PERBEDAAN TINGKAT PENYESUAIAN DIRI ANTARA
PENSIUNAN GURU LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
SETIASIH DWI INDRATI
NIM : 059114069
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Orang-orang yang berhenti belajar
akan menjadi pemilik masa lalu.
Orang-orang yang masih terus belajar,
akan menjadi pemilik masa depan
.v Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Bapak dan Ibuku yang selalu mendukung dan berjuang demi aku,
Kakakku,
vii ABSTRAK
Setiasih Dwi Indrati (2009). Perbedaan tingkat penyesuaian diri antara pensiunan guru laki-laki dan perempuan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi; Jurusan Psikologi; Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat penyesuaian diri antara pensiunan guru laki-laki dan perempuan. Penyesuaian diri adalah suatu reaksi terhadap tuntutan-tuntutan terhadap dirinya yang berupa tuntutan internal dan eksternal. Aspek penyesuaian diri adalah kepuasan psikis, efisiensi kerja, gejala-gejala fisik, dan penerimaan sosial. Hipotesis yang diajukan adalah pensiunan guru perempuan mempunyai penyesuaian diri lebih baik daripada pensiunan guru laki-laki.
Subjek dari penelitian ini adalah 50 orang pensiunan guru laki-laki dan 50 orang pensiunan guru perempuan dengan batasan usia 60 sampai 72 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala penyesuaian diri. Koefisien reliabilitas dari skala penyesuaian diri adalah 0,927.
Hasil analisis menunjukkan nilai t sebesar 0.971 dengan nilai p sebesar 0.167(p>0,05), artinya hipotesis yang menyatakan pensiunan guru perempuan memiliki tingkat penyesuaian diri lebih baik daripada pensiunan guru laki-laki ditolak. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat penyesuaian diri yang signifikan antara pensiunan guru laki-laki dan guru perempuan.
viii Current research was aimed to know the differences of self adjustment l between male and female teacher pensions. Self adjustment was a reaction towards demands againts self in the form of internal and external. Self-adjusment aspect are psychological satisfaction, job efficiency, physical symptoms, and social acceptance. Hypothesis of this research female teachers pensions had better self-adjustment that male teacher pensions.
Subjects of this research were 50 male teacher pensions and 50 female teacher pensions with age 60 years until 72 years. Data collecting procedures was done by spread adjustment scale. The reliability coefficient of the self-adjustment scale was 0,927.
It was shown that t value was 0,971 with p of 0,167 (p>0,05). It meant that the hypothesis stated previously was rejected. It can be summarized that there was no different significant self-adjustment level between male teacher pensions and female teacher pensions.
x limpahan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Penyesuaian Diri Antara Pensiunan Guru Laki-laki dan Perempuan”.
Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak: Sugimin, terima kasih untuk setiap cinta, kasih sayang, pengorbanan serta kesabaran yang bapak berikan dan Ibu: Tatik tercinta, terima kasih untuk segala doa, untuk setiap cinta, kasih dan sayang untuk setiap kesabaran, ketabahan dan pengorbanan Ibu bagi kami. Terima kasih atas kesempatan pendidikan di perguruan tinggi. Terimakasih atas pengorbanan kalian. Hanya ini yang dapat kupersembahkan sebagai rasa sayangku pada Bapak dan Ibu. 2. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan semangat kepada penulis.
xi 4. Sylvia CMYM, S. Psi., M.Si. yang telah membantu dan memberikan masukan
yang bermanfaat bagi peneliti.
5. M.L. Anantasari S.Psi., M.Si. dan Dr.A.Priyono Marwan,S.J. selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan dorongan agar penulis dapat segera menyelesaikan studi.
6. Semua dosen di Fakultas Psikologi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama masa kuliah.
7. Mas Gandung, Mas Mudji, Mas Doni dan Pak Gik, yang telah memberi bantuan dan kemudahan kepada penulis. Terima kasih atas kesabaran, senyum dan keramahannya dalam menolong dan melayani kebutuhan kami semua. 8. Masku tercinta, terima kasih karena Mas selalu mendukung setiap langkah
yang aku tempuh, yang selalu menuntun aku, yang sabar dan menjadi pendengar yang baik. Mas selalu ada saat aku membutuhkan kakak. Aku sangat sayang Mas....
9. Buat Bulekku. Terima kasih atas dukungan dan doanya. Terima kasih dengan setia menemani diriku mencari subyek. Karena dirimu jugalah aku dapat menyelesaikan sikripsiku. Thank’s Bulek….
10. Buat Mbah Putri, Mbak Atin, dan dua ponakanku (Dede & Dina), terima kasih doa dan dukungannya….
xii 13. Teman-teman psikologi: Bx (“makasih untuk kebersamaannya”), Dewi, Marni, Tere, Nora, Momo, Henny, Devi, Ita (“makasih bantuin nyebar angketnya) dan seluruh angkatan`05 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: “Thanks for all your support”.
14. Buat anak kos baru: Deta, Nisi, dan Nia, terimakasih atas dorongannya agar cepat menyelesaikan revisiku…
15. Buat mas Iwan (Fc. Shinta): terima kasih telah memberikan informasi tentang pensiunan guru yang berada di Paingan.
16. Teman-teman KKN angkatan 36 kelompok 10 desa Tanen: Ella (“ayo masak lagi!”), Nene (“Ayo Ne tetap semangat”), Sinta Farmasi (“akhirnya diriku menyusulmu”), Bagong, Mas Adit, Paulina, Aza, Dani, Eksi, dan Anita. Thank’s buat kebersamaannya….
17. Buat orang-orang apotik Ketandan: Mas Jo (“ayo buruan cari pasangan…..!), Pak Budi (“makasih banget ya bantuin sebar angket”), Deni (“makasih ya atas bantuannya”). Terimakasih kalian selalu membuka tangan kalian untuk diriku….
xiii 19. Buat bapak dan ibu pensiunan guru yang telah bersedia berpartisipasi sebagai subyek penilitian ini, terima kasih atas bantuannya, tanpa ada kalian penelitian ini tidak akan berjalan. Terima kasih juga atas nasehat-nasehat dan cerita-cerita, bagiku semua sangat berarti.
20. Terima kasih pula bagi semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran studi penulis serta yang telah membantu penulis memaknai arti hidup dan cinta.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik terhadap kekurangan ataupun kesalahan pada karya tulis ini sehingga di masa yang akan datang penulis dapat menulis dengan lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan dunia Psikologi pada khususnya.
xiv HALAMAN JUDUL………
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. HALAMAN PENGESAHAN ………... HALAMAN MOTTO……….. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………... HALAMAN PERSEMBAHAN………...
xv BAB II LANDASAN TEORI………
A. Penyesuaian Diri………
1. Pengertian Penyesuaian Diri ……… 2. Kriteria Penyesuaian Diri ………... 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri…………. B. Pensiunan Guru………...
