• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah DesaKelurahan Jumlah RT Jumlah RW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Jumlah DesaKelurahan Jumlah RT Jumlah RW"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

 

 

 

2.1. WI LAYAH ADMI NI STRASI

Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah/ kabupaten/ kota di Jawa Tengah bagian timur, terletak diantara 1100,15’ - 1110,15’ bujur timur dan 60,25’ - 70,00’ lintang selatan. Batas-batas administrasi Kabupaten Pati adalah :

 Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Laut Jawa

 Sebelah Barat : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara

 Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora

 Sebelah Timur : Kabupaten Rembang dan Laut Jawa

Kabupaten Pati memiliki luas wilayah 150.368 Ha yang terdiri dari 59.332 Ha lahan sawah dan 44.080 Ha lahan bukan sawah dan terbagi dalam 21 kecamatan dan 406 Desa. Wilayah Kabupaten Pati termasuk Kabupaten dengan cakupan wilayah yang luas di Provinsi Jawa Tengah. Rentang jarak antar kecamatan cukup jauh. Wilayah paling barat adalah Kecamatan Margorejo dan memanjang ke timur sampai Kecamatan Batangan. Sedangkan yang paling utara adalah Kecamatan Dukuhseti memanjang keselatan hingga Kecamatan Sukolilo yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Grobogan. Dilihat dari jarak dengan I bukota Kabupaten maka Kecamatan terjauh adalah Kecamatan Cluwak dengan jarak 39 km kemudian Kecamatan Sukolilo dengan jarak 36 km, sedangkan yang paling dekat dengan Kecamatan Pati adalah Kecamatan Margorejo dengan jarak 4 km

Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Pati Menurut Kecamatan Tahun 2017

No. Kecamatan Luas Wilayah

(Ha)

Jumlah

Desa/Kelurahan Jumlah RT Jumlah RW

1. Sukolilo 15 874 16 478 86

2. Kayen 9 603 17 433 70

3. Tambakromo 7 247 18 341 63

4. Winong 9 994 30 474 81

5. Pucakwangi 12 283 20 333 68

6. Jaken 6 852 21 311 81

7. Batangan 5 066 18 273 53

8. Juwana 5 593 29 370 88

9. Jakenan 5 304 23 356 59

10. Pati 4 249 29* 569 99

(2)

No. Kecamatan Luas Wilayah (Ha)

Jumlah

Desa/Kelurahan Jumlah RT Jumlah RW

12. Margorejo 6 181 18 318 65

13. Gembong 6 730 11 276 82

14. Tlogowungu 9 446 15 322 70

15. Wedarijaksa 4 085 18 340 58

16. Trangkil 4 284 16 374 60

17. Margoyoso 5 997 22 336 80

18. Gunungwungkal 6 180 15 241 47

19. Cluwak 6 931 13 310 77

20. Tayu 1 266 21 395 75

21. Dukuhseti 8 159 12 343 46

Jumlah 150 368 406 7585 1484

Sumber : BPS Kabupaten Pati dalam Angka, 2017

(3)

2.2. POTENSI WI LAYAH KABUPATEN PATI

Potensi wilayah Kabupaten Pati perlu dikembangkan dan didukung pembangunannya dengan infrastruktur permukiman. Perkuatan infrastruktur permukiman harus terus diupayakan oleh Pemerintah Daerah agar pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan pemerataan ekonomi pada semua wilayah dan sektor usaha serta memberikan dampak ganda (multiplier effect). Beberapa potensi wilayah Kabupaten Pati yang perlu dikembangkan dan dioptimalkan adalah:

1). Pengoptimalan pengembangan kawasan pesisir

2). Mengembangkan outlet komoditas hasil laut, perikanan,dan buah-buahan di Kecamatan Pati, Kecamatan Juwana, Kecamatan Dukuhseti, dan Kecamatan Batangan; dan

3). Memantapkan industrialisasi perikanan di Kecamatan Juwana.

4). Mengembangkan kawasan pelabuhan Juwana dan Pelabuhan Pendaratan I kan (PPI ) Dukuhseti sebagai pusat pengembangan pesisir

5). Mengembangkan kawasan agropolitan di lereng Gunung Muria dan wilayah bagian selatan; dan

6). Mengembangkan industrialisasi pertanian

Potensi sumber daya alam Kabupaten Pati bisa diandalkan, Kabupaten yang berada di sebelah timur bagian utara Provinsi Jateng ini secara topografi, wilayahnya dibedakan menjadi dataran rendah, pegunungan, dan lereng gunung. Sektor pertanian memang masih menjadi tulang punggung ekonomi Pati terutama bahan tanaman pangan dan buah-buahan. Usaha agroindustri juga turut dikembangkan, tanaman sayur-sayuran juga tidak kalah dalam produksi, seperti bawang merah, jagung, kacang tanah, kacang hijau, hingga cabai banyak dibudidayakan di beberapa kecamatan.

