• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26. Disusun guna memenuhi tugas : Mata Kuliah : Perpajakan Dosen Pengampu : Agus Arwani, M. Ag

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PAJAK PENGHASILAN PASAL 26. Disusun guna memenuhi tugas : Mata Kuliah : Perpajakan Dosen Pengampu : Agus Arwani, M. Ag"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

i

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

Disusun guna memenuhi tugas : Mata Kuliah : Perpajakan

Dosen Pengampu : Agus Arwani, M. Ag

Disusun oleh : Kelompok 9

1) Nurul Laili Hidayah 2013113183 2) M. Mucholada Lion A 2013115362 3) Anis Lutfiyani 2013115365

Kelas : C

JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

(IAIN)PEKALONGAN 2017

(2)

ii ABSTRAK

Pajak Penghasilan (PPh) adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. . Jadi subjek pajak PPh Pasal 26 ini adalah wajib pajak luar negeri selain BUT.

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah pertama, Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan pasal 26?, kedua Siapa yang menjadi subyek dan obyek pajak?, ketiga Bagaimana cara pemungutan pajak?, keempat Bagaimana tarif dan mekanisme pemotongan PPh Pasal 26?, kelima Bagaimana perhitungan PPh pasal 26?.

Hasil dari diskusi kelompok kami menyimpulkan bahwa pembayaran pajak wajib dilakukan bagi masyarakat yang terkena pajak sebagaimana yang telah ditentukan oleh pemerintah bahwa masyarakat yang memiliki harta yang berlebih maka harus membayar pajak. Adapun orang-orang yang harus membayar pajak yaitu pertama, Orang pribadi yang bertempat tinggal diluar negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.

Kedua, Badan yang didikan atau bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Berikut juga dengan subyek pajak yaitu Deviden, Imbalan dengan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan, Hadiah dan penghargaan, Pensiun dan pembayaran berkala lainnya. Masing-masing tarif pajak dan perhitungannya sudah ditetapkan oleh PPh pasal 26 baik BUT maupun bukan BUT.

Kata Kunci : PPh pasal 26, Pemotongan Pajak, Subyek Pajak, Obyek Pajak, Tarif Pajak, Mekanisme Pemotongan PPh pasal 26

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah Nya karena rahmat dan karunia Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membimbing kita kejalan yang baik.

Makalah ini kami buat dengan maksud untuk memenuhi tugas kami mengenai makalah tentang “Pajak Penghasilan Pasal 26”. Semoga usaha kami dalam penyusunan makalah ini akan memberikan banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami memohon, semoga usaha ini merupakan usaha yang murni bagiNya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari kemudian.

Dan tak lain yang kami harapkan adalah syafaat, berkah dari Nabi Muhammad, semoga kita selalu dalam lindunganNya, dan mampu meneladani kemuliaan akhlaqmu yang teruntai didalam sunnah nabawiyahmu.

Sekaligus harapan kami (penulis) semoga makalah ini bermanfaat dan juga dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai ”Pajak Penghasilan Pasal 26”. Dan kami (penulis) mohon juga kesedian para pembaca untuk sudi kiranya memberikan kritik dan saran, dengan tujuan agar lebih baik lagi dalam penyusunan makalah berikutnya.

Pekalongan, 16November2017 Penyusun,

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1) Nurul Laili Hidayah 2013113183 2) M Mucholada Lion A 2013115362 3) Anis Lutfiyani 2013115365

Dengan ini menyatakan bahwa judul makalah “Pajak Penghasilan Pasal 26” yang Kami susun benar-benar bebas dari plagiat, dan apabila pernyataan ini terbukti tidak benar maka Kami bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini Kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pekalongan, 16 November 2017

Yang membuat pernyataan Nurul Laili Hidayah M Mucholada Lion A. Anis Lutfiyani 2013113183 2013115362 2013115365

