• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan alat peraga matematika untuk pembagian bilangan dua angka berbasis metode Montessori - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan alat peraga matematika untuk pembagian bilangan dua angka berbasis metode Montessori - USD Repository"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA UNTUK PEMBAGIAN BILANGAN DUA ANGKA

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Mido Rahayu 101134099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA UNTUK PEMBAGIAN BILANGAN DUA ANGKA

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Mido Rahayu 101134099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat dan cinta kasih-Nya yang tiada terbatas kepada saya.

2. Kedua orang tua saya, Hudiyono dan Rusiyah tercinta yang tiada lelah memberikan dukungan, doa, bimbingan, dan kasih sayang.

3. Kedua kakak kandung saya, Titik Lestari dan Beny Wirawan yang telah memberikan dukungan dan doa.

4. Kedua kakak ipar saya, Novian Eka Atmaja dan Deasy Haryani yang telah memberikan dukungan dan doa.

5. Ketiga keponakan saya, Natanael Wisnu Murti, Michael Arya Widjaya, dan Albert Dimas Widjaya yang selalu memberi penghiburan.

6. Semua saudara yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya selama ini.

(6)

v

HALAMAN MOTTO

Selalu bersyukur dalam setiap apapun

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan,

dan bertekunlah dalam doa.”

(Roma, 12:12)

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.”

(Pengkhotbah, 3:11a)

“Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau cita-cita, kamu

taruh di sini di depan kening kamu, jangan menempel, biarkan

dia menggantung, mengambang 5 cm di depan kening kamu.

Jadi dia nggak akan lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa

mimpi, keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari,

dan percaya kamu pasti bisa.”

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Juni 2014 Penulis,

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Mido Rahayu

Nomor Induk Mahasiswa : 101134099

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA UNTUK

PEMBAGIAN BILANGAN DUA ANGKA BERBASIS METODE

MONTESSORI” beserta perangkat yang diperlukan, (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu permintaan dari izin saya maupun royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyatan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 26 Mei 2014 Yang menyatakan,

(9)

viii

ABSTRAK

Rahayu, Mido. (2014). Pengembangan alat peraga matematika untuk pembagian bilangan dua angka berbasis metode Montessori. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: Metode penelitian pengembangan, metode Montessori, alat peraga Montessori, pembagian, dan matematika.

Metode Motessori adalah salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengajar siswa di Sekolah Dasar. Metode ini dapat diterapkan dengan menggunakan alat peraga saat mengajar di kelas. Alat peraga ini dapat membantu siswa untuk mempelajari materi yang sifatnya abstrak menuju konkret. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan alat peraga matematika untuk pembagian bilangan dua angka berbasis metode Montessori.

Penelitian ini menggunakan metode pengembangan (R & D). Prosedur penelitian dan pengembangan alat peraga berbasis metode Montessori melalui lima tahap, yaitu (1) kajian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (2) analisis kebutuhan, (3) produksi alat peraga, (4) pembuatan instrumen penelitian, dan (5) validasi alat peraga, sehingga dihasilkan prototipe alat peraga matematika untuk pembagian bilangan dua angka berbasis metode Montessori di kelas II Sekolah Dasar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) alat peraga Montessori yang dikembangkan memiliki lima ciri, yaitu menarik, bergradasi, auto-correction,

auto-education, dan kontekstual; (2) alat peraga papan pembagian bilangan dua angka memiliki kualitas “sangat baik” dengan skor rerata validasi produk oleh pakar pembelajaran matematika, pakar pembelajaran Montessori, guru kelas II, dan siswa kelas II sebesar “3,74”; dan (3) alat peraga yang dikembangkan memiliki dampak hasil belajar siswa dengan kenaikan 78.06% dan siswa memiliki minat belajar menggunakan alat peraga. Selain itu, alat peraga yang dikembangkan dapat digunakan ntuk kelasa II Sekolah Dasar dan dapat diproduksi secara massal.

(10)

ix ABSTRACT

Rahayu, Mido. (2014). Developing a set of Mathematics teaching aids for division two rates number based on Montessori method. A thesis. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: research and development method, Montessori method, Montessori aids, division. and mathematics.

Montessari Method is one of methods that could be used to teach Elementary School. The method could be applicated using materials when teaching in the class. This teaching aids could also help the students in learning the abstract subjects into the concrete ones. This study was conducted to developing a set of Mathematics teaching aids for division two rates number based on Montessori method.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia yang telah diberikan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Alat Peraga Matematika untuk Pembagian Bilangan Dua Angka Berbasis Metode Montessori Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya sekarang ini. Karena itu, dengan hati yang tulus perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan secara baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD sekaligus

pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan bijaksana.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D selaku Wakaprodi PGSD.

4. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan bijaksana.

5. Theresia Mardinah, S.Si. selaku Kepala Sekolah SDK Pugeran Yogyakarta yang telah memberikan ijin peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah.

6. Fransisca Defeb Akadiana selaku guru kelas II SDK Pugeran Yogyakarta yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian di sekolah.

7. Seluruh guru SDK Pugeran Yogyakarta yang telah memberikan dukungan selama ini.

(12)

xi 9. Kedua orang tua saya, Hudiyono dan Rusiyah tercinta yang tiada lelah

memberikan dukungan, doa, bimbingan, dan kasih sayang.

10.Kedua kakak kandung saya, Titik Lestari dan Beny Wirawan yang telah memberikan dukungan dan doa selama ini.

11.Kedua kakak ipar saya, Novian Eka Atmaja dan Deasy Haryani yang telah memberikan dukungan dan doa selama ini.

12.Ketiga keponakan saya, Natanael Wisnu Murti, Michael Arya Widjaya, dan Albert Dimas Widjaya yang selalu memberi penghiburan.

13.Semua saudara dari kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya selama ini.

14.Teman-teman saya satu perjuangan skripsi payung Yovita Tira Vianita, Marlisa Dwi Kritianingsih, Danik Puspita Sari, Andreas Erwin Prasetya, Febri Wulandari, Patricia Risma Ananti, dan Agatha Rizki Ratri. Sebuah kebanggan bisa berjuang bersama kalian.

15.Sahabat-sahabat saya Yovita Tira Vianita, Elyta Wahyu Padmasari, Rischa Kristiana, Nindy Ayu, Septiana Anggraeni, Endika Elshanta, Kurnia Sera dan Melati Ayu Kusumaningdyah. Sebuah berkat yang indah memiliki teman seperti kalian.

16.Teman-teman PGSD angkatan 2010 kelas C, Ika Lusiana Ratnasari, Dwi Wulandari, Lia Anesti Oktavia, Luciana Renny Febrianti, Priyanti, Felicia Sinta, Bernadus Rangga Widyama, Ignatius Tri Prasetyo, Maria Prasetyaningrum, Mita Heny Oktavia dan semuanya yang selalu memberikan motivasi untuk selalu berjuang dan berkembang.

17.Teman-teman PPL SDK Pugeran Yogyakarta Marlisa Dwi Kristianingsih, Yustina Deny , Ignatius Tri Prasetyo, Bernadus Rangga Widyama, dan Euphemia Tya Cristy.

18.Teman-teman PGSD Montessori Club, Fetra, Noi, Bowo, Charla, Dina, Rindi, Stefi, Sinta, Bayu, Tasia, Susan, Tri, Andre, Tira, Kristi, Danik, dan Ima

(13)

xii 20.Teman-teman Komisi Remaja Pemuda GKJ Kebonarum.

21.Teman-teman Sub Komisi Remaja Blok III GKJ Kebonarum. 22.Paduan Suara Eklesia GKJ Kebonarum.

23.Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih utuk bantuan, dukungan, dan doanya selam ini.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju lebih kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat untuk dunia pendidikan.