1. Pengertian Guru………..
2. Pensiunan ………...
3. Masa Lanjut Usia………
C. Laki-Laki dan Perempuan……… D. Perbedaan Penyesuaian Diri pada Pensiunan Guru Laki-laki dan
Perempuan……….
E. Hipotesis………...
BAB III METODE PENELITIAN………. A. Jenis Penelitian………... B. Identifikasi Variabel Penelitian……… C. Definisi Operasional Variabel Penelitian………...
1. Jenis Kelamin ………..
2. Penyesuaian Diri ………..
D. Sampel Penelitian………... E. Metode dan Pengumpulan Data………..
1. Penyusunan aitem………... 2. Pemberian skor aitem skala Penyesuaian Diri ………...
xvi 3. Estimasi Reliabilitas……….. G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur………...
1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian………... 2. Hasil Uji coba Alat Ukur Penelitian………..
H. Metode Analisis Data………
1. Uji Asumsi………..
2. Uji Hipotesis………..
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… A. Pelaksanaan Penelitian………... B. Hasil Penelitian………...
1. Uji Asumsi………..
2. Uji Hipotesis……….
3. Uji Nilai Mean………
C. Pembahasan……….
xvii DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2. Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5 Tabel 6. Tabel 7
Blue print Skala Penyesuaian Diri sebelum seleksi aitem……… Distribusi aitem Skala Penyesuaian Diri……… Pemberian skor pada Skala Harga Diri pilihan jawaban favorabel……… Pemberian skor pada Skala Harga Diri pilihan jawaban unfavorabel……… Blue Print Skala Penyesuaian Diri Setelah Seleksi Aitem Blue Print Skala Penyesuaian Diri Setelah Uji Coba………. Blue Print Skala Penyesuaian Diri untuk Penelitian ……….
19 20
20
xviii Lampiran 2. Skala Penelitian……….
Lampiran 3. Reliabilitas Dan Seleksi Aitem Skala Penyesuaian Diri.. Lampiran 4. Uji Normalitas... Lampiran 5. Uji Hipotesis………. Lampiran 6. Uji Nilai Mean………..
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia tidak selamanya akan bisa menikmati aktivitas kerja dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin bertambah umur seseorang akan menyebabkan semakin menurun kondisi fisiknya. Hal tersebut yang membatasi seseorang untuk melakukan aktivitas.
Usia yang semakin bertambah tersebut menyebabkan perubahan dalam diri maupun lingkungan individu sehingga seseorang harus melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dilakukan seseorang agar dapat dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya (Schneiders dalam Gunarsa & Gunarsa, 1986).
Perubahan dalam diri maupun lingkungan menyebabkan seseorang melakukan penyesuaian diri. Salah satu seseorang yang mengalami perubahan hidup adalah pensiunan. Seseorang mengalami berbagai perubahan ketika pensiun sehingga menyebabkan individu melakukan penyesuaian diri ketika pensiun.
menjadi salah satu alasan peneliti memilih pensiunan guru menjadi subyek penelitiannya.
Pensiunan guru mengalami perubahan dalam pola hidup. Ketika masih mengajar, seorang guru mempunyai pola hidup yang teratur. Pola hidup yang teratur tersebut adalah aktivitas terjadwal ketika mengajar disekolah. Aktivitas setiap hari biasanya dimulai dari pagi sekitar pukul 07.00 sampai sekitar pukul 14.00 ketika guru berada di sekolah. Hal tersebut berlangsung dari hari Senin sampai hari Sabtu. Pola hidup itu berubah ketika guru memasuki masa pensiun. Guru harus berhenti bekerja. Hal ini yang menyebabkan tidak lagi dimilikinya aktivitas mengajar di sekolah.
Selain kehilangan pekerjaannya, masa pensiun menyebabkan hilangnya sumber penghasilan, karir, jabatan, peran, harga diri, kesempatan untuk mengadakan interaksi dengan lingkungannya, aktivitas-aktivitasnya dan status sosialnya atau identitas diri. Akibatnya, masa pensiun dianggap sebagai krisis hebat dalam hidup mereka (Kuntjoro, 2002).
3
Permasalahan ini merupakan alasan kedua peneliti memilih pensiunan guru sebagai subyek penelitiannya.
Salah satu tujuan seorang individu melakukan penyesuaian diri adalah agar dapat di terima oleh lingkungan sekitarnya. Lingkungan di sekitar individu adalah masyarakat. Individu agar dapat diterima oleh masyarakat, maka harus berperilaku sesuai dengan tuntutan dari masyarakat.
Masyarakat memberikan tuntutan yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan. Maka, pada pembicaraan mengenai laki-laki dan perempuan tidak akan pernah dipisahkan dengan pembicaraan mengenai peran jender (gender role) dan stereotip jender (gender stereotype) (William & Best dalam Prastowo 2002).
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti adalah: “ Apakah ada perbedaan tingkat penyesuaian diri antara pensiunan guru laki-laki dengan pensiunan guru perempuan?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah ada perbedaan tingkat penyesuaian diri antara pensiunan guru laki-laki dengan pensiunan guru perempuan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan kontribusi wacana di bidang Psikologi Perkembangan, khususnya yang berkaitan penyesuaian diri pada pensiunan guru laki-laki dan perempuan.
2. Manfaat praktis
Bagi komunitas pensiunan guru, penelitian ini dapat membantu komunitas untuk memahami gambaran penyesuaian diri antara pensiunan guru laki-laki dan perempuan. Maka dari pemahaman tersebut diharapkan gambaran tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kesejahteraan hidupnya di masa pensiun menjadi lebih baik.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Penyesuaian Diri
1. Pengertian penyesuaian diri
Menurut Kartono (2000), penyesuaian diri merupakan usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya, dapat mempertahankan eksistensinya, serta memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah. Selain itu, penyesuaian diri juga berarti bahwa individu dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan-tuntutan sosial.
Schneiders (dalam Yusuf & Nurihsan, 2007), penyesuaian diri adalah suatu respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan konflik; dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan definisi dari penyesuaian diri adalah suatu respon individu untuk menghadapi berbagai macam tuntutan baik yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungannya agar terjadi keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya. Tingkat penyesuaian diri tinggi apabila individu memiliki kemampuan yang baik dalam merespon berbagai macam tuntuntan yang ada, sedangkan tingkat penyesuaian diri rendah apabila individu memiliki kemampuan yang kurang baik dalam merespon berbagai macam tuntutan yang ada.