Kacang tanah lebih untuk memenuhi kebutuhan pabrik-pabrik makanan dari kacang tanah seperti pabrik Garuda dan kacang Dua kelinci yang berada di Kabupaten ini. Tanaman perkebuan juga tumbuh subur, potensi hasil perkebunan yang cukup mencolok adalah produksi kelapa, juga perkebuan kopi yang berada di enam kecamatan yakni Gembong, Sukokilo, Tlogowungu, Margoyoso, Gunungwungkal, dan Cluwaak yang hasilnya antara lain dipasarkan ke beberapa industri pengolahan kpi di Kabupaten ini.

Wilayah Pati yang berbatasan dengan laut, sudah tentu mengandalkan perikanan, Kabupaten ini menjadi salah satu penghasil ikan di Jateng, terdapat juga hasil tambak, produksi ikan terbesar dihasilkan dari budi daya tambak dengan lahan tambak terutama banyak tersebar di Kecamatan Juwana berupa petak-petak yang letaknya mendekati bibir pantai. Jenis ikan bandeng dan udang banyak dibudidayakan disini. Selain ikan segar, banyak pula diusahakan ikan olahan dengan cara pengawetan atau pengeringan ikan menjadi ikan asin, ikan pindang, atau pun ikan asap.

Letak Pati memang strategis, berada di jalur padat laulintas antara Semarang-Surabaya ini membawa dampak yang cukup bagus bagi sektor perdagangan. Pemasaran komoditas pertanian, perikanan, dan hasil industri selain lewat pelabuhan yakni perdagangan antar pulau dan ekspor mancanegara juga melalui jalur darat untuk perdagangan antar kabupaten maupun antar provinsi.

Pariwisata di kota pati kebanyakan berupa keindahan yang di buat oleh alam (dalam hal ini berupa goa) dan makam-makam yang di anggap keramat oleh masyarakat sekitar. kekeramatan yang di padukan dengan unsur keindahan terktur dapat menarik minat wisatawan dari daerah pati sendiri atau bahkan dari luar kabupaten pati.

(4)

bentuk-bentuk staklakmit saja. Goa-goa tersebut sekarang menjadi ajang untuk mendapatkan pencerahan (masyarakat sekitar menyebutnya “wangsit”).

Tempat wisata yang sekarang masih menarik minat wisatawan yaitu di pulau kecil di daerah kecamatan juwana, nama pulau tersebut adalah “Pulau Seperempat”. Pulau itu dinamakan tersebut karena bentuknya yang unik hanya berbentuk seperempat saja. Di pulau seperempat setiap tahunnya di adakan upacara ucapan syukur kepada Yang Berkuasa atas alam, upacara itu oleh masyarakat sekitar dinamakan “Sedekah Bumi”.

Untuk mendukung terwujudnya Kabupaten Pati sebagai Bumi Mina Tani, berbasis keunggulan pertanian dan industri yang berkelanjutan, perlu didukung infrastruktur permukiman antara lain infrastruktur persampahan, infrastruktur air limbah permukiman, infrastruktu air minum, jalan lingkungan dan pedestrian, ruang terbuka hijau, penataan kawasan pusaka dsb. Di samping itu juga perlu kebijakan dan perencanaan penataan bangunan pusaka melalui penerapan Perda Bangunan Gedung dan penyusunan RTBL.

2.3. DEMOGRAFI DAN URBANI SASI

Profil Kabupaten Pati khususnya mengenai karakteristik penduduk yang meliputi: Jumlah penduduk dan KK keseluruhan; Jumlah penduduk miskin dan persebaran penduduk, Proyeksi pertumbuhan penduduk lima tahun ke depan dan Jumlah penduduk perkotaan dan proyeksi urbanisasi, secara lebih rinci akan dijabarkan pada uraian berikut ini.

