PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN
MODEL PROBLEM BASED LEARNING MATERI SIFAT-SIFAT
CAHAYA PADA KELAS V DI MI MA’ARIF CANDIREJO
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2018
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh :
NELIS IKA LESTARI FRIDAYANTI 115-14-086
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN
MODEL PROBLEM BASED LEARNING MATERI SIFAT-SIFAT
CAHAYA PADA KELAS
V DI MI MA’ARIF
CANDIREJO
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2018
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh :
NELIS IKA LESTARI FRIDAYANTI 115-14-086
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
ii Dr. Hj. Maslikhah S.Ag., M.Si.,
Dosen IAIN Salatiga
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi
Nelis Ika Lestari Fridayanti
Kepada
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan memberi arahan dan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari:
Nama : Nelis Ika Lestari Fridayanti
NIM : 115-14-086
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUIPENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA
KELAS V DI MI MA’ARIF CANDIREJO KECAMATAN
TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018
Dengan ini mohon skripsi saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 23 April 2018 Pembimbing
iii
SKRIPSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MATERI SIFAT-SIFAT
CAHAYA PADA KELAS V DI MI MA’ARIF CANDIREJO
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018
DISUSUN OLEH
NELIS IKA LESTARI FRIDAYANTI 115-14-086
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan PGMI
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, pada tanggal 4 Juli 2018 telah dinyatakan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag., M.Phil ………
Sekretaris penguji : Dr. Hj. Maslikhah., S.Ag., M.Si ………
Penguji I : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd ………
Penguji II : Dra. Nur Hasanah, M.Pd ………
Salatiga, 4 Juli 2018
Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Nelis Ika Lestari Fridayanti
NIM : 115-14-086
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk dipubllikasikan pada
e-repository IAIN Salatiga.
Salatiga, 12 April 2018
Yang Menyatakan
v
MOTTO
روُن ٰىَلَع ٌروُّن
ۗ
ُءاَشَي نَم ِهِروُنِل ُهَّللا يِدْهَ ي
ۗ
َلاَثْمَْلْا ُهَّللا ُبِرْضَيَو
ِساَّنلِل
ۗ
[ ٌميِلَع ءْيَش ِّلُكِب ُهَّللاَو
٥٣:٤٢
]
“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada
cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Ibuku (Zarofun) dan Bapakku (Nur Cholis) tercinta, yang senantiasa
membimbing, mencurahkan kasih sayang, doa, dan dukungan untuk
anak-anaknya dalam menggapai cita-cita;
2. Ibu (Pursini) dan Bapak (Sulaiman Ghofar Songge) sebagai pengasuh
asrama, yang telah menjadi orang tua kedua di Salatiga; dan
3. Adikku tersayang, Muhammad Zainul Munawar dan Muhammad Lathif
vii
ABSTRAK
Fridayanti, Nelis Ika Lestari. 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Problem Based Learning Materi Sifat-Sifat Cahaya Pada Siswa Kelas V di MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag, M.Si
Kata Kunci: Hasil Belajar,Ilmu Pengetahuan Alam, Model Problem Based Learning (PBL).
Pembelajaran IPA di MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang masih banyak yang dilaksanakan dengan model pembelajaran yang konvensional.Hal ini menyebabkan sebagian siswa tidak memerhatikan guru pada saat menyampaikan materi sehingga berpengaruh pada pembelajaran IPA terutama sifat-sifat cahaya. Terbukti dari rendahnya hasil belajar siswa pra siklus yang belum mencapai KKM 65. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2018”?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya dengan penerapan model PBL pada siswa kelas V MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2018.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang berjumlah 25 siswa meliputi 19 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Instrumen penelitian meliputi RPP, lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan tes evaluasi. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan tes. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus hitung nilai rata-rata dan persentase, apabila ≥ 85% siswa tuntas belajar maka siklus dihentikan.
viii
KATA PENGANTAR
ِهَّللا ِمْسِب
ِميِحَّرلا ِنَٰمْحَّرلا
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan petunjuk-Nya kepada manusia menuju
kebaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi agung
Rasulullah Saw.
