• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Penurunan dan Kestabilan Tiga Jembatan MERR II-C yang Menumpu di Atas Tanah Lempung Lunak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Penurunan dan Kestabilan Tiga Jembatan MERR II-C yang Menumpu di Atas Tanah Lempung Lunak"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Jenis tanah yang mendominasi pada

lokasi jembatan MERR II-C (Jembatan Pondok Nirwana) adalah merupakan tanah lempung lunak (soft clay). Berdasarkan pengamatan visual di lapangan, penurunan terjadi pada pertemuan antara timbunan dengan kepala jembatan. Penurunan tanah ini akan menyebabkan ketidaknyamanan para pengguna jalan dan membahayakan kestabilan oprit itu sendiri. Adapun tanah dasar daerah sekitar mengalami penurunan yang berbeda-beda menurut umur pengoperasian dan pemasangan PVD. Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini akan dilakukan evaluasi terhadap penurunan tanah dan stabilitas di sekitar jembatan untuk mengetahui besar penurunan yang akan terjadi dan apakah penurunan tersebut akan membahayakan pengguna jalan, serta mencari solusi yang terbaik untuk mengatasi masalah tersebut.

Setelah dilakukan evaluasi, ternyata penurunan yang akan terjadi di masa depan tidak akan membahayakan pengguna jalan, namun diperlukan perbaikan yaitu overlay secara berkala pada oprit jembatan dan pada pertemuan antara oprit jembatan dengan pangkal jembatan di bongkar serta diganti pelat injaknya dengan panjang dan tebal tertentu. Untuk perbaikan box culvert hanya perlu di grouting secara berkala.

Kata kunci—Jembatan MERR II-C, lempung lunak,

penurunan tanah, stabilitas, PVD

I. PENDAHULUAN

Jembatan merupakan suatu bagian dari jalan raya yang berfungsi untuk menghubungkan jalan yang terputus karena adanya rintangan seperti sungai, danau, lembah, jurang, dan lain sebagainya. Dengan melihat fungsi sarana transportasi yang cukup besar dan vital bagi kehidupan khususnya untuk menunjang arus transportasi di daerah Surabaya, maka dibangun Jembatan MERR II-C sebagai pendukung dibangunnya Jalan Middle East Ring Road II-C (MERR II-C). Jembatan MERR II-C yang dibahas adalah Jembatan di dekat kawasan perumahan Pondok Nirwana.

Berdasarkan hasil pengujian tanah di daerah sekitar jembatan (sumber: data pengujian tanah di Laboratorium Mekanika Tanah dan Batuan, Jurusan Teknik Sipil, FTSP – ITS, Surabaya), jenis tanah sekitar adalah tanah lempung lunak. Pada tanah lempung lunak, masalah yang akan

dijumpai bilamana harus mengkonstruksikan bangunan di atasnya adalah daya dukung tanah yang rendah serta kemampatan tanah yang relatif tinggi. Metode yang umum digunakan dalam mengatasi masalah itu adalah pemakaian pondasi dalam dan perkuatan/perbaikan tanah. Pemakaian pondasi dalam biasanya diterapkan pada pembangunan gedung, sedangkan perkuatan tanah digunakan pada perbaikan daya dukung dan kestabilan badan jalan ataupun jembatan.

II.METODE

Gambar 1 Bagan alir prosedur pengerjaan tugas akhir

Evaluasi Penurunan dan Kestabilan Tiga Jembatan

MERR II-C yang Menumpu di Atas Tanah Lempung

Lunak

Arifin Zaid Wirawan, Prof. Ir. Indrasurya B. Mochtar, M. Sc, Ph. D, Trihanyndio Rendy Satrya, ST., MT

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

(2)

Gambar 2 Lanjutan bagan alir prosedur pengerjaan tugas akhir

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penurunan Tanah pada Oprit Jembatan

Data tanah yang didapatkan dari Laboratorium Mekanika Tanah dan Batuan ITS adalah hasil bore log yang didapatkan dari 2 (dua) kali pengeboran di lapangan. Dari 2 (dua) hasil tersebut, digunakan data tanah BH-1 karena setelah di tinjau, daya dukung tanah dasarnya lebih buruk daripada BH-2. Berdasarkan data tanah yang diperoleh, diketahui bahwa tanah dasar dari kedalaman 0 – 15 meter adalah berupa tanah lempung lunak.

