• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. VI.1. Gambaran Keberadaan Faktor-Faktor Prasyarat Penerapan VE di NAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. VI.1. Gambaran Keberadaan Faktor-Faktor Prasyarat Penerapan VE di NAD"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

157

VI.

BAB VI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

VI.1.

Gambaran Keberadaan Faktor-Faktor Prasyarat Penerapan VE di

NAD

Faktor-faktor prasyarat yang menjadi kajian dalam penelitian ini ada 6 faktor.

Keenam faktor tersebut akan dilihat keberadaannya dalam tiga kelompok sampel,

yaitu kelompok sampel

owner

, konsultan dan kontraktor. Perbedaan antara ketiga

kelompok sampel tersebut disebabkan karena perbedaan cara pandang kelompok

sampel terhadap suatu permasalahan meskipun materi yang ditanyakan tetap

sama. Dan ada indikator-indikator tambahan yang spesifik untuk kelompok

sampel tertentu yang tidak diajukan pada kelompok sampel lain.

VI.2.

Pencapaian Faktor Prasyarat Penerapan VE di NAD

Pencapaian faktor prasyarat penerapan VE di NAD dilihat dari seberapa besar

pencapaian faktor prasyarat survey dibanding dengan faktor prasyarat ideal,

(tercapai 100%). Masing-masing faktor prasyarat (variabel penelitian) terdiri dari

indikator-indikator dan masing-masing indikator terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan. Skor variabel diperoleh dari hasil pengolahan data tingkat

kepentingan variabel seperti dijelaskan pada sub-bab V.6.6. poin d, yang

merupakan pertanyaan terakhir dari setiap kuesioner. Skor indikator merupakan

pembagian sama rata seluruh indikator dalam satu variabel dengan total skor

adalah 100% dan skor pertanyaan berdasarkan persentase jumlah jawaban

responden terhadap pertanyaan tersebut. Skor indikator survey diperoleh dengan

mengalikan persentase pertanyaan rata-rata dengan skor indikator. Skor variabel

survey diperoleh dengan mengalikan skor indikator survey dan skor variabel lalu

seluruh skor variabel survey dijumlahkan. Selanjutnya persentase skor variabel

survey didapat dengan membandingkan skor variabel survey tersebut dengan skor

variabel ideal (tercapai 100%). Contoh perhitungan skor pada variabel D (kualitas

dan kapasitas sumber daya manusia di NAD) pada kelompok sampel

owner

dapat

(2)

Tabel VI-1 Contoh perhitungan skor pencapaian variabel survey D34a 11 28% D34b 18 46% D34c 14 36% D34d 27 69% D35a 47 98% D35b 40 83%

Gradasi tenaga kerja pada perusahaan/Instansi

D35c 39 93%

0.222727793 0.333 D35d 34 81%

Skor Indikator Survey Skor Indikator

67%

Skor pertanyaan rata-rata D36a 20 56% D36b 18 50% D36c 21 58% D36d 22 61% D36e 17 47% D36f 15 42% D37a 23 64% D37b 21 66% D37c 18 56% D37d 16 50% 0.205 D38a 26 72% Skor Variabel D38b 21 75% D39a 20 63% D39b 19 68% D39c 17 61% D39d 15 54%

Training dan pelatihan yang pernah diselenggarakan/diikuti

D39e 26 72%

0.198725015 0.333 D39f 19 59%

Skor Indikator Survey Skor Indikator

60%

Skor pertanyaan rata-rata D40 26 81% D41 17 94% D42a 10 83% D42b 8 67% D42c 6 50% D42d 6 50% D42e 10 83% D43a 23 72% D43b 16 57% D43c 14 50% Kualitas dan Kapasitas Sumber daya manusia di NAD akses terhadap perkembangan teknologi dan metoda baru dalam konstruksi

D43d 14 50%

0.222373787 D43e 15 63%

D

0.131984452

Skor Variabel Survey Skor Indikator Survey

0.333

Skor Indikator

67% Skor pertanyaan

rata-rata

Persentase skor variabel survey = (0,1319/0,205) X 100 = 64,3%

Perhitungan skor variabel survey selengkapnya untuk seluruh kelompok sampel

diperlihatkan pada lampiran.

(3)

Selanjutnya persentase skor pencapaian faktor-faktor prasyarat berdasarkan hasil

survey dijelaskan sebagai berikut:

VI.2.1.

Pencapaian Faktor Prasyarat Penerapan Value Engineering

Per-kelompok Sampel

Persentase rata-rata skor pencapaian faktor-faktor prasyarat penerapan

Value

Engineering

pada pembangunan infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam tiap

kelompok sampel adalah sebagai berikut:

a.

Owner

: 65,23%

b.

Konsultan : 69,31%

c.

Kontraktor : 66,2%

Skor pencapaian variabel survey dari kelompok sampel

owner

tampak pada tabel

di bawah ini:

Tabel VI-2 Skor Pencapaian variabel survey kelompok sampel owner

ID Variabel % Pencapaian

A

Komitmen Masyarakat Jasa Konstruksi Dalam Mendukung Upaya Peningkatan Value Pada Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam

77.25%

B

Pandangan Masyarakat Jasa Konstruksi Terhadap Pentingnya Peningkatan Value Dalam Proses Project delivery

58.74%

C Dukungan Dan Partisipasi Manajemen Dalam Upaya Peningkatan Value Pada Proyek Infrastruktur Di

Nanggroe Aceh Darussalam 59.25%

D Kualitas Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Di

Nanggroe Aceh Darussalam 64.24%

E Ketersediaan Proyek Infrastruktur Yang Krusial Bagi Analisis Peningkatan Value 63.54% F Kesiapan Pihak Terkait Dalam Melaksanakan Regulasi Terkait Dengan Upaya Peningkatan

Value 68.33%

Pencapaian Rata-Rata 65.23%

Dari kelompok sampel

owner

tampak pencapaian variabel A paling tingggi

diantara variabel lainnya. Pencapaian variabel ini menunjukkan komitmen

owner

untuk mendukung upaya peningkatan

value

pada pembangunan infrastruktur di

(4)

a.