2.3.1. Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan

Jumlah penduduk di Kabupaten Pati pada tahun 2016 sebanyak 1.239.989 jiwa. Jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Pati yaitu 107.028 jiwa dan terkecil di Kecamatan Gunungwungkal yaitu 36.012 jiwa. Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah dan kepadatan penduduk tiap kecamatan di Kabupaten Pati dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2. Penduduk Kabupaten Pati Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan dan Rasio Jenis Kelamin Keadaan 30 Juni 2016

No Kecamatan Laki- Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin

18 Gunungwungkal 18 062 17 950 36 012 95,63

19 Cluwak 21 267 22 238 43 505 97,63

20 Tayu 32 293 33 077 65 370 97,63

21 Dukuhseti 28 617 29 016 57 633 98,62

Jumlah 600 723 639 266 1 239 989 93,97

(5)

Banyaknya jumlah KK di Kabupaten Pati adalah 424 616 KK dengan rata-rata penduduk tiap KK sebanyak 3 jiwa. Jumlah KK terbanyak berada di Kecamatan Pati yaitu 32.326 KK dan terkecil di Kecamatan Gunungwungkal yaitu 12.269 KK. Selengkapnya mengenai banyaknya jumlah KK di Kabupaten Pati dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera Menurut KecamatanTahun 2016

Sumber : BPS Kabupaten Pati, 2017

2.3.2. Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk

Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk disuatu wilayah. Adapun faktor kesuburan tanah, daerah, atau wilayah yang ditempati banyak penduduk, iklim, topografi, sumber air, dan perhubungan atau transportasi merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya persebaran penduduk. Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara geografis adalah persebaran penduduk yang tidak merata, yang dapat menimbulkan masalah pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia bagi pembangunan. Selain itu, persebaran penduduk yang tidak merata juga mengakibatkan perbedaan tingkat kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk di suatu wilayah dibandingkan luas wilayahnya yang dihitung dalam satuan jiwa per km persegi. Ukuran jumlah penduduk akan lebih bermakna jika dihubungkan dengan luas wilayahnya I nformasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, yang umumnya disertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau realokasi pendudukuntuk bermukim di tempat lain.

A. Perkembangan Kemiskinan

(6)

14,69 persen dari total penduduk Kabupaten Pati. Setelah itu jumlah penduduk miskin terus mengalami penurunan dari 165 ribu jiwa pada tahun 2012 hingga menjadi 147,1 ribu jiwa pada tahun 2015.

Sumber : Susenas 2011- 2015, BPS

Perubahan jumlah penduduk miskin pada periode tahun 2011-2015 berpengaruh juga terhadap persentase penduduk miskin. Pada tahun 2011 persentase penduduk miskin di Kabupaten Pati tercatat sebesar 14,69 persen. Setelah itu antara tahun 2012-2015 terus menurun dari 13,61 persen pada tahun 2012 hingga menjadi 11,95 persen pada tahun 2015

B. Garis Kemiskinan

Garis kemiskinan dipakai untuk mengetahui batasan seseorang disebut miskin atau tidak tergantung dari besaran garis tersebut. Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang lebih kecil dari garis kemiskinan tersebut, maka seseorang tersebut akan tergolong sebagai orang yang miskin dan sebaliknya.

Perkembangan garis kemiskinan pada periode 2011-2015 terlihat mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, dari 264.372 rupiah/ kapita/ bulan pada

tahun

 

2011

 

menjadi

 

347.575

 

rupiah/kapita/bulan

 

pada

 

tahun

 

2015.

 

Bila

 

dibandingkan

 

tahun

 

2014

(332.228 rupiah/ kapita/ bulan), garis kemiskinan Kabupaten Pati pada tahun 2015 meningkat sebesar 15.347 rupiah/ kapita/ bulan.

Mencermati Gambar 2.3, ternyata garis kemiskinan tidak selalu tetap pada setiap

tahunnya, bahkan cenderung mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena memang trend akan kebutuhan hidup manusia setiap saat berubah. Gambar 2.3 di atas juga bisa diartikan bahwa besarnya konsumsi per kapita per bulan penduduk miskin di Kabupaten Pati pada tahun 2011 maksimal sebesar 264.372 rupiah dan pada tahun 2015 berubah menjadi sebesar 347.575 rupiah.

Gambar 2.1. Jumlah Penduduk Miskin Di Kabupaten Pati, 2011- 2015 ( 000 jiw a)

Gambar 2.2. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Kabupaten Pati, 2011- 2015 ( % )

(7)

C. Keterkaitan antara Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan yang tidak merata tidak akan menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat umum, tetapi hanya akan dinikmati oleh segelintir golongan tertentu saja.

Selama kurun waktu tahun 2011-2015, indeks gini Kabupaten Pati terus mengalami kenaikan dari 0,29 menjadi 0,35, yang berarti distribusi pendapatan semakin tidak merata atau ketimpangan pendapatan semakin tinggi, persentase penduduk miskin justru menurun dari 14,69 menjadi 11,95 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa teori ketimpangan pendapatan yang semakin tinggi dapat menyebabkan naiknya angka kemiskinan ternyata tidak sesuai.

