• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DESA PANUMBANGAN KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DESA PANUMBANGAN KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2011"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DESA

PANUMBANGAN KECAMATAN PANUMBANGAN

KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2011

Oleh : Siti Fatimah, SST

Abstrak

Perbaikan kualitas hidup membuat angka harapan hidup masyarakat Indonesia meningkat, hal ini berarti wanita yang mengalami menopause juga bertambah. Gejala yang menyertai menopause membuat wanita menopause di Desa Panumbangan tidak dapat mempertahankan kualitas hubungan seksual dengan pasangannya.. Karenanya perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual wanita menopause di Desa Panumbangan pada tahun 2011.

Menopause merupakan keadaan wanita yang mengalami penurunan fungsi indung telur, sehingga produksi hormon estrogen berkurang yang berakibat terhentinya haid untuk selamanya. Penurunan produksi estrogen dan progesteron membuat beberapa wanita tidak dapat menikmati hubungan seksual dengan pasangannya.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual wanita menopause. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita menopause yang masih memiliki suami di Desa Panumbangan, penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 112 orang.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor psikologi dan fisik, mempengaruhi terhadap perilaku seksual wanita menopause. Dengan demikian disarankan bagi wanita baik yang menjelang menopause maupun sedang menopause untuk mencari sumber informasi dalam mengatasi masalah masa menopause yang tidak mengurangi kebahagiaannya.

Kata kunci :

Perilaku Seksual, Menopause. I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini makin banyak penduduk dunia yang menikmati usia sampai tua, tetapi usia juga membawa berbagai macam kesulitan. Meskipun sebagian besar masalah ini bukan disebabkan langsung oleh usia yang sudah tua, tetapi perubahan-perubahan yang terjadi di dalam tubuh karena usia tua menyebabkan masalah kesehatan menjadi lebih berat dan sukar untuk disembuhkan. Wanita yang telah tua lebih banyak kemungkinan untuk menghadapi masalah daripada pria tua, salah satunya tanda usia tua adalah bila seorang wanita tidak lagi mengalami datang bulan (Burn et al, 2000).

Sehubungan dengan faktor usia, kapasitas untuk reproduksi yang berlangsung selama menstruasi atau haid pertama itu masih terus berlangsung secara teratur. Bersamaan dengan berhentinya

fungsi ini, akan berakhir pula fungsi pelayanan, pengabdian, dan pengekalan spesies manusia. Sebab dengan berakhirnya haid, proses ovulasi atau pembuahan sel telur juga menjadi terhenti yang mengakibatkan segenap aparat kelenjar mengalami hambatan dan pengurangan aktivitasnya. Ditambah lagi, organ kelamin turut mengalami proses atrofi, yaitu menjadi lisut dan mundur fungsinya. Akhirnya, segenap bagian pada tubuh secara lambat laun menempatkan gejala-gejala ketuaan. Fase demikian ini pada diri wanita disebut sebagai masa menopause (Kartini, 2001).

Menopause merupakan keadaan perempuan yang mengalami penurunan fungsi indung telur, sehingga produksi hormon estrogen berkurang yang berakibat terhentinya haid untuk selamanya (mati haid). Selama masa peralihan dari siklus haid yang rutin setiap bulan ke masa

(2)

menopause terjadi perubahan-perubahan fisik dan juga kejiwaan pada seorang wanita (DEPKES, 2002). Bagaimana wanita bereaksi terhadap menopause sangat mempengaruhi terhadap kehidupan dirinya termasuk kehidupan seksualitasnya. Dengan mengetahui hal-hal tersebut para wanita diharapkan dapat memelihara kesehatan mereka guna mencegah kondisi yang mengganggu kehidupan seksual mereka dan apabila ada masalah dapat segera melakukan upaya penanggulangannya. Jelas dari upaya-upaya yang dilakukan masing-masing individu berbeda-beda sesuai dengan tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan dukungan dari keluarga serta sahabat-sahabat mereka dalam menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan yang dialami para wanita menopause agar dapat menjalani periode menopause dengan tenang dan memuaskan (Sapiie, 2000).