2. Kriteria penyesuaian diri
Untuk menilai berhasil atau tidaknya proses penyesuaian diri Vembriarto (1993) mengemukakan empat kriteria yang dapat digunakan, yaitu:
a. Kepuasan psikis
7
yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas yang menjelma dalam bentuk perasaan kecewa, gelisah, lesu, dan depresi.
b. Efisiensi kerja
Penyesuaian diri yang berhasil akan nampak dalam kerja atau kegiatan yang efisien artinya seseorang dapat melakukan pekerjaan atau kegiatan dengan baik dan positif, sedangkan yang gagal nampak dalam kerja atau kegiatan yang tidak efisien.
c. Gejala-gejala fisik
Mereka yang gagal menyesuaikan diri akan menampakkan gejala-gejala fisik yang kurang baik dan sehat, seperti pencernaan terganggu, sakit perut, kepala pusing, gatal-gatal, sedangkan mereka yang berhasil menyesuaikan diri kondisi fisiknya selalu baik dan sehat. d. Penerimaan sosial
Mereka yang berhasil menyesuaikan diri akan diterima baik oleh masyarakat, mereka menerima reaksi setuju dari masyarakat sedangkan yang gagal tidak akan diterima baik oleh masyarakat dan akan mendapatkan reaksi tidak setuju dari masyarakat.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
a. Frustrasi (tekanan perasaan)
Frustrasi adalah proses yang membuat seseorang merasa ada hambatan dalam proses pemenuhan kebutuhannya atau menyangka bahwa akan terjadi suatu hal yang menghalangi keinginannya. Maka dengan adanya perasaan bahwa adanya hambatan dalam memenuhi tuntutan menyebabkan seseorang menjadi pesimis ketika mengahadapi suatu tuntutan sehingga menjadi sulit baginya untuk mengorganisasi kemampuan berpikir, perasaan, motivasi, dan tingkah laku untuk menghadapi suatu tuntutan yang harus dipenuhi. Penyesuaian diri yang baik terjadi jika seseorang dapat memenuhi suatu tuntutan yang muncul dalam dirinya, maka dengan tidak terpenuhinya tuntutan tersebut menyebabkan penyesuaian diri menjadi menurun.
b. Konflik (pertentangan batin)
9
c. Kecemasan (anxiety)
Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang mengalami frustrasi dan konflik. Proses emosi tersebut berupa rasa takut, terkejut, tidak berdaya, dll. Proses emosi misalnya saja rasa tidak berdaya disebabkan individu tidak dapat mengatasi hambatan yang ada dan mempunyai dua dorongan dalam waktu yang bersamaan. Penyesuaian diri akan baik jika individu dapat mengatasi proses emosi tersebut sehingga tuntutan dapat terpenuhi. Akan tetapi jika individu tidak dapat mengatasinya maka menyebabkan penyesuaian diri menjadi menurun.
B. Pensiunan Guru 1. Pengertian Guru
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Kata guru dalam bahasa Inggris disebut teacher, kata ini diartikan sebagai seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain (Syah, 2002).
2. Pensiunan
Pensiun, artinya ialah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diberhentikan (Pensiun, 2009). Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 1979, batas usia pensiun pada guru adalah usia 56 tahun dan dapat diperpanjang sampai pada usia 60 tahun.
Menurut Kimmel, pensiun merupakan suatu perubahan yang penting dalam perkembangan hidup individu yang ditandai dengan terjadinya perubahan sosial. Perubahan ini harus dihadapi oleh para pensiunan dengan penyesuaian diri terhadap keadaan tidak bekerja, berakhirnya karier di bidang pekerjaan, berkurangnya penghasilan, dan bertambah banyaknya waktu luang yang kadang – kadang terasa sangat mengganggu (dalam Prastiti, 2005). Hal senada juga diungkapkan Kuntjoro (2002) yaitu, meskipun tujuan ideal pensiun adalah para guru dapat menikmati hari tuanya namun kenyataannya sering diartikan sebaliknya. Pensiun seringkali dipersepsikan sebagai bentuk kehilangan pekerjaan, penghasilan, status, peran, harga diri, jabatan dan mereka harus memutuskan hubungan sosial.
3. Masa Lanjut Usia
11
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.
Secara sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Penduduk lanjut usia di negara kita menduduki kelas sosial yang tinggi dan harus dihormati kaum muda (dalam Suhartini, 2009).
C. Laki-laki dan Perempuan
masing-masing jenis kelamin, misalnya sifat jender laki-laki harus kuat dan agresif sehingga konstruksi sosial itu membuat laki-laki terlatih dan termotivasi menuju dan mempertahankan sifat yang ditentukan tersebut. Sebaliknya karena konstruksi sosial kaum perempuan harus lemah lembut maka sejak kecil asosiasi tersebut mempengaruhi perkembangan visi emosi dan ideologi kaum perempuan.
Spencer dan Kass (dalam Widiyanti, 2002) mengatakan bahwa perlakuan dan sikap yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan disebabkan oleh anggapan bahwa wanita dan pria mempunyai peranan berbeda di masyarakat. Sesuai dengan peranannya pria diharapkan menjadi kuat, mandiri, agresif, dan mampu memanipulasi lingkungan, berprestasi dan membuat keputusan. Dalam kehidupan sosial mereka diharapkan mampu berkompetisi, tegas, dan dominan. Wanita diharapkan lebih tergantung, sensitif dan keibuan.
Dalam keluarga, laki-laki dan perempuan memiliki peran yang berbeda. Perempuan berperan pada wilayah domestik yakni sebagai pengurus rumah tangga sementara laki-laki di wilayah publik sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama (kapan lagi.com, 2009).
D. Perbedaan penyesuaian diri pada pensiunan guru laki-laki dan perempuan
13
diri pensiunan guru laki-laki dan perempuan. Pensiunan guru harus melakukan penyesuaian diri yang disesuaikan dengan tuntutan dari masyarakat.