(5)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT iv

DAFTAR ISI v

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 2

BAB II 3

PEMBAHASAN 3

A. Pengertian PPh Pasal 26 1

B. Pemotong Pajak 4

C. Subyek dan Obyek Pajak 6

D. Tarif dan Mekanisme Pemotongan PPh Pasal 26 7

E. Perhitungan PPh Pasal 26 8 BAB II 12 PENUTUP 12 A. KESIMPULAN 12 B. SARAN 12 DAFTAR PUSTAKA 13 HASIL DISKUSI 14

(6)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pajak adalah salah satu sumber pendapatan Negara yang hasilnya dapat dipergunakan untuk membangun Negara, untuk fasilitas umum, yang pada intinya dana pajak tersebut digunakan untuk kepentingan masyarakat secara merata, baik itu dalam bidang pendidikan, insfrastruktur, dan sebagainya. Hal tersebut ditujukan karena negara ingin masyarakatnya hidup makmur merasa terayomi. Pemungutan ini dilakukan oleh pemerintah, karena pajak merupakan sumber utama dari pendapat suatu negara. Namun di Indonesia masih banyak masyarakat yang belum menyadari akan kewajibannya dalam membayar pajak.1

Dalam pembayaran pajak, ada golongan tersendiri dalam pembagiannya. Ada Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, dan lain sebagainya. Melihat kondisi masyarakat yang masih belum mengerti begitu dalam mengenai pajak yang paling dasar, yaitu pajak penghasilan. Maka dengan hal tersebut, Kami akan membahas mengenai Pajak Penghasilan Pasal 26, agar masyarakat mengetahui apa saja pajak yang harus mereka bayar, selain itu agar masyarakat juga mengetahui bagaimana tahapan dalam membayar pajak, dimana membayar pajak, dll. Dimana Pajak Penghasilan Pasal 26 ini sendiri merupakan Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. Jadi subjek pajak PPh Pasal 26 ini adalah wajib pajak luar negeri selain BUT. Yang selanjutnya akan dibahas lebih jelas dalam makalah Kami.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan pasal 26?

(7)

2

2. Siapa yang menjadi subyek dan obyek pajak? 3. Bagaimana cara pemungutan pajak?

4. Bagaimana tarif dan mekanisme pemotongan PPh Pasal 26? 5. Bagaimana perhitungan PPh pasal 26?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan pasal 26.

2. Untuk mengetahui siapa yang menjadi subyek dan obyek pajak. 3. Untukmengetahui bagaimana cara pemungutan pajak.

4. Untuk mengetahui bagaimana tarif dan mekanisme pemotongan PPh Pasal 26.

5. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan PPh Pasal 26. .

(8)

3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 26

Pajak Penghasilan (PPh) adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.2 Jadi subjek pajak PPh Pasal 26 ini adalah wajib pajak luar negeri selain BUT. Wajib pajak luar negeri yang dikecualikan dari subjek Pajak PPh pasal 26 ini adalah:

1. BUT dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 26 apabila penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi Pajak Penghasilan dari BUT ditanamkan kembali di Indonesia dengan syarat:

a. Dilakukan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atas peserta pendiri, dan3

b. Dilakukan dalam tahun berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperoleh penghasilan tersebut

c. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut sekurang-kurangnya dalam waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat penanaman dilakukan, mulai berproduksi komersil.

2. Badan-badan Internasional yang ditetapkan Oleh Menteri Keuangan Bukan Wajib Pajak Penghasilan Pasal 26

Yang tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan adalah:4 1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari

negara asing, dan orang orang yang diperbantukan kepada mereka

2Edy Supriyanto, Perpajakan di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm.63 3Edy Supriyanto, Perpajakan di Indonesia…. hlm.64

4Anastasia Diana & Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004) hlm. 177

(9)

4

yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan melakukan timbal balik.

2. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 611/KMK.04/1994 tanggal 23 Desember 1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 314/KMK.04/1998 tanggal 15 juni 1998, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 26

Berikut adalah beberapa pihak yang mempunyai hak dan kewajiban memotong PPh Pasal 26 diantaranya adalah sebagai berikut:5

a. Badan Pemerintah

b. Subyek Pajak dalam negeri c. Penyelenggara Kegiatan d. BUT (Badan Usaha Tetap)

e. Perwakilan perusahaan luar negeri laimmya selain BUT di Indonesia f. Pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 26.

Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak

Hak dan kewajiban pemotong pajak adalah sebagai berikut:

1. Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat. Kewajiban sebagai Pemotong Pajak berlaku juga terhadap organisasi internasional yang tidak dikecualikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.

(10)

5

2. Pemotong Pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya pada Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat. 3. Pemotong pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan

PPh pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan takwim. Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pos atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah, atau bank – bank lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran selambat – lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya.

4. Pemotong Pajak wajib melaporkan penyetoran tersebut sekalipun nihil dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat selambat lambatnya pada tanggal 20 bulan takwim. Apabila dalam satu bulan takwim terjadi kelebihan penyetoran PPh Pasal 26, maaka kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 26 yang terutang pada bulan berikutnya dalam tahun takwim yang bersangkutan.

5. Pemotong Pajak Wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pension, penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun.6

Tata Cara Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 26 Penyetoran dilakukan:

1. Dengan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Bank atau Kantor Pos Giro. 2. Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

6Anastasia Diana & Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004) hlm. 180

(11)

6

3. Apabila jatuh tempo pada hari libur, maka penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.7

B. Subjek dan Obyek Pajak 1. Obyek Pajak

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26 adalah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan atau yang terutang oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri, selain bentuk usaha tetap di Indonesia, berupa:

• Deviden

• Bunga termasuk premium, diskonto, premi swap, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang

• Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

• Imbalan dengan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan

• Hadiah dan penghargaan

• Pensiun dan pembayaran berkala lainnya

• Penjualan aktiva di Indonesia, selain tanah dan bangunan, yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar negeri, selain bentuk usaha tetap di Indonesia

• Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayar langsung maupun melalui pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.8

2. Subyek pajak

7Agus Arwani, Handout; KUP, http://repository.iainpekalongan.ac.id/332/, diakses 10 November 2017

(12)

7

Subjek PPh pasal 26 terbatas hanya pada wajib pajak luar negeri saja, yang meliputi:9

a) Orang pribadi yang bertempat tinggal diluar negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.

b) Badan yang didikan atau bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.

C. Tarif dan Mekanisme Pemotongan PPh Pasal 26 1. Tarif 20% x Penghasilan Bruto atau Tax Treaty

Dividen, bunga, premium, diskonto, imbalan jaminan pengembalian utang, royalty, sewa, penghasilan penggunaan harta, jasa kegiatan pekerjaan, hadiah penghargaan, pensiun pembayaran berkala yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri.

Biasanya tariff PPh adalah sebesar 20% dari penghasilan bruto atau tax treatyPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).

2. Tarif 20% x Penghasilan Netto atau Tax Treaty Tarif tersebut dikenakan pada hal – hal berikut ini: a. Penjualan Saham terhadap wajib pajak luar negeri.

Penjualan saham ini dikenakan tariff sebesar 20% dari perkiraan neto. Persentase perkiraan neto adalah sebesar 25% dari harga jual sehingga besarnya PPh pasal 26 adalah sebesar 20% x 25% atau 5% dari harga jual, yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 434 / KMK.04/1999.

b. Premi asuransi dan premi reasuransi yang dibayar kepada perusahaan asuransi diluar negeri.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 624/KMK.04/1994 serta Surat Edaran Nomor 23/PJ./1995. Premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri

9http://ilmukita62.blogspot.co.id/2016/06/pengertian-subjek-objek-pajak.html, diakses pada tanggal 10 November 2017 pukul 12.11

(13)

8

dikenakan tarif 20% dari penghasilan netto, dengan perkiraan penghasilan netto, dengan perkiraan penghasilan neto:10

1. 50% dari premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri sehingga besarnya tarif PPh Pasal 26 adalah sebesar 20% x 50% = 10%;

2. 10% dari premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri berkedudukan di Indonesia sehingga besarnya tariff PPh Pasal 26 adalah sebesar 20% x 10% = 2%;

3. 5% dari premi yang dibayarkan reasuransi berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan diluar negeri sehingga besarnya tarif PPh Pasal 26 adalah sebesar 20% x 5% = 1%.