Bila

 

melihat hubungan antara pemerataan pendapatan menurut kriteria Bank Dunia dengan angka kemiskinan di Kabupaten Pati pada periode tahun 2011-2013, teori bahwa ketimpangan pendapatan yang semakin rendah dapat menyebabkan turunnya angka kemiskinan atau sebaliknya, masih sesuai. Hal tersebut ketika penerimaan 40 persen penduduk berpendapatan rendah terus meningkat dari 22,03 persenmenjadi 23,21 persen, angka kemiskinan terus mengalami penurunan dari 14,69 persen menjadi 12,94 persen.

Tetapi pada saat penerimaan 40 persen penduduk berpendapatan rendah mengalami penurunan pada periode tahun 2013-2015 hingga 19,29 persen, angka kemiskinan juga turun menjadi 11,95 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemerataan pendapatan menurut kriteria Bank Dunia yang menurun pada periode tahun 2013-2015 tidak menyebabkan naiknya angka kemiskinan di Kabupaten Pati.

D. Keterkaitan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angka Kemisikinan

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu syarat penting untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, walaupun pertumbuhan ekonomi tidak bisa berdiri sendiri untuk mengentaskan kemiskinan. Dapat dilihat pada Gambar 2.5, pada saat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pati mengalami percepatan antara tahun 2011-2013 dari 5,91 persen menjadi 5,93 persen, angka kemiskinan di Kabupaten Pati menurun dari 14,69 persen menjadi 12,94 persen. Kejadian serupa terjadi pada

periode tahun 2014-2015, ketika

Gambar 2.5. Laju Pertumbuhan ekonomi dan Angka Kemiskinan di Kabupaten Pati, 2011- 2015

(8)

pertumbuhan ekonomi meningkat, angka kemiskinan mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan terjadi kesesuaian teori bahwa meningkatnya pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan angka kemiskinan.

Namun pada periode tahun 2013-2014 terjadi anomali. Ketika itu pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan dari 5,97 persen menjadi 4,63 persen, tetapi angka kemiskinan masih mengalami penurunan dari 12,94 persen menjadi 12,06 persen. Dengan demikian teori bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi dapat menyebabkan naiknya angka kemiskinan tidak terjadi pada periode ini.

E. Kepadatan Penduduk

Persebaran penduduk di Kabupaten Pati dapat dilihat dari kondisi kepadatan penduduk yang ada di Kabupaten Pati. Kepadatan penduduk di Kabupaten Pati terkonsentrasi di Kecamatan Pati 2518,90 dengan kepadatan sebesar 2.518,90 jiwa/ km2 dan Kecamatan Juwana dengan kepadatan 1.709,23 jiwa/ km2. Kepadatan terendah berada di Kecamatan Pucakwangi sebesar 340,67 jiwa/ km2, sedangkan rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Pati sebesar 824,64 jiwa/ km2. Lebih jelasnya, untuk kondisi kepadatan penduduk pada masing-masing Kecamatan di Kabupaten Pati dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pati Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, 2016

No Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Penduduk Kepadatan

Jiwa/Km2

Laki-Laki Perempuan Jumlah

010 Sukolilo 158.74 44 273 45 816 90 089 567,53

Sumber : BPS Kabupaten Pati, 2017

2.3.3. Proyeksi Penduduk 5 ( Lima Tahun Kedepan)

(9)

Tabel 2.5. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Pertengahan Tahun Kabupaten Pati

No Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan

Penduduk

Sumber: BPS Kabupaten Pati

Dari data laju pertumbuhan penduduk di atas, maka dapat digunakan dalam memproyeksikan pertumbuhan penduduk Kabupaten Pati selama kurun waktu 5 tahun ke depan. Proyeksi penduduk Kabupaten Pati dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.6. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Pati Tahun 2015- 2022

No Kecamatan 2015 ( 1+ r) 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 Sukolilo 90089 1,0096300 90.957 91.832 92.717 93.610 94.511 95.421 96.340

