• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kualitas jasa dan kepuasan pelanggan dengan loyalitas merek : studi kasus pada para pelanggan Larissa Skin Care dan Hair Treatment, Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara kualitas jasa dan kepuasan pelanggan dengan loyalitas merek : studi kasus pada para pelanggan Larissa Skin Care dan Hair Treatment, Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Oleh: Eko Budi Setiawan

NIM: 052214070

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Oleh: Eko Budi Setiawan

NIM: 052214070

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

LAKUKAN, PADAHAL ORANG LAIN MENILAI KITA DARI APA YANG SUDAH KITA LAKUKAN, UNTUK ITU APABILA ANDA BERPIKIR BISA, SEGERALAH LAKUKAN.

BUKAN PERTUMBUHAN YANG LAMBAT YANG HARUS ANDA TAKUTI. AKAN TETAPI ANDA HARUS LEBIH TAKUT UNTUK TIDAK TUMBUH SAMA SEKALI. MAKA TUMBUHKANLAH DIRI ANDA DENGAN KECEPATAN APAPUN ITU.

JIKA ANDA SEDANG BENAR, JANGAN TERLALU BERANI DAN BILA ANDA SEDANG TAKUT JANGAN TERLALU TAKUT. KARENA KESEIMBANGAN SIKAP ADALAH PENENTU KETEPATAN PERJALANAN KESUKSESAN ANDA.

TUGAS KITA BUKANLAH UNTUK BERHASIL. TUGAS KITA ADALAH UNTUK MENCOBA, KARENA DIDALAM MENCOBA ITULAH KITA MENEMUKAN DAN BELAJAR MEMBANGUN KESEMPATAN UNTUK BERHASIL.

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

á Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingi dan selalu ada untuk aku, Bunda Maria yang selalu menyertaiku dan mendoakanku

á Orang Tuaku yang telah melahirkan diriku dan menjagaku selama ini

á Calon Istriku yang selalu mendampingi diriku baik suka maupun duka

á Para Dosen dan karyawan kampus Sanata Dharma

(7)
(8)
(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis sampaikan kepada Allah Bapa atas karunia dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Kualitas Jasa dan Kepuasan Pelanggan dengan Loyalitas Merek”: Studi Kasus pada Pelanggan Larissa Skin Care & Hair Treatment, Yogyakarta. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menyertaiku dengan segala kasih dan berkat-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

2. Romo Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.

(10)

ix

7. Bapak Agung Santoso, S.Psi. M.A., selaku dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk diskusi tentang SEM serta bantuannya yang sangat berarti.

8. Segenap Dosen dan Staff pengajar Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen, karyawan, Humas, BAA, Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada saya.

9. Alrm. Mak Lily dan kedua Orang Tuaku yang telah membantu, mendukung dalam perkuliahan serta membimbing dari kecil hingga sampai saat ini.

10. Mami Lian dan Pak Thay selaku pemilik Larissa Skin Care & HairTreatment yang telah membantu dan memberikan izin untuk penelitian ini.

11. Seluruh responden Larissa Skin Care & Hair Treatment yang telah bersedia mengisi kuesioner sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

12. Tante Yang dan Om Hwei (keluarga Panah Mas) terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

13. Rm. Martin Suhartono. S.J. yang selalu mendukung dan mendoakanku. 14. Calon istriku tercinta Jeanita Deli Widjaja yang selalu support aku,

mendampingiku baik suka maupun duka, dan senantiasa menjadi inspirasiku. 15. Keluarga Widjaja, Om Sardi dan Tante Maria serta Novi, terima kasih atas

bantuan dan dukungannya.

(11)
(12)

xi

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ... xi

B. Penelitian-Penelitian Sebelumnya ... 22

(13)

xii

H. TeknikPengumpulan Data ... 31

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 31

J. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 42

(Larissa Skin Care & Hair Treatment) A. Sejarah Perusahaan ... 42

B. Struktur Organisasi ... 45

C. Pelayanan yang Disediakan ... 47

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Analisis Data ... 49

B. Pengujian Model ... 59

C. Variabel Terukur ... 73

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 78

C. Keterbatasan ... 80

DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiii

Tabel V.2 Karakter Responden Berdasarkan Usia ... 50

Tabel V.3 Karakter Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 51

Tabel V.4 Karakter Responden Berdasarkan Pendapatan ... 52

Tabel V.5 Karakter Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ... 53

Tabel V.6 Standardized Regression Weights (Uji Validitas) ... 55

Tabel V.7 Discriminant Validity ... 56

Tabel V.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 58

Tabel V.9 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit ... 64

Tabel V.10 Regression Weight (Uji hipotesis) ... 66

(15)

xiv

(16)

xv

(17)
(18)

xvii

A Case Study on Customers of Larissa Skin care & Hair Treatment Yogyakarta

Eko Budi Setiawan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

(19)

1

Dalam era globalisasi dewasa ini yang ditandai dengan peningkatan teknologi secara signifikan mengakibatkan perekonomian menjadi semakin maju dan berkembang. Faktor ini mendorong laju pertumbuhan perusahaan-perusahaan baru yang mencoba memasuki pasar dan berusaha menggeser para pesaingnya untuk mendapatkan pangsa pasar. Hal ini mengakibatkan persaingan antar perusahaan semakin tinggi.

Keberhasilan usaha-usaha pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam meramu empat elemen bauran pemasaran/marketing mix, yaitu product, price, place, promotion, serta kemampuannya dalam membangun ekuitas merek yang kuat. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk/ jasa, semakin kuat pula daya tariknya di mata pelanggan untuk dikonsumsi. Selanjutnya, hal itu dapat menggiring pelanggan untuk melakukan pembelian ulang sehingga mengantarkan perusahaan untuk meraup keuntungan dari waktu ke waktu (Durianto et al., 2004, dalam Widarmana, 2008:1). Aaker (dalam Widarmana, 2008:1) mengemukakan bahwa perang pemasaran akan menjadi perang antar merek sehingga satu-satunya cara untuk menguasai pasar adalah memiliki pasar dengan merek yang dominan.

Merek dapat diartikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau

(20)

atau mengidentifikasi suatu produk/jasa dari produk/jasa pesaing. Peranan merek sangat penting bagi perusahaan, salah satunya adalah menjembatani harapan pelanggan saat perusahaan menjanjikan sesuatu kepada pelanggannya.

Tingginya tingkat ekuitas merek dipengaruhi oleh tingkat kepuasan para pelanggan perusahaan yang bersangkutan. Dalam menciptakan kepuasan pada para pelanggan, perusahaan harus dapat menilai dan menafsirkan persepsi para pelanggan terhadap produk/jasa yang ditawarkan. Persepsi dapat berupa penawaran sedangkan penawaran dapat dilakukan melalui harga, kualitas, promosi, dan sebagainya. Secara keseluruhan, hal ini dapat mengakibatkan serangkaian tanggapan para pelanggan yang akan menentukan keputusan pembelian.

Tingkat loyalitas terhadap merek yang tinggi merupakan salah satu

asset penting yang dimiliki seorang pemasar sebagai pilar utama penunjang

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Apakah ada hubungan antara Kualitas Jasa dengan Kepuasan Pelanggan? b. Apakah ada hubungan antara Kepuasan Pelanggan dengan Loyalitas

Merek?

c. Apakah ada hubungan antara Kualitas Jasa dengan Loyalitas Merek?

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian tidak terlalu luas, maka penelitian dilakukan pada suatu merek yang meliputi kualitas jasa, kepuasan pelanggan, dan loyalitas terhadap merek yang bersangkutan. Dalam hal ini, masalah akan dibatasi pada:

a. Responden yang diteliti adalah para pelanggan Larissa Skin Care & Hair Treatment Yogyakarta yang minimal dua kali telah menggunakan jasa perawatan kecantikan.

b. Kualitas jasa pada perawatan kecantikan yang ditawarkan Larissa Skin Care & Hair Treatment bukan pada produk kecantikan yang dijual.

c. Loyalitas pelanggan terhadap merek (“Larissa”) yang bersangkutan diteliti melalui pembelian kembali merek (“Larissa”) tersebut.

