• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI DAN KARAKTERISASI ELEKTRODA SELEKTIF ION Ni(II) TIPE KAWAT TERLAPIS BERBASIS D2EHPA UNTUK ANALISIS KADAR LOGAM Ni(II)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI DAN KARAKTERISASI ELEKTRODA SELEKTIF ION Ni(II) TIPE KAWAT TERLAPIS BERBASIS D2EHPA UNTUK ANALISIS KADAR LOGAM Ni(II)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Optimalisasi dan Karakterisasi Elektroda Selektif Ion Ni(II) Tipe Kawat

TerlapisBerbasis D2EHPA untuk Analisis Kadar Logam Ni(II)

Nur Hasni1*, Wahid Wahab1, Maming2

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Jln. Perintis Kemerdekaan Km.10, Makassar 90245

ABSTRAK

Elektroda Selektif Ion (ESI) Ni(II) tipe kawat terlapis dibuat menggunakan bahan

aktif D2EHPA, campuran polivinilklorida (PVC) sebagai bahan pendukung,

Dibutylphthalate (DBP) sebagai bahan pemlastis, dengan perbandingan D2EHPA : PVC : DBP = 16 : 28 : 56 dalam pelarut tetrahidrofuran (THF) (1:3 b/v). ESI Ni(II)

tipe kawat terlapis berbasis D2EHPA menunjukkan harga faktor Nernst 29,01

mV/dekade konsentrasi Ni(II) pada rentang konsentrasi 1x10-4 – 1x10-1 M, limit

deteksi 1,20x10-5 M atau setara dengan 0,704 ppm nikel dengan waktu respon 2-14

detik. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan ion asing Co2+ dan Cu2+ tidak

mempengaruhi kinerja ESI Ni(II). Aplikasi pada penentuan kadar nikel secara

potensiometri menggunakan ESI Ni(II) tipe kawat terlapis berbasis D2EHPA hasilnya

dibandingkan dengan metode standar Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Berdasarkan hasil pengukuran Ni(II) menggunakan metode potensiometri dengan ESI

Ni(II)tipe kawat terlapis berbasis D2EHPA tidak berbeda jauh dengan hasil

pengukuran menggunakan metoda SSA sehingga dapat digunakan sebagai metoda

alternatif untuk pengukuran kadar Ni2+ dalam air laut.

Kata kunci: D2EHPA, Elektroda Selektif Ion, Ion Ni2+, Potensiometri.

PENDAHULUAN

Nikel adalah salah satu jenis logam berat yang dapat menyebabkan pencemaran. Apabila terdapat dalam jumlah berlebih pada tubuh, dapat menyebabkan kanker pada paru-paru,

laring dan dapat menyebabkan

kerusakan dada, ginjal serta batuk kering (Karamah dkk., 2010). Selama

ini metode untuk analisis logam berat yang sering dilakukan adalah SSA (Spektrofotometer Serapan Atom) dan

ICP (Inductively Coupled Plasma)

yang merupakan instrumen yang cukup canggih. Secara umum kedua teknik ini cukup sederhana namun memerlukan biaya yang cukup besar

(2)

2

untuk melakukannya. Melihat

kekurangan dari metode tersebut maka diperlukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Wijanarko dkk., 2013).

Elektroda Selektif Ion (ESI) merupakan salah satu alat ukur dalam metode potensiometri yang dalam pelaksanaan analisisnya cepat, mudah dan tidak membutuhkan sampel dalam jumlah yang banyak terutama untuk ESI tipe kawat terlapis sehingga sangat cocok untuk analisis di lapangan (Wijanarko dkk., 2013).

Beberapa penelitian tentang ESI antara lain penelitian Taufik (2008) telah dibuat ESI-Ni(II) dengan bahan aktif DBDA18C6 menunjukkan sifat Nernstian dengan nilai slope (faktor Nernst) 29,11 mV/dekade,

kisaran konsentrasi 10-4 M-10-1 M,

sedangkan dari penelitian yang

dilakukan oleh Panggabean (2001) telah dibuat ESI-Cd(II) berbasis

kitosan sebagai ionofor dengan

komposisi optimum membran ESI- Cd(II) ini memiliki faktor Nernst sebesar 32,03 mV/dekade. Faktor Nernst dari ESI-Cd(II) tersebut masih belum ideal, hal ini disebabkan oleh sifat hidrofilik yang menyebabkan molekul air masuk ke dalam membran sehingga membran akan mengembang. Molekul air tersebut menimbulkan peluruhan senyawa aktif pada

membran. Berdasarkan masalah

tersebut telah dilakukan penelitian

menggunakan bahan aktif D2EHPA

sebagai pengganti kitosan.