2 Kayen 72806 1,0059200 73.237 73.671 74.107 74.545 74.987 75.431 75.877

3 Tambakromo 49574 1,0052100 49.832 50.092 50.353 50.615 50.879 51.144 51.410

4 Winong 50007 1,0020200 50.108 50.209 50.311 50.412 50.514 50.616 50.718

5 Pucakwangi 41844 1,0020000 41.928 42.012 42.096 42.180 42.264 42.349 42.433

6 Jaken 42739 1,0020100 42.825 42.911 42.997 43.084 43.170 43.257 43.344

7 Batangan 42878 1,0074500 43.197 43.519 43.843 44.170 44.499 44.831 45.165

8 Juwana 95597 1,0090200 96.459 97.329 98.207 99.093 99.987 100.889 101.799

9 Jakenan 40801 1,0020200 40.883 40.966 41.049 41.132 41.215 41.298 41.381

10 Pati 107028 1,0056000 107.627 108.230 108.836 109.446 110.059 110.675 111.295

11 Gabus 52579 1,0020000 52.684 52.790 52.895 53.001 53.107 53.213 53.320

12 Margorejo 61445 1,0149500 62.364 63.296 64.242 65.203 66.177 67.167 68.171

13 Gembong 44388 1,0077100 44.730 45.075 45.423 45.773 46.126 46.481 46.840

14 Tlogowungu 50734 1,0047800 50.977 51.220 51.465 51.711 51.958 52.207 52.456

15 Wedarijaksa 60243 1,0068290 60.654 61.069 61.486 61.906 62.328 62.754 63.182

16 Trangkil 61548 1,0056200 61.894 62.242 62.592 62.943 63.297 63.653 64.011

17 Margoyoso 73169 1,0060200 73.609 74.053 74.498 74.947 75.398 75.852 76.309

18 Gunungwungkal 36012 1,0264000 36.963 37.939 38.940 39.968 41.023 42.106 43.218

19 Cluwak 43505 1,0038000 43.670 43.836 44.003 44.170 44.338 44.506 44.676

20 Tayu 65370 1,0020100 65.501 65.633 65.765 65.897 66.030 66.162 66.295

21 Dukuhseti 57633 1,0035100 57.835 58.038 58.242 58.446 58.652 58.857 59.064

Jumlah 1.239.989 1,0013429 1.247.936 1.255.961 1.264.066 1.272.251 1.280.519 1.288.869 1.297.304

(10)

Dari hasil analisis proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Pati sampai dengan tahun 2022 yaitu sebanyak 1.297.304 jiwa.

2.3.4. Jumlah Penduduk Perkotaan dan Urbanisasi ( Migrasi)

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

pelayanan jasa permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,

pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Kawasan Perkotaan Pati berdasarkan RTRW Kabupaten Pati terdiri dari I bukota Kecamatan

Jakenan, Kawasan Perkotaan Kayen, Kawasan Perkotaan Pati, Kawasan Perkotaan Tayu, dan Kawasan Perkotaan Juwana (JAKATI NATA).

Secara administrasi pembagian wilayah JAKATI NATA dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.7. Pembagian Wilayah Administrasi JAKATI NATA Menurut Kecamatan, 2016

Sumber : Kabupaten Pati Dalam Angka, 2017 Catatan/ Note: * 5 kelurahan dan 24 desa

Sedangkan jumlah penduduk kawasan Perkotaan JAKATI NATA Menurut Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.8. Jumlah Penduduk Kaw asan Perkotaan JAKATI NATA Menurut Kecamatan, 2016

Sumber : Kabupaten Pati Dalam Angka, 2017

(11)

wilayah perkotaan untuk faktor pendidikan dan pekerjaan, bahkan terdapat penduduk yang bermigrasi keluar wilayah Kabupaten Pati.

Tabel 2.9. Jumlah Penduduk Datang dan Pindah Kaw asan Perkotaan JAKATI NATA Menurut Kecamatan, 2015

No Kecamatan Datang Jumlah Pindah Jumlah

Laki- laki Perempuan Laki- laki Perempuan

1 Kayen 235 210 445 117 106 223

Sumber : Kabupaten Pati Dalam Angka, 2017

Jika dilihat dari data statistik yang ada, penduduk yang datang pada kawasan Perkotaan

JAKATI NATA pada tahun 2016 lebih banyak dari pada yang pindah yaitu sebanyak 3609 jiwa yang penduduk yang datang, sedangkan penduduk yang pindah sebanyak 3233 jiwa.

2.4. I su Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

I su strategis sosial, ekonomi dan lingkungan Kabupaten Pati yang terkait dengan penyusunan RPI JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pati berdasarkan RPJMD dan RTRW Kabupaten Pati secara rinci diuraikan sebagai berikut.

2.4.1 Data perkembangan PDRB dan potensi ekonomi

Pertumbuhan ekonomi secara agregat ditunjukkan oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Selama periode tahun 2011-2013, tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pati cenderung mengalami percepatan. Pada tahun 2011 tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,91 persen dan terus meningkat hingga menjadi 5,97 persen pada tahun 2013. Tetapi pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pati mengalami perlambatan menjadi 4,63 persen, terendah selama lima tahun terakhir, dan setelah itu kembali meningkat pada tahun 2016 menjadi 5,20 persen, merupakan yang tertinggi pada periode yang sama. Untuk lebih jelasnya laju pertubuhan ekonomi Kabupaten Pati, 2011 – 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.10. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pati, 2011- 2016 ( persen)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015* 2016* *