Atas berkat rahmat Allah Swt sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi ini untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar
sarjana dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah. Semoga penulis dan pembaca umumnya dapat mengambil
manfaat dari tulisan ini. Penulis menulis skripsi dengan judul: “Peningkatan Hasil
Belajar IPA Melalui Penerapan Model Problem Based Learning Materi Sifat-Sifat
Cahaya Pada Kelas V di MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun 2018”.
Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga;
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga;
3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru
ix
4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd selaku Pembimbing Akademik
yang senantiasa meluangkan waktunya dalam membimbing saya dari
awal hingga akhir semester;
5. Ibu Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag, M.Si selaku Pembimbing Skripsi yang
senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing skripsi dengan arif
dan bijaksana;
6. Ibu Siti Asiyah, S.Ag selaku Kepala MI Ma’arif Candirejo yang telah
memberikan izin dalam penelitian ini;
7. Ibu Lum’atun Nayirah, S.Pd.I selaku Wali Kelas V MI Ma’arif
Candirejo yang telah membantu pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas hingga selesai;
8. Dewan guru dan karyawan MI Ma’arif Candirejo;
x
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...vi A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...5
C. Tujuan Penelitian ...5
D. Manfaat Penelitian ...5
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator keberhasilan ...6
F. Metode Penelitian...7
G. Rancangan Penelitian ...8
H. Subjek Penelitian ...9
I. Langkah-Langkah Penelitian ...9
J. Metode Pengumpulan Data ...11
K. Instrumen Penelitian...12
L. Pengumpulan Data ...14
M. Analisis Data ...15
xi
BAB II LANDASAN TEORI ...18
A. Kajian Teori ...18
1. Kajian Materi Penelitian ...18
2. Hakikat Belajar...27
3. Hakikat IPA ...34
4. Hakikat Model Problem Based Learning ...35
5. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas ...43
B. Kajian Pustaka ...52
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ...56
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...56
B. Deskripsi Pelaksanaan ...63
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ...63
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ...66
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ...70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN74 A. Deskripsi Per Siklus ...74
1. Deskripsi Siklus I ...74
2. Deskripsi Siklus II ...78
3. Deskripsi Siklus III ...82
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Identitas MI Candirejo Kecamatan Tuntang ...56
Tabel 3.2 Keadaan Guru dan Pegawai MI Candirejo Kecamatan Tuntang ...58
Tabel 3.3 Keadaan Siswa MI Candirejo Kecamatan Tuntang ...58
Tabel 3.4 Daftar Nama Siswa Kelas V MI Candirejo Kecamatan Tuntang ...59
Tabel 3.5 Keadaan Sarana Prasarana MI Candirejo Kecamatan Tuntang ...61
Tabel 3.6 Daftar Kegiatan Pelaksanaan Siklus ...62
Tabel 4.1 Daftar Hasil Tes Formatif Siklus I ...76
Tabel 4.2 Daftar Hasil Tes Formatif Siklus II...80
Tabel 4.3 Daftar Hasil Tes Formatif Siklus III ...85
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas...9
Gambar 2.1 Cahaya Merambat Lurus ...19
Gambar 2.2 Cahaya Menembus Benda Bening ...20
Gambar 2.3 Cahaya Dapat Dipantulkan...23
Gambar 2.4 Cahaya Dapat Dibiaskan ...24
Gambar 2.5 Cahaya Dapat Diuraikan atau Terdispersi ...25
Gambar 2.6 Periskop ...26
Gambar 2.7 Kaleidoskop ...27
Gambar 2.8 Lup. ...27
Gambar 3.1 Struktur Organisasi MI Ma’arif Candirejo Tuntang ...61
Gambar 4.1 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I-III ...88
Gambar 4.2 Diagram Garis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I-III ...88
Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I-III ...89
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I...96
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...122
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ...146
Lampiran 4 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ...162
Lampiran 5 Lembar PengamatanSiswa Siklus I ...164
Lampiran 6 Lembar PengamatanGuru Siklus II ...165
Lampiran 7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ...167
Lampiran 8 Lembar PengamatanGuru Siklus III ...168
