• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan syariah yaitu laporan keuangan yang membutuhkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan syariah yaitu laporan keuangan yang membutuhkan"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan syariah yaitu laporan keuangan yang membutuhkan sebuah kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kerangka dasar merupakan system yang berada pada tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada sebuah standar yang konsisten dan ini berupa sifat-sifatnya , fungsi, dan batasan dari akuntansi keuangan serta laporan keuangan. Kerangka dasar berfungsi sebagai jalan atau solusi atas masalah-masalah praktis yang muncul sesuai dengan perkembangan dari lingkungan bisnis. Laporan keuangan syariah memiliki dua penekanan yaitu pertama adalah tekanan yang bersifat ideal. Yang dimaksud tekanan ideal yaitu suatu pemenuhan kewajiban yang secara langsung berkaitan dan berhubungan dengan Allah SWT misalnya pemenuhan kewajiban dalam zakat, sedamgkan yang kedua adalah tekanan bersifat praktis, ini dimaksudkan sebagai penekanan untuk memperoleh informasi-informasi dari kegiatan usaha teruntuk yang diperlukan pemilik dan tujuan lainnya yaitu untuk menciptakan hubungan sosial tanpa adanya perselisihan (isma-ismi.com).

Agar dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan koperasi maka kita perlu mengadakan analisa laporan keuangan terhadap data-data keuangan koperasi. Harjito (2003) menyatakan bahwa,laporan keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.

(2)

Menurut Riyanto (1995) laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan financial suatu perusahaan, dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada saat tertentu dan laporan Laba-Rugi (Income Statement) mencerminkan hasil-hasil yang telah dicapai selama periode waktu tertentu biasanya meliputi periode satu tahun.

Analisa laporan keuangan adalah merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu untuk menentukan perkiraan dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.

Dengan menganalisa laporan keuangan koperasi, manajer akan dapat mengetahui perkembangan dan keadaan keuangan koperasi serta hasil-hasil yang telah dicapai koperasi diwaktu yang lalu dan diwaktu yang sedang berjalan, untuk itu perlu dilakukan suatu analisa keuangan.

Dalam mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan dapat digunakan alat analisis yang disebut analisis rasio keuangan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi-laba saja, atau pada neraca dan laporan rugi-laba rugi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kinerja dan kesehatan keuangan suatu perusahaan termasuk koperasi adalah menjadi sangat penting dan bersifat strategis dalam kaitannya terhadap kemajuan usaha.

(3)

Kesehatan koperasi syariah bertujuan untuk memberikan pedoman kepada pejabat penilai , gerakan koperasi dan masyarakat agar KJKS dan UJKS koperasi dapat melakukan kegiatan usaha pembiayaan, investasi dan simpanan berdasarkan jatidiri koperasi dan pola syariah secara professional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kepercayan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat disekitarnya. Sasaran Pedoman Penilaian Kesehatan KJKS dan UJKS adalah : a) terwujudnya pengelolaan KJKS dan UJKS koperasi yang sehat dan mantap sesuai dengan jatidiri koperasi dan prinsip syariah, b) terwujudnya pengelolaan KJKS dan UJKS koperasi yang efektif, efisien, dan professional, c) terciptanya pelayanan prima kepada anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya. Kesehatan KJKS dan UJKS koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.

Koperasi mempunyai peran penting dalam tercapainya kesejahteraan bagi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi dalam kegiatannya memiliki dua karakter yang khas yaitu bersifat mementingkan pendidikan perkoperasian bagi anggota dan masyarakat (Anoraga dan Widiyanti, 2002). Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, koperasi merupakan suatu badan usaha, sehingga koperasi tetap tunduk terhadap kaidah-kaidah perusahaan dan prinsip-prinsip ekonomi yang berlaku. Karena itu koperasi harus dapat menghasilkan keuntungan dalam mengembangkan organisasi dan usahanya. Pembangunan koperasi yang merupakan perwujudan kearah amanat konstitusi bangsa Indonesia, yaitu pada

(4)

Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) yaitu perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan koperasi adalah bangunan usaha yang sesuai dengan susunan perekonomian yang dimaksud. Oleh karena itu,koperasi diharapkan memainkan peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu koperasi sebagai guru perekonomian Indonesia. Untuk mengembangkan usaha agrobisnis skala kecil perlu dibentuk koperasi, tanpa koperasi tidak mungkin agrobisnis kecil dapat berkembang. Lewat koperasi masyarakat pedesaan dapat belajar berbagai hal tidak hanya belajar bertani, berternak, dan berkebun tetapi dapat belajar pemasaran, manajemen, dan administrasi keuangan.

Koperasi lahir dengan dilatarbelakangi oleh bagaimana caranya agar masyarakat yang berada di papan bawah, seperti kaum buruh, petani, pengrajin dan sebagainya tidak banyak dirugikan akibat diberlakukannya sistem kapitalisme. Dengan kata lain, sejarah lahirnya koperasi lebih menitik beratkan pada cara meningkatkan kesejahteraan kaum buruh, petani, pengrajin dan sebagainya. Oleh karena itu, sejarah pemikiran tentang koperasi lebih banyak mengedepankan pentingnya berusaha secara berkelompok daripada individu.

Koperasi Simpan Pinjam Syariah dalam istilah undang-undang perkoperasian juga disebut KJKS atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah sebuah bentuk koperasi yang telah mendapat pengesahan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang system pengoperasiannya kurang lebih sama dengan koperasi konvensional, hanya saja menggunakan konsep syariah atau bagi hasil.

(5)

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 35. 3/Per/M. KUKM/X/2007 tentang petunjuk pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah memberikan pengertian bahwa Koperasi Simpan Pinjam Syariah atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).

Koperasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) Makmur Batang. Sebagai koperasi syariah, kegiatan usaha KSPS Makmur Batang bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan berdasarkan pola bagi hasil (syariah). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah No. 39/Per/M.UKM/XII/2007 Pasal 1 ayat (3) bahwa kegiatan KJKS adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah. Penelitian ini memfokuskan pada KJKS dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: (1) Keluarnya fatwa bungan haram dari MUI yang di release tanggal 16 Desember 2003, (2) Meningkatnya kesadaran umat Islam untuk melakukan praktek berekonomi secara syariah, yang diindikasikan dengan pesatnya pertumbuhan Bank Syariah, Asuransi Syariah, dan lembaga keuangan syariah lainnya, (3) Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam sehingga memberi peluang pasar yang potensial untuk produk-produk berbasis syariah, (4) tingkat pendidikan masyarakat yang semakin baik sehingga perkembangan ilmu ekonomi syariah juga semakin baik, (5) Kondisi ekonomi global yang dilanda krisis, menjadikan ekonomi syariah sebagai sistem alternatif penyelesaiannya, (6) Institusi bisnis syariah

(6)

yang telah terbukti mempunyai daya tahan tinggi terhadap krisis dan menerapkan prinsip adil (Siswanto dalam Arofah, 2008). Selain alasan tersebut, pemilihan KJKS juga didasari oleh pendapat Arofah (2008) bahwa KJKS memiliki banyak keunggulan dibandingkan oleh lembaga keuangan informal seperti rentenir, yaitu siap memberikan pinjaman modal tanpa agunan, dengan prosedur administrasi yang mudah, rendah biaya transaksi, dan yang tak kalah penting bebas bunga. Hal tersebut tentuny akan menjadi daya tarik bagi pengusaha mikro untuk beralih dari lembaga keuangan informal semacam rentenir kepada KJKS.

