• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Hipertensi pada pasien Lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Hipertensi pada pasien Lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri Tahun 2018"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Hipertensi pada pasien Lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri Tahun 2018

Nur Fahma Lailli, Anggi Restyana Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan,

Universitas Kadiri Jalan Selomangleng No.1 Kota Kediri, Jawa Timur Email : nurf@unik-kediri.ac.id

ABSTRAK

Hipertensi dapat didefiniskan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri.

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan case control. Dalam menentukan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 84 responden dengan pembagian 42 untuk kelompok kasus dan 42 untuk kelompok kontrol. Variabel yang diteliti adalah usia, jenis kelamin, status perkawinan, riwayat keluarga, obesitas, konsumsi junk food, konsumsi soft drink, kebiasaan merokok, konsumsi kopi dan aktivitas fisik.

Berdasarkan analisis Bivariat, variabel yang berpengaruh dengan kejadian hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri adalah Status Perkawinan dengan nilai p value 0,032 (OR = 3,564; 95%CI= 1,118-11,363), Obesitas dengan p value 0,037 (OR= 3,379; 95%CI= 1,079-10,583), Konsumsi Kopi dengan nilai p value 0,000 (OR= 8,533; 95%CI= 2,572-28,304) dan Aktivitas Fisik dengan nilai p value 0,007 (OR= 5,133; 95%CI= 1,565-16,834).

Kesimpulan penelitian ini adalah variabel yang bukan merupakan faktor resiko kejadian hipertensi pada lansia adalah Usia, Jenis Kelamin, Riwayat Keluarga, Konsumsi Junk Food, Konsumsi Soft Drink dan Merokok. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada lansia agar selalu menjaga pola makan dan gaya hidup sehat serta mengontrol tekanan darah. Dan kepada petugas kesehatan agar selalu memberikan bimbingan dan penyuluhan dalam meningkatkan informasi mengenai hipertensi.

(2)

PENDAHULUAN

Hipertensi dapat didefiniskan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Hipertensi diakatakan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95- 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg dan hipertensi beraat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Padila, 2013). Hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun (6,3%), umur 45-54 tahun (11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%). (Kemenkes, 2017).

Bertambahnya umur pada lansia, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia. Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Hasil Riskesdas 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Angka prevalensi hipertensi pada lansia pada usia 55-64 tahun sebesar 45,9%,

usia 65-74 tahun sebesar 57,6% dan usia >75 tahun sebesar 63,8% . (Riskesdas 2013).

Meningkatnya prevalensi hipertensi pada umumnya disebabkan karena adanya perubahan gaya hidup, sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit- penyakit infeksi bergeser ke penyakit- penyakit chronic degeneratif. Salah satu penyakit chronic degeneratif diantaranya adalah penyakit tekanan darah tinggi (Darmojo, 1994). Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor tang tidak dapat dimodifikasi/tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, usia, genetik dan faktor yang dapat dimodifikasi/faktor yang dapat diubah seperti pola makan (junk food, asupan natrium, asupan lemak), kebiasaan olah raga dan lain-lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara bersama - sama (common underlying risk factor), dengan kata lain satu faktor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi (Depkes RI, 2003). Menurut Yundini (2006) saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup

(3)

masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya aktivitas fisik, merokok, alkohol, konsumsi kopi dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung banyak lemak, protein, dan tinggi garam tetapi rendah serat pangan, membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi. (Djauhar Arif, dkk, 2013).

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol (case control). Penelitian case control merupakan rancangan penelitian yang membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan. Pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi Rancangan penelitian ini dikenal dengan sifat retrospektif, yaitu rancang bangun dengan melihat ke belakang dari suatu kejadian yang berhubungan dengan kejadian kesakitan yang diteliti. Pada penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi pada lansia,

ada dua sampel pada penelitian ini yaitu kelompok kasus pada lansia yang menderita penyakit hipertensi baru maupun riwayat hipertensi sebelumnya dan kelompok kontrol pada lansia yang tidak menderita penyakit hipertensi.