Meskipun bukan suatu penyakit akan tetapi keadaan itu tetap saja dapat membuat gangguan bagi sebagian orang. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari studi pendahuluan didapatkan bahwa jumlah penduduk wanita menopause di Desa Panumbangan yang berusia 45-55 tahun adalah 156 orang. Dari 10 orang wanita menopause, 3 orang menyatakan dengan datangnya menopause tidak begitu mengganggu aktivitas seksualnya sedangkan 7 wanita menopause menyatakan dengan datangnya menopause aktivitas seksualnya menjadi terganggu.

Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual wanita menopause di Desa Panumbangan Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis Tahun 2011.

TINJAUAN PUSTAKA 1. Menopause

a.Definisi

Secara harfiah menopause berasal dari bahasa latin Meno berarti “bulan” dan pausus berarti “berhenti, menghilang” ini berarti

berhentinya menstruasi yang biasa terjadi antara usia 45-55 tahun. Secara statistik, rata-rata usia terjadinya menopause adalah 51 tahun 4 bulan (Ryback, 1998).

Dapat disimpulkan bahwa menopause adalah keadaan wanita yang mengalami penurunan fungsi indung telur, sehingga fungsi hormon estrogen berkurang yang berakibat berhentinya haid untuk selamanya.

b. Penyebab Menopause

Menopause yang merupakan suatu bagian yang alami dari proses penuaan tersebut pada dasarnya terjadi ketika ovarium berhenti menghasilkan hormon yang disebut estrogen. Dengan melihat penyebabnya maka menopause ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1) Menopause faali

Menopause faali yaitu berhentinya haid secara alami yang terjadi karena adanya penurunan fungsi indung telur. Termasuk ke dalam menopause faali ini yaitu menopause dini (premature menopause) yang terlihat jelas pada mereka yang mengalami menopause yang lambat sekali sampai usia 52 tahun, biasanya diakibatkan oleh kecenderungan faktor keluarga atau faktor bangsa.

Ada beberapa hal yang bisa memicu menopause dini terjadi, antara lain penyakit atau mengalami gangguan hormonal sehingga estrogen tidak bisa diproduksi lagi. Ada pula perempuan yang karena penyakit tertentu indung telurnya harus diangkat. Begitu indung telur diangkat, perempuan akan kekurangan estrogen karena yang memproduksi estrogen adalah indung telur. (Kompas, 2008). Menurut Ali Baziad (2005) ada beberapa hal yang

(3)

memicu terjadinya menopause dini adalah:

a)Penyakit seperti tuberkulosis pada ovarium atau kanker ovarium

b)Gaya hidup yang salah dan adanya pergeseran pola makan pada sebagian wanita c)Malas berolahraga, dengan rajin berolahraga diharapkan hormon estrogen dapat tetap lancar diproduksi oleh tubuh. d)Olahraga yang berlebihan.

Dikatakan berlebihan karena olahraga yang dilakukan tidak memperhatikan aturan main yang benar.

2) Menopause buatan

Menopause ini terjadi secara disengaja hal ini bisa karena dilakukannya operasi terhadap indung telur (histerektomi). Kalau pada histerektomi ini hanya satu indung telur saja yang diangkat, maka fungsi indung telur terus berlangsung normal sampai menopause dan tidak ada gejala kecuali berkurangnya masa haid. Tetapi dengan dibuangnya 2 indung telur akan mengakibatkan haid berhenti dan timbulnya gejala-gejala tertentu secara mendadak. Biasanya gejala menopause akibat operasi jauh lebih hebat daripada menopause yang alami. Pembuangan indung telur memang merupakan persoalan yang serius. Biasanya indung telur hanya diangkat kalau ada kecenderungan kanker.

c. Gejala-gejala Menopause

Gejala dan tanda menopause yang dialami seorang wanita sifatnya sangat individual. Bagi wanita yang kuat, mereka tidak akan terlalu merasakan gejala saat memasuki masa

menopause, sebaliknya yang agak ‘perasa’ akan merasakan keluhan hebat baik fisik maupun mental. Beberapa tanda dan gejala tersebut antara lain: 1) Perdarahan. Perdarahan di

sini adalah perdarahan yang keluar dari vagina. Tidak seperti menstruasi yang datangnya teratur, perdarahan yang terjadi pada wanita menopause tidak teratur. Gejala ini terutama muncul pada saat permulaan menopause. Perdarahan akan muncul beberapa kali dalam rentang beberapa bulan untuk kemudian berhenti sama sekali.

