• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN PRAKTEK MENYALIN KATA-KATA AL-QUR'AN DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS KELAS 2 MADRASAH IBTIDAIYAH MISBAKHUSSUDUR MALANGSARI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 20072008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN PRAKTEK MENYALIN KATA-KATA AL-QUR'AN DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS KELAS 2 MADRASAH IBTIDAIYAH MISBAKHUSSUDUR MALANGSARI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 20072008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkap"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN PRAKTEK MENYALIN KATA-KATA

AL-QUR'AN DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS KELAS 2

MADRASAH IBTIDAIYAH MISBAKHUSSUDUR MALANGSARI

KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

TAHUN PELAJARAN 2007/2008

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh :

A M I N L E S T A R I

NIM : 114 06 458

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(2)

NOTA PEMBIMBING

Yih. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga

di Salatiga

Assalamu’alaikum wr.wb.

Setelah kami mengadakan koreksi danperbaikan seperlunya maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari

Nama : AMIN LESTARI NIM : 11406458

Jurusan/Progam Studi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : Upaya Peningkatan Praktek Menyalin Kata-Kata Al Qur’an Dengan Metode Pemberian Tugas Kelas 2 MI Malangsari Kec Bulu Temanggug Tahun 2007/2008. Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera dimunaqosahkan.

Demikian atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.

Salatig^J31 Juli 2008 >ing

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul

Nama NIM

Program Studi

(4)

w an

M O T T O

J 333

A rtinya: “Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S. A l-M uzam m il: 4)

4

I

jdJ

Ij

JC

o

J

u

LU

(s\c9

JtS\

f

l i j j

(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapak dan ibu tercinta

2. Suami tercinta yang selalu mendampingi penulis suka dan duka. 3. Anakku tersayang “Lutfiana Dwi Rahmawati dan M. Amin Fauzi" 4. Kakak dan Adik-adikku tersayang

5. Teman-teman senasib dan sepeijuangan.

(6)

AB

STRAK

Amin Lestari, Jurusan PAI pada Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, tahun 2008. Judul Skripsi “UPAYA PENINGKATAN PRAKTEK MENYALIN KATA-KATA AL QUR’AN DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS 2 MADRASAH IBTIDAIYAH MISBAKHUSSUDUR MALANGSARI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN AJARAN 2007/2008”

Praktek menyalin kata-kata al Q ur’an dengan metode pemberian tugas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan subyek penelitiannya adalah siswa kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Misbakhussudur Malangsari Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung yang beijumlah 13 siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya peningkatan praktek menyalin kata-kata al Qur’an melalui metode pemberian tugas pada siswa kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Misbakhussudur Malangsari.

Adapun cara pengumpulan datanya menggunakan tes, lembar observasi, dokumentasi dan dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode pemberian tugas pada materi praktek menyalin kata-kata al Qur’an pada siswa kelas 2 mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes formatif yang selalu meningkat dari siklus I 69 %, siklus II 77 % dan siklus III 92 %.

(7)

KATA PENGANTAR

f & Z - J

J J 5**4

^<

ji

J

ij

3T^_

jj

4U ILiJl

(jjauobl fU a^u d j A J ij X o J a U JUui

^ 3llul t j

j <& UaSlu

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Zat Yang Maha Tahu lagi Maha Bijaksana, hanya dengan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rosulullah SAW, pembawa berita gembira sekaligus figur kepemimpinan umat dengan akhlak yang patut diteladani sepanjang abad.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan jika tanpa uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik material maupun spriritual. Untuk itu pada pada kesempatan ini dengan penuh ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya, terutama pada:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga dan segenap stafnya.

2. Bapak M.Hafidz, M.Ag. Selaku Pembimbing yang telah membimbing sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

(8)

3. Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal jlm u pengetahuan maupun bimbingan di bangku kuliah.

4. Bapak Fahrudin, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Malangsari, beserta rekan-rekan guru yang telah berkenan memberikan ijin dan bantuan dalam penelitian ini.

5. Ibu Bapakku serta mertuaku tercinta.

6. Suamiku Fauzan tercinta atas bantuannya baik moril maupun spiritual, kebersamaan serta dukungan semangatnya.

7. Buah hatiku Lutfiana Dwi Rahmawati dan Muhamad Amin Fauzi yang selalu memberiku semangat.

8. Segenap sahabat-sahabat dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulisan dalam menyusun dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Kiranya hanya kepada Allah SWT penulis berdo’a, semoga amal kebaikan dan jasa budi baiknya mendapat balasan yang setimpal.Dan akhirnya penulis berharap, semoga skripsi yang sederhana ini dan jauh dari kesempurnaan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

(9)

S T A I N

(10)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN DAFTAR TABEL... xii

B A B I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Hipotesis... 8

F. Sistematika Penulisan Skripsi... 8

BA BU LANDASAN TEORI... 10

A. Upaya Peningkatan Praktek Menyalin Kata-Kata Al Qur’an... 10

B. Belajar... 20

C. Prestasi Belajar... 23

D. Dasar dan Tujuan Belajar... 26

E. Ciri-ciri Kemandirian Belajar... 29

(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 37

A. Tempat Waktu dan Subyek Penelitian... 38

B. Rancangan Penelitian... 42

C. Instrumen P enelitian... 46

D. Pengumpulan data... 47

E. Analisa data... 52

F. Kreteria Penelitian... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 55

A. Analisis Data Penelitian Per Siklus... 55

Pembahasan... ... 69

BAB V PENUTUP... 71

A. Kesimpulan... 71

B. Saran... 72

C. Penutup... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

(12)

T a b e l:

3.1 : Keadaan Guru Madrasah Ibtidaiyah Misbakhussudur Malangsari

Tahun 2007/2008 ... 40

3.2 : Keadaan Siswa Madrasah Ibtidaiyah Misbakhussudur Malangsari Tahun 2007/2008... 41

3.3 : Daftar Huruf Arab Dan Transliterasinya... 48

3.4 : Bentuk Khat Nashi... 50

4.1 : Lembar Observasi Menulis H uruf Hijaiyah Siklus 1... 56

4.2 : Hasil Kegiatan Belajar Menulis H uruf Hijaiyah Siklus 1... 57

4.3 : Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus 1... 58

4.4 : Lembar Observasi Menulis H uruf Hijaiyah Siklus II... 60

4.5 : Hasil Kegiatan Belajar Menulis H uruf Hijaiyah Siklus II... 61

4.6 : Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II... 62

4.7 : Lembar Observasi Menulis H uruf Hijaiyah Siklus III... 65

4.8 : Hasil Kegiatan Belajar Menulis H uruf Hijaiyah Siklus III... 66

(13)

DAFTAR LAM PIRAN

Halaman

Lampiran l.Tes indikator pencapaian belajar siklus I ... 76

Lampiran 2.Tes indikator pencapaian belajar siklus II... 77

Lampiran 3.Tes indikator pencapaian belajar siklus III... 78

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...79

Lampiran 5. Surat keterangan... 82.

Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup... 83

(14)

BAB

I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya pendidikan agama dikalangan Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah khususnya mata pelajaran al Qur’an hadist kelas 2 masih sulit untuk dipelajari dengan menggunakan bahasa arab, maka dari itu perlu adanya transliterasi/pemindahan dari arab ke Indonesia.

Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam upaya membudayakan manusia, melalui pendidikan, kepribadian siswa dibentuk dan diarahkan sehingga dapat membentuk derajat manusia sebagai makhluk berbudaya. Untuk itu, idealnya pendidikan tidak hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan (transfer o f knowledge and skill), tetapi lebih dari itu adalah transfer sikap dan perilaku {transfer o f attitude and behaviour).

Bagi bangsa Indonesia tujuan yang ideal yang hendak dicapai lewat proses dan sistem Pendidikan Nasional, sebagaimana yang telah dituangkan dalam UU RI No. 20 tahun 2003.

(15)

Sebagai umat yang memiliki etos keija yang tinggi, atas dasar ketaqwaan kepada Allah SWT, persoalan-persoalan itu kita jadikan tantangan agar kita bekerja lebih baik lagi, mengajar lebih profesional dan beribadah lebih khusuk.

Akan halnya pembelajaran Pendidikan Agama yang selama ini kita laksanakan, menurut penulis sebenarnya sudah baik. Tetapi adanya pembaharuan-pembaharuan dalam metode pengajaran dan sistem pengajaran maka kita tidak ada, ruginya bagi kita untuk mengambil manfaat dari pembaharuan yang ada, agar kita sebagai pihak vang membelajarkan agama Islam lebih lengkap ilmu pengetahuan yang kita miliki, sehingga iman kita akan lebih terang, peserta peserta didik pun menjadi cemerlang.

Praktek menyalin kata-kata al Qur’an dengan metode pemberian tugas adalah bagian dari mata pelajaran al Qur’an hadist di Madrasah Ibtidaiyah Malangsari yang diajarkaan dengan tujuan anak lancar dan terampil menyalin kata-kata al Qur’an. Oleh karena itu menyalin kata-kata al Qur’an sebagai sub mata pelajaran al Qur’an hadist perlu diberikan baik di bangku sekolah maupun di rumah sebagai tugas rumah (TR) dengan mengacu SILABUS yang mengarah kepada tujuan pendidikan agama Islam dan salah satunya adalah anak tamat lulusan Madrasah Ibtidaiyah dapat menulis al Qur’an dengan baik dan benar.

Pengajaran menyalin kata-kata al Qur’an diberikan di kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Malangsari. Selain diberikan di sekolah formal juga

(16)

sebagian diantaranya diberikan di lingkungan keluarga atau di pengajian- pengajian ymum atau Taman Pendidikan Al Q ur'an (TPQ) baik yang ada di desa Malangsari maupun di luar desa. Dari pemberian materi menyalin kata- kata al Q ur'an dengan benar dari masing-masing sumber antara lain dapat di bagi dua yaitu keterangan yang diterima oleh guru dan guru ngaji/orang tua terdapat perbedaan persepsi dalam menyampaikan materi sehingga mengacaukan anak ketika mengeijakan tugas rumah (TR). Dari data yang diperoleh selama penelitian, tugas rumah yang di berikan selama 3 kali nilai yang di dapat masih di bawah standar ketuntasan yaitu 65 ada 80 % dan 20 % diantaranya telah memenuhi syarat.

Pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah mempunyai fungsi di antaranya adalah pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan di lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban pertama menanamkan dan ketaqwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah hanya berfungsi menumbuh kembangkan dalam diri siswa serta melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan.

(17)

1988, UU RI No n /1989, Tap M PR No II /M PR /1993. Produk-produk hukum tersebut sangat memperkokoh penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah sehingga para pelaksana maupun para penerima pendidikan agama dilindungi oleh perundang-undangan.

Tujuan pendidikan Nasional kita seperti tersebut dalam UU RI No. 20 tahun 2003 Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa (UU.RI No.20 tahun 2003)1

Adapun ruang lingkup pendidikan agama Islam pada tingkat sekolah dasar diberikan penekanannya pada 4 unsur yaitu : al Qur’an, akhlak, keimanan dan ibadah, untuk sub al Q ur’an hadis diharapkan siswa tidak hanya lancar membaca, melainkan ju g a dituntut dapat menyalin kata-kata dengan benar, sebab bila pada suatu saat ada tulisan yang ditulis dengan huruf latin dan tidak menguasai transliterasinya dengan benar maka akan dapat mempengaruhi arti atau kandungan yang ada pada ayatnya, sedangkan di tingkat Madrasah kelas 2 baru ada khat nashi yang diperkenalkan..

1 UU RI Nomor 20 tahun 2003 SISDIKNAS, Citra umbara, Bandung: 2003.him 8.

(18)

Keberhasilan pendidikan agama Islam dipengaruhi beberapa faktor, baik di kejas maupun di luar kelas yang penulis maksudkan adalah di kelas itu termasuk formal dan di luar kelas adalah non formal yaitu antara lain pengalaman yang di tanamkan oleh keluarganya. Menyalin kata-kata al Qur’an juga terpengaruh oleh pengajian-pengajian dimana anak itu memperoleh pengetahuan di sekeliling anak itu tinggal, itulah “Upaya peningkatan praktek menyalin kata-kata al Qur’an dengan metode pemberian tugas siswa kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Malangsari tahun pelajaran 2007/2008” dengan alasan sebagai b erik u t:

Pelajaran praktek menyalin kata-kata al Qur’an dalam materi pendidikan agama Islam yang oleh siswa merasa terpengaruh yang berbeda- beda yaitu antara yang diterima di bangku sekolah dan di luar sekolah mengenai transliterasinya, sedangkan mengenai tulisan khatnya di pengajian- pengajian yang diselenggarakan belum ada khat yang baku, sedangkan sekolah telah ada dua khat yang baku, maka dari itu jika ada tugas rumah (TR) maka nilai yang didapat siswa di bawah standar rata-rata ketuntasan yaitu 65.

