• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi dan pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakai. Seperti yang kita tahu bahwa informasi adalah data yang sudah diolah sehingga berguna untuk mengambil keputusan. Informasi yang tepat akan sangat berguna dalam mengambil berbagai keputusan.

Menurut Munawir (2004:2) mengemukakan pengertian laporan keuangan sebagai berikut:

“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan tersebut.”

Selanjutnya menurut Harahap (2002:7) mengemukakan bahwa:

“Laporan keuangan adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya.”

(2)

Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 (IAI:2004:04) mengemukakan bahwa:

“Laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.”

2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 (IAI:2004:04) mengemukakan bahwa:

Tujuan laporan keuangan adalah:

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Laporan keuangan pada hakekatnya bersifat umum dalam arti laporan tersebut ditujukan untuk berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Melalui analisa laporan keuangan akan dapat dilihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, struktur modal perusahaan, distribusi dari aktiva, keefektifan penggunaan aktiva hasil usaha atau pendapatan yang dicapai

(3)

Ada beberapa pihak atau kelompok yang memerlukan dan kepentingan terhadap analisa laporan keuangan dimana masing-masing kelompok menilai laporan keuangan tersebut dari sisi yang berlainan. Secara garis besar ada dua kelompok yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yaitu pihak intern perusahaan dan pihak ekstern perusahaan. Pihak intern adalah mereka yang bebas untuk melihat data-data secara terperinci, biasanya dilakukan oleh manajer yang merupakan orang dalam yang dapat menggunakan data keuangan apapun yang ada dalam perusahaan. Pihak ekstern adalah pihak lain di luar perusahaan yang tidak berwenang melihat data secara terperinci.

3. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

a. Neraca

Menurut harahap (2007:107) mengemukakan bahwa:

“Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat tertentu. Laporan ini disusun setiap saat dan merupakan opname situasi keuangan pada saat itu.”

Berdasarkan defenisi diatas, dapat dilihat bahwa neraca terdiri dari aktiva dan pasiva (hutang dan modal). Umumnya aktiva dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah kekayaan perusahaan yang dapat dicairkan menjadi uang tunai, dijual atau dipakai habis dalam siklus kegiatan perusahaan misalnya kas dan bank, surat-surat berharga dan lain-lain. Aktiva tetap merupakan aktiva yang penggunaannya adalah untuk jangka

(4)

berwujud (fixed tangible assets) dan aktiva tetap tidak berwujud (fixed intangible assets). Aktiva tetap berwujud termasuk didalamnya seperti bangunan, peralatan, tanah, dan lain-lain. Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud adalah hak-hak khusus seperti hak paten, good will, hak cetak dan sebagainya. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi menurut jangka waktu pelunasannya. Hutang dapat dikelompokkan menjadi hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek merupakan seluruh kewajiban keuangan perusahaan yang jangka waktu temponya dibawah satu tahun atau kurang satu tahun seperti hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak dan sebagainya. Hutang jangka panjang yaitu kewajiban keuangan perusahaan yang jangka waktu temponya lebih dari satu tahun seperti hutang hipotik, hutang obligasi, dan pinjaman dari perusahaan lain. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari peserta atau pemilik perusahaan. Modal ini menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan yang merupakan jaminan bagi kreditur.

Dalam penyajiannya neraca dapat dibagi dalam 3 bentuk, menurut Harahap (2002:75) bentuk neraca yang umum digunakan adalah sebagai berikut:

1. Bentuk Neraca Staffel (Refort Form)

Neraca ini dilaporkan satu halaman bertikal. Disebelah atas dicantumkan total aktiva dan di bawahnya disajikan pos kewajiban dan pos modal.

2. Bentuk Neraca Skontro (Account Form)

Di sini aktiva disajikan di sebelah kiri dan kewajiban serta modal ditempatkan di sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah-menyebelah.

3. Bentuk yang Menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form)

Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk sebelumnya yang berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama-tama dicantumkan aktiva lancar dikurangi utang lancar dan pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja ditambah aktiva tetap dan aktiva lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka akan diperoleh model pemilik.