Penulis,

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan Penelitian ...4

1.4 Manfaat Penelitian ...4

1.4.1 Bagi Siswa ...4

1.4.2 Bagi Guru ...4

1.4.3 Bagi Peneliti ...5

1.4.4 Bagi Sekolah ...5

1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ...5

1.6 Definisi Operasional ...6

BAB II LANDASAN TEORI ...8

2.1 Kajian Pustaka ...8

2.1.1 Hakikat Belajar ...8

2.1.2 Metode Pembelajaran Montessori ...9

2.1.2.1 Sejarah Metode Montessori ...9

2.1.2.2 Metode Montessori ...10

2.1.2.3 Prinsip Pembelajaran Metode Montessori ...11

2.1.3 Teori Perkembangan Anak ...12

2.1.3.1 Teori Perkembangan Anak menurut Piaget ...12

2.1.3.2 Teori Perkembangan Anak menurut Montessori ...13

2.1.4 Alat Peraga Matematika Berbasis Montessori ...14

2.1.4.1 Pengertian Alat Peraga ...14

2.1.4.2 Manfaat alat peraga ...15

2.1.4.3 Pengertian Alat Peraga Montessori ...16

2.1.4.4 Ciri-ciri Alat Peraga Montessori ...16

2.1.5 Alat Peraga Pembagian berbasis Montessori ...19

2.1.6 Pembelajaran Matematika ...19

(15)

xiv

2.6.1.2 Materi Pembagian Bilangan dalam Matematika ...20

2.2. Penelitian yang Relevan ...21

2.2.1 Alat Peraga Matematika ...21

2.2.2 Metode Montessori ...23

2.3 Kerangka Berpikir ...24

2.4 Pertanyaan-pertanyaan Penelitiaan ...26

BAB III METODE PENELITIAN ...27

3.1 Jenis Penelitian ...27

3.2 Setting Penelitian ...29

3.2.1 Waktu Penelitian ...29

3.2.2 Objek Penelitian ...29

3.2.3 Lokasi Penelitian ...29

3.2.4 Subjek Penelitian ...30

3.3 Prosedur Pengembangan...30

3.4 Teknik Pengujian Instrumen ...33

3.4.1 Uji Keterbacaan terhadap Instrumen Analisis Kebutuhan ...34

3.4.2 Validasi Instrumen Tes oleh Pakar...34

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes secara Empirik ...34

3.4.4 Uji Keterbacaan terhadap Instrumen Validitas Produk oleh Ahli ...35

3.4.5 Uji Validitas terhadap Produk Oleh Ahli ...35

3.4.6 Uji Validitas Produk dengan Uji Coba Lapangan Terbatas ...35

3.5 Instrumen Penelitian ...35

3.5.1 Jenis Data ...35

3.5.1.1 Kuantitatif ...35

3.5.1.2 Kualitatif ...36

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data ...36

3.5.2.1 Tes ...36

3.5.2.2 Non tes ...36

3.6 Teknik Pengumpulan Data ...37

3.6.1 Observasi ...37

3.6.2 Wawancara ...38

3.6.3 Kuesioner ...39

3.6.4 Tes ...39

3.7 Teknik Analisis Data ...40

3.7.1 Tes ...40

3.7.2 Observasi ...41

3.7.3 Wawancara ...41

3.7.4 Kuesioner ...42

3.7.5 Triangulasi Data ...43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...45

4.1 Kajian Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran ...45

4.2 Analisis Kebutuhan...45

4.2.1 Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori ...45

4.2.2 Analisis Karakteristik Siswa ...47

4.2.3 Pembuatan Kuesioner Analisis Kebutuhan ...47

4.2.4 Data Analisis Kebutuhan ...51

4.3 Pembuatan Alat Peraga ...54

(16)

xv

4.3.2 Album Alat Peraga ...58

4.3.3 Pengumpulan Bahan ...59

4.3.4 Pembuatan Alat Peraga ...59

4.4 Instrumen Penelitian ...61

4.4.1 Instrumen Tes ...61

4.4.2 Hasil Uji Keterbacaan Intrumen Tes ...62

4.4.3 Validitas dan Reliabiltas Instrumen secara Empirik ...63

4.4.4 Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk ...64

4.5 Validasi Alat Peraga ...66

4.5.1 Hasil Validasi Alat Peraga oleh Pakar ...66

4.5.1.1 Pakar Pembelajaran Matematika ...67

4.5.1.2 Pakar Pembelajaran Montessori ...67

4.5.1.3 Guru ...67

4.5.2 Analisis I ...68

4.5.3 Revisi Produk ...69

4.5.4 Ujicoba Lapangan Terbatas ...69

4.5.5 Analisis Proses dan Dampaknya ...70

4.5.5.1 Analisis Hasil Tes...73

4.5.5.2 Analisis Kuesioner Validasi Produk oleh Siswa ...75

4.6 Kajian Produk Akhir ...76

4.7 Konsekuensi Lebih Lanjut ...77

BAB V PENUTUP ...79

5.1 Kesimpulan ...79

5.2 Katerbatasan Penelitian ...80

5.3 Saran ...80

DAFTAR REFERENSI ...82

LAMPIRAN ...86

(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literature Map dan penelitian sebelumnya ... 24 Bagan 3.1 Tahap-tahap penelitian R & D dari Sugiyono ... 27 Bagan 3.2 Tahap-tahap R & D menurut Borg & Gall yang diadaptasi

Dari Dick, W., Carey, L., & Carey, J.O. (2007) ... 28 Bagan 3.3 Prosedur penelitian pengembangan mengadopsi model

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi pedoman observasi karakteristik siswa ... 38

Tabel 3.2 Kisi-kisi pedoman wawancara terhadap kepala sekolah ... 39

Tabel 3.3 Kisi-kisi pedoman wawancara terhadap guru ... 39

Tabel 3.4 Kisi-kisi dan indikator operasi pembagian bilangan dua angka ... 40

Tabel 3.5 Konversi data kuantitatif ke data kualitatif skala lima menurut Widoyoko ... 42

Tabel 4.1 Konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif ... 48

Tabel 4.2 Hasil pengkonversian data skala 1-4 ... 49

Tabel 4.3 Hasil tabulasi uji keterbacaan kuesioner ... 50

Tabel 4.4 Hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa ... 51

Tabel 4.5 Hasil analisis kebutuhan guru ... 53

Tabel 4.6 Hasil tabulasi penilaian instrumen tes ... 62

Tabel 4.7 Hasil perhitungan validitas soal ... 63

Tabel 4.8 Hasil reliabilitas soal tes ... 64

Tabel 4.9 Hasil reliabilitas soal tes yang digunakan ... 64

Tabel 4.10 Hasil penilaian uji keterbacaan kuesioner validitas produk ... 65

Tabel 4.11 Hasil validasi produk oleh ahli ... 66

Tabel 4.12 Komentar ahli terhadap validasi produk ... 68

Tabel 4.13 Perbandingan hasil pretest dan posttest ... 73

Tabel 4.14 Rekapitulasi kuesioner validasi produk oleh siswa ... 75

(19)

xviii

DAFTAR RUMUS

Rumus 3.1 Rumus perhitungan pretest dan posttest ... 41

Rumus 3.2 Rumus perhitungan nilai rerata ... 41

Rumus 3.3 Rumus perhitungan peningkatan nilai ... 41

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Stamp games ... 54

Gambar 4.2 Gambar desain kotak balok ... 55

Gambar 4.3 Gambar tutup balok ... 56

Gambar 4.4 Desain papan pembagian ... 56

Gambar 4.5 Desain kartu soal ... 57

Gambar 4.6 Desain balok angka ... 57

(21)

xx

DAFTAR DIAGRAM

(22)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Analisis Kebutuhan ... 87 Lampiran 1.1 Kisi-kisi Observasi ... 87 Lampiran 1.2 Kisi-kisi Wawancara... 87 Lampiran 1.3 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 87

Lampiran 2 Analisis Kebutuhan ... 88

Lampiran 2.1 Rekapitulasi Uji Keterbacaan Instrumen Analisis Kebutuhan

Siswa ... 88 Lampiran 2.2 Hasil Perbaikan Item Pertanyaan Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 91 Lampiran 2.3 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Siswa ... 92 Lampiran 2.4 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Guru ... 94

Lampiran 3 Insrumen Penelitian ... 96 Lampiran 3.1 Validasi Instrumen Tes ... 96 Lampiran 3.1.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes... 96 Lampiran 3.1.2 Rekapitulasi Penilaian Instrumen Tes ... 97 Lampiran 3.1.3 Soal Ujicoba Empirik ... 98 Lampiran 3.1.4 Kunci Jawaban Soal Ujicoba Emprik ... 104 Lampiran 3.1.5 Rekapitulasi Validitas Tes ... 109 Lampiran 3.2 Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk ... 111 Lampiran 4.3 Validasi Alat Peraga ... 112

Lampiran 4 Uji Coba Lapangan Terbatasq ... 113

Lampiran 4.1 Soal Tes Ujicoba Lapangan Terbatas ... 113 Lampiran 4.2 Kunci Jawaban ... 117 Lampiran 4.3 Rekaptulasi Hasil Pretest... 120 Lampiran 4.4 Rekapitulasi Hasil Posttest ... 120 Lampiran 4.5 Rekapitulasi Kuesioner Siswa ... 120 Lampiran 4.6 Foto Penelitian ... 121

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ... 122

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian... 123

Lampiran 7 Desain Alat Peraga... 124 Lampiran 7.1 Desain Kotak Balok ... 124 Lampiran 7.2 Tutup kotak ... 125 Lampiran 7.3 Desain Papan Pembagian... 126 Lampiran 7.4 Desain Kartu Soal ... 127 Lampiran 7.5 Desain Balok Angka ... 127 Lampiran 7.6 Desain Pion ... 128 Lampiran 7.7 Alat Peraga Papan Pembagian ... 129

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifik produk yang dikembangkan, dan (6) definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha yang ditempuh sebagai upaya mengembangkan kemampuan dan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang melalui pengajaran ataupun bimbingan belajar serta dengan menjalin hubungan dengan lingkungan sekitarnya (Arifin, 2009: 39). Pengajaran atau bimbingan belajar dilakukan untuk memperoleh sesuatu yaitu pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan seseorang tersebut dapat berkembang dengan baik jika diasah sejak dini. Lembaga pendidikan yang mengajarkan mengenai pengetahuan dan pengalaman adalah Sekolah Dasar (SD). Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas, 2012) Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan di Indonesia yang paling mendasar. Proses pembelajaran di SD hendaknya dilaksanakan secara efektif oleh pengajar menggunakan berbagai metode pembelajaran.

