• Tidak ada hasil yang ditemukan

sebesar 93,333%. Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran air pada saluran tersebut sangat baik karena proses kehilangan air yang terjadi selama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "sebesar 93,333%. Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran air pada saluran tersebut sangat baik karena proses kehilangan air yang terjadi selama"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

35

sebesar 93,333%. Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran air pada saluran tersebut sangat baik karena proses kehilangan air yang terjadi selama penyaluran sangat rendah.

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa

1. Kehilangan Air di Saluran Irigasi Primer BSP 1 (Bangunan Seluran Pesongoran) sebesar 0,099 m3/det dan BSP 2 (Bangunan Saluran Pesongoran) sebesar 0,022 m3/det.

2. Penyebab kehilangan air BSP 1 di sebabkan faktor evapotranspirasi 0,000472 m3/detik, perkolasi 0,00019 m3/detik, rembesan 0.0983 m3/detik dan tingkat efisiensi diperoleh 40% kondisi ini menunjukkan kinerja saluran sangat buruk. Pada BSP 2 besar kehilangan air di sebabkan faktor evapotraspirasi 0,000444 m3/detik, perkolasi 0,0141 m3/detik, rembesan 0,0074 m3/detik dan efisiensi BSP 2 93,333%. hal ini menunjukkan bahwa penyaluran air pada saluran sangat baik karena proses kehilangan air yang terjadi selama penyaluran sangat rendah. 5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan:

1. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan perbandingan tingkat kehilangan air di saluran sekunder pada saluran yang sudah di beton dengan saluran tanah.

(2)

36

2. Kepada lembaga terkait untuk melalukan peningkatan terhadap kinerja saluran untuk mengurangi kehilangan air perlu di lakukan perbaikan saluran mengingat tingginya tingkat kehilangan air melalui rembesan.

DAFTAR PUSTAKA

Adhiatma, 2014. Studi Pola Pemberian Air Irigasi Berdasakan Faktor Jarak Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Air Di Daerah Irigasi

Kedungkang Kabupaten Malang. Malang.

Anggrahini, 1996. Hidrolika Saluran Terbuka. PT Dieta Pratama. Surabaya

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengolahan Daera Aliran Sungai. UGM-Press. Yogyakarta.

Bardan, M.,2014. Irigasi. Penerbit Graha Ilmu.

Direktorat Jendral Pengairan Departemen Pekerjaan Umum.(1986). Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan (KP-03). (Bandung: Galang Persada).

Djarwati, 2008. Komprasi Kofisien Permeabilitas(K) Pada Tanah Kohesif, Medis Teknik Sipi, Surakarta.

Ginting, S.A.S., 2013. Kajian Saluran Irigasi Tersier Di Desa Sei Beras Sekata Daerah Irigasi. Jurnal Teknologi Pertanian.

Israelsen, W.O.,dan Hasen, 1996. Dasar-Dasar Praktek Irigasi. Terjemahan Erlangga Jakarta.

Madina, 2015. Curahan Waktu Kerja Petani Pada Usaha Tani Sawah di

Kecamatan paguyuan Kabupaten Boalemo, Skripsi S1 Pertanian

Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Negri Gorongtalo. Gorongtalo

Kartasapoetra, A. G., dan M, Sutedjo, 1991. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi, Bumi Aksara.

Kartasapoetra, A. G., dan Sutedjo, M., 1994. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi, Bumi Aksara.

(3)

37

Kodoatie R.J. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur, Jokjakarta: Pustaka Pelajar

Linsley Ray R. Joseph B. Franzini, 1985. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga.

Sundari I., 2014. Analisis Koefiensi Rembesan Pada Saluran Irigasi Tersier Di Desa SeiBeras Sekata Daerah Irigasi Medan Kriokecamatan Sunggar Kabupaten Dali Serdang, Skripsi Ketehnikan Pertanian Universitas Sumatra Utara.

.

Tim Penelitian Water Management, IPB.,1993. Laporan Penelitian Management Tipe “C” dan”D” Mengenai Kehilangan Air Pada Jaringan Utama dan pada Petak Tersier Di Daerah Irigasi Manubulu Kabupaten Kupang. Bogor.

Wiganti, S., 2006. Analisis Hubungan Debit dan Kehilangan Air pada Saluran Irigasi Tersie Didaerah Irigasi Punggur Utara Ranting Dinas Pengairan Punggur Lampung Tenggah. Jurnal Tehnik Pertanian Universitas Lampung.

