• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SD INPRES PELAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SD INPRES PELAWA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

PADA SD INPRES PELAWA

Oleh:

Putriyani Abidin, Arif Firmansyah, Zulnuraini

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres pelawa pada mata pelajaran IPS. Tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Pelawa pada mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kontekstual. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tahapan dalam penelitian ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi hasil belajar siswa, hasil observasi aktivitas guru dan siswa yang diambil dari lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada tindakan siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 46,6%, namun hasil belajar tersebut belum mencapai indikator capaian yakni 80%, maka dilanjutkan pada siklus II. Pada tindakan pelaksanaan siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 93,3%, terdapat 14 siswa yang tuntas dari 15 siswa yang mengikuti tes dan terjadi peningkatan sebesar 46,7% dari hasil pelaksanaan siklus I. Aktivitas guru, meningkat dari 71,43% pada siklus I menjadi 94,28% pada siklus II. Aktivitas belajar siswa meningkat dari 73,33% pada siklus I menjadi 96,67% pada siklus II. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS di kelas IV SD Inpres Pelawa, serta meningkatkan aktivitas yang lebih baik pada siswa.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran IPS, Kontekstual

Pendahuluan

Keberhasilan proses pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Baik itu secara teknis maupun non teknis. Tidak hanya guru dan siswa yang berperan dalam keberhasilan pendidikan akan tetapi lebih dari itu juga, harus ditunjang aspek lain. Salah satu aspek yang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan pendidikan adalah strategi pembelajaran. Ketepatan dalam memilih strategi pembelajaran merupakan kesesuaian antara karateristik materi dan

karateristik siswa, baik secara psikologis maupun jasmani. Untuk itu, diperlukan kejelian dan keterampilan seorang guru dalam mendiagnosa dan menentukan strategi pembelajaran yang diterapkan. Karena kesalahan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang mengakibatkan pada tidak maksimalnya pencapaian hasil dan tujuan pembelajaran.

Seorang guru perlu mengetahui sekaligus menguasai berbagai strategi pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Mengingat posisi guru sebagai fasilitator dan pembimbing,

(2)

maka sesungguhnya guru memiliki tugas yang lebih berat tidak hanya memegang fungsi transfer pengetahuan akan tetapi lebih dari itu guru harus lebih mampu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan dirinya disertai dengan bimbingan yang intensif. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD, guru seringkali menemukan siswa yang kurang memahami konsep-konsep IPS secara mendalam. Padahal pemahaman konsep-konsep sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam penginterasian bermasyarakat IPS di dalam kehidupan nyata di masyarakat. Untuk meningkatkatkan hasil belajar siswa, guru berupaya menggunakan beberapa cara. Salah satu cara yang digunakan yaitu mengunakan media pembelajaran yang tepat dan relevan dengan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada suatu materi pelajaran.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD, guru sering kali menemukan siswa yang kurang memahami konsep-konsep IPS secara mendalam. Pemahaman konsep-konsep sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pengintegrasian IPS di masyarakat. Meningkatkan hasil belajar siswa, guru berupaya menggunakan beberapa cara. Salah satu cara yang dilakukan yaitu menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dan relevan dengan materi pembelajaran yang diberikan guru. Hal ini dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada suatu materi pelajaran.

Kondisi yang dihadapi siswa kelas IV SD Inpres Pelawa adalah hasil belajar IPS yang cenderung rendah. Hasil ulangan harian semester genap di kelas IV nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran IPS adalah 60 (Sumber: data arsip guru dan kepala sekolah ulangan semester ganji tahun pelajaran 2013/2014), belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65 mata pelajaran IPS yang telah ditentukan.

Rendahnya nilai rata-rata ulangan harian semester ganjil mata pelajaran IPS siswa kelas IV karena kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran IPS. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan strategi pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah pada setiap pembelajaran yang dilakukan. Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap strategi pembelajaran yang ada, padahal penguasaan berbagai strategi pembelajaran diperlukan untuk meningkatkan kemampuan professional, sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa.

