105 BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai dan sekaligus menguji hipotesis. Rancangan penelitian ini menjelaskan hal-hal berikut:
a. Penelitian ini merupakan metode penelitian survei, yaitu metode pengumpulan data primer yang menggunakan instrumen yaitu kuesioner yang berkisar pada ruang lingkup seperti lingkungan sosial, aktivitas, pendapat dan sikap mereka (Bungin, 2011).
b. Penelitian ini juga merupakan penelitian penjelasan (explanatory research) yaitu suatu penelitian yang akan menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1995).
c. Dengan menggunakan analisa data, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena menganalisis data sampel dengan statistik induktif dan statistik deskriptif yang digeneralisasi untuk kesimpulan populasi (Indriantoro dan Supomo, 2002).
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan merupakan data yang bersifat cross sectional yang diperoleh dari responden dalam merespon indikator yang berkaitan dengan variabel-variabel Servant Leadership, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Organisasi.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kota Surabaya berdasar beberapa alasan yaitu: (1) Kota Surabaya merupakan kota yang mempunyai jumlah koperasi karyawan yang cukup banyak, yaitu 519 koperasi karyawan dari total 1.495 unit koperasi yang ada di kota ini, (2) Kota Surabaya sebagai kota industri dan jasa yang sedang menggerakkan ekonomi masyarakat di lingkungan mereka bekerja, dimana sebagian besar karyawan tersebut merupakan anggota koperasi karyawan yang terlibat dalam roda ekonomi, (3) Peran Koperasi Karyawan di Surabaya terhadap perekonomian daerah cukup signifikan, dilihat dari volume usaha sebesar Rp. 1.080.076.269,- pada tahun 2012, seperti yang terdapat pada Data Keragaan Koperasi Kota Surabaya.
Jangka waktu penelitian selama 4 (empat) bulan, yaitu bulan September sampai dengan Desember tahun 2013. Pada 2 (dua) minggu di bulan pertama membuat janji untuk bertemu dengan Ketua Koperasi dan karyawan koperasi yang kemudian dilanjutkan untuk mendatangi lokasi bila sudah mendapatkan waktu pertemuan untuk melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan. Pada minggu ke 3 (tiga) dan 4 (empat) bulan yang sama melanjutkan wawancara dengan responden. Pada minggu ke 1 (satu) dan 2 (dua) bulan kedua, melakukan verifikasi data yang masuk dan apabila ada jawaban kuesioner yang kurang lengkap maka akan dilakukan wawancara ulang dengan responden untuk melengkapinya, minggu ke 3 (tiga) dan 4 (empat) bulan kedua dilakukan rekap dan tabulasi data yang sudah masuk yang kemudian data-data tersebut diolah dengan program yang telah direncanakan. Sehingga pada akhir
bulan kedua sudah didapatkan data dari responden yang lengkap. Selanjutnya pada bulan ke 3 (tiga) dan ke 4 (empat) dilakukan pengolahan data sehingga hasil pengolahan data dari penelitian ini bisa segera ditindaklanjuti dengan pembahasan serta menganalisa temuan yang ada dari penelitian tersebut.
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Indriantono dan Supomo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Koperasi Karyawan di Kota Surabaya. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh servant leadership dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi melalui kepuasan kerja, maka yang dijadikan sebagai populasi dalam penelitian ini adalah koperasi karyawan yang ada di Surabaya, dengan responden Ketua Koperasi, karena yang bersangkutan memiliki informasi dan kewenangan dalam menjelaskan data variabel penelitian dan karyawan koperasi yang akan menjawab tentang gaya kepemimpinan di organisasi koperasi karyawan tersebut. Ketua Koperasi dipilih sebagai responden karena sebagai salah satu pengurus koperasi yang mempunyai kewenangan administrasi, memahami dan sebagai pelaksana organisasi koperasi di lapangan. Jumlah Koperasi Karyawan yang telah melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) ada di Surabaya adalah 519 koperasi.
Yang dimaksud sampel adalah bagian dari populasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan (generalisasi) populasi. Menurut Sekaran (2006) sampel
adalah sebagian dari populasi, dimana sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan mempelajari sampel, peneliti akan menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian. Pengambilan sampel (sampling) adalah proses dengan memiliki sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat peneliti dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi. Menurut Sekaran (2006), alasan pengambilan sampel ini dikarenakan besarnya ukuran populasi yang tidak dimungkinkan untuk diambil keseluruhan karena terhalang oleh faktor waktu, biaya, dan sumber daya manusia lainnya.
Sampel terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari populasi yang kemudian dipakai untuk menarik kesimpulan tentang populasi yang diteliti. Penelitian dengan menggunakan sampel yang representative akan memberikan hasil yang mempunyai kemampuan untuk digeneralisasi. Kriteria sampel yang representative tergantung pada 2 (dua) aspek yang saling berkaitan, yaitu: akurasi dan presisi. Sampel yang akurat adalah sejauh mana statistik sampel dapat mengestimasi parameter populasi dengan tepat, sedangkan sampel yang presisi adalah sejauh mana hasil penelitian berdasarkan sampel dapat merefleksikan populasi dengan teliti.
Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan Rumus Slovin pada presisi 7,5% dengan perhitungan sebagai berikut:
n =
)
(
2 1 Ne
N Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (Riduwan, 2005).
n = ) 075 , 0 ( 2 519 1 519 n = 132 koperasi
Cara menentukan koperasi karyawan yang dipakai sebagai sampel adalah dengan metode simple random sampling (Sekaran, 2003) yaitu pengambilan sampel acak sederhana, karena 519 koperasi yang digunakan sebagai populasi penelitian memiliki kecenderungan homogen sehingga semua koperasi karyawan sebanyak 519 koperasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Teknik yang dipakai untuk memilih koperasi karyawan yang akan digunakan sebagai sampel adalah dengan cara diundi, yaitu masing-masing koperasi diberi nomor urut 1 sampai dengan 519, nomor-nomor tersebut dimasukkan ke dalam kotak kemudian diambil 132 koperasi secara acak, sehingga didapatkan 132 nama koperasi karyawan yang akan dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini. Koperasi-koperasi tersebut kemudian didata dan dicatat secara lengkap nama koperasi beserta alamatnya, sehingga memudahkan dalam melakukan pengumpulan data di lapangan nantinya. Dengan demikian dalam penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 132 koperasi karyawan di Surabaya yang telah diundi tersebut.
Untuk menentukan responden pada masing-masing koperasi, digunakan teknik proporsional, yaitu pada masing-masing koperasi diambil responden
sebanyak 4 orang, yang terdiri 1 orang ketua koperasi dan 3 orang karyawan koperasi (Sintani, 2010). Untuk Koperasi Karyawan yang jumlah karyawannya kurang dari 3 orang, karyawan tersebut tetap disurvey dan jumlah kekurangannya diambilkan dari responden karyawan dari Koperasi Karyawan yang jumlah karyawannya lebih dari 3 orang, sehingga seluruh jumlah responden karyawan koperasi tetap sebanyak 396 orang. Karyawan koperasi tersebut diambil yang sudah mempunyai masa kerja paling sedikit satu tahun, agar dapat memahami tentang kondisi kerja di koperasi tersebut. Sehingga jumlah seluruh responden dalam penelitian ini, yang terdiri dari ketua koperasi dan karyawan koperasi semuanya berjumlah 528 orang.
4. 4 Definisi Operasional Variabel
Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi operasional variabel eksogen dan endogen sesuai dengan kerangka konseptual penelitian:
1 Servant Leadership (X1) adalah kepemimpinan yang peduli atas pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya dan komunitasnya sehingga mendahulukan nilai pemberdayaan orang lain dibandingkan dengan pencapaian ambisi atau pola dan kesukaan dirinya. Servant Leadership dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator dan item (Wong and Page, 2003):
a. Orientasi karakter (X1.1), yaitu sikap tulus pimpinan dalam
membina karyawan (X1.1.1), sikap rendah hati pimpinan dalam
menerima kritik karyawan (X1.1.2), dan (X1.1.3) sikap melayani dan
b. Orientasi masyarakat (X1.2), yaitu memberi perhatian pada
pelanggan dan masyarakat sekitar (X1.2.1), melakukan kegiatan
yang berdampak pada kemandirian ekonomi masyarakat sekitar koperasi (X1.2.2), dan memberi kesempatan pada masyarakat sekitar
untuk menjalin kerjasama dengan koperasi (X1.2.3).
c. Orientasi tugas (X1.3), yaitu memiliki visi yang luas dan maju
untuk pengembangan koperasi di masa depan (X1.3.1), selalu
menyusun rencana kerja dan tujuan yang ingin dicapai koperasi
(X1.3.2), dan mampu menjadi pemimpin dalam menyelesaikan
pekerjaan (X1.3.3).
d. Orientasi proses (X1.4) yaitu mampu menjadi role model bagi
karyawan (X1.4.1), bersedia bekerjasama dan membentuk tim kerja
untuk menyelesaikan pekerjaan (X1.4.2), dan memberi peran
karyawan dalam pengambilan keputusan (X1.4.3)
2 Budaya Kerja (X2) adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh
anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan yang lain. Budaya Organisasi dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator dan item (Hofstede, 1980):
a. Penghindaran atas ketidak pastian (X2.1) yaitu karyawan berusaha
untuk menjaga dan mempertahankan organisasi terhadap penyimpangan ide (X2.1.1), dan karyawan menerima ide baru
b. Maskulin dan feminin (X2.2) yaitu karyawan pria lebih berprestasi
daripada karyawan wanita (X2.2.1), karyawan pria lebih berhasil
secara material daripada karyawan wanita (X2.2.2), dan karyawan
pria kurang menghargai persahabatan daripada karyawan wanita (X2.2.3)
c. Individualisme dan kebersamaan (X2.3.), yaitu kesanggupan
karyawan untuk menjaga diri dan kelompoknya dari gangguan luar organisasi (X2.3.1), dan kecenderungan karyawan untuk meminta
perlindungan pada organisasi terhadap gangguan dari luar organisasi (X2.3.2).