KSPS Makmur Batang sebagai koperasi syariah jika dibandingkan dengan koperasi konvensional dari jenis produknya, ternyata relatif hampir sama yaitu berkaitan dengan produk simpanan dan produk pinjaman. Namun, apabila dibandingkan dengan sistem, maka terdapat perbedaan yaitu koperasi syariah menggunakan sistem bagi hasil, sedangkan koperasi konvensional menggunakan sistem bunga (Ma’wa, 2013).

KSPS Makmur Batang memiliki tiga kantor, yaitu satu kantor pusat yang beralamat di Jl. Raya Banyuputih No. 314 Batang, serta dua kantor kas yang beralamat di Kompleks Terminal Bus Limpung No. B.64 Limpung dan Timur Pasar Batang No. 171 Pasar Batang. Koperasi ini berdiri pada tahun 2001 dan hingga akhir tahun 2013 memiliki anggota sebanyak 979 orang.

Semakin berkembangnya kegiatan koperasi di Indonesia maka tuntutan agar pengelolaan koperasi dilaksanakan secara lebih professional akan semakin besar. Pengelolaan tersebut memerlukan adanya sistem pertanggungjawaban yang baik dan informasi yang sama serta dapat diandalkan dalam pengambilan

(7)

keputusan, perencanaan maupun pengendalian. Keberhasilan koperasi ditentukan oleh kemampuannya dalam menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan perubahan dan memperkuat budaya yang mendukungnya. Kemampuan manajemen dalam menyusun rencana kerja, rencana pendapatan, dan belanja yang disusun setiap tahun secara efektif dan efisien serta adanya pengendalian operasional juga faktor yang turut diperhatikan dengan mengukur laporan keuangan koperasi.

Dengan melihat pentingnya kesehatan laporan keuangan pada suatu koperasi terlebih bagi pimpinan koperasi,maka penulis mengambil judul

”MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH MAKMUR BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KOPERASI dan UKM No. 35. 3/Per/ M. KUKM/ X/ 2007 PERIODE 2012 dan 2013.

1.2 Rumusan Masalah

KJKS MAKMUR tidak terlepas dari masalah-masalah dibidang keuangan. Besarnya sisa hasil usaha yang diperoleh KJKS MAKMUR di setiap akhir tahun (tutup buku) belum tentu menjadi tolak ukur bahwa koperasi telah menggunakan modalnya dengan efisien.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengajukan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Koperasi Jasa Keuangan Syariah MAKMUR dilihat dari aspek permodalan menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 35. 3/Per/ M. KUKM/ X/ 2007 menunjukkan kriteria sehat ?

(8)

2. Apakah Koperasi Jasa Keuangan Syariah MAKMUR dilihat dari aspek kualitas aktiva produktif menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 35. 3/Per/ M. KUKM/ X/ 2007 menunjukkan kriteria sehat ?

3. Apakah Koperasi Jasa Keuangan Syariah MAKMUR dilihat dari aspek efisiensi menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 35. 3/Per/ M. KUKM/ X/ 2007 menunjukkan kriteria sehat? 4. Apakah Koperasi Jasa Keuangan Syariah MAKMUR dilihat dari aspek

likuiditas menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 35. 3/Per/ M. KUKM/ X/ 2007 menunjukkan kriteria sehat ? 5. Apakah Koperasi Jasa Keuangan Syariah MAKMUR dilihat dari aspek

kemandirian dan pertumbuhan menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 35. 3/Per/ M. KUKM/ X/ 2007 menunjukkan kriteria sehat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu mengetahui tingkat kesehatan dilihat dari aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, dan kemandirian dan pertumbuhan Koperasi Jasa Keuangan Syariah MAKMUR dari tahun 2012-2013

(9)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis sendiri

Agar dapat menerapkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen keuangan serta menjadi wawasan dan kemampuan yang bermanfaat sebagai acuan untuk terjun ke masyarakat.

2. Bagi koperasi

Agar bisa mengelola koperasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemberian motivasi kepada pengurus dan anggota koperasi.

3. Bagi Pihak Manajemen KJKS MAKMUR

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi agar bisa digunakan pihak manajemen untuk proses evaluasi dan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan manajerial terutama dalam bidang pengelolaan keuangan serta sebagai pedoman pihak manajemen kedepannya.

4. Bagi pihak-pihak lain

Bagi peneliti selanjutnya bisa sebagai bahan informasi atau bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan skripsi yang digunakan penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masaah, rumusan masalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

(10)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Bagian ini terdiri dari objek penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metod analisis dan tahapan penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini dikemukakan gambaran umum perusahaan, mengenai analisis data, dan pembahasan hasil penelitian

BAB V PENUTUP

Bagian ini menjelaskan secara singkat mengenai kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan serta saran mengenai hasil penelitian.

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Koperasi Syariah

Koperasi Simpan Pinjam Syariah dalam istilah undang-undang perkoperasian dan pada dasarnya masuk dalam kategori Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Menurut Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah No. 35. /Per/M.KUKM/X/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Pasal 1 ayat (2) menjelaskan bahwa “Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang selanjutnya disebut KJKS adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).

Definisi ini sama dengan yang disebutkan dalam Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang Pengawasan KJKS dan UJKS Koperasi Pasal 1 ayat (3), yaitu “Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah”.

2.1.2 Fungsi dan Peran Koperasi Syariah

Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, pasal 4, tentang Perkoperasian yaitu:

a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonoi dan sosialnya.

(12)

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

2.1.3 Tujuan Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Menurut Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah No. 91/Per/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Pasal 2, tujuan pengembangan KJKS adalah:

a. Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di kalangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui sistem syariah;

b. Mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah khususnya dan ekonomi Indonesia pada umumnya; c. Meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam

kegiatan KJKS.

2.1.4 Landasan Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Praktek usaha koperasi yang dikelola secara syariah telah tumbuh dan berkembang di masyarakat, serta mengambil bagian penting dalam memberdayakan ekonomi masyarakat khususnya kalangan usaha kecil dan mikro. Landasan hukum mengenai pelaksanaan kegiatan usaha koperasi syariah diatur dalam Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan

(13)

Menengah No. 91/Per/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

Praktik KJKS juga didasarkan oleh dalil agama yang bersumber dari Qs Al Baqarah ayat 282. Surat ini menjelaskan mengenai masalah utang piutang sebagai persoalan fiqih sehingga mendapatkan perhatian. Bunyi Qs Al Baqarah ayat 282 adalah:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang-piutang (ber-muamalah tidak secara tunai) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan adil. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Sedangkan menurut catatan (Baswir, 2000) masih ditambah lagi dengan 3 (tiga) unsur yaitu :

a. Pembatasan bunga atas modal; b. Keanggotaan bersifat sukarela; dan

(14)

c. Semua anggota menyumbang dalam permodalan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, dalam konsidrannya dicantumkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota koperasi, maka kegiatan simpan pinjam perlu ditumbuhkembangkan, dan kegiatan tersebut harus dikelola secara berdaya guna dan berhasil guna. Dalam pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1995 ini ditegaskan bahwa Koperasi Simpan Pinjam adalah Koperasi yang kegiatannya hanya Usaha Simpan Pinjam. Dan hal tersebut ditegaskan lagi dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, bahwa Koperasi Simpan Pinjam dalam peraturan ini disebut “KSP” adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan usahanya hanya untuk simpan pinjam (Pasal 1 ayat 2).