3. BUT (Bentuk Usaha Tetap) Tarif 20% dari Laba Setelah Pajak yang Ditransfer ke Luar Negeri.

a. Apabila atas laba setelah pajak yang berasal dari BUT diinvesasikan kembali ke Indonesia maka tidak dikenakan pajak, sepanjang memenuhi syarat KMK No. 602/KMK.04/1994 jo KMK No. 113/KMK.03/2002 antara lain: diinvestasikan dalam waktu minimal dua tahun di Indonesia.

b. Jika laba setelah pajak ditransfer ke luar negeri, maka akan dikenakan pajak sebesar 20% final.

c. Berdasarkan pasal 26 ayat 5 UU PPh, untuk wajib pajak orang pribadi dan BUT apabila telah menjadi wajib pajak dalam negeri, maka semula dikenakan PPh Pasal 26 bersifat final menjadi dapat dikreditkan. Untuk BUT didasarkan Pasal 5 ayat 1 huruf b dan c UU PPh.

D. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 26

(14)

9

1. Tarif 20% x Penghasilan PPh Pasal 26

Mr. Jackson warga negara Jerman memperoleh penghasilan dividen sebesar Rp. 20.000.000,00 dari PT Indah.

Jawab:

b. Saat terutangnya PPh 26 diatur dalam PP 138 Tahun 2000, dilihat dari yang terlebih dahulu, saat pembebanan atau saat pembayaran.

c. PT Indah harus memungut pajak sebesar Rp. 4.000.000,00 dari Mr. Jackson sebagai penerima penghasilan.

d. PPh tersebut berasal dari: X = 20% x Penhasilan Bruto.

= 20% x Rp. 20.000.000,00

= Rp. 4.000.000,00 dan bersifat final.

Keterangan:

b. Jika Mr. Jackson memiliki tax resident (bukti kepemilikan seperti NPWP di negara Amerika), maka berlaku penerapan tax treaty, di mana telah disepakati bersama antara Indonesia – Amerika bahwa tarif pajak pajaknya 10% dari penghasilan bruto, yaitu Rp. 2.000.000,00 yang berhak dipotong oleh PT Indah.

c. Perhitungan 20% x penghasilan bruto berlaku juga untuk penghasilan berupa bunga, premium, diskonto, imbalan jaminan pengembalian utang, royalty, sewa, penghasilan penggunaan harta, jasa kegiatan pekerjaan, hadiah penghargaan, pensiun pembayaran berkala yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri.

2. Tarif 20% x Penghasilan Neto atau Tax Treaty a. Penjualan saham terhadap wajib pajak luar negeri.

Contoh:

PT Demi Masa menjual sejumlah saham kepada Cimex Ltd. (Kanada) dengan nilai keseluruhan Rp. 50.000.000.000,00.

(15)

10

Maka, besarnya PPh Pasal 26 yang dipungut oleh PT Demi Masa adalah 20% x 25% x Rp. 50.000.000.000,00 = Rp. 2.500.000.000,00

b. Premi Asuransi Luar Negeri.

Contoh:

PT Mulia Building mengasuransikan gedungnya kepada perusahaan asuransi luar negeri dengan membayar jumlah premi asuransi selama tahun 2005 sebesar Rp. 1.000.000.000,00. Maka, besarnya PPh Pasal 26 yang dipungut oleh PT Mulia adalah 20% x 50% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 100.000.000,00

Keterangan:

1) Jika premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri berkedudukan di Indonesia, besarnya tariff PPh Pasal 26 adalah sebesar 20% x 10% = 2% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 20.000.000,00.