d. Jarak kekuasaan (X2.4), yaitu jauh dekatnya hubungan karyawan
dengan pusat kekuasaan/pimpinan (X2.4.1), dan distribusi
kekuasaan/ kewenangan karyawan dan pengaruhnya terhadap perilaku karyawan (X2.4.2)
3 Kepuasan Kerja (Y1) adalah sikap atau derajat sesuai atau tidak sesuai
terhadap berbagai dimensi yang berhubungan dengan pekerjaan. Dimensi-dimensi itu adalah (1) pekerjaan itu sendiri, (2) gaji, (3) kesempatan promosi, (4) pengawasan, dan (5) rekan kerja (Luthans, 2005).
a. Pekerjaan itu sendiri (Y1.1) terdiri dari: terbuka kesempatan belajar,
terbuka kesempatan menerima tanggungjawab, kecocokan dengan kemampuan, dan kecocokan dengan minat
b. Gaji (Y1.2), terdiri dari jumlah yang diterima, dan persepsi sistem
c. Kesempatan promosi (Y1.3) terdiri dari: terbuka kesempatan untuk
maju bagi semua karyawan, dan atasan yang mendorong pengembangan karir
d. Pengawasan (Y1.4), terdiri dari: kesediaan atasan mendiskusikan
masalah pekerjaan yang dihadapi pegawai, dan atasan memberi informasi cara menjalankan pekerjaan yang lebih baik
e. Rekan kerja (Y1.5) terdiri dari: kesediaan rekan kerja
mendiskusikan teknis pelaksanaan kerja, dan kesediaan rekan kerja membantu secara teknis pelaksanaan kerja yang lebih baik
4 Kinerja Organisasi (Y2) adalah pencapaian hasil kerja organisasi koperasi yang
diukur dengan menggunakan pendekatan pemeringkatan koperasi yang berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 22/PER/M.KUMK/IV/2007 yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06/PER/M.KUMK/III/2008 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi, meliputi 6 (enam) aspek, yaitu :
a. Badan usaha aktif (Y2.1) yang ditunjukkan dengan berjalannya
mekanisme manajemen koperasi, seperti rapat anggota tahunan (RAT), audit, proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, aktivitas bisnis berjalan, dan ketaatan terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
b. Kinerja usaha yang semakin sehat (Y2.2) yang ditunjukkan dengan
dana, penambahan asset, peningkatan volume usaha, peningkatan kapasitas produksi, dan peningkatan keuntungan.
c. Kohesivitas dan partisipasi anggota (Y2.3) yang ditunjukkan dengan
keterikatan anggota terhadap anggota lain maupun terhadap organisasi, dalam hal rasa tanggung renteng atau kemauan untuk berbagai resiko (risk sharing), tingkat pemanfaatan pelayanan koperasi, serta ukuran- ukuran kuantitatif lainnya, seperti rasio peningkatan jumlah anggota, prosentse kehadiran dalam rapat anggota, prosentase pelunasan simpanan wajib, dan prosentase besaran simpanan sukarela.
d. Orientasi pada pelayanan anggota (Y2.4) yang ditunjukkan dengan
seberapa besar kesesuaian antara layanan koperasi dengan kepentingan anggota, dimana koperasi mampu memberi layanan seperti yang dibutuhkan oleh para anggotanya.
e. Pelayanan kepada masyarakat (Y2.5) yang ditunjukkan dengan
seberapa jauh usaha yang dijalankan koperasi dapat menyerap tenaga kerja setempat serta seberapa banyak jumlah layanan koperasi yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum termasuk peran koperasi ikut mereduksi kemiskinan masyarakat setempat. f. Kontribusi terhadap pemerintah daerah (Y2.6) yang ditunjukkan
dengan ketaatan koperasi sebagai wajib pajak dalam membayar pajak serta berbagai bentuk dukungan sumberdaya terhadap kegiatan pembangunan daerah.