(22)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk :

a. mengetahui hubungan antara Kualitas Jasa dengan Kepuasan Pelanggan. b. mengetahui hubungan antara Kualitas Jasa dengan Loyalitas Merek. c. mengetahui hubungan antara Kepuasan Pelanggan dengan Loyalitas Merek.

E. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perkembangan Perusahaan

Melalui penelitian ini, diharapkan perusahaan dapat mempelajari harapan atau keinginan pelanggan dengan menciptakan sebuah pelayanan yang berkualitas terhadap loyalitas merek. Hal ini bertujuan agar pelanggan mau melakukan penggunaan dan pembelian jasa secara berulang-ulang. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kemajuan dan perkembangan perusahaan.

b. Bagi Universitas

Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan tambahan wacana ilmiah bagi lingkungan Universitas Sanata Dharma sebagai acuan dan pertimbangan dalam penulisan karya ilmiah.

c. Bagi Penulis

(23)

5

A. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh setiap perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat agar tetap eksis. Menurut Kotler dan Armstrong (2003:9), pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

B. Jasa

1. Pengertian Jasa

(24)

2. Karakteristik Jasa

Tjiptono (2005:24) menyatakan jasa memiliki empat karakteristik utama yang membedakannya dengan barang, yaitu:

a) Intangibility

Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance), atau usaha. Bila barang dapat dimiliki, maka jasa hanya bisa dikonsumsi tapi tidak dimiliki. Jasa bersifat intangible, maksudnya tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bila pelanggan membeli suatu jasa, ia hanya menggunakan, memanfaatkan, atau menyewa jasa tersebut. Pelanggan yang bersangkutan tidak langsung memiliki jasa yang dibelinya. Para pelanggan menyimpulkan kualitas jasa dari tempat (place), orang (people), peralatan (equipment), bahan-bahan komunikasi (communication materials), simbol, dan harga yang mereka amati.

b) Inseparability

(25)

c) Variability

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardize output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut dihasilkan. Maka dalam kondisi ini, penyedia jasa dapat melakukan tiga tahap dalam pengendalian kualitas, yaitu:

(1) Melakukan investasi dalam melakukan seleksi dan pelatihan personil yang baik.

(2) Melakukan standardisasi proses pelaksanaan jasa (service-performance process). Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan

blueprint jasa yang menggambarkan peristiwa dan proses jasa dalam suatu diagram alur, dengan tujuan mengetahui faktor-faktor potensial yang dapat menyebabkan kegagalan dalam jasa tersebut. (3) Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan,

survei pelanggan, dan comparison shopping, sehingga pelayanan yang kurang baik dapat dideteksi dan dikoreksi.

d) Perishability

(26)

dan pelanggan tidak terlayani dengan resiko mereka kecewa/beralih ke penyedia jasa lainnya (saat permintaan puncak).

3. Kualitas Jasa

Kualitas adalah sifat dan karakteristik total produk yang berhubungan dengan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas bersangkutan dalam memenuhi selera dan kebutuhan pelanggan. Sifat dari kualitas harus mempunyai multidimensi karena harus memberikan kepuasan dan nilai manfaat yang besar bagi pelanggan dengan melalui berbagai cara. Menurut Gronroos (dalam Edvardsson, Thomasson, dan Ovretveit, 1994, dalam Tjiptono, 2005:14), menyatakan ada tiga kriteria pokok dalam menilai kualitas jasa, yaitu outcome-related, process-related,

dan image-related criteria dan ketiga kriteria tersebut dijabarkan menjadi enam unsur, yaitu :

a) Professionalism and skills

Kriteria ini merupakan outcome-related criteria, dimana para pelanggan menyadari bahwa para penyedia jasa (service provider), karyawan, sistem operasional, dan sumber daya fisik, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan secara profesional.

b) Attitudes and behavior

(27)

mereka dan berusaha membantu dalam memecahkan masalah mereka secara spontan dan senang hati.

c) Accessibility and flexibility

Kriteria ini termasuk dalam process-related criteria. Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam kerja, karyawan, dan sistem operasionalnya, dirancang dan dioperasikan sedemikian serupa pelanggan dapat melakukan akses dengan mudah. Selain itu, juga dirancang dengan maksud agar dapat bersifat fleksibel dalam menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan.

d) Reliability and Trustworthiness

Kriteria ini termasuk dalam process-related criteria. Pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi, mereka bisa mempercayakan segala sesuatunya kepada penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya.

e) Recovery

Recovery termasuk dalam process-related criteria. Pelanggan menyadari bahwa bila ada kesalahan atau bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, maka penyedia jasa akan segera mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari pemecahan yang tepat. f) Reputation and Credibility

(28)

C. Pelanggan

1. Pengertian Pelanggan

Secara tradisional pelanggan diartikan orang yang membeli dan menggunakan produk/jasa. Menurut Yamit (2005:77), ada tiga jenis pelanggan yaitu:

a) Pelanggan Internal (internal customer) adalah setiap orang yang ikut menangani proses pembuatan maupun penyediaan produk di dalam perusahaan atau organisasi.

b) Pelanggan Perantara (intermediate customer) adalah mereka yang bertindak atau berperan sebagai perantara untuk mendistribusikan produk kepada pihak konsumen atau pelanggan eksternal. Pelanggan perantara ini bukan sebagai pemakai akhir.

c) Pelanggan Eksternal (external customer) adalah pembeli atau pemakai akhir yang sering disebut pelanggan yang nyata (real customer).

2. Kepuasan Pelanggan

(29)

perilaku konsumen dalam melakukan pembelian sedangkan perilaku konsumen sendiri dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis yang membuat konsumen mau melakukan pembelian ulang terhadap merek tertentu. Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000:77), faktor-faktor psikologis yang menjadi faktor dasar dalam perilaku konsumen adalah :

a) Motivasi

Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Motif yang ada dalam seseorang akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Motif bukan sesuatu yang dapat diamati melainkan hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Motif-motif manusia dalam melakukan pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Motif pembelian primer dan selektif

(30)

2) Motif pembelian selektif (selective buying motive)

Motif pembelian selektif adalah motif yang mempengaruhi keputusan tentang model dan merek dari kelas-kelas produk, atau macam penjual yang dipilih untuk suatu pembelian. Motif ekonomi, status, keamanan, dan prestasi adalah beberapa contoh dari motif selektif. b) Pengamatan

Pengamatan adalah suatu proses dengan mana konsumen (manusia) menyadari dan menginterpretasikan aspek lingkungannya. Proses penerimaan dan adanya rangsangan (stimuli) di dalam lingkungan intern dan ekstern, sehingga pengamatan bersifat aktif. Jadi, pengamatan adalah reaksi orientatif terhadap rangsangan-rangsangan, walaupun rangsangan tersebut berupa benda asing. Dengan kata lain, belum pernah dialami. Perbedaan pandangan konsumen akan menciptakan proses pengamatan dalam perilaku pembelian yang berbeda pula.

c) Belajar

(31)

konsumen ingin menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan, atau sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen merasa dikecewakan oleh produk yang kurang baik.

d) Kepribadian dan konsep diri

Pengaruh sifat kepribadian konsumen terhadap pandangan dan perilaku pembelian adalah sangat umum; dan usaha-usaha untuk menggabungkan norma kepribadian dengan berbagai macam tindakan pembelian konsumen umumnya tidak berhasil. Namun, para ahli tetap percaya bahwa kepribadian itu juga mempengaruhi perilaku pembelian seseorang. Banyak teori tentang kepribadian yang juga terbukti sangat berguna bagi perusahaan dalam mengenal perilaku konsumen untuk program kegiatan pemasarannya. Dalam menjelaskan kepribadian seseorang tidak cukup hanya dengan hal-hal yang dapat dilihat, tetapi juga dari motif-motif yang mendasarinya dan untuk mengetahui dapat diadakan riset motivasi. Dasar variabel-variabel yang dapat mencerminkan kepribadian seseorang, yaitu aktivitas, minat, dan opini. Faktor lain yang ikut menentukan perilaku konsumen adalah konsep diri

(32)

segmentasi, periklanan, pembungkusan, personal selling, pengembangan produk, dan penyaluran. Pengukuran konsep diri untuk memperkirakan pemilihan merek oleh konsumen.

e) Sikap

Sikap (attitude) seseorang adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap obyek atau produk yang dihadapinya. Sikap ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik dari pengalaman ataupun dari yang lain. Dengan mempelajari keadaan jiwa dan keadaan pikir dari sikap konsumen diharapkan dapat menentukan perilaku seseorang. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan dari kebudayaan dan lingkungan sosialnya sedangkan keadaan pikir seseorang merupakan cara berpikir yang dipengaruhi tingkat pendidikannya.