2) Jika premi yang dibayarkan reasuransi berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan di luar negeri, besarnya tarif PPh Pasal 26 adalah sebesar 20% x 5% = 1% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00.

3. 20% dari Penghasilan Kena Pajak atau Tax Treaty

Untuk BUT, hasil laba setelah pajak yang dialokasikan ke luar negeri dikenakan pajak PPh Pasak 26, tetapi jika diinvestasikan kembali di Indonesia tidak dikenakan pajak PPh Pasal 26 sepanjang memenuhi syarat KMK No. 602/KMK.04/1994 jo KMK No. 113/KMK.03/2002.

Contoh:

Sebuah BUT mendapatkan laba Rp. 100.000.000,00 dan telah dikenakan PPh Pasal 17 sebesar Rp. 12.500.000,00 sehingga laba setelah pajak adalah Rp. 87.500.000,00. Jika sebagian income after tax dikirim keluar negeri, maka akan dikenakan PPh Pasal 26

(16)

11

sebesar 20% x Penghasilan bruto, misal dikirim Rp. 50.000.000,00. Maka PPh Pasal 26 adalah 20% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00 dan sisanya jika diinvestasikan kembali ke Indonesia tidak dipotong PPh Pasal 26.

(17)

12 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh Pasal 26) adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. Didalam PPh pasal 26, terdapat beberapa subyek dan obyek pajak, selain itu PPh pasal 26 juga terdapat beberapa aspek tarif dan mekanisme pemotongan dan perhitungan beserta pengecualiannya. B. Saran

Harapan Kami bagi para Pihak yang berwenang dalam pemungutan pajak agar dapat mengelola dana pajak sebagaimana mestinya atau tidak disalah gunakan, selain itu untuk menyadarkan masyarakat terhadap kewajiban membayar pajak, sebaiknya pemerintah melakukan sosialisasi secara langsung terhadap masyarakat terutama masyarakat desa yang dimana masyarakat desa cenderung dapat dikatakan jauh dari kemajuan teknologi.

(18)

13 Daftar Pustaka

Edy Supriyanto. 2011.Perpajakan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Anastasia Diana &Lilis Setiawati. 2004. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta:

Andi Offset.

Agus Arwani, Handout; KUP, http://repository.iainpekalongan.ac.id/332/, diakses 10 November 2017.

Mardiasmo. 2011.Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: CV Andi Offset. http://ilmukita62.blogspot.co.id/2016/06/pengertian-subjek-objek-pajak.html,

diakses pada tanggal 10 November 2017 pukul 12.11

(19)

14

HASIL DISKUSI 1. Kelompok 1 : Hayu N. T (2013115023)

Jumlah minimum penghasilan dalam pph pasal 26 itu berapa? Dan diobjek terdapat beberapa point, berapa presentase pemotongan tarifnya?

Jawab:

Tidak ada batas minimum dalam Pemungutan PPh Pasal 26 dan untuk tarifnya memang sudah ditetapkan masing masing perpointnya seperti yang terdapat dalam makalah kami yaitu:

1. Tarif 20% x Penghasilan Bruto atau Tax Treaty

Dividen, bunga, premium, diskonto, imbalan jaminan pengembalian utang, royalty, sewa, penghasilan penggunaan harta, jasa kegiatan pekerjaan, hadiah penghargaan, pensiun pembayaran berkala yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri.

Biasanya tariff PPh adalah sebesar 20% dari penghasilan bruto atau tax treatyPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).

2. Tarif 20% x Penghasilan Netto atau Tax Treaty Tarif tersebut dikenakan pada hal – hal berikut ini: a. Penjualan Saham terhadap wajib pajak luar negeri.