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III ...170
Lampiran 10 Foto Kegiatan ...171
Lampiran 11 Lembar Konsultasi Skripsi1 ...77
Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penelitian ...181
Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian1 ...82
Lampiran 14 Foto Hasil Belajar Tertinggi Siklus I1 ...83
Lampiran 15 Foto Hasil Belajar Terendah Siklus I1 ...87
Lampiran 16 Foto Hasil Belajar Tertinggi Siklus II1 ...89
Lampiran 17 Foto Hasil Belajar Terendah Siklus II ...191
Lampiran 18 Foto Hasil Belajar Tertinggi Siklus III ...193
Lampiran 19 Foto Hasil Belajar Terendah Siklus III ...195
Biodata Kolaborator ...198
Daftar Riwayat Hidup ...199
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana dan proses belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan,
pengendalian, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Ramayulis, 2008:
13). Tafsir (2001: 29) berpendapat bahwa pendidikan secara terminologis
merupakan proses pengembangan kemampuan, sikap, dan tingkah laku
lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup.
Pendidikan begitu penting bagi masyarakat. Agama Islam juga
mewajibkan agar semua umat muslim menuntut ilmu. Nabi Muhammad
Saw mendapatkan wahyu dari Jibril pada masa kenabian beliau berupa
“iqro” yang artinya bacalah. Nabi Muhammad Saw pun menjawab “Aku
tidak pandai membaca”. Jibril pun mengulangi lagi hingga ketiga kalinya
“iqro” yang artinya bacalah. Nabi Muhammad Saw menjawab dengan
jawaban yang sama. Perintah itu bermaksud agar manusia dapat
mempelajari yang tidak mereka ketahui. Allah Swt pun berfirman dalam Al
Qur’an agar manusia dapat membaca sebagaimana dalam QS.al-Alaq: 1-5,
sebagai berikut:
2
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam,Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran
pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang
sekolah dasar (Susanto, 2013: 165). Tarigan (2010: 138-140) berpendapat
bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam IPA adalah nilai praktis,
intelektual, sosial-budaya-ekonomi-politik, kependidikan, dan keagamaan.
Siswa harus diberikan pembelajaran IPA sejak dini karena pentingnya
nilai-nilai tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki nilai-nilai untuk kehidupan
sehari-hari sebagai proses pembelajaran dan pengembangan. Pembelajaran
perlu diberikan dari usia sekolah dasar karena pada usia ini siswa masih
mudah dibimbing dan diarahkan.
Hasil wawancara dengan ibu Lum’atun Nayirah, S.Pd.I selaku guru
kelas V MI Maarif Candirejo pada tanggal 29 November 2017 menyatakan
bahwa pembelajaran IPA masih sulit diterapkan oleh siswa. Rendahnya
hasil belajar ditandai adanya siswa yang belum memenuhi Kriteria
3
(46,15%) yang dapat mencapai KKM, sedangkan 13 siswa (53,84) masih di
bawah KKM.
Berdasarkan wawancara terhadap guru pengampu (Lum’atun
Nayirah, S.Pd.I), faktor rendahnya hasil belajar siswa MI Ma’arif Candirejo
dikarenakan selama ini proses pembelajaran masih banyak yang
dilaksanakan dengan model pembelajaran yang konvensional. Guru sering
menyampaikan ceramah, namun kurang memberi motivasi menjadi
penyebab kondisi ini terjadi. Hal ini menyebabkan sebagian siswa tidak
memerhatikan guru pada saat menyampaikan materi sehingga berpengaruh
pada pembelajaran IPA. Proses kegiatan pembelajaran yang berlangsung
terdapat sepuluh siswa yang mengobrol dengan teman sebangku. Terbukti
dari rendahnya hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM 65.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeyakinan bahwa penyebab
rendahnya hasil belajar siswa karena kurang menariknya model
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Peneliti akan menawarkan sebuah
solusi berupa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning adalah sebuah model pembelajaran yang
menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa
(bersifat kontekstual) sehingga menarik siswa untuk belajar (Okayana,
2016: 27). Model pembelajaran PBL adalah serangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah (Khanifatul, 2013: 21). Model pembelajaran dengan
4
(2001: 85) berpendapat dalam strategi pembelajaran dengan PBL diharapkan
siswa terlibat dalam proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan
data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.