Kelayakan suatu elektroda

bermembran dapat dilihat dari nilai faktor Nernst dan trayek pengukuran, limit deteksi, waktu respon, pH dan gangguan dari ion lain (selektivitas). Faktor-faktor tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum suatu elektroda digunakan untuk keperluan analisis (Wahab dan La Nafie, 2014).

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dikembangkan suatu metode untuk analisis logam berat yang cukup akurat, sensitif, selektif, dan biaya operasionalnya relatif murah. Oleh karna itu dalam penelitian

telah dilakukan optimalisasi dan

karakterisasi elektroda selektif ion yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi atau menganalisa kadar logam-logam berat khususnya logam Ni(II).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 - Desember

2015. Lokasi penelitian di

Laboratorium Analitik, Jurusan Kimia,

Fakultas MIPA Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kawat platina (Pt), kawat perak (Ag), kawat tembaga yang berlapis plastik, kawat

(3)

timah, tip, PVC (sigma), DBP (sigma),

D2EHPA (sigma), THF p.a (E-merck),

larutan KCl 0,1 M, padatan

Ni(NO3)2.6H2O, padatan Co(NO-

3)2.6H2O, padatan Cu(NO3)2.3H2O,

parafilm, kawat koaksial RG 58, elektroda pembanding Ag/AgCl,

tertentu menurut prosedur Kusrini dkk, (2013) yang terdiri atas PVC, ionofor

ligan D2EHPA, DBP dengan pelarut

THF sebanyak 3 mL diaduk

menggunakan pengaduk magnet selama kiri-kira 2 jam.

Tabel 1. Komposisi Membran

HNO3 65%, NaOH 2 M, akuades dan

akuabides.

Alat Penelitian

Membran

Komposisi % berat

PVC DBP D2EHPA

Alat-alat yang digunakan 1 30 60 10

dalam penelitian ini adalah pH meter 2 29 58 13

Orion Model 720 A, pengaduk 3 28 56 16

magnetik stirrer, neraca analitik, stopwatch, solder listrik, dan alat-alat gelas yang umum digunakan di laboratorium.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pembuatan Elektroda Kawat Terlapis (EKT)

Elektroda kawat terlapis dibuat dengan menggunakan kawat tembaga (panjangnya 5 cm, diameter 1,5 mm) yang disambungkan dengan kawat Pt yang ukurannya 2,5 cm, diameter 0,4 mm dengan menggunakan solder listrik (bahan pateri adalah kawat timah) (Tandiayu, 2006).

3.4.3 Pembuatan Membran berbasis PVC

Sejumlah bahan dicampurkan dengan berbagai perbandingan berat

(4)

4

4 27 54 19 Sumber : Putra dkk., 2013

3.4.4 Desain ESI Ni-(II)

Desain ESI Ni-(II) dilakukan dengan mencelupkan elektroda kawat yang telah dibuat secara hati-hati selama beberapa menit kemudian dimasukkan ke dalam tip (sebagai batang elektroda) dan

ujungnya direkatkan dengan

menggunakan parafilm. Elektroda

disimpan dalam larutan standar Ni2+ 0,1

M selama 24 jam sebelum digunakan (Taufik,

2008).

3.4.5 Pembuatan Larutan Standar Ni2+ 10-1 - 10-7 M

Larutan Ni(NO3)2.6H2O ditimbang dengan teliti sebanyak 0,5871 gram, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan diimpitkan

(5)

dengan akuades hingga batas garis. Larutan ini kemudian diencerkan dari konsentrasi (10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6

dan 10-7) M (Taufik, 2008).

3.4.7 Pengamatan Potensial

Pengamatan potensial (E, mV) dalam sel dimulai dari konsentrasi larutan standar masing-masing Ni(II)

10-7 M sampai 10-1 M dan hubungan E

(mV) dengan -log [Ni(II)] dibuat sesuai persamaan berikut:

E = Eo + S log [Ni(II)]

Dari persamaan tersebut dapat ditunjukkan bahwa E (mV) adalah

potensial yang dihasilkan sel, EomV)

potensial-standar reduksi ion-ion Ni(II) terhadap ESI-Ni(II) dengan Ag/AgCl, konsentrasi larutan standar Ni(II) dalam -log [Ni(II)] (dekade),

dan S (slop) adalah faktor Nernst atau

kepekaan ESI-Ni(II) (Tandiayu, 2006).

