendi, 1995).

Menurut Indriantoro dan Supomo (2002), hasil penelitian valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Bungin (2011) mengatakan bahwa untuk mengetahui valid tidaknya suatu item instrumen adalah dengan membandingkan indeks korelasi product moment Pearson dengan level signifikansi 5% dengan nilai kritisnya, di mana r dapat digunakan rumus:

rxy =



 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan : rxy = skor korelasi n = banyaknya sampel X = skor item pertanyaan Y = skor total item

Bila nilai p-Value (sig) dari hasil korelasi lebih kecil dari 0.05 maka dinyatakan valid dan sebaliknya dinyatakan tidak valid (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Instrumen reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk menguji digunakan Alpha Cronbach dengan rumus (Bungin, 2011) :

r11=                 

2 t 2 b 1 1 k k

(26)

Dimana :

r11 = reliabilitas instrumen (koefisien Alpha Cronbach)

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b2 = jumlah varians butir t2 = varians total

Instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki koefisien keandalan reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih (Bungin, 2011).

4.6.7 Evaluasi kriteria Goodness of Fit

Tahap ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit. Berikut ini beberapa indeks kesesuaian dan cut-off value untuk menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak, seperti yang disyaratkan.

1. X2-Chi-square statistik, dimana model dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar p>0.05 atau p>0.10.

2. RMSEA (The root Mean Square Error of Approximation), yang menunjukkan goodness of fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam polulasi (Hair, 1992:138). Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom.

(27)

3. GFI (Goodness of Fit Index), adalah ukuran non statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah ‘better fit’. 4. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), dimana tingkat penerimaan yang

direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90.

5. CMIN/DF, adalah The Minimum Sample Discrepancy Function yang dibagi dengan Degree of Freedom. CMIN/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X2 dibagi DFnya disebut X2 relatif. Bila nilai X2 relatif kurang dari 2.0 atau 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. 6. TLI (Tucker Lewis Index), merupakan incremental index yang

membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah base line model, dimana nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah  0,95 (Ferdinand, 2006) dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit .

7. CFI (Comparative Fit Index), dimana bila mendekati 1, mengindikasi tingkat fit yang paling tinggi merurut (Arbuckle, 1997 dalam Solimun, 2009). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI  0,95.

Dengan demikian untuk menguji terhadap kesesuaian model melalui goodness of fit dengan indeks-indeks tersebut maka dapat dibuat tabel untuk melihat kreteria yang ditentukan, maka indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model adalah seperti dalam tabel berikut ini :

(28)

Tabel 4.3

Kriteria Goodness of Fit

Goodness of fit index Cut-of

value Keterangan

Significaned Probability  0.05

Nilai Sig Prob  0.05 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak

RMSEA ≤ 0.08

Nilai RMSEA ≤ 0.08 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak

GFI  0.90

Nilai GFI  0.90 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak

AGFI  0.90

Nilai AGFI  0.90 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak

CMIN/DF ≤ 2.00

Nilai CMIN/DF ≤ 2.00 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak

TLI  0.95

Nilai TLI  0.95 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak

CFI  0.95

Nilai CFI  0.95 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak

Sumber : Ferdinand (2006)

4.6.8 Pengujian Asumsi Model SEM

Prinsip uji hipotesis asumsi model, yaitu asumsi yang berkaitan dengan model dan asumsi yang berkaitan dengan pendugaan parameter dan pengujian hipotesis yang dijelaskan berikut.

1. Asumsi linieritas yaitu asumsi yang menghendaki semua hubungan berbentuk linier. Uji linearitas, untuk memeriksanya dapat dilakukan dengan membuat diagram pencar (scatter diagram) atau pendekatan curve fit (pada software SPSS). Pengujian asumsi linieritas menggunakan metode curve fit yang dilakukan dengan software SPSS. Rujukan yang digunakan adalah jika nilai Sig model Linier < 0.05 maka asumsi linieritas dapat dipenuhi.