Dalam penelitian ini variabel bebas (jenis kelamin, usia, riwayat keluarga, status perkawinan, konsumsi junk food, aktivitas fisik, merokok, konsumsi kopi, obesitas dan konsumsi soft drink) pengumpulan data menggunakan intrumen penelitian berupa kuesioner (daftar pertanyaan). Pertanyaan yang digunakan adalah angket tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab yang sudah ada (responden hanya memberikan tanda (v) pada jawaban yang telah disediakan). Analisis data menggunakan analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik dan analisis bivariate Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

(4)

Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Tabel 1. Hubungan Usia dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Usia Hipertensi OR 95%CI P

Kasus (N) % Kontrol (N) % Usia Lanjut tua 32 47,1 36 52,9 0,533 0,174-1,632 0,405 Usia Lanjut 10 62,5 6 37,5 Total 42 100,0 42 100,0

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2018 Berdasarkan tabel diatas dengan

menggunakan uji Chi Square menunjukkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,405 > α = 0,05 yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak, bahwa tidak ada hubungan antara Usia dengan Kejadian

Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri.

2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Tabel 2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Jenis Kelamin Hipertensi OR 95%CI P Kasus (N) % Kontrol (N) % Pria 24 48,0 26 52,0 0,821 0,343 -1,963 0,824 Wanita 18 52,9 16 47,1 Total 42 100,0 42 100,0

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2018

Persentase lansia berjenis kelamin pria lebih banyak pada kelompok kontrol (52,0%) daripada kelompok kasus (48,0%). Berdasarkan tabel diatas dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,824 > α = 0,05 yang berarti H0

diterima dan H1 ditolak, bahwa tidak ada hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

3. Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Tabel 3 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Riwayat Keluarga Hipertensi OR 95%CI P Kasus (N) % Kontrol (N) % Ada 31 60,8 20 39,2 6,129 1,240 – 7,751 0,025 Tidak Ada 11 33,3 22 66,7 Total 42 100,0 42 100,0

(5)

Berdasarkan tabel diatas dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,025 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima, bahwa ada hubungan antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri. Jadi, lansia yang memiliki riwayat keluarga hipertensi memiliki resiko sebesar 6,129 kali lebih besar daripada yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi (95%CI= 1,240-7,751). Riwayat keluarga

merupakan faktor bawaan yang menajdi pemicu timbulnya hipertensi, terutama hipertensi primer. Jika dalam keluarga seseorang ada yang hipertensi, ada 25% kemungkinan orang tersebut terserang hipertensi. Apabila kedua orang tua mengidap hipertensi, kemungkinan menderita hipertensi naik menjadi 60% Yana Kembuan (2013)

4. Hubungan Status Perkawinan dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Tabel 4. Hubungan Status Perkawinan dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota kediri

Status perkawinan Hipertensi OR 95%CI P Kasus (N) % Kontrol (N) % Cerai 25 62,5 15 37,5 2,647 1,096 -6,395 0,049 Menikah 17 38,6 27 61,4 Total 42 100,0 42 100,0

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2018.

Berdasarkan tabel diatas dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,049 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima, bahwa ada hubungan antara Status Perkawinan dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri. Jadi, lansia dengan Status Cerai memiliki resiko sebesar 2,647 kali lebih besar daripada lansia dengan status menikah (95%CI= 1,096- 6,395). Status perkawinan memiliki hubungan secara tidak langsung dengan status kesehatan

termasuk hipertensi melalui faktor resiko perilaku (pola hidup) maupun stres. Selain itu juga berhubungan secara langsung dengan sistem kardiovaskuler, endokrin, kekebalan tubuh, saraf sensorik dan mekanisme fisiologik lainnya. Hipertensi lebih beresiko pada mereka yang berstatus janda atau duda karena kehilangan pasangan atau orang yang dicintai merupakan stres kehidupan yang paling berat dan dapat disertai dengan kemungkinan terkenanya penyakit serta kematian (Ananda Shenia 2011).

(6)

Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Tabel 5 Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota kediri

Obesitas Hipertensi OR 95%CI P

Kasus (N) % Kontrol (N) % Obesitas 25 61,9 16 38,1 2,641 1,096 -6,371 0,050 Tidak obesitas 16 38,1 26 61,9 Total 42 100,0 42 100,0

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitiam, 2018 Berdasarkan tabel diatas

menggunakan uji Chi Square menunjukkan hasil statistik didapatkan nilai p = 0,050 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima, ada hubungan antara Obesitas dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri. Jadi, lansia Obesitas memiliki resiko sebesar 2,641 kali lebih besar daripada lansia yang tidak obesitas (95%CI= 1,094-6,371). Penelitian tersebut sejalan dengan Idha Kurnaisih dan Riza Setiawan, 2011 yang didapatkan hasil bahwa sebagian penderita hipertensi memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang masuk kategori obesitas (50%). Selanjutnya, dianalis dengan uji multivariat dan didapatkan

nilai signifikansi (p=0,002), yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Puskesmas Srondol Semarang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa indeks massa tubuh berkorelasi langsung dengan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal.

6. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Tabel 6. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota kediri

Konsumsi Junk food Hipertensi OR 95%CI P Kasus (N) % Kontrol (N) % Sering 21 65,6 11 34,4 2,818 1,128 – 7,043 0,043 Jarang 21 40,4 31 59,6 Total 42 100,0 42 100,0

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitiam, 2018 Berdasarkan tabel diatas dengan

menggunakan uji Chi Square menunjukkan hasil uji statistik didapatkan

nilai p = 0,043 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima, bahwa ada hubungan antara Konsumsi Junk Food

(7)

dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri. Jadi, lansia yang sering mengkonsumsi junk food memiliki resiko sebesar 2,818 kali lebih besar daripada lansia yang jarang mengkonsumsi junk food (95%CI= 1,128- 7,043). Junk food adalah makanan siap saji yang mengandung sejumlah besar natrium. Semakin banyak konsumsi makanan cepat saji, semakin tinggi kejadian gizi lebih, karena tingginya

kandungan kalori dan lemak pada makanan cepat saji yang juga dapat meningkatkan volume darah di dalam tubuh sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat yang menyebabkan tekanan darah lebih tinggi (hipertensi). (Rantiningsih Sumarni, 2015).

7. Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Tabel 7. Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Merokok Hipertensi OR 95%CI P

Kasus (N) % Kontrol (N) % Merokok 17 45,9 20 54,1 0,784 0,315 – 1,775 0,660 Tidak Merokok 25 53,2 22 46,8 Total 42 100,0 42 100,0

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2018

Berdasarkan tabel 7 diatas dengan

menggunakan uji Chi Square menunjukkan

hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,660 > α = 0,05 yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak, bahwa tidak ada hubungan antara Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semapir Kota Kediri.

Merokok merupakan faktor resiko yang potensial khususnya dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi dan penyakit kardiovaskuler pada umumnya. (Ulfah Nurrahmani dan Helmanu Kurniadi, 2015) Merokok meningkatkan tekanan darah

melalui mekanisme pelepasan norepinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergik yang dipacu oleh nikotin. Resiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, tidak tergantung pada lamanya merokok. Seseroang yang merokok lebih dari satu pak per hari memiliki kerentanan dua kali lebih besar daripada yang tidak merokok.. (Ulfah Nurrahmani dan Helmanu Kurniadi, 2015) 8. Hubungan Konsumsi Kopi dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri Tabel 8. Hubungan Konsumsi Kopi dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di

Kelurahan Semampir Kota Kediri

Konsumsi Kopi Hipertensi OR 95%CI P

Kasus (N)

% Kontrol

(N)

(8)

Lebih 34 70,8 14 29,2 8,500 3,120 – 23,160 0,000

cukup 8 22,2 28 77,8

Total 42 100,0 42 100,0

Persentase lansia yang mengkonsumsi kopi (>2 gelas/hari) pada lebih banyak pada kelompok kasus (70,8%) daripada kelompok kontrol (29,2%). Berdasarkan tabel diatas dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima, bahwa ada hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Kejadian Hipertensi pada

lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri. Jadi, lansia yang mengkonsumsi kopi >=2 gelas/hari memiliki resiko sebesar 8,500 kali lebih besar daripada lansia yang mengkonsumsi kopi <=2 gelas/hari (95%CI= 3,120-23,160).

9. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Tabel 9 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri

Aktivitas Fisik Hipertensi OR 95%CI P

Kasus (N) % Kontrol (N) % Kurang 29 64,4 16 35,6 3,625 1,469 – 8,945 0,009 Cukup 13 33,3 26 66,7 Total 42 100,0 42 100,0

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Persentase lansia yang aktivitas

fisiknya (<600 MET) lebih banyak pada kelompok kasus (64,4%) daripada kelompok kontrol (35,6%). Berdasarkan tabel diatas dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,009 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima, bahwa ada hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri. Jadi, lansia yang aktivitas fisiknya kurang memiliki resiko sebesar 3,625 kali lebih besar daripada lansia yang aktivitasnya cukup (95%CI= 1,469-

8,945). Dalam penelitian ini proporsi aktivitas fisik pada lansia dalam kategori kurang sebanyak 29 lansia (64,4%) yang mengalami hipertensi, sedangkan sebanyak 16 lansia (35,6%) yang tidak mengalami hipertensi. Faktor tersebut merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri.