Value improvement

telah dijadikan sebagai salah satu dasar pertimbangan

dalam pengambilan keputusan terkait dengan pembangunan infrstruktur baik

secara sengaja maupun tidak;

b.

Efisiensi telah turut dipertimbangkan dalam pelaksanaan proyek;

c.

Kecenderungan pada investasi jangka panjang telah dirasa penting;

d.

Telah memandang pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan

infrastruktur sebagai mitra kerja yang sejajar;

e.

Keterbukaan menerima partisipasi masyarakat pengguna dalam tahap

perencanaan proyek infrastruktur telah cukup baik.

Skor pencapaian variabel survey dari kelompok sampel konsultan tampak pada

tabel di bawah ini:

Tabel VI-3 Skor Pencapaian variabel survey kelompok sampel konsultan

ID Variabel % Pencapaian

A

Komitmen Masyarakat Jasa Konstruksi Dalam Mendukung Upaya Peningkatan Value Pada Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam

76.46%

B Pandangan Masyarakat Jasa Konstruksi Terhadap Pentingnya Peningkatan Value Dalam Proses Project delivery

62.62%

C Dukungan Dan Partisipasi Manajemen Dalam Upaya Peningkatan Value Pada Proyek Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam

71.75%

D Kualitas Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Di Nanggroe Aceh Darussalam 61.98% E Ketersediaan Proyek Infrastruktur Yang Krusial Bagi Analisis Peningkatan

Value 71.13%

F Kesiapan Pihak Terkait Dalam Melaksanakan Regulasi Terkait Dengan Upaya Peningkatan

Value 71.93%

Pencapaian Rata-Rata 69.31%

Seperti halnya pada kelompok sampel

owner

, pada kelompok sampel konsultan

desain persentase pencapaian variabel A juga paling tinggi diantara variabel

lainnya. Namun dibandingkan

owner

, pencapaian konsultan pada variabel C, E

dan F juga lebih tinggi.

Skor pencapaian variabel survey dari kelompok sampel kontraktor tampak pada

tabel di bawah ini:

(5)

Tabel VI-4 Skor Pencapaian variabel survey kelompok kontraktor

ID Variabel % Pencapaian

A

Komitmen Masyarakat Jasa Konstruksi Dalam Mendukung Upaya Peningkatan Value Pada Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam

74.31%

B

Pandangan Masyarakat Jasa Konstruksi Terhadap Pentingnya Peningkatan Value Dalam Proses Project delivery

63.97%

C Dukungan Dan Partisipasi Manajemen Dalam Upaya Peningkatan Value Pada Proyek Infrastruktur Di

Nanggroe Aceh Darussalam 67.64%

D Kualitas Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Di Nanggroe Aceh Darussalam 53.20% E Ketersediaan Proyek Infrastruktur Yang Krusial Bagi

Analisis Peningkatan Value 70.97% F Kesiapan Pihak Terkait Dalam Melaksanakan Regulasi Terkait Dengan Upaya Peningkatan

Value 67.21%

Pencapaian Rata-rata 66.22%

Pencapaian keseluruhan variabel untuk ketiga kelompok sampel rata-rata, diurut

dari pencapaian paling tinggi sampai pencapaian paling rendah sebagai berikut:

Tabel VI-5 Rangking pencapaian faktor prasyarat berdasarkan kelompok sampel Kelompok Sampel Rangking %

Skor Rata-rata Konsultan Desain I

69,31%

Kontraktor II

66,2%

Owner III

65,23%

Kelompok sampel konsultan desain menduduki urutan paling tinggi dalam hal

pencapaian faktor-faktor prasyarat penerapan VE di NAD diikuti oleh kontraktor

dan

owner

.

VI.2.2.

Pencapaian Faktor Prasyarat Penerapan Value Engineering

Per-Variabel

Persentase skor pencapaian faktor-faktor prasyarat penerapan

Value Engineering

pada pembangunan infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam tiap variabel

prasyarat adalah sebagai berikut:

(6)

A.

Komitmen Masyarakat Jasa Konstruksi Dalam Mendukung Upaya

Peningkatan

Value

Pada Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh

Darussalam : 76,01%

B.

Mengetahui Pandangan Masyarakat Jasa Konstruksi Terhadap Pentingnya

Peningkatan

Value

Dalam Proses

Project delivery

: 61,78%

C.

Dukungan Dan Partisipasi Manajemen Dalam Upaya Peningkatan

Value

Pada

Proyek Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam : 66,21%

D.

Kualitas Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Di Nanggroe Aceh

Darussalam: 59,81%

E.

Ketersediaan Proyek Infrastruktur Yang Krusial Bagi Analisis Peningkatan

Value

: 68,55%

F.

Kesiapan Pihak Terkait Dalam Melaksanakan Regulasi Terkait Dengan

Upaya Peningkatan

Value

: 69,16

Lebih lengkap hasil pencapaian faktor prasyarat penerapan

Value Engineering

untuk ketiga kelompok sampel ditampilkan pada tabel-tabel dibawah ini:

Tabel VI-6 Rata-rata pencapaian variabel A

% Skor Yang Dicapai

ID Variabel

Owner Konsultan Kontraktor

Rata2 per Variabel

A

Komitmen Masyarakat Jasa

Konstruksi Dalam Mendukung Upaya Peningkatan Value Pada

Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam

77.25 76.46 74.31 76.01

Tampak bahwa pencapaian

owner

pada variabel A ini paling tinggi diantara

seluruh kelompok sampel, diikuti oleh konsultan desain dan kontraktor.