Berdasarkan uraian variabel, indikator dan design instrument penelitian diatas maka konseptual penelitian dapat diringkas seperti dalam Tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Variabel , Indikator dan Design Instrumen Konseptual Penelitian
No Variabel Indikator Item No
Item
1 Servant
Leadership (X1)
X1.1 Orientasi Karakter
X1.1.1 sikap membina karyawan
1 X1.1.2 rendah hati pimpinan dalam
menerima kritik karyawan 2 (Wong and Page,
2003)
X1.1.3 Sikap melayani dan membuat senang karyawan untuk menyelesaikan tugas
3 X1.2 Orientasi
Masyarakat
X1.2.1 memberi perhatian pada pelanggan dan masyarakat sekitar 4 X1.2.2 melakukan kegiatan yang
berdampak pada kemandirian ekonomi masyarakat sekitar koperasi
5 X1.2.3 memberi kesempatan pada
masyarakat sekitar untuk menjalin kerjasama dengan koperasi
6 X1.3 Orientasi
Tugas
X1.3.1 memiliki visi yang luas dan maju untuk pengembangan koperasi di masa depan
7 X1.3.2 selalu menyusun rencana kerja dan
tujuan yang ingin dicapai koperasi
8 X1.3.3 mampu menjadi pemimpin dalam
menyelesaikan pekerjaan 9 X1.4 Orientasi
Proses
X1.4.1 mampu menjadi role model bagi
karyawan 10
X1.4.2 bersedia bekerjasama dan membentuk tim kerja untuk menyelesaikan pekerjaan
11 X1.4.3 memberi peran karyawan dalam
pengambilan keputusan 12 Dilanjutkan halaman berikutnya,
Tabel 4.1 Lanjutan
No Variabel Indikator Item No
Item 2 Budaya Organisasi (X1) X2.1 Penghindaran atas ketidakpastian
X2.1.1 karyawan berusaha untuk menjaga dan
mempertahankan organisasi terhadap penyimpangan ide
13
(Hofstede ,1980) X2.1.2 karyawan menerima ide baru dengan hati-hati.
14 X2.2 Maskulin dan
feminin.
X2.2.1 karyawan pria lebih
berprestasi daripada karyawan
wanita 15
X2.2.2 karyawan pria lebih berhasil secara material daripada
karyawan wanita 16
X2.2.3 karyawan pria kurang menghargai persahabatan
daripada karyawan wanita. 17 X2.3 Individualisme
dan kebersamaan
X2.3.1 kesanggupan karyawan untuk menjaga diri dan
kelompoknya dari gangguan luar organisasi
18
X2.3.2 kecenderungan karyawan untuk meminta perlindungan pada organisasi terhadap gangguan dari luar organisasi
19
X2.4 Jarak kekuasaan X2.4.1 jauh dekatnya hubungan karyawan dengan pusat
kekuasaan/pimpinan 20
X2.4.2 distribusi
kekuasaan/kewenangan karyawan dan pengaruhnya
terhadap perilaku karyawan 21
Tabel 4.1 Lanjutan
No Variabel Indikator Item No
Item 3 Kepuasan Kerja (Y1) Y1.1 Pekerjaan itu sendiri Y1.1.1 terbuka kesempatan belajar 22 (Luthans, 2005).
Y1.1.2 terbuka kesempatan menerima
tanggungjawab 23
Y1.1.3 kecocokan dengan
kemampuan 24
Y1.1.4 kecocokan dengan minat
25 Y1.2 Gaji Y1.2.1 jumlah yang diterima 26 Y1.2.2 persepsi sistem pengajian 27 Y1.3 Kesempatan
Promosi
Y1.3.1 terbuka kesempatan untuk
maju bagi semua karyawan 28 Y1.3.2 atasan yang mendorong
pengembangan karir 29
Y1.4 Pengawasan Y1.4.1 kesediaan atasan mendiskusikan masalah pekerjaan yang dihadapi pegawai
30
Y1.4.2 atasan memberi informasi cara menjalankan pekerjaan
yang lebih baik 31
Y1.5 Rekan Kerja Y1.5.1 kesediaan rekan kerja mendiskusikan teknis
pelaksanaan kerja 32
Y1.5.2 kesediaan rekan kerja membantu secara teknis pelaksanaan kerja yang lebih baik
33
Tabel 4.1 Lanjutan
No Variabel Indikator Item No
Item 4 Kinerja Organisasi
(Y2)
Y2.1 badan usaha aktif Y2.1.1 mekanisme manajemen
koperasi 1
Y2.1.2 pengawasan koperasi
2 Y2.1.3 rencana kerja dan RAPB
3 Y2.2 kinerja usaha Y2.2.1 struktur permodalan
4 yang semakin
sehat
Y2.2.2 kemampuan penyediaan dana 5 Y2.2.3 penambahan asset 6 Y2.2.4 volume usaha 7 Y2.2.5 kapasitas produksi 8 Y2.2.6 keuntungan koperasi 9 Permen Kop dan
UKM nomor 22/PER/M.KUMK /IV/2007 Y2.3 kohesivitas dan partisipasi anggota
Y2.3.1 keterikatan anggota terhadap anggota lain maupun terhadap
organisasi 10
Dan Permen Kop Y2.3.2 transaksi anggota di koperasi 11 dan UKM nomor
06/PER/M.KUMK /III/2008
Y2.4 orientasi pada pelayanan anggota
Y2.4.1 hubungan pelayanan koperasi dengan kepentingan anggota 12 Y2.5 pelayanan kepada
masyarakat
Y2.5.1 penyerapan tenaga kerja
setempat 13
Y2.5.2 layanan koperasi yang dapat dinikmati oleh masyarakat
umum 14 Y2.5.3 mereduksi kemiskinan masyarakat setempat. 15 Y2.6 kontribusi terhadap pemerintah daerah
Y2.6.1 ketaatan koperasi sebagai wajib pajak
16 Y2.6.2 dukungan sumberdaya
terhadap kegiatan
pembangunan daerah. 17 Sumber : Diolah peneliti (2013)
4.5 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 4.5.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, dengan metode pengumpulan data kuesioner maupun data yang diperoleh secara resmi oleh instansi yang berkompeten. Data primer diperoleh dari subyek penelitian yaitu responden pada koperasi karyawan di kota Surabaya. a Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari survei lapangan dengan responden yang ada di koperasi karyawan yang dikumpulkan melalui kuesioner penelitian. Data primer diperlukan untuk mendapatkan keterangan yang berupa persepsi responden yang berkaitan dengan variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini. Data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
b Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini adalah data pendukung uraian latar belakang permasalahan dari instansi terkait maupun dari website hasil browsing melalui internet. Data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait, yaitu Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Propinsi Jawa Timur antara lain berupa Peraturan Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi, Data Keragaan Koperasi dan data lain yang terkait dengan penelitian ini, sedangkan data sekunder dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Surabaya antara lain data keragaan koperasi karyawan yang ada di Surabaya serta data lain yang
berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder juga diperoleh dari sumber lain, digunakan sebagai bahan untuk melengkapi informasi pada penelitian ini.