2) Rasa panas dan keringat malam. Sampai saat ini belum ditemukan metode untuk memperkirakan pada usia berapa fenomena ini akan muncul dan kapan akan berakhir. Rasa panas ini bahkan sudah terjadi sebelum seorang wanita memasuki masa menopause. Gejala ini akan menghilang dalam 5 tahun pada sekitar 80% wanita, dan sisanya pada 20% wanita gejala tersebut akan menghilang sampai dengan 10 tahun.

3) Gejala pada vagina. Gejala pada vagina muncul akibat dari perubahan yang terjadi pada lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis akibat dari penurunan kadar estrogen. Selain itu muncul pula rasa gatal pada vagina dan yang lebih parah adalah rasa sakit saat berhubungan seksual. Perubahan pada vagina ini juga mengakibatkan wanita menopause rentan terhadap infeksi vagina.

(4)

4) Gejala Perkemihan. Perubahan yang terjadi pada lapisan vagina juga terjadi pada saluran urethra. Urethra adalah saluran yang menyalurkan air seni dari kandung kemih ke luar tubuh. Saluran urethra juga akan mengering, menipis dan berkurang keelastisannya akibat dari penurunan kadar estrogen. Perubahan ini akan menyebabkan wanita menopause rentan terkena infeksi saluran kencing, selalu ingin kencing dan ngompol.

5) Gejala emosional dan kognitif, wanita yang akan memasuki masa menopause sering mengalami gejala emosional dan kognitif yang bervariasi. Gejala ini antara lain, kelelahan mental, masalah daya ingat, lekas marah, dan perubahan mood yang berlangsung cepat. Sangat sulit untuk mengetahui gejala yang manakah yang dipengaruhi oleh perubahan hormon. 6) Perubahan fisik yang lain.

Perubahan fisik lainnya antara lain perubahan distribusi lemak tubuh yang mana pada wanita menopause lemak akan menumpuk pada pinggul dan perut. Perubahan tekstur kulit, kerutan kulit, dan terkadang disertai dengan jerawat.

Menurut Mengel dan Schwiebert (2001) menjelaskan pada kebanyakan wanita pada usia akhir 40-an, terdapat pemanjangan progresif siklus menstruasi dengan darah menstruasi yang lebih sedikit. Masa-masa menstruasi yang teratur, yang disebabkan oleh

anovulasi, juga sering terjadi pada masa perimenopause. 1) Gejala-gejala vasomotor.

Serangan panas (hot flash) dan kemerahan (flush) adalah dua komponen utama simptomatologi vasomotor. a) Serangan panas (hot

flash) adalah rasa hangat yang timbul mendadak dan berlangsung dua sampai tiga menit. Gejala ini dialami oleh 75-80% wanita menopause. Hot flash mulai kira-kira satu menit sebelum terjadi flush dan berlangsung sekitar satu menit setelah flushnya mulai.

b) Kemerahan (flush) berupa kemerahan yang tampak pada dada bagian atas, wajah dan leher dan diikuti oleh keringat banyak di daerah ini. Flush juga berlangsung dua sampai tiga menit dan disertai dengan peninggian suhu rata-rata 25oC. Bila dibiarkan tanpa pengobatan, flush panas ini biasanya paling berat pada tahun pertama atau kedua dan sesudahnya secara berkurang beratnya. Dua puluh lima persen wanita melaporkan lamanya flush lebih dari lima tahun dan kadang kala gejala menetap sampai dekade ketujuh atau kedelapan. c) Gejala-gejala penyerta

yang biasanya dilaporkan terjadi bersama dengan fenomena vasomotor diatas adalah palpitasi jantung, nyeri kepala, rasa berdenyut kepala dan leher dan mual-mual.

(5)

2) Gejala psikologis. Gejala-gejala berikut pernah dilaporkan selama masa perimenopause : kelelahan, insomnia, kecemasan dan depresi.