Hal pertama yang akan dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan di atas adalah dengan mengetahui kondisi eksisting tanah timbunan di lapangan. Untuk memenuhi hal ini, di adakan pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan Theodolit. Pengukuran dilakukan pada tahun 2012 oleh surveyor Sulasmin cs.

a.

Penurunan pada tanah yang tidak menggunakan

PVD

Perhitungan untuk mengetahui tinggi awal timbunan dimulai dengan membuat grafik hubungan antara Hakhir vs Sc U100 dan Hakhir vs Hawal U100 dari setiap titik yang diukur di lapangan. Berikut adalah hasil dari pengukuran di lapangan.

Karena minimnya informasi elevasi tinggi timbunan pada saat awal pengoperasian jembatan, dilakukan pendekatan menggunakan rumus-rumus yang ada untuk

mengetahui seberapa tinggi awal timbunan pada saat pengoperasian berdasarkan hasil pengukuran yang di dapatkan di lapangan.

Tabel 1 Kontur terakhir / tinggi final survei (center line) oprit jembatan untuk tanah yang tidak menggunakan PVD

(Jembatan sisi Timur)

Tabel 2 Kontur terakhir / tinggi final survei (center line) oprit jembatan untuk tanah yang tidak menggunakan PVD

(3)

Tabel 3 Rekapitulasi tinggi timbunan U100% No. q (t/m2) Hawal (m) Hakhir (m) Sc (m)

1 3 1.294 0.835 0.459

2 5 2.492 1.757 0.735

3 7 3.659 2.707 0.951

4 9 4.806 3.675 1.132

5 11 5.940 4.654 1.287

Gambar 3 Grafik H akhir vs Sc U100

Gambar 4 Grafik H akhir vs H awal U100

Seperti yang dijelaskan di atas bahwa dikarenakan waktu pengoperasian jembatan tidak bersamaan maka ada bagian-bagian tertentu yang dibedakan perhitungan penurunannya berdasarkan waktu pengoperasian. Untuk mengetahui tinggi awal, akhir dan konsolidasi primer yang terjadi, dibutuhkan hasil perhitungan Sc U100% diatas sehingga didapatkan Sc5, Sc8, Sc23 tahun dengan terlebih dahulu mencari grafik hubungan antara t (tahun) vs derajat konsolidasi (U) (%). Karena Cv tanah dasar tidak terlampir pada data tanah yang di dapatkan, maka diambil data tanah sekitar jembatan MERR II-C dan didapatkan data tanah sebuah apartment yang berdiri di sekitarnya. Dengan Cv rata-rata dari data tanah apartment tersebut, dilakukan pengecekan dengan memasukkannya dalam perhitungan sehingga selisih tinggi awal yang terjadi di lapangan dengan tinggi awal perhitungan bisa mendekati / relatif sama. Harga Cv dari data tanah apartment tersebut adalah 2.92 m2/tahun.

Gambar 5 Grafik t (tahun) vs Derajat Konsolidasi (U) (%)

Setelah didapatkan hasil tersebut, maka akan diketahui derajat konsolidasi pada saat yang diinginkan. Kemudian dicari lagi grafik Hakhir vs Sc5 dan Hakhir vs Hawal Sc5, Hakhir vs Sc23 dan Hakhir vs Hawal Sc23 berdasarkan grafik sebelumnya dan derajat konsolidasinya. Contoh perhitungan untuk mendapatkan grafik hubungan antara Hakhir vs Sc5 dan Hakhir vs Hawal Sc5 adalah sebagai berikut.