Kotler (dalam Yamit, 2005:80) mengemukakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu: 1) Sistem Pengaduan

(33)

keluhan itu pada umumnya dilandasi oleh pengalaman mereka. Hal ini sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap produk maupun terhadap perusahaan.

2) Survei Pelanggan

Survei pelanggan merupakan cara umum digunakan dalam mengukur kepuasan pelanggan, misal: melalui surat pos, telepon, atau wawancara secara langsung.

3) Panel Pelanggan

(34)

D. Loyalitas Merek

1. Pengertian Loyalitas Merek

Pengertian loyalitas merek yang didasarkan pada keperilakuan (behavioural approach) dapat diklarifikasikan dengan pendekatan attitudinal sebagai komitmen psikologis dan pendekatan keperilakuan yang tercermin dalam perilaku beli aktual. Mowen dan Minor (dalam Junaedi, 2003:107) mengartikan loyalitas merek sebagai kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa mendatang.

Terjadinya loyalitas merek pada konsumen disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan/ketidakpuasan dengan merek tersebut yang terakumulasi secara terus menerus di samping adanya persepsi tentang kualitas produk. Menciptakan landasan yang kuat untuk membangun loyalitas menuntut beberapa langkah yang penting.

Menurut Griffin (2003:199), langkah dalam membangun loyalitas adalah berusaha mengenal terminologi dan variabel yang menentukan serta mendorong loyalitas antara lain:

a) Basis Klien

(35)

kontak dengan merek yang bersangkutan. Menolak memasukkan para pelanggan dan klien yang tidak aktif, bersikap jujur dan tidak mudah goyah sehingga hanya memasukkan nama-nama yang aktif saja.

b) Tingkat retensi pelanggan baru

Hal ini menunjukan persentase pelanggan pertama kali yang kembali melakukan pembelian kedua dalam periode waktu tertentu. Periode waktu diatur oleh siklus pembelian berulang pelanggan. Misalnya, dalam industri salon rambut tidak lebih dari 90 hari jarak antar berkunjung ke salon; dengan demikian untuk dapat digolongkan sebagai pelanggan yang dipertahankan, pelanggan salon pertama kali harus kembali melakukan kunjungan kedua dalam masa waktu 3 bulan.

c) Tingkat retensi klien

Hal ini adalah persentase pelanggan yang telah memenuhi sejumlah khusus pembelian berulang selama periode waktu tertentu. Misalnya, seseorang yang dapat dianggap klien setelah melakukan minimal lima kali kunjungan secara berturut-turut ke salon, dengan masing-masing kunjungan jatuh dalam rata-rata kerangka waktu pembelian berulang dalam 90 hari atau kurang.

d) Pangsa pelanggan (share of customer)

(36)

tertentu ke penjual tersebut. Salon yang pelanggannya membeli semua pelayanan perawatan rambutnya dari salon tersebut tetapi membeli sampo dan produk styling (juga tersedia di salon) di tempat lain telah menangkap tujuh puluh persen pangsa pelanggan bila tiga puluh persen dari seluruh anggaran perawatan rambutnya dikeluarkan di luar salon tersebut. Pada tingkat loyalitas tertinggi, perusahaan secara konsisten memperoleh seratus persen pangsa pelanggan.

e) Jumlah rata-rata pelanggan baru per bulan

Hal ini adalah rata-rata jumlah pelanggan baru pertama kali yang membeli dari perusahaan tersebut setiap bulannya. Gunakan rentang waktu enam bulan untuk mengkalkulasi angka ini.

f) Frekuensi pembelian

Hal ini adalah frekuensi rata-rata seorang pelanggan atau klien membeli dari perusahaan yang bersangkutan per tahunnya.

g) Jumlah pembelian rata-rata

Hal ini adalah jumlah rata-rata yang dibayar atas produk dan jasa pada setiap pembelian.

h) Tingkat peralihan (attrition rate)

Hal ini adalah persentase tahunan rata-rata pelanggan yang hilang atau menjadi tidak aktif karena suatu alasan termasuk ketidakpuasan dan pindah lokasi.

(37)

keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang puas akan nilai-nilai yang ditawarkan pemasar sehingga mereka mau melakukan pembelian ulang terhadap suatu produk atau merek tertentu. Loyalitas pelanggan bukanlah pembelian yang berulang (repeat buying) atau pembelian karena kebiasaan (habitual buying).

2. Tingkatan Loyalitas

Menurut Junaedi (2003:108), terdapat piramida loyalitas. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal yang sama sekali tidak tertarik terhadap merek tersebut, merek apapun dianggap memadai. Merek memainkan peran kecil dalam keputusan pembelian apapun yang diobral atau menawarkan kenyamanan akan lebih disukai. Pembeli seperti ini mungkin dapat diistilahkan sebagai pembeli harga atau pengalih

Tingkat kedua adalah para pembeli yang puas dengan produk atau setidaknya tidak mengalami ketidakpuasan. Pada dasarnya, tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup untuk menstimulasi suatu peralihan merek terutama jika peralihan tersebut membutuhkan usaha. Para pembeli tipe ini disebut sebagai para pembeli kebiasaan.

(38)

membujuk untuk beralih atau dengan tawaran suatu manfaat yang cukup besar sebagai kompensasi. Kelompok ini disebut pelanggan yang loyal terhadap biaya peralihan.

Pada tingkat keempat, ditemukan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Preferensi mereka mungkin dilandaskan pada suatu asosiasi seperti suatu simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan atau kesan kualitas (perceived quality) yang tinggi. Orang tidak selalu dapat mengidentifikasikan mengapa mereka menyukai sesuatu bila hubungan tersebut terbentuk dalam waktu lama. Segmen dalam tingkat empat ini disebut sebagai friends of the brand karena terdapat perasaan emosional yang terkait.

(39)

Pembeli Komit Menyukai Merek

Menganggap Merek Sebagai Sahabat Pembeli yang Puas

dengan Biaya Peralihan

Pembeli yang Puas / Bersifat Kebiasaan Tidak Ada Masalah untuk Beralih

Berpindah Pindah / Peka terhadap Perubahan Harga Tidak Ada Loyalitas Merek

Gambar II.1 Piramida Loyalitas

Loyalitas pelanggan sering dihubungkan dengan loyalitas merek. Menurut Umar (2003:17), ada dua perspektif yang menghubungkan loyalitas pelanggan dengan loyalitas merek, yaitu perspektif perilaku dan perspektif sikap.

a) Perspektif Perilaku

(40)

b) Perspektif Sikap

Pembelian ulang tidak dapat menjelaskan apakah konsumen benar-benar lebih menyukai merek tertentu dibanding dengan merek lain atau karena berada dalam situasi dipengaruhi oleh aspek lain. Oleh karena itu, dalam pengukuran loyalitas merek, sikap pelanggan terhadap merek juga harus diteliti. Bila sikap pelanggan lebih positif (favorable) terhadap merek tertentu dibandingkan dengan merek-merek lain, maka dapat dikatakan loyal terhadap merek bersangkutan.