4.5.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak (hubungan) antara peneliti dengan responden penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mendapatkan data dilakukan dengan cara pengumpulan data dalam metode survei yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan teknik kuesioner (Indriantoro dan Supomo, 2002).
Teknik kuesioner merupakan cara pengumpulan data penelitian dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden, dimana pertanyaan tersebut berkaitan dengan variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner. Kuesioner didistribusikan peneliti dengan cara diberikan langsung oleh peneliti dibantu tenaga lapangan di beberapa lokasi penelitian yang terpencar. Peneliti atau petugas lapangan yang menemui responden akan memandu secara langsung cara pengisian kuesioner dihadapan responden, bilamana diperlukan akan memberikan penjelasan terkait dengan maksud pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Dengan demikian responden memahami maksud pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Penelitian ini megunakan 2 (dua) macam kuesioner, yaitu kuesioner yang akan diisi oleh karyawan koperasi dan kuesioner lainnya akan diisi oleh ketua
koperasi. Kuesioner yang ditujukan kepada karyawan koperasi berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan variabel Servant Leadership, budaya organisasi dan kepuasan kerja, sedangkan kuesioner yang diisi oleh ketua koperasi berkaitan dengan kinerja organisasi.
Hasil kuesioner yang diperoleh dari lapangan selanjutnya diverifikasi mengenai kelengkapan jawaban yang diberikan responden, apabila masih terdapat jawaban yang belum lengkap maka perlu dilengkapi lagi. Apabila semua kuesioner sudah dinyatakan lengkap, kemudian jawaban dalam kuesioner tersebut akan dikonversi menjadi angka-angka, tabel-tabel, analisis statistik, dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Selanjutnya analisis data kuantitatif dilandaskan pada hasil kuesioner itu.
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk a). mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, dan b). mendapatkan informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. Informasi yang ingin didapatkan dari kuesioner adalah yang berkaitan dengan variabel-variabel yang saling berhubungan (interrelated variables) meliputi Servant Leadership, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja Organisasi.
4.6 Teknik Analisis Data
Metode Statitik Inferensial yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Alasan menggunakan metode tersebut dengan pertimbangan bahwa hubungan kausal yang dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan model yang tidak sederhana (kompleks). Bentuk hubungan kausal seperti ini membutuhkan analisis yang mampu menjelaskan
secara simultan tentang hubungan tersebut sehingga metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). 4.6.1 Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif memberikan gambaran terhadap data lapangan secara deskriptif dengan cara menginterpretasikan data primer ke dalam tabulasi. Analisis deskriptif ini bertujuan: (1) memperoleh gambaran tentang kondisi dari variabel-variabel yang diteliti yaitu Servant Leadership, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja Organisasi, (2) mengidentifikasi karakteristik untuk masing-masing variabel dalam bentuk frekuensi dan persentase, (3) untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik responden pada obyek penelitian. Sehingga diperolehdistribusi frekuensi dari hasil tabulasi skor jawaban responden. Pengukuran variabel penelitian ini menggunakan skala Diferensial Semantik pada 5 (lima) kategori dalam bentuk pertanyaan pada tiap butir pertanyaan instrumen penelitian (Sekaran, 2006).
Pada atribut bipolar (berkutub dua) dalam skala semantik diidentifikasi, dimana responden diminta untuk menunjukkan sikap mereka pada hal yang bisa disebut sebagai jarak semantik (semantic space) terhadap individu, obyek atau kejadian tertentu pada masing-masing atribut. Dimana skala diferensial semantik dipakai untuk menilai sikap responden yang bisa diatur (plotted) untuk mendapatkan ide mengenai persepsi responden. Pengukuran variabel dengan memakai skala diferensial semantik akan menghasilkan skala interval seperti yang disyaratkan pada analisis data menggunakan SEM atau Structural Equation Modeling (Sekaran, 2006).