3) Atrofi saluran kelamin bawah

a) Pruritus vulva sering

terjadi terutama pada wanita berkulit terang. b) Vaginitis dan dispareuni

karena atrofi mukosa

vagina dialami oleh

sekitar 10-20% wanita. Gejala-gejala antara lain kering, rasa terbakar,

leukorea, gatal dan

perdarahan.

c) Atrofi mukosa uretra, yang menyebabkan uretritis jelas, disuria, desakan kencing (urgensi) dan sering kencing. d. Penyakit yang Menyertai

Monopause

1) Osteoporosis yaitu berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat kurangnya hormon estrogen sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. 2) Penyakit jantung koroner :

Berkurangnya hormon estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner pada wanita.

3) Kepikunan (Dimensia tipe alzheimer) : Kekurangan hormon estrogen mempengaruhi susunan syaraf pusat/otak,sehingga menyebabkan kesulitan konsentrasi, kehilangan ingatan pada peristiwa jangka pendek. (RS Semen Gresik:2009)

2. Perilaku seksual a. Definisi

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Menurut Johan (1993). Perilaku seksual adalah manifestasi aktivitas seksual yang mencakup baik hubungan seks (intercourse; coitus; cohabitatio) maupun masturbasi (Darmodjo, 2005).

Puncak perkembangan seksual akan tercapai pada masa pubertas yakni sekitar usia 13-15 tahun. Secara fisik perkembangan seksual pada periode ini telah mencapai puncaknya, tetapi secara mental dan perkembangan seksual akan terus berlanjut mencapai usia 25 tahun bahkan seterusnya lagi. Sesudah melewati masa perkembangan tadi maka pada umumnya kehidupan seks manusia akan menurun. Penurunan ini mulai pada usia sekitar 25-30 tahun.

b. Siklus Respon Seksual

Untuk memahami masalah seksual yang dialami wanita menopause, perlu diketahui siklus respon seksual pada wanita umumnya. Siklus respon seksual lengkap terdiri dari fase-fase berikut:

a) Fase selera (appetitive) yaitu fantasi tentang aktivitas seksual dan keinginan melakukan aktivitas seksual.\

b) Fase gairah (excitement) yaitu adanya perasaan senang seksual secara subyektif disertai perubahan-perubahan fisiologi. Pada wanita perubahan-perubahan utamanya adalah bendungan pembuluh darah

(6)

(vasokongesti) yang menyeluruh di daerah pinggul dengan pelumasan

(lubrikasi) vagina,

pembengkakan vagina luar, penyempitan 1/3 dinding luar vagina, perpanjangan dan pelebaran 2/3 dinding vagina dan pembengkakan buah dada.

c) Fase orgasme merupakan puncak atau klimaks kepuasan seksual, dengan pelepasan ketegangan seksual beserta respon fisik yang menyertainya dan suatu kombinasi faktor fisik dan emosional. Tanda-tanda fisik berupa denyut nadi yang bertambah cepat, nafas tersenggal-senggal, kulit bertambah merah dan terjadi ketegangan otot yang menyeluruh. Secara emosional biasanya orgasme membawa perasaan lega dan puas. d) Fase resolusi ditandai

dengan relaksasi (pengenduran otot). Ketegangan otot menurun dengan cepat.

Pada wanita menopause siklus respons seksual ini masih tetap ada namun timbulnya mungkin lebih lambat dan intensitasnya kurang dibandingkan dengan usia sebelumnya, terutama fase gairah dan orgasme.

e) Seksualitas Selama Menopause

Sejak lahir manusia adalah makhluk seksual. Dengan perbedaan alat kelamin, maka laki-laki dan perempuan di didik sesuai dengan jenis dan secara fisiknya akan berkembang secara terus-menerus.

Puncak perkembangan ini akan tercapai pada masa pubertas yakni sekitar usia 13-15 tahun. Secara fisik perkembangan seksual pada periode ini telah mencapai puncaknya, tetapi secara mental dan perkembangan seksual akan terus berlanjut mencapai usia 25 tahun bahkan seterusnya. Sesudah melewati masa perkembangan tadi pada umumnya kehidupan seks manusia akan menurun. Penurunan ini mulai usia sekitar 25-30 tahun. Tetapi sebagian besar orang mulai merasakan penurunan tersebut pada usia sekitar 40 tahun dan selanjutnya akan menurun terus sesuai dengan perkembangan dan kesehatannya.