E. Penelitian Sebelumnya

M.F.Shellyana Junaedi, 2003. Hubungan antara Kepuasan Konsumen dan Kualitas Jasa: Studi Perilaku Konsumen terhadap Loyalitas Merek.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui interkolerasi di antara variabel loyalitas, kualitas produk, dan kepuasan konsumen secara parsial. Kemudian, untuk mengetahui bahwa kepuasan konsumen dan kualitas produk berhubungan erat dengan loyalitas konsumen pada suatu merek. Selain itu, untuk mengetahui bahwa kinerja jasa seperti berwujud (tangibles), keandalan (reliability), daya tangkap (responsiveness), keterjaminan (assurance), dan empati (emphaty) mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

(41)

2) Apakah kepuasan konsumen dan kualitas jasa berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen pada suatu merek?

3) Apakah kualitas produk mempunyai pengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen?

4) Apakah kualitas jasa mempunyai pengaruh secara positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen pada suatu merek?

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program pasca sarjana fakultas ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan tenaga pengajar perguruan tinggi di Yogyakarta. Analisis data dari penelitian ini menggunakan analisis regresi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1) Konsumen yang loyal terhadap suatu merek akan membentuk suatu dasar yang kuat bagi profitabilitas merek tersebut.

2) Konsumen yang loyal terhadap merek dapat diidentifikasi berdasar pola pembeliannya seperti runtutan pembelian (tiga atau empat kali pembelian merek yang sama) atau proporsi pembelian (delapan dari sepuluh kali pembelian merek yang sama). Karena pengukuran loyalitas merek melibatkan pembelian ulang dan komitmen pada suatu merek, maka akan sulit dibedakan konsumen loyal terhadap merek atau mereka membeli karena kebiasaan.

(42)

F. Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan di depan maka peneliti mencoba menggambarkan kerangka konseptual seperti di bawah ini

Gambar II.2 Kerangka Konseptual

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2000:51).Berdasarkan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Junaedi bahwa kualitas jasa dapat berhubungan secara signifikan dengan kepuasan pelanggan dimana kualitas jasa adalah awal bagi perusahaan untuk memuaskan pelanggan, setelah kualitas tersebut mampu membuat pelanggan puas maka tahap selanjutnya adalah pengembangan dari kualitas untuk mewujudkan suatu loyalitas merek dari konsumennya. Dengan penjabaran konsep di atasdan penelitian sebelumnya, maka peneliti mencoba menyimpulkan bahwa kualitas jasa dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, dan kualitas jasa sendiri dapat berhubungan erat dengan tingginya loyalitas merek. Langkah awal untuk menciptakan suatu kepuasan pelanggan yang tinggi adalah dengan memberikan suatu kualitas yang baik. Ketika perusahaan mampu menyediakan kualitas jasa yang baik, maka pelanggan

Kualitas Jasa Kepuasan Pelanggan Loyalitas

(43)

akan merasakan adanya kepuasan yang diperoleh dari perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, hubungan sebab akibat atau kausalitas dapat terjadi dalam kualitas jasa dan kepuasan pelanggan. Berdasarkan alasan tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kualitas jasa berhubungan dengan kepuasan pelanggan

Ketika suatu perusahaan sudah mampu memberikan kualitas jasa yang dapat memuaskan bagi para pelanggan, maka kualitas tersebut sebaiknya terus dipertahankan dan ditingkatkan karena tujuan utamanya adalah bukan sekedar menciptakan kepuasan pelanggan melainkan untuk membentuk loyalitas terhadap merek. Sehingga jika kepuasan pelanggan memiliki nilai yang tinggi maka dapat dikatakan pula bahwa loyalitas terhadap merek perusahaan juga tinggi, begitu pula sebaliknya jika nilai kepuasan pelanggan rendah maka loyalitas merek pun akan rendah. Berdasarkan alasan tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Kepuasan pelanggan berhubungan dengan loyalitas merek.

Kualitas yang baik dapat menciptakan kepuasan pelanggan dan ketika kepuasan pelanggan dapat dipertahankan maka akan membentuk suatu loyalitas terhadap merek, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung bahwa kualitas sendiri dapat berhubungan dengan loyalitas merek tersebut. Berdasarkan alasan tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

(44)

26

Penelitian dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian studi kasus terhadap konsumen pengguna produk jasa perawatan kecantikan. Studi kasus merupakan penelitian terhadap obyek tertentu dan data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis sehingga kesimpulan yang diambil hanya berlaku pada obyek yang diteliti.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

1) Subyek penelitian adalah responden dalam penelitian ini yaitu konsumen yang menggunakan produk jasa perawatan kecantikan Larissa Skin Care & Hair Treatment Yogyakarta.

2) Obyek penelitian adalah kepuasan konsumen dan kualitas jasa terhadap loyalitas merek.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

(45)

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

1. Identifikasi Variabel

a) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Variabel dependen dari penelitian ini adalah loyalitas merek.

b) Variabel independen adalah variabel yang tidak dipengaruhi variabel lain melainkan mempengaruhi variabel lain.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepuasan konsumen dan kualitas jasa.

2) Definisi Operasional Variabel a) Kualitas Jasa

(46)

Accessibility and flexibility, Reliability and Trustworthiness,

Recovery, Reputation and Credibility.

b) Kepuasan Pelanggan

Kepuasan Pelanggan adalah hasil (outcome) yang dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang diinginkan. Jika pelanggan puas, maka ada kecenderungan untuk melakukan pembelian ulang. Kepuasan pelanggan sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen dalam melakukan pembelian sedangkan perilaku konsumen sendiri dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis dan persepsi konsumen sendiri mengenai produk/jasa yang ditawarkan. Menurut definisi, kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan pelanggan setelah membandingkan kinerja dengan harapan. Dari definisi tersebut, ada dua jenis pernyataan yang berupa kinerja (perceived performance) dan harapan (expectation). Harapan sendiripun terbagi dalam beberapa faktor yaitu harapan tentang layanan, harapan tentang keandalan produk atau jasa, karakteristik produk/jasa, serta harapan tentang hasil yang diberikan oleh produk atau jasa tersebut.

c) Loyalitas Merek

(47)

kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa mendatang. Di dalam pengukuran

brand loyalty (loyalitas merek) terbagi atas berbagai tingkatan loyalitas dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Tingkatan tersebut antara lain;

(1) Habitual buyer (pengukuran perilaku kebiasaan): kebiasaan yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan pelanggan pada saat melakukan pembelian.

(2) Switcher (berubah/tingkat peralihan): pelanggan menetapkan pilihannya pada Larissa Skin Care & Hair Treatment atau pindah kepada pesaingnya.

(3) Measuring Satisfaction (pengukuran kepuasan): pengungkapan rasa yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk/jasa bahwa telah sesuai dengan harapannya atau lebih setelah dikonsumsinya. (4) Measuring Likes The Brand (pengukuran kesukaan terhadap

merek): perasaan ingin memiliki atau menggunakan secara rutin pada suatu produk atau jasa.

(48)

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi adalah seluruh pelanggan yang minimal dua kali telah menggunakan jasa maupun produk kecantikan dari Larissa Skin Care & Hair Treatment Yogyakarta.

Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili keseluruhan populasi. Dari definisi di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil 180 orang responden sebagai sampel.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probabilitas sampling dengan metode accidental sampling. Non probabilitas sampling ialah setiap elemen dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Metode accidental sampling adalah metode pengambilan sampel dengan cara memilih sampel terhadap subyek yang kebetulan ditemui.

G. Sumber Data

(49)

2) Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga lain dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain (Kuncoro, 2003:127)

H. Teknik Pengumpulan Data

1) Kuesioner yaitu pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden yang telah beberapa kali menggunakan produk tertentu. 2) Dokumentasi yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan dan

dokumen-dokumen historis.