Guru atau pengajar merupakan sentral penting dalam pendidikan di Indonesia (World Bank, 2011: 1). Saat mengajar guru perlu memberikan suatu pembelajaran yang inovatif. Terlebih lagi sistem pendidikan dan kurikulum yang berganti membuat pemerintah melakukan reformasi terhadap manajemen tenaga pengajar. Pelaksanaan dilakukan untuk meningkatkan keefisienan, keefektifan, dan pengajaran yang berkualitas tinggi bagi para tenaga kerja (World Bank, 2011: 1). Meskipun sistem reformasi sudah dijalankan, namun hasil belajar siswa Indonesia dalam Ujian Standar Nasional Internasional lebih rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya di dunia (World Bank, 2011: 2).

(24)

2 didukung dengannya alat bantu pendidikan (Suparno, 2002: 51) Alat bantu pendidikan adalah alat yang digunakan oleh pendidik untuk menyajikan materi ajarnya (Halim, Suhartini, Arif, dan Sunarto, 2005: 20). Alat bantu yang digunakan guru ini sering disebut dengan alat peraga, karena fungsinya adalah membantu dan memperagakan suatu benda dalam proses belajar mengajar (Halim. dkk, 2005: 20). Melalui belajar konstruktivis, siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman yang ditemukan.

Salah satu tokoh pendidikan dunia yang mengajar melalui belajar konstruktivis adalah Maria Montessori. Montessori adalah seorang dokter di Italia, namun seorang Montessori pendidik yang terkenal akan pemikiran-pemikirannya yang luar biasa (Magini, 2013: 43). Montessori bersama Talamo membuka sekolah yang diberi nama “Casa dei Bambini”. Sekolah ini dirikan

untuk menampung anak-anak di lingkungan kumuh di Roma. Anak-anak yang bersekolah di sana adalah anak-anak yang kurang teratur dan senang melawan. Setiap berkunjung di sekolahan tersebut, Montessori selalu membawa alat peraga yang bersifat didaktis yang dirancang oleh Itard dan Seguin (Magini, 2013: 48). Ketika anak-anak yang bersekolah di Casa dei Bambini melihat alat paraga yang dibawa oleh Montessori, mereka sangat tertarik dan berkonsentrasi menggunakan alat peraga tersebut (Magini, 2013:48-49).

Seseorang akan memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui alat bantu pendidikan (Halim. dkk, 2005: 21). Hal ini sesuai dengan tahap perkembangan anak SD yaitu 7-11 tahun. Menurut Piaget tahap perkembangan anak yang masuk pada usia ini tergolong pada tahap operasional konkret (concrete operation) (Suparno, 2001: 69). Pada tahap ini anak mampu menyelesaikan masalah menggunakan benda yang bersifat nyata Meskipun anak sudah mampu berpikir secara logis, akan tetapi anak mempunyai keterbatasan pada hal yang bersifat konkret dan belum mampu berpikir secara abstrak.

(25)

3 Mempelajari matematika membuat para siswa untuk bisa berpikir secara logis, matematis dan kreatif seperti pada tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku di Indonesia. Menurut Programme for International Study Asessment (PISA) 2012 pencapaian mutu pendidikan Indonesia berada di peringkat terendah. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Education for All Global Monitoring Report oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menyatakan bahwa Indonesia berada diperingkat 64 dari 120 negara di dunia. Selain itu, peneliti pernah melakukan pengamatan melalui kegiatan bimbingan belajar, Program Pengakraban Lingkungan (Probaling), dan Program Pengalaman Lingkungan (PPL) dibeberapa SD di Yogyakarta di mana guru mengajar siswa menggunakan metode ceramah. Selain itu, gru terkadang menggunakan alat peraga yang terbatas pada alat peraga untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang belum diketahui apakah sudah mengalami proses pengujian atau belum

(26)

4 Penelitian ini dibatasi pada materi pembagian bilangan dua angka dengan Standar Kompetensi “Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai bilangan dua angka” dengan Kompetensi Dasar “Melakukan pembagian bilangan dua angka” pada siswa kelas II Sekolah Dasar.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana ciri-ciri alat peraga berbasis Montessori yang dikembangkan untuk melatih siswa pembagian bilangan dua angka di kelas II Sekolah Dasar?

1.2.2 Bagaimana kualitas alat peraga berbasis Montessori yang dikembangkan untuk melatih konsep pembagian bilangan dua angka di kelas II di Sekolah Dasar?

1.2.3 Bagaimana dampak penggunaan alat peraga berbasis Montessori untuk melatih konsep pembagian bilangan dua angka di kelas II Sekolah Dasar?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengembangkan alat peraga sesuai dengan ciri-ciri alat peraga berbasis Montessori untuk melatih anak pembagian bilangan dua angka di kelas II Sekolah Dasar.

1.3.2 Mengetahui kualitas pengembangan alat peraga Montessori untuk konsep pembagian bilangan dua angka di kelas II Sekolah Dasar.

1.3.3 Mengetahui dampak penggunaan alat peraga berbasis Montessori untuk melatih konsep pembagian bilangan dua angka di kelas II Sekolah Dasar.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa-siswa kelas II SD untuk berlatih mengenai bilangan dua angka dengan baik menggunakan alat peraga yang dikembangkan dan sudah diujicoba secara ilmiah.

1.4.2 Bagi Guru

(27)

5

1.4.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat membantu peneliti untuk membuat dan mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori yang berkualiatas dengan memanfatkan potensi lokal di lingkungan sekitar sekolah

1.4.4 Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi sekolah dalam mengembangkan alat peraga di materi pelajaran matematika yang lain dan mata pelajaran lain. selain itu sekolah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

1.5Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah alat peraga matematika yang berlandaskan pada metode Montessori. Alat peraga ini dikembangkan sesuai dengan prosedur pengembangan suatu produk. Alat peraga ini dikembangkan dengan mengadopsi ciri-ciri alat peraga berbasis metode Montessori dengan memanfaakan potensi lokal di lingkungan sekolah. Dalam penelitian ini, peneliti memilih kayu mindi sebagai bahan baku dalam pembuatan alat peraga.

Alat peraga yang dikembangkan berupa papan pembagian bilangan dua angka. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah yaitu pembagian bilangan dua angka yang diadopsi dari permainan stamp games. Pengembangan alat peraga ini disesuaikan kebutuhan anak, Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar di kelas II. Alat peraga yang dikembangkan kemudian diuji cobakan di kelas II SDK Pugeran Yogyakarta. Standar Kompetensi “Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka” dengan Kompetensi Dasar “Melakukan pembagian bilangan dua angka”

(28)

6 peraga tersebut saat berlatih. Balok kotak yang berisi pion, balok angka, kartu soal dan kunci jawaban memiliki ukuran lebar 19, 5 cm, panjang 26,5 cm, dan tinggi 5 cm. Pion yang terdapat di balok kotak berjumlah 18 buah. Balok angka terdiri atas 81 balok satuan, 30 puluhan, 20 ratusan, dan 20 ribuan. Kartu soal terdiri atas 40 soal beserta kunci jawaban di sebalik kartu soal pembagian.