4.6.2 Skala Deferensial Sematik
Data penelitian ini menggunakan skala diferensial semantik, dimana skala tersebut akan menghasilkan skor bernilai 1 hingga 5, dari katagori sangat rendah sampai sangat tinggi. Kemudian untuk mengkategorikan rata-rata jawaban respoden dibuat skala interval yang dihitung dari skor tertinggi yang dikurangi skor terendah dibagi lima, diperoleh interval untuk kategori sebesar 0,80, dengan demikian kategori jawaban respoden ditentukan berdasarkan skala diferensial sematik dengan katagori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi (Riduwan,2005), seperti nampak pada Tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Kategori Skor Berdasarkan Kategori Jawaban Responden No Skala Kategori
Jawaban
Skor Kategori Skor (contoh) 1 2 3 4 5 1,00 – 1,80 1,81 - 2,60 2,61 - 3,40 3,41 - 4,20 4,21 - 5,00 1 2 3 4 5 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sumber : Riduwan (2005)
4.6.3 Metode Analisis Statistik Inferensial
Metode Analisis Statistik Inferensial memfokuskan pada bidang kajian analisis dan interpretasi data untuk menarik kesimpulan. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan dengan menggunakan data sampel yang diperoleh. Metode Statitik Inferensial yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Pada penelitian ini menggunakan analisis SEM berdasarkan atas beberapa alasan sebagai berikut: pertama, penelitian ini ingin menguji model secara struktural,
menguji pengaruh dua variabel eksogen yaitu Servant Leadership (X1) dan
Budaya Organisasi (X2) terhadap dua variabel endogen yaitu Kepuasan Kerja
(Y1), dan Kinerja Organisasi (Y2). Secara terperinci, penelitian ini menguji secara
simultan 1). pengaruh Servant Leadership (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y1), 2).
pengaruh Budaya Organisasi (X2) terhadap Kepuasan Kerja (Y1), 3). pengaruh
Servant Leadership (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y2), 4). pengaruh Budaya
Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y2), dan 5). pengaruh Kepuasan
Kerja (Y1) terhadap Kinerja Organisasi (Y2), 6). pengaruh Servant Leadership
(X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y2) melalui Kepuasan Kerja (Y1), 7). pengaruh
Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y2) melalui Kepuasan Kerja
(Y1).
Alasan kedua yaitu pada penelitian ini seluruh variabel melibatkan variabel yang bersifat unobservable (latent variable), yaitu variabel tidak dapat diukur secara langsung melalui indikator, sehingga harus dilakukan teknik analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA). Akan tetapi dalam SEM dapat dilakukan teknik yang identik dengan CFA yaitu Structural Equation Modeling (SEM) dalam model pengukuran. Sehingga kedua alasan inilah yang memperkuat peneliti untuk menggunakan teknik analisis SEM sebagai alat yang tepat untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu model yang dibangun adalah dalam bentuk terstruktur (memiliki lebih dari satu variabel endogen atau variabel dependent, dan antar persamaan dalam model SEM saling berkaitan), dan kedua adalah seluruh variabel dalam bentuk unobservable (latent variable), sehingga perlu dilakukan model
pengukuran, yang keseluruhan dapat terselesaikan melalui teknik analisis Structural Equation Modeling (SEM).
Seperti diketahui bahwa metode model persamaan struktural (SEM) merupakan kumpulan teknik-teknik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan. Hubungan yang rumit tersebut dapat berbentuk antara satu atau beberapa variabel dependent dengan satu atau beberapa variabel independent. Masing-masing konstruk dibangun dari beberapa variabel indikator (Ferdinand,2006).
Semua data yang diperoleh dari responden yang di jadikan sebagai sampel penelitian melalui kuesioner yang di sebarkan, akan dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) berdasarkan program AMOS 16 dan SPSS 16. Program AMOS menunjukkan pengukuran masalah yang struktural, dan digunakan untuk menguji model hipotesis. Hal ini disebabkan adanya kemampuan untuk: memperkirakan koefisien yang diketahui dari persamaan linier struktural, mengakomodasi model yang merupakan variabel laten, mengakomodasi kesalahan pengukuran pada variabel dependen dan independen, mengakomodasi peringatan timbal balik simultan dan saling ketergantungan.
Langkah-langkah pembentukan model persamaan struktural dalam penelitian ini antara lain digunakan beberapa pengembangan, validitas Reabilitas Instrumen Penelitian, Evaluasi kriteria Goodness of Fit, Pengujian Asumsi Model SEM dan Pengujian Model Struktural (Hair,2006) adalah sebagai berikut:
4.6.4 Pengembangan Model Berbasis Teori
Pengembangan model teoritis dilakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan dikembangkan. Structural Equation Modeling (SEM) digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis tersebut melalui data empirik. Metode ini merupakan sebuah confirmatory technique. Teknik ini merupakan teknik menguji teori baru atau teori yang sudah dikembangkan dan yang akan diuji lagi secara empiris. Pengujian ini dapat dilakukan dengan mempergunakan SEM, tetapi SEM tidak dipergunakan untuk membentuk hubungan kausalitas baru, melainkan dipergunakan untuk menguji pengembangan kausalitas yang sudah ada teori yang menguatkan.