3.4.8 Uji Kinerja ESI Ni(II)

a. Faktor Nernst dan kisaran konsentrasi pengukuran

Faktor Nernst diperoleh melalui pengukuran sederetan larutan standar Ni(II) dengan konsentrasi bervariasi 10-7-10-1 M. Potensial diukur berturut-turut dari larutan yang paling encer kelarutan yang lebih pekat konsentrasinya. Pengamatan

dilakukan sambil diaduk dengan

pengaduk magnetik untuk

menghilangkan gelembung udara

dipermukaan membran. Dari hasil

pengukuran, dibuat grafik antara

potensial (mV) terhadap -log Ni (II). Pada selang konsentrasi tertentu garis lurus diperoleh dengan kemiringan secara teoritis sebesar 2,303 RT/nF yang merupakan harga faktor Nernst. Untuk menghasilkan harga K, kurva linear diekstrapolasikan ke sumbu y (Kusrini dkk., 2013).

b. Limit Deteksi

Limit deteksi diperoleh dengan membuat garis singgung pada fungsi

linier, antara – log [Ni2+] dengan

potensial (mV) (Kusrini dkk., 2013).

c. Waktu Respon

Waktu respon ESI-Ni2+

ditentukan berdasarkan pada lamanya pengukuran yang diperlukan untuk menghasilkan potensial E (mV) yang konstan (Taufik, 2008).

d. Kondisi pH Pengukuran

Kondisi pH pengukuran larutan

ditentukan melalui pengamatan

potensial E (mV) berbagai larutan standar antara 10-7 M sampai 10-1 M. Pengukuran pH dilakukan dilakukan dengan penambahan larutan NaOH

dan HNO3 masing-masing dengan pH

(6)

6

e. Koefisien Selektivitas

Koefisien selektivitas ditentukan melalui pengukuran potensial E (mV) berbagai larutan standar ion- ion

utama Ni(II) antara 10-7-10-1 M dan

larutan standar ion-ion penganggu

(Mn+). Hasil pengukuran dimasukkan

dalam kurva kalibrasi (Taufik, 2008).

f. Sampling

Sampel diperoleh dengan cara

memasukkan wadah penampungan

kedalam cairan limbah pada tiga titik

di pelabuhan Paotere Makassar.

Kemudian sampel tersebut dianalisis

secara potensiometri dan

spektrofotometer serapan atom terhadap kandungan logam berat nikel (II).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kondisi Optimum

Penentuan komposisi optimum dimaksudkan untuk mencari komposisi

Perbandingan % berat komposisi

membran terhadap Nilai kemiringan (slope) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan komposisi

membran ESI-Ni(II)

terhadap nilai faktor Nernst Nomor Komposisi % berat Membran Slope PVC DBP D2EHPA 1 30 60 10 22,49 2 29 58 13 27,70 3 28 56 16 29,01 4 27 54 19 26,05

2. Uji Kualitas ESI-Ni(II)

Kualitas ESI-Ni2+ tipe kawat

terlapis dengan bahan aktif Di-2 Etil

Heksil Fosfat (D2EHPA) dapat dilihat

dari harga faktor Nernst dan trayek pengukuran, limit deteksi, waktu

respon (respon time), pengaruh pH dan

koefisien selektivitas. membran yang terdiri atas polivinil

klorida (PVC), dibuthyl phtalate 2.1 Faktor Nernst dan Trayek

(DBP), di-2-Etil heksil fosfat

(D2EHPA), dicampur dengan pelarut

THF yang menghasilkan elektroda dengan kinerja yang optimum. Kinerja membran optimum didasarkan pada

kemiringan (slope) linier pada kurva

antara potensial elektroda (E) dan (-log

[Ni2+]) yang mendekati faktor Nernst

teoritis, yaitu 29,6 mV/dekade.