Tabel VI-7 Rata-rata pencapaian variabel B

% Skor Yang Dicapai

ID Variabel

Owner Konsultan Kontraktor

Rata2 per Variabel B

Pandangan Masyarakat Jasa Konstruksi Terhadap Pentingnya Peningkatan Value Dalam Proses Project delivery

58.74 62.62 63.97 61.78

Pada variabel B pencapaian kontraktor paling tinggi diantara seluruh kelompok

sampel, diikuti oleh konsultan desain dan

owner

.

(7)

Tabel VI-8 Rata-rata pencapaian variabel C

% Skor Yang Dicapai

ID Variabel

Owner Konsultan Kontraktor

Rata2 per Variabel

C

Dukungan Dan Partisipasi Manajemen Dalam Upaya Peningkatan Value Pada Proyek Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam

59.25 71.75 67.64 66.21

Pada variabel C pencapaian konsultan desain paling tinggi diantara ketiga

kelompok sampel, diikuti oleh kontraktor dan

owner

.

Tabel VI-9 Rata-rata pencapaian variabel D

% Skor Yang Dicapai

ID Variabel

Owner Konsultan Kontraktor

Rata2 per Variabel D

Kualitas Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Di Nanggroe Aceh

Darussalam 64.24 61.98 53.20 59.81

Pada variabel D pencapaian

owner

paling tinggi diantara ketiga kelompok sampel,

diikuti oleh konsultan desain dan kontraktor.

Tabel VI-10 Rata-rata pencapaian variabel E

% Skor Yang Dicapai

ID Variabel

Owner Konsultan Kontraktor

Rata2 per Variabel E Ketersediaan Proyek Infrastruktur Yang Krusial Bagi Analisis

Peningkatan Value

63.54 71.13 70.97 68.55

Pada variabel E pencapaian konsultan desain paling tinggi diantara ketiga

kelompok sampel, diikuti oleh kontraktor dan

owner

.

Tabel VI-11 Rata-rata pencapaian variabel F

% Skor Yang Dicapai

ID Variabel

Owner Konsultan Kontraktor

Rata2 per Variabel F Kesiapan Pihak Terkait Dalam Melaksanakan Regulasi Terkait

Dengan Upaya Peningkatan Value

68.33 71.93 67.21 69.16

Pada variabel F pencapaian konsultan desain paling tinggi diantara ketiga

kelompok sampel, diikuti oleh

owner

dan kontraktor.

(8)

Pencapaian keseluruhan variabel untuk ketiga kelompok sampel rata-rata, diurut

dari pencapaian paling tinggi sampai pencapaian paling rendah sebagai berikut:

Tabel VI-12 Rangking pencapaian faktor-faktor prasyarat berdasarkan variabel penelitian

ID Variabel Rangking %

Skor Rata-rata A

Komitmen Masyarakat Jasa Konstruksi Dalam Mendukung Upaya Peningkatan Value Pada Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam

I 76.01

F Kesiapan Pihak Terkait Dalam Melaksanakan Regulasi

Terkait Dengan Upaya Peningkatan Value II 69.16 E Ketersediaan Proyek Infrastruktur Yang Krusial Bagi

Analisis Peningkatan Value III 68.55

C

Dukungan Dan Partisipasi Manajemen Dalam Upaya Peningkatan Value Pada Proyek Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam

IV 66.21

B

Pandangan Masyarakat Jasa Konstruksi Terhadap Pentingnya Peningkatan Value Dalam Proses Project delivery

V 61.78

D Kualitas Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Di

Nanggroe Aceh Darussalam VI 59.81

Rekapitulasi pencapaian faktor-faktor prasyarat penerapan VE pada pembangunan

infrastruktur di NAD untuk seluruh kelompok sampel tampak pada tabel berikut:

Tabel VI-13 Rekapitulasi persentase pencapaian skor variabel survey

% Skor Yang Dicapai

ID Variabel

Owner Konsultan Kontraktor

Rata2 per Variabel A

Komitmen Masyarakat Jasa Konstruksi Dalam Mendukung Upaya Peningkatan

Value Pada Pembangunan Infrastruktur

Di Nanggroe Aceh Darussalam

77.25 76.46 74.31 76.01

B

Pandangan Masyarakat Jasa Konstruksi Terhadap Pentingnya Peningkatan

Value Dalam Proses Project delivery

58.74 62.62 63.97 61.78

C

Dukungan Dan Partisipasi Manajemen Dalam Upaya Peningkatan Value Pada

Proyek Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam

59.25 71.75 67.64 66.21

D Kualitas Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Di Nanggroe Aceh Darussalam 64.24 61.98 53.20 59.81

E

Ketersediaan Proyek Infrastruktur Yang Krusial Bagi Analisis Peningkatan

Value

63.54 71.13 70.97 68.55

F

Kesiapan Pihak Terkait Dalam Melaksanakan Regulasi Terkait Dengan Upaya Peningkatan Value

68.33 71.93 67.21 69.16

(9)

Keberadaan faktor-faktor prasyarat penerapan VE pada pembangunan

infrastruktur di NAD digambarkan sebagai berikut:

VI.3.