Kondisi seperti ini tentu saja cukup menyulitkan guru untuk menciptakan suasan dan kondisi pembelajaran yang efektif, yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas pendidikan secara menyeluruh. Metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar IPS. Metode pembelajaran yang bervariasi adalah pemanfaatan berbagai metode pembelajaran dalam proses pembelajaran. Salah satunya, yakni penerapan pembelajaran kontekstual.

Blanchard dalam Nurhadi (2004:30) mengemukakan pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau CTL

(Contekstual Teaching and Learning)

merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotifasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu perpaduan dari banyak praktik pengajaran yang baik, dan beberapa pendekatan reformasi pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan fungsionalisasi

(3)

pendidikan untuk semua siswa. Pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan para siswa mampu menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah, agar dapat memcahkan maslah dunia nyata atau masalah-maslah yang disikulasikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukan kondisi alamiah dari pengetahuan. Pembelajaran kontekstual dalam dalam suatu pendidikan merupakan suatu pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kegidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. Dari pengertian tersebut maka perlu dipahami tiga hal dari pembelajaran kontekstual, yakni pertama, pembelajaran kontekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar pada pembelajaran kontekstual tidak mengharapkan agar siswa tidak hanya menerima pelajaran, akan tetapi melakukan proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang akan dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menerapkan hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sangat penting, sebab dengan dapat mengrelasikan materi yang ditemukan, materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang

dipelajari akan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya pembelajaran kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajari, akan tetapi begaimana materi pelajaran dapat mewarnai kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV melalui Pembelajaran Kontekstual pada SD Inpres Pelawa “.

Metode Penelitian

Penelitian yang memberikan berbagai temuan dan hasil penelitiannya yang dapat dijadikan sebagai referensi acuan dalam melakukan berbagai penelitian yang berhubungan dengan penerapan metode kontekstual dalam pembelajaran. Penelitian-penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Alfiana (2010:48) dengan judul

“Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Kegiatan ekonomi dalam Memanfaatkan Sumber daya Alam melalui Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas IV SDN Mangkli 01 Jember”. Hasil penelitian menunjukan bahwa indikator kinerja telah tercapai pada siklus II. Pada siklus I ketuntasan belajar klasikal mencapai 55,8%. Pada siklus II terjadi peningkatan yakni ketuntasan belajar klasikal mencapai 94,1%.

2. Anggaini (2010:40) dengan judul “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Model Kontekstual dalam Pokok Bahasan Dokumen Pribadi dan Keluarga Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas II SDN Sentul 01 Lumajang Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian pada siklus

(4)

I maupun siklus II diperoleh bahwa kualitas belajar IPS, mengalami peningkatan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Pada siklus I ketuntasan belajar klasikal 73,8% dan meningkat pada siklus II ketuntasan belajar klasikal mencapai 84,4%.

Desain penelitian mengacu pada desain penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (Arikunto.S, 2002:84) yaitu meliputi 4 tahap: (i) perencanaan (ii) pelaksanaan tindakan (iii) observasi, dan (iv) refleksi. Alur pelaksanaan tindakan yaitu; (1) perencanaan, (2) rencana siklus I, (3) pelaksanaan siklus I, (4) observasi siklus I, (5) refleksai siklus I, (6) rencana siklus II, (7) pelaksanaan siklus II, (8) observasi siklus II, (9) refleksi.