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,87 5,41 3,95 -1,19 7,67 3,99

B Pertambangan dan Penggalian 8,81 7,75 7,23 6,29 2,38 4,53

C I ndustri Pengolahan 7,74 7,19 8,41 6,60 4,71 4,64

D Pengadaan Listrik dan Gas 8,66 9,90 9,17 9,48 3,29 4,91

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

2,02 -1,75 -1,47 4,89 1,76 3,84

F Konstruksi 2,65 6,66 5,53 4,30 5,20 5,46

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

7,79 1,90 4,05 5,85 4,51 5,04

(12)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015* 2016* *

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,30 8,33 7,06 10,72 7,54 8,97

R,S,T,U Jasa lainnya 3,58 6,02 7,47 8,76 3,68 7,36

PRODUK DOMESTI K REGI ONAL BRUTO 5,91 5,93 5,97 4,63 4,64 5,20

Sumber : Kabupaten Pati Dalam Angka, 2017 * Angka sementara

* * Angka sangat sementara

2.4.2 Data pendapatan per kapita dan proporsi penduduk miskin

PDRB per kapita merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu daerah. Namun demikian, besarnya PDRB per kapita belum mencerminkan pendapatan penduduk yang sebenarnya, akan tetapi hanya menunjukkan kemampuan ekonomi suatu daerah.

Perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku selama ini dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2011 PDRB per kapita Kabupaten Pati mencapai 17,5 juta rupiah, naik menjadi sekitar 19,3 juta rupiah pada tahun 2012. Pada tahun 2013 PDRB per kapita Kabupaten Pati mencapai 21,3 juta rupiah, naik sebesar 10,28 persen bila dibandingkan dengan tahun 2012. Sementara itu PDRB per kapita tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 8,9 persen dari tahun 2013 menjadi sekitar 23,2 juta rupiah, tahun 2015 naik sebesar 10,7 persen menjadi sekitar 25,67 juta rupiah, dan pada tahun 2016 naik sebesar 5,7 persen menjadi 27.134.604.

Tabel 2.11. PDRB Per Kapita Kabupaten Pati, 2011- 2016

Tahun PDRB per Kapita ADHB

2011 17.514.923

Sumber : Kabupaten Pati Dalam Angka, 2017 * Angka sementara

* * Angka sangat sementara

2.4.3 Kondisi Lingkungan Strategis

2.4.3.1. Topografi

(13)

• Lereng Gunung Muria, yang membentang sebelah barat bagian utara Laut Jawa dan meliputi Wilayah Kecamatan Gembong, Kecamatan Tlogowungu, Kecamatan Gunungwungkal, dan Kecamatan Cluwak.

• Dataran rendah membujur di tengah sampai utara Laut Jawa, meliputi sebagian Kecamatan Dukuhseti, Tayu, Margoyoso, Wedarijaksa, Juwana, Winong, Gabus, Kayen bagian Utara, Sukolilo bagian Utara, dan Tambakromo bagian utara.

• Pegunungan Kapur, yang membujur di sebelah selatan meliputi sebagian kecil wilayah Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Winong, dan Pucakwangi.

 

Tabel 2.12. Topografi di Kabupaten Pati

No Ketinggian Kecamatan

1 0 – 7 mdpl Kecamatan Dukuhseti, Tayu, Margoyoso, Trangkil, Wedarijaksa, Pati,

Juwana, Margorejo, Jakenan, Batangan, Jaken, Gabus, sebagian

Kecamatan Sukolilo, Kayen, Winong, dan Pucakwangi, serta sebagain kecil Kecamatan Tlogowungu dan Gunungwungkal.

2 7 – 100 mdpl Sebagian Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Winong, Pucakwangi,

Margorejo, Tlogowungu, Gunungwungkal, Cluwak, sebagian kecil Kecamatan Margoyoso dan Dukuhseti.

3 100 – 500 mdpl Sebagian Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Winong, Cluwak,

Gunungwungkal, Tlogowungu, Gembong dan sebagian kecil Kecamatan Pucakwangi dan Margorejo

4 5 – 1000 mdpl Sebagian kecil Kecamatan Gembong, Tlogowungu

5 > 1000 mdp Sebagian kecil Kecamatan Gembong, Tlogowungu

Sumber: RTRW Kabupaten Pati Tahun 2010-2030

2.4.3.2. Geologi

(14)

A.

GEOMORFOLOGI

Secara fisiografi daerah Kabupaten Pati termasuk ke dalam lajur Zona Rembang (Rembang Zone) yang terdiri dari pegunungan lipatan berbentuk antiklinorium yang memanjang mulai dari utara Purwodadi melalui Blora, Jatirogo, Tuban dan berakhir di Pulau Madura. Daerah ini terdiri dari dataran rendah, perbukitan bergelombang dan pegunungan berlerengan terjal dengan ketinggian 0 sampai 650 meter. Punggung perbukitan dan pegunungan tersebut umumnya memanjang dengan arah barat – timur.