Setiap kegiatan yang bermotif ekonomi modal mutlak diperlukan selain sumberdaya yang lain yang diantaranya sumber daya manusia, sumber daya alam, ketrampilan dan yang lain, demikian juga dalam pengelolaan sebuah badan usaha yang bernama koperasi, dalam Bab IV pasal 41 dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992, bahwa modal koperasi dapat berupa modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berupa:

1. Simpanan Pokok

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Jumlah

(15)

simpanan pokok setiap anggota adalah sama besar. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 2. Simpanan Wajib

Simpanan Wajib adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan anggota dalam jangka waktu tertentu. Biasanya dibayar tiap bulan. Jumlah simpanan wajib tidak harus sama untuk setiap anggota. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

3. Dana Cadangan

Dana Cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha (SHU). Dana cadangan berfungsi untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila dirugikan. 4. Hibah

Dana hibah adalah dana pemberian dari orang atau lembaga lain kepada koperasi.

2.1.5 Pengertian Laporan Keuangan

Ada beberapa pengertian laporan keuangan diantaranya sebagai berikut : 1. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Kieso, 2002).

2. Menurut IAI (IAI, 2002) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap yang basanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana)

(16)

catatan (notes) dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

3. Menurut Munawir (2000) Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut.

2.1.6 Laporan Keuangan Koperasi

Laporan keuangan koperasi yang umum disajikan adalah Neraca dan Laporan Sisa Hasil Usaha. Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan yaitu aktiva, utang dan modal Koperasi pada suatu saat tertentu. Sedangkan Laporan Sisa Hasil Usaha menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai koperasi dalam suatu periode operasi.(Revrisond Baswir, 2000).

2.1.7 Tujuan Laporan Keuangan :

Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan – keputusan investasi dan pendanaan , seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1 bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi :

1. Untuk keputusan investasi dan kredit 2. Mengenai jumlah dan timing arus kas 3. Mengenai kinerja perusahaan

4. Mengenai sumber dan penggunaan kas 5. Penjelas dan interpretif, serta

(17)

Keenam tujuan ini terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan pengungkapan laporan keuangan.

Menurut PSAK No. 1 : Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan – keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber – sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai tujun tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4) pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas.

2.1.8 Komponen Laporan Keuangan Koperasi

Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 35 disebutkan bahwa Laporan keuangan terdiri dari komponen – komponen berikut ini :

a) Neraca

b) Perhitungan Hasil Usaha c) Perubahan Ekuitas

d) Catatan Atas Laporan Keuangan

2.1.9 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan Laba Rugi dan Neraca ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut,

(18)

dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. (Ghozali, 2008)

2.1.10 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Tujuan analisa laporan keuangan secara garis besar adalah sebagai berikut: (Arief Sugiono, 2008)

1. Screening (sarana informasi), analisa dilakukan hanya berdasarkan laporan keuangan saja. Dengan demikian seorang analis tidak perlu turun langsung ke lapangan untuk mengetahui situasi serta kondisi perusahaan yang dianalisa.

2. Understanding (pemahaman), analisa dilakukan dengan cara memahami perusahaan, kondisi keuangannya dan bidang usahanya serta hasil dari usahanya.

3. Forecasting (peramalan), analisa dapat digunakan juga untuk meramalkan kondisi perusahaan pada masa yang akan datang.

4. Diagnosis (diagnosa), analisa memungkinkan untuk dapat melihat kemungkinan terdapatnya masalah baik di dalam manajemen ataupun masalah yang lain dalam perusahan.

5. Evaluation (evaluasi), analisa digunakan untuk menilai serta mengevaluasi kinerja perusahaan termasuk manajemen dalam meningkatkan tujuan perusahan serta efisiensi.

2.1.11 Kegiatan Analisis Laporan Keuangan

1) Membandingkan laporan keuangan yaitu Laba Rugi dan Neraca dengan menggunakan time series analysis.

(19)

3) Menilai angka-angka yang berupa perhitungan rasio tersebut.

4) Menghubungkan antara satu data dengan data lain, baik antara data kuantitatif maupun data kualitatif.

5) Usaha untuk mempertahankan kualitas kinerja dan kelangsungan usaha berdasarkan prinip syariah tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas dari penanaman dana (manajemen dana).

2.1.12 Kinerja Keuangan Koperasi

Kinerja keuangan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan seperti rasio keuangan yang terdiri dari likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan tingkat stabilitas usaha (Munawir, 2000). Kinerja keuangan suatu perusahaan biasanya tercermin dalam laporan keuangan, sehingga laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya) ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu. Kinerja keuangan menurut

a. UU No.25 Tahun 1992

Kinerja keuangan adalah salah satu bentuk penilaian dengan asas manfaat dan efesiensi dalam penggunaan anggaran keuangan. Sehingga penilaian terhadap kinerja keuangan menjadi sangat penting diberbagai macam usaha khususnya perkoperasian. Penilaian kinerja keuangan digunakan perusahaan supaya kegiatan operasionalnya lebih baik terutama pada bagian keuangannya.

(20)

b. Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 04/ Per/M.KUKM/ X/ 2007 Kinerja keuangan koperasi merupakan hasil dari kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya. Dalam mewujudkan koperasi yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, diperlukan adanya kepastian terhadap standar dan tatacara yang dapat digunakan sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian kesehatan koperasi. Penilaian terhadap kinerja keuangan koperasi dianggap penting untuk mengetahui apakah koperasi tersebut mengalami peningkatan atau penurunan tiap tahunnya. Sesuai dengan keputusan menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah No. 35.3/ Per/ M.KUKM/ X/ 2007 penilaian kinerja koperasi bisa diketahui dari berbagai aspek diantaranya aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan dan jatidiri koperasi.

2.1.13 Analisis Kinerja Keuangan Koperasi

Analisis terhadap laporan keuangan dapat digunakan untuk mengukur perkembangan serta kinerja keuangan suatu perusahaan dimasa lalu serta pada masa sekarang yang juga dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi keuangan perusahaan sehingga bermanfaat untuk mengetahui kelemahan serta peluang yang ada. Analisis tersebut diantaranya, yaitu:

a. Analisis Rasio

Analisis rasio merupakan suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan kondisi financial suatu perusahaan.

(21)

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan menjelaskan dan memberikan gambaran tentang posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standart (Munawir, 1996).

Pada dasarnya penilaian kinerja koperasi memiliki standar tersendiri yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35.3/ Per/ M.KUKM/ X/ 2007. Tujuan penetapan standar penilaian koperasi adalah meningkatkan peringkat kualitas koperasi, mengetahui kinerja koperasi dalam suatu periode tertentu, dan mendorong koperasi agar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaidah bisnis sehat.