(5)

b. Laporan Laba rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan mengenai pendapatan dan beban-beban suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi juga merupakan tujuan utama untuk mengukur tingkat keuntungan dari perusahaan dalam suatu periode tertentu.

Menurut Munawir (2004:28) bahwa prinsip-prinsip yang umumnya ditetapkan dalam penyususnan laporan laba rugi adalah sebagai berikut:

1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang/service yang dijual sehingga diperoleh laba kotor.

2. Bagian kedua merupakan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expense).

3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan (non operating/financial income dan expenses).

4. Bagian keempat menunjukkan rugi/laba yang insidentil (extraordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.

Hasil akhir dari suatu laporan laba rugi adalah keuntungan bersih atau kerugian. Kemudian bila perusahaan tidak membagi deviden, maka seluruh hasil akhir tersebut menjadi laba ditahan. Tetapi bila perusahaan membagi deviden, maka hasil akhir tersebut terlebih dahulu dikurangi dengan deviden untuk memperoleh nilai laba ditahan.

(6)

Menurut Munawir (2004:26) bentuk laporan laba rugi yang biasa digunakan adalah:

1. Bentuk Single Step yaitu dengan menggabungkan semua hasil menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok lainnya. Total laba rugi diperoleh dengan mengurangkan total biaya dari total pendapatan.

2. Bentuk Multiple Step yaitu dengan membuat pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum, misal untuk memperoleh nilai laba penjualan, nilai penjualan bruto dikurangi dengan potongan yang didapat dan harga pokok penjualan. Kemudian laba penjulan ini dikurangi dengan biaya operasi untuk mendapatkan nilai laba bersih operasional.

c. Laporan Perubahan Ekuitas

Menurut Rivai, Veithzal dan Idroes (2007:619) mengemukakan bahwa: “Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang menggambarkan perubahan saldo akun ekuitas seperti modal disetor, tambahan modal disetor, laba yang ditahan dan akun ekuitas lainnya.”

d. Laporan Arus Kas

Menurut Harahap (2002:93) mengemukakan bahwa:

“Laporan arus kas ini dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan likuiditas di masa yang akan datang. Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, pembiayaan dan investasi.”

4. Analisis Laporan Keuangan

Adapun metode yang digunakan yaitu Analisis Rasio Keuangan Bank. Dimana merupakan teknik analisis untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi dari periode yang satu dengan periode yang lain dapat menunjukkan posisi keuangan perusahaan. Rasio analisis keuangan meliputi dua jenis perbandingan yaitu:

(7)

• Analisis dapat membandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama (perbandingan internal). Jika rasio keuangan disajikan dalam bentuk suatu daftar untuk periode beberapa tahun, analis dapat mempelajari komposisi perubahan-perubahan dan menerapkan telah terdapat suatu perbaikan atau bahkan sebaliknya di dalam kondisi keuangan dan prestasi perusahaan selama jangka waktu tersebut. Rasio keuangan juga dapat diperhitungkan berdasarkan laporan keuangan performa atau proyeksi dan diperbandingkan dengan rasio sekarang atau masa lalu.

• Perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama (perbandingan eksternal). Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Hanya dengan cara membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, seorang analis dapat memberikan pertimbangan yang realistis.

B. Rasio Keuangan Bank

1. Pengertian dan Manfaat Rasio Keuangan

Salah satu cara untuk melakukan analisis keuangan adalah dengan cara mempelajari hubungan antara berbagai pos-pos dalam laporan keuangan. Hubungan antara pos-pos tersebut dinyatakan dengan angka yang disebut dengan rasio. Rasio-rasio ini penting bagi analis intern maupun ekstern dalam menilai perusahaan dari laporan keuangan yang diumumkan oleh perusahaan.

Menurut Syamsuddin (2000, 37) mengemukakan bahwa “Analisis laporan keuangan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan

(8)

keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini dan kemungkinannya di masa depan.” Ada beberapa cara yang dapat digunakan di dalam menganalisis keadaan keuangan perusahaan, tetapi analisis dengan menggunakanrasio merupakan hal yang sangat umum dilakukan di mana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan.