Masayarakat menuntut laki-laki untuk berprestasi dan mampu berkompetisi (Widiyanti, 2002). Tuntutan tersebut dapat dipenuhi pensiunan guru ketika masih bekerja menjadi guru. Permasalahannya ketika pensiun, pensiunan guru tidak bekerja lagi sehingga pensiunan guru tidak bisa menyalurkan tuntutan tersebut yang sudah menjadi kebiasaannya ketika masih bekerja .Hal tersebut membuat pensiunan guru laki-laki mengalami perubahan ketika pensiuan sehingga harus melakukan penyesuaian diri. Selain itu, pada masa pensiun individu dihadapkan pada permasalahan kondisi fisik dan mental yang menurun sehingga pensiunan guru laki-laki sulit untuk memenuhi tuntutan tersebut. Maka, dari kedua permasalahan tersebut menyebabkan pensiunan guru melakukan penyesuaian diri. Lain halnya dengan perempuan yang tidak dituntut terlalu tinggi dalam berprestasi maupun berkompetisi sehingga ketika pensiun tidak ada perubahan yang begitu berbeda. Hal tersebut menyebabkan pensiunan guru perempuan lebih mudah dalam memenuhi tuntutan tersebut.
permasalahan baru, yaitu rela atau tidaknya seorang pensiunan dibantu oleh orang lain.
Dalam masyarakat, laki-laki diharapkan kuat dan mandiri (Widiyanti, 2002). Dengan latar belakang tersebut menyebabkan seorang pensiunan guru laki-laki sulit untuk menyesuaikan diri. Pensiunan guru laki-laki harus tetap kuat dan mandiri di depan masyarakat, padahal dengan keadaan fisik dan mental yang menurun membuatnya semakin lemah dan banyak permasalahan tidak bisa diselesaikannya sendiri. Hal tersebut juga menyebabkan adanya perubahan dalam pensiunan guru laki-laki karena sebelumnya terbiasa kuat dan mandiri harus menjadi tergantung pada orang lain. Lain halnya dengan pensiunan guru perempuan. Dalam masyarakat, perempuan lebih ditoleransi oleh masyarakat untuk tergantung pada orang lain sehingga pensiunan guru perempuan bisa rela menerima bantuan dari orang lain. Hal tersebut menyebabkan seorang pensiunan bisa meminta bantuan dari lain sehingga memudahkannya menghadapi berbagai permasalahan di masa pensiun.
Dalam keluarga, laki-laki berperan pada wilayah publik sebagai pencari nafkah utama (kapan lagi.com, 2009). Permasalahannya adalah ketika
pensiun, pensiunan guru tidak bekerja lagi sehingga pensiunan guru laki-laki
tidak bisa lagi berperan menjadi pencari nafkah utama. Maka dalam hal ini
pensiunan guru laki-laki bisa mengalami konflik antara ingin memenuhi
kebutuhan keluarga karena terbiasa sebagai pencari nafkah utama dengan
menjadi tergantung pada orang lain. Lain halnya dengan perempuan yang
15
menyebabkan perubahan peran tersebut karena ketika pensiun, pensiunan
guru perempuan masih memiliki peran tersebut. Perbandingan dari kedua hal
tersebut menyebabkan pensiunan guru laki-laki lebih sulit melakukan
penyesuaian diri daripada pensiunan guru perempuan.
Dari uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa pensiunan guru perempuan lebih mudah menyesuaikan diri pada masa pensiun sehingga pensiunan guru perempuan memiliki penyesuaian diri yang lebih baik daripada pensiunan guru laki-laki. Hal tersebut didasarkan pada perbandingan antara peran gender laki-laki dan perempuan dengan permasalahan yang terjadi pada masa pensiun.
E. Hipotesis Penelitian
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara pensiunan guru laki-laki dengan pensiunan guru perempuan dalam tingkat penyesuaian diri.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. variabel bebas : jenis kelamin 2. variabel tergantung : penyesuaian diri
C. Definisi Operasional 1. Jenis kelamin
17
2. Penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah suatu reaksi terhadap tuntutan-tuntutan terhadap dirinya yang berupa tuntutan internal dan eksternal. Skor yang tinggi pada penelitian ini menunjukkan bahwa individu memiliki penyesuaian diri yang baik, sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu memiliki penyesuaian diri yang kurang baik. Variabel penyesuaian diri ini diukur dengan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Vembriarto (1993), yaitu:
a. Kepuasan psikis
Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan kepuasaan psikis dimana mereka menjadi riang, senang, tenang dan aman, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas yang menjelma dalam bentuk perasaan kecewa, gelisah, lesu, dan depresi.
b. Efisiensi kerja
Penyesuaian diri yang berhasil akan nampak dalam kerja atau kegiatan yang efisien artinya seseorang dapat melakukan pekerjaan atau kegiatan dengan baik dan positif, sedangkan yang gagal nampak dalam kerja atau kegiatan yang tidak efisien.
c. Gejala-gejala fisik
d. Penerimaan sosial
Mereka yang berhasil menyesuaikan diri akan diterima baik oleh masyarakat, mereka menerima reaksi setuju dari masyarakat sedangkan yang gagal tidak akan diterima baik oleh masyarakat dan akan mendapatkan reaksi tidak setuju dari masyarakat.
D. Sample Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya (Narbuko, C & Achmadi, H. A., 2001). Kriteria subyek pada penelitian ini adalah pensiunan guru laki-laki-laki dan pensiunan guru perempuan yang berusia diatas 60 tahun. Batas usia subyek penelitian ini adalah 72 tahun karena dianggap masih melakukan proses penyesuaian diri pada masa pensiun.
E. Metode dan Alat Pengumpul Data 1. Penyusunan aitem
Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala penyesuaian diri. Metode penskalaan yang digunakan adalah metode
summated ratings, dengan menggunakan skala Likert yang terdiri atas
19
(SS), Sesuai dengan keadaan diri saya (S), Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (TS), dan Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (STS)
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dengan tipe pilihan. Butir-butir dalam skala terbagi atas dua kelompok, yaitu: (1) butir
favorable, yaitu pernyataan yang sesuai dengan variabel, (2) butir
unfavorable, yaitu butir yang tidak sesuai dengan variable (Hadi, 1986). Skala ini, oleh peneliti dibuat sesuai dengan keadaan subyek penelitian yaitu berdasarkan persepsi subyek penelitian.