Pemilihan warna pada alat peraga pembagian bilangan disesuikan dengan analisis kebutuhan siswa. Pion pada alat peraga ini berwarna merah. Pion ini berukuran dengan diameter 1,5 cm dan tinggi 4 cm. Pion ini digunakan sebagai pembagi. Alat peraga dibuat layaknya pion dalam permainan catur (skittle) seperti pada alat peraga Montessori. Balok angka pada alat peraga ini berukuran lebar 1,7 cm, panjang 1,7 cm, dan tinggi 1 cm. Balok angka terdiri atas empat warna, yaitu biru muda untuk balok angka satuan, ungu untuk balok angka puluhan, orange untuk balok angka ratusan, dan biru tua untuk balok ribuan. Kartu soal beserta kunci jawaban dibuat dengan ukuran 9 x 4 cm. Kartu soal ini dibuat menggunakan kertas yang cukup tebal dan memiliki kualitas yang baik.

1.6Definisi Operasional

1.6.1 Metode Montessori adalah metode yang dikembangkan oleh Montessori yang diajarkan yang ditekankan pada langkah-langkah pembelajaran sesuai filosofinya

1.6.2 Alat peraga adalah suatu benda bantu yang digunakan dan diperagakan guru dalam mengajar.

1.6.3 Alat peraga berbasis Montessori adalah material yang menerapkan prinsip pembelajaran Montessori yaitu dengan lima karakter menarik, bergradasi,

auto-correction, auto-education, dan kontekstual.

1.6.4 Pembagian adalah materi pelajaran matematika mengenai pengurangan berulang.

(29)

7 1.6.6 Matematika adalah mata pelajaran yang mempelajari hitung-menghitung

suatu bilangan.

1.6.7 Album alat peraga adalah kumpulan petunjuk penggunaan benda dalam pembelajaran.

(30)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini akan menjelaskan mengenai, (1) kajian pustaka, (2) penelitian yang relevan, dan (3) kerangka berpikir.

2.1Kajian Pustaka 2.1.1 Hakikat Belajar

Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil dari konstruksi kognitif berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh seseseorang (Suparno dalam Trianto, 2010: 75). Konstruksi kognitif yang dimaksud dalam hal ini adalah pengetahuan yang merupakan hasil bentukan dari pemikiran seseorang. Pengetahuan ini dapat ditemukan seseorang melalui pengalaman di lingkungan sekitarnya. Pemeroleh pengetahuan di lingkungan sekitar sesuai dengan teori belajar Vygotskty, dimana anak belajar melalui interaksi sosial di lingkungan sekitarnya. Interaksi sosial inilah yang mendorong seseorang untuk mengubah atau mentransformasi pengalaman-pengalaman belajar (Schuck, 2012: 339).

Salah satu ilmuwan yang terkenal juga dengan teori konstruktivisme (constructivism) adalah Jean Piaget. Belajar menurut Piaget merupakan adaptasi yang bersifat holistik dan bermakna, yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap kondisi baru yang ditemui serta dapat membuat seseorang tersebut mengalami perubahan yang tetap (Semiawan, 2008: 11). Mengalami perubahan yang bersifat tetap di sini berkaitan dengan membangun hubungan konsepsi yang dimengerti sebelumnya dengan kenyataan yang baru dipelajari. (Suyono & Haryanto, 2011: 13). Anak tidak hanya sekedar mengumpulkan hal-hal yang telah dipelajari, akan tetapi mereka dapat menggabungkan antara apa yang diperoleh dengan pengalaman-pengalaman yang dialami (Ormrod, 2008: 40).

(31)

9 mampu membangun makna belajar yang dihasilkan oleh pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu (Clabaugh dalam Suyono & Haryanto, 2011: 89-90).

2.1.2 Metode Pembelajaran Montessori 2.1.2.1Sejarah Metode Montessori

Maria Montessori adalah seorang dokter wanita yang berasal dari negara Italia. Montessori lahir di kota Chiaravalle, Ancona, Italia Utara pada tanggal 31 Agustus 1870. Semasa hidupnya, Montessori pernah mendapatkan beasiswa dari

Rolli Foundation. Melalui keberhasilannya tersebut, Montessori diberi kesempatan menjadi asisten di rumah sakit (Magini, 2013: 20). Pada tanggal 10 Juli 1896, Montessori berhasil lulus dari Fakultas Kedokteran dengan nilai yang sangat luar biasa.

Sekitar tahun 1897 Montessori bergabung menjadi seorang asisten di rumah sakit Santo Spirito di klinik psikiatri. Di klinik inilah Montessori bertugas memberikan layanan kesehatan dan terapi bagi pasien yang memiliki gangguan saraf dan cacat mental. Ketika mengunjungi rumah sakit jiwa, Montessori melihat perlakuan yang tidak adil terhadap anak-anak tunagrahita yang dikurung dalam suatu ruangan tanpa aktivitas maupun sarana untuk berkegiatan. Melihat peristiwa itu, Montessori tergugah hatinya untuk mempelajari ilmu mengenai anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental dan membawanya untuk mempelajari tulisan-tulisan dan penelitian terdahulunya, yaitu Jean Marc, Gaspard Itard, dan Edouard Seguin. Menurut Seguin, pendidikan haruslah mencakup aspek di antaranya pelatihan otot-otot tubuh dan saraf sensorial, pendidikan intelektual, dan pendidikan mental yang di dalamnya terdapat kemauan anak (Montessori, 2002: 30).

Montessori mulai masuk dalam pendidikan anak dengan mendirikan Casa dei Bambini atau Children’s House pada tanggal 6 Januari 1907 atas usulan Edoardo Talamo seorang Direktur Jenderal Asosiasi Roma. Casa dei Bambini

(32)

10 datang di sekolah itu, Montessori melakukan observasi terhadap aktivitas yang dilakukan anak di kelas. Bertolak dari observasi inilah Montessori menemukan metode pembelajarannya, dimana metodenya tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak di Casa dei Bambini.

2.1.2.2Metode Montessori

Metode Montessori mengajarkan kepada para siswa mengenai kebenaran mendasar tata bahasa, matematika, biologi dan sebagainya. Siswa Montessori dibebaskan untuk memilih pekerjaaan yang akan dilakukan dan kapan mereka inginkan. Anak-anak di kelas Montessori juga sering sekali belajar secara kolaboratif bersama temannya, tidak ada penggolongan usia, pekerjaan yang mereka lakukan berfokus pada penyelesaian proyek (Lillard, 2005: 328). Pendidikan Montessori menuntun para siswa semakin dekat dengan penemuannya, dengan maksud yang baik bahwa menggunakan pengulangan mereka tidak pernah gagal dalam mempelajari hal yang mereka temukan.

Menurut Hainstock (1997: 10) metode Montessori mengandung pengertian pendekatan yang dilakukan secara tidak langsung untuk mengajarkan anak mengenai pandangan yang luas. Hal mendasar dalam metode Montessori adalah bahwa setiap anak mempunyai kemampuan batin yang dapat memberikan dorongan atau motivasi untuk mencari kegiatan khusus dan berinteraksi. Tujuan kelas yang menggunakan metode Montessori adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang siap, di mana anak dibebaskan untuk menemukan dan meningkatkan pengetahuannya serta disiplin untuk berfokus pada tugas yang dikerjakan. Montessori menghargai ruang kelas sebagai tempat untuk mengamati anak dan menguji serta pemberian gagasan dan pertolongan untuk perkembangan pengetahuan anak. Montessori percaya bahwa semua anak bukan kertas yang kosong (Kallio, 2008: 1). Anak-anak juga dapat mengembangkan keterampilan yang dimilikinya semaksimal mungkin.

(33)

11 untuk didengar dan dihargai, dan minat. Kebutuhan tersebut bersifat umum, tanpa membedakan kebudayaan, latar belakang, gender, dan ras anak (Patamic, 2013: 8).

2.1.2.3Prinsip Pembelajaran Metode Montessori

(34)

12 motivasi untuk belajar. (6) Konteks dalam pembelajaran. Montessori membuat satu set alat dan merancang sistem pembelajaran yang mengaplikasikan dan bermakna yang tepat untuk mengajarkan para siswa. Selain itu, siswa yang belajar dengan program pembelajaran Montessori dapat belajar dengan melakukan secara langsung. (7) Gaya interaksi guru terhadap belajar anak. Montessori memberi saran bagi guru untuk menjalin interaksi yang baik dengan siswa. Guru yang peka terhadap tanggapan anak membuat anak mempunyai harapan yang besar untuk belajar, mengembangkan kedewasaan anak, meningkatkatkan prestasi, simpati, empati, dan karakter yang berkembang. (8) Keteraturan dan kerapian dalam lingkungan belajar. Kelas Montessori sangat tertata dengan rapi secara fisik dan secara konseptual (bagaimana penggunaan material yang dikembangkan). Target dalam pembelajaran Montessori adalah adanya keteraturan dalam di sekolah.