Gambar 6 Grafik Hakhir vs Sc5

(4)

Gambar 8 Grafik Hakhir vs Sc23

Gambar 9 Grafik Hakhir vs Hawal Sc23

Setelah mendapatkan grafik tersebut, data pengukuran tinggi eksisting di lapangan dijadikan tinggi akhir. Dengan menggunakan grafik-grafik tersebut di dapatkan tinggi awal pada awal pengoperasian jembatan dan dapat di lihat pemampatan yang terjadi pada titik-titik yang diamati. Gambar jembatan serta potongan dapat di lihat pada halaman Lampiran. Hasil perhitungan dapat di lihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 berikut.

Tabel 4 Hasil perhitungan Hakhir dan Hawal hitung berdasarkan Cv Bale Hinggil (Jembatan sisi Timur) Lama (tahun) 1 A 3.374 4.004 0.630 63.006 2 B 3.572 4.223 0.651 65.139 3 C 4.018 4.714 0.696 69.569 4 D 4.391 5.120 0.729 72.877 5 E 4.711 5.465 0.754 75.426 6 F 4.850 5.615 0.765 76.451 7 G 4.908 5.677 0.769 76.866 8 H 5.697 6.513 0.816 81.608 9 I 5.914 6.740 0.826 82.629 10 J 5.668 6.483 0.815 81.462 11 K 5.647 6.461 0.814 81.355 12 L 5.811 6.633 0.822 82.160 13 M - - - -14 N - - - -15 O 5.914 6.740 0.826 82.629 16 P - - - -17 Q - - - -18 R 6.411 7.256 0.845 84.507 19 W 6.710 8.123 1.413 141.348 Jembatan Utama 20 X 6.616 8.026 1.410 140.992 21 Y 5.958 7.332 1.374 137.415 22 Z 4.799 6.064 1.265 126.480 23 AA 4.462 5.684 1.222 122.191 24 AB 4.468 5.691 1.223 122.272 Jembatan Selatan 25 AC 4.574 5.811 1.237 123.672 26 AD 4.472 5.695 1.223 122.326 Keterangan

Box culvert Selatan No Poto-ngan H akhir t (m) H awal t (m) Sct (m) Sct (cm) Oprit jembatan Utara

Box culvert Utara

23 5

Tabel 5 Hasil perhitungan Hakhir dan Hawal hitung berdasarkan Cv Bale Hinggil (Jembatan sisi Barat)

Lama (tahun) 27 AK 3.401 4.034 0.633 63.303 28 AL 3.581 4.233 0.652 65.233 29 AM 3.981 4.673 0.692 69.221 30 AN 4.406 5.136 0.730 73.002 31 AO 4.805 5.566 0.761 76.125 32 AP 4.979 5.753 0.774 77.357 33 AQ 5.051 5.829 0.778 77.843 34 AR 5.850 6.673 0.823 82.341 35 AS 5.956 6.784 0.828 82.813 36 AT 5.817 6.639 0.822 82.188 37 AU 5.794 6.615 0.821 82.080 38 AV 5.869 6.693 0.824 82.427 39 AW - - - -40 AX - - - -41 AY 6.027 6.858 0.831 83.112 42 AZ - - - -43 BA - - - -44 BB 6.408 7.457 1.049 104.935 45 BG 6.546 7.953 1.407 140.704 Jembatan Utama 46 BH 6.456 7.859 1.403 140.298 47 BI 5.785 7.147 1.362 136.158 48 BJ 4.806 6.072 1.266 126.564 49 BK 4.479 5.703 1.224 122.420 50 BL 4.468 5.691 1.223 122.272 51 BM 4.627 5.871 1.244 124.354 52 BN 4.479 5.703 1.224 122.420 Jembatan Selatan 23 8 Keterangan No Poto-ngan H akhir t (m) H awal t (m) Sct (m) Sct (cm) Oprit jembatan Utara

Box culvert Utara 5

Box culvert Selatan

Keterangan :

Potongan W–AD & BG–BN dioperasikan dari tahun 1990 Potongan BA-BB dioperasikan dari tahun 2005

Potongan A – V & AK – AZ dioperasikan dari tahun 2008 Setelah mendapatkan Hawal dan Hakhir saat t, hasil perhitungan dibandingkan dengan perkiraan Hawal yaitu kemiringan 2% dari pengukuran elevasi lapangan. Hasil rekapitulasi dapat di lihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 berikut.