B. Rumusan Masalah

(19)

Madrasah Ibtidaiyah Malangasari tahun pelajaran 2007/2008 ?” maka akan timbul berbagai masalah diantaranya adalah sebagai berikut:

Kemandirian belajar dalam menguasai materi pelajaran Qur’an Hadist sub menyalin kata-kata al Qur’an dengan metode pemberian tugas dirasa belum optimal.

Dengan permasalahan tersebut penulis menitik beratkan pada satu permasalahan yaitu : Adakah upaya guru dalam meningkatkan kemandirian belajar praktek menyalin kata-kata al Q ur’an dengan metode pemberian tugas melalui transliterasi khat nashi, dapat diterima siswa Madrasah Ibtidaiyah Malangsari tahun pelajaran 2007/2008. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan metode pemberian tugas dapat meningkatkan pemahaman praktek menyalin kata-kata al Qur’an pada siswa kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Malangsari ?

2. Apakah penerapan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan praktek menyalin kata-kata al Qur’an pada siswa kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Malangsari ?

3. Apakah penerapan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kualitas keneija guru dalam mengajarkan pelajaran Qur’an Hadist sub menyalin kata-kata al Qur’an ?

(20)

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah penerapan metode pemberian tugas dapat

meningkatkan pemahaman praktek menyalin kata-kata al Qur’an pada siswa kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Malangsari

2. Untuk mengetahui apakah penerapan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan praktek menyalin kata-kata al Qur’an pada siswa kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Malangsari.

3. Untuk mengetahui apakah penerapan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kualitas kenerja guru dalam mengajarkan pelajaran Qur’an Hadist sub menyalin kata-kata al Qur’an.

D. Kegunaan Penelitian

Di dalam kegunaan penelitian ini penulis ingin menerangkan siapa-siapa saja yang terkait di dalamnya, antara lain : sekolah, guru dan siswa.

1. Sekolah, sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Q ur’an hadist sub menyalin kata-kata al Qur’a n .

2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

(21)

E. Hipotesis

Hipptesis adalah jaw aban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul2.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut : “Melalui penerapan metode pemberian tugas maka kemampuan praktek menyalin kata-kata al Q ur’an siswa akan meningkat, karena guru lebih kreatif sehingga siswa lebih aktif dan menyenangkan dalam mengikuti pembelajaran.”

Dengan meningkatnya semangat belajar siswa maka akan meningkat pula kemampuan praktek menyalin kata-kata al Q ur’an.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Sitematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, dimana antara bab yang satu dengan bab yang lainnya saling terkait. Adapun lima bab dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis, dan sistematika penulisan skripsi.

2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta: 2002, him. 136.

(22)

Bab II Kajian Pustaka yang berisi tentang penjelasan upaya peningkatan praktek menyalin kata-kata al Qur’an dengan metode pemberian tugas.

Bab III Pelaksanaan Penelitian yang berisi tentang deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II dan deskripsi pelaksanaan siklus III.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang deskripsi per siklus, dan pembahasan tiap siklus.

Bab V Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

(23)

BAB n

LAN

DASAN TEORI

A. Upaya Peningkatan Praktek Menyalin Kata-Kata Al Qur’an

Sebelum penulis menjelaskan pengertian dari “upaya peningkatan praktek menyalin kata-kata al Qur’an”, terlebih dahulu penulis paparkan pengertian dari satu per satu kata.

Upaya adalah usaha, ikhtiyar, (untuk mencapai sesuatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dsb). Kata upaya mengandung arti suatu kegiatan yang diikutkan untuk/mencapai suatu tujuan atau maksud.1 2 Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha) kegiatan dan sebagainya. Peningkatan adalah suatu bentuk penghargaan. Penghargaan tanpa imbalan tidak cukup meyakinkan. Orang lebih senang penghargaan yang diberikan dalam bentuk nyata, misalnya peningkatan gaji atau tanggung jawab yang besar, dengan kebebasan mempergunakan inisiatif mereka, yang menimbulkan kepuasan keija.

Kepuasan manusia seringkah tergantung pada apakah yang mereka harapkan sesuai denga yang mereka dapatkan. Dalam pengakuan suatu pekeijaan yang baik, pemimpin kelompok atau pengawas jangan membuat janji-janji peningkatan jabatan yang tidak mungkin dipenuhi. Sebaliknya, ia

1 Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2003, him. 1250.

2 Ibid, him. 1198.

(24)

harus mendorong orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga siap untuk promosi jabatan.3

Praktek adalah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut di dalam teori.4 5 Dengan praktek anak lebih mengetahui dan dapat membuktikannya dengan kenyataan yang sesungguhnya sehingga dengan adanya praktek siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran dan dapat menambah percaya diri.

Menyalin adalah mengutip (tulisan); menulis kembali; menim.3 Menyalin adalah mengambil bagian pokok dari suatu bacaan untuk masing- masing paragraf tanpa mengurangi maksud kandungan yang telah ada.

Perintah untuk menyalin (belajar menulis) terdapat dalam Surat Al- Qalam ayat 1 yang berbunyi :

t * s * " r,-e

{(Jo)

Q

j

J

o

Z

a L*J IJ

A rtinya:

“Nun[1490], demi kalam dan apa yang mereka tulis.”6

[1490] ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat al Quran seperti: A lif laam miim, A lif laam raa, A lif laam miim shaad dan sebagainya, diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah, karena dipandang termasuk ayat-ayat

3 http://ksuheimi.bloqspot.com/2007/10/keterampilan-administrasi-pengajaran.html 4 Ibid. him. 982

5 Ibid, him. 894.

(25)

m utasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para Pendengar supaya memperhatikan al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad S.A.W. semata- mata, maka cobalah mereka buat semacam al Quran itu.,

Sedangkan maksud “kalam” dalam ayat ini, yaitu bahwa Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis dan baca..

Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan“ (dari kata qoro’a : membaca). Sedangkan Qur’an menurut istilah terdapat beberapa pengertian, diantaranya sebagai b erik u t:

1. Al Qur’an adalah kumpulan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang dihimpun dalam sebuah kitab suci yang menjadi pegangan bagi manusia. Dalam hubungannya dengan risalah Nabi Muhammad SAW., al Qur’an berfungsi sebagai M u’jizat yaitu berfungsi melemahkan orang untuk mengatasi orang yang menentang kerasulan Muhammad dan kebenaran Islam sebagai firman Allah SWT. dalam surat Al- Isra’ 88.

(26)

. t

|> * U O l c f ^ 5 ( y } J ^ * f

j l j 0 > ^ ^

Artinya :

“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun

sebagian mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekali pun sebagian mereka menjadi pembuat bagi sebagian yang lain.”7

2. Al Q ur'an adalah kitab tuhan yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW sebagai kitab suci agama Islam. Susunan al Qur’an yang sekarang tidak mencerminkan urut-urutan waktu turunnya, sebab ayat/wahyu yang diturunkan pertama kali yaitu ayat 1-5 surat al-Alaq yang terletak diakhir ju z ketiga-puluh, yang berbunyi:

7 Zakiah Daradjat, et.al,Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta. Universitas Terbuka. 1999. him.

(27)

O f t M

A rtinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

(28)

A rtinya:

Pada hari ini telah Ku-sempumakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu jadi agama bagimu....”

Al Qur’an terdiri dari 114 surat dengan jumlah ayat 6342. Keseluruhan waktu turunnya adalah 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari, dan terbagi dalam dua fase, yaitu : fase selama Rasul berada di Makkah kurang lebih 12 tahun, 2 bulan dan 22 hari, dan fase selama ia berada di Madinah kurang lebih selama 10 tahun.

Ayat-ayat yang turun di Mekah pendek-pendek dan berisi soal- soal keimanan, sedang ayat-ayat yang turun di Madinah banyak yang berisi hukum-hukum dan tata aturan kemasyarakatan. Oleh karena itu kebanyakan ayatnya panjang-panjang, sesuai dengan tabi’at kata-kata

o pada perundang-undangan.

3. Al Qur'an adalah m u’jizat Nabi Muhammad SAW yang bersifat abadi. Bila mu’jizat Nabi dan Rasul terdahulu berupa mu’jizat materi yang bersifat inderawi, maka m u’jizat Nabi Muhammad berupa m u’jizat yang berupa ruhiyah yang bersifat rasional dan kekal sepanjang zaman.8 9

8 Ahmad Hanal'i, Pengantar Dan Sejarah Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakarta: 1986, Hlm.55.

(29)

4. Al Qur’an adalah Sumber Pendidikan Rasul dan Sahabat. Tidak diragukan lagi bahwa keberadaan al Qur’an telah mempengaruhi sistim pendidikan Rasulullah SAW. dan para sahabat. Lebih-lebih Aisyah r.a. menegaskan bahwa akhlak beliau adalah al Qur’an. Pembuktian Allah dalam surat al- Furqan ayat 32, lebih menegaskan hal itu :

A rtinya:

“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’ demikianlah[1066] supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).”

[1066] Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad SAW. menjadi kuat dan tetap10 *.

10 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, Gema Insani Press, Jakarta : 1995. hlm.28

(30)

5. Al Q ur’an adalah lafadz Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.^yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir.11

6. Al Q ur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihat. Ajaran yang terkandung dalam al Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar. Yaitu yang berhubungan dengan masalah ke-Imanan yang disebut aqidah dan yang berhubungan dengan anak yang disebut syariah .12

7. Al Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingannya (Mu’iizat) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf- mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta mempelajarinya merupakan ibadah, dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas.13

8. Al Q ur’an adalah kitab yang terakhir diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai salah satu rahmat bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Illahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pengajaran bagi siapa yang membaca mempercayai dan mengamalkannya.

1 Chabib Thoha, ct.al., Metodologi Pengajaran Agama. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

-^crjasam a dengan Pustaka Pelajar, Jogjakarta : 1999, hlm.25

2 Zakiyah Darodjad,et.al., Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara bekerjasama dengan vektorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag, Jakarta: 1996. him. 19

(31)

Al Qur’an merupakan masdar (kata benda) dari kata keija Qoro’a ( ' )

yang bermakna talaa ( ^ ) keduanya b erarti: membaca, atau bermakna jam a’ (mengumpulkan, mengoleksi).14

9. Menurut Drs.H. Mardiyo yang paling prinsip dan mutlak tentang pengertian al Q ur’an ini adalah bahwa al Qur’an itu wahyu atau firman Allah SWT untuk menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. dan bukanlah al Qur’an itu kitab karangan Muhammad atau ciptaannya, atau pikiran-pikiran serta pendapat Muhammad, yang sering diistilahkan dengan Muhammadisme. Maka para ulama berusaha betul untuk memberikan pengertian al Q ur’an ini dengan cara yang menurut mereka sejelas dan seterang mungkin, hingga tidak teijadi kesalahan mengenai pengertian tersebut. Sebab al Qur’an adalah benar-benar dari Allah SWT. dan bukan buatan manusia atau malaikat.15

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, al Qur’an adalah kitab Suci umat Islam yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia. Membaca al Qur’an merupakan satu ibadah yang akan mendapat pahala dari

14 htt/www.al.sofwah.or.id/?pilih=lihat.qur’an&id=82,24maret2006

15 H.M. Chabib Thoha, et.al.. Metodologi Pengajaran Agama, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

bekeijasama dengan Pustaka Pelajar, Jogjakarta : 1999. hlm.23

(32)

Allah SWT. pada hari akhirat nanti. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang mengatakan :

A ua

j

4

u a

A li ^ l U u Jdll

^

r**® J f V j C j ji . y i l l t j S ] j L a j i . ^ Jl

»* • o

-( 6' j J )

A rtinya:

“Barang siapa membaca satu huruf kitab Allah (al Q ur’an) maka ia mendapat satu kebaikan. Dan setiap kebaikan mendapat sepuluh yang semisalnya. Tidaklah aku katakan bahwa alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)

(33)

(

i

j

i

*

>

j

3

i

t

*

1

jj

)

JJSS

c>°

A rtinya:

“Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar al Qur’an dan mengajarkannya.”( HR. Tirmidzi).16

Demikianlah mengenai upaya peningkatan praktek menyalin kata-kata al Qur’an dan beberapa definisi al Qur’an.