Struktur geologi yang terdapat di wilayah Kabupaten Pati adalah berupa sesar dan kubah. Daerah ini merupakan bagian dari antiklinorium rembang dengan sumbu antiklin dan siklin yang mempunyai arah barat – timur dan barat laut – tenggara. Struktur sesar normal dengan arah timur laut – barat daya yang mensesar litologi batu gamping pada Formasi Bulu.

Struktur kubah dijumpai di daerah Patiayam, merupakan suatu diapir. Sampai kini belum jelas jenis diapir tersebut karena belum diadakan penelitian detail dengan pemboran untuk mengetahui inti kubah tersebut. Diduga terbentuknya kubah ini berkaitan dengan proses tektonika setempat, sebelum terjadinya kegiatan Gunung Api Muria.

Kegiatan gunung api Kuarter yang bersumber pada Gunung Muria menghasilkan batuan Gunung Api Muria serta diikuti dengan terjadinya retas-retas batuan beku. Retas-retas basalt mengandung leusit (sosonit) yang setempat berasosiasi dengan batu gamping dan terjadi sewaktu kegiatan Gunung Api Muria masih berlangsung. Magma basalt yang menerobos batu gamping dan menyeret bongkahan batu gamping (Formasi Bulu) ke permukaan sempat berasimilasi dan menghasilkan retas sosonit dengan xenolit batu gamping. Singkapannya dijumpai di daerah Semliro, sebelah selatan Gunung Muria. Pada zaman kuarter pada daerah Rembang ini dijumpai hanya endapan aluvium yang diduga daerah tersebut merupakan daerah bermofologi dataran rendah.

B.

JENI S TANAH

Secara umum geologi Kabupaten Pati tidak terlepas dari geologi secara umum di Kabupaten Pati, yaitu keadaan komplek Gunung Api Muria. Komplek Gunung Api Muria merupakan salah satu gunung api di Pulau Jawa. Wilayah Kabupaten Pati termasuk wilayah komplek Gunung Api Muria bagian Tenggara dan sebagian kecil dari rona Kendeng. Komplek Muria terletak di atas batuan yang berumur neogen, yaitu gamping, batu lempung dan napal. Selain itu, komplek Muria tersusun oleh etologi yang berumur miosen tengah sampai dengan holosen. Berikut ini urutan dari yang tertua sampai yang termuda:

 Batu Gamping (miosen atas – tengah)

 Napal – Batu lempung (Pilosen)

 Batu kerikil – Batu Pasir (Pleistosen bawah)

 Batu lanau – batu pasir – konglomerat – basal – andesit – breksi vulkanik (Pleistosen Tengah)

(15)

2.4.3.3. Klimatologi

(16)

2.4.3.4. Risiko Bencana Alam

Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Pati, berdasarkan RTRW Kabupaten Pati terdiri dari: a). Kawasan rawan bencana banjir

Kawasan rawan banjir terletak disekitar kawasan dataran rendah dan pesisir, meliputi: 1. Kecamatan Juwana dengan luas kurang lebih 56 Ha (lima puluh enam hektar); 2. Kecamatan Trangkil dengan luas kurang lebih 12 Ha (dua belas hektar); 3. Kecamatan Tayu dengan luas kurang lebih 41 Ha (empat puluh satu hektar); 4. Kecamatan Pati dengan luas kurang lebih 24 Ha (dua puluh empat hektar); 5. Kecamatan Margorejo dengan kurang lebih luas 8 Ha (delapan hektar);

6. Kecamatan Wedarijaksa dengan kurang lebih luas 22 Ha (dua puluh dua hektar ); 7. Kecamatan Batangan dengan kurang lebih luas 38 Ha (tiga puluh delapan hektar); 8. Kecamatan Dukuhseti dengan luas kurang lebih 21 Ha (dua puluh satu hektar); 9. Kecamatan Jakenan dengan luas kurang lebih 23 Ha (dua puluh tiga hektar); 10. Kecamatan Sukolililo dengan luas kurang lebih 12 Ha (dua belas hektar);

11. Kecamatan Kayen dengan luas kurang lebih 27 Ha (dua puluh tujuh hektar) ; dan 12. Kecamatan Gabus dengan luas kurang lebih 46 Ha (empat puluh enam hektar).

b). kawasan rawan bencana gerakan tanah, meliputi;