Pengukuran

Faktor Nernst dan kisaran

pengukuran diperoleh melalui

pengukuran potensial sederetan

larutan standar Ni(II) dengan

konsentrasi bervariasi 10-7-10-1 M,

mulai dari larutan yang paling encer sampai larutan yang lebih pekat

(7)

y = -29.01x + 262.05 R² = 0.9538 E( m V)

konsentrasinya. Dari data hasil

pengukuran, dibuat grafik antara potensial (mV) terhadap –log Ni(II). Untuk nilai faktor Nernst dan kisaran pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 4.

Tabel 3. Faktor Nernst dan trayek

pengukuran ESI-Ni2+ dengan

komposisi PVC 28% : DBP 56% :

D2EHPA 16%.

No –Log [Ni2+] (M) E(mV)

1 10-7 193,1 2 10-6 175,8 3 10-5 164,7 4 10-4 138,2 5 10-3 185,1 6 10-2 207,3 7 10-1 227,5

Faktor Nersnt 29,01 mV/dekade K 262,0 R 0,953 Kisaran Pengukura 10-4 – 10-1 M 250 200 150 100 50 0 0 2 4 6 -log Ni(II)

Gambar 4. Kurva potensial E (mV)

terhadap –log Ni2+ ESI-Ni(II).

Gambar 3 menunjukkan garis linear pada rentang konsentrasi

10-4-10-1 M. ESI-Ni2+ tipe kawat

terlapis yang didesain dengan

komposisi PVC : DBP : D2EHPA = 28

: 56 : 16 mempunyai nilai faktor Nernst sebesar 29,01 mV/dekade pada

kisaran pengukuran 10-4 - 10-1 M.

Pengukuran kation Ni2+ pada kisaran

konsentrasi ini dianggap paling baik karena mempunyai nilai faktor Nernst yang mendekati nilai teoritis yaitu 29,6 mV/dekade untuk kation divalen.

Perbedaan faktor Nernst pada

setiap daerah trayek pengukuran

disebabkan oleh limit deteksi setiap ESI. Selain itu adanya perbedaan harga faktor Nernst disebabkan oleh respon kation dalam larutan.

4.2 Limit Deteksi

Limit deteksi adalah batas konsentrasi minimum dan maksimum yang dapat dideteksi oleh suatu ESI. Nilai limit deteksi menentukan kualitas suatu metode analisa semakin kecil limit deteksi suatu ESI, maka semakin baik kualitas ESI tersebut (Ni’am,

2012). Limit deteksi ESI-Ni2+ tipe

EKT ditentukan dengan membuat garis singgung pada fungsi kurva linear dan non linear yang saling memotong. Jika titik potong dari kedua garis singgung tersebut diekstrapolasikan ke sumbu x akan diperoleh limit deteksi. Hasil

penentuan limit deteksi dari ESI-Ni2+

(8)

8

Gambar 5. Kurva limit deteksi dari

ESI-Ni(II) dengan

komposisi PVC 28% :

Tabel 4. Waktu Respon ESI-Ni2+

terhadap –log Ni2+ dengan komposisi

PVC 28% : DBP 56% : D2EHPA 16%

DBP 56% : D2EHPA 16%. pada konsentrasi Ni

2+10-7-10-1M. 250 200 150 100 50 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8

No –Log [Ni2+] (M) Waktu (detik)

1 10-7 14,00 2 10-6 13,00 3 10-5 12,66 4 10-4 11,33 5 10-3 10,33 6 10-2 7,00 7 10-1 2,00

Ekstrapolasi terhadap sumbu X (-log Ni(II)) diperoleh limit deteksi pada nilai 3,91 atau setara dengan 1,20

x 10-5 M (0,704 ppm). Nilai tersebut

menunjukkan limit deteksi terhadap ESI Ni(II) dengan komposisi membran

PVC 28% : DBP 56% : D2EHPA 16%.

4.3 Waktu Respon

Waktu respon merupakan waktu yang dibutuhkan oleh suatu

elektroda untuk mencapai

kesetimbangan yang konstan, diukur sejak elektroda mengadakan kontak dengan larutan. Semakin cepat waktu respon semakin baik kualitas suatu elektroda selektif ion (Iyabu dan Duengo, 2013). Kemampuan ESI merespon suatu analit sangat ditentukan oleh bahan aktif membran. Waktu respon ESI Ni(II) tipe kawat

terlapis berbasis D2EHPA dapat dilihat

pada Tabel 4.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa waktu respon elektroda rata-rata 2 detik hingga 14 detik. Data tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi Ni(II) dalam larutan, maka

waktu yang diperlukan ion Ni2+ untuk

mencapai kesetimbangan pada

membran semakin kecil karena

mobilitas ion-ion menjadi lebih cepat

sehingga proses terjadinya

kesetimbangan pada permukaan

membran makin cepat tercapai. Waktu respon dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain melarutnya bahan- bahan aktif ke dalam fase air akan memperlambat waktu respon selain itu waktu respon dipengaruhi oleh struktur ESI seperti penggunaan komposisi membran.