Menurut HS Kaplan dalam Sitepu (2008) dari sudut pandang libido wanita menopause seksual bertambah, karena hormon androgen tidak ditentang lagi oleh hormon estrogen yang sudah berkurang atau tidak diproduksi lagi oleh indung telur. Aktivitas seksual wanita menopause sangat bervariasi bergantung pembinaan. Wanita yang memiliki kesempatan berhubungan seksual dengan pasangannya secara teratur menunjukkan stabilitas perilaku seksual pada masa menopause.

Perubahan

kegairahan seksual seorang wanita tidak menentu, tidak ada pola yang konstan. Perubahan hormonal terus berlangsung selama hidup, mulai dari kecil sampai saat

(7)

ia meninggal. Karena itu perubahan hormon tidak mempengaruhi kemampuan seorang wanita untuk menikmati dan menanggapi seks. Tetapi mungkin ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi.

William Master dan Virginia Johnsons dari Amerika mengadakan penelitian terhadap sejumlah wanita yang mengalami menopause. Ternyata sebagian besar wanita menopause mengalami penurunan semua aktivitas seksual. Alasan utama adalah karena muncul perubahan fisik alat-alat genital, penurunan konstraksi otot alat kelamin, dan lain-lain, termasuk rasa sakit saat berhubungan kelamin. Faktor psikis memegang peranan pada perilaku seksual wanita menopause (Sitepu, 2008). II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual wanita menopause, dengan pendekatan one shoot model digunakan untuk satu kali pengumpulan data pada satu saat (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita menopause yang masih memiliki suami di Desa Panumbangan. Jumlah populasi sebesar 156 orang. Sedangkan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik tersebut digunakan dengan mengambil sampel didasarkan pada suatu pertimbangan yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Notoatmodjo, 2002). Adapun besarnya sampel adalah :

n = ) (d N 1 N 2  Dimana : N : Besar Populasi n : Besar Sampel d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan n = ) (d 156 1 156 2  n = 1,39 156 n = 112,23 = 112 (Sumber : Notoatmodjo, 2003) Sampel yang didapatkan oleh peneliti adalah 112 orang sehingga memberikan gambaran yang lebih representatif. Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah :

1. Ibu-ibu menopause yang berusia 45-55 tahun dan berada di Desa Panumbangan Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis.

2. Memiliki suami

3. Bersedia menjadi responden penelitian. III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Analisis Univariat 3.1.1.Faktor Psikologi

Mengenai faktor psikologis, wanita menopause yang masih memiliki suami di Desa Panumbangan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Wanita Menopause dilihat dari Faktor Psikologis Wanita Menopause di Desa Panumbangan

Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis Tahun 2011

(8)

Pada tabel 1 dapat diketahui wanita menopause di Desa Panumbangan mayoritas responden dalam perilaku seksualnya berdasarkan faktor psikologis memiliki kategori sedang yaitu sebanyak 49 orang (43,8%).

3.1.2.Faktor Fisik

Mengenai faktor fisik wanita menopause yang masih memiliki suami dalam perilaku seksualnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Wanita Menopause dilihat dari Faktor Fisik Wanita Menopause

di Desa Panumbangan Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis

Tahun 2011 No. Kategori f % 1 Sangat Baik 0 0 2 Baik 24 21,4 3 Cukup 55 49,1 4 Kurang 33 29,5 5 Sangat Kurang 0 0 Total 112 100 Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar wanita menopause di Desa Panumbangan dalam perilaku seksualnya berdasarkan faktor fisik termasuk kategori cukup yaitu sebanyak 55 orang (49,1%).