Setting penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Inpres Pelawa dengan jumlah siswa 15 orang. Keseluruhan siswa dijadikan sebagai sasaran atau target penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan kelas dilaksanakan secara bersiklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai kompetensi yang dicapai. Jenis data dalam penelitian yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi penilaian aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan kepada siswa. Kedua jenis data tersebut diperoleh melalui pengamatan observer dan hasil evaluasi belajar siswa. Teknik analisis data dalam penelitian, yaitu: teknik analisis data kuantitatif, dan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisa data kuantitatif digunakan untuk menghitung data pengukuran ketercapaian hasil evaluasi belajar siswa, sedangkan teknik analisa data kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil penilaian aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Hasil Penelitian

Hasil analisis penelitian pada setiap siklus diperjelas pada penerapan metode kontekstual dalam pembelajaran diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu analisis hasil pengamatan aktivitas guru, analisis hasil pengamatan aktivitas siswa, dan analisis hasil belajar siswa. Penerapan metode kontekstual dalam pembelajaran IPS sangat efektif untuk meningkatkan ketuntasan belajar klasikal, aktivitas belajar siswa, dan aktivitas mengajar guru. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan ketuntasan belajar klasikal sebesar 46,7%, aktivitas mengajar guru sebesar 22,8% dan aktivitas belajar siswa sebesar 23,3%. Hasil penilaian tersebut sesuai dengan hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II. Siklus I, berdasarkan 14 aspek penilaian aktivitas mengajar guru yang diamati diperoleh nilai persentase 71,4% dengan kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu cukup. Siklus II, nilai persentase observasi aktivitas mengajar guru menjadi 94,2% dengan kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu sangat baik.

Hasil penilaian aktivitas belajar siswa siklus I, berdasarkan 6 aspek penilaian diperoleh persentase sebesar 73,3% dengan kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu cukup. Siklus II, hasil penilaian aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 96,6%. Ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus I sebesar 46,6%, terdapat 7 orang siswa yang dinyatakan tuntas dan 8 orang siswa dinyatakan belum tuntas. Siklus II, ketuntasan belajar klasikal siswa mengalami peningkatan, siswa yang tuntas berjumlah 14 orang dan yang belum tuntas berjumlah 1 orang, persentase ketuntasan klasikal 93,3%. Peningkatan persentase aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa, dan ketuntasan belajar klasikal terjadi karena kelemahan-kelamahan yang terdapat pada siklus I dapat diperbaiki.

(5)

Pembahasan

Dari hasil analisis tes akhir tindakan siklus I, diperoleh 7 orang siswa yang tuntas dari 15 orang jumlah siswa, dengan presentase ketuntasan belajar klasikal 46,6%. Hasil tersebut bila dibandingkan nilai rata-rata sebelum tindakan yaitu sebesar 33,3%, terdapat peningkatan setelah menerapkan metode kontekstual dalam pembelajaran, karena ketuntasan klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 85% sehingga peneliti perlu melanjutkan ke siklus II. Pada siklus II hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan dari hasil pada siklus I. Dari analisis hasil belajar siswa pada siklus II, diketahui bahwa dari 15 orang jumlah siswa terdapat 14 orang siswa yang tuntas secara individu, dan 1 orang siswa yang belum tuntas. Siswa yang belum tuntas tersebut akan mendapatkan bimbingan khusus untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan hasil belajarnya. Dari analisis hasil belajar pada siklus II tersebut menunjukan pencapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar dan sudah memenuhi indikator kinerja yang ditentukan.

Penggunaan metode kontekstual yang diterapkan dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS di Kelas IV SD Inpres Pelawa. Siswa mendapatkan peluang besar untuk mengasah pengetahuan yang dimiliknya dan membantu siswa dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya, baik dari segi akademi maupun dari segi keterampilan. Hal ini membuktikan bahwa melalui penerapan metode kontekstual dalam pembelajaran, maka masalah dan kesulitan siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya dapat diatasi. Penggunaan metode pembelajaran merupakan bagian dasar proses interaksi dengan mangamati berbagai objek yang

menjadi materi pembelajaran, karena pada dasarnya pembelajaran merupakan proses interaksi untuk memperoleh pengetahuan.