4.2.4 Pengaruh pH

Pengukuran pH terhadap

kinerja ESI Ni2+ ditentukan dengan

(9)

pH larutan nikel. Dalam penelitian ini,

ESI- Ni2+ tipe EKT dalam larutan Ni2+

10-4 M -10-1M diatur pHnya pada pH

2 - 8 menggunakan larutan HNO3 65 %

dan NaOH 2 M. Data hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Faktor Nernst ESI-Ni2+

terhadap –log Ni2+ dengan

komposisi PVC 28% : DBP 56% : D2EHPA 16% pada berbagai pH. pH Faktor Nernst K (mV) R 2 15 261,3 0,997 3 19,89 231,3 0,934 4 24,22 187,1 0,964 5 27,06 96,6 0,972 6 23,06 70,75 0,918 7 19,58 53,1 0,956 8 14,76 35,95 0,915

Data dalam Tabel 5

menunjukkan bahwa pH sangat

berpengaruh terhadap kinerja ESI-

Ni2+. Pada pH 2-4 memperlihatkan

nilai faktor nernst yang masih berbeda jauh dari nilai faktor nernst secara teoritis (29,6 mV/dekade), hal ini

diakibatkan karena adanya ion-ion H+

yang mempengaruhi kesetimbangan

kompleks D2EHPA dan ion Ni2+ bebas

dalam fase cairan. Kelebihan ion H+

akan mempengaruhi potensial yang

ditimbulakan oleh ion Ni2+ sehingga

keaktifannya tidak bersesuaian dalam

larutan uji. Pada pH 5 merupakan

kondisi optimun untuk elektroda

selektif ion Ni(II) karena memiliki

nilai faktor Nernst yang paling

mendekati nilai teoritis (29,6

mV/dekade) yaitu sebesar 27,06

mV/dekade dan nilai R 0,972.

Sedangkan pada pH 6-8 menunjukkan faktor Nersnt yang juga jauh berbeda dari nilai teoritis karena adanya

kelebihan ion-ion OH- yang

mengakibatkan terjadinya hidrolisis

ion nikel. ESI Ni2+ tidak dapat bekerja

dengan baik pada pH yang terlalu tinggi dan juga pH yang terlalu rendah (Wijanarko dkk., 2013).

4.2.5 Koefisien Selektivitas

Penentuan koefisien selektivitas

ESI-Ni2+ dilakukan metode MPM

(Match Potential Method). Metode MPM merupakan metode pendekatan

baru untuk penentuan tetapan

selektivitas elektroda selektif ion

dengan membandingkan aktivitas ion utama dan ion pengganggu. Metode MPM cocok untuk penentuan koefisien selektivitas yang melibatkan ion-ion dengan muatan lebih dari satu.

Besarnya tetapan selektivitas

ditentukan berdasarkan rasio dari selisih antara aktivitas ion utama dan

ion pengganggu dari dua buah

pengukuran (Suyanta, 2013).

Dalam metode ini, terlebih dahulu diukur potensial (mV) larutan

standar 10-4-10-1 M, sehingga

(10)

10

3 5,71.10-3 4,36.10-3

2 1,58.10-3 9,50.10-4

1 6,13.10-4 1,37.10-4

Kemudian nilai Y dimasukkan kedalam persamaan regresi ion, sehingga nilai X dapat dihitung. Nilai

K ����𝑜𝑡

Tabel 6 terlihat bahwa nilai secara keseluruhan kurang dari

selektivitas dihitung dengan

persamaan (Suyanta, 2013) :

��𝑡

=

X

satu ( K ��𝑜𝑡 ��< 1 ), hal ini berarti bahwa

ion pengganggu Co2+ dan Cu2+ tidak

menganggu kinerja ESI Ni(II). ESI Ni(II) dengan kualitas yang baik

𝐾

��

[Ion] adalah ESI yang tidak diganggu oleh

ion-ion pengganggu.