Aktivitas Fisik adalah rangkaian gerakan otot yang menghasilkan energi dari pembakaran kalori. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang

(9)

tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri. (Bianti Nuraini, 2015).

KESIMPULAN DAN SARAN

1.Usia merupakan variabel yang bukan menjadi faktor resiko kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri.

2. Jenis Kelamin merupakan variabel yang bukan menjadi faktor resiko kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri. 3. Riwayat Keluarga merupakan variabel

yang bukan menjadi faktor resiko kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri. 4. Status Perkawinan merupakan variabel

yang menjadi faktor resiko kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri.

5. Obesitas merupakan variabel yang menjadi faktor resiko dengan kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri.

6. Konsumsi Junk Food merupakan variabel yang bukan menjadi faktor resiko kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri. 7. Merokok merupakan variabel yang

bukan menjadi faktor resiko kejadian

Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri.

8. Konsumsi Kopi merupakan variabel yang menjadi faktor resiko kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri.

9. Aktivitas Fisik merupakan variabel yang menjadi faktor resiko kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri.

Saran

Hasil penelitian ini belum sempurna karena keterbatasan peneliti, diharapkan peneliti lain mampu mengembangkan penelitian lain mengenai kejadian hipertensi dari segi faktor dan variabel yang berbeda agar dapat mengembangkan penelitian di masa yang akan datang. Bagi peneliti selanjutnya perlu menggunakan ukuran ataupun metode yang dapat menghindarkan atau meminimalkan adanya recall bias.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Sri, Mayang Sari, Siska dan Savita, Reni. 2014. “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Atas Umur 65 Tahun”. Pekan Baru: Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 2, No 4

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2010. “Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data”. Jakarta: Salemba Medika

(10)

Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah”. Jakarta: Salemba Medika Ananda, Shenia. 2011. “Hipertensi pada

kelompok Pra Lansia dan Lansia Gakin di Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat Tahun 2011”. Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat FKM UI Depok.

Anggara, D.H.F,dkk. 2013. “Faktor-faktor yang ebrhubungan dengan tekanan darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012”. Jurnal Kesehatan Masyarakat: Jakarta Timur

Anggraeny, Rini, Wahiduddin, Rismayanti. 2014. “Faktor Risiko Aktivitas Fisik, Merokok, Dan Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar”. Makassar: Jurnal Kesehatan

Arif, Djauhar, Rusnoto dan Hartinah, Dewi. 2013. “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Pusling Desa klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus”. Jawa Tengah: Jurnal Vol 4 No 2

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. 2013. “Riset Kesehatan Dasar”. Jakarta Besse Rawasiah, Andi, Wahiduddin,

Rismayanti. 2012. “Hubungan Faktor Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Pattingallong”. Makassar: Jurnal Kesehatan

C.Talumewo, Merlisa, T. Ratag, Budi dan

D. Prang, Janjte. 2014. “Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di Wilayah Kerja Puskesmas Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara”. Manado: Jurnal Kesehatan Dahlan, Sopiyudin. 2014. “Statistik Untuk

Kedokteran Dan Kesehatan”. Jakarta: Epidemiologi Indonesia

Farid Lewa, Abdul, Putu Pramantara, Dewa dan Rahayujati, Baning. 2010. “Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Sistolik Terisolasi Pada Lanjut Usia”. Yogyakarta: Jurnal Vol 26, No 4

Elvivin, Lestari, Hariati, Ibramin, Karma. 2015. “Analisis Faktor Resiko Kebiasaan Mengkonsumsi Garam, Alkohol, Kebiasaan Merokok Dan Minum Kopi Terhadap Kejadian Hipertensi Di Suku Bajo Pulau Tasipi Kabupaten Muna Barat”. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Hari Wibowo, Bagus. 2013. “Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Senja Ceria”. Semarang: Artikel Ilmiah

Ilyasa Gusti, Fany, Abduh, Ridha dan Indah, Budiastutik. 2013.

