PERAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
DALAM PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN
INDONESIA YANG BEKERJA DI KAPAL
BERBENDERA ASING
Ditjen Binapenta dan PKK
AWAK KAPAL INDONESIA DI KAPAL BERBENDERA ASING
TERDATA 23.570 AWAK KAPAL JUMLAH KASUS - Kapal Pesiar: 72 - Kapal Tanker: 73 - Kapal Tunda: 84 - Kapal Kargo: 300 - Kapal Ikan: 2782Berdasarkan Jenis Kapal:
Berdasarkan Jabatan/Pekerjaan Awak Kapal:
- Kapten Niaga: 31 - Kapten Perikanan: 36
- ABK Non Penangkapan Ikan: 320 - ABK Niaga: 529
- ABK Penangkapan Ikan: 2515
KONDISI SAAT INI
1. Penempatan Awak Kapal (Niaga dan Perikanan) dibawah Kementerian Perhubungan → Permenhub No. 84 Tahun 2013 tentang Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal.
2. Dualisme Perijinan Pelaksana Penempatan PMI-Awak Kapal:
a. Manning agent (SIUPPAK) oleh Kemhub; dan b. P3MI (SIP3MI) oleh Kemnaker.
(catatan: terdapat beberapa PT yang hanya memiliki ijin penempatan dari Dinas Perdagangan)
3. PMI - Awak Kapal (Perikanan) dapat bekerja ke Luar Negeri tanpa adanya dokumen penempatan.
4. Belum maksimalnya pelindungan bagi PMI - Awak Kapal (Perikanan) yang bekerja di Kapal berbendera asing karena belum adanya regulasi yang mengatur secara khusus mekanisme/tata kelola penempatan.
UPAYA KEMNAKER
➢ Ratifikasi Maritime Labour Convention, 2006 (MLC, 2006)
➢ Perbaikan tata kelola penempatan dan pelindungan PMI - Awak Kapal Perikanan.
✓ UU 18 Tahun 2017: PMI mencakup Awak Kapal Perikanan yang bekerja di Kapal Berbendera Asing.
✓ Pasal 64 UU No. 18 Tahun 2017, secara khusus mengamanatkan RPP penempatan dan pelindungan awak kapal.
➢ Koordinasi antar K/L dalam penyusunan RPP Awak Kapal guna perbaikan mekanisme penempatan dan pelindungan Awak Kapal yang bekerja di Kapal Berbendera Asing.
➢ Pembinaan dan pengawasan terhadap P3MI yang menempatkan Awak Kapal.
➢ Kerjasama dengan ILO terkait pelaksanaan joint inspection di Kapal Ikan antara pengawas ketenagakerjaan dengan marine inspector.
Ratifikasi melalui UU Nomor 15 Tahun 2016 tentang Pengesahan Maritim Labour Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006).
RATIFIKASI MLC, 2006
a. Berdasarkan penjelasan UU No. 15 Tahun 2016 tentang Pengesahan MLC, 2006.
❖ MLC 2006 merupakan pilar ke-4 konvensi maritim internasional yang dikeluarkan oleh ILO untuk melengkapi 3 (tiga) pilar konvensi maritim internasional (SOLAS 1974, MARPOL 1973 dan STCW 1978) yang sebelumnya dikeluarkan oleh IMO, dan telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia.
❖ Pemerintah berkewajiban menyusun pedoman yang akan menjadi panduan bagi pemilik kapal serta awak kapal dan pelaut.
Pedoman-pedoman tersebut antara lain:
1. Pedoman Perlindungan Syarat dan Kondisi Kerja;
2. Pedoman Perekrutan dan Penempatan;
3. Pedoman Pelatihan dan Kompetensi Kerja; dan
4. Pedoman Penegakan Hukum.
Catatan: 3 (tiga) Pedoman No. 1, 3, dan 4 diatur dalam Permenaker, saat ini masih dalam proses harmonisasi di Kemenkumham, dan 1 (satu) Pedoman (no. 2) penempatan di kapal berbendera asing diatur melalui RPP Awak Kapal.
b. MLC 2006 dikeluarkan oleh ILO, khusus untuk mengatur syarat dan kondisi kerja awak kapal agar dapat menikmati kerja layak yang dimulai dari pelatihan (sesuai dengan STCW 1978 sebagaimana tertuang dalam MLC, 2006),
penempatan, pelindungan syarat dan kondisi kerja serta penegakan hukum, yang mana hal-hal tersebut belum diatur secara spesifik di 3 (tiga) Konvensi yang dikeluarkan oleh IMO.
Dasar Penyusunan RPP Awak Kapal
Pasal 4 dan pasal 64 UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia.
Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia: Pasal 4 ayat (1) huruf c:
Pekerja Migran Indonesia meliputi:
a. Pekerja Migran Indonesia yang bekerja pada Pemberi Kerja berbadan hukum; b. Pekerja Migran Indonesia yang bekerja pada Pemberi Kerja perseorangan atau
rumah tangga; dan
c. Pelaut awak kapal dan pelaut perikanan.