Dimana X = konsentrasi yang didapat dari persamaan regresi

Pengukuran potensial dilakukan

terhadap ion penganggu Co2+ dan Cu2+

pada kisaran konsentrasi 10-4-10-1 M. ��𝑡

4.3 Aplikasi ESI Ni(II) tipe Kawat

Terlapis berbasis D2EHPA

Penentuan kandungan ion nikel dalam sampel air laut Pelabuhan

Jika ���� < 1, maka ion asing Paotere kota Makassar menggunakan

dinyatakan tidak mengganggu ion

��𝑡 ESI Ni(II) tipe kawat terlapis berbasis

utama dan jika ���� > 1, maka ion D2EHPA ditentukan secara langsung

asing dinyatakan menganggu ion utama.

Tabel 5. Data hasil perhitungan koefisien selektivitas ( ����𝑡

)

��

ion penganggu untuk ESI Ni2+

dengan komposisi PVC 28% : DBP 56% : D2EHPA 16%. Kij -Log [X] Co2+ Cu2+ 4 1,21.10-2 2,13.10-2

melalui pengukuran potensial sampel. Hasil pengukuran dibandingkan

dengan metode spektrofotometer

serapan atom (SSA) sehingga

dihasilkan data seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Data hasil analisis kandungan

ion Ni2+ ESI-Ni(II) dan

instrument SSA

.

Sampel ESI-Ni(II)(ppm) SSA(ppm)

(11)

2 1,13 1,10

3 1,03 1,06

(12)

12

Data pada Tabel 7 menunjukkan nilai rata-rata potensial untuk pengukuran ion Ni(II) pada sampel air laut pelabuhan Paotere Makassar dengan menggunakan sensor potensiometri adalah sebesar 1,17 ppm

(1,99x10-5 M) sedangkan dengan

menggunakan metode SSA konsentrasi ion Ni(II) dalam sampel yang

diperoleh adalah 1,18 ppm (2,0x10-5

M), menunjukkan bahwa tidak terdapat selisih yang cukup besar antara kedua metode tersebut. Sehingga metode potensiometri dengan alat ukur ESI-Ni(II) tipe kawat

terlapis berbasis D2EHPA dapat

digunakan sebagai metode alternatif

untuk pengukuran kadar Ni2+ dalam

sampel air laut selain metode

spektrofotometer serapan atom (SSA).

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil

penelitian maka dapat di simpulkan

bahwa komposisi membran yang

optimum diperoleh pada perbandingan

% berat PVC : DBP : D2EHPA = 28 :

56 : 16. Karakteristik ESI yang telah dibuat antara lain faktor nernst sebesar 29,01 mV/dekade, kisaran konsentrasi

pengukuran 10-4-10-1 M, limit deteksi

1,20 x 10-5 M atau 0,704 ppm waktu

respon rata-rata 2-14 detik, pH kerja optimum adalah 5. Kinerja ESI-Ni(II)

rata-rata tidak diganggu oleh ion Co2+

dan Cu2+ karena memiliki nilai Kij < 1.

Penerapan ESI-Ni2+ tipe kawat terlapis

berbasis D2EHPA pada analisis sampel

air laut pelabuhan Paotere dengan menggunakan ESI-Ni(II) tidak terdapat perbedaan secara signifikan

dengan hasil pengukuran

menggunakan SSA. Elektroda selektif ion Ni(II) tipe kawat terlapis berbasis

D2EHPA dapat digunakan sebagai

metode alternatif untuk pengukuran

kadar Ni2+ dalam sampel air laut selain

metode spektrofotometer serapan atom (SSA).

Saran

Perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai pengaruh

ketebalan membran terhadap nilai

faktor Nernst dengan komposisi

membran yang sama.

Daftar Pustaka

Iyabu, H., dan Duengo, S., 2013,

Pengaruh Penambahan

KH2PO4 Pada Pembuatan

Elektroda Selektif Ion Fosfat

sebagai Pengganti Metode

Spektrofotometri Dalam

Penentuan Fosfat, Journal

Entropi, 7(1), 2-8.

Karamah, E. V., Syafrizal., dan Sari,

A. N., 2010, Pengolahan

Limbah Campuran Logam Fe,

Cu, Ni dan Amonia

Menggunakan Metode Flotasi- Filtrasi dengan Zeolit Alam

Lampung sebagai Bahan

(13)

Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”, Yogyakarta, 26 Januari 2010.