B. B elajar

Di bawah ini akan penulis paparkan mengenai pengertian belajar, menurut beberapa ahli diantaranya yaitu.

1. Slameto mengemukakan bahwa belajar ialah suatu yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.17 2. W.H. Burton sebagaimana dikutip dari Muh. Uzer Usman diartikan

sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dalam bahasa asing “Learning is

16 Achmad Syauki, Lintasan Sejarah A l Q ur’an. CV Cakra Media. Jakarta: 2000. him. 17. 17 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, PT Rineka Cipta, Jakarta: 1995, hlm.2

(34)

change in the individual ducment, which fe lls a need and makes him more

capable o f dealing ade guately with his everonm ent.18

3. Drs. Oemar H. Malik mengatakan “Belajar adalah suatu bentuk

pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkahlaku yang baru berkat pengalaman dan latihan”.19

4. Sri Rumini mengemukakan, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik dapat diamati secara langsung yang teijadi 'sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.”20 5. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories o f Learning (1995) menyatakan

bahw a:

“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecanderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).”21

18 Moh. Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, PT Remaja Rusdakarya. Bandung: 1993. hlm.4

19 Oemar H. Malik, M etode Belajar Dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung: 1985. him. 81

(35)

6. W.S. Winkel, belajar adalah :

“Suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara konstan dan berbekas.”22 23

7. Sedangkan menurut Drs. Sumadi Surya Brata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D. mengacu dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, memberikan kesimpulan mengenai hal-hal pokok tentang belajar sebagai b erik u t:

a. bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial).

b. bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru (dalam arti Kenntnis dan Fertingkeit).

• 23

c. bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakekatnya adalah suatu aktifitas atau pola tingkah laku baru yang dinilai lebih tinggi berkat adanya pengalaman, latihan dan usaha.

22 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta: 1989.hlm.36

23 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2008. hlm.232

(36)

C. Prestasi Belajar

Yang dimaksud dengan Prestasi belajar disini adalah kemampuan, keterampilan sikap dan lain-lain, serta nilai. Untuk mengetahui prestasi peserta didik maka perlu adanya penilaian dari proses belajar. Penilaian atau yang disebut evaluasi disini adalah “Suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu.”

Adapun penilaian/evaluasi pendidikan menurut Nasution Harahap sebagaimana yang dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar adalah “Penilaian tentang perkembangan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.”24

Dengan demikian fungsi dari pada evaluasi dalam proses belajar, antara la in :

1. Untuk memberikan umpan balik {feed, back) kepada guru menjadi dasar untuk memperbaiki progam belajar serta mengajarkan perbaikan progam bagi murid.

2. Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid, antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas serta penentuan lulus atau tidaknya seorang murid.

3. Untuk menempatkan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

(37)

4. Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan belajar, nantinya dapat digunakan murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.

Sedangkan tujuan dari pada evalusi adalah:

1. Untuk mengetahui siswa atau peserta didik setelah peserta tadi mendapat pendidikan selama jangka waktu tertentu.

2. Untuk mengetahui sifat evisiensi metode-metode pendidikan yang dipergunakan selama jangka waktu tertentu.

Rumusan yang terperinci tentang tujuan yang ingin dicapai dalam suatu tindakan evaluasi ini dapat dilakukan melalui dua hal:

Pertama : Mengadakan perincian tentang luas pengetahuan yang hendak diukur yang berpedoman kepada ruang lingkup pengetahuan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.

Kedua : Mengadakan perincian tentang jenjang pengetahuan yang hendak diukur yang dapat dilakukan dengan berpedoman kepada salah satu sistematika tentang jenjang pengetahuan.

Wayan Nurkancana mengatakan, salah satu sistimatika yang banyak diikuti orang saat ini ialah penggolongan jenis pengetahuan menurut Bloem yang lebih dikenal dengan sebutan Takso sebagai b erik u t:

1. Daerah Kognitif (C o g n itif D om ain) a. Pengetahuan. 25

25 Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya: 1983. hlm.20.

(38)

b. Pengertian c. Aplikasi d. Analisis e. Sintesa f. Evaluasi

2. Daerah efektif (E fek tif Domain) a. Penerimaan

b. Respon c. Penilaian d. Organisasi e. Karakteristik

3. Daerah Psikomotor (Psycho-m otor Domain) a. Peniruan

b. Respon c. Ketelitian d. Penyambung e. Naturalisasi.

Setelah penulis kemukakan fungsi dan tujuan evaluasi, maka penulis juga perlu mengemukakan tentang jenis-jenis evaluasi yaitu :

(39)

2. Evaluasi Sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar setelah selesai mengikuti materi pelajaran dalam satu semester, semester 2 setelah mengikuti progam pengajaran pada suatu unit tingkatan pendidikan tertentu.

3. Evaluasi Penempatan, yaitu penilaian tentang keadaan pribadi anak didik untuk kepentingan penempatan dalam situasi belajar mengajar yang sesuai dengan anak didik tersebut.

4. Evaluasi Diagnosa, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar siswa baik yang merupakan kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa dalam situasi belajar mengajar.26

D. Dasar dan Tujuan Belajar

Dalam pelaksanaan pendidikan, belajar merupakan kegiatan utama, dengan demikian akan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasm ani dan rohani siswa yang dimanifestasikan kepada pembahan tingkah laku dan pembentukan kepribadian mereka. Oleh karena itu belajar merupakan masalah yang pokok dalam kehidupan manusia.