4.6.5 Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram)
Pada model teori yang telah dibangun pada tahap pertama akan digambarkan dalam sebuah diagram jalur, yang akan mempermudah untuk melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. Dalam diagram alur, hubungan antar konstruk akan dinyatakan melalui anak panah. Anak panah yang lurus menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstruksi dengan konstruksi lainnya, sedangkan garis-garis lengkung antar konstruk dengan anak panah pada setiap ujungnya menunjukkan korelasi antara konstruksi. Pengukuran hubungan antar variabel dalam SEM dinamakan structural model.
Berdasarkan landasan teori maka dibuat diagram jalur untuk SEM (structural model) sebagai berikut :
Servant Leadership (X1)
Budaya Oganisasi (X2)
Kepuasan Kerja (Y1) Organisasi (Y2)Kinerja X1.2 X1.1 X1.3 X1.4 X2.2 X2.1 Y1.2 Y1.3 Y1.1 Y1.4 Y1.5 Y2.2 Y2.1 Y2.3 X2.4 X2.3 Y2.4 Y2.5 Y2.6
Gambar 4.1.: Diagram jalur untuk SEM Structural dan Measurement Model Sumber : Diolah Peneliti
Dalam mengukur variabel penelitian dikembangkan dari indikator sebagai observable variable (manifest variable) berikut: (dalam terminologi SEM, unobservable variable digambarkan dalam bentuk elips, dan observable variable atau variabel manifest digambarkan dalam bentuk kotak/persegi). Latent variable di bentuk dari indikatornya dengan menggunakan teknik Confirmatory Factor Analysis. Dalam SEM, pengukuran indikator ke variabel dinamakan measurement model.
Konversi diagram alur ke dalam persamaan struktural dan model pengukuran. Persamaan yang di dapat dari diagram alur yang dikonversi terdiri dari:
1. Persamaan struktural (structural equation), yang dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk.
2. Persamaan spesifik model pengukuran (measurement model), dimana harus ditentukan variabel yang mengukur konstruk dan menentukan serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesakan antar konstruk
Berangkat dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu maka persamaan struktural yang akan dicari dan diuji koefisiennya adalah sebagai berikut:
Y1 = 1 X1 + 2 X2 + 1
Y2 = 3 X1 + 4 X2 + 1Y1 + 2
Keterangan:
(Gama) = koefisien pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen
(Beta) = koefisien pengaruh variabel endogen terhadap variabel endogen
(Zeta) = galat model
4.6.6 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian
Untuk menguji instrumen penelitian yang akan digunakan untuk pengumpulan data, maka perlu dilakukan uji coba pada pada sebagian responden, yaitu sebesar 30 responden karyawan koperasi dan 10 responden ketua koperasi. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir pertanyaan dalam instrumen penelitian. Didalamnya juga untuk mendiskusikan beberapa pertanyaan yang sulit dipahami atau dimengerti oleh responden. Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing butir pertanyaan dalam instrumen penelitian mampu mengukur variabel penelitian yang ditetapkan. Sebuah instrumen dikatakan valid, jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Indriantoro dan Supomo, 2002). Juga validitas menunjukkan sejauh mana alat
pengukur untuk mengukur apa yang diukur (Ancok dalam Singarimbun dan Efendi, 1995).
Menurut Indriantoro dan Supomo (2002), hasil penelitian valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Bungin (2011) mengatakan bahwa untuk mengetahui valid tidaknya suatu item instrumen adalah dengan membandingkan indeks korelasi product moment Pearson dengan level signifikansi 5% dengan nilai kritisnya, di mana r dapat digunakan rumus:
rxy =
2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan : rxy = skor korelasi n = banyaknya sampel X = skor item pertanyaan Y = skor total itemBila nilai p-Value (sig) dari hasil korelasi lebih kecil dari 0.05 maka dinyatakan valid dan sebaliknya dinyatakan tidak valid (Indriantoro dan Supomo, 2002).
Instrumen reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk menguji digunakan Alpha Cronbach dengan rumus (Bungin, 2011) :
r11=
2 t 2 b 1 1 k kDimana :
r11 = reliabilitas instrumen (koefisien Alpha Cronbach)
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
b2 = jumlah varians butir t2 = varians total
Instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki koefisien keandalan reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih (Bungin, 2011).
4.6.7 Evaluasi kriteria Goodness of Fit
Tahap ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit. Berikut ini beberapa indeks kesesuaian dan cut-off value untuk menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak, seperti yang disyaratkan.
1. X2-Chi-square statistik, dimana model dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar p>0.05 atau p>0.10.
2. RMSEA (The root Mean Square Error of Approximation), yang menunjukkan goodness of fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam polulasi (Hair, 1992:138). Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom.
3. GFI (Goodness of Fit Index), adalah ukuran non statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah ‘better fit’. 4. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), dimana tingkat penerimaan yang
direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90.