Hal ini berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari hasil analisis aktivitas guru dan siswa yang diperoleh, menunjukan bahwa penelitian tindakan kelas ini, semua kriteria aktivitas guru dan siswa serta analisi tes hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan pada indikator kinerja. Siswa merasa senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, memudahkan siswa memahami pelajaran yang dipelajari, serta meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukan kondisi alamiah dari pengetahuan. Pembelajaran kontekstual dalam dalam suatu pendidikan merupakan suatu pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kegidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. Dari pengertian tersebut maka perlu dipahami tiga hal dari pembelajaran kontekstual, yakni pertama, pembelajaran kontekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.

Proses belajar pada pembelajaran kontekstual tidak mengharapkan agar siswa tidak hanya menerima pelajaran, akan tetapi melakukan proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang akan dipelajari dengan situasi kehidupan nyata,

(6)

artinya siswa dituntut untuk dapat menerapkan hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sangat penting, sebab dengan dapat mengrelasikan materi yang ditemukan, materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajari akan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya pembelajaran kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajari, akan tetapi begaimana materi pelajaran dapat mewarnai kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian tersebut, membuktikan bahwa penerapan metode kontekstual dapat menigkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:

1. Penerapan metode kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS di kelas IV SD Inpres Pelawa, serta meningkatkan aktivitas yang lebih baik pada siswa.

2. Melalui penerapan metode kontekstual, hasil belajar siswa dari 60 (nilai rata-rata hasil belajar siswa pratindakan) menjadi 62 pada siklus I dan mencapai 70 pada siklus II. Begitupun dengan ketuntasan belajar klasikal meningkat dari ketuntasan 46,6% pada siklus I menjadi 93,3% pada siklus II.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat diberikan yaitu dalam pembelajaran IPS di SD, siswa diharapkan lebih aktif utamanya memahami konsep yang dipelajari. Guru hendaknya lebih aktif memberi dan menemukan ide-ide baru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat, sehingga siswa mudah memahami konsep yang dipelajari

DAFTAR PUSTAKA

Alfiana. (2010). Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Pokok

Bahasan Kegiatan ekonomi dalam

Memanfaatkan Sumber daya Alam melalui Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas IV SDN Mangkli 01 Jember. Skripsi Sarjana pada Program Studi PGSD Universitas Jembr. Jember: tidak diterbitkan

Anggaini. (2010). Meningkatkan Aktivitas

dan Hasil Belajar Siswa melalui

Penerapan Model Kontekstual dalam Pokok Bahasan Dokumen Pribadi dan Keluarga Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas II SDN Sentul 01 Lumajang Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Sarjana pada Program Studi PGSD Universitas Jembr. Jember: tidak diterbitkan

Arikunto, S. (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Cipta.

Nurhadi. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.Rosdakarya

Prasetyo, A. (2010). Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Ratumanan, T.G. (2012). Belajar dan

Pembelajaran. Surabaya: Unesa

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Skill/Sub-skill Procedure Activities

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan Kondisi Fasilitas, Pengaruh Sosial, Kualitas Layanan dan Intensi PenggunaanSecara Kontinyu pada adopsi SIAK, khususnya

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas melakukan pengamatan pelaksanaan tindakan kelas untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa ketika mengikuti pembelajaran

Soewandi (2000: 53)mengutarakan bahwa kalimat-kalimat yang memberi penjelasan lebih lanjut itu disebut sebagai kalimat penjelas, sedangkan ide pokok yang terletak pada

sedangkan perusahaan yang memiliki risiko finansial yang rendah adalah PT. Risiko finansial yang tinggi mengindikasikan bahwa proporsi hutang PT. Barito pada tahun 2012 lebih

Berdasarkan hasil pembuatan alat pengukur kadar garam dalam kuah makanan pada proyek akhir ini, dapat disimpulkan bahwa:?. Perubahan tegangan pada dalam air garam dan air murni

Nije zbog toga neobično da ta proslava svake godine izaziva i negativne reakcije onih koji drugačije gledaju na događaje iz srpnja 1941.. Vrhunac je takva