3.1.3.Perilaku Seksual

Mengenai perilaku seksual wanita menopause yang masih memiliki suami dalam perilaku seksualnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Wanita Menopause dilihat dari Perilaku Seksual Wanita

Menopause di Desa Panumbangan Kecamatan Panumbangan Kabupaten

Ciamis Tahun 2011 No. Kategori F % 1 Sangat Baik 0 0,0 2 Baik 47 42,0 3 Cukup 57 50,9 4 Kurang 8 7,1 5 Sangat Kurang 0 0,0 Total 45 100 Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar wanita menopause di Desa Panumbangan memiliki perilaku seksual dengan kategori cukup yaitu sebanyak 57 orang (50,9%).

3.2. Analisis Bivariat

3.2.1. Hubungan antara Faktor Psikologi dengan Perilaku Seksual Wanita Menopause

Tabel 4

Hubungan antara Faktor Psikologis dengan Perilaku Seksual Wanita

Menopause di Desa Panumbangan Kecamatan Panumbangan Kabupaten

Ciamis Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4 di atas, diketahui bahwa persentase terbesar wanita menopause berdasarkan faktor psikologis memiliki kategori sedang dalam perilaku seksual dengan kategori cukup yaitu sebanyak 35 orang (71,4%) dan persentase terendah adalah wanita menopause yang memiliki kategori sedang berdasarkan faktor psikologis dan dalam perilaku seksual termasuk kategori kurang yaitu sebanyak 1 orang (2,0%).

Berdasarkan hasil uji statistik

Chi-Square dengan menggunakan program

komputer antara faktor psikologis dengan perilaku seksual wanita menopause di Desa Panumbangan diperoleh ρ value

(0,000) dengan  (0,05) dan harga Chi-Square (44,812) serta harga kritik

(9)

Chi-Square (5,991). Nilai tersebut menunjukkan harga Chi-Square > harga kritik Chi-Square sehingga kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor psikologis dengan perilaku seksual wanita menopause di Desa Panumbangan.

3.2.2. Hubungan antara Faktor Fisik dengan Perilaku Seksual Wanita Menopause

Tabel 5

Hubungan antara Faktor Fisik dengan Perilaku Seksual Wanita Menopause di Desa Panumbangan Kecamatan Panumbangan Kabupaten

Ciamis Tahun 2011

Berdasarkan tabel 5 di atas, diketahui bahwa persentase terbesar wanita menopause berdasarkan faktor fisik memiliki kategori cukup dengan perilaku seksual termasuk kategori cukup yaitu sebanyak 37 orang (67,3%) dan persentase terendah adalah wanita menopause yang memiliki kategori cukup berdasarkan faktor fisik dalam perilaku seksual termasuk kategori kurang yaitu sebanyak 2 orang (3,6%).

Berdasarkan hasil uji statistik

Chi-Square dengan menggunakan program

komputer antara faktor fisik dengan perilaku seksual wanita menopause di Desa Panumbangan diperoleh ρ value

(0,000) dengan  (0,05) dan harga Chi-Square (20,026) serta harga kritik

Chi-Square (5,991). Nilai tersebut

menunjukkan harga Chi-Square > harga kritik Chi-Square sehingga kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor fisik dengan perilaku seksual wanita menopause di Desa Panumbangan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai faktor-fakrtor yang mempengaruhi wanita menopause di Desa Panumbangan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar (43,8%) wanita menopause di Desa Panumbangan memiliki psikologi dalam perilaku seksualnya dengan kategori sedang.

2. Sebagian besar (49,1%) wanita menopause di Desa Panumbangan memiliki fisik dalam perilaku seksualnya dengan kategori cukup.

3. Sebagian besar (50,9%) wanita menopause di Desa Panumbangan dalam perilaku seksualnya termasuk kategori cukup.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor psikologis dengan perilaku seksual wanita menopause di Desa Panumbangan tahun 2011 dengan hasil value= 0,000 dengan

 (0,05) dan harga Chi-Square (44,812) serta harga kritik Chi-Square (5,991).

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor fisik dengan perilaku seksual wanita menopause di Desa Panumbangan tahun 2011 dengan hasil value= 0,000.

dengan  (0,05) dan harga Chi-Square (20,026) serta harga kritik Chi-Square (5,991).

Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Disarankan bagi tenaga kesehatan untuk terus memberikan informasi dan penyuluhan kesehatan reproduksi kepada masyarakat baik bagi para wanita yang menjelang menopause ataupun sedang

(10)

menopause demi meningkatkan kebahagian dan kesejahteraan masyarakat

2. Bagi Wanita Menopause

Disarankan bagi wanita baik yang menjelang menopause maupun sedang menopause untuk terus mencari sumber informasi dengan cara membaca buku, bertanya kepada tenaga kesehatan atau melalui cara lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku seksual sehingga dapat membatasai masalah dalam masa menopause dan tidak sedang mengurangi kebahagiannya. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto (2002). Manajemen Penelitian. Cetakan ke Tujuh. Rineka Cipta. Jakarta.

Baziad, Ali. 2005. Menopause dan Andopause. EGC Jakarta.

Boritt, Gabor S. 2004. Lincoln and the Economics of the American Dream. University of Illinois Press.

Burn, at all(2002). Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan, Cetakan I. YEM, Yogyakarta.

Cheery, T.S. (2000). Bimbingan Genetika Perawatan Modern untuk Kesehatan Wanita. CV. Pionir Jaya. Bandung. Depkes RI, 2002, Pedoman Pelaksanaan

Kegiatan Komunikasi, Informasi dan

Edukasi (KIE) Kesehatan

Reproduksi Untuk Petugas

Kesehatan di Tingkat Pelayanan Dasar, Tidak diterbitkan, Jakarta. Ichramsyah, A.R (1999). Menopouse dan

Permasalahannya. MKD. Jakarta. Kasdu, D 2002. Kiat Sehat dan Bahagia

Diusia Menopause, Puspa Suara, Jakarta.

Manuaba, I.B.G. (1999). Memahami

Kesehatan Reproduksi. Arcan,

Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Sugiyono. (2002). Statistik Penelitian. Alpa Betha. Bandung.

Riwayat Penulis : I. IDENTITAS

Nama : Siti Fatimah, SST TTL : Ciamis, 29 Juli 1986 Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Dosen Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Galuh Alamat : Dusun Babakan No 204 Rt/Rw 02/05 Panumbangan Ciamis 46263 No.Telp/HP : (0265)455665/081323659991

II. PENDIDIKAN

1. SD lulus tahun 1999 di SD Negeri 1 Panumbangan

2. SLTP lulus tahun 2002 di SLTP Negeri 1 Panumbangan

3. SMA lulus tahun 2005 di SMA Negeri 2 Tasikmalaya

4. D III Kebidanan lulus tahun 2008 di Politekhnik Kesehatan Tasikmalaya 5. D IV Bidan Pendidik lulus tahun 2009

di Politekhnik Kesehatan Tasikmalaya III. PEKERJAAN

1. Tenaga Pengajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Galuh , tahun 2009-sekarang

Referensi

Dokumen terkait

Penegakan definitif meningitis TB dilakukan dengan menggunakan PCR dengan target amplifikasi pada IS 6110 untuk mendeteksi Mycobacterium tuberculosis complex yang dilakukan

Kota Kudus merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang kaya dengan budaya dan peninggalan sejarah baik sejarah islam maupun sejarah industri kretek yang memang tidak

Kedua , kritik gaya bahasa dakwah konsensus rasional Jurgen Habermas, peneliti menemukan bahwa dalam pencapaian klaim kebenaran dan klaim ketepatan, rata-rata ulama

Cara pengayakan dalam metode ini, sampel terlempar ke atas secara vertikal dengan sedikit gerakan melingkar sehingga menyebabkan penyebaran pada sampel dan terjadi

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan maka dapat dianalisis permasalahan yaitu seberapa besar debit banjir rancangan Q 50 dan Q 100 tahun sebagai evaluasi

63/ PRT/ 1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH SEMPADAN DAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI” adalah benar- benar karya saya, dan

Diagram fasa adalah diagram yang menyatakan perubahan fasa dari suatu material  pada suhu tertentu dengan tingkat atom pengotor atau atom campuran yang berbeda, contoh

Pembelajaran yang dilakukan di sekolah masih kurang efektif, dikarnakan kurangnya variasi pembelajaran yang digunakan di SMPN 1 Suralaga hususnya kegiatan