5. CMIN/DF, adalah The Minimum Sample Discrepancy Function yang dibagi dengan Degree of Freedom. CMIN/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X2 dibagi DFnya disebut X2 relatif. Bila nilai X2 relatif kurang dari 2.0 atau 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. 6. TLI (Tucker Lewis Index), merupakan incremental index yang
membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah base line model, dimana nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah 0,95 (Ferdinand, 2006) dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit .
7. CFI (Comparative Fit Index), dimana bila mendekati 1, mengindikasi tingkat fit yang paling tinggi merurut (Arbuckle, 1997 dalam Solimun, 2009). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI 0,95.
Dengan demikian untuk menguji terhadap kesesuaian model melalui goodness of fit dengan indeks-indeks tersebut maka dapat dibuat tabel untuk melihat kreteria yang ditentukan, maka indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model adalah seperti dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.3
Kriteria Goodness of Fit
Goodness of fit index Cut-of
value Keterangan
Significaned Probability 0.05
Nilai Sig Prob 0.05 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak
RMSEA ≤ 0.08
Nilai RMSEA ≤ 0.08 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak
GFI 0.90
Nilai GFI 0.90 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak
AGFI 0.90
Nilai AGFI 0.90 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak
CMIN/DF ≤ 2.00
Nilai CMIN/DF ≤ 2.00 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak
TLI 0.95
Nilai TLI 0.95 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak
CFI 0.95
Nilai CFI 0.95 mengindikasikan model SEM yang diperoleh adalah layak
Sumber : Ferdinand (2006)
4.6.8 Pengujian Asumsi Model SEM
Prinsip uji hipotesis asumsi model, yaitu asumsi yang berkaitan dengan model dan asumsi yang berkaitan dengan pendugaan parameter dan pengujian hipotesis yang dijelaskan berikut.
1. Asumsi linieritas yaitu asumsi yang menghendaki semua hubungan berbentuk linier. Uji linearitas, untuk memeriksanya dapat dilakukan dengan membuat diagram pencar (scatter diagram) atau pendekatan curve fit (pada software SPSS). Pengujian asumsi linieritas menggunakan metode curve fit yang dilakukan dengan software SPSS. Rujukan yang digunakan adalah jika nilai Sig model Linier < 0.05 maka asumsi linieritas dapat dipenuhi.
2. Asumsi tidak adanya outlier (pencilan). Outlier merupakan observasi yang muncul dengan nilai ekstrim secara univariate maupun multivariate, karena kombinasi karakteristik unik dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi lainnya. Outlier muncul dengan empat (4) kategori berikut.
a. Outlier bisa muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam memasukkan data atau kesalahan dalam memberi kode data yang ada.
b. Outlier bisa muncul karena keadaan khusus yang memungkinkan profil data menjadi lain, khusus yang memungkin profil data menjadi lain, tetapi peneliti mempunyai penjelasan mengenai apa yang menyebabkan munculnya nilai ekstrim.
c. Outlier bisa muncul karena adanya sesuatu alasan, tetapi tidak dapat diketahui perihal penyebab munculnya ekstrim tersebut. d. Outlier bisa muncul dalam rentang nilai yang ada, tetapi apabila
dikombinasikan dengan variabel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim, yang disebut dengan multivariate outlier, maka menggunakan metode pengujian Mahalanobis distance.
3. Asumsi normalitas sebaran, yaitu data yang akan dianalisis (variabel latent) dengan menyebar normal (normal ganda). Dengan sampel yang besar (lebih dari 100), asumsi ini tidak terlalu kritis, landasannya adalah Dalil Limit Pusat (Central Limit Theory), yaitu jika n (sample
size) besar maka statistik dari sampel tersebut akan mendekati distribusi normal walaupun populasi dari mana sampel tersebut diambil tidak terdistribusi normal. Pada penelitian ini, jumlah sampel sebesar 528 responden, sehingga dapat dikatagorikan sebagai distribusi normal.
4.6.9 Pengujian Model Struktural: Uji Hipotesis Penelitian
Setelah model tersebut memenuhi syarat, maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah uji regression weight / loading faktor. Uji ini dilakukan sama dengan uji t terhadap regression weight /loading faktor/ koefisien model, pengujian ini dilakukan terhadap:
1. Hipotesis mengenai measurement model:
Parameter Lambda (), yaitu parameter yang berkenaan dengan pengukuran variabel laten berdasarkan variabel manifes (berkaitan dengan validitas instrumen). Hipotesis yang di uji:
H0 : i = 0 (tidak signifikan)
H1 : i> 0 (signifikan)
2. Hipotesis mengenai structural model:
a. Parameter Gama (), yaitu parameter pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen dalam structural model.
Hipotesis yang di uji: H0 : i = 0 (tidak signifikan)
b. Parameter Beta (), yaitu parameter pengaruh variabel endogen terhadap variabel endogen dalam structural model. Hipotesis yang di uji:
H0 : i = 0 (tidak signifikan)