Analisis rasio keuangan merupakan alat yang penting dan berguna bagi manajer keuangan maupun pihak-pihak lain di luar perusahaan. Bagi manajer keuangan analisis rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja yang telah dicapai perusahaan, yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen khususnya fungsi perencanaan dan pengendalian.

Pentingnya analisis rasio keuangan juga digunakan untuk mendapatkan tolak ukur tertentu. Tolak ukur tersebut digunakan untuk membandingkan kinerja suatu perusahaan pada tahun-tahun tertentu dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya dan sesudahnya atau membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja perusahaan lain dari industri yang sama.

Selain digunakan oleh pihak intern perusahaan, analisis rasio keuangan juga sangat berguna untuk pihak di luar perusahaan yang umumnya berkepentingan terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan usaha, untuk analisis pemberian kredit dan dalam analisis efek (saham dan obligasi). Dalam analisis kredit membantu manajer kredit menentukan dengan cepat perusahaan-perusahaan mana yang sebaiknya segera diberikan kredit.

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan, antara lain:

(9)

a. Bagaimana likuiditas perusahaan? Likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segenap hutang atau kewajibannya dan mengkonversikan aktiva menjadi kas. Faktor ini jelas sangat penting bagi kreditur-kreditur perusahaan.

b. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan? Karena tujuan utama pembelian aktiva adalah menciptakan keuntungan, analis perlu memiliki pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan.

c. Bagaimanakah manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham umum.

d. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya? Tugas manajer keuangan adalah memaksimalkan nilai dari saham umum perusahaan dan bagian laba/keuntungan bagi para investor. Tingkat hasil itu sendiri merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham perusahaan.

2. Jenis-jenis Rasio Keuangan Bank

Berdasarkan teknik analisis keuangan, analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu baik dalam neraca maupun laporan laba rugi. Setiap rasio keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin dicapai masing-masing. Ini berarti tidak dijumpai batasan yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang dianalisis.

(10)

Rasio-rasio keuangan bank dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Permodalan (Capital)

Penilaian terhadap komponen ini adalah sebagai berikut:

a. Kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan serta kemampuan permodalan bank dalam mengcover aset bermasalah.

b. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.

2. Kualitas aset (aset quality)

Penilaian terhadap komponen – komponen ini adalah sebagai berikut:

a. Kualitas aset produktif, konsentrasi eksposur, risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).

b. Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

3. Manajemen (management)

Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut: a. Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen resiko.

b. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

(11)

4. Rentabilitas

Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut: a. Pencapaian ROA, ROE, NIM dan tingkat efisiensi bank.

b. Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penetapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendaptan dan biaya, dan prospek laba operasional.

5. Likuiditas

Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut:

a. Rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR), proyeksi Cash Flow dan konsentrasi pendanaan. b. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas akses kepada sumber

pendanaan, dan stabilitas pendanaan.

Adapun jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. CAR (Capital Adequency Ratio)

Menurut Dendawijaya (2004:12), “CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pd bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri , disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain.” Rumus yang digunakan adalah:

% 100 x ATMR Modal CAR=

Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, disatu pihak dan kemungkinan timbulnya resiko dipihak lain. Modal yang

(12)

sedangkan modal yang terlalu kecil disamping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain, besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Hal itu semakin menguatkan argumen bahwa modal memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bank (Kasmir, 2004:47).

Menurut peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tanggal 13 Des 2001 mewajibkan bank-bank untuk memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8 %. Hal ini didukung oleh peraturan Bank Indonesia No. 5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 mewajibkan bank-bank di Indonesia dengan kualifikasi tertentu untuk memperhitungkan resiko pasar (market risk) dalam perhitungan rasio kewajiban penyediaan penyediaan modal minimum sebesar 8 % dengan memperhitungkan risiko pasar.

Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan termasuk komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administrasi. Dalam rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif,

(13)

pemberian nilai kredit sebesar 0 (nol) akan diberikan apabila rasio yang didapat sebesar 0%. Dan setiap peningkatan 1% mulai dari 0%, akan diberikan tambahan nilai kredit sebesar 1 (satu)dengan maksimum 100. Adapun rasio PPAP tersebut adalah sebagai berikut:

% 100 x dibentuk wajib yang PPAP dibentuk yang PPAP PPAP=

3. Return On Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

% 100 x Aktiva Total Pajak Sebelum Laba ROA=

Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak.

4. Return On Equity (ROE)

Menurut Sutrisno (2002:207), “ROE atau sering disebut Rate of Return on Net Worth, adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal yang dimiliki sendiri.”

(14)

Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank. Menurut Riyadi (2004:137), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: % 100 x Inti Modal rata Rata Pajak Setelah Laba ROE − =

Menurut Siamat (2005:290), “Pemilik bank lebih tertarik pada seberapa besar kemampuan bank memperoleh keuntungan terhadap modal yang ditanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor dipasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank.”

5. Net Interest Margin (NIM)

Yaitu mengukur kemampuan bank mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendaptan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih adalah selisih antara pendapatan bunga dan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: % 100 Pr tan x oduktif Aktiva rata Rata Bersih Bunga Pendapa NIM − =

Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan rasio NIM. Semakin tinggi rasio NIM maka semakin tinggi profitabilitas bank karena selisih antara pendapatan bunga dengan beban bunga semakin besar. Namun, angka NIM

(15)

antara tingkat bunga kredit dengan tingkat bunga deposito dan atau pinjaman semakin besar maka Bank Indonesia menetapkan NIM minimum 6 %.

6. Operating Ratio/BOPO

“Operating ratio atau rasio BOPO adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya.” (Dendawijaya, 2005:119)

Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah BOPO berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.

Menurut Riyadi (2004:141). “Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52%, hal ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.” Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

% 100 tan Operasional x Pendapa l Operasiona Biaya Ratio Operating

Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misal, dana masyarakat) maka biaya dan pendapatan operasional didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga. Secara teoritis, menurut Kasmir (2004:110) biaya operasional terdiri dari biaya bunga, biaya umum dan administrasi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran dan biaya lain-lain.

Sementara itu, pendapatan operasional sebagian besar diperoleh dari Interest Income (Pendapatan Bunga), dari jasa pemberian kredit kepada

(16)

bersih, keuntungan dari penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah, dan pendapatan operasional lain-lain.

7. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Menurut Juli Irmayanto, (2004:90), “LDR adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar semua dana masyarakat, serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat.” Dengan kata lain bank dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya, seperti membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Menurut Riyadi (2004:147), “LDR dapat dijadikan tolak ukur kinerja lembaga intermediasi yaitu lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana (unit surplus of funds) dengan pihak yang membutuhkan dana (unit deficit of funds).” Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

% 100 x Ketiga Pihak Dana Diberikan Yang Kredit Jumlah LDR=

Berdasarkan tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan sebagai berikut:

1. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.

2. Untuk rasio LDR dibawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat.

Melalui penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Loan to Deposit Ratio maka memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena

(17)

Menurut Dendawijaya (2005:117), “Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari Loan to Deposit Ratio suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% dan 100%.

C. Penilaian Kinerja Keuangan

1. Pengertian dan Prosedur Penilaian

Kegiatan menilai atau mengevaluasi kinerja perusahaan akan menghasilkan informasi yang berguna bagi perusahaan itu sendiri. Hasil dari penilaian kinerja ini akan dapat dijadikan sebagai umpan balik (feed back) bagi formulasi atau implementasi strategi. Jika terjadi penyimpangan, maka untuk menghindari agar tidak terjadi penyimpangan lagi perlu dilakukan perubahan, misalnya perubahan rencana atau kegiatan termasuk pengendaliannya.