Rasio keuangan yang digunakan menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 35.3/ Per/ M.KUKM/ X/ 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kesehatan Keuangan Koperasi, adalah sebagai berikut:

1. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Modal, yaitu untuk mengukur kemampuan koperasi dalam menghimpun modal sendiri dibandingkan dengan modal yang dimiliki.

Rasio Modal Sendiri terhadap Total Modal = 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑟𝑖

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 × 100%

2. Rasio Efisiensi, yaitu menunjukkan kemampuan koperasi dalam memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan aset yang dimiliki. Rasio efisiensi merupakan perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

(22)

Rasio Efisiensi = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛

𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜 × 100%

3. Rasio Aktiva Tetap terhadap Total Aset, yaitu mengukur kemampuan koperasi di dalam meningkatkan aktiva dari total aset yang dimiliki.

Rasio Aktiva Terhadap Total Aset = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 × 100%

4. Likuiditas, yaitu perbandingan antara aktiva lancar koperasi (kas + bank) dan passiva lancar (kewajiban jangka pendek).

Likuiditas = 𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑛𝑘

𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 × 100%

5. Rentabilitas Asset, yaitu menunjukkan kemampuan koperasi menghasilkan laba terhadap total asetnya.

Rentabilitas Asset = 𝑆𝐻𝑈

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 × 100%

6. Rentabilitas Modal Sendiri, yaitu menunjukkan kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba terhadap total modal sendiri yang dimiliki.

Rentabilitas Modal Sendiri = 𝑆𝐻𝑈

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 × 100%

7. Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan, yaitu kemampuan koperasi dalam mengelola kegiatan usahanya dibandingkan dengan biaya operasionalnya.

Kemandirian Operasional Pelayanan = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑈𝑠𝑎𝑕𝑎

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 × 100%

2.1.14 Kesehatan Koperasi Syariah

Supaya mewujudkan Koperasi yang sehat, tangguh dan mandiri sebagai gerakan ekonomi maka perlu diterapkan prinsip-prinsip ekonomi yang mendukung kegiatan koperasi, sehingga koperasi dapat tumbuh dan berkembang serta mampu menigkatkan taraf hidup rakyat banyak.Sama

(23)

halnya dengan usaha-usaha lainnya, koperasi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan harapan keuntungan tersebut dapat memenuhi/membiayai seluruh aktivitas operasi usaha koperasi, sehingga dapat terus berlangsung dan dilanjutkan dengan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat luas dan khususnya kepada para anggota koperasi.

Koperasi harus memperhatikan dan mempertahankan kedudukannya di masyarakat. Salah satu segi yang harus diperhatikan dan dipertahankan yaitu masalah keuangan koperasi yang akan menunjang koperasi agar tetap beraktivitas.

Kesehatan koperasi dapat diartikan keadaan financial (keuangan) suatu koperasi merupakan faktor utama di dalam menunjang tingkat kesehatan koperasi. Pada dasarnya tingkat kesehatan koperasi merupakan gambaran suatu koperasi ditinjau dari laporan keuangannya. Laporan keuangan memegang peranan yang sangat penting karena untuk mengetahui bagaimana kondisi koperasi pada saat itu. Menurut peraturan pemerintah No.35.3/Per/M.KUKM/X/2007 kesehatan koperasi merupakan kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Menurut Baswir (2012), penilaian kesehatan koperasi membantu organisasi koperasi dalam menyajikan informasi keuangan yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan-keputusan ekonomi oleh berbagai pihak yang terkait dengan organisasi atau perusahaan tersebut. Adapun pihak yang memerlukan informasi akuntansi koperasi meliputi pengurus, anggota, dan kreditur.

(24)

Tabel 2.1

Bobot Penilaian KJKS dan Aspek Komponen

No Aspek Yang Dinilai Komponen Bobot Penilaian (dalam %) Pendekatan Penilaian 1. Permodalan b. Rasio modal sendiri terhadap total

modal 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 × 100% 5 10 Kuantitatif

c. Rasio kecukupan modal ( CAR) 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔

𝐴𝑇𝑀𝑅 × 100%

5 Kuantitatif

2. Kualitas Aktiva Produktif

a. Rasio tingkat pembiayaan dan piutang bermasalah terhadap jumlah piutang dan pembiayaan 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎𝑕 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 × 100% 10 20 Kuantitatif

b. Rasio portofolio pembiayaan beresiko 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑜𝑟𝑡𝑜𝑓𝑜𝑙𝑖𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

× 100%

5 Kuantitatif

c. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)

𝑃𝑃𝐴𝑃

𝑃𝑃𝐴𝑃𝑊𝐷× 100%

5 Kuantitatif

3. Efisiensi a. Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜 × 100% 4 10 Kuantitatif

b. Rasio aktiva tetap terhadap total asset 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 × 100%

4 Kuantitatif

c. Rasio efisiensi staf

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑚𝑖𝑡𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑠𝑡𝑎𝑓 × 100%

2 Kuantitatif

4. Likuiditas a. Cash ratio

𝑘𝑎𝑠 + 𝑏𝑎𝑛𝑘

𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100%

10

15

Kuantitatif

b. Rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎× 100% 5 Kuantitatif 5. Kemandirian dan Pertumbuhan a. Rentabilitas asset 3 Kuantitatif

(25)

𝑆𝐻𝑈 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑛𝑖𝑠𝑏𝑎𝑕, 𝑧𝑎𝑘𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡

× 100%

10 b. Rentabilitas modal sendiri

𝑆𝐻𝑈 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 × 100%

3 Kuantitatif

c. Kemandirian operasional pelayanan 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛

× 100%

4 Kuantitatif

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

2.1.15 Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Syariah

1. Permodalan

1) Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Modal

Untuk memperoleh rasio modal sendiri teerhadap total modal ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk rasio permodalan lebih kecil atau sama dengan 0 diberikan nilai kredit 0

b. Untuk setiap kenaikan rasio permodalan 1% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 5 dengan maksimum nilai 100

c. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 5% diperoleh skor permodalan.

Tabel 2.2

Kriteria Rasio Permodalan Rasio Permodalan (%) Nilai Kredit Bobot Skor (%) Skor Kriteria 0 0 5 0 0 -1,25 1,26 – 2,50 2,51 – 3,75 3,76 – 5,0 Tidak sehat Kurang sehat Cukup sehat Sehat 5 25 5 1,25 10 50 5 1,50 15 75 5 3,75 20 100 5 5,0

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

(26)

2) Rasio Kecukupan Modal (CAR)

Perhitungan rasio CAR ditetapkan dengan tahapan sebagai berikut : a. Menghitung nilai modal sendiri (modal inti) dan modal pelengkap yang karakteristiknya sama dengan modal sendiri dengan cara menjumlahkan hasil perkalian setiap komponen modal koperasi yang ada dalam neraca dengan bobot pengakuannya.