Dalam ajaran Islam kewajiban menuntut ilmu bagi setiap pemeluknya merupakan salah satu ajaran pokok. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ayat- ayat al Qur’an serta hadits Nabi yang menyuruh umatnya untuk senantiasa

26 Ibid. him. 19

(40)

menuntut ilmu selama hidup di dunia. Dengan belajar manusia akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. sebagaimana dalam firm an-N ya:

A rtinya:

“ ... Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu keijakan.” (Q.S. Al-Mujadilah : 11)

Demikian pula dalam hadits Rasul SAW. juga dianjurkan menuntut ilmu :

A rtinya:

(41)

“Tuntutlah ilmu sejak dari ayunan sampai masuk liang lahat (mati)”

Dengan penjelasan hadits diatas nyatalah bahwa agama Islam memerintahkan menuntut berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk pribadi, masyarakat, bangsa dan umat manusia.27

Adapun tujuan merupakan sasaran akhir dari suatu perbuatan. Begitu juga belajar tidak lepas dari adanya tujuan, yang merupakan suatu rumusan hasil yang diharapkan dari siswa setelah menyelesaikan atau memperoleh pengetahuan. Tujuan sangat penting karena merupakan pedoman untuk mengarahkan kegiatan belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah merupakan suatu kebutuhan bahkan keharusan (kewajiban) bagi manusia. Kebutuhan terhadap belajar tersebut bukan hanya sekedar untuk mengembangkan aspek individualisasi dan sosialisasi, melainkan juga mengarahkan perkembangan kemampuan dasar yang dimiliki kepada pola hidup yang dihajadkan manusia dalam bidang duniawiyah dan ukhrawi y ah. Dengan lebih tegas dapat dikatakan bahwa tanpa belajar, maka manusia tidak akan bisa hidup dalam arti yang sebenarnya.

Sedangkan mengenai tujuan belajar, dari beberapa difinisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar pada hakekatnya adalah didapatkannya atau terwujudnya suatu pola tingkah laku

27 Achmad Syauki, Lintasan Sejarah A l Q ur’an. Jakarta: CV Cakra Media.2000. hlm.29.

Artinya:

(42)

tertentu menurut pola-pola yang dikehendaki. Dengan kata lain suatu usaha di lakukan untuk mengetahui atau membiasakan sikap tertentu maupun berusaha untuk mengatasi keterampilan tertentu merupakan arah yang dikehendaki seseorang yang sedang belajar.

E. Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Mungkin tidak begitu mudah memiliki bahwa seorang anak itu mempunyai sikap mandiri ataupun tidak, namun demikian ada beberapa ciri yang dapat dijadikan patokan atau ukuran untuk menggetahui bahwa seorang anak itu mandiri, terutama dalam hal belajar. Ciri kemandirian belajar anak antara lain dapat disebutkan sebagai b erik u t:

1. Inisiatif

Inisiatif berasal dari bahasa inggris, yaitu “initiative!“ yang berarti ikhtiar atau prakarsa. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kemauan siswa untuk berusaha mencapai suatu yang diinginkan.

(43)

“Bagi,seorang pelajar harus mempunyai kemauan yang sungguh-sungguh dan keras dalam menuntut ilmu

Sedang menurut Dr. S.C. Utami Munandar, beberapa ciri yang erat hubungannya dengan kemandirian antara lain : bebas dalam berfikir, senang mencari pengalaman baru, dapat memulai sendiri sesuatu {inisiatif), bebas dalam dalam memberikan pendapat, dan tidak mau menerima begitu saja.28

2. Kreatif

Siswa yang kreatif menandakan bahwa ia mempunyai tingkat kemandirian yang tinggi. Siswa kreatif terutama sensitive terhadap apa yang dilihat, didengar, diraba dan dialami. Ia akan selalau mencari jawab terhadap masalah yang muncul dalam dirinya, bahkan ia tidak akan puas dengan sederhana. Hal ini adalah karena rasa ingin tahunya yang besar. Adanya pemikiran tersebut, memberikan kesimpulan bahwa kreatifitas adalah merupakan salah satu kemandirian seseorang.

3. Kedisiplinan

Siswa yang disiplin, akan bertindak secara sukarela terhadap apa yang ia lakukan dengan tetap memperhatikan rangkaian, peraturan dan tata tertib yang membatasi siswa.

28 SC Utami Munandar, Pemanduan Anak Berbakat Suatu Studi Penjajakan, Rajawali. Jakarta: 1982hlm.45

A rtinya:

(44)

4. Tidak minder atau malu untuk berbuat

„ Minder atau rendah diri merupakan kondisi psikis yang ditandai dengan rasa tidak mampu, kurang merasa percaya diri dan merasa hina. Orang merasa minder atau rendah diri, sering kali menimbulkan kesulitan tidak hanya pada dirinya tetapi juga pada orang lain. Mereka mudah tersinggung, sering salah paham, sulit bertanggung jawab dan tidak mampu melaksanakan sesuatu yang sebenarnya ia mampu melaksanakan. 5. Keberanian mengambil resiko

Dalam kematangan, adakalanya berlangsung secara alamiah ada pula melalui rangsangan dari luar. Setelah siswa mencapai kematangan akan terbukti dengan adanya keberanian dalam mengambil resiko yang ada, akan menumbuhkan rasa tanggung jawab, akan melakukan segala sesuatunya dengan sungguh-sungguh baik dilihat atau tidak dilihat, baik dinilai maupun tidak dinilai oleh orang lain.

Bagi orang tua agar anak/siswa mempunyai keberanian, maka hendaklah anak selalu diberi tanggung jaw ab untuk sesuatu hal. Keadaan ini akan sangat membantu tercapainya kedewasaan anak.

6. Kemampuan proyektif

(45)

dipelajarinya, sesungguhnya menunjukkan bahwa ia suka dengan bekeija dan mandiri. Dengan keadaan seperti diatas, para guru orangtua harus selalu memberikan kesempatan dan motivasi kepada anak-anak untuk mencoba bertindak dan mewujudkan serta mempraktekkan sesuatu yang telah dipelajari.

F. Metode Pemberian Tugas

1. Pengertian

Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggung jawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari.

2. Kebaikan-kebaikannya

Metode pemberian tugas mempunyai beberapa kebaikan antara lain : a. Pengetahuan yang diperoleh murid dari hasil belajar, hasil percobaan

atau hasil penyelidikan, yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat dan yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama dan lebih otentik.

b. Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jaw ab dan berdiri sendiri.

(46)

c. Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari.

d. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi. Hal ini diperlukan sehubungan dengan abad informasi dan komunikasi yang maju demikian pesat dan cepat.

e. Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan-kegiatan belajar dilakukan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.

3. Kelemahan-kelemahannya.

Beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas ini adalah :

a. Seringkah siswa melakukan penipuan diri di mana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar. b. Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan. c. Apabila tugas telalu diberikan, apalagi bila tugas-tugas itu sukar

dilaksanakan, ketenangan mental mereka dapat terpengaruh.