Penjualan saham ini dikenakan tariff sebesar 20% dari perkiraan neto. Persentase perkiraan neto adalah sebesar 25% dari harga jual sehingga besarnya PPh pasal 26 adalah sebesar 20% x 25% atau 5% dari harga jual, yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 434 / KMK.04/1999.

b. Premi asuransi dan premi reasuransi yang dibayar kepada perusahaan asuransi diluar negeri.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 624/KMK.04/1994 serta Surat Edaran Nomor 23/PJ./1995. Premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri

(20)

15

dikenakan tarif 20% dari penghasilan netto, dengan perkiraan penghasilan netto, dengan perkiraan penghasilan neto:11

1. 50% dari premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri sehingga besarnya tarif PPh Pasal 26 adalah sebesar 20% x 50% = 10%;

2. 10% dari premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri berkedudukan di Indonesia sehingga besarnya tariff PPh Pasal 26 adalah sebesar 20% x 10% = 2%;

3. 5% dari premi yang dibayarkan reasuransi berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan diluar negeri sehingga besarnya tarif PPh Pasal 26 adalah sebesar 20% x 5% = 1%.

4. BUT (Bentuk Usaha Tetap) Tarif 20% dari Laba Setelah Pajak yang Ditransfer ke Luar Negeri.

a. Apabila atas laba setelah pajak yang berasal dari BUT diinvesasikan kembali ke Indonesia maka tidak dikenakan pajak, sepanjang memenuhi syarat KMK No. 602/KMK.04/1994 jo KMK No. 113/KMK.03/2002 antara lain: diinvestasikan dalam waktu minimal dua tahun di Indonesia.

b. Jika laba setelah pajak ditransfer ke luar negeri, maka akan dikenakan pajak sebesar 20% final.

c. Berdasarkan pasal 26 ayat 5 UU PPh, untuk wajib pajak orang pribadi dan BUT apabila telah menjadi wajib pajak dalam negeri, maka semula dikenakan PPh Pasal 26 bersifat final menjadi dapat dikreditkan. Untuk BUT didasarkan Pasal 5 ayat 1 huruf b dan c UU PPh.

(21)

16 2. Kelompok 2 : Fajar Sulaiman

Apabila missal lebih dari batas 12 bulan tinggal di Indonesia, apakah terkena pasal atau tidak?

Jawab:

Jika lebih dari 12 bulan dalam PPh pasal 26 tidak dikenai karena kalua sudah lebih dari 12 bulan itu sudah menjadi warga negara Indonesia. Tetapi kalau dalam pajak lain kelompok kami kurang mengetahui dikenai pajak atau tidak. Karena yang saat ini kami bahas adalah PPh pasal 26.

3. Kelompok 3 : Slamet Fakhrurozi

Misalnya ada orang di Korea, bekerja menjadi penyanyi dan kemudian bangkrut, lalu dia bekerja lagi di Indonesia tetapi dalam bidang MC atau jadi pembawa acara, dalam hal tersebut apakah orang itu dikenai PPh pasal 26 atau tidak?

Jawab:

Dikeai PPh pasal 26 selagi sebelum lebih dari batas waktu yaitu 12 bulan, karena dalam PPh pasal 26 tidak ada batas minimum dalam memiliki penghasilan.

4. Kelompok 4 : Khoirul Ulum

Dalam slide “Bukan Wajib PPh Pasal 26” mengapa dua tersebut termasuk bukan wajib pajak? Alasannya kenapa?

Jawab:

Karena bukan wajib pajak penghasilan pasal 26 sudah tertera dalam peraturan Dirjen Pajak yang terbaru Per-32/PJ/2015.

5. Kelompok 5 : Nilam

Dalam subjek pajak disebutkan bahwa badan yang bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 12 bulan, itu dimulai dari kapan? Dan kapan berakhir?

(22)

17

Dari sejak orang itu berpenghasilan di Indonesia sampai 12 bulan tidak lebih, karena apabila lebih maka sudah tidak dikenakan lagi karena sudah menjadi warga negara Indonesia.

6. Kelompok 6

Dalam power point dijelaskan adanya Premi Swap, apa yang dimaksud dengan Premi Swap?

Jawab:

Premi Swap adalah selisih harga satu mata uang yang menjadi lebih mahal untuk dibeli dalam Transaksi Forward.