Menurut Umar (2002 : 36) :

“Penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, Bagaimana perbedaan itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.”

Dari definisi di atas dapat dijelaskan :

a. Suatu proses untuk menyediakan informasi, berarti bahwa kegiatan penilaian atau evaluasi membutuhkan data untuk dianalisis dengan alat-alat yang relevan untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, untuk menentukan laba perusahaan dibutuhkan data mengenai seluruh pendapatan dan seluruh pengeluaran kemudian dianalisis dengan perhitungan matematis sederhana, sehingga akan dihasilkan besar laba perusahaan.

b. Sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui ada selisih

(18)

diantara keduanya, berarti bahwa penilaian atau evaluasi dimaksudkan untuk membandingkan suatu kegiatan yang telah diselesaikan dengan yang seharusnya diselesaikan. Hasilnya apakah sesuai, di bawah standar, atau di atas standar yang telah ditentukan. Hal ini memerlukan tolak ukur tertentu, misalnya perkiraan suatu proyek yang sedang dikerjakan pada waktu 3 bulan akan selesai 75% dan pengeluaran anggaran sebesar Rp 1 Milyar. Kenyataannya proyek baru diselesaikan 65% dan anggaran pengeluaran telah habis Rp 1,2 Milyar, sehingga harus diputuskan hasil dari evaluasi terhadap perbedaan ini.

Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini merupakan salah satu tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan menurut Umar (2001 : 39-40) : a. Menentukan apa yang akan dievaluasi

Dalam bisnis apa saja yang dapat dievaluasi dapat mengacu pada program kerja perusahaan. Pada program kerja perusahaan itulah akan terdapat aspek-aspek yang memerlukan untuk dievaluasi. Tetapi biasanya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi faktor kunci suksesnya.

b. Merancang (design) kegiatan evaluasi

Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan dahulu design evaluasinya agar data apa yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa yang dilakukan, siapa saja yang akan dilibatkan, dan apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.

c. Pengumpulan data

Berdasarkan design yang telah ditetapkan, pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

d. Pengolahan dan analisis data

Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya dibandingkan antara fakta dan harapan/rencana untuk menghasilkan perbedaan (gap). Besarnya perbedaan tersebut akan disesuaikan dengan tolak ukur tertentu sebagai hasil evaluasinya.

e. Pelaporan hasil evaluasi

Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis dan dikonfirmasikan

(19)

f. Tindak lanjut hasil evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen. Oleh karena itu, hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen, baik di tingkat strategi maupun di tingkat implementasi strategi.

2. Penilaian Kinerja Keuangan

Dalam kamus istilah akuntansi, Aliminsyah dan Padji (2003 : 215) mengartikan kinerja sebagai berikut : “Suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, sering dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu standar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.”

Sedangkan Menurut Hansen dan Mowen (2000 : 6) Definisi kinerja, yaitu : “Kinerja adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk.” Dengan demikian kinerja diartikan sebagai suatu istilah untuk mengukur dan menilai kegiatan suatu organisasi.

Evaluasi kinerja dapat dilakukan pada berbagai bidang pekerjaan, termasuk diantaranya dalam bidang organisasi baik organisasi nirlaba maupun organisasi laba (perusahaan). Dalam skripsi ini evaluasi akan diarahkan pada organisasi laba.

Dari beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya dan bagaimana tindak lanjut atas perbedaan tersebut. Jadi tampak jelas untuk melakukan evaluasi dibutuhkan tolak ukur tertentu sebagai acuan, seperti yang terdapat dalam suatu program kerja. Program kerja ini pada gilirannya akan dilaksanakan dan dievaluasi.

(20)

Ada beberapa aspek penting dalam mengevaluasi kinerja di dalam suatu perusahaan. Evaluasi kinerja yang dapat dilakukan dalam suatu perusahaan dapat digolongkan kepada kedua aspek, yaitu evaluasi kinerja terhadap aspek keuangan dan evaluasi kinerja terhadap aspek non-keuangan. Evaluasi terhadap aspek keuangan didasarkan pada laporan keuangan, sedangkan evaluasi terhadap aspek non-keuangan tergantung pada bidang apa yang akan dianalisis misalkan aspek strategis perusahaan, aspek pemasaran, aspek operasional, dan aspek sumber daya manusia. Dalam skripsi ini penulis hanya membahas evaluasi kinerja dari aspek keuangan saja.