(5)

Tabel 6 Perbandingan Hawal lapangan dengan Hawal perkiraan (Jembatan sisi Timur)

H awal Sc (m)

Perkiraan (m) Pangkal Jembatan

1 A 4.004 3.776 -0.228 2 B 4.223 3.993 -0.230 3 C 4.714 4.487 -0.227 4 D 5.120 5.074 -0.046 5 E 5.465 5.448 -0.017 6 F 5.615 5.641 0.026 7 G 5.677 5.722 0.045 0.811 8 H 6.513 6.024 -0.490 0.326 9 I 6.740 6.051 -0.689 10 J 6.483 6.103 -0.380 11 K 6.461 6.159 -0.302 12 L 6.633 6.248 -0.385 13 M - - -14 N - - -15 O 6.740 6.314 -0.426 16 P - - -17 Q - - -18 R 7.256 6.641 -0.615 V = 0.211 19 W 8.123 6.820 -1.303 0.038 20 X 8.026 6.654 -1.372 21 Y 7.332 6.001 -1.331 22 Z 6.064 5.325 -0.739 23 AA 5.684 4.973 -0.711 24 AB 5.691 4.778 -0.913 25 AC 5.81072 4.715 -1.096 26 AD 5.69526 4.647 -1.048 0.175 H awal t (m) Selisih (m) Poto-ngan No

Tabel 7 Perbandingan Hawal lapangan dengan Hawal perkiraan (Jembatan sisi Barat)

H awal Sc (m)

Perkiraan (m) Pangkal Jembatan

27 AK 4.034 3.806 -0.228 28 AL 4.233 4.003 -0.230 29 AM 4.673 4.484 -0.189 30 AN 5.136 5.057 -0.079 31 AO 5.566 5.415 -0.151 32 AP 5.753 5.610 -0.143 33 AQ 5.829 5.690 -0.139 0.639 34 AR 6.673 6.039 -0.634 0.189 35 AS 6.784 6.063 -0.721 36 AT 6.639 6.111 -0.528 37 AU 6.615 6.162 -0.453 38 AV 6.693 6.242 -0.451 39 AW - - -40 AX - - -41 AY 6.858 6.399 -0.459 42 AZ - - -43 BA - - -44 BB 7.457 6.647 -0.810 BF = 0.303 45 BG 7.953 6.659 -1.294 0.105 46 BH 7.859 6.695 -1.164 47 BI 7.147 6.152 -0.995 48 BJ 6.072 5.129 -0.943 49 BK 5.703 4.628 -1.075 50 BL 5.691 4.771 -0.920 51 BM 5.8705 4.731 -1.140 52 BN 5.7032 4.589 -1.114 0.176 H awal t (m) Selisih (m) No Poto-ngan

b.

Penurunan pada tanah yang menggunakan PVD

Berdasarkan data yang ada, pada titik S – V dan BC – BF telah dipasang PVD pada saat awal pembangunan. Bila pemasangan PVD sesuai dengan perhitungan kebutuhan, maka diperkirakan bahwa penurunan yang terjadi saat ini adalah konsolidasi sekunder. Karena tidak adanya informasi mengenai pola pemasangan PVD, maka setiap pola dihitung untuk memastikan Hal ini dapat

dilihat setelah dilakukan perhitungan yang salah satu contoh perhitungannya ada di bawah ini.

