• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2007) adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2007) adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gaya hidup sehat menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2007) adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Indikator gaya hidup sehat antara lain : perilaku tidak merokok, pola makan sehat dan seimbang dan aktivitas fisik yang teratur (Depkes RI, 2002). Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dengan tahun 2013 menunjukkan proporsi rerata nasional perilaku konsumsi kurang sayur dan atau buah 93,5%, tidak tampak perubahan dibandingkan tahun 2007. Perilaku konsumsi makanan tertentu pada penduduk umur ≥ 10 tahun paling banyak mengonsumsi bumbu penyedap (77,3%), diikuti makanan dan minuman manis (53,1%), dan makanan berlemak (40,7%) (Riskesdas, 2013). Data hasil Riskesdas yang lain menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah pada penduduk umur ≥ 10 tahun di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunjukkan penurunan dibandingkan dengan hasil Riskesdas pada tahun 2007 (Riskesdas, 2013).

Untuk memenuhi makanan kaya dengan zat gizi masyarakat hampir setiap negara menyusin pedoman makanan yang di Amerika dikenal dengan Food Guide Pyramida (Silalahi, 2006). Di Indonesia, pada awalnya pedoman makanan dikenal dengan istilah 4 sehat 5 sempurna (4S5S). Pedoman tersebut digunakan untuk mengatasi permasalahan gizi ganda, gizi kurang maupun gizi lebih. Pada dasarnya, masalah gizi ganda ini merupakan masalah perilaku. Oleh sebab itu, diperlukan suatu tindakan pemerintah

(2)

2

untuk memperbaiki perilaku tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan melalui pemberian informasi tentang perilaku gizi yang baik dan benar (Depkes RI, 1996). Kala itu, 4 sehat 5 sempurna dinilai kurang untuk menjadi standar acuan pola makan yang benar dikarenakan 4S5S tidak lagi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4S5S juga tidak menyebutkan cara mengatur pola makan secara terperinci, sehingga dapat menyebabkan perbedaan pemahaman di kalangan masyarakat.

Pada tahun 1995, lahirlah sebuah pedoman baru yang dikenal dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). PUGS berisi tentang 13 pesan yang memuat tentang cara mengatur pola makan secara lebih terperinci. Tujuan utama dibuatnya PUGS sebagai pelengkap informasi kesehatan di masyarakat tentang gizi dan komposisi makanan agar menjadi sehat dan sebagai alat untuk perencanaan makan (Oded Bar-Or, 2008). Namun, pedoman tersebut juga dirasa kurang berhasil dalam penyampaiannya dikarenakan sosialisasinya tidak merata sehingga keberadaannya tidak diketahui oleh masyarakat secara luas. Pada tahun 2014, ada kebijakan untuk mengganti PUGS dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). PGS merupakan paradigma baru dalam dunia kesehatan. PGS berisi 10 pesan yang isinya tidak jauh berbeda dari PUGS. Namun, PGS lebih menekankan bahwa gizi bukanlah semata-mata masalah makanan saja tetapi juga pola hidup.

Agar pesan PGS yang baru tersebut dapat dijadikan standar acuan pola makan yang benar sosialisasi kepada masyarakat secara luas sangat dibutuhkan. Sosialisasi tersebut harus dapat bersifat persuasif. Menurut Wijaya (1993), tujuan komunikasi persuasi adalah untuk memengaruhi

(3)

3

pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang, kelompok, untuk kemudian melakukan tindakan/perbuatan sebagaimana dikehendaki. Dengan adanya komunikasi persuasi, diharapkan masyarakat akan terpengaruh untuk menjalankan pola makan dan aktivitas fisik yang benar sesuai dengan pesan PGS yang baru. Setelah pandangan masyarakat berubah, maka akan timbul suatu niat untuk mengubah perilaku masyarakat. Niat tersebut yang kemudian disebut dengan intensi. Intensi adalah indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang akan mencoba suatu perilaku dan seberapa besar usaha yang akan digunakan untuk melakukan sebuah perilaku (Azjen, 2005). Setelah terbentuk intensi dalam diri seseorang, maka sangatlah mudah untuk mengubah perilaku seseorang tersebut dalam menjalankan pola makan dan aktivitas fisik yang benar sesuai dengan pesan PGS yang baru.