(29)

2. Asumsi tidak adanya outlier (pencilan). Outlier merupakan observasi yang muncul dengan nilai ekstrim secara univariate maupun multivariate, karena kombinasi karakteristik unik dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi lainnya. Outlier muncul dengan empat (4) kategori berikut.

a. Outlier bisa muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam memasukkan data atau kesalahan dalam memberi kode data yang ada.

b. Outlier bisa muncul karena keadaan khusus yang memungkinkan profil data menjadi lain, khusus yang memungkin profil data menjadi lain, tetapi peneliti mempunyai penjelasan mengenai apa yang menyebabkan munculnya nilai ekstrim.

c. Outlier bisa muncul karena adanya sesuatu alasan, tetapi tidak dapat diketahui perihal penyebab munculnya ekstrim tersebut. d. Outlier bisa muncul dalam rentang nilai yang ada, tetapi apabila

dikombinasikan dengan variabel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim, yang disebut dengan multivariate outlier, maka menggunakan metode pengujian Mahalanobis distance.

3. Asumsi normalitas sebaran, yaitu data yang akan dianalisis (variabel latent) dengan menyebar normal (normal ganda). Dengan sampel yang besar (lebih dari 100), asumsi ini tidak terlalu kritis, landasannya adalah Dalil Limit Pusat (Central Limit Theory), yaitu jika n (sample

(30)

size) besar maka statistik dari sampel tersebut akan mendekati distribusi normal walaupun populasi dari mana sampel tersebut diambil tidak terdistribusi normal. Pada penelitian ini, jumlah sampel sebesar 528 responden, sehingga dapat dikatagorikan sebagai distribusi normal.

4.6.9 Pengujian Model Struktural: Uji Hipotesis Penelitian

Setelah model tersebut memenuhi syarat, maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah uji regression weight / loading faktor. Uji ini dilakukan sama dengan uji t terhadap regression weight /loading faktor/ koefisien model, pengujian ini dilakukan terhadap:

1. Hipotesis mengenai measurement model:

Parameter Lambda (), yaitu parameter yang berkenaan dengan pengukuran variabel laten berdasarkan variabel manifes (berkaitan dengan validitas instrumen). Hipotesis yang di uji:

H0 : i = 0 (tidak signifikan)

H1 : i> 0 (signifikan)

2. Hipotesis mengenai structural model:

a. Parameter Gama (), yaitu parameter pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen dalam structural model.

Hipotesis yang di uji: H0 : i = 0 (tidak signifikan)

(31)

b. Parameter Beta (), yaitu parameter pengaruh variabel endogen terhadap variabel endogen dalam structural model. Hipotesis yang di uji:

H0 : i = 0 (tidak signifikan)

Gambar

Tabel 4.1 Lanjutan
Tabel 4.1 Lanjutan
Tabel 4.1 Lanjutan
Gambar 4.1.:  Diagram jalur untuk SEM Structural dan Measurement Model  Sumber : Diolah Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Selain karena adanya kesalahan dalam pengisian formulir SSP pemindahbukuan dapat dilakukan juga jika terdapat kesalahan pengisian data pembayaran pajak melalui

Mengacu pada uraian di atas, penelitian ini dilakukan dengan fokus pada pertanyaan penelitian berikut: (i) apakah kinerja keuangan (ROA, NPM, EPS), ukuran perusahaan, dan kinerja

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk lebih mengetahui fungsi dari Employee Relations Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan Di PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat

Mengetahui rencana latihan tentara tersebut, pada 10 April 2011 warga desa Setrojenar dibantu warga dari kawasan sekitar, kemudian memblokir akses jalan menuju

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Book Tax Differences (Perbedaan permanen dan temporer) dan likuiditas (Working Capital to Total Asset)

• Mencermati pengertian, metode penyelesaian, kurva persamaan dalam sistem pertidaksamaan kuadrat dua variabel, dan penerapannya pada masalah nyata dari berbagai sumber belajar.

Kementerian Kesehatan Yogyakarta pada tahun 2016 telah berhasil merealisasikan kegiatan yang merupakan penjabaran dari program dan sasaran Badan PPSDM Kesehatan dalam

kesamaan dengan negara-negara Anglo-America, ada beberapa pengaruh yang penting yang berasal dari Germanic, terutama dalam hal pajak.. Termasuk ke dalam kelompok ini