Evaluasi kinerja dari aspek keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan model Altman tentang kebangkrutan usaha. Di sini penulis hanya membahas evaluasi kinerja dari aspek keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.

D. Analisis Laporan Keuangan Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisis dan laporan keuangan. Kata analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unti menjadi berbagai unit terkecil, sedangkan laporan keuangan adalah neraca, laba rugi, dan arus kas (dana). Jika kedua pengertian ini digabungkan maka analisis laporan keuangan menurut Harahap (2002:93) mengemukakan bahwa:

“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”

(21)

Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian, kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya kedepan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, akan tergambar kinerja manajemen selama ini.

2. Prosedur Analisis Laporan Keuangan

Menurut Abdullah (2005:120) prosedur analisis meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Review Data Laporan

Merupakan aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik sifat atau jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akuntansi yang berlaku. Sistem akuntansi yang diterapkan dalam memberi pengakuan terhadap pendapatan dan biaya akan menentukan jumlah pendapatan maupun laba yang akan dihasilkan perusahaan.

b. Menghitung

Dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis dilakukan perhitungan-perhitungan, baik metode perbandingan, persentase komponen analisis rasio keuangan dan lain-lain. Dengan metode atau teknik apa yang digunakan dalam perhitungan sangat bergantung pada tujuan analisa.

c. Membandingkan/mengukur

Langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan tersebut apakah sangat baik, sedang, kurang baik, dan seterusnya. Ada dua cara yang dapat dilakukan didalam membandingkan rasio keuangan perusahaan yaitu: • Criss Sectional Approach, suatu cara mengevaluasi dengan jalan

membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.

• Time Series Analysis, dilakukan dengan jalan membandingkan hasil yang dicapai perusahaan dari periode yang satu ke periode lainnya. Dengan pembandingan semacam ini akan diketahui hasil yang dicapai perusahaan, apakah mengalami kemajuan atau kemuduran.

(22)

d. Menginterpretasi

Interpretasi merupakan inti dari proses analisis sebagai panduan antara hasil pembandingan atau pengukuran dengan kaidah teoritik yang berlaku. Hasil interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang dicapai perusahaan dalam pengelolaan keuangan.

e. Solusi

Merupakan langkah terakhir dari rangkaian prosedur analisis. Dengan memahami problem keuangan yang dihadapi perusahaan maka akan ditempuh solusi yang tepat.

Referensi

Dokumen terkait

Biometrik menerapkan teknologi seperti scanning sidik jari, retina dan iris untuk otentikasi individu yang meminta akses ke sumber daya, dan paket perangkat lunak kontrol

menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul PENEGAKAN HUKUM PRAKTIK USAHA CURANG DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG PIDANA KHUSUS EKONOMI, Merupakan salah satu syarat untuk

Aim: to elucidate the pattern of molecular response assessed by logarithmic reduction in BCR-ABL transcription levels based on Sokal prognostic score in chronic phase chronic

Untuk mengaktifkan Menu Design, coba anda klik tab Menu Design pada tab menu atau tekan Alt+J kemudian tekan T, perhatikan ribbon menu yang tampil.. Untuk

Ketika Perang Aceh terjadi, maka sejak saat itu juga hubungan diplomasi Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani yang pernah terjalin baik menjadi merenggang (2) penyebab

Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, sampel paling banyak terdapat pada kelompok tamat SMP, sebanyak 49 orang (40.2%).Berkaitan dengan lama hukuman dijatuhkan,

Hasil analisis perbandingan ini menunjukkan bahwa BPG dan berbagai model produksi energi terbarukan berbasis limbah masih memerlukan peningkatan dan pengoptimalan

Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio pasar dalam