2.1.3 Teori Perkembangan Anak

2.1.3.1Teori Perkembangan Anak menurut Piaget

(35)

13 berpikir yang berdasarkan pada aturan tertentu yang logis. Anak yang telah berkembang sistem berpikir secara logis, dapat menerapkannya untuk menyelesaikan masalah-masalah konkret yang dihadapi (Suparno, 2001: 69). Meskipun anak sudah mampu berpikir secara logis, akan tetapi anak mempunyai keterbatasan pada hal yang bersifat konkret dan belum mampu berpikir secara abstrak. (4) Tahap operasi formal (11 tahun ke atas). Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir secara logis dan mulai dapat berpikir secara abstrak. Selain hal tersebut, anak mampu mengambil kesimpulan atas pengalaman yang dialaminya. Misalnya anak mengetahui pemikiran jika hujan turun, maka jalan akan basah. Berpikir logika untuk mengambil kesimpulan seperti di atas lebih menjelaskan pada kemampuan siswa berpikir logika saja. Meskipun hanya menjelaskan pada berpikir secara logika, namun tidak semua anak dapat menyimpulkan seperti hal yang di atas.

Berdasarkan teori perkembangan Piaget di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa SD masuk pada tahap operasi konkret. Tahap ini anak memiliki keterbatasan berpikir secara konkret. Siswa perlu belajar pada hal-hal yang bersifat nyata dan belum mampu untuk berpikir secara abstrak. Meskipun para siswa berpikir secara konkret, namun mereka dapat berpikir secara logis untuk membendakan sesuatu tanpa harus diberitahu oleh orang lain, selain itu siswa dapat menarik kesimpulan berdasarkan apa yang mereka peroleh (Ormrod, 2008:45)

2.1.3.2Teori Perkembangan Anak menurut Montessori

(36)

14 berkembang adalah daya imajinasi anak mulai berkembang, pemahaman atas nilai-nilai moral, mampu bersosialisai dengan orang lain, mulai mengenal budaya sekitar, dan menampilkan kebudayaan fisik. Berkembangnya karakteristik di atas merupakan menjadi awalan dari tahap perkembangan selanjutnya. (3) Tahap ketiga (12-18 tahun). Usia 12-18 tahun merupakan kelanjutan perkembangan anak yang sudah mengalami tahap perkembangan kedua (6-12 tahun). Pada tahap ini kematangan fisik anak mulai berkembang di mana anak mulai mencari identitas diri. Anak akan mulai menyukai kebebasan dan mandiri tanpa harus bergantung terus-menerus dengan keluargnya. Kebebasan dan mandiri anak tidak terlepas dari lingkungan sosial yang mengajarnya.

Anak mempunyai tahap perkembangan yang berbeda. Anak yang duduk di bangku SD memasuki tahap perkembangan kedua, dimana karakteristik anak pada tahap perkembangan ini sudah berkembang lebih baik daripada yang sebelumnya. Karakteristik anak atau siswa adalah keseluruhan dan kemampuan anak sebagai pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan gambaran kegiatan untuk menggapai impiannya (Rosyada, 2008: 187). Melalui pengalamannya, anak dapat mengembangkan potensi dalam dirinya untuk mempelajari hal selanjutnya.

2.1.4 Alat Peraga Matematika Berbasis Montessori 2.1.4.1Pengertian Alat Peraga

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) alat adalah benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu. Peraga diartikan sebagai alat media pengejaran untuk memperagakan suatu pelajaran (KBBI, 2005). Pada suatu pembelajaran, sarana yang digunakan untuk menunjang suatu pembelajaran dikenal sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran menurut Anitah (2010: 5) diartikan sebagai tiap orang, bahan, alat, atau kejadian yang memungkinkan pembelajar menerima pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap.

(37)

15 alat peraga diartikan sebagai benda spesifik yang digunakan untuk mengajarkan (Smaldino, 2012: 4-5).

Pengertian benda spesifik yang digunakan untuk mengajar sesuai dengan pengertian alat peraga yang dijelaskan Sugiarni. Menurut Sugiarni (2012: 2) alat peraga alat yang digunakan untuk membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk menjelaskan materi serta memotivasi siswa untuk mau belajar. Berdasarkan pengertian yang dungkapakan oleh ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengertian alat peraga dengan media pembelajaran. Secara keseluruhan, alat peraga dapat diartikan sebagai suatu benda spesifik yang digunakan oleh guru untuk membantu dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Adanya alat peraga ini hal-hal yang bersifat abstrak bagi siswa dapat disajikan dengan menggunakan alat yang konkret atau nyata sehingga siswa dapat merasakan secara langsung dengan menggunakannya hingga dapat mempermudah dalam memahami.

2.1.4.2Manfaat alat peraga

Menurut Sudjana dan Rifai (dalam Sukiman, 2012: 43-44) ada empat manfaat alat peraga. Manfaat tersebut, yaitu (1) pembelajaran menjadi menarik. Pembelajaran yang menarik dapat mengembangkan motivasi siswa untuk belajar. (2) bahan pelajaran disampaikan lebih jelas maknanya. Melalui proses pembelajaran yang bermakna, siswa dapat terbantu dalam mencapai tujuan pembelajaran. (3) metode pembelajaran lebih bervariasi. Penggunaan alat peraga dapat membantu guru agar peserta didik tidak bosan dalam mengikuti pelajaran, dan (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran. Melalui alat peraga ini dapat membantu siswa dalam kegiatan mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan materi.

(38)

16 Berdasarkan hal tersebut, penggunaan alat peraga sangat diperlukan siswa dalam memahami operasi hitung yang masih bersifat abstrak.

2.1.4.3Pengertian Alat Peraga Montessori

Montessori mendefinisikan alat peraga sebagai alat yang digunakan untuk mengajar anak yang dirancang secara sederhana namun terlihat menarik, memungkinkan pemerolehan pengetahauan yang lebih banyak, belajar secara mandiri serta belajar mengetahui kesalahan yang mereka buat saat belajar (Lillard, 1997: 11). Montessori menggunakan alat peraga untuk mengajar para siswanya di

Casa dei Bambini. Alat peraga didaktis yang dibawa oleh Montessori merupakan buatan Itard dan Seguin yang sudah dimodifikasi dan diujicobakan di sekolah ortofrenik. Alat peraga yang dibuat oleh Montessori kemudian dimodifikasi sesuai dengan anak normal dan didesain secara sendiri (Magini, 2013: 48).

2.1.4.4Ciri-ciri Alat Peraga Montessori

Montessori menjabarkan ciri-ciri alat peraganya, yaitu menarik sebagai ciri yang pertama. Tujuan pembelajaran adalah memperoleh pemahaman dan pengetahuan. Untuk memperoleh suatu pemahaman dan pengatahuan tersebut diperlukanlah sebuah alat peraga. Alat-alat peraga haruslah dibuat menarik. Menarik dalam arti guna membangkitkan hasrat anak untuk ingin menyentuh, meraba, memegang, merasakan, dan mempergunakannya untuk belajar. Agar menarik, warna alat peraga haruslah cerah dan lembut untuk dipegang oleh anak sehingga anak menggunakannya (Montessori, 2002: 174).

(39)

17 kubus kedua. Kubus keempat memiliki ukuran panjang sisi 1 cm lebih kecil dan begitu seterusnya sampai kubus ke sepuluh. Selain bergradasi secara bentuk, alat peraga Monteesori juga memiliki gradasi untuk materi yang berbeda. Sebagai contoh adalah Binomial Cube. Binomial Cube jika digunakan untuk anak Taman Kanak-kanak (TK), alat peraga tersebut digunakan untuk mainan. Apabila alat tersebut untuk kelas yang lebih tinggi, alat tersebut digunakan untuk mengejarkan mengenai materi kuadrat.

Ciri alat peraga yang ketiga adalah auto-correction. Alat peraga yang baik adalah alat peraga yang mempunyai pengendali kesalahan. Tujuan pengendali kesalahan ini adalah untuk membantu anak mengoreksi sendiri kekeliruan yang dibuat tanpa perlu diberi tahu oleh orang lain. Sebagai contoh misalnya kartu huruf untuk mengenalkan anak bermacam-macam huruf vokal dengan huruf konsonan. Latihan awal di mulai dengan pendidik memberikan dua macam kartu huruf “a” dan “b” dengan menyebutkan ini “a” dan ini “b”. Anak dibimbing untuk meraba kartu angka tersebut dengan menggunakan jari tengah dan jari telunjuk. Permukaan huruf kasar, sedangkan alas dari kartu tersebut halus. Pengendali kesalahan (auto-correction) terlihat ketika menggunakan jari saat meraba kartu huruf. Untuk melatih ingatan tentang huruf-huruf ini, anak perlu latihan yang berulang-ulang (Montessori, 2002: 171).