(47)

4. Cara mengatasi kelemahan-kelemahan metode pemberian tugas.

Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode pemberian tugas ini, antara lain :

a. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya jelas, sehingga mereka, mengerti apa yang harus dikerjakan.

b. Tugas yang diberikan kepada siswa dengan memperlihatkan perbedaan individu masing-masing.

c. Waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup.

d. Adakan kontrol atau pengawasan sistematis atas tugas yang diberikan sehingga mendorong siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. e. Tugas yang diberikan hendaklah mempertimbangkan :

1) menarik minat dan perhatian siswa.

2) Mendorong siswa untuk mencari, mengalami dan menyampaikan. 3) Diusahakan tugas itu bersifat praktis dan ilmiah.

4) Bahan pelajaran yang ditugaskan agar diambil dari hal-hal yang sudah dikenal siswa.29

Metode pemberian tugas ini mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa setelah mendapat tugas dari guru, seperti membuat karangan, mengerjakan soal, menyusun makalah, mengadakan eksperimen di laboratorium dan mempersiapkan suatu ceramah.

29 Mansyur, Strategi Belajar Mengajar Modul 1-6, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, Jakarta: 1998. hlm.163.

(48)

Pemberian tugas dapat dipandang dari tiga sudut yaitu:

1. Menurut tujuan intruksional yang harus dicapai, lebih-lebih dalam segi perilaku, apakah terutama termasuk rana kognitif, efektif dan psikomotorik.

2. Menurut jumlah siswa yang harus mengerjakan itu. Ada tugas yang harus dikerjakan sendiri-sendiri, dikerjakan bersama dengan seorang teman siswa atau dikerjakan bersama dalam kelompok kecil atau besar.

3. Menurut kadar tuntutan atau pendampingan yang diberikan oleh tenaga pengajar. Siswa dapat diminta bekerja sendiri dan menemukan sendiri tanpa diberi petunjuk oleh guru {discovery learning) atau dengan jelas- jelas dituntun oleh guru {expository teaching).

(49)

meningkatkan taraf prestasi belajar di sekolah, belum jelas, karena data penelitian dalam hal ini masih sedikit sekali.

Namun diperkirakan bahwa tugas-tugas yang dikerjakan di rumah akan membantu dalam meningkatkan taraf prestasi belajar, kalau tugas-tugas itu merupakan kelanjutan dari kegiatan belajar di sekolah dan siswa dibantu dalam mengembangkan tehnik-tehnik studi yang tepat. Perhatian dari orang tua terhadap penyelesaian tugas rumah, pada umumnya menunjang motivasi belajar siswa, karena siswa merasa tidak dibiarkan beijuang sendiri.

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (<action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Ada 5 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1) kegiatan nyata dalam situasi rutin, (2) adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kineija, (3) SWOT sebagai dasar berpijak, (4) upaya empiris dan sistemik dan (5) ikuti prinsip SMART dalam perencanaan eksperimental1.

Kelima bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) metode yang digunakan oleh pelaku peneliti. (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan

(51)

praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam 'proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.

Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. Demikianlah mengenai metodologi penelitian.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Madrasah Ibtidaiyah yang berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan NU yang beralamat di Dusun Tegalsari Desa Malangsari Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah, dan masih dalam kategori desa tertinggal

a. Letak Geografis Madrasah Ibtidaiyah Misbakhussudur Malangsari. Madrasah Ibtidaiyah Misbakhussudur terletak di Dusun Tegalsari, Desa Malangsari, Kecamatan Bulu kurang lebih 3,5 km dari Kecamatan Bulu.

(52)

Adapun batas Desa Malangsari adalah sebagai berikut: 1. -Sebelah utara Desa Pakurejo.

2. Sebelah barat Desa B an sari

3. Sebelah selatan Desa Mondoretno. 4. Sebelah timur Desa Pandemulyo.

Madrasah Ibtidaiyah ini berdiri pada tahun 1952 dan sampai saat ini baru mengalami 2 kali renovasi yaitu sekitar tahun 1987 dan sebagaian gedung tahun 2007, sehingga saat ini kondisi fisik Madrasah Ibtidaiyah Misbakhussudur Malangsari yang sebagaian kurang layak untuk pelaksanaan pembelajaran.

Dengan jum lah siswa yang tidak banyak karena ada sekolah dasar yang berada di desa ini juga, sehingga sebagaian anak tidak masuk di Madrasah Ibtidaiyah Misbakhussudur Malangsari.

b. Keadan Guru

(53)

Tabel 3.1

KEADAAN GURU

MI MISBAKHUSSUDUR MALANGSARI TAHUN 2007/2008

No. Nama NIP/NPM L/P Pangkat Jabatan

1

.

Fahrudin 103 301 672 L

-

Kepala Sek 2. Amin Lestari 150 300 905 P 11/d Guru kls 3. Siti Fatkhurizaiyah 103 301 325 P - Guru kls 4. Yuli Kumiati 103 301 671 P

-

Guru kls 5. Jumamo 103 301 669 L

-

Guru kls 6. Iwan Satriyadi

-

L

-

Guru kls 7. Farida Wahyuning

-

P

-

Guru kls

8. Rondhiyah

-

P

-

Guru

Mapel

c. Keadan Siswa

Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah Misbakhussudur Malangsari pada tahun Pelajaran 2007/ 2008 beijumlah 60 siswa yang terdiri dari 23 laki-laki dan 37 perempuan dan tersebar dalam 6 kelas. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :

(54)

Tabel 3.2

KEADAAN SISWA

MI MISBAKHUSSUDUR MALANGSARI TAHUN 2007/2008 2 3

NO Kelas

Kelamin

Jumlah Keterangan

L P

1 I 8 8 16

2 II 5 8 13 Yang diteliti

3 III 5 7 12

4 IV 4 5 9

5 V 1 4 5

6 VI - 5 5

JUMLAH 23 37 60

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 April sampai dengan 2 Juni tahun 2008.

3. Subyek Penelitian

(55)

rendah- Kelas 2 tersebut juga memiliki input menengah ke bawah sehingga bervariasi dari kondisinya, sedang dari kondisi orang tuanya 100 % dari golongan petani. Hal ini berdampak pada kesadaran orang tua siswa untuk memikirkan anaknya di sekolah. Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh sarana prasarana penunjang pembelajaran yang belum memadai.