Skala penyesuaian diri ini disusun oleh peneliti sendiri. Pembuatan skala ini mengacu pada komponen penyesuaian diri, meliputi: Kepuasan psikis, efisiensi kerja, gejala-gejala fisik, penerimaan sosial. Berdasarkan beberapa aspek diatas dibuat 80 aitem. Yang disajikan dalam table blue print sebagai berikut:
Tabel 1: Blue Print Skala Penyesuaian Diri
Aitem
No Komponen
Favorable Unfavorable
Bobot
1. Kepuasan psikis 10 10 20 (25%)
2. Efisiensi kerja 10 10 20 (25%)
3. Gejala-gejala fsik 10 10 20 (25%)
4. Penerimaan sosial 10 10 20 (25%)
Tabel 2: Distribusi aitem Skala Penyesuaian Diri
2. Pemberian skor aitem Skala Penyesauaian Diri
Dalam setiap aitem Skala Penyesuaian Diri ini disediakan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai dengan keadaan diri saya (SS), Sesuai dengan keadaan diri saya (S), Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (TS), dan Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (STS). Penskoran setiap item tergantung dalam bentuk pernyataannya. Untuk pernyataan favorabel, maka penskorannya sebagai berikut:
Tabel 3: Pemberian Skor untuk Pernyataan Favorabel
Jawaban Skor
21
Sedangkan untuk pernyataan unfavorabel, maka skoringnya adalah:
Tabel 4: Pemberian Skor untuk Pernyataan unfavorabel
Jawaban Skor
Sangat Sesuai dengan keadaan diri saya (SS) 1 Sesuai dengan keadaan diri saya (S) 2 Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (TS) 3 Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (STS) 4
F. Pengujian Instrumen Penelitian
Dalam penelitian data merupakan sesuatu yang penting. Benar dan tidaknya tergantung dari baik/tidaknya instrument pengumpul data yang dipergunakan. Untuk itu dilakukan beberapa pengujian sebagai berikut:
1. Estimasi validitas
Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. Menurut Azwar (2005), validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Dalam penelitian ini, untuk memenuhi validitas isi, peneliti akan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing terkait dengan skala yang akan diujicobakan.
2. Daya beda aitem
Daya beda aitem atau kesahihan item dilakukan berdasarkan korelasi item total. Dalam penelitian ini daya beda aitem diukur dengan koefisien korelasi, biasanya digunakan batasan rix ≥ 0,30. Akan tetapi
penelitian ini, peneliti menggunakan batasan rix ≥ 0,25 dalam melakukan
seleksi aitem. Hal tersebut dimaksudkan agar aitem-aitem pada skala penelitian jumlahnya memenuhi seseuai dengan yang direncanakan.
3. Estimasi Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran (Azwar, 1999). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi, yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya. Dalam penelitian ini taraf reliabilitas alat ukur akan diukur dengan metode α-cronbrach yaitu melalui pendekatan reliabilitas konsistensi internal. Nilai reliabilitas skala akan memuaskan bila koefisien Alpha mendekati 0,90 (Azwar, 2005).
G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur 1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian
Uji coba dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan seleksi aitem. Uji coba alat ukur kepercayaan diri yang berjumlah 80 aitem dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2009 sampai dengan 1 April 2009. Uji coba dilakukan terhadap 40 subyek yang memiliki karakteristik yang kurang lebih sama dengan subyek penelitian. Subyek uji coba yaitu pensiunan guru laki-laki dan perempuan baik pensiunan guru negri maupun pensiunan guru swasta yang memiliki usia diatas 60 tahun.
23
beberapa hari kepada subyek untuk mengisi skala tersebut. Skala yang disebar kemudian dikumpulkan kembali beberapa hari setelah penyebaran. 2. Hasil Uji coba Alat Ukur Penelitian
Pada tahap awal, peneliti memberikan penilaian pada masing-masing respon yang diberikan oleh subyek pada setiap aitem, dimana terdapat 80 aitem yang terdiri dari 40 aitem favorabel dan 40 aitem
unfavorable. Skor untuk skala favorabel, yaitu SS = 4, S = 3, TS = 2, STS
= 1, sedangkan untuk skala unfavorabel, yaitu SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4. Skor total untuk tiap-tiap subyek diperoleh dengan cara menjumlahkan semua skor butir yang diperoleh subyek.
Pada tahap selanjutnya peneliti melakukan estimasi reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien korelasi yang dihitung dengan bantuan program SPSS for Windows version 12.0. Peneliti melakukan seleksi item dengan menggunakan koefisien korelasi. Aitem-aitem yang memiliki nilai koefisien korelasi dibawah 0,25 akan dibuang dan kemudian dilakukan penghitungan reliabilitas kembali hingga tidak ditemukan lagi nilai koefisien korelasi yang berada di dibawah 0,25 . Hal ini dilakukan untuk meningkatkan reliabilitas skala penyesuaian diri, dimana dengan membuang aitem-aitem yang nilai koefisien korelasi dibawah 0,25, maka reliabilitasnya akan meningkat.
didapatkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,913. Sedangkan aitem-aitem yang gugur antara lain aitem nomor 2, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 19, 20, 29, 35, 37, 41, 42, 52, 64, 68, 73, dan 78.
Aitem yang masih tersisa berjumlah 60 aitem, kemudian aitem-aitem tersebut kembali dihitung reliabilitasnya. Penghitungan reliabilitas yang kedua meningkatkan nilai Cronbach’s Alpha menjadi 0,926. Aitem-aitem yang gugur antara lain nomor 30, 49, dan 79.
Aitem yang tersisa berjumlah 57 aitem, dimana hasil reliabilitas Cronbach’s Alpha ialah 0,927 dan tidak terdapat lagi aitem-aitem yang memiliki nilai koefisien korelasi dibawah 0,25
Tabel 5: Blue Print Skala Penyesuaian Diri Setelah Seleksi Aitem
Aitem
25
Tabel 6: Blue Print Skala Penyesuaian Diri Setelah Uji Coba
Aitem
Tabel 7: Blue Print Skala Penyesuaian Diri untuk Penelitian
Aitem
H. Metode Analisis Data 1. Uji asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang dimaksud untuk mengetahui apakah data variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas untuk penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Jika taraf signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05) maka data yang diperoleh berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari sampel yang akan diuji adalah sama atau homogen. Uji homogenitas untuk penelitian ini menggunakan Levene’s Test. Jika taraf signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05) maka data yang diperoleh homogen. 2. Uji hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan analisis kuantitatif berdasarkan data dari hasil penelitian. Analisis data untuk penelitian ini menggunakan teknik uji Independent Sample t-test (uji t). Metode ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu dengan cara membandingkan dua kelompok subyek dengan mencari perbedaan mean antara sifat keadaan atau tingkah laku dalam dua kelompok tersebut. Program yang dipakai untuk analisis adalah program SPSS for Windows
version 12.0. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji
27
BAB IV
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Uji coba dilakukan pada tanggal 16 Maret 2009 sampai 23 Maret 2009. Subyek untuk uji coba adalah 40 orang pensiunan guru laki-laki dan perempuan. Angket untuk uji coba terdiri dari 80 pernyataan yang terdiri dari 40 pernyataan favorable dan 40 pernyataan unfavorable. Pernyataan tersebut memiliki 4 kategori jawaban SS (sangat sesuai dengan keadaan diri), S (sesuai dengan keadaan diri), TS (tidak sesuai dengan keadaan diri), dan STS (sangat tidak sesuai dengan keadaan diri). Dari uji coba tersebut didapatkan 54 pernyataan yang lolos uji dan digunakan untuk skala penelitian. Penelitian dilaksanakan di Klaten dan Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 1 April 2009 sampai dengan 20 April 2009. Subyek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 100 orang, yang terbagi menjadi 50 orang pensiunan guru laki-laki dan 50 orang pensiunan guru perempuan.
B. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi
a. Uji normalitas
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai Z= 3,041 dan nilai p= 0.000 (p<0,05). Hal tersebut mengindikasikan bahwa data tidak terdistribusi normal.
b. Uji homogenitas.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai F=0,333 dan nilai p=0,565 (p>0,05). Hal tersebut mengindikasikan bahwa data homogen.
2. Uji Hipotesis
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik uji
Independent Sample t-test (uji t) dengan bantuan program SPSS for
Windows version 12.0. Taraf Signifikansi yang digunakan adalah 5%,
sehingga dasar pengambilan keputusan ialah jika p>0,05 maka Ho diterima, sebaliknya jika p< 0,05 maka Ho ditolak.
Uji t tetap dilakukan walaupun data tidak terdistribusi normal . Hal ini didukung oleh Howell (1982) yang menyatakan bahwa dalam prakteknya asumsi normalitas dapat seringkali dilanggar dengan memberikan efek yang relatif kecil.
29
perbedaan yang signifikan tingkat penyesuaian diri antar pensiunan guru laki-laki dengan pensiunan guru perempuan.
3. Uji Nilai Mean
Uji Mean dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya penyesuaian diri pensiunan guru laki-laki dan perempuan. Hasil dari mean teoritik yang diperoleh dari 54 aitem dengan perhitungan skor antara nilai 1 sampai dengan 4 adalah sebesar 135. Untuk melihat perbedaan, peneliti menggunakan teknik uji One Sample t-test (uji t). Dari hasil tabel dapat dilihat bahwa p sebesar 0,000 ( p < 0,05) dan t sebesar 118,221 dan nilai mean empiris sebesar 172,24, hal ini menunjukkan bahwa ada pebedaan yang signifikan antara mean teoritik dan mean empiris. Perbandingan antara mean teoritik dengan mean empiris menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar daripada mean teoritik. Hal ini berarti bahwa pensiunan guru laki-laki dan perempuan memiliki penyesuaian diri yang baik.
C. Pembahasan
sama. Jadi, jenis kelamin ternyata tidak membuat penyesuaian diri pensiunan guru berbeda.
31
guru kemudian membuat sebuah metode mengajar yang efektif. Akan tetapi seringkali, metode tersebut tidak sesuai. Maka guru harus melakukan evaluasi lagi dan mulai menciptakan metode baru yang lebih efektif agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
Pada beberapa orang tanggung jawab yang berat dan pekerjaan rutin sebagai seorang guru dapat menimbulkan stres (Widodo, tanpa tahun). Dengan datangnya masa pensiun dapat memberikan kebebasan rutinitas sehingga dapat menghilangkan stres yang diakibatkan oleh ketegangan pekerjaan. Stress yang rendah pada masa pensiun membuat kesehatan mental lebih baik (Rogers dalam Widanarti, 2003).
pertemanan dan keluarga yang luas lebih puas dengan hidupnya dibandingkan dengan orang-orang lanjut usia yang terisolasi secara sosial.
33 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa p sebesar 0,167 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat penyesuaian diri antara pensiunan guru laki-laki dengan pensiunan guru perempuan.
B. Saran
Penelitian ini masih jauh dari sempurna dan memiliki beberapa kelemahan. Berdasarkan kelemahan yang ada, peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan evaluasi dan perbaikan:
1. Bagi masyarakat
Masyarakat diharapkan untuk tidak lagi memberikan pandangan yang berbeda mengenai kemampuan penyesuaian diri seseorang berdasarkan jenis kelaminnya, sehingga dalam penerapannya ketika masyarakat ingin memberikan sebuah penyuluhan tidak perlu lagi membedakan mana yang cocok untuk diberikan pada laki-laki dan mana yang cocok untuk diberikan pada perempuan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Linda (1995). Be your best: Jadilah diri anda sendiri. Terjemahan. Jakarta: PT. Gramedia
Anonim. (2007). Jangan Sedih Menghadapi Pensiun. Psikologi plus, Februari 2007.
Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2005). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2005). Sikap Manusia: Jilid II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daradjat, Z. (1969). Kesehatan Mental. Jakarta: PT. Gunung Agung
Dewi, D.R. (2007). Perbedaan Tingkat Stres Kerja antara Guru SD dan Guru
SMP. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Fudyartanta, K. (2005). Pengatar Psikodiagnostik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gerungan, W. A. (1988). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eresco
Gunarsa dan Gunarsa . (1986). Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Hadi, S. (1986). Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas psikologi UGM.
Handayani & Sugiarti. (2001). Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: Pusat Studi Wanita dan Kemasyarakatan Universitas Muhamadiyah Malang.
Hardywinoto dan Setiabudhi, T. (2005). Panduan Gerontologi:Tinjauan dari
Berbagai Aspek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
35
Kapan lagi.com. (2009). Karir Tak Mampu Geser Peran Wanita Dalam
Mengasuh Keluarga. Dipungut 12 Juli, 2009, dari
http://www.kapanlagi.com/a/karir-tak-mampu-geser-peran-wanita-dalam-mengasuh-keluarga.html
Kartono, K. (2000). Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju.