I. Teknik Pengujian Instrumen

Uji reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator mengidentifikasikan sebuah konstruk atau faktor laten yang umum. Pendekatan yang dianjurkan dalam menilai sebuah model pengukuran (measurement model) adalah menilai besaran Composites Reliability dan Variance Extracted dari setiap konstruk.

Construct-Reliability =

Dimana:

(50)

2) adalah Measurement Error dari tiap-tiap indikator

Ukuran reliabilitas yang kedua adalah Variance Extracted yang menunjukkan jumlah varians yang berasal dari indikator-indikator yang diekstrasi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai Variance Extracted

ini direkomendasikan pada tingkat yang paling sedikit.

Variance-extracted=

Dimana:

1) Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap indikator (diambil dari perhitungan AMOS).

2) adalah Measurement Error dari tiap-tiap indikator

J.Teknik Analisis Data

Model persamaan struktural, Structural Equation Modeling (SEM)

adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang membuktikan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit itu dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel yang dipengaruhi (dependent) dengan satu atau beberapa variabel yang mempengaruhi (independent).

(51)

Beberapa konversi yang berlaku dalam diagram SEM adalah: 1) Variabel terukur (Measured Variable)

Variabel ini disebut juga observed variables, indicator variables atau

manifest variables, digambarkan dalam bentuk segi empat atau bujur sangkar. Variabel terukur adalah variabel yang datanya harus dicari melalui penelitian lapangan.

2) Faktor

Faktor adalah sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata. Karena merupakan variabel bentukan, maka disebut latent variables. Nama lain latent variables adalah

construct atau unobserved variables. Faktor atau konstruk atau variabel latent ini digambarkan dalam bentuk diagram lingkar atau oval elips. Untuk membuat pemodelan SEM diperlukan beberapa langkah, yaitu: a) Pengembangan Model Teoritis

(52)

menghasilkan sebuah model, tetapi digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis, melalui data empirik.

b) Pengembangan diagram alur (Path Diagram)

Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangunnya pada langkah pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram. Path diagram tersebut akan mempermudah peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diujinya. Sedemikian jauh, diketahui bahwa hubungan-hubungan kausal biasanya dinyatakan dalam bentuk persamaan. Tetapi, dalam SEM hubungan kausalitas itu cukup digambarkan dalam sebuah path diagram, dan selanjutnya bahasa program akan mengkonversi gambar menjadi persamaan, dan persamaan menjadi estimasi.

Konstruk-konstruk yang dibangun dalam diagram alur yaitu: (1) Konstruk Eksogen (Eksogenous Constructs)

Konstruk eksogen dikenal sebagai “source variables” atau “independent variables” yang tidak diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Secara diagramatis, konstruk eksogen adalah yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah.

(2) Konstruk Endogen (Endogenous Constructs)

(53)

Gambar III.3

Diagram Alur (Path Diagram)

KUALITAS

JASA

KEPUASAN

PELANGGAN

LOYALITAS

MEREK

PROFESIONALISM AND SKILLS

ATTITUDES AND BEHAVIOR

ACCESSIBILITY AND FLEXIBILITY

REPUTATION AND CREDIBILITY

RECOVERY

RELIABILITY AND TRUSTWORTHINESS

KINERJA

HARAPAN

HABITUAL BEHAVIOR

SWITCHER

SATISFACTION

LIKING OF THE BRAND

(54)

c) Konversi diagram alur ke dalam persamaan

Setelah teori atau model teoretis dikembangkan dan digambarkan dalam

sebuah diagram alur, peneliti dapat memulai mengkonversi spesifikasi

model tersebut ke dalam rangkaian persamaan.

Persamaan yang dibangun akan terdiri:

(1) Persamaan-persamaan struktural (structural equations)

Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas

antar berbagai konstruk. Persamaan struktural pada dasarnya

dibangun dengan pedoman berikut:

Variabel Endogen = Variabel Eksogen + Variabel Endogen + Error

(2) Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model)

Pada spesifikasi itu, peneliti menentukan variabel mana mengukur

konstruk mana, serta menentukan serangkaian matriks yang

menunjukkan korelasi yang dihipotesiskan antar konstruk atau

variabel.

d) Memilih Matriks Input dan Estimasi Model

Perbedaan SEM dengan teknik-teknik multivariate lainnya adalah dalam

input data yang digunakan dalam permodelan dan estimasinya. SEM

hanya menggunakan matriks varians atau kovarians atau matriks

korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang

dilakukannya. Teknik Estimasi yang tersedia dalam AMOS 4.0 adalah

(55)

(1) Maximum likelihood Estimation (ML)

(2) Generalized Least Square Estimation (GLS)

(3) Unweighted Least Square Estimation (ULS)

(4) Scale Free Least Square Estimation (SLS)

(5) Asymptotically Distribution- Free Estimation (ADF)

e) Kemungkinan munculnya masalah identifikasi

Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini:

(1) Standar error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat

besar.

(2) Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang

seharusnya disajikan.

(3) Munculnya angka-angka yang aneh seperti adanya varians error

yang negatif.

(4) Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang

didapat (misalnya lebih dari 0,9).

f) Evaluasi kriteria Goodness-of-fit

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap

berbagai kriteria goodness-of-fit. Untuk itu tindakan pertama yang

dilakukan adalah mengevaluasi apakah data yang digunakan dapat

memenuhi asumsi-asumsi SEM. Asumsi-asumsi SEM adalah sebagai

(56)

(1) Ukuran Sampel

Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam pemodelan ini adalah

minimum berjumlah 100 dan selanjutnya menggunakan

perbandingan 5 observasi untuk setiap estimated parameter.

(2) Normalitas dan Linearitas

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi

normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk

memperoleh pemodelan SEM ini.

(3) Outliers

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim

baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena

kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat

jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya.

(4) Multicollinearity dan singularity

Multikolinearitas dapat dideteksi dari determinan matrikskovarians.

Nilai determian matriks kovarians yang sangat kecil (extremely

small) member indikasi adanya problem multikolinearitas atau

singularitas.

Uji Kesesuaian dan Uji Statistik

(1) Chi-Square Statistic

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah

(57)

dipandang baik atau memuaskan bila rendah. Semakin kecil nilai

semakin baik model itu.

(2) RMSE- The Root Mean Square Error of Approximation

RMSE adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk

mengkompensasi chi-square statistic dalam sampel yang besar.

Nilai RMSE menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan

bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSE lebih kecil atau

sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model

yang menunjukkan sebuah close-fit dari model itu.

(3) GFI- Goodness of Fit Index

GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang

nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang

tinggi dalam indeks ini menunjukan sebuah “better fit”.

(4) AGFI- Adjusted Goodness- of – Fit Index

GFI adalah analog dari dalam regresi berganda. Fit index ini

dapat di-adjust terhadap degrees of freedom yang tersedia untuk

menguji diterima atau tidaknya model. GFI maupun AFGI adalah

kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians

dalam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai besar 0.95 dapat

diinterpretasikan sebagai tindakan yang baik-good overall model fit

(baik) sedangkan besaran nilai antara 0,90-0,95 menunjukkan

(58)

(5) CMIN/ DF

The minimum sampel discrepancy function (CMIN) dibagi dengan

degree offreedom-nya akan menghasilkan indeks CMIN/DF sebagai

salah satu indikator untuk mengukur tingkat fit-nya sebuah model.

CMIN/DF adalah statistic chi-square, dibagi DF sehingga

disebut relatif. Nilai relatif kurang dari 2.0 atau bahkan

kurang dari 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan

data.

(6) TLI- Tucker Lewis Index

TLI adalah sebuah alternative incremental fit index yang

membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline

model. Nilai yang direkomendasikan adalah lebih besar dari atau

sama dengan 0,95.