Wusunahardja, P.J. 1991. Efisiensi dan Kehilangan Air Irigasi.Jurnal Informasi Teknik,

(4)

38

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Luas Penampang Saluran Irigasi Primer Nama Saluran Luas Penampang Saluran (m2)

Hulu Hilir BSP 1 1,116 0,1425 BSP 2 2,1462 0,6204 Contoh Perhitungan

a(n) =

d (n) + d (n+1)

x b (n)

2 Ket : a (n) = Luas seksi A

d (n) = kedalaman saluran titik n d (n+1)= kedalaman saluran titik n+1 b (n) = lebar seksi

n = jumlah titik uji Dik : d (n) = 0 d (n) 1 = 30 cm = 0,3 m d (n) 2 = 42 cm = 0,42 m d (n) 3 = 46 cm = 0,46 m d (n) 4 = 37 cm = 0,37 m d (n) 5 = 0 b (n) (interval Pengukuran) = 72 cm = 0,72 m Penyeselesian: a(n) 1 = d (n )0 + d(n)1 x b (n) 2 = 0 + 0,3 x 0,72 2 =0,3 x 0,72 2 = 0,108 m2

(5)

39 a(n) 2 = d (n)1 + d (n) 2 x b (n) 2 = 0,3+ 0,42 x 0,72 2 = 0,72 x 0,72 2 = 0,2592 m2 a (n) 3 = d (n) 2 + d (n) 3 x b (n) 2 = 0,42 + 0,46 x 0,72 2 = 0,88 x 0,72 2 = 0,3168 m2 a (n) 4 = d (n) 3 + d (n) 4 x b (n) 2 = 0,46 + 0,37 x 0,72 2 = 0,83 x 0,72 2 = 0,2988 m2 a (n) 5= d (n)4 + d (n)5 x b (n) 2 = 0,37 + 0 x 0,72 2 = 0,37 x 0,72 2 = 0,1332 m2 a Total = 0,108+0,2592+0,3168+0,2988+0,1332 = 1,116 m2

(6)

40

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Kecepatan Aliran Saluran Irigasi Primer Pesongoran Kota Mataram

Nama Saluran Kecepatan Aliran m/det

Hulu Hilir BSP 1 0,1481 0,465 BSP 2 0,154 0,498 Contoh Perhitungan Ket : V= kecepatan s = jarak t = waktu 1. Diket: s = 50 m t = 1,33 menit = 93 detik dit : V…? V = 50 m 93 detik = 0,537 m/det 2. Diket: s = 50 m t = 1,32 menit = 92 detik dit : V…? V = 50 m 92 detik = 0,543 m/det 3. Diket: s= 50 m t = 1,29 menit = 89 detik dit : V…? V = 50 m 89 detik = 0,561 m/det

V = S

t

(7)

41 V rata-rata = 0,537 + 0,543 + 0,561 x 0,85

3 = 1,642x 0,85

3

= 0,547 x 0,85 Koefisien pelampung (bezing,) = 0,465 m/det

(8)

42 Lampiran 3. Hasil Perhitungan Debit Aliran

Nama Saluran Debit Aliran m3/det

Hulu Hilir

BSP 1 0,165 0,066

BSP 2 0,330 0,308

Contoh Perhitungan

Ket: Q = debit aliran A = luas penampang V = Kecepatan Diket: A = 1,116 m2 V = 0,1481 m/detik Dit: Q….? Q = 1,116 x 0,1481 = 0,165 m3/detik

Q= A x V

(9)

43

Lampiran 4. Hasil Perhitungan Kehilangan Air

Nama Saluran Kehilangan Air m3/det

BSP 1 0,099

BSP 2 0,022

Contoh Perhitungan

K=

Ket : K = Kehilangan

In = debit air yang masuk On = debit air yang keluar Diket : In = 0,165 m3/detik On = 0,066 m3/detik Dit : K…? K = ∑ K = 0,165 – 0,066 = 0,099 m3/detik

(10)

44

Lampiran 5. Hasil Perhitungan Evapotranspirasi

Nama Saluran Evapotranspirasi m3/det

BSP 1 0,000472

BSP 2 0,000444

Contoh Perhitungan Konversi bulan ke hari

ET Bulan 150,6 31

= 4,858 mm/hari Konversi hari ke jam dan detik

4,858 24 Jam 4,858 Detik 4,858 86400 detik = 0,0000562 mm/detik Konversi mm ke meter 0,0000562 mm/detik Meter 0,0000562 100 = 0,0000006 m3/detik ETc = ETo x Kc

Ket ; ETc =Evapotranspirasi tanaman ETo=Evapotranspirasi potensial Kc = Koefisien tanaman

Dik; ETo = 0,0000006

(11)

45 Dit; ETc...? ETc =ETo x Kc = 0,0000006 x 0,85 = 0,0000005 ETS= ETC x A

Ket; ETs = Evapotranspirasi saluran

ETc = Evapotranspirasi tanaman A = luas saluran Dik; ETc = 0,0000005 A = 944 Dit; ETS ...? ETS = ETC x A ERS = 0,0000005x 944 = 0,000472