Penilaian Kesiapan Berdasarkan Hasil Survey dan Pengolahan Data

Kesiapan yang dinilai berdasarkan hasil survey dan pengolahan data, diasumsikan

bila melebihi ambang batas 50%. Ambang batas ini mendeterminasi kesiapan

dalam dua kelompok, yaitu siap bila pencapaian skor > 50% dan tidak siap jika

pencapaian skor

50%. Pencapaian seluruh faktor prasyarat pada seluruh

kelompok sampel telah menunjukkan kesiapan masyarakat jasa konstruksi dalam

menerapkan

value engineering

. Gambar di bawah ini menunjukkan posisi

pencapaian faktor-faktor prasyarat pada seluruh kelompok sampel dibandingkan

dengan pencapaian ideal (diasumsikan bila tercapai 100%) dan ambang batas

kesiapan (pencapaian 50%), sebagai berikut:

Gambar VI-1 Gambaran keberadaan faktor-faktor prasyarat penerapan VE di NAD

Dimana:

A. Komitmen Masyarakat Jasa Konstruksi Dalam Mendukung Upaya Peningkatan Value Pada Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam

B. Pandangan Masyarakat Jasa Konstruksi Terhadap Pentingnya Peningkatan Value Dalam Proses Project delivery

C. Dukungan Dan Partisipasi Manajemen Dalam Upaya Peningkatan Value Pada Proyek Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam

D. Kualitas Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Di Nanggroe Aceh Darussalam E. Ketersediaan Proyek Infrastruktur Yang Krusial Bagi Analisis Peningkatan Value

F. Kesiapan Pihak Terkait Dalam Dalam Melaksanakan Regulasi Terkait Dengan Upaya Peningkatan Value Pencapaian variabel prasyarat 100% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 100% 75% 76,5%A B 62,6% C 71,8% D 61,9% E 71,1% 71,9% F Pencapaian variabel prasyarat penelitian Pencapaian variabel prasyarat 100% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 100% 75% 74,3% A B 63,9% C 67,6% D 53,2 E 70,9% 67,2% F Pencapaian variabel prasyarat penelitian 50% 50% 50% 50% 50% 50% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 100% 75% 77,3%A B 58,7% C 59,3% D 64,2% E 63,5% 68,3% F Pencapaian variabel prasyarat penelitian Pencapaian variabel prasyarat 100%

Batas Kesiapan Batas Kesiapan Batas Kesiapan

(10)

VI.4.

Penilaian Kesiapan Akumulatif

Mengingat penelitian ini sangat bergantung pada persepsi dan opini responden

terhadap pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner, maka penilaian kesiapan

berdasarkan survey dan pengolahan data di atas tidak dapat digunakan secara

mutlak untuk menegaskan kesiapan penerapan VE di NAD. Diperlukan

pertimbangan-pertimbangan tambahan guna lebih meningkatkan akurasi penilaian

kesiapan masyarakat jasa konstruksi di NAD dalam menerapkan VE. Untuk itu

kesiapan berdasarkan survey dan pengolahan data tersebut perlu dikolaborasi

dengan fakta-fakta dan pertimbangan lain yang didapat dilapangan berdasarkan

kondisi aktual. Fakta-fakta tersebut dapat memperkuat penilaian kesiapan

berdasarkan hasil survey dan pengolahan data, atau memperlemah penilaian

kesiapan berdasarkan hasil survey dan pengolahan data.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah:

Tabel VI-14 Pertimbangan tambahan penilaian kesiapan penerapan VE

No Pertimbangan Lain

Pengaruh terhadap kesiapan opini

1

Keberadaan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia di NAD disatu sisi menduduki rangking paling rendah berdasarkan perhitungan skor variabel pada tabel VI-13. Sementara disisi lain faktor ini merupakan faktor paling berpengaruh untuk mensukseskan penerapan VE di NAD (berdasarkan jawaban responden pada tabel V-7

Memperlemah

2

Belum tersedianya prasarana yang memadai untuk dapat menerapkan VE di Indonesia umumnya dan NAD khususnya, seperti belum adanya regulasi yang mengatur tentang penerapan VE dan belum adanya konsultan VE yang berkompeten.

Memperlemah

3

Pembangunan infrastruktur dalam skala besar sampai tahun 2009 di NAD, menyediakan banyak proyek yang layak dan krusial bagi

penerapan VE Memperkuat

4 Banyaknya bermunculan penyedia jasa baru, dari latar belakang yang kurang memahami pelaksanaan konstruksi (mantan anggota GAM) Memperlemah

5 Telah dikeluarkannya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bagi tenaga ahli value engineering oleh Departemen

Pekerjaan umum pada bulan Mei tahun 2007 Memperkuat

Mengingat pertimbangan-pertimbangan di atas sifatnya kualitatif sementara hasil

penilaian berdasarkan survey dan pengolahan data telah ditransformasi dalam

perhitungan skor yang bersifat kuantitatif, maka pertimbangan ini hanya dijadikan

pertimbangan tambahan untuk mendapatkan kesimpulan tingkat kesiapan yang

lebih lengkap.

(11)

VI.5.

Faktor-Faktor Prasyarat Kritis

Faktor-faktor kritis dan faktor-faktor sangat kritis adalah faktor-faktor yang perlu

mendapat perhatian untuk dianalisis lebih lanjut. Dalam penelitian ini tingkat

kekritisan suatu faktor ditinjau dari hal-hal berikut:

1.

Faktor dikatakan kritis apabila memenuhi syarat berikut:

Faktor akan dikategorikan kritis apabila faktor-faktor tersebut memberi

konstribusi positif terhadap VE namun memiliki persentase skor pertanyaan yang

rendah ( <63%). Atau dapat juga faktor tersebut memberi konstribusi negatif

terhadap VE namun persentase skor pertanyaannya tinggi (

63%), seperti

diilustrasikan pada tabel berikut:

Tabel VI-15 Syarat-syarat kritis

Kontribusi terhadap VE

Skor Pertanyaan Positif Negatif

Rendah (< 63%) Kritis Non-kritis

Tinggi ( ≥ 63%) Non-kritis Kritis

2.