Di kemudian hari, PGS diharapkan dapat menjadi standar acuan pola makan dan aktivitas fisik yang benar. Namun, diperlukan adanya pembuktian mengenai keefektifan dari penerapan PGS yang baru. Pembuktian tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa dalam pengaruh pesan PGS kepada masyarakat luas yang nantinya akan menimbulkan suatu niatan untuk mengubah perilaku pola makan dan aktivitas fisik yang benar sesuai dengan pesan PGS yang baru. Uji efektivitas PGS perlu dilakukan ke berbagai kelompok masyarakat, termasuk ke sekolah-sekolah. Menurut Nasution (1995), masa usia sekolah ini sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada masa ini secara relatif anak-anak mudah untuk dididik dari pada masa sebelumnya dan sesudahnya. Pendidikan gizi di sekolah mempunyai beberapa keuntungan, antara lain anak-anak mempunyai hasrat yang besar untuk ingin tahu dan mau mempelajari lebih

(4)

4

jauh. Pemberian pendidikan gizi pada remaja ditujukan untuk membantu mereka membentuk perilaku makan yang sehat (Suhardjo, 1996). Hasil penelitian Syam (2011) yang melakukan penilaian praktik tentang gizi seimbang berdasarkan pada Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang memuat 13 pesan dasar gizi seimbang dan menurut prinsip gizi seimbang pada remaja menemukan hasil bahwa 91.9% responden telah melakukan praktik gizi seimbang.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti memutuskan untuk mencoba mencari hubungan antara kemampuan persuasi pesan terhadap intensi untuk mengonsumsi gizi seimbang pada anak-anak sekolah khususnya anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Pada penelitian ini, peneliti memilih sampel anak kelas IV, V dan VI SD dikarenakan menurut Nasution (1995) ada beberapa sifat khas anak pada fase tersebut, di antaranya adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar, sedangkan pada murid SMP, peneliti memililih murid kelas VIII sebagai sampel. Murid SMP kelas VIII yang rata-rata berusia 12-14 tahun tergolong dalam masa remaja awal. Menurut Rumini (1995), masa awal remaja memiliki karakteristik pada keadaan mental, khususnya kemampuan berpikirnya mulai sempurna atau kritis dan dapat melakukan abstraksi. Menurut Piaget (dalam Sunarto, 2008) perkembangan kognitif antara umur 11 tahun sampai dewasa termasuk pada tahap operasi formal. Usia remaja seseorang sudah mampu berpikir abstrak dan hipotetis.

(5)

5

B. Rumusan Masalah

Memiliki pengetahuan gizi yang baik tidak berarti bahwa seseorang akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Khomsan, 2000). Berdasarkan teori ini, peneliti berpendapat bahwa seseorang yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik belum tentu mempunyai pola makan yang sesuai dengan PGS. Pengetahuan tersebut harus dilandasi dengan suatu kemauan dan niat yang kuat untuk mengubah pola maka sesuai dengan PGS. Oleh karena itu dapat disusun rumusan masalah: “ Apakah ada hubungan antara kemampuan persuasi Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dengan intensi untuk mengonsumsi gizi seimbang pada murid SD dan SMP di Kota Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara kemampuan persuasi Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dengan intensi untuk mengonsumsi gizi seimbang pada murid SD dan SMP di Kota Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

a. Memperoleh gambaran kemampuan persuasi Pedoman Gizi Seimbang pada murid SD dan SMP di Kota Yogyakarta.

b. Memperoleh gambaran intensi untuk mengonsumsi gizi seimbang pada murid SD dan SMP di Kota Yogyakarta.

c. Mengetahui hubungan antara uang saku dengan intensi untuk mengonsumsi gizi seimbang pada murid SD dan SMP di Kota Yogyakarta.

(6)

6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat bagi peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah.

2. Manfaat bagi subjek

Memberikan pengaruh kepada muridsekolah dasar dan sekolah menengah pertama agar dapat menjalankan pola makan yang benar dengan memperhatikan jenis dan jumlah yang tepat. Pola makan yang benar juga harus diimbangi dengan perilaku hidup sehat yang telah tercantum dalam PGS, sehingga mereka dapat memahaminya dengan baik, menimbulkan suatu niatan dan menerapkannya di kalangan yang lebih luas.

3. Manfaat bagi institusi

Memberikan informasi yang berguna sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan tertentu terkait dengan penerapan PGS 2014.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian lainnya yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini antara lain:

1. Montserrat Bacardí-Gascon et al.(2004), melakukan penelitian yang berjudul “Efficacy of a Mexican Food Guide: a Quantitative Evaluation in

School-Age Children”. Penelitian tersebut dilakukan untuk menguji

efektivitas food guide yang ada di Meksiko. Sampel dalam penelitian tersebut adalah 953 anak dengan murid laki-laki sebanyak 487 dan perempuan sebanyak 466. Kesemuanya itu berusia antara 10 sampai 12

(7)