Tabel 2.3

Komponen Modal Inti dan Pelengkap

No Komponen Modal Nilai (Rp) Bobot Pengakuan (%) Modal Yang Diakui (Rp)

(1) (2) (3) (4) (3) x (4)

MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP 1 Modal Anggota 100 a. Simpanan Pokok b. Simpanan Wajib 2 Modal Penyetaraan 100 3 Modal Penyertaan 50 4 Cadangan Umum 100

5 Cadangan tujuan risiko 50

6 Modal sumbangan 100

7 SHU belum dibagi 50

JUMLAH

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

b. Menghitung nilai ATMR diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot risiko masing-masing komponen aktiva.

Tabel 2.4

Bobot Risiko Komponen Aktiva

No Komponen Aktiva Nilai (Rp) Bobot Risiko (%)

Modal Tertimbang (Rp)

(1) (2) (3) (4) (3) x (4)

1 Kas 0

2 Simpanan /rekening di bank syariah

20 3 Simpanan /rekening di

KJKS lain

(27)

4 Pembiayaan 100 5 Penyertaan pada koperasi,

anggota dan pihak lain

50

6 Aktiva tetap dan inventaris 70

7 Aktiva lain-lain 70

JUMLAH

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

c. Rasio CAR dihitung dengan cara membandingkan nilai modal yang diakui dengan nilai ATMR dikalikan dengan 100% maka diperoleh rasio CAR.

d. Untuk rasio CAR lebih kecil dari 6% diberi nilai kredit 25, untuk kenaikan rasio CAR 1% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan nilai CAR 8% nilai kredit maksimal 100. e. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5%, diperoleh skor CAR.

Tabel 2.5 Kriteria Rasio CAR

Rasio Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria CAR < 6 25 5 1,25 Tidak sehat 6 - <7 50 5 2,50 Kurang sehat 7 - <8 75 5 3,75 Cukup sehat ≥ 8 100 5 5,00 Sehat

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

2. Kualitas Aktiva Produktif

1) Rasio Tingkat Pembiayaan dan Piutang bermasalah terhadap jumlah piutang dan pembiayaan

Untuk memperoleh rasio piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap piutang dan pembiayaan yang disalurkan, ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk rasio lebih besar dari 12% sampai dengan 100% diberi nilai skor 25

(28)

b. Untuk setiap penurunan rasio 3% nilai kredit ditambah dengan 5 sampai dengan maksimum 100

c. Nilai kredit dikalikan bobot 10% diperoleh skor penilaian. Tabel 2.6

Kriteria Rasio Piutang Bermasalah dan Pembiayaan Bermasalah terhadap Piutang dan Pembiayaan yang disalurkan

Rasio Piutang Bermasalah dan Pembiayaan Bermasalah

terhadap Piutang dan Pembiayaan yang disalurkan

(%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria > 12 25 10 2,50 0 - < 2,5 Tidak Lancar 9 – 12 50 10 5,00 2,5 - < 5,00 Kurang Lancar 5 – 8 75 10 7,50 5,00 - < 7,50 Cukup Lancar < 5 100 10 10,00 7,50 – 10,00 Lancar

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

2) Rasio Portofolio Pembiayaan Berisiko

a. Untuk rasio lebih besar dari 30% sampai dengan 100% diberi nilai kredit 25, untuk setiap penurunan rasio 1% nilai kredit ditambah dengan 5 sampai dengan maksimum 100.

b. Nilai kredit dikalikan bobot 5% diperoleh skor penilaian. Tabel 2.7

Kriteria Rasio PAR Rasio PAR Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria > 30 25 5 1,25 0 - < 1,25 Sangat Berisiko 26 – 30 21 - < 26 50 75 5 5 2,50 3,75 1,25 - < 2,50 Kurang Berisiko 2,50 - < 3,75 Cukup Berisiko < 21 100 5 5,00 3,75 – 5,0 Tidak Berisiko

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

(29)

3) Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD)

Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen koperasi menyisihkan pendapatannya untuk menutupi risiko (penghapusan) aktiva produktif yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan dan piutang. Pengukuran tingkat kesehatan rasio ini ditetapkan sebagai berikut :

a. Mengklasifikasikan aktiva produktif berdasarkan kolektibilitasnya, yaitu :

a) Lancar

b) Kurang lancar c) Diragukan d) Macet

b. Menghitung nilai PPAP dari neraca pada komponen cadangan penghapusan pembiayaan

c. Menghitung PPAPWD dengan cara mengalikan komponen persentase pembentukan PPAPWD dengan kolektibilitas aktiva produktif.

Perhitungan PPAPWD

1) 0,5% dari aktiva produktif lancar

2) 10% dari aktiva produktif kurang lancer dikurangi nilai agunannya 3) 50% dari aktiva produktif diragukan dikurangi nilai agunannya 4) 100% dari aktiva produktif macet dikurangi agunannya

(30)

Apabila nilai jaminan tidak dapat diketahui maka nilai agunan sebagai pengurang adalah sebesar 50% debet.

d. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif dapat diperoleh dengan membandingkan nilai PPAP dengan PPAPWD dikalikan dengan 100%

e. Untuk rasio PPAP sebesar 0% nilai kredit sama dengan 0. Untuk setiap kenaikan rasio PPAP 1% nilai kredit ditambah 1 sampai dengan maksimum 100

f. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5%, diperoleh skor tingkat rasio PPAP

Tabel 2.8 Kriteria Rasio PPAP Rasio PPAP (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria 0 0 5 0 10 10 5 0,5 20 20 5 1,0 30 30 5 1,5 0 - < 1,25 Macet 40 40 5 2,0 50 60 50 60 5 5 2,5 3,0 1,25 - < 2,5 Diragukan 2,5 - < 3,75 Kurang Lancar 70 70 5 3,5 3,75 – 5 Lancar 80 80 5 4,0 90 90 5 4,5 100 100 5 5,0

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

3. Penilaian Efisiensi

1) Rasio biaya operasional terhadap pelayanan

Cara perhitungan rasio biaya operasional atas pelayanan ditetapkan sebagai berikut :

(31)

a. Untuk rasio lebih besar dari 100 diperoleh nilai kredit 25 dan untuk setiap penurunan rasio 15% nilai kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan maksimum nilai kredit 100

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian

Tabel 2.9

Kriteria Rasio biaya Operasional terhadap pelayanan

Rasio biaya operasional terhadap pelayanan (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria > 100 25 4 1 Tidak efisien 85 – 100 50 4 2 Kurang efisien 69 – 84 75 4 3 Cukup efisien 0 – 68 100 4 4 Efisien

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

2) Rasio aktiva tetap terhadap total modal ditetapkan sebagai berikut a. Setiap penurunan rasio biaya operasional 25%, maka nilai kredit

bertambah 25, begitu juga sebaliknya apabila setiap kenaikan rasio 25%, maka nilai kredit turun 25.