(7) CFI- Comparative Fit Index

Besaran index ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1 dimana

semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling

tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI lebih besar atau

(59)

Tabel III.1 Goodness-of-fit indices

Goodness of Fit Index - Chi- Square

Significance Probability RMSEA

GFI

AGFI

CMIN/DF

TLI

CFI

Cut-of-value Diharapkan kecil

0.05

0.06

0.90

0.90

2.00

0.95

≥0.95

(8) Interpretasi dan Modifikasi Model

Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model dan memodifikasikan

model bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang

dilakukan. Setelah model diestimasi, residualnya harusnya kecil atau

mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarians residual harus bersifat

(60)

42

A. Sejarah Perusahaan

Larissa merupakan salah satu tempat perawatan kecantikan yang ada di Yogyakarta. Larissa berdiri pada 11 Juni 1984 di Yogyakarta. Awal berdirinya Larissa berawal dari sebuah keinginan untuk memberikan pelayanan di bidang perawatan kulit dan rambut yang aman, sehat, dan tanpa efek samping. Larissa Skin Care & Hair Treatment didirikan oleh R. Ngt. Poedji Lirnawati yang memperoleh bekal ilmu dari Kay Brown Beauty School di Los Angeles, USA. Konsep yang dikembangkan adalah perawatan kulit dan rambut dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti: sayuran, buah-buahan, umbi, batang, dan akar, yang lebih dikenal dengan konsep

(61)

naungan PT. Larissa Anugerah Sejahtera dengan lokasi di Kayen, Sleman, Yogyakarta. Nama Larissa sendiri memiliki makna yang mendalam. Larissa berasal dari sebuah bahasa latin yang berarti bersinar atau terang. Harapan dari hal ini adalah di setiap unit kerja Larissa selalu menjadi terang, bertindak positif, ramah, tulus, dan saling menghargai dalam melayani pelanggan serta dalam hubungan antar karyawan, management, dan owner. Terhitung sejak tanggal 2 Juni 1998, Larissa sudah memiliki sertifikat merek dari Departement Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Hak Atas Kekayaan Intelektual, dengan demikian merek Larissa sudah terdaftar dan memiliki perlindungan hukum. 1. Visi

Menjadi salah satu perusahaan pusat kecantikan yang terbaik dan dikenal luas di Indonesia.

2. Misi

a) Melayani masyarakat dengan memberikan pelayanan kecantikan yang baik, alami, aman, inovatif, dan professional.

b) Memberikan pengenalan kepada masyarakat akan pentingnya merawat kecantikan diri.

c) Menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat dalam hal berpenampilan.

(62)

e) Mempekerjakan karyawan-karyawan yang memiliki tingkat kesejahteraan hidup yang baik.

f) Berperan aktif di dalam menjaga dan merawat lingkungan hidup dan kekayaan alam Indonesia.

g) Berperan aktif di dalam menciptkan kehidupan sosial yang baik.

3. Our Values Larissa

L- Lebih :Larissa memberikan nilai lebih di setiap layanan jasa dan produknya kepada pelanggan.

A- Aman :Larissa selalu meyediakan produk dan jasa kecantikan yang alami dan aman.

R- Ramah :Larissa melayani pelanggan dengan ramah, sopan, dan senyum.

I- Inovatif :Larissa senantiasa berinovasi dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. S- Simpati : Larissa bersimpati terhadap kelestarian lingkungan hidup

dan kekayaan alam.

S- Sehat : Larissa berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik agar pelanggan memiliki kulit, rambut dan tubuh yang sehat. A- Aktif : Larissa aktif turut serta di dalam pelayanan kepada

(63)

4. Rencana

Seiring dengan berkembangnya zaman dan meningkatnya kebutuhan perawatan pelanggan. Larissa senantiasa berinovasi, mengembangkan produk-produk baru, dan menggunakan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan tanpa meninggalkan konsep “Back to Nature”. Selain itu, Larissa akan berekspansi ke seluruh wilayah di Pulau Jawa serta beberapa lokasi di luar Pulau Jawa.

A. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang dipakai oleh Larissa Skin Care & Hair Treatment adalah struktur organisasi yang berbentuk fungsional. Maka, wewenang atas pelaksanaan tugas setiap fungsi diberikan sepenuhnya kepada orang yang bertanggung jawab atas fungsi tersebut:

1. Pemilik/ Direktur Utama

a) Memimpin seluruh kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

b) Menetapkan garis besar kebijakan serta mengambil keputusan-keputusan penting dalam segala bidang.

(64)

2. Manajer Operasional

a) Mengkoordinir kegiatan para karyawan

b) Mengatur agar setiap layanan jasa yang diberikan berjalan efektif dan efisien.

c) Membuat rencana produksi dan rancangan biaya produksi berdasarkan rencana penjualan.

3. Manajer Pemasaran

a) Merencanakan, mengkoordinir, mengawasi pelaksanaan kegiatan pemasaran.

b) Merencanakan dan menyusun strategi dan mengambil kebijakan perusahaan.

c) Mrencanakan tingkat penjualan dan susunan rencana anggaran penjualan.

4. Personalia

a) Mengawasi proses pencarian, seleksi, penerimaan, dan penempatan para karyawan pada bagian-bagian yang membutuhkan.

b) Menyusun, merumuskan, mengembangkan kebijakan, dan program kerja untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.

c) Menyimpan data personalia yang berhubungan dengan pengupahan, penggajian karyawan, dan data-data pribadi para karyawan.

(65)

5. Manajer Keuangan

a) Merencanakan anggaran keseluruhan melalui kerja sama dengan manajer lain dan menyampaikan kepada direktur utama untuk disetujui.

b) Memastikan terciptanya kebijakan perusahaan di bidang keuangan serta menjamin kelancaran dan keamanan seluruh transaksi keuangan yang terjadi.

C. Pelayanan yang Disediakan di Larissa Skin Care & Hair Treatment

1. Layanan Konsultasi

Larissa memilki ruangan konsultasi untuk para pelanggannya. Ruang konsultasi tersebut sangat bermanfaat bagi para pelanggannya karena pelanggan dapat berkonsultasi secara langsung dengan dokter ahli kecantikan. Pelanggan akan diberi pengetahuan dan pemahaman tentang keluhannya/masalahnya. Ruang konsultasi tersebut membuat pelanggan menjadi tidak kebingungan atau cemas jika akan menggunakan jasa perawatan di Larissa.

2. Layanan Pendaftaran

(66)

identitas dirinya, hanya ditanya mengenai perawatan yang akan digunakan dengan menunjukkan kartu membernya.

3. Layanan Kartu Member

Bagi para pelanggan yang ingin menjadi anggota tetap salon Larissa, disarankan untuk memiliki kartu member, khususnya bagi pelanggan baru. Hanya dengan membayar sebesar Rp.35.000 maka pelanggan akan memperoleh kartu member yang berlaku seumur hidup. Pelanggan akan mendapatkannya dalam jangka waktu 2 minggu.