(12)

46

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Perkolasi Pada Daerah Irigasi Pesongoran Kota Mataram

Nama Saluran Perkolasi m3/det

BSP 1 0,025

BSP 2 0,033

Contoh Perhitungan

P

=

Dimana:

P = Laju perkolasi (mm/hari)

h1-h2 = beda tinggi air dalam silinder(mm)

t = selisih waktu pengamatan air dalam silinder (hari) U1: Dik: h1 = 20 cm – 0,2 m h2 = 17 cm – 0,17 m t = 2 jam penyelesaian P= = = 0,03 2 jam = 0,015 m/jam U2: Dik: h1 = 20 cm – 0,2 m h2 = 15 cm – 0,15 m t = 2 jam penyelesaian

(13)

47 P= = = 0,05 2 jam = 0,025 m/jam U3: Dik: h1 = 20 cm – 0,2 m h2 = 13 cm – 0,13 m t = 2 jam penyelesaian P= = = 0,07 2 jam = 0,035 m/jam U Rata-rata = U1+ U2 + U3 3 = 0,015 + 0,025 + 0,035 3 = 0,075 3 = 0,025 m/jam

(14)

48

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Rembesan Pada Daerah Irigasi Pesongoran Kota Mataram

Nama Saluran Rembesan m3/det

BSP 1 0,0983

BSP 2 0,0074

Contoh Perhitungan

Rembesan = (kehilangan air) – (P + E )

Dimana :

Kehilangan air = pengurangan debit air di hulu dengan debit air di hilir (m³/det)

P = Perkolasi (mm/hari) E = Evaporasi (mm/hari) A = Lebar dasar hulu x panjang saluran

Lebar dasar hilir

Perkolasi ( ) A=2 x 944 67 =0,029 x 944 =28,179 P ( ) m 2 = 0,00019 m3/dt Dik : P = 0,00019 m3/detik E = 0,450 m3/detik Kehilangan (K) = 0,099

(15)

49 Rembesan = K - (P+E)

= 0,099 m3/detik - (0,00019+ 0,000472) = 0,099 m3/detik – 0,000662 m3/detik

(16)

50

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Primer Daerah Irigasi Pesongoran Kota Mataram

Nama Saluran Efisiensi %

BSP 1 40 BSP 2 93,333 Contoh Perhitungan Ket :

Ef = Efisiensi saluran irigasi Onflow = Debit air yang keluar Inflow = Debit air yang masuk Dik : Onflow = 0,066 Inflow = 0,165 Dit : Ef = Debit onflow x 100% Debit inflow = 0,066 x 100% 0,165 = 0,4 x 100% = 40%

(17)

51

Lampran 9. Dokumentasi Penelitian Pada Daerah Irigasi Pesongoran Kota Mataram

(18)

52

(19)

53

Gambar Saluran BSP 2 Hulu

(20)

54

(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

Gambar

Gambar BSP 1 Hulu
Gambar BSP 1 Hilir
Gambar Saluran BSP 2 Hulu
Gambar Pengukuran Perkolasi Saluran Irigasi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya e- SPT Masa PPN yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang sebelumnya pengisian SPT Masa secara manual oleh wajib pajak, apakah

Tujuan pengomposan adalah (a) mempercepat proses pengomposan kotoran ternak sehingga dapat lebih cepat digunakan, (b) kompos organik yang dihasilkan berkualitas lebih tinggi

Skripsi yang berjudul: MINAT OLAHRAGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN PJOK DI MI DARUL ISTIQOMAH BANJARMASIN, Nama Achmad Firdaus,

Kedua, kita bisa kenali bersama bahwa nyatanya, secara faktual, Matius tidak hanya mengurusi uang pajak dari orang asing untuk Umat Allah, tetapi juga bekerjasama dengan orang

Adanya Survey Kepuasan Masyarakat, pada unit pelayanan instansi pemerintah, khususnya untuk pelayanan pengawasan perikanan sumberdaya kelautan perikanan di lingkup

Dengan adanya gangguan-gangguan yang ada di instalasi listrik 150 kV yang dapat menimbulkan potensi bahaya seperti kebakaran pada transformator, maka perusahaan perlu

Penambahan portal akan dilakukan di area Balai Bioteknologi untuk membatasi mobil yang parkir pada area dalam Balai Bioteknologi. SOP penggunaan mushola: dilakukan

Dengan kondisi barang modal yang menurun tentu akan memberi produktivitas yang kecil terhadap penggunaan infrastruktur tersebut.. Pembentukan