Faktor dikatakan sangat kritis apabila memenuhi persyaratan poin 1 di

atas dan frekuensi kemunculan pada kelompok sampel tinggi.

Frekuensi kemunculan dikatakan tinggi apabila satu faktor menjadi permasalahan

yang muncul secara bersamaan pada ketiga kelompok sampel penelitian, baik

kelompok

owner

, konsultan maupun kontraktor.

Gambaran keberadaan faktor kritis variabel A pada penelitian ini tampak pada

tabel di bawah ini:

(12)

Tabel VI-16 Faktor-faktor prasyarat kritis variabel A

Terjadi pada kelompok sampel Variabel Permasalahan Yang

Terjadi

Owner Konsul-tan

Kontra ktor

Kaitan Dengan Penerapan VE Kategori

A1

Proses analisis value improvement lebih sering hanya berdasarkan petunjuk pimpinan semata dan bukan hasil dari pelaksanaan workshop yang menyeluruh dengan melibatkan stakeholder Kecenderungan lebih berpedoman pada petunjuk pimpinan dalam

malaksanakan kajian VE ini menunjukkan sikap yang kurang memberi tekanan pada proses kreativitas dan inventarisasi informasi yang lengkap bagi pelaksanaan VE. informasi tersebut semestinya digali secara menyeluruh melalui pelibatan stakeholder pada saat perencanaan. kritis

A2

Praktek KKN masih berlangsung khususnya dalam proses pengadaan penyedia jasa

KKN memangkas anggaran biaya proyek untuk alokasi yang tidak terkait langsung dengan konstruksi. KKN juga mengurangi keinginan untuk melakukan analisis value, karena dengan KKN para pelakunya bisa mendapatkan hasil dengan cara yang mudah tanpa harus mengeluarkan biaya dan waktu untuk pelaksanaan studi. karena itu keberlangsungan KKN kontraproduktif dengan penerapan VE Sangat kritis

A3

Keyakinan bahwa praktik KKN dapat dihilangkan lemah

semakin tinggi keyakinan maka semakin tinggi kesadaran akan buruknya KKN, semakin besar harapan bahwa KKN akan dapat dihilangkan dan semakin besar upaya untuk mewujudkan kondisi yang bersih dari praktik KKN

kritis

A4

Lebih memprioritaskan percepatan waktu penyelesaian proyek daripada kematangan perencanaan. Beberapa perubahan yang muncul kemudian diselesaikan melalui addendum

VE menuntut kematangan perencanaan. Kebiasaan menyelesaikan perubahan-perubahan yang terjadi selama pelaksanaan proyek melalui addendum perlahan-lahan harus diminimalisir.

(13)

Gambaran keberadaan faktor kritis variabel B pada penelitian ini tampak pada

tabel di bawah ini:

Tabel VI-17 Faktor-faktor prasyarat kritis variabel B

Terjadi pada kelompok sampel Variabel Permasalahan Yang Terjadi

Owner Konsul-tan

Kontra ktor

Kaitan Dengan Penerapan VE Kategori

B5

Kurang terbiasa melaksanakan proses project delivery yang berbeda-beda

VE adalah suatu bagian dari proses project delivery yang tidak lazim. Karena itu kurang terbiasanya para pelaksana melaksanakan proses project delivery yang berbeda akan berdampak pada kesuksesan penerapan VE nantinya

Sangat kritis

B6

Kemampuan adaptasi terhadap proses project delivery yang berbeda lemah

Diperlukan kemampuan beradaptasi dengan sistem proses project delivery yang berbeda agar penerapan VE dapat berjalan dengan baik

Sangat kritis

B7

Tingkat interaksi owner dan penyedia jasa dalam hal melakukan

perubahan terhadap perbaikan mutu desain kurang begitu baik

Dalam VE dituntut adanya interaksi yang intens antar para pihak terlibat. Karena itu kurang intensnya interaksi owner-penyedia jasa selama ini memberi pengaruh negatif pada kesuksesan penerapan VE nantinya Sangat kritis

B8

Perubahan-perubahan yang terjadi jarang sekali sesertai dengan amandemen kontrak, pembayaran

penambahan pekerjaan dan penambahan waktu penyelesaian pekerjaan

untuk menjamin kepastian hukum bagi seluruh pihak terlibat maka sangat perlu menyusun kesepakatan dalam perjanjian tertulis (kontrak) kritis

B9

Motivasi utama melakukan perubahan adalah untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan sedang penghematan biaya kurang dipertimbangkan saat melakukan perubahan desain

Motivasi penerapan VE adalah untuk meningkatkan value. Value tidak hanya terbatas untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan saja melainkan juga penghematan biaya dan lain-lain

kritis

B10

Inisiatif konsultan mengusulkan ide-ide yang mampu meningkatkan value pada tahap desain lebih tinggi dibandingkan inisiatif owner

Semua pihak terlibat diharapkan mempunyai inisiatif yang tinggi untuk mewujudkan proyek yang sesuai performa disyaratkan dengan value yang lebih baik.