4. Layanan Perawatan dan Layanan Pengiriman Produk

Di bagian layanan perawatan disediakan staf-staf ahli yang sesuai di bidangnya masing-masing dalam melayani para pelanggannya, seperti

(67)

49

A. Analisis Data

1. Analisis persentase

Analisis persentase digunakan untuk menjawab permasalahan pertama yaitu tentang karakter responden (karakter para customer Larissa) yang menggunakan jasa dari Larissa itu sendiri. Karakter-karakter tersebut meliputi jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendapatan, serta frekuensi kunjungan ke Larissa.

a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin Tabel V.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah

Sumber: data primer yang diolah

(68)

lebih mendominasi dibandingkan dengan laki-laki hal tersebut

dapat terjadi karena perempuan cenderung lebih suka menjaga

penampilannya dan ingin terlihat cantik dimata orang lain baik

sesama jenisnya ataupun lawan jenisnya. Oleh sebab itu perempuan

sering datang berkunjung ke salon untuk perawatan tubuhnya.

a. Deskripsi responden berdasarkan usia

Tabel V.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Jumlah

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan dari Tabel V.2 di atas, mayoritas pelanggan

Larissa yang datang untuk menggunakan jasanya berdasarkan

usia adalah dengan karakteristik berusia 20-30 tahun yaitu

sebanyak 93 orang. Karakteristik responden berdasarkan usia

dengan jumlah kedua terbanyak adalah 31-40 tahun, yaitu 39

orang. Hal ini dikarenakan seseorang pada usia sekitar 20-30

dan 31-40 tahun sudah mulai ingin memiliki pasangan atau

mulai mengenal pentingnya penampilan. Mereka sering datang

melakukan perawatan di salon sebagai usaha untuk

(69)

b. Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan

Tabel V.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Jumlah Ibu Rumah Tangga Pengusaha

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel V.3 di atas, jumlah terbanyak

responden pelanggan Larissa yang datang untuk menggunakan

jasanya berdasarkan pekerjaannya adalah pegawai swasta,

yaitu 73 orang. Jumlah kedua terbanyak adalah responden

yang memiliki identitas sebagai pelajar/mahasiswa, yaitu 59

orang. Pegawai swasta sering datang ke salon karena

perusahaan swasta menuntut untuk menjaga penampilannya

khususnya perempuan, sebagai contoh para SPG, Teller Bank

swasta, dan karyawan-karyawati yang bekerja di mall dituntut

untuk selalu berpenampilan menarik.

Selain itu, pelajar/mahasiswa yang telah memiliki

pasangan atau sedang mencari pasangan ingin mempercantik

penampilannya sehingga membutuhkan perawatan kecantikan.

(70)

c. Deskripsi responden berdasarkan pendapatan

Tabel V.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Tiap Bulan Jumlah

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel V.4 di atas, jumlah terbanyak

responden pelanggan Larissa yang datang untuk menggunakan

jasanya berdasarkan pendapatan tiap bulan adalah

Rp.500.000-Rp1.000.000, yaitu sebanyak 56 orang. Jumlah kedua

terbanyak adalah responden yang memiliki pendapatan tiap

bulan Rp.1.001.000-Rp.2.000.000, yaitu sebanyak 54 orang.

Seseorang yang memiliki pendapatan sekitar

Rp.500.000-Rp.1.000.000 dan Rp.1.001.000-Rp.2.000.000

melakukan kunjungan untuk perawatan karena kemungkinan

mereka merasa memiliki uang yang berlebih untuk memenuhi

kebutuhan pokok di kota Yogyakarta, sehingga sisa uang yang

(71)

d. Deskripsi responden berdasarkan frekuensi kunjungannya

Tabel V.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Jumlah

No Frekuensi Kunjungan

Angka Persentase

1 2 3 4

1-4 Kali Sebulan 2 Bulan Sekali 3 Bulan Sekali Tidak Tentu

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel V.5 di atas, jumlah terbanyak

responden pelanggan Larissa yang datang untuk menggunakan

jasanya berdasarkan frekuensi kunjungan adalah tidak tentu,

yaitu sebanyak 67 orang. Hal tersebut disebabkan oleh

kemungkinan mereka tidak memiliki waktu luang yang banyak

dan sibuk dengan pekerjaannya.

1. Analisis pengujian instrumen

Dalam penelitian ini teknik pengujian instrumen menggunakan

pengujian validitas dan pengujian reliabilitas sebagai alat ukur

terhadap responden yang mengisi kuesioner. Pengujian validitas dan

pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan bantuan

(72)

a. Pengujian Validitas

Pengujian validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah

pernyataan yang digunakan dalam kuesioner dapat diukur secara

tepat terhadap apa yang diuji dalam penelitian. Dalam penelitian

ini, uji validitas yang digunakan adalah uji validitas konstruk yang

disebut Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan menghitung

nilai convergent validity dan discriminant validity.

Validitas konstruk mengukur sampai seberapa jauh ukuran

indikator mampu merefleksikan konstruk laten teoritisnya. Jadi

validitas konstruk memberikan kepercayaan bahwa ukuran

indikator yang diambil dari sampel memberikan skor yang

sesungguhnya di dalam populasi. Convergent validity dapat dilihat

dari nilai loading factor. Nilai tersebut dianggap valid atau dapat

menggambarkan kriteria indikator yang valid apabila standardized

loading estimate sama dengan 0,50 atau lebih dan idealnya 0,70

(Ghozali, 2008:135). Pada penelitian ini, validitas konstruk

dihitung dengan menggunakan AMOS 16.0 dimana hasil

penelitian uji validitas convergent validity menunjukkan bahwa

tidak semua instrumen konstruk pada standardized regression

weights tersebut valid. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai loading

factor yang nilainya antara 0,211-1,000 atau dapat dikatakan ada

beberapa instrumen yang nilainya ≤ 0,50. Khusus untuk instrumen

(73)

penelitian ini. Instrumen-instrumen yang dibuang antara lain P15,

P23, P24, P29. Hal tersebut dilakukan karena instrumen tersebut

tidak memenuhi syarat dalam pengujian convergent validity yaitu

di bawah 0.5. Selengkapnya dapat dilihat di tabel V.6 di bawah

ini.

Tabel V.6

Standardized Regression Weights

Regression Weight Estimate Regression Weight Estimate

P1 < ---- Professionalism& skills 0,868 P21 < --- Harapan 0,862 P2 < ---- Professionalism & skills 0,906 P22 < --- Harapan 0,656 P3 < ---- Professionalism & skills 0,635 P23 < --- Kinerja 0,372 P4 < ---- Attitudes & behavior 0,673 P24 < --- Kinerja 0,419 P5 < ---- Attitudes & behavior 0,940 P25 < --- Kinerja 0,819 P6 < ---- Attitudes & behavior 0,760 P26 < --- Kinerja 0,903

P7 < ---- Accessibility & flexibility 0,601 P27 < --- Habitual Behavior 0,682 P8 < ---- Accessibility & flexibility 0,734 P28 < --- Habitual Behavior 1,000

P9 < ---- Accessibility & flexibility 0,750 P29 < --- Switcher 0,211

P10 < ----Reliability & Trustworthiness 0,848 P30 < --- Switcher 0,828 P11 < ----Reliability & Trustworthiness 0,684 P31 < --- Switcher 0,646 P12 < ----Reliability & Trustworthiness 0,634 P32 < --- Satisfaction 0,604

P13 < ---- Recovery 0,973 P33 < --- Satisfaction 0,746

P14 < ---- Recovery 0,599 P34 < --- Liking of the brand 0,779

P15 < ---- Recovery 0,250 P35 < --- Liking of the brand 0,588

P16 < ---- Reputation and credibility 0,757 P36 < --- Commitment 0,545

P17 < ---- Reputation and credibility 0,968 P37 < --- Commitment 0,646

P18 < ---- Reputation and credibility 0,628 Sumber: Data primer yang diolah

P19 < ---- Harapan 0,630

(74)

Discriminant validity mengukur sampai seberapa jauh suatu konstruk

benar-benar berbeda dari konstruk lainnya. Nilai discriminant validity

yang tinggi memberikan bukti bahwa suatu konstruk adalah unik dan

mampu menangkap fenomena yang diukur.Nilai tersebut dapat dianggap

valid apabila memiliki nilai lebih besar dari nilai korelasi antar konstruk

(Ghozali, 2008:138).