Tabel 8 Secondary settlement S – V (PVD 15 m)

Potongan

Ss (m)

S

0.05682

T

0.05699

U

0.05708

V

0.05716

Tabel 9 Rekapitulasi penurunan yang terjadi akibat sisa pemampatan primer dan pemampatan sekunderdi BC – BF

(PVD 10 m) (Sc5 m + Ss)

BC

0.0431

0.0568

0.0999

BD

0.0453

0.0569

0.1021

BE

0.0474

0.0570

0.1044

BF

0.05

0.05711

0.1061

Ss (m)

Potongan

Sc total

(m)

Sisa Penurunan yang

Akan Terjadi (m)

Keterangan :

Kode BC – BF dioperasikan dari tahun 2005 Kode S – V dioperasikan dari tahun 2008

3.2 Penurunan Tanah Pada Box Culvert

Pengukuran penurunan box culvert akibat penurunan tanah asli dilakukan bersamaan dengan pengukuran jembatan. Pengamatan elevasi di amati pada center line kedua box culvert. Menurut pengamatan di lapangan, terjadi penurunan yang cukup besar pada box culvert Utara yaitu 32 cm, sedangkan box culvert Selatan mengalami penurunan 15 cm. Berikut adalah hasil pengukuran box culvert di lapangan.

Gambar 10 Ilustrasi potongan memanjang box culvert Utara.

(6)

Tabel 10 Hasil pengukuran box culvert Utara dan Selatan

Kode Hukur (m) Selisih (m) Keterangan

AAA 2.187 0.322 AAA' / AAB' 1.865 -AAB 2.414 0.549 AAC 2.103 0.155 AAC' / AAD' 1.948 -AAD 2.376 0.428 Box Culvert Selatan (Q - BA) Box Culvert Utara (N - AX)

Selisih di dapatkan dari Hukur AAA – AAA’, AAB – AAA’, dst.

Setelah pengukuran selesai, dilakukan evaluasi antara pengukuran eksisting lapangan dengan perhitungan. Hasil perhitungan didapatkan dengan menghitung Sc pada box culvert yaitu sebagai berikut.

Dapat dilihat pada hasil rekapitulasi di atas, pemampatan primer yang terjadi di ujung dan di tengah bentang box culvert adalah 29 cm dan 53 cm. Karena pada saat pengamatan, box culvert masih berumur 5 tahun, maka dengan U5 tahun yaitu 57.50% didapatkan bahwa box culvert hanya mengalami penurunan sebesar. - Penurunan 5 tahun pada ujung box culvert :

Sc5 tahun = U5 tahun x 0.29 = 0.575 x 0.29 = 0.16675 m

- Sisa penurunan pada ujung box culvert yaitu : Scsisa = Sctotal - Sc5 tahun

= 29 – 16.675 = 12.325 cm

- Penurunan 5 tahun pada tengah bentang box culvert : Sc5 tahun = U5 tahun x 0.53

= 0.575 x 0.53 = 0.30475 m

- Sisa penurunan pada tengah bentang box culvert yaitu :

Scsisa = Sctotal - Sc5 tahun = 53 – 30.475 = 22.525 cm

IV.KESIMPULAN

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan dalam Tugas Akhir ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1.

Kontur terakhir sudah didapatkan dari hasil

pengukuran oleh surveyor Sulasmin cs,

2.

Cv rata-rata yang digunakan di dapatkan dari data

tanah apartment Bale Hinggil yaitu 2.92 m

2

/ tahun dan

setelah diadakan pengecekan, ternyata tinggi awal

yang digunakan sebagai perbandingan menghasilkan

selisih yang tidak terlalu jauh dengan akurasi 99.54%,

3.

Perkiraan tinggi awal sudah didapatkan melalui

perhitungan dan digunakan Cv rata-rata no. 2.

4.

Besar penurunan yang akan terjadi pada setiap

potongan sudah di hitung dan di dapatkan sisa

penurunan yang akan terjadi di masa depan,

5.

Walaupun oprit jembatan akan terus mengalami

penurunan, namun bila adanya penanganan untuk

mengganti pelat injak pada pangkal jembatan serta

di-overlay

secara intensif, maka pengguna jalan tidak

akan terganggu. Begitu juga pada box culvert terutama

yang Utara hanya perlu di

grouting

secara berkala

untuk

maintainance

.

6.

Telah di adakan penilitian untuk mengamati ukuran

ideal plat injak yang dilakukan oleh Laboratorium

Mekanika Tanah dan Batuan ITS. Hasil dari penelitian

itu adalah pada pembangunan jembatan berikutnya,

disarankan untuk menggunakan plat injak yang

tebalnya 50 cm dan panjang 10 m dari pangkal

jembatan untuk menghindari patahnya plat injak yang

dapat berakibat pada penurunan oprit jembatan.