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian :

Tabel 2.10

Kriteria Rasio Aktiva tetap terhadap Total Modal

Rasio aktiva tetap terhadap Total Modal (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria 76 – 100 25 4 1 Tidak baik 51 – 75 50 4 2 Kurang baik 26 – 50 75 4 3 Cukup baik 0 – 25 100 4 4 Baik

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

(32)

3) Rasio efisiensi staf dihitung sebagai berikut

a. Untuk rasio efisiensi staf kurang dari 50 orang diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap kenaikan 25 orang nilai skor ditambah dengan 25 sampai dengan maksimum nilai kredit 100

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 2% diperoleh skor penilaian

Tabel 2.11

Kriteria Rasio Efisiensi Staf

Rasio efisiensi staf (org)) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 50 25 2 0,5 Tidak baik 50 – 74 50 2 1 Kurang baik 75 – 99 75 2 1,5 Cukup baik > 99 100 2 2 Baik

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

4. Likuiditas 1) Cash Ratio

Pengukuran rasio kas terhadap dana yang diterima ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 14% dan lebih besar dari 56% diberi nilai kredit 25, untuk rasio antara 14% sampai dengan 20% dan antara 46% sampai dengan 56% diberi nilai kredit 50, rasio antara 21% sampai dengan 25% dan 35% sampai dengan 45% diberi nilai kredit 75, dan untuk rasio 26% sampai dengan 34% diberi nlai kredit 100

(33)

Tabel 2.12 Kriteria Rasio Kas

Rasio kas (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria

< 14 dan > 56 25 10 2,5 Tidak likuid

(14-20) dan (46-56) 50 10 5 Kurang likuid

(21-25) dan (35-45) 75 10 7,5 Cukup likuid

(26-34) 100 10 10 Likuid

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

2) Rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima

Pengukuran rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 50% diberi nilai kredit 25, untuk setiap kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan mksimum 100

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian Tabel 2.13

Kriteria Rasio Pembiayaan

Rasio pembiayaan Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 50 25 5 1,25 Tidak likuid 51 – 75 50 5 2,50 Kurang likuid 76 – 100 75 5 3,75 Cukup likuid > 100 100 5 5 Likuid

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

5. Kemandirian dan Pertumbuhan 1) Rasio rentabilitas asset

Rasio rentabilitas asset yaitu SHU sebelum zakat dan pajak dibandingkan dengan total asset ditetapkan sebagai berikut :

(34)

a. Untuk rasio rentabilitas asset lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25, untuk setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum 100

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian

Tabel 2.14

Kriteria Rasio Rentabilitas Aset

Rasio Rentabilitas Asset (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 5% 25 3 0,75 Rendah 5 – 7,4 50 3 1,50 Kurang 7,5 – 10 75 3 2,25 Cukup > 10 100 3 3,00 Tinggi

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

2) Rasio rentabilitas ekuitas

Rasio rentabilitas ekuitas yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total ekuitas ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk rasio rentabilitas ekuitas lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25, untuk setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum 100

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian Tabel 2.15

Kriteria Rasio Rentabilitas Ekuitas

Rasio Rentabilitas Ekuitas (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 5% 25 3 0,75 Rendah 5 – 7,4 50 3 1,50 Kurang 7,5 – 10 75 3 2,25 Cukup > 10 100 3 3,00 Tinggi

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

(35)

3) Rasio Kemandirian Operasional

Rasio kemandirian operasional yaitu pendapatan usaha dibandingkan biaya operasional ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk rasio kemandirian operasional lebih kecil dari 100% diberi nilai kredit 25. Untuk setiap kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum 100

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 4% diperoleh skor penilaian Tabel 2.16

Kriteria Rasio Kemandirian Operasional

Rasio Kemandirian Operasional (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 100 25 4 1 Rendah 100 – 125 50 4 2 Kurang 126 – 150 75 4 3 Cukup > 150 100 4 4 Tinggi

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

2.1.16 Penetapan Kesehatan Koperasi Syariah

Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap lima komponen sebagaimana dimaksud pada angka 1-5 diperoleh skor secara keseluruhan. Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan koperasi yang dibagi dalam 4 golongan yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.

Tabel 2.17

Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah

SKOR PREDIKAT

81- 100 SEHAT

66- < 81 CUKUP SEHAT 51 - < 66 KURANG SEHAT

0 - < 51 TIDAK SEHAT

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/200

(36)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.18 Penelitian terdahulu

No Peneliti/tahun Judul Metode Analisis Hasil Penelitian 1. Pandi Afandi/2014 Analisis Kinerja Keuangan untuk Mengukur Kesehatan Keuangan Koperasi KSU BMT ARAFAH Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Analisa Deskriptif Kuantitatif

Secara keseluruhan kinerja keuangan pada Koperasi KSU BMT arafah dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 menunjukkan tingkat kesehatan keuangan dengan predikat sehat. 2. Ni Luh Gede Ariantini Anjuman Zukhri Made Ari Meitriana (2014) Penerapan SAK ETAP dalam penyusunan laporan keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam Lembing Sejahtera Mandiri Analisa Deskriptif Kuantitatif Menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan KSP Lembing Sejahtera Mandiri tahun 2013 terdiri atas laporan neraca dan laporan sisa hasil usaha, penyajian laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan SAK ETAP, dan penerapan SAK ETAP berimplikasi pada penurunan sisa hasil usaha KSP Lembing Sejahtera Mandiri tahun 2013 3. Nining (2010) Kinerka Keuangan Koperasi Simpan Pinjam di Kota Kediri Metode Deskriptif Kuantitatif Menunjukkan bahwa perkembangan kinerja koperasi dari tahun 1997-2007 mengalami kenaikan pada rasio likuiditasnya tetapi mengalami penurunan pada rasio solvabilitas dan rasio rentabilitasnya.

(37)

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka konseptual ini dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan tentang permasalahan yang akan diteliti dan membantu peneliti menguraikan secara sistematis pokok permasalahan dalam penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 kerangka pemikiran

Berdasarkan gambar kerangka konseptual, dapat diketahui bahwa laporan keuangan merupakan salah satu aspek penting yang diperhatikan baik bagi pihak intern maupun pihak ekstern.

Laporan Keuangan KJKS MAKMUR tahun 2012 dan 2013

Analisis Rasio menurut KepMen No. 35.5/Per/M.KUKM/X/2007 Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat Aspek Permodalan : 1. Rasio modal sendiri terhadap total modal 2. Rasio kecukupan modal (CAR)

Aspek kualitas aktiva produktif : 1. Rasio tingkat pembiayaan dan piutang bermasalah terhadap jumlah piutang dan pembiayaan 2. Rasio portofolio pembiayaan berisiko 3. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) Aspek efisiensi: 1. Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto 2. Rasio aktiva tetap terhadap total asset 3. Rasio efisiensi staf Aspek likuiditas : 1. Cash ratio 2. Rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima

Aspek kemandirian dan pertumbuhan: 1. Rentabilitas asset 2. Rentabilitas modal sendiri 3. Kemandirian operasional pelayanan Menurut KepMen No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007 Rekomendasi

(38)

BAB III

Metodologi Penelitian 3.1 Objek Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian yaitu tentang analisa kesehatan laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan di KJKS Makmur Batang. Kantor pusat dari KJKS ini adalah Jl. Raya Banyuputih No. 314 Batang.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Kepustakaan

Penelitian kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh peneliti dari buku-buku dan literatur yang relevan dengan topik yang sedang diteliti serta kuliah yang diperoleh peneliti yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Teknik Dokumentasi

Adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa laporan keuangan pada KSU Kencana Mulya periode 2009-2013.