Kuntjoro, Z S. (2002). Masalah Kesehatan Jiwa Lansia. Dipungut 14 Juni, 2009, dari http://www.e-psikologi.com/epsi/lanjutusia_detail.asp?id=182
Kuntjoro, Z S. (2002). Memahami Kepribadian Lansia. Dipungut 22 Mei, 2009, dari http://sarikata.com/2005/08/25/memahami-kepribadian-lansia
Musadi, A. (2004). Perhatian Dunia pada Peran Guru. Dipungut 10 September, 2009, dari Suara Merdeka: Perekat Komunitas Jawa Tengah. http://www.suaramerdeka.com/ harian/0410/11/opi04.htm
Narbuko, C. & Achmadi, H. A. (2001). Metodologi penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Pensiun. (2009) . Dipungut 30 Juni, 2009, dari http://id.wikipedia.org/wiki/
Pensiun
Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 32, tahun 1979. Dipungut 21, Juni 2009, dari http://74.125.153.132/search?q=cache:W9OzFiK98OIJ: www.bpkp.go.id/unit/ropeg/pp-1979-
Prastiti, K.H. (2005). Studi Deskriptif Kecemasan dalam Menghadapi Masa Pensiun pada guru SD di Kelurahan Sardonoharjo Kecamatan Ngaglik
Sleman Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Prastowo, A.A. (2002). Perbedaan Tingkat Depresi Lansia Pensiunan Guru SD
Perempuan dan Laki-laki Suku Jawa di Lampung. Skripsi tidak
diterbitkan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Suhartini, R. (2009). Bab II: Tinjauan Pustaka. Dipungut 30 Juni, 2009. Dari http://74.125.153.132/search?q=cache:vxoYnCxoV9gJ:www.damandiri.or .id/file/ratnasuhartiniunairbab2.pdf+masa+lansia&cd=2&hl=id&ct=clnk& gl=id
Syah, M. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdyakarya
Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (1991).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Vembriarto, ST. (1993). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Widarnati, Lusia. 2003. Perbedaan kemampuan asertif antara guru laki-laki dan guru perempuan SD dan SLTP Fransiskus Tanjungkarang Bandar
Lampung. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Widiyanti, A.Y.(2002).Perbedaan Kemandirian antara Lansia Pria dan Wanita yang Bertempat Tinggal di Rumah Sendiri dan di Panti Sosial Tresna
Wredha. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma (skripsi:tidak diterbitkan).
Widodo, P B. (tanpa tahun). Pengelolaan stres kerja pada guru dengan
manajemen sifat bayi. Dipungut 14, Juni 2009, dari http://74.125.153.132/
search?q=cache:NIeBDf-bMdEJ:www.damandiri.or.id/file/
ratnasuhartiniunairbab1.pdf+lanjut+usia&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id
37
SKALA UJI COBA PENELITIAN
SKALA PERILAKU
Petunjuk pengisian
Pernyataan berikut ini berkaitan dengan keadaan diri dan situasi-situasi yang mungkin terjadi di lingkungan Anda. Anda dimohon untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling cocok dengan keadaan anda saat ini. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban tersedia dengan pilihan jawaban sebagai berikut:
SS: apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan diri Anda S: apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan diri Anda
TS: apabila pernyataan tersebut Tidak sesuai dengan keadaan diri Anda STS: apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan
diri Anda
Mohon semua pernyataan harus diisi, usahakan agar jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan. Tidak ada jawaban yang benar dan salah. Jawaban yang diharapkan adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan diri Anda.
39
Usia : tahun. Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan* Jenis pensiun : Negeri/Swasta*
*coret yang tidak perlu
No. Pernyataan STS TS S SS
1 Saya merasa senang dengan kegiatan yang saya lakukan setelah pensiun.
2 Saya menghabiskan banyak waktu dalam menyelesaikan pekerjaan. saya menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang benar.
6 Saya sering merasa gelisah setiap mengerjakan sesuatu.
7 Keluarga menerima keadaan saya setelah pensiun.
8 Setelah pensiun, perut saya sering terasa mulas saat diminta mengerjakan sesuatu. 9 Saya sering melupakan hal-hal yang detil
sehingga harus mengulangi dari awal lagi.
10 Saya bahagia walaupun sudah pensiun. 11 Akhir-akhir ini nafsu makan saya
semakin bertambah.
13 Setelah pensiun, saya masih bisa mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik dan cepat. memahami diri saya setelah pensiun. 17 Saya merasa aman tinggal di tempat
tinggal saya sekarang
18 Setelah pensiun, saya sering merasa depresi.
19 Saya memilih beristirahat daripada menyelesaikan pekerjaan.
20 Saya cenderung teliti sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik
21 Setelah pensiun, jantung saya tetap berdetak dengan normal
22 Walaupun sudah pensiun saya sering dilibatkan dalam kegiatan yang diadakan oleh tetangga.
41
27 Keluarga dan teman-teman menghibur saya ketika merasa sedih.
28 Karena sudah pensiun saya tidak diikutsertakan dalam kegiatan yang diadakan tetangga saya.
29 Saya tidak akan memilih cara lain jika membuat pekerjaan semakin lama.
30 Saya merasa puas dengan apa yang dapat saya kerjakan saat ini.
31 Pekerjaan saya menjadi sering terbengkalai karena tidak serius mengerjakannya.
32 Saya sering merasa marah hampir setiap saat.
33 Pengalaman yang tidak menyenangkan tidak pernah mengganggu kehidupan saya.
34 Pekerjaan saya menjadi tidak baik karena saya sering mengalami kesulitan.
35 Saya tidak mudah lelah setiap
40 Tetangga sering mengajak saya bicara. 41 Saya merasa puas dengan hasil yang saya
dapat selama ini.
42 Saya selalu mempunyai cara yang tepat sehingga bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat.
43 Saya sering merasa bosan dengan kegiatan yang saya ikuti.
44 Setelah pensiun, saya sering melakukan kesalahan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
45 Badan saya tetap sehat walaupun saya melakukan banyak aktivitas.
46 Setelah pensiun, tetangga saya tidak menyapa ketika berpapasan dengan saya. 47 Perut saya mulas jika ada yang meminta
bantuan saya untuk mengerjakan sesuatu. 48 Jika saya perlu bantuan, keluarga dan
teman-teman pasti mau membantu.
49 Saya tidak pernah mengalami gangguan pencernaan setelah pensiun.
50 Pensiun membuat saya putus asa.
51 Saya merasa tenang dengan keadaan saya setelah pensiun.
52 Selalu ada yang menemani saya ketika berpergian.
53 Pekerjaan saya tidak maksimal karena tidak tenang dalam mengerjakannya. 54 Setelah pensiun, tekanan darah saya
43
55 Saya selalu membuat perencanaan yang matang terlebih dahulu sehingga pekerjaan cepat terselesaikan.
56 Keluarga saya tidak peduli pada apa yang saya lakukan.
57 Saya tetap merasa bugar walaupun sudah pensiun
58 Tetangga saya sering bosan mendengar cerita saya.
59 Kadang-kadang saya merasa tertekan tanpa saya ketahui apa penyebabnya. 60 Saya tetap dapat bekerja dengan baik
walaupun sedang ada masalah.