DAFTAR PUSTAKA

Braja M. Das., (1985),“Advanced Soil Mechanics. International Student Edition”, Mc. Graw-Hill International Book Company Washington, U.S.A.

Braja M. Das., (1985), “Mekanika Tanah (Prinsip-prinsipRekayasaGeoteknis) Jilid 1”, Terjemahan: Noor EndahMochtar&Indrasurya B. Mochtar.

Bowles J.E., (1984), “Sifat-sifatFisisdanGeoteknis Tanah”. Terjemahan: Johan KelanaputraHainim, Erlangga, Jakarta. Departemen PU BinaMarga (1992), “Bridge Management System (BMS)”.

Departemen PU BinaMarga (1992), “Bridge Design Code (BMS)”.

Soedarmo D. G. Ir., PurnomoE. J. S. Ir., (1997), “Mekanika Tanah 2”, Kanisius, Yogyakarta.

Lambe, T. W. (1958a). “The Structure of Compacted Clay,”Journal of the Soil Mechanics and Foundations Division, ASCE, Vol. 84. No. SM2, 1654-1-1654-34.

Lambe, T. W. (1958b). “The Engineering Behavior of Compacted Clay,”Journal of the Soil Mechanics and Foundations Division, ASCE, Vol. 84. No. SM2, 1655-1-1655-35.

Lambri Z. E. diusahakandarinaskah P.J. Clijndan Ir. J. Potma, (1953), “IlmuMekanika Tanah”, PenerbitBukuTeknik H. Stam, Djakarta.

Leonards, G. A., Cutter, W. A., and Holtz, R. D. (1980). “Dynamic Compaction of Granular Soils,” Journal of the Geotechnical Engineering Division, ASCE, Vol. 106, No. GT1, 35-44.

Verma, BP, (1975), “Problems in Soil Mechanics”, Khanna Publisher, Delhi.

Wesley, L.D., (1977), “Mekanika Tanah”. BadanPenerbitPekerjaanUmum, Jakarta.

Gambar

Gambar 1 Bagan alir prosedur pengerjaan tugas akhir Evaluasi Penurunan dan Kestabilan Tiga Jembatan MERR II-C yang Menumpu di Atas Tanah Lempung
Gambar 2 Lanjutan bagan alir prosedur pengerjaan tugas akhir
Tabel 3 Rekapitulasi tinggi timbunan U 100% No. q (t/m2) Hawal (m) Hakhir (m) Sc (m)
Gambar 8 Grafik Hakhir vs Sc 23
+3

Referensi

Dokumen terkait

Analisis per ubahan penggunaan lahan ter hadap kondisi hidr ologi difokuskan pada pengar uh per ubahan luas hutan ter hadap koefisien alir an per mukaan (C) dan

U ovome je u principu čar kreacije fotografije namijenjene korištenju u reklami - smišljanje kakav će se rezultat postići nakon što se slici ili elementu slike potpiše tekst

Kesan-kesan buruk lain : Tiada kesan yang penting atau bahaya kritikal yang diketahui.

Sel tumbuhan adalah unit struktural, fungsional, dan fundamental terkecil suatu tumbuhan. Di dalam sel tumbuhan terdapat dinding sel, membran sel, inti, dan

Sinar Galoseng Prima Cabang Manado 2.sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajer pada PT Sinar Galesong Prima Manado 2 Wiryana dan Augustine

Keduanya melawan suatu hal yang berbeda yaitu iman yang hanya bersifat teoritis semata-mata (benar secara doktrin) dan tidak dinyatakan dalam perbuatan sehari-hari,

Inspirator Guru Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian pada kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah dengan diterapkannya

Sumber-sumber rujukan juga boleh dimuat turun pada aplikasi portal ini dan membolehkan pelajar mendapat sumber rujukan yang lebih mudah dan tepat mengenai topik yang diajar dan