Ciri alat peraga keempat adalah auto-education. Alat peraga yang dirancang haruslah disesuaikan dengan kecakapan dan kebutuhan anak. Saat bekerja anak dapat membawa dan mempergunakan alat peraga sendiri. Ketika menggunakan alat peraga ini anak dapat menyerap sendiri pemahaman yang diperoleh tanpa diberitahukan oleh orang lain. Tugas direktris di kelas adalah sebagai pengamat yang memberikan arahan pada anak ketika belajar. Arahan yang diberikan oleh direktris haruslah singkat agar anak dapat belajar secara mandiri (Montessori, 2002: 172).

(40)

18 kertas karton untuk membuat huruf tegak bersambung (Magini, 2013: 58). Montessori memanfaatkan lingkungan sebagai konteks pembelajaran tanpa batas. Berdasarkan hal tersebut peneliti menambahkan satu ciri alat peraga yang dikembangkan, yaitu kontekstual. Kontekstual menurut KKBI diartikan sebagai berhubungan dengan konsteks, sedangkan konteks diartikan sebagai pola yang berhubungan di dalam lingkungan langsung seseorang (Johnson, 2002: 34). Menurut Johnson (2002: 31-33) pembelajaran kontekstual dikenal sebagai

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan lebih daripada sekedar menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan mereka sendiri. Kelebihan dari konteks ini adalah hasil pembelajaran diharapkan lebih alamiah berbentuk kegiatan siswa bekerja mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

(41)

19 menemukan kesalahan dia bisa memperbaikinya sendiri tanpa diberi tahu oleh orang lain. Ciri kontekstual terletak pada penggunaan material kayu sebagai bahan utama membuat alat peraga papan pembagian bilangan. Material/bahan kayu dapat ditemukan di lingkungan sekitar sekolah.

2.1.5 Alat Peraga Pembagian berbasis Montessori

Pembagian merupakan lawan dari perkalian. Pembagian sering disebut sebagai pengurangan berulang sampai habis (Huruman, 2008: 26). Sebelum mempelajari materi mengenai pembagian, siswa sudah bisa mengenai konsep pengurangan maupun perkalian. Dalam memperkenalkan keterampilan hitung pembagian menggunakan metode Montessori diawali dengan mengenalkan konsep pembagian. Untuk mengenalkan konsep ini diperlukan sebuah alat peraga yaitu manik emas. Selain itu dapat menggunakan pula papan pembagian 10, papan pembagian 20, dan pembagian 30 serta tabel pembagian 10, tabel pembagian 20, dan tabel pembagian 30.

2.1.6 Pembelajaran Matematika

2.1.6.1Hakikat Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2007: 143) metematika merupakan suatu ilmu umum yang berdasarkan pada perkembangan teknologi, disiplin ilmu, dan mampu meningkatkan kemampuan pikir manusia. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (kamus elektronik) matematika merupakan ilmu tentang bilangan, yang berhubungan dengan bilangan, serta mengenai prosedur yang pakai untuk menyelesaikan permasalahan bilangan. Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan sebuah ilmu yang berhubungan dengan bilangan yang dapat meningkatkan kecakapan berpikir seseorang untuk menyelesaikan masalah.

(42)

20 menyelesaikan masalah matematika yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya kegaiatan jual-beli barang, pemberian diskon, perhitungan luas, dll.

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembagian bilangan dua angka untuk kelas II semester genap. Standar Kompetensi yang dipakai adalah “Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka” dengan Kompetensi Dasar “Melakukan pembagian bilangan dua angka”. Pembagian ada dua macam yaitu pembagian statis dan pembagian dinamis.

2.6.1.2 Materi Pembagian Bilangan dalam Matematika

Materi pembagian bilangan mulai diajarkan di kelas II SD. Pembagian dapat diartikan sebagai bentuk pengurangan berulang hingga habis (Heruman, 2010: 17). Pembagian merupakan kebalikan dari perkalian. Pembagian merupakan operasi hitung yang paling sukar di antara oparasi hitung penjumlahan, pengurangan, dan perkalian (Sig, 2012: 10). Pembagian dapat disimbolkan dengan tanda “:”. Berikut ini adalah contoh perhitungan pembagian merupakan pengurangan yang berulang sampai habis (Suwanto,dkk., 2010: 20).

1) 10 : 5 = …

bilangan yang dibagi

bilangan pembagi

(artinya 10 dikurangi 5 berulang-ulang hingga hasilnya habis (0)) 10

5 - (dikurangi 1 kali) 5

5 - (dikurangi 2 kali) 0

Ternyata pengurangan habis setelah 2 kali berulang Jadi, 10 : 5 = 2 (2 merupakan hasil baginya)

2) Pembagian eksplisit

(43)

21 a. Hitunglah 96 : 3

Langkah 1: sisipkan notasi pagar ke dalam bilangan yag akan dibagi dengan melihat pola keteraturannya.

96 = 9│6

Langkah 2: bagi masing-masing bilangan dengan bilangan pembagi [9│6] : 3 = [9:3] │ [6:3]

= [3│2] = 32

Dalam contoh di atas perlu melihat pola keteraturan yang diseesaikan secara bersamaan (pararel), tanpa perlu mengerjakan satu demi satu. Tetapi untuk mengenali pola keteraturan pembagian eksplisit perlu, siswa perlu menguasai tabel perkalian terlebih dahulu. 3) Pembagian susun panjang

Pembagian susun panjang dikenal sebagai motode subtraktif. Berikut adalah contoh pembagian dengan susun panjang (Amin,2006: 49).

Hitunglah 702 : 3

2.2. Penelitian yang Relevan 2.2.1 Alat Peraga Matematika

(44)

22 meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II dalam pembelajaran matematika di semester 2, dan meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II supaya siswa mampu menguasai materi yang baik dan meningkat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dapat berjalan cukup baik, dengan nilai 3,6 pada siklus I dan meningkat dengan baik, dengan nilai 4,4 pada siklus II. Kedua prestasi belajar siswa meningkat dari kurang (50,70) sebelum perbaikan pembelajaran menjadi sedang (nilai 60,50) pada perbaikan siklus I dan baik pada siklus II. Ketiga prestasi belajar meningkat melalui aktivitas melibatkan siswa di kelas untuk demonstrasi, tanya-jawab, latihan pengerjaan soal dan pemanfaatan media pembelajaran yang memadai.

Barnett dan Eastman (1978) melakukan penelitian dengan tujuan pengaruh penggunaan alat bantu manipulatif dalam pengajaran matematika di SD. Setting

dan subjek penelitian adalah siswa di SD di Amerika Serikat. Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru SD tidak harus menggunakan alat bantu manipulatif untuk belajar mengenai operasi aritmatika dasar. Peneliti mengharapkan penelitian yang lebih lanjut untuk menyelidiki hipotesis yang sudah dibentuk dalam penelitian ini.

Subadi (2013) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa MTs kelas VII dengan diterapkannya model pembelajaran Cooperative learning metode Student Teams-achievement Divisions (STAD), melalui alat peraga. Penelitian ini mengambil subjek siswa VIII A MTs Thoriqotul Ulm Tlogoharum dengan jumlah siswa 27 siswa tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Berdasarkan hasil penelitiannya terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus II peningkatan hasil belajar siswa dari 66,67 menjadi 70,19, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan alat peraga melalui model coopertive learning

(45)

23

2.2.2 Metode Montessori

Montessori (1961) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui kontribusi metode Montessori yang diterapkan dalam pembelajaran matematika di lingkungan belajar para siswa di sekolah Montessori. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah para siswa di sekolah Montessori pada saat itu. Penelitian ini mempuyai relevansi dengan metode Montessori dalam pembelajaran matematika. Hal yang menarik adalam pembelajaran matematika adalah anak yang sedang belajar itu sendiri dan tugas yang diberikan pada dirinya yaitu mencoba menemukan proses perkembangan anak dalam berbagai aspek. Hasil penelitiannya adalah metode Motessori yang digunakan mempunyai kontribusi dalam pembelajaran matematika dalam kelas. dengan menggunakan alat peraga, anak-anak dapat paham dan mengerti mengenai konsep matematika. Pengalaman yang diperoleh anak tersebut dapat membentuk pengetahuan yang mendasar misalnya penempatan aritmatika, fakta geometris, dan bentuk aljabar.