3. Teknik Wawancara

Adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung ketika seorang responden ditanyai pewawancara guna mengungkapkan perasaan, motivasi, sikap, atau keyakinan terhadap suatu topik.

(39)

3.3 Jenis Sumber Data

Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numeric (angka). Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu merupakan data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen.Data ini diperoleh dengan menggunakan study literature yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari internet (Sugiyono, 2005). Data sekunder yang diperoleh peneliti berupa laporan keuangan KJKS MAKMUR dari tahun 2012 dan 2013 yaitu berupa : Neraca dan SHU.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Sulistyo Basuki (2006) mengemukakan populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan di KJKS MAKMUR tahun 2012 dan 2013.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini digunakan sampel dari semua populasi berdasarkan data laporan keuangan di KJKS MAKMUR pada tahun 2012 dan 2013.

3.5 Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif yaitu teknik data yang bersifat kuantitatif. Data

(40)

utama untuk analisis kesehatan laporan keuangan berupa neraca dan SHU 2 periode yaitu 2012, dan 2013.

Menurut peraturan Menteri Koperasi Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah nomor 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang pedoman penilaian kesehatan koperasi, disebutkan ruang lingkup penilaian kesehatan koperasi meliputi penilaian terhadap 8 aspek, yaitu Permodalan, Kualitas aktiva produktif, Efisiensi, Likuiditas, Kemandirian dan Pertumbuhan, Jatidiri Koperasi, tetapi untuk analisa kesehatan laporan keuangan koperasi dipilih sesuai degan kebutuhan analisis yang berhubungan dengan 5 aspek yang dipilih dalam rasio keuangan yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, dan aspek kemandirian dan pertumbuhan.

3.6 Tahapan Penelitian

Tahapan yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi Sumber Data

Sumber data adalah data yang diperoleh secara relevan dari suatu koperasi yang sudah diolah dan disajikan untuk pihak lain. Sumber data ini juga diperoleh dari wawancara dengan manajer yang terkait dengan penelitian. Sumber data yang disajikan berupa laporan keuangan yang terdiri dari:

a) Laporan Neraca

Meliputi jumlah harta (kekayaan), kewajiban (utang) dan modal (ekuitas). Modal dalam koperasi terdiri dari simpanan pokok,

(41)

simpanan wajib dan dana cadangan. Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan anggota untuk menyimpan dananya di koperasi. b) Laporan Pendapatan dan Biaya

Yang memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan (koperasi) dalam menghasilkan pendapatan usaha dan beban biaya. 2. Pengolahan data berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM

No. 35.3/Per/M. KUKM/X/2007 :

Penilaian ini meliputi aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan. Penilaian tersebut diberikan bobot penilaian sesuai dengan besarnya yang berpengaruh terhadap kesehatan laporan keuangan koperasi.

Tabel 3.1

Analisis 5 aspek rasio dalam Kesehatan Laporan Keuangan

Aspek yang dinilai

Komponen Nilai

Kredit

Bobot Skor Kategori Permodalan a. Rasio modal sendiri terhadap total asset

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 × 100%

Untuk setiap kenaikan rasio permodalan 1% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 5 dengan maksimum nilai 100. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 5% diperoleh skor permodalan.

Kategori tingkat kesehatan permodalan adalah : Tidak sehat = 0% s/d 1,25% Kurang sehat = 1,26 s/d 2,50 Cukup sehat = 2,51 s/d 3,75 Sehat =3,76 s/d 5,0 5 Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat

b. Rasio Kecukupan Modal (CAR) 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔

𝐴𝑇𝑀𝑅 × 100%

Untuk rasio CAR lebih kecil dari 6% diberi kredit 25 untuk kenaikan rasio CAR 1% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan nilai CAR 8% nilai maksimum 100 nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor CAR

Kategori tingkat kesehatan adalah :

5 Sehat

Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat

(42)

Tidak sehat =< 6% Kurang sehat =6% s/d 7% Cukup sehat =7% s/d < 8% sehat =8%

Jumlah 10

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

Aspek yang dinilai

Komponen Nilai

Kredit

Bobot Skor Kategori Kualitas

Aktiva Produktif

a. Rasio tingkat pembiayaan dan piutang bermasalah terhadap jumlah piutang dan pembiayaan

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎𝑕 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

× 100%

Untuk rasio lebih besar dari 12% s/d 100% skor 25, setiap penurunan rasio 3% nilai kredit ditambah dengan 5 sampai dengan maksimum 100. Nilai kredit dikalikan bobot 10% diperoleh skor penilaian. Kriteria : Tidak lancar =0% s/d 2,5% Kurang lancar =2,5% s/d 5,0% Cukup lancar =5,0% s/d <7,50% Lancar =7,5 s/d 10% 10 Tidak lancar Kurang lancar Cukup lancar Lancar

b. Rasio portofolio pembiayaan beresiko 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑕 𝑝𝑜𝑟𝑡𝑜𝑓𝑜𝑙𝑖𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑕 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 × 100% Untuk rasio lebih besar dari 30% sampai 100% dberi nilai 25, setiap penurunan rasio 1% nilai kredit ditambah 5 sampai maksimum 100 nilai kredit dikalikan bobot 5% diperoleh skor penilaian

5 Sangat beresiko Kurang beresiko Cukup beresiko Tidak beresiko c. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif

𝑃𝑃𝐴𝑃

𝑃𝑃𝐴𝑊𝐷× 100%

Untuk rasio PPAP sebesar 0% nilai kredit sama dengan nol setiap kenaikan rasio PPAP 1% kredit ditambah 1 sampai maksimum 100, nilai kredit dikalikan bobot 5% diperoleh PPAP

Kriteria : Macet =0 s/d 1,25% Diragukan =1,25 s/d 2,5% Kurang lancar =2,5 s/d 3,75% Lancar =3,75% s/d 5% 5 Macet Diragukan Kurang lancar Lancar Jumlah 20

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

(43)

Aspek yang dinilai

Komponen Nilai

Kredit

Bobot Skor Kategori Efisiensi a. Rasio biaya operasional pelayanan terhadap

partisipasi bruto

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛

𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜 × 100%

Untuk rasio lebih besar dari 100 diperoleh nilai kredit 25 untuk setiap penurunan rasio 15% nilai kredit ditambahkan dengan 25 sampai maksimum 100. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian. Kategori : Tidak efisien = > 100 Kurang efisien = 85 s/d 100 Cukup efisien = 69 s/d 84 Efisien = 0 s/d 68 4 Tidak efisien Kurang efisien Cukup efisien Efisien

b. Rasio aktiva terhadap total asset 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 × 100%

Untuk rasio lebih besar 76%% diperoleh nilai kredit 25 untuk penurunan rasio 25% nilai kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan

maksimum 100. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian. Kategori : Tidak baik =76 s/d 100 Kurang baik =51 s/d 75 Cukup baik =26 s/d 50 Baik =0 s/d 25 4 Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik

c. Rasio efisiensi staf

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑚𝑖𝑡𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑠𝑡𝑎𝑓 × 100%

Untuk rasio kurang dari 50 orang diberi nilai kredit 25 untuk setiap kenaikan 25 orang nilai skor ditambah 25 sampai maksimum 100 Kategori :

Tidak baik = < 50 orang Kurang baik = 50 s/d 74 orang Cukup baik = 75 s/d 99 orang Baik = > 99 orang 2 Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Jumlah 10

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

(44)

Aspek yang dinilai

Komponen Nilai

Kredit

Bobot Skor Kategori Likuiditas a. Rasio kas

𝑘𝑎𝑠 + 𝑏𝑎𝑛𝑘

𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100%

Untuk rasio kas lebih kecil 14% dan lebih besar dari 56% diberi nilai kredit 25 untuk rasio antara 14% - 20% dan antara 46 – 56% diberi nilai kredit 50. Untuk rasio antara 21% - 35% dan 35% - 45% diberi nilai kredit 75. Untuk rasio antara 26% - 34% diberi nilai kredit 100. Nilai kredit dikalikan dengan bobot diperoleh skor penilaian.