B. Rancangan Penelitian

Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu penelitian tindakan kelas dikenal dan ramai dibicarakan dalam dalam dunia pendidikan.Istilah dalam bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan y a itu :

1. Penelitian adalah menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

(56)

3. Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam jjengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Memang menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi dimana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang belajar. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

(57)

2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga. 4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah

dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. 5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan {on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan. Dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi p lanning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

(58)

Gambar Alur PTK

Penjalasan alur di atas adalah:

1. Rencana/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

(59)

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamatan membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya

C. Instrumen Penelitian 1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing- masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. RP terdapat pada lampiran.

3. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman menulis pada pokok bahasan praktek menyalin kata-kata al Qur'an dengan benar.

(60)

D. Penggumpulan data

1. Tes

Alat pengumpulan data daiam penelitian ini adaiah tes prestasi atau achievement tes, yaitu tes digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Jadi tes tersebut diberikan kepada siswa setelah mempelajari materi peiajaran al Q ur'an hadits sub menyalin kata-kata ai Qur’an.

Sedangkan fungsi tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal, sedang menurut Suharsimi tes mempunyai fungsi ganda yaitu : untuk mengukur kemampuan siswa dan untuk mengukur keberhasilan progam pengajaran. Selain itu tes juga untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa sehingga dapat dilihat kelemahannya, khususnya pada materi yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka digunakan juga lembar observasi.

2. Lembar Observasi

(61)

1 2 --- 3--- 4

J zal z zet dengan titik di atas

J ra r er ia ta t te dengan titik di bawah £ za z zet dengan titik dibawah

(62)

1 2 3 4

' J qaf q ki

kaf k ka

j lam 1 el

f mim m em

u nun n ne

J wau w we

6 ha h ha

9- hamzah * apostrof

iS ya y ye

b). Pemahaman terhadap tulisan bentuk khat nashi. Tabel 3.4

BENTUK KHAT NASHI

Transliterasi Lama Transliterasi Baru Huruf Al Qur’an

1 2 3

A Tidak dilambangkan .... !...

B B LU

(63)

1 2 3

Ts S • • • • • • • • • • •

J J

...n ...

H H • • • • • •^ • • • • • •

Kh Kh

• • • • • • • • • • •

D D

Dz Z J•

R R ... J ...

Z Z ... J ...

S S ...LH...

Sy Sy ... LH...*

Sh § ... LH»...

DI D ...O *...

Th T Jb

Dh Z

9 9

P • • • • • • t • • • • • •

(64)

1 2

3

Gh Q ...t...

F F • • • • • • • • • • •

Q

Q

• • • • • • ,S • • • • •

K K • • • • • • - • • • • • •d

L L ... a ...

M M

...?... N N ... O ...

W W ... J ...

H H ... A___

La ... v ...

9 9'

p

• • • • • • • • • • • •

Y Y • ••• •• lS• •• •• •

aa a y

UU u y

ii i

(65)

£ . A n aiisa data

Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada lembar observasi digunakan data kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses 'belajar mengajar sebagai berikut:

1. Merekapitulasi hasil tes

2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing- masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan 'belajar yaitu siswa dikatakan lulus apabila sudah mencapai nilai 60, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas belajar, jik a jumlah siswa yang tuntas mencapai 85 %. 3. Menganalisa hasil observasi yang dilakukan oleh guru sendiri selama

pembelajaran berlangsung.

F . K reteria P en ila ian

Di dalam kreteria penilaian ini ada beberapa penilaian : 1. Kategori lancar.

2. Kategori kurang lancar. 3. Kategori tidak lancar.

Prosentase dan jum lah kategori 1 dan 2 menunjukkan tingkai keberhasilan pembelajaran. Kriteria ini diberikan karena pertimbangan bahwa penulisan kembali isi cara menulis sesuai dengan transliterasinya dengan

(66)

menngunakan transiliterasi yang benar merupakan yang sulit dicapai kesempurnaannya.

Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2004, yaitu seorang siswa tuntas belajar bila telah mencapai skor atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

(67)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Penelitian Per Siklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan pembelajaran, Peneliti menentukan materi pada siklus I yaitu menulis huruf hijaiyah dengan transliterasinya, membuat rencana pembelajaran (RP) tentang materi tersebut, dan merancang serta membuat alat peraga yang sesuai dengan materi yaitu kartu huruf. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran I, soal tes formatif I dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi untuk mengetahui kondisi pembelajaran di kelas. Membuat alat evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 April 2008 jumlah siswa 13 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (<observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

(68)

Adapun hasil dari observasi di kelas adalah sebagai berikut: Tabel 4.1

(69)

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Kegiatan Belajar Menulis H uruf Hijaiyah Siklus I Kelamin Tuntas

Jumlah siswa : 13 orang. Tuntas : 9 = 69% Tidak tuntas : 4 = 31%

(70)

Kata-rata niiai : 1020 = /8 13

Tabel 4 3

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 Nilai rata-rata tes formatif ^ 78 2 Jumlah siswa yang tuntas 9 3 Persentase ketuntasan belajar 69%

(71)

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2) Guru perlu mendristribusikan waktu secara baik dengan menambah informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

d. Revisi

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga mempersiapkan lembar observasi pengelolaan belajar aktif

dan lembar observasi guru dan siswa.

(72)

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 April 2008 dengan jumlah siswa 13 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I. Sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

Pengamat (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah wali kelas 2. Adapun hasil dari observasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Lembar Observasi Menulis Huruf Hijaiyah

Siklus II

Menulis

No. Nama Lancar Kurang Tidak

Lancar Lancar

1 Afif Kumiawan V X X

2 Agus Purnomo X V X

3 Ana Febriana V X X

4 Anang X V X

5 Feri Setiyawan X X V

6 Indah X V X

(73)

8 Muhammad Yono X V X

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Kegiatan Belajar Menulis Huruf Hijaiyah

Gambar

Tabel 3.1KEADAAN GURU
Tabel 3.2KEADAAN SISWA
Gambar Alur PTK
BENTUTabel 3.4K KHAT NASHI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II.

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I.

Untuk ketuntasan belajar secara klasikal dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 34.3% dari 65,22% atau 15 siswa yang tuntas belajar menjadi

Maka secara klasikal Kedisiplinan belajar yang telah tercapai sebesar 93,33% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih

Maka secara kelompok ketuntasan telah mencapai 100 % ( termasuk kategori tuntas ). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 96,43% (termasuk kate- gori tuntas). Hasil pada siklus II pertemuan ke 2 ini mengalami peningkatan lebih