Tabel V.7

Tabel Discriminant Validity

Konstruk Kualitas Jasa Kepuasan Pelanggan

Loyalitas Merek

Kualitas Jasa 0,564

Kepuasan Pelanggan 0,942 0,408

Loyalitas Merek 0,456 0,782 0,532

Sumber : Data Primer yang diolah

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa konstruk yang

memenuhi yaitu kualitas jasa dengan loyalitas merek, sedangkan variabel

lainnya mempunyai nilai discriminant validity yang cukup. Akan tetapi,

nilainya masih di bawah dari nilai korelasi antar konstruk sehingga

konstruk yang lain masih terdapat suatu hubungan korelasi yang cukup

kuat.

b. Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk

(75)

reliabel atau tidak. Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas

dari suatu skor (skala pengukuran). Pendekatan yang dianjurkan

dalam menilai sebuah model pengukuran (measurement model) adalah

menilai besaran Composites Reliability dan Variance Extracted dari

setiap konstruk. Composites Reliability diperoleh melalui rumus

berikut ini:

Construct-Reliability =

Dimana:

1. Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap

indikator (diambil dari perhitungan AMOS).

2. εj adalah measurement error dari tiap-tiap indikator.

Ukuran reliabilitas yang kedua adalah Variance Extracted yang

menunjukkan jumlah varians yang berasal dari indikator-indikator yang

diekstraksi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai variance

extracted ini direkomendasikan pada tingkat paling sedikit 0.50. Variance

Extracted diperoleh melalui rumus:

Variance-extracted=

Dimana:

1. Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap

indikator (diambil dari perhitungan AMOS).

(76)

Tabel V.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Indikator Item

Pernyataan

and flexibility 3 Reliability and

credibility 3

0,727 0,700 0,318 0,500 Cukup

Satisfaction 2

Liking of the

Sumber : Data Primer yang diolah

Nunally dan Bernstein (dalam Ferdinand, 2002:193) memberikan

pedoman yang baik untuk menginterpretasikan indeks reliabilitas, mereka

menyatakan bahwa reliabilitas yang sedang antara 0,5-0,6 sudah cukup

untuk menjustifikasi sebuah hasil penelitian. Dengan demikian hasil uji

reliabel tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan pada variabel

kualitas jasa dan loyalitas merek memiliki nilai yang cukup reliabel

walaupun di bawah 0,7 nilai tabel, sedangkan untuk kepuasan pelanggan

hasilnya kurang reliabel karena nilai reliabilitasnya berada di bawah 0,5.

(77)

faktor tersebut tidak jauh berbeda dan memungkinkan bukan sebuah

konstruk yang independen, dilihat dari pengujiannya memiliki hasil yang

kurang sesuai dengan rekomendasi nilai tabelnya yang berarti bahwa

konstruk-konstruk tersebut tidak sepenuhnya independen karena dari hasil

yang diperoleh menunjukkan masih adanya suatu hubungan korelasi baik

pada tiap konstruk maupun pada variabel yang berbeda.

A. Pengujian Model

Structural Equation Modeling (SEM) digunakan untuk menguji model

dan hubungan-hubungan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang

telah dikemukakan pada bagian terdahulu. Langkah pengembangan model

berbasis teori dan menyusun path diagram telah dilakukan pada bab

sebelumnya. Selanjutnya dilakukan langkah-langkah pemodelan SEM untuk

mendapatkan hasil perhitungan yang digunakan untuk menguji hipotesis yang

telah dikemukakan pada bagian pendahuluan. Teknik estimasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah maximum likehood estimation method,

karena sampel yang digunakan sebanyak 180 responden. Program yang

digunakan untuk mengestimasi model adalah Amos versi 16.0.

Pada penelitian ini menggunakan komposit atau modifikasi karena nilai

goodness of fit tidak memenuhi persyaratan. Dalam penelitian ini terdapat 29

estimated parameter, dapat dilihat pada lampiran 7. Ferdinand (2002:48)

menyatakan bahwa jumlah responden antara 5 sampai dengan 10 kali jumlah

(78)

ini adalah 29 dikalikan 5 yaitu 145 responden, sehingga dapat disimpulkan

bahwa mengenai estimasi parameter tidak mengalami kelebihan poin karena

jumlah respondennya lebih besar sehingga tidak dipermasalahkan. Akan

tetapi, hasil dari nilai goodness of fit masih belum fit, sehingga untuk

mendapatkan hasil yang benar fit maka penelitian ini mengalami suatu

(79)

Gambar V.1

(80)

Sebelum melakukan penghitungan pemodelan SEM, perlu diperhatikan

asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam pemodelan SEM sebagai berikut:

1. Ukuran Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 180 responden. Estimated

parameter pada lampiran 7. Pada penelitian ini sampel yang digunakan

sudah cukup untuk menguji suatu model dalam SEM. Menurut Hair et al.

(dalam Ferdinand, 2002:48), jumlah sampel yang ideal untuk menguji

suatu model dengan menggunakan SEM adalah antara 100 sampai 200

sampel.

2. Evaluasi Atas Normalitas

Untuk mengevaluasi normalitas dengan mengamati nilai-z atau

C.R. dari data yang digunakan dan ditampilkan pada lampiran 7 bagian

assessment of normality. Menurut Ferdinand (2002:95), bila nilai-z atau

C.R.lebih besar dari nilai kritis ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01 atau

1%, maka data tidak normal. Pada penelitian ini, nilai-z atau C.R. adalah

sebesar -3,905 sampai 9,127 yang melebihi ± 2,58, berarti bahwa

distribusi data ini tidak normal.

3. Evaluasi atas Outliers

Evaluasi ini memakai uji mahalanobis distance dengan

menggunakan AMOS 16. Uji terhadap outliers multivariat dilakukan

(81)

(Ferdinand, 2002:102). Berdasarkan nilai chi-square pada derajat sebesar

13 (jumlah indikator) pada tingkat signifikansi 0,001 atau χ2

(13,0,001)=34.528. Hasil perhitungan observations farthest from the

centroid menunjukkan nilai mahalanobis d-squared terbesar adalah

40.208 yang melebihi nilai 34,528 yang berarti bahwa data kurang cocok

untuk digunakan untuk penelitian karena masih terdapat outliers

multivariat dalam penelitian ini. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada

bagian observations farthest from the centroid (mahalanobis distance)

pada lampiran 10.

4. Multicollinearity dan Singularity

Dengan menggunakan Amos 16.0, pada lampiran 13 bagian

determinant of sample covariance matrix adalah sebesar 0,065 yang

hasilnya mendekati nol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

kemungkinan terjadi multikolinearitas atau singularitas, sehingga data ini

masih kurang layak digunakan.

5. Goodness of Fit

Walaupun asumsi-asumsi SEM tidak dipenuhi, penghitungan

pemodelan SEM dapat dilakukan dengan model modifikasi yang tidak

membentuk model yang benar-benar fit 100%, dan hasil dari model

Gambar

Gambar II.1
Gambar II.2
Gambar III.3
Tabel III.1 Goodness-of-fit indices
+7

Referensi

Dokumen terkait

“Saya tak akan terlalu sungkan jika yang pingsan adalah mereka yang menatap saya terlalu lama,” ujarnya dari balik pintu, meski ia pun tahu hanya cukup sekilas tatapan sudah

Pada hari ini Senin tanggal Dua Puluh Sembilan bulan Agustus tahun Dua Ribu Enam Belas (29-08-2016) bertempat di Sekretariat ULP Kabupaten Sumbawa, Kelompok Kerja 43

Jika pada tanggal/waktu tersebut diatas, Saudara atau yang mewakili Saudara (yang ditunjuk dengan Surat Kuasa dari Perusahaan yang nama pemberi kuasa tercantum dalam Akte

[r]

Tanya kepada orang yang membolehkan Perkawinan Beda Agama, Majelis Ulama Indonesia, mengeluarkan suatu fatwa tahun 1980, Perkawinan Beda Agama hukumnya haram,

[r]

Ruang lingkup kerja Lembaga Pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi Kawasan Perkampungan Budaya Betawi dengan batas-batas sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan

Mengingat TB paru merupakan penyakit yang menular sehingga kepatuhan dalam pengobatan TB paru merupakan hal penting untuk dianalisis, serta belum adanya gambaran mengenai tingkat