7

tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan cara semua murid dari kelas V diminta untuk mendaftar. Hari pertama tes, murid diminta untuk membuat rencana menu sehat-1 hari (pre-test).Setelah seminggu, murid diberi poster diilustrasikan dari Apple of Health dan diminta untuk merancang kembali rencana menu 1-hari berdasarkan ilustrasi tersebut (post-test 1). Satu minggu kemudian, untuk jangka waktu 30-40 menit, anak-anak diberi penjelasan mengenai pesan dari The Apple of Health (post-test 2), porsi per hari, dan kesetaraan makanan. Setelah diberi instruksi yang berperiode, anak-anak diminta untuk merancang menu 1 hari berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari The Apple of Health. Evaluasi dilihat dari cara mereka menentukan masing-masing kelompok makanan dan jumlah porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap harinya. Menu peserta dievaluasi dan mereka mendapat 2 poin untuk jawaban yang tepat dari lima kelompok makanan yang digambarkan dalam The Apple of Health. Perbedaan skor dari rancangan menu yang dibuat pada pretest, post-test 1 dan post-test 2 dihitung dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasilnya secara garis besar adalah terjadi peningkatan sebesar 16% skor setelah anak-anak melihat poster ilustrasi, dan terjadi peningkatan sebesar 77% setelah anak-anak mendapat penjelasan selama 30-40 menit. Murid perempuan mempunyai skor yang baik saat pretest, namun setelah diberi penjelasan, terjadi peningkatan skor pada murid laki-laki sebanyak 72% dan murid perempuan hanya 63%. Kesimpulannya adalah peningkatan yang signifikan dalam pretest sampai post-test pada semua kelompok menunjukkan bahwa food guide,

(8)

8

The Apple of Health, adalah alat sederhana yang dapat efektif dalam meningkatkan pengetahuan gizi anak-anak Meksiko.

Persamaan dengan penelitian sekarang adalah sama-sama melakukan uji efektivitas food guide yang ada di sebuah negara dengan sampel murid sekolah dasar. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah pada penelitian sekarang uji efektivitas hanya dilakukan dengan pengisian kuesioner, bukan dengan praktik langsung yang dilakukan penelitian terdahulu.

2. Rebecca Hess et al. (2012), melakukan penelitian yang berjudul “Effectiveness and Efficiency of Different Shapesof Food Guides”. Penelitian tersebut dilakukan untuk menguji efektivitas dan efisiensi antara 3 tipe grafik food guide yaitu lingkaran, piramida dan pelangi. Penelitian tersebut menggunakan disain eksperimental. Semua partisipan diacak untuk melihat 3 grafik food guide yang berbeda. Namun, pada grafik tersebut didapat informasi yang sama, gambar dan warna yang sama. Hanya saja bentuk dan letak peletakkannya yang berbeda. Perekrutan sampel dalam penelitian ini menggunakan pretest yang diikuti oleh 759 murid angkatan pertama yang mempunyai pengetahuan tentang food guide. Pretest berupa kuisioner dengan 11 pertanyaan. Kemudian jawaban mereka dikoreksi dan dirangking sesuai dengan banyaknya jawaban yang benar. Selanjutnya diperoleh 206 murid dengan jawaban yang benar kemudian mereka dihubungi melalui email. Analisis data mengunakan uji analysis of variance. Hasilnya adalah tidak ada format grafik yang lebih baik dan buruk di antara ketiganya. Tidak ada perbedaan yang signifikan diantara 3 grafik food guide. Ketiga grafik

(9)

9

mempunyai kesamaan efektivitas dan efisiensi dalam penyampaian informasi gizi. Didapatkan hasil pula bahwa murid lebih memperhatikan bagian yang menjadi tengah grafik daripada yang lainnya.

Persamaan dengan penelitian yang sekarang dilakukan adalah sama-sama melakukan uji efektivitas pada food guide suatu negara. Perbedaan penelitian tersebut dengan yang sekarang dilakukan adalah pada penelitian tersebut hanya menguji bentuk yang efektif dan efisien untuk standar food guide, sedangkan penelitian sekarang dilakukan untuk menguji keefektifan pesan yang disampaikan dari PGS yang berasal dari Indonesia agar dapat mempengaruhi seseorang dan menimbulkan suatu niatan untuk mengubah perilakunya.

Referensi

Dokumen terkait

290 Tahun 2008 (3) tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran pada Pasal 3 ayat 3 bahwa persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibuat dalam bentuk

Dari hasil observasi yang telah dilakukan, setiap karyawan memiliki motivasi masing-masing antara yang satu dengan yang lain tidak sama dan yang membedakan adalah semangat

Kemudian untuk data berdistribusi Chikuadrat dengan mean 1 untuk ukuran sampel 10000 pada Tabel 8 terdapat 2.15% titik sampel yang diluar kontrol sedangkan pada Tabel 5

Masalah strategis dari reformasi pembiayaan kesehatan terutama meliputi: (a) Belum seluruh masyarakat terlindungi secara optimal terhadap beban pembiayaan kesehatan;

Penelitian mengenai kajian sekuestrasi karbon pada berbagai tipe penggunaan lahan yang mencakup aspek lingkungan, tanaman dan tanah dalam satu kerangka penelitian yang terintegrasi

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai Respons Dokter pada Implementasi Program

Pada hubungan kemitraan usaha pada peternak ayam pedaging (broiler) dalam hubungan hukum antara inti dan plasma di Kabupaten Kudus, bagi pihak inti tidak terdapat

Pada Foto hasil Elektroforesis polyacrilamide terlihat bahwa jarak antara Band – Band DNA sangat dekat.Hal tersebut dapat disebabkan karena waktu yang digunakan untuk