Rinke, dkk (2012) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui perubahan lingkungan belajar kelas Montessori untuk mengembangkan minat belajar siswa di lingkungan. Penelitian ini memiliki relevansi mengenai lingkungan belajar di kelas Montessori. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dalam empat kelas Montessori di tingkat SD. Setting penelitian ini adalah empat kelas di kelas Montessori dengan subjek penelitian yaitu para siswa di kelas SD tersebut. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa lingkungan belajar Montessori memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan minat dalam ilmiah dan komunikasi tentang ilmu pengetahuan dalam berbagai cara.

(46)

24 Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti di atas sangatlah baik, namun hanya terbatas penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika dan penggunaan metode Montessori di kelas saja. Berdasarkan penelitian relevan tersebut, peneliti akan mengembangkan alat peraga matematika dengan menekankan pada pembagian dan alat peraga tersebut digunakan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran metode Montessori.

Bagan 2.1. Literature Map dan penelitian sebelumnya

2.3 Kerangka Berpikir

(47)

25 2001: 69). Tahap ini anak mulai memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara konkret dan belum mampu untuk berpikir secara abstrak. Kemampuan yang dimiliki oleh anak terbatas pada hal yang bersifat konkret. Berdasarkan hal itu maka perlu adanya penggunaan benda yang bersifat konkret yang mampu ditangkap oleh anak agar lebih mudah dalam pembangunan pengetahuannya.

Salah satu metode pembelajaran yang menekankan pembangunan pengetahuan adalah Metode Montessori. Metode ini menekankan prinsip kebebasan untuk belajar serta membangun pengetahuan yang dimiliki sebelumnya menjadi sesuatu yang bermakna. Dalam proses perkembangannya, anak dapat menciptakan lingkungan belajar sesuai dengan keinginannya. Meskipun anak bebas melakukan proses pembelajaran yang diinginkan, namun sebagai orang yang dewasa guru perlu memberikan pendampingan dan memberikan pengarahan untuk belajar.

Metode Montessori merupakan salah satu metode pembelajaran yang cukup terkenal di dunia. Metode pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang wanita kebangsaan Italia yang bernama Dr. Maria Montessori. Salah satu sekolah yang sudah dirikan bernama Casa dei Bambini. Sekolah tersebut didirikan untuk tempat belajar bagi anak-anak di lingkungan kumuh sekitar tempat tinggalnya. Setiap datang di sekolah tersebut, Montessori mengamati kegiatan yang sedang dilakukan oleh anak-anak. Dari situlah Montessori mulai membuat alat peraga. Alat peraga tersebut dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Alat peraga yang dibuat oleh Montessori mengandung empat ciri-ciri, yaitu menarik, bergradasi, adanya pengendali kesalahan (auto-correction), dan belajar mandiri (auto-education), serta ciri tambahan kontekstual. Alat peraga ini digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di kelas, salah satunya adalah matematika.

(48)

26 inilah yang menyebabkan para siswa mengalami kesulitan matematika khususnya materi pelajaran yang berkaitan dengan matematika.

Berdasarkan alasan di atas tersebut perlu pengembangan alat peraga yang dibutuhkan untuk membantu menerapkan konsep sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Pengembangan alat peraga ini ditujukan untuk mengatasi permasalahan di dunia pendidikan terkait dengan minimnya penggunaan alat peraga di kelas yang diuji secara ilmiah. Selain itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk membantu siswa dalam pembangunan pengetahuan agar lebih bermakna. Jika peneliti mengembangkan alat peraga berdasarkan ciri-ciri alat peraga Montessori dan kontekstual, maka alat peraga yang dihasilkan berkualitas sangat baik. Kualitas yang dimaksudkan adalah alat peraga yang dikembangkan dapat membantu sisawa dalam hal hasil belajar dan minat belajar.

2.4 Pertanyaan-pertanyaan Penelitiaan

2.4.1. Apakah alat peraga papan pembagian yang dikembangkan memiliki ciri-ciri alat peraga Montessori?

2.4.2 Apakah alat peraga papan pembagian yang dikembangkan mempunyai ciri kontekstual?

2.4.3 Bagaimana persepsi pakar pembelajaran matematika, pakar pembelajaran Montessori, guru kelas II dan siswa kelas II SD terhadap kualitas alat peraga papan pembagian yang dikembangkan?

2.4.4 Apakah alat peraga papan pembagian yang dikembangkan memerlukan revisi produk sebelum diproduksi secara massal?

2.4.5 Bagaimana dampak hasil belajar siswa kelas II SD ketika menggunakan alat peraga papan pembagian?

(49)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan dijelaskan mengenai (1) jenis penelitian, (2) setting

penelitian, (3) prosedur pengembangan, (4) teknik pengujian instrumen, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D). Sugiyono (2012: 297) mengartikan “penelitian Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.” Penelitian ini merupakan model pengembangan berbasis industri yang digunakan untuk merancang produk baru dan prosedurnya yang kemudian diujicoba lapangan secara sistematis, dievaluasi, dan perbaiki sampai menemukan kriteria spesifikasi dari keefektifan, kualitas, atau standar kemiripan (Gall & Borg, 2007: 589). Berdasarkan dua pengertian yang diungkapkan oleh kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian R

and D memerlukan suatu bahan dan proses secara sistematis agar menghasilkan suatu produk yang berkualitas dan berdampak ketika dilakukan suatu ujicoba di lapangan secara terbatas. Peneliti dalam hal ini akan mengembangkan suatu produk berupa alat peraga berbasis metode Montessori untuk meteri pembagian bilangan dua angka yang dilakukan secara ujicoba secara terbatas. Penelitian R

and D dapat dilakukan menggunakan langkah yang dikembangkan oleh Sugiyono (2012: 298) antara lain:

Bagan 3.1 Tahap-tahap penelitian R&D dari Sugiyono

(50)

28 Tahap penelitian pengembangan menurut Sugiyono (2012: 298-311) berangkat dari adanya potensi dan masalah. Peneliti perlu mengetahui sesuatu yang dapat dipergunakan di lokasi penelitian tersebut dan masalah yang dialami oleh lokasi tersebut. Data yang telah dikumpulkan pada potensi masalah kemudian digunakan sebagai bahan perencanaan desain produk. Desain produk yang dirancang kemudian divalidasi oleh akar. Validasi produk digunakan untuk menilai apakah produk yang dihasilkan. Melalui validasi produk ini, peneliti akan mengetahui kekurangan atas desain produk. Kekurangan tersebut kemudian direvisi guna mendapatkan produk yang siap untuk diuji cobakan. Apabila produk yang telah diuji cobakan masih ada kekurangan, dilakukan revisi produk kembali guna diproduksi secara massal.

Berbeda dengan Sugiyono, Walter Dick, Lou Carey, and James Carey (dalam Gall & Borg, 2007: 589) menujukkan 10 tahap dalam educational research and development sepert pada bagan 3.2

Bagan 3.2 Tahap-tahap R & D menurut Borg & Gall yang diadaptasi dari Dick, W.,

(51)

29 Tahap pengembangan menurut Brog and Gall, yaitu (1) mengidentifikasi tujuan program atau hasil instruksional yang mencakup dugaan kebutuhan, (2) menganalisis keterampilan khusus, prosedur-prosedur, dan tugas belajar dalam pencapaian tujuan yang diharapkan, (3) mengidentifikasi tingkat kemampuan dan sikap para siswa, serta karakteristik letak lokasi penelitian, (4) menulis rencana pengembangan program dan produk yang hendak dilakukan, (5) mengembangkan instrumen penilaian produk, (6) mengembangkan strategi penilaian produk, (7) pengembangan materi, (8) mengadakan penilaian formatif (9) revisi produk yang didasarkan pada tahap kedelapan, (10) mengadakan penilaian sumatif.

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan, mulai bulan September 2013 hingga Mei 2014.

3.2.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini berupa alat peraga Montessori untuk pelajaran Matematika. Alat peraga digunakan untuk mengajarkan materi pembagian bilangan dua angka. .

3.2.3 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih peneliti adalah SD Kanisius Pugeran Yogyakarta (SDK Pugeran Yogyakarta). Sekolah tersebut berlokasi di Jln. Suryodiningratan 71, Yogyakarta. SDK Pugeran terletak di tengah Kota Yogyakarta. Kepala sekolah di SD ini memimpin dua sekolahan, yaitu SDK Pugeran Yogyakarta dan SDK Kumendaman Yogyakarta. SDK Pugeran Yogyakarta redapat 203 siswa dengan 105 siswa laki-laki dan 98 siswa perempuan. SD ini terdiri atas 7 kelas yang berbeda yaitu, kelas I sampai kelas V dan kelas VI A serta VI B.