1. Kecamatan Cluwak dengan luas kurang lebih 5 Ha (lima hektar) ; 2. Kecamatan Gembong dengan luas kurang lebih 6 Ha (enam hektar); 3. Kecamatan Tlogowungu dengan luas kurang lebih 4 Ha (empat hektar);

4. Kecamatan Gunungwungkal dengan luas kurang lebih 12 Ha (dua belas hektar ); 5. Kecamatan Sukolilo dengan luas kurang lebih 18 Ha (delapan belas hektar); 6. Kecamatan Kayen dengan luas kurang lebih 11 Ha (sebelas hektar);

7. Kecamatan Winong dengan luas kurang lebih 11 Ha (sebelas hektar);

8. Kecamatan Tambakromo dengan luas kurang lebih 8 Ha (delapan hektar); dan 9. Kecamatan Pucakwangi dengan luas kurang lebih 5 Ha (lima hektar).

c). kawasan rawan bencana kekeringan, melputi:

1. Kecamatan Sukolilo dengan luas kurang lebih 32 Ha (tiga puluh dua hektar); 2. Kecamatan Kayen dengan luas kurang lebih 5 Ha (lima hektar);

3. Kecamatan Tambakromo dengan luas kurang lebih 21 Ha (dua puluh satu hektar); 4. Kecamatan Winong dengan luas kurang lebih 14 Ha (empat belas hektar);

5. Kecamatan Pucakwangi dengan luas kurang lebih 8 Ha (delapan hektar); 6. Kecamatan Jaken dengan luas kurang lebih 5 Ha (lima hektar);

7. Kecamatan Batangan dengan luas kurang lebih 4 Ha (empat hektar); dan 8. Kecamatan Gabus dengan luas kurang lebih 3 Ha (tiga hektar).

d). kawasan rawan bencana gelombang pasang, meliputi:

1. sepanjang pesisir pantai Kecamatan Dukuhseti dengan luas kurang lebih 184 Ha (seratus delapan puluh empat hektar );

2. sepanjang pesisir pantai Kecamatan Tayu dengan luas kurang lebih 76 Ha (tujuh puluh enam hektar);

3. sepanjang pesisir pantai Kecamatan Margoyoso dengan luas kurang lebih 70 Ha (tujuh puluh hektar);

4. sepanjang pesisir pantai Kecamatan Trangkil dengan luas kurang lebih 29 Ha (dua puluh sembilan hektar);

(17)

6. sepanjang pesisir pantai Kecamatan Juwana dengan luas kurang lebih 36 Ha (tiga puluh enam hektar); dan

7. sepanjang pesisir pantai Kecamatan Batangan dengan luas kurang lebih 96 Ha (sembilan puluh enam hektar).

2.5. I su-I su Strategis Terkait Pembangunan I nfrastruktur Bidang Cipta Karya

I su-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang cipta karya di Kabupaten Pati, meliputi :

(1). Peningkatan Cakupan Pelayanan I nfrastruktur Sanitasi, meliputi: cakupan pelayanan limbah, sampah dan drainase lingkungan.

(2). Peningkatan Cakupan Pelayanan I nfrastruktur Air minum (3). Mengurangi Luas Kawasan Kumuh

Gambar

Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Pati
Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Pati Sumber : BPS, Kabupaten Pati Dalam Angka 2017
Tabel 2.2. Penduduk Kabupaten Pati Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan dan Rasio Jenis Kelamin Keadaan 30 Juni 2016
Tabel 2.3. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera
+7

Referensi

Dokumen terkait

Optical Add Drop Multiplexing (OADM) merupakan perangkat yang digunakan untuk menambah ( add ) dan mengurangi (drop) panjang gelombang pada suatu link komunikasi.. Untuk

Aspek kognitif pada anak usia dini mencakup belajar dalam menguasai kosa kata, daya ingat, pemecahan masalah, berfikir logis dan berfikir simbolis, Piaget (dalam Khadijah,

Adapun dasar Penyusunan Standar Tertinggi Pembakuan Biaya Kegiatan Belanja Daerah sesuai dengan Pasal 298 ayat (3) Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Berdasarkan hasil simulasi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) bit error rate (BER) terhadap Eb/Io yang di lakukan dengan pendekatan aproksimasi Gaussian memberikan

DAFTAR DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2013/2014.. JURUSAN TEKNOLOGI

Dapat dilihat bahwa di setiap saat, grafik amplitudo sel[1,1] pada simulasi tanpa anomali (warna merah) selalu lebih tinggi daripada grafik simulasi dengan anomali.

pengaruh waktu operasi dan laju alir gas argon terhadap tahanan listrik bahan matrix menunjukkan dampak yang sarna pula yaitu terjadi penurunan harga tahanannya,