(14)

Terjadi pada kelompok sampel Variabel Permasalahan Yang Terjadi

Owner Konsul-tan

Kontra ktor

Kaitan Dengan Penerapan VE Kategori

B11

Koordinasi yang terjalin antara owner dan penyedia jasa masih belum cukup baik

Koordinasi yang baik sangat diperlukan untuk menjamin pelaksanaan study VE berjalan on schedule dan mencapai fungsi yang diharapkan

kritis

B12

Tidak ada reward kepada penyedia jasa yang dapat

mengusulkan inovasi-inovasi baru yang dapat mempercepat

pelaksanaan proyek, meningkatkan kualitas atau menghemat biaya

Dalam VE penyedia jasa khususnya tim VE mendapat insentif dari peningkatan value yang dihasilkan. Besar insentif yang diterima sesuai dengan kesepakatan

Sangat kritis

B13

Koordinasi internal masih belum cukup baik

sebelum masing-masing instansi berinteraksi dengan instansi lain, selalu dilakukan studi internal untuk mengkaji batasan-batasan yang harus dipenuhi dari konstruksi yang akan dibangun. Karena itu koordinasi internal yang baik sangat dibutuhkan

kritis

Gambaran keberadaan faktor kritis variabel C pada penelitian ini tampak pada tabel di bawah ini:

Tabel VI-18 Faktor-faktor prasyarat kritis variabel C

Terjadi pada kelompok sampel Variabel Permasalahan Yang

Terjadi Owner Konsul-tan

Kontrak tor

Kaitan Dengan Penerapan VE Kategori

C14

Pelaporan pelaksanaan proyek di masing-masing instansi belum berjalan maksimal

Lemahnya fungsi leadership dan komunikasi di instansi owner dan kontraktor, sehingga belum tercipta iklim kerja yang sehat dalam mewujudkan pencapian proyek sesuai dengan yang diharapkan

kritis

C15

Data-data

pelaksanaan proyek belum tercatat dengan

rapi di instansi

Seringkali pelaksanaan VE dihadapkan pada kendala kurangnya informasi aktual di lapangan dan karena itu data-data proyek terdahulu dijadikan sebagai sumber tambahan sampai informasi

sebenarnya disempurnakan

(15)

Terjadi pada kelompok sampel Variabel Permasalahan Yang

Terjadi Owner Konsul-tan

Kontrak tor

Kaitan Dengan Penerapan VE Kategori

C16

Jarang sekali diadakan rapat rutin untuk membahas dan mengevaluasi hasil-hasil yang dicapai dan merumuskan

kebijakan untuk meningkatkan kinerja instansi di masa yang akan datang

VE adalah proses yang menuntut penyempurnaan dari waktu ke waktu. Karena itu dibutuhkan kebiasaan mengevaluasi hasil kerja masa lalu untuk perbaikan dimasa yang akan datang

kritis

C17

Jikapun rapat diadakan dan dihasilkan suatu kebijakan untuk meningkatkan kinerja instansi maka kebijakan tersebut jarang ditindak lanjuti dengan penyusunan juklak dan juknis yang jelas

Penyusunan juklak dan juknis diperlukan dalam rangka memudahkan pelaksanaan kegiatan pengembangan kinerja dan memberi batasan-batasan yang jelas kepada staf tentang hal-hal yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya

kritis

C18

Meski juklak dan juknis disusun namun dalam pelaksanaannya masih belum berjalan dengan baik

Pengawasan mutlak dibutuhkan untuk memonitor status pelaksanaan kebijakan. Dalam VE pengawasan juga dilakukan.

kritis

C19

Belum adanya integrasi

value improvement

dalam struktur organisasi perusahaan

VE sering juga dilaksanakan secara internal (in house) dengan syarat personil yang terlibat cukup berkompeten menyelenggarakan suatu workshop VE. Karena itu integrasi VE dalam struktur organisasi menunjukkan kesungguhan instansi terhadap value improvement

dan potensi keberhasilan penerapan VE akan semakin besar Sangat kritis

C20

Keterlibatan manajemen puncak masih minim pada rapat-rapat teknis

Dalam VE pihak

manajemen dituntut terlibat secara aktif dalam aktifitas yang bersifat teknis. Sikap yang menganggap rapat teknis tidak penting untuk dihadari harus diminimalisir

kritis

Gambaran keberadaan faktor kritis variabel D pada penelitian ini tampak pada

tabel di bawah ini:

(16)

Tabel VI-19 Faktor-faktor prasyarat kritis variabel D

Terjadi pada kelompok sampel Variabel Permasalahan Yang Terjadi

Owner Konsul-tan

Kontrak tor

Kaitan Dengan Penerapan VE Kategori

D21

Minimnya pelaksanaan pelatihan/training atau mengikutsertakan staf pada training/pelatihan

Training dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman staf pada suatu bidang keahlian tertentu, pengenalan VE dan keahlian yang disyaratkan untuk mengadakan suatu workshop VE dilaksanakan melalui training/pelatihan

Sangat kritis

D22

Keikutsertaan staf pada pelatihan/training masih minim

Dengan mengikuti pelatihan/training pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan staf akan menjadi lebih baik. tingkat keikutsertaan staf pada pelaksanaan

pelatihan/training harus diterus ditingkatkan jika VE ingin diterapkan

kritis

D23

Keikutsertaan manajer puncak dan staf pada pelatihan/training masih minim

Dengan mengikuti pelatihan/training

pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan staf akan menjadi lebih baik . selain itu training juga dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman manajer terhadap VE dan hal-hal yang terkait dengannya

kritis

D24

Keikutsertaan manajemen puncak, manajer menengah dan staf pada

pelatihan/training masih minim

Dengan mengikuti

pelatihan/training pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan staf akan menjadi lebih baik . selain itu training juga dibutuhkan untuk