“Hubungan Antara Obesitas, Pola Makan, Aktifitas Fisik, Merokok Dan Lama Tidur Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia (Studi Kasus Di Desa Limbung Dusun Mulyorejo Dan Sido Mulyo Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya)”. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Klag, M.J, dkk. 2013. “Coffe Intake and Risk of Hypertension”. Arch Intern Med Kurniasih, Idha,

(11)

2011. “Analissi Faktor Resiko Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Srondol Semarang Bulan September- Oktober 2011”. Semarang: Jurnal Kedokteran Vol 1 No 2

Mahmudah, Solehatul, Maryusman, Taufik, Ayu Arini, Firlia dan Malkan, Ibnu. 2015. “Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Sawangan Baru”. Depok: Biomedika Vol 7, No 2

Malonda, N. S. H., L. K. Dinarti, dan R. Pangastuti. 2012. “Pola Makan dan Konsumsi Alkohol Sebagai Faktor Resiko Hipertensi Pada Lansia”. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 8 (4)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. “Metodologi Penelitian Kesehatan”. Jakarta: Rineka Cipta Nuraini, Bianti. 2015. “Risk Factors Of

Hypertension”. Lampung. Volume 4 Nomor 5 Halaman 12-17

Ode Alifariki, La. 2015. “Analisis faktor determinan proksi Kejadian hipertensi di poliklinik interna BLUD RSU Provinsi Sulawesi Tenggara”. Jurnal Kedokteran Vol 3 No 1

Organization WH. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) analysis guide. Geneva. World Health Organization. 2012

Rahayu Utaminingsih, Wahyu. 2015. “Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes, Hipertensi, Jantung dan Stroke Untuk Hidup Lebih

Berkualitas”. Yogyakarta: Media Ilmu

Rina Situmorang, Paskah. 2015. “Faktor- faktor Ynang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Penderita Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2014”. Medan: Jurnal Ilmiah Keperawatan Vol 1, No 1

Saryono dan Dwi Anggraeni, Mekar. 2013. “Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan”. Yogyakarta: Nuha Medika

Savitri, Astrid. 2016. “Waspadalah! Masuk Usia 40 Ke Atas”. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Setyo Wibowo, Eko. 2014. “Hubungan Pola Hidup Lansia Dengan Hipertensi Terhadap Status Tekanan Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas I Baturraden Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas”. Purwokerto: Skripsi Keperawatan

Suciaty, Dwi & Adnan, Prihartono. 2013. “Prevalensi Hipertensi dan Faktor- Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat”. Jakarta Pusat: Jurnal Kesehatan Masyarakat

Sumarni, Rumantiningsih, Sampurno, Edi dan Aprilia, Veriani. 2015. “Konsumsi Junk Food Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Kecamatan Kasihan Bantul”. Yogyakarta: Jurnal Ners dan Kebidanan

(12)

Indonesia Vol 3, No 2

Swanida, Nancy, Kris Dinarti, Lucia dan Pangastuti, Retno. 2012.”Pola Makan Dan Konsumsi Alkohol Sebagai Faktor Resiko Hipertensi Pada Lansia”. Tomohon: Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol 8, No 4

Thawornchaisit, Ferdinandus, Christopher, Sam-ang & Adrian. 2017. “Health- Risk Transition and 8-Year Hypertension Incidence in a Nationwide Thai”. Thailand: Global Journal of Health Science Vol 10, No 2

Wahyuningsih dan Astuti, Endri.. 2013. “Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Pada Usia Lanjut”. Yogyakarta: Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia Vol 1, No 3

Yana, Kembuan, Kandou Grace, P.J Kannang. 2013. “Hubungan Obesitas Dengan Penyakit Hipertensi Pada Pasien Poliklinik Puskesmas Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara”. Minahasa Tenggara: Jurnal Kesehatan Masyarakat

Gambar

Tabel 1. Hubungan Usia dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan  Semampir Kota Kediri

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. pada lansia di UPT

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis besar risiko faktor riwayat keluarga, obesitas, perokok, stres, konsumsi garam, aktivitas fisik, dan alkohol terhadap terjadinya

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis besar risiko faktor riwayat keluarga, obesitas, perokok, stres, konsumsi garam, aktivitas fisik, dan alkohol terhadap terjadinya

Hasil penelitian tentang faktor resiko terjadinya hipertensi pada lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebagian besar responden menderita

Ada hubungan bermakna antara jenis kelamin, riwayat keluarga, pola makan, asupan garam dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada usia 45-65 tahun di

KESIMPULAN Kejadian hipertensi sistolik terisolasi disebabkan oleh faktor umur terutama pada lansia >55 tahun, kebiasaan merokok >5 bungkus dalam 1 tahun meningkatkan risiko sebesar

Penderita hipertensi di Makassar paling banyak pada usia >50 tahun, perempuan, tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi, pekerjaan tergolong kategori sangat berat, jarang konsumsi

HASIL PENELITIAN Responden yang terdapat pada penelitian ini sebagian besar adalah usia dewasa akhir 55,7%, jenis kelamin laki-laki 55,3%, memiliki riwayat keluarga hipertensi sebesar