7. Kelompok 7

Dalam slide pemotong PPh pasal 26 ada point penyelenggara kegiatan, yang dimaksud penyelenggara disini adalah yang seperti apa?

Jawab:

Penyelenggara kegiatan disini adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan suatu kegiatan di Indonesia yang dimana kegiatan itu menghasilkan suatu penghasilan bagi penyelenggaranya. Maka dikenai PPh pasal 26.

8. Kelompok 8 : Ria Noviana

Dalam slide Pemotong PPh pasal 26 disebutkan pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong PPh pasal 26, yang dimaksud pembeli disini pembeli yang seperti apa?

Jawab:

Yang dimaksud pembeli disini adalah misal apabila ada perusahaan luar negeri yang ingin menjual suatu produk ke negara Indonesia dan apabila orang tersebut membeli produk tersebut maka dalam transaksi tersebut dikenakan PPh Pasal 26. Karena orang luar negerinya akan mendapatkan penghasilan.

9. Kelompok 10 : Agus Tri Mulyono

Dalam slide pemotong PPh pasal 26 ada point penyelenggara kegiatan, yang dimaksud penyelenggara disini adalah yang seperti apa?

(23)

18

Penyelenggara kegiatan disini adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan suatu kegiatan di Indonesia yang dimana kegiatan itu menghasilkan suatu penghasilan bagi penyelenggaranya. Maka dikenai PPh pasal 26.

10. Kelompok 11 : Novita Fitri

Bagaimana apabila terjadi kesalahan pemotongan dalam PPh pasal 26 dan bagaimana cara mengatasinya?

Jawab:

Apabila terjadi kesalahan pemotongan atau pemungutan terhadap pajak penghasilan, maka pajak yang salah dipotong atau dipungut tersebut dapat diminta kembali oleh Wajib Pajak.

Cara mengatasi nya adalah dengan surat permohonan sepanjang belum dikreditkan.

11. Kelompok 12 : Rekha

Adakah sanksi – sanksi yang ditentukan dalam PPh pasal 26? Jawab:

Ada, apabila:

• Tidak / terlambat melapor SPT PPh pasal 26, masa denda Rp. 50.000

• Terlambat membayar PPh pasal 26, bunga 2% perbulan

• Tidak/kurang dipotong, tidak/kurang dipungut, tidak/kurang disetor denda 100%

12. Kelompok 13 : Zurotun Nafila

Kalau missal orang luar negeri berpenghasilan di Indonesia, maka kan dikenakan PPh pasal 26, nah yang ingin saya tanyakan, apakah orang itu juga terkena pajak dinegaranya sendiri atau tidak?

Jawab:

Tergantung Negara asalnya, biasanya sudah ada kesepakatan

internasionalnya, dan biasanya juga ada ketentuan persentasenya tersendiri antar kedua Negara yang bersangkutan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap awal produksi gas sangat dipengaruhi oleh proudksi air yang berada di cleats di dalam reservoir yang juga mengontrol aliran fluida ke dalam sumur.Air di dalam

b) Faktor psikologis : minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Namun, terkait dalam penelitian ini, faktor yang ingin diungkap atau dijadikan

Untuk meningkatkan produksi batubara dilakukan dengan analisis aktual lapangan terhadap cycle time, Waktu Kerja Alat Angkut, Mechanical Availability,

Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Abadi, dkk (2013) bahwa 68% subjek melaporkan motivasinya menggunakan media sosial adalah untuk mengembangkan hubungan

memberikan pelayanan kedokteran kepolisian dan kesehatan kepolisian sesuai dengan kebutuhan medik, standar pelayanan kesehatan kepolisian dan standar pelayanan

Ikan Sapu-sapu (Hypostomus plecostomus) yang terdapat di sungai Pabelan Kartasura tahun 2012 diambil 3 lokasi untuk sampling yaitu bagian batas awal sungai, area tengah

Hasil tersebut belum melibatkan selection bias, setelah melibatkan adanya selection bias perbedaan log pendapatan antara lulusan sekolah negeri dengan lulusan swasta dinikmati