Kriteria :

Tidak likuid = < 14%

Kurang likuid = (14% - 20%) dan ( 46% - 56%) Cukup likuid = ( 21% - 25%) dan (35% - 45%) Likuid = 26% - 34% 10 Tidak likuid Kurang likuid Cukup likuid Likuid

b. Rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎× 100%

Untuk rasio lebih kecil dari 50% diberi nilai kredit 25 untuk setiap kenaikan 25% ditambah dengan 25 sampai maksimum 100. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian.

Kriteria : Tidak likuid = < 50% Kurang likuid = 51% - 75% Cukup likuid = 76% - 100% Likuid = >100% 5 Tidak likuid Kurang likuid Cukup likuid Likuid Jumlah 15

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

Aspek yang dinilai

Komponen Nilai

Kredit

Bobot Skor Kategori Kemandirian dan pertumbuhan a. Rentabilitas asset 𝑆𝐻𝑈 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑛𝑖𝑠𝑏𝑎𝑕, 𝑧𝑎𝑘𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 × 100%

Untuk rasio rentabilitas asset lebih dari 5% diberi nilai kredit 25. Untuk setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai maksimum 100. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian. Kriteria : Rendah = < 5% 4 Rendah Kurang Cukup Tinggi

(45)

Kurang = 5% - 7,4% Cukup = 7,5% - 10% Tinggi = > 10%

b. Rentabilitas modal sendiri 𝑆𝐻𝑈 𝑏𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖× 100% Untuk rasio rentabilitas ekuitas lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 2,5, setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai maksimum 100. Kriteria : Rendah = < 5% Kurang = 5% - 7,4% Cukup = 7,5% - 10% Tinggi = > 10% 4 Rendah Kurang Cukup Tinggi

c. Rasio kemandirian operasional 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛× 100% Untuk rasio kemandirian operasional lebih kecil dari 100% diberi nilai kredit 2,5, untuk setiap kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah 25 sampai maksimum 100. Nilai kredit dikalikan bobot 4% diperoleh skor penilaian

Kriteria : Rendah = < 100% Kurang = 100% - 125% Cukup = 126% - 150% Tinggi = > 150% 2 Rendah Kurang Cukup Tinggi Jumlah 10

Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35. 3/Per/M.KUKM/X/2007

(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Profil dan Sejarah berdirinya Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Makmur” di Kabupaten Batang

KSU MAKMUR Batang didirikan pada tanggal 12 Juli 2001 dengan jumlah anggota ada 40 orang, sebagai modal awal koperasi adalah berupa Simpanan Pokok awal pendirian Rp. 5.000.000,00 dan Simpanan Wajib Rp. 10.000.000,00 per bulan. KSU MAKMUR Menengah (PKM) Kabupaten Batang dengan berbadan hukum : BH Nomor 000.08/072/VIII/2001, tanggal 6 Agustus 2001. Setelah diadakan evaluasi secara intensif, biaya operasional cukup tinggi, maka mulai bulan Juli tahun 2006, kantor secretariat dan kantor pelayanan berpindah ke Pertokoan Komplek Terminal Bus Limpung, mengingat anggota yang harus dilayani sebagian besar di wilayah Limpung.

Pada tahun 2006 KSU MAKMUR membuka Kantor Kas Pembantu di Batang dengan kantor operasional di JL. Pasar Timur Batang. Sejalan dengan perkembangan perkoperasian KJKS MAKMUR mengembangkan operasionalnya hingga wilayah kota dan Kabupaten Pekalongan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI Nomor : 91/Kep/M. KUKM/2004, tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah , pada tahun 2009 KSU MAKMUR Batang namanya berubah menjadi KJKS MAKMUR Batang.

Gambar

Tabel 2.5  Kriteria Rasio CAR  Rasio  Nilai  Kredit  Bobot (%)  Skor  Kriteria  CAR  &lt; 6  25  5  1,25  Tidak sehat  6 - &lt;7  50  5  2,50  Kurang sehat  7 - &lt;8  75  5  3,75  Cukup sehat   ≥ 8  100  5  5,00  Sehat
Tabel 2.8  Kriteria Rasio PPAP  Rasio  PPAP  (%)  Nilai  Kredit  Bobot (%)  Skor  Kriteria  0  0  5  0  10  10  5  0,5  20  20  5  1,0  30  30  5  1,5  0 - &lt; 1,25  Macet  40  40  5  2,0  50  60  50 60  5 5  2,5 3,0  1,25 - &lt; 2,5  Diragukan  2,5 - &lt
Tabel 2.12  Kriteria Rasio Kas  Rasio kas   (%)  Nilai  Kredit  Bobot (%)  Skor  Kriteria  &lt; 14 dan &gt; 56  25  10  2,5  Tidak likuid  (14-20) dan (46-56)  50  10  5  Kurang likuid  (21-25) dan (35-45)  75  10  7,5  Cukup likuid
Tabel 2.18  Penelitian terdahulu
+4

Referensi

Dokumen terkait

untuk fwlfn &gt;0.9 (fw = frekuensi gelombang, fn = Frekuensi Alami dalam air), displacement bagian atas pipa pada arah gaya in-line lebih berpengaruh

Dari seluruh variabel bebas (budaya, sosial, pribadi dan psikologis) secara keseluruhan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian yang akan

Dengan penambahan aditif abu batu bara, terjadi pengikatan asam borat oleh CaO dari aditif sehingga tidak mengurangi CaO pada komponen penyusun semen.. Dalam penelitian ini

Dapat dilihat dari apa yang telah dilakukan oleh Apple hingga saat ini adalah perusahaan ini telah. melakukan berbagai aliansi stratejik, dan cukup banyak perusahaan dan

Wakil pengusaha batik : kami sudah memiliki beberapa inovasi batik yang siap dipasarkan setelah laboratorium ini berdiri, lagi pula kami juga bekerja sama dengan 3 pengusaha

Dari hasil uji komposisi yang telah dilakukan menunjukan bahwa spesimen yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai komposisi yang masuk dalam batasan dari

Diharapkan dengan adanya pedoman praktis tentang rumah tahan gempa, sosialisasi dan pelatihan terhadap tukang dan mandor ini diharapkan dapat membantu masyarakat

Data Confusion matrix untuk model algoritma Support Vector Machine (SVM) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Dapat diketahui bahwa 6.623 records diprediksi Tidak