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman manajer terhadap VE dan hal-hal yang terkait dengannya

kritis

D25

Dukungan dana dan fasilitas pada pelaksanaan training masih minim, demikian juga keterlibatan secara aktif pihak manajer puncak dan mengah pada kegiatan tersebut

Pelaksanaan workshop VE membutuhkan dukungan dana, sarana dan prasarana serta keterlibatan secara aktif pihak manajer

kritis

D26

Pimpinan kurang memberi ide untuk melaksanakan pelatihan/training, kurang ikut serta secara aktif dan kurang menjadi pembicara pada kegiatan tersebut

Pimpinan diharapkan dapat mendorong dan memberi teladan kepada stafnya untuk terlibat pada pelaksanaan training/pelatihan

(17)

Terjadi pada kelompok sampel Variabel Permasalahan Yang Terjadi

Owner Konsul-tan

Kontrak tor

Kaitan Dengan Penerapan VE Kategori

D27

Minat staf terhadap pembaruan inovasi/teknologi terbaru dibidang konstruksi masih minim

salah satu cara

meningkatkan value adalah dengan menerapkan inovasi/teknologi terbaru yang lebih efektif dari segi pencapaian tujuan dan efisien dari segi

pemanfaatan sumber daya

kritis

D28

Dukungan dan dorongan pimpinan terhadap pelaksanaan pembaruan inovasi/teknologi dibidang konstruksi masih minim

Pimpinan diharapkan dapat mendorong dan memberi teladan kepada stafnya untuk terlibat pada pelaksanaan training/pelatihan kritis

D29

Pembaruan hanya dilakukan berdasarkan edaran yang dikirimkan kantor pusat dan menugaskan kepada departemen terkait untuk melakukan up-dating tersebut. sedangkan melalui buletin/jurnal teknologi, studi banding, dan mengundang pakar untuk mempresentasikan inovasi terbaru masih minim

Semakin beragam metoda yang digunakan dalam rangka pembaruan

inovasi/teknologi terbaru di bidang konstruksi maka akan semakin mendalam pengetahuan yang diperoleh

kritis

D30

Pembaruan hanya dilakukan berdasarkan buletin/jurnal teknologi yang disediakan di perusahaan kami, sedang metoda lainnya masih sangat jarang dilaksanakan

Semakin beragam metoda yang digunakan dalam rangka pembaruan

inovasi/teknologi terbaru di bidang konstruksi maka akan semakin mendalam pengetahuan yang diperoleh

kritis

Gambaran keberadaan faktor kritis variabel E pada penelitian ini tampak pada

tabel di bawah ini:

Tabel VI-20 Faktor-faktor prasyarat kritis variabel E Terjadi pada kelompok

sampel

Variabel Permasalahan Yang

Terjadi

Owner Konsul -tan

Kontra ktor

Kaitan Dengan Penerapan VE

Kategor i

E31

Jenis proyek hanya sebatas transportasi, jaringan air dan air limbah, dan bangunan umum

Jenis proyek menentukan proses project delivery dan kompleksitas pertimbangan yang harus dihadapi. VE sangat sesuai dilaksanakan pada proyek dengan kompleksitas tinggi

(18)

Terjadi pada kelompok sampel

Variabel Permasalahan Yang

Terjadi

Owner Konsul -tan

Kontra ktor

Kaitan Dengan Penerapan VE

Kategor i

E32

Jenis proyek hanya sebatas transportasi, dan bangunan umum

Jenis proyek menentukan proses project delivery dan kompleksitas pertimbangan yang harus dihadapi. VE sangat sesuai dilaksanakan pada proyek dengan kompleksitas tinggi kritis E33 Nilai proyek umumnya masih dibawah 3 Milyar

Makin besar nilai proyek, semakin besar potensi penerapan program VE Sangat kritis E34 Tidak pernah melaksanakan pekerjaan kompleks

Semakin kompleks proyek yang dilaksanakan, semakin besar potensi penerapan VE

Sangat kritis

Gambaran keberadaan faktor kritis variabel F pada penelitian ini tampak pada

tabel di bawah ini:

Tabel VI-21 Faktor-faktor prasyarat kritis variabel F Terjadi pada kelompok

sampel Varia bel Permasalahan Yang Terjadi Owner Kons ultan Kontra ktor

Kaitan Dengan Penerapan VE Katego ri F35 Pemahaman PP 28, 29, 30 tahun 2000 masih minim dan penerapannya dalam proses pelaksanaan konstruksi juga masih minim

PP 28, 29, 30 tidak secara eksplisit menjelaskan tentang pelaksanaan VE. Namun PP tersebut adalah regulasi yang menjelaskan tentang

pelaksanaan konstruksi dan pembinaan masyarakat jasa konstruksi di Indonesia. Pemahaman PP dimaksud menunjukkan minat yang tinggi untuk memahami regulasi yang ada terkait dengan pelaksanaan konstruksi

kritis F36 Pengetahuan mengenai wewenang mengeluarkan kebijakan yang mensyaratkan penyedia jasa memberikan usulan-usulan perbaikan value minim

Sejauh ini owner tidak tahu

mengenai wewenagnya menerbitkan regulasi yang mensyaratkan analisis value

kepada penydia jasa. Jika

owner mempunyai wewenang

menyiapkan regulasi secara otonom maka peluang penyiapan regulas terkait VE juga akan lebih besar

(19)

Terjadi pada kelompok sampel Varia bel Permasalahan Yang Terjadi Owner Kons ultan Kontra ktor

Kaitan Dengan Penerapan VE Katego ri F37 Pemerintah daerah tidak mempunyai wewenang untuk menerbitkan peraturan yang terkait dengan jasa konstruksi

VE membutuhkan kepastian hukum bagi para pelaksana. Seringkali potensi daerah melaksanakan VE terkendala oleh tidak tersedianya aturan mengenai VE. Karena itu akan lebih besar potensi penerapan VE jika pemerintah daerah diberi wewenang menerbitkan regulasi terkait dengan pelaksanaan VE

kritis

VI.5.1.