(52)

30 Kondisi yang ada di SDK Pugeran Yogyakarta tersebut menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melakukan sebuah penelitian. Daya tarik yang dipertimbangkan oleh penelitian adalah lokasi SD di lingkungan perkotaan dan perubahan akreditasi SD ini. Dulu, SDK Pugeran Yogyakarta memiliki akreditasi A dan mengalami penurunan akreditasi menjadi B saat ini. Turunnya tingkat akreditasi yang dialami oleh SD ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian ini.

3.2.4 Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Peneliti menggunakan dua subjek yaitu sekelompok siswa kelas II dan guru kelas II di SDK Pugeran Yogyakarta. Jumlah siswa kelas II adalah 38 siswa yang terdiri atas 22 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Dalam melakukan uji coba lapangan terbatas, peneliti menggunakan subjek siswa sebanyak lima orang. Kelima siswa tersebut merupakan hasil pilihan guru. Peneliti mengikutsertakan guru kelas II SDK Pugeran Yogyakarta sebagai subjek penelitian. Guru kelas II SDK Pugeran Yogyakarta telah mengajar selama 2 tahun di SD ini.

3.3Prosedur Pengembangan

(53)

31

Bagan 3.3 Prosedur penelitian pengembangan mengadopsi model Sugiyono (2012) dan Borg &

(54)

32 Berdasarkan bagan 3.3 (halaman 31), tahap pertama yang ditempuh peneliti adalah mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) kelas II semester genap. Tujuan mengkaji SK dan KD ini adalah mengetahui materi pembelajaran matematika.

Tahap kedua adalah analisis kebutuhan siswa sebagai subjek dalam penelitian. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan siswa dalam mempelajari matematika. Analisis kebutuhan ini dilakukan melalui kegiatan observasi, wawancara, dan pemberian kuesioner. Kegiatan observasi dilakukan dua tahap, yaitu observasi di kelas untuk mengetahui karakteristik siswa kelas II dan penggunaan alat peraga dalam pelajaran serta observasi alat peraga Montessori di Laboratorium Montessori. Selain itu, peneliti juga melakukan kegiatan wawancara kepada kepala sekolah, guru kelas II, dan sekelompok siswa kelas II. Wawancara ini terkait dengan ketersediaan alat peraga, penggunaan alat peraga dan kesulitan belajar siswa mengenai mata pelajaran matematika. Hasil yang diperoleh dalam kegiatan observasi dan wawancara kemudian digunakan sebagai acuan pembuatan kuesioner. Kuesioner ini kemudian diuji kelayakannya oleh para pakar pembelajaran matematika, pakar pembelajaran bahasa, guru, dan siswa untuk uji keterbacaan item kuesioner. Apabila ada item kuesioner yang kurang layak untuk diujikan, maka dilakukan revisi agar menjadi kuesioner yang layak untuk diujikan sebagai analisis kebutuhan siswa.

Tahap ketiga adalah memproduksi alat peraga Montessori untuk pembagian bilangan dua angka. Produksi alat peraga ini ini di awali dengan pembuatan konsep desain alat peraga dan kerangka album alat peraga. Setelah desain alat peraga selesai di rancang, tahap selanjutnya adalah pengumpulan bahan alat peraga dengan memanfaatkan potensi lokal daerah sekitar lokasi penelitian. Setelah bahan dikumpulkan, selanjutnya adalah pembuatan alat peraga dan pembuatan album yang berisi tentang cara penggunaan alat peraga berbasis metode Montessori yang dikembangkan.

(55)

33 penelitian. Sedangkan untuk instrumen kuesioner yang dibuat berupa validasi produk alat peraga untuk uji keterbacaan kalimat item kuesioner. Instrumen tersebut diuji keterbacaannya oleh pakar pembelajaran matematika, pakar pembelajaran bahasa, guru dan siswa. Bila instrumen penelitian tersebut kurang layak digunakan, maka dilakukan revisi guna memperoleh instrumen penelitian yang siap digunakan.

Tahap kelima adalah validasi alat peraga. Alat peraga yang sudah selesai dibuat kemudian divalidasi oleh pakar pembelajaran Montessori, pakar pembelajaran matematika, dan guru. Validasi ini berguna untuk menilai kelayakan alat peraga berbasis metode Montessori diperagakan untuk menjelaskan materi pembagian bilangan dua angka. Hasil validasi oleh pakar kemudian digunakan sebagai analisis I. Jika alat peraga yang dibuat kurang memenuhi kualitas alat peraga yang diharapkan, maka diadakan revisi produk yang dikembangkan. Hasil revisian produk ini kemudian diuji coba lapangan terbatas di kelas dan ditemukan analisis II. Setelah analisis II dilakukan, maka hasil analisis tersebut disebut sebagai prototipe alat peraga matematika untuk pembagian bilangan dua angka berbasis Montessori.

3.4Teknik Pengujian Instrumen

(56)

34 Setelah dilakukan validitas instrumen selanjutnya adalah reliabilitas instrumen. Suatu pengukuran mempunyai reliabilitas yang tinggi berarti keluaran pengukuran tersebut reliabel (Azwar, 2012: 180). Suatu data dikatakan reliabel bila instrumen tersebut diujikan berkali-kali hasilnya tetap atau ajek (Widoyoko, 2009: 144). Ajek dalam kata skor yang diperoleh menunjukan perubahan-perubahan yang tetap. Suatu tes tidak memiliki koefisien reliabilitas yang sempurna karena perolehan skor tiap item bervariasi yang disebabkan oleh kesalahan dari pengukuran yang bermacam-macam (Sukardi, 2009: 43). Acuan reliabilitas yang digunakan menurut Nunnally (dalam Ghozali 2009: 46), yaitu harga konstruk dikatakan reliabel jika harga Alpha Cronbach > 0,600.

3.4.1 Uji Keterbacaan terhadap Instrumen Analisis Kebutuhan

Dalam analisis kebutuhan, peneliti menggunakan instrumen kuesioner. Instrumen ini diuji keterbacaannya oleh tiga pakar pembelajaran bahasa, dua pakar pembelajaran matematika, satu guru kelas II dan tiga siswa dari SD setara dengan lokasi penelitian. Kesetaraan ini bisa dilihat dari Hasil validasi ini kemudian diolah, sehingga menjadi instrumen analisis kebutuhan yang siap diujikan kepada 38 siswa kelas II dan semua guru dari SDK Pugeran Yogyakarta.

3.4.2 Validasi Instrumen Tes oleh Pakar

Sebelum instrumen tes diuji cobakan secara empirik, intrumen tes terlebih dahulu divalidasi oleh pakar pembelajaran matematika. Sebelum tes divalidasi oleh pakar pembelajaran, instrumen tersebut dibuat berdasarkan pada kisi-kisi instrumen yang dibuat disesuaikan dengan materi pembagian bilangan dua angka. Instrumen tes dibuat sebanyak 30 soal yang dibuat berdasarkan pada kisi-kisi soal.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes secara Empirik

Gambar

Gambar 4.7  Desain pion ......................................................................................
Tabel 3.3 Kisi-kisi pedoman wawancara terhadap guru
Tabel 3.4 Kisi-kisi dan indikator operasi pembagian bilangan dua angka
Tabel 3.5 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima menurut Widoyoko
+7

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya, alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 dapat membantu anak berkesulitan belajar Matematika (Diskalkulia) dalam memahami konsep pembagian.. Tujuan dari

Misalnya, alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 dapat membantu anak berkesulitan belajar Matematika (Diskalkulia) dalam memahami konsep pembagian.. Tujuan dari

Kajian pustaka membahas beberapa topik yang berkaitan dengan penelitian yang akan dipakai, yaitu tahap perkembangan anak sekolah dasar, alat peraga matematika

Pada jenjang sekolah dasar anak mempelajari banyak hal, salah satunya adalah matematika.Matematika bukanlah mata pelajaran yang mudah bagi kebanyakan anak, untuk memudahkan

1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai adalah: 1.3.1 Mengembangkan alat peraga Matematika berbasis metode Montessori berupa

Mengetahui kualitas alat peraga berbasis metode Montessori yang digunakan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas I SD... Bagi Guru Guru kelas I

Alat peraga yang dibutuhkan merupakan alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti yang merupakan pengembangkan dari alat peraga Montessori yang bertujuan untuk membantu

Berdasarkan potensi dan masalah tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan alat peraga papan positif negatif berbasis metode montessori pada siswa dengan ADHD