Kusrini, E., Atikah, dan Sulistyarti, H., 2013, Karakterisasi Elektroda Selektif Ion (ESI) Kadmium

Tipe Kawat Terlapis

Bermembran D2EHPA, Kimia

Student Journal, 2(2), 560-566.

Ni’am, B.M., 2012, Aplikasi Turunan

Kaliks[4]arena (22,17- bis(sianopropiloksi)-26,28- dihidroksi-p-

nitrokaliks[4]arena) untuk Elektroda Selektif Ion Tembaga II (Cu2+) Berbasis Potensiometri, Universitas Jember, Jember.

Panggabean, A.S., 2001, Pembuatan

dan Karakterisasi Membran Elektroda Selektif Ion Cd2+ - Kitosan sebagai Sensor Kimia,

Tesis, Program Pasca sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Putra, D.A., Atikah, dan Sulistyarti, H., 2013, Karakterisasi Elektroda Selektif Ion (ESI) Kadmium Tipe Kawat Terlapis

Bermembran D2EHPA, Kimia

Student Journal, 2(2), 553-559. Suyanti dan Aryadi, 2011, Ekstraksi

Torium dari Konsentrat Th, Ltj

(Hidroksida) Menggunakan

Solven Bis-2-Etil Heksil

Fosfat, Prosiding Seminar

Penelitian Dan Pengelolaan

Perangkat Nuklir Pusat

Teknologi Akselerator Dan

Proses Bahan Yogyakarta.

Suyanta, 2013, Potensiometri,

Yogyakarta: UNY Press.

Taufik, 2008, Optimalisasi

Komposisi Membran

Berbasis Polivinil Klorida (PVC) dengan Ionofor N,N- dibenzil-1,4,10,13- tetraoksa-7,16-diazasiklo oktadekana (DBDA18C6) dalam Pembuatan ESI-Ni(II), Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wahab, A.W., dan Nafie, N.L., 2014,

Metode Pemisahan dan

Pengukuran 2, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wijanarko, A., Atikah, dan Fardiyah, Q., 2013, Pengaruh Ion Asing

terhadap Kinerja Elektroda

Selektif Ion (ESI) Cd(II) Tipe

Kawat Terlapis Berbasis

D2EHPA serta Aplikasinya

pada Penentuan Kadar

Kadmium dalam Air Sungai, Kimia Student Journal, 2(2), 546-552.

Gambar

Tabel  3.      Faktor  Nernst  dan  trayek  pengukuran    ESI-Ni 2+  dengan  komposisi    PVC  28%  :  DBP  56%  :  D 2 EHPA 16%

Referensi

Dokumen terkait

Sintesis Ionofor Sebagai Bahan Aktif Ion Selektif Elektroda (ISE) Untuk Analisis Penentuan Logam Merkuri (Hg) Dalam Sampel Kosmetik.. Zainiati (NIM 082244710010)

Grafik yang dihasilkan dapat dilihat bahwa pada 0-10 hari pertama Faktor Nernst yang dihasilkan masih stabil mendekati nilai teoritis (29,58 mV/dekade konsentrasi) namun ketika

Grafik yang dihasilkan dapat dilihat bahwa pada 0-10 hari pertama Faktor Nernst yang dihasilkan masih stabil mendekati nilai teoritis (29,58 mV/dekade konsentrasi) namun ketika

Bila jumlah DOP sedikit akan membuat membran lebih kaku dan bila berlebihan akan membuat membran kurang hidrofobik dan menyebabkan bahan aktif kitosan lepas ke

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ESI timbal (II) tipe kawat terlapis berbasis S-methyl N-(methylcarbamoyloxy) thioacetimidate yang telah dibuat cukup Nernstian dengan harga

4.3 Aplikasi ESI Cu(II) tipe Kawat Terlapis berbasis Ionofor 1,10 DA18C6 Penentuan kadar tembaga pada sampel limbah percetakan menggunakan ESI Cu(II) tipe kawat terlapis

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa komposisi optimum ESI sulfat berbasis piropilit diperoleh dengan perbandingan 49% : 3% : 16% : 32% (b/b)

Pada dasarnya cara analisis dengan menggunakan elektroda selektif ion adalah menentukan potensial dari larutan yang akan diukur sehingga penentuan dengan cara ini termasuk di