Aspek Kritis Antar Kelompok Sampel

Aspek kritis dan sangat kritis yang telah diinventarisasi dapat dilihat

keberadaannya pada setiap kelompok sampel. Ada aspek kritis yang hanya

terdapat pada masing-masing kelompok sampel, ada yang menjadi aspek kritis

pada dua kelompok sampel, dan ada yang menjadi aspek kritis pada ketiga

kelompok sampel, seperti tampak pada gambar di bawah ini:

Gambar VI-2 Aspek kritis dan sangat kritis antar kelompok sampel di NAD

A2, A4, B5, B6, B7, B12, C19, C21, E33, E34 B11, C15,C 16,C17, D22, D 25, D27, D 28,E31, F 36 OWNER KONSULTAN KONTRAKTOR

D24,

D30

A3, B8,

B10, D23

B9, C18, A1, B13, C14, C20, D29, F35 D26, E32, F37 A2, A4, B5, B6, B7, B12, C19, C21, E33, E34 B11, C15,C 16,C17, D22, D 25, D27, D 28,E31, F 36 OWNER KONSULTAN KONTRAKTOR

D24,

D30

A3, B8,

B10, D23

B9, C18, A1, B13, C14, C20, D29, F35 D26, E32, F37

(20)

Ditinjau dari keberadaan aspek kritis di atas tampaknya kelompok sampel owner

menghimpun paling banyak aspek kritis dibandingkan kelompok sampel lain. Hal

ini memberi tekanan perhatian perbaikan lebih besar pada kelompok sampel

owner dibandingkan kelompok sampel lainnya.

VI.5.2.

Aspek Kritis Berdasarkan Hirarki Pelaksanaan Proyek

Hirarki pelaksanaan proyek dalam kajian ini dibagi menjadi 3 level, yaitu:

1.

Level Proyek: Tingkat proyek sangat berkaitan dengan

breakdown

proses

produksi di proyek konstruksi dengan tujuan pengelolaan sumberdaya,

waktu dan biaya (Halpin, 1992 dikutip dari Roza, 2006);

2.

Level Instansi: Tingkat instansi atau perusahaan, fokus kepada aspek legal

dan struktur bisnis suatu perusahaan, aspek fungsi manajemen, dan

interaksi antara kantor pusat dengan proyek (Halpin, 1992 dikutip dari

Roza, 2006);

3.

Level Industri: Fokus pada interaksi organisasi dalam industri dan

lingkungannya (Abduh et al, 2005 dikutip dari Roza, 2006)

Aspek-aspek kritis yang dikaji dapat dikelompokkan dalam tiga kategori level

hirarki pelaksanaan proyek, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini:

Gambar VI-3 Aspek kritis dan sangat kritis ditinjau dari hirarki pelaksanaan proyek A4, B8, B9 INDUSTRI E34, F35, F36 D24, D25, D26, D27, D28, D30 C19, C20, D21, D22, D23 A1,A3, B5, B6, B13, C14, C15, C16, C17, C18 A2, B7, B10, B11, B12, D29, E31, E32, E33,

F76 PROYEK INSTANSI Berkaitan dengan breakdownproses produksi di proyek konstruksi dengan tujuan pengelolaan

sumberdaya, waktu dan biaya

Fokus pada aspek legal dan struktur bisnis suatu perusahaan, fungsi manajemen, dan interaksi antara kantor pusat dengan proyek

Fokus pada interaksi organisasi dalam industri konstruksi A4, B8, B9 INDUSTRI E34, F35, F36 D24, D25, D26, D27, D28, D30 C19, C20, D21, D22, D23 A1,A3, B5, B6, B13, C14, C15, C16, C17, C18 A2, B7, B10, B11, B12, D29, E31, E32, E33,

F76 PROYEK INSTANSI A4, B8, B9 INDUSTRI E34, F35, F36 D24, D25, D26, D27, D28, D30 C19, C20, D21, D22, D23 A1,A3, B5, B6, B13, C14, C15, C16, C17, C18 A2, B7, B10, B11, B12, D29, E31, E32, E33,

F76 PROYEK INSTANSI Berkaitan dengan breakdownproses produksi di proyek konstruksi dengan tujuan pengelolaan

sumberdaya, waktu dan biaya

Fokus pada aspek legal dan struktur bisnis suatu perusahaan, fungsi manajemen, dan interaksi antara kantor pusat dengan proyek

Fokus pada interaksi organisasi dalam industri konstruksi

(21)

Faktor-faktor kritis tersebut selanjutnya akan menjadi bahan analisis perumusan

rencana tindak (

action plan)

demi perbaikan kondisi pelaksanaan konstruksi di

NAD dikemudian hari. Rencana tindak tersebut disusun dalam bentuk saran

kepada masyarakat jasa konstruksi di NAD dan pihak-pihak terkait lainnya pada

sub bab saran di bagian penutup.

Gambar

Tabel VI-1 Contoh perhitungan skor pencapaian variabel survey     D34a  11  28%     D34b  18  46%     D34c  14  36%  D34d 27  69%     D35a  47  98%     D35b  40  83%
Tabel VI-5 Rangking pencapaian faktor prasyarat berdasarkan kelompok sampel
Tabel VI-6 Rata-rata pencapaian variabel A
Tabel VI-10 Rata-rata pencapaian variabel E
+7

Referensi

Dokumen terkait