61 Saya tidak pernah mempunyai masalah dengan tetangga saya.
62 Saya merasa menjadi cepat lelah setelah pensiun.
63 Setelah pensiun, saya suka mengulur-ulur waktu dalam menyelesaikan pekerjaan. 64 Saya merasa senang memikirkan segala
yang telah saya capai selama ini.
65 Saya sering mengalami kebingungan jika menemukan suatu kesulitan
66 Dengan cara yang sederhana, saya bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. 67 Sesibuk apapun, saya tetap merasa sehat. 68 Teman-teman senang mengajak saya
mengobrol.
70 Sering muncul keringat dingin jika saya bercerita mengenai pengalaman yang pernah saya alami.
74 Tekanan darah tetap terasa normal walaupun saya menghadapi banyak kesulitan.
75 Saya sering merasa panik jika menemukan suatu kesulitan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
76 Saya sering merasa tegang walaupun tidak ada sesuatu hal yang mengancam. 77 Saya sering berpergian seorang diri
karena tidak ada orang lain yang mau menemani saya.
78 Saya tetap senang walaupun pekerjaan yang saya selesaikan tidak memuaskan. 79 Saya tidak suka mengulur waktu dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.
80 Setelah pensiun, saya sering merasa berdebar-debar.
45
SKALA PENELITIAN
SKALA PERILAKU
Petunjuk pengisian
Pernyataan berikut ini berkaitan dengan keadaan diri dan situasi-situasi yang mungkin terjadi di lingkungan Anda. Anda dimohon untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling cocok dengan keadaan anda saat ini. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban tersedia dengan pilihan jawaban sebagai berikut:
SS: apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan diri Anda S: apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan diri Anda
TS: apabila pernyataan tersebut Tidak sesuai dengan keadaan diri Anda STS: apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan
diri Anda
Mohon semua pernyataan harus diisi, usahakan agar jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan. Tidak ada jawaban yang benar dan salah. Jawaban yang diharapkan adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan diri Anda.
47
Usia : tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan* Jenis pensiun : Negeri/Swasta*
*coret yang tidak perlu
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merasa senang dengan kegiatan yang saya lakukan setelah pensiun.
2 Setiap harinya, saya bangun dengan rasa segar.
3 Hanya perlu waktu singkat untuk diri saya menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang benar.
4 Setelah pensiun, perut saya sering terasa mulas saat diminta mengerjakan sesuatu. 5 Setelah pensiun, saya masih bisa mengerjakan
suatu pekerjaan dengan baik dan cepat.
6 Saya merasa kecewa dengan keadaan saya setelah pensiun.
7 Setelah pensiun, saya sering tidak bisa tidur. 8 Keluarga dan teman-teman saya dapat
memahami diri saya setelah pensiun.
9 Saya merasa aman tinggal di tempat tinggal saya sekarang
10 Setelah pensiun, saya sering merasa depresi. 11 Setelah pensiun, jantung saya tetap berdetak
dengan normal
12 Walaupun sudah pensiun saya sering dilibatkan dalam kegiatan yang diadakan oleh tetangga.
teman.
14 Saya tetap merasa fit walaupun sudah pensiun.
15 Saya sering merasa gatal-gatal tanpa tahu penyebabnya.
16 Keluarga dan teman-teman menghibur saya ketika merasa sedih.
17 Karena sudah pensiun saya tidak diikutsertakan dalam kegiatan yang diadakan tetangga saya.
18 Pekerjaan saya menjadi sering terbengkalai karena tidak serius mengerjakannya.
19 Saya sering merasa marah hampir setiap saat. 20 Pengalaman yang tidak menyenangkan tidak
pernah mengganggu kehidupan saya.
21 Pekerjaan saya menjadi tidak baik karena saya sering mengalami kesulitan.
22 Setelah pensiun, saya dikucilkan oleh teman-teman.
23 Saya sering merasa ketakutan tanpa tahu penyebabnya.
24 Kepala saya sakit ketika ingat bahwa saya sudah pensiun.
25 Tetangga sering mengajak saya bicara.
26 Saya sering merasa bosan dengan kegiatan yang saya ikuti.
27 Setelah pensiun, saya sering melakukan kesalahan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
49
melakukan banyak aktivitas.
29 Setelah pensiun, tetangga saya tidak menyapa ketika berpapasan dengan saya.
30 Perut saya mulas jika ada yang meminta bantuan saya untuk mengerjakan sesuatu. 31 Jika saya perlu bantuan, keluarga dan
teman-teman pasti mau membantu. 32 Pensiun membuat saya putus asa.
33 Saya merasa tenang dengan keadaan saya matang terlebih dahulu sehingga pekerjaan cepat terselesaikan.
37 Keluarga saya tidak peduli pada apa yang saya lakukan.
38 Saya tetap merasa bugar walaupun sudah pensiun
39 Tetangga saya sering bosan mendengar cerita saya.
40 Kadang-kadang saya merasa tertekan tanpa saya ketahui apa penyebabnya.
41 Saya tetap dapat bekerja dengan baik walaupun sedang ada masalah.
42 Saya tidak pernah mempunyai masalah dengan tetangga saya.
waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.
44 Saya sering mengalami kebingungan jika menemukan suatu kesulitan
45 Dengan cara yang sederhana, saya bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat.
46 Sesibuk apapun, saya tetap merasa sehat. 47 Saya merasa tertekan karena sudah pensiun. 48 Sering muncul keringat dingin jika saya
diminta mengerjakan sesuatu.
49 Saya tetap merasa nyaman walaupun sudah pensiun.
50 Saya sering berselisih paham dengan tetangga saya.
51 Saya sering merasa panik jika menemukan suatu kesulitan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
52 Saya sering merasa tegang walaupun tidak ada sesuatu hal yang mengancam.
53 Saya sering berpergian seorang diri karena tidak ada orang lain yang mau menemani saya.
54 Setelah pensiun, saya sering merasa berdebar-debar.
51
Uji reliabilitas dan seleksi aitem
53
item75 245,02500 258,589 ,363 ,912
item76 244,77500 261,461 ,272 ,912
item77 244,85000 258,797 ,347 ,912
item78 245,00000 268,769 -,105 ,915
item79 244,85000 260,387 ,275 ,912
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
jk
N 100
Mean 1,5000
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation ,50252
Absolute ,340
Positive ,340
Most Extreme Differences
Negative -,340
Kolmogorov-Smirnov Z 3,401
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
59
t-test for Equality of Means
UJI NILAI MEAN One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
total 108 172,24 14,747 1,419
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference Lower Upper
total 118,221 99 ,000 172,88000 169,9784 175,7816
Mean teoritik=
=