Pasal 64:
Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan dan pelindungan pelaut awak kapal
dan pelaut perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
RPP Penempatan dan Pelindungan Awak
Kapal Niaga Migran dan Awak Kapal
Perikanan Migran merupakan Peraturan
Perundang-Undangan
yang
dibentuk
dalam
rangka
pengaturan
tata
kelola/mekanisme
penempatan
dan
pelindungan
bagi
Awak Kapal Niaga
Dan
Awak
Kapal
Perikanan
yang
PEMBAHASAN DAN PENYUSUNAN RPP TENTANG PENEMPATAN DAN PELINDUNGAN AWAK KAPAL NIAGA DAN AWAK KAPAL PERIKANAN AWAK KAPAL
Pembahasan melibatkan: Setneg, Setkab, Kemenko Perekonomian, Kemenko PMK, Kemenko Maritim, Kemenlu, Kemenhub, Kem Kelautan & Perikanan, Kemnaker, BPHN dan BP2MI.
01
02
❖ Pembahasan Penyusunan RPP Awak Kapal (Maret 2018Desember 2018) –❖ Pembahasan Antar Kementerian (Januari 2019 – Juli 2019)
03
Pengharmonisasian di KemenkumHAMPOKOK
–
POKOK PENGATURAN
1. Mekanisme penempatan dan pelindungan awak kapal niaga dan awak kapal perikanan mengadopsi isi/substansi dari:
a) UU No. 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia. b) Maritime Labour Convention, 2006/MLC, 2006 untuk awak kapal niaga;
c) Konvensi ILO No. 188 tentang Pekerjaan dalam Penangkapan Ikan untuk
awak kapal perikanan; dan
d) Peraturan perundang-undangan bidang perhubungan laut dan perikanan
2. Persyaratan sebagai awak kapal niaga migran atau awak kapal perikanan
migran
3. Mekanisme penempatan dan pelindungan
SUBSTANSI RPP (1/4)
➢ Persyaratan Awak Kapal Niaga Migran dan Awak Kapal Perikanan Migran 1. Awak Kapal Niaga Migran:
• berusia minimal 18 (delapan belas) tahun; • sehat jasmani dan rohani;
• pendidikan sesuai dengan persyaratan jabatan yang ditetapkan oleh Pemberi Kerja atau Principal; • memenuhi kualifikasi kompetensi kerja;
• Memiliki dokumen, seperti: paspor, buku pelaut, PKL, bukti kepesertaan jaminan sosial, surat keterangan sehat, visa, dokumen identitas pelaut (SID), sertifkat kompetensi/keahlian pelaut. 2. Awak Kapal Perikanan Migran:
• berusia minimal 18 (delapan belas) tahun; • sehat jasmani dan rohani;
• memenuhi kualifikasi kompetensi kerja ;
• Memiliki dokumen, seperti: paspor, buku pelaut, PKL, bukti kepesertaan jaminan sosial, surat keterangan sehat, visa, sertifkat kompetensi Awak Kapal Perikanan.
SUBSTANSI RPP (2/4)
➢ Pelaksana Penempatan: 1) Badan;
2) Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia ( P3MI); dan
3) perusahaan yang menempatkan awak kapal untuk kepentingan perusahaan sendiri.
➢ Pelaksana penempatan (P3MI) harus memiliki SIP3MI dengan memnuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan UU No. 18 Tahun 2017, termasuk pemenuhan persyaratan deposito, dan ditambahkan persyaratan sebagai berikut:
1) Penempatan Awak Kapal Niaga:
a) kepemilikan sarana dan prasarana pelayanan Penempatan Awak Kapal Niaga; dan
b) bukti lulus seleksi teknis dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perhubungan.
c) memiliki tenaga ahli di bidang kepelautan. 2) Penempatan Awak Kapal Perikanan:
a) kepemilikan akta pendirian perusahaan di bidang perikanan; dan
b) kepemilikan sarana dan prasarana pelayanan Penempatan Awak Kapal Perikanan.
c) memiliki bukti lulus seleksi teknis dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan; dan
➢
Perjanjian Kerja Laut (PKL):
Isi PKL a.l: identitas awak kapal, identitas pemberi kerja, identitas
P3MI, kondisi dan syarat kerja, jabatan dan jenis pekerjaan, dan
pemulangan.
➢
Pemulangan Awak Kapal karena:
1) jangka waktu PKL berakhir;
2) PKL diakhiri oleh Principal/pemberi kerja atau Awak Kapal Niaga
disebabkan alasan-alasan yang dibenarkan; atau
3) Awak kapal niaga tidak mampu lagi melaksanakan kewajiban;
atau
4) Meninggal dunia
➢Penyelesaian permasalahan/perselisihan:
✓ Musyawarah; dan
✓ Hukum (melalui Pengadilan Hubungan Industrial untuk permasalahan di ketenagakerjaan di dalam negeri)
✓ Advokasi bagi Awak Kapal di luar negeri: bantuan hukum, pendampingan, dan/atau mediasi.
➢ Evakuasi: dalam hal terjadi perang, konflik bersenjata, wabah penyakit, kerusuhan masal, dan bencana alam yang berskala masif.
➢ Pengawasan proses penempatan awak kapal.
➢ Ketentuan peralihan: dari SIUPPAK ke SIP3MI dan/atau penyesuaian persyaratan sesuai isi RPP bagi P3MI yang telah memiliki SIP3MI untuk dapat menempatkan awak kapal.