Kelebihan dari model PBL adalah untuk lebih memahami isi
pelajaran. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa,
sehingga memberikan keleluasaan untuk menentukan pengetahuan baru bagi
siswa. Kelemahan dari model PBL adalah ketika siswa tidak memiliki minat
tinggi, atau tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampu
menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka cenderung enggan
untuk mencoba karena takut salah.
Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Metro Barat tahun 2016.
Komang Okayana (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan
Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Metro Barat tahun 2016”
telah membuktikan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model PBL mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan permasalahan pembelajaran IPA di kelas V Madrasah
Ibtidaiyah Candirejo peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut dengan
judul:“Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model
5
MIMa’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini adalah “Apakah model pembelajaran PBL
dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa
kelas V MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
tahun 2018”?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar IPA materi sifat-sifat cahaya dengan penerapan model PBL pada
siswa kelas V MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
a. Menambah wawasan dalam bidang penelitian dan pembuatan karya
ilmiah; dan
b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sumbangan
pendidikan.
2. Manfaat Praksis a. Bagi Siswa
Kegunaan penelitian bagi siswa yakni dapat meningkatkan
6
untuk bekerja mandiri dengan model pembelajaran PBL pada materi
sifat-sifat cahaya.
b. Bagi Guru
Kegunaan penelitian tindakan kelas bagi guru yakni dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, sebagai masukan agar
mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar yang lebih bermakna.
c. Bagi Sekolah
Kegunaan penelitian bagi sekolah yakni sebagai contoh
bentuk peningkatan dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA
materi sifat-sifat cahaya. Penelitian diharapkan dapat menghasilkan
penemuan yang bermanfaat bagi MI Ma’arif Candirejo.
d. Bagi Peneliti
Kegunaan penelitian bagi peneliti yakni sebagai upaya
memperkenalkan model pembelajaran di sekolah agar meningkatkan
kualitas pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Penelitian
diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran berupa model PBL
dalam pembelajaran IPA khususnya materi sifat-sifat cahaya.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap
7
paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti
melalui Penelitian Tindakan Kelas (Mulyasa, 2011: 105).
Hipotesis penelitian ini adalah jika model pembelajaran PBL
diterapkan dengan baik,diharapkandapat meningkatkan hasil belajar IPA
materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V MI Ma’arif Candirejo
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2018.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan tolok ukur tingkat
ketercapaian dari tindakan yang diberikan (Daryanto, 2011: 83).
Penerapan model pembelajaran PBL ini dikatakan efektif apabila
indikator yang diharapkan tercapai. Keberhasilan mencapai ≥ 85% dari
jumlah siswa yang mampu mencapai nilai KKM yaitu sesuai kriteria
ketuntasan klasikal (Trianto, 2009: 241).
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas berasal dari
bahasa Inggris yaitu (Classroom Action Research) yang berarti penelitian
dengan tindakan yang dilakukan di dalam kelas (Kunandar, 2008: 41).
Arikunto (dalam Iskandar, 2012: 20) menyatakan bahwa PTK merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah
tindakan,yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan. Kunandar (2008: 42) berpendapat bahwa Penelitian Tindakan
8
pada umumnya. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain yang bertujuan
untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan
pendapat di atas PTK adalah suatu kegiatan pembelajaran berupa tindakan
mengamati proses pembelajaran berupa suatu tindakan di dalam kelas oleh
guru bersama orang lain dengan tujuan meningkatkan mutu proses
pembelajaran di kelas.
G. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah model dari Kemmis
dan Taggart berupa suatu siklus spiral (Arikunto, 2006: 74). Pengertian
siklus di sini adalah suatu putaran kegiatan yang meliputi tahap-tahap
rancangan pada setiap siklus yaitu perencanaan (planning), tindakan
(acting), observasi (observation), dan refleksi (reflection).
Desain penelitian prosedur kerja PTK menurut Kemmis dan Mc.
9
Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan MC Taggart
Sumber: (Arikunto, 2006: 74)
H. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas V MI Ma’arif Candirejo
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada mata pelajaran IPA materi
sifat-sifat cahaya. Jumlah siswa kelas V ada 25 siswa meliputi 16 siswa
laki-laki dan 9 siswa perempuan dengan kolaboratornya guru kelas V yaitu Ibu
Lum’atun Nayirah, S.Pd.I.
I. Langkah-Langkah Penelitian
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Permasalaha Pelaksanaan
Tindakan I Perencanaan
Tindakan I
Siklus I Pengamatan/
Pengumpulan
Siklus II Refleksi II Pengamatan/
10
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan ini
adalah:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi cahaya
merambat lurus dan cahaya menembus benda bening dengan
menggunakan model PBL;
b. Menyiapkan sarana dan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran;
c. Menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan yang akan
digunakan pada setiap pembelajaran;
d. Menyiapkan lembar evaluasi untuk peserta didik;
e. Pembentukan kelompok belajar; dan
f. Mempersiapkan pokok permasalahan.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini merupakan
implementasi (penerapan isi rancangan) yaitu melaksanakan tindakan di
kelas (Arikunto, 2006: 17). Pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama
ini, yang berlangsung di dalam kelas adalah realisasi dari segala teori
pendidikan dan teknik mengajar yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Observasi (Observating)
Observasi yaitu alat untuk memotret tinggi atau rendahnya efek
tindakan dalam mencapai sasaran. Peneliti harus menguraikan jenis data
11
Hasil pengamatan dicatat dalam bentuk uraian pada lembar catatan
lapangan berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti.
4. Refleksi (Reflecting)
Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi sangat tepat dilakukan
ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi
rancangan tindakan (Arikunto, 2014: 19-20). Refleksi dilakukan dengan
menganalisis hasil tindakan seberapa jauh tingkat perubahan
kemampuan siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran
menggunakan model PBL. Siklus PTK berikutnya akan dilaksanakan
dengan waktu dan materi yang berbeda melalui tahap sama dengan
siklus sebelumnya apabila indikator belum tercapai.
J. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian ini dengan observasi dan tes.
1. Observasi
Observasi dalam penelitian tindakan kelas merupakan upaya
merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan
berlangsung. Mills (dalam Hermansyah, 2005: 131) menyatakan bahwa
observasi adalah sebuah kegiatan terencana dan terfokus untuk melihat
dan mencatat serangkaian perilaku. Observasi ini dilakukan dengan
12
observasi seperti yang tercantum di dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran.
2. Tes
Tes adalah alat pengumpul data berupa alat ukur yang diberikan
kepada individu untuk mendapatkan jawaban yang diharapkan baik
secara tertulis, lisan maupun tindakan. Peneliti menggunakan tes prestasi
belajar (Hikmawati, 2017: 34). Bentuk tes yang digunakan adalah
bentuk tes formatif yang berupa soal pilihan ganda dan isian singkat
yang berkaitan dengan materi sifat-sifat cahaya. Siswa dinyatakan telah
mencapai tingkat penguasaan materi jika telah mencapai nilai 65.
K. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi dan tes.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan berdasarkan pada pedoman
observasi yang sudah disusun. Pedoman observasi berisi indikator
berdasarkan pada fokus penelitian. Hasil observasi ini berbentuk catatan
lapangan yang mendekripsikan proses kegiatan pembelajaran dan
kemampuan siswa. Berdasarkan kegiatan yang diobservasi secara
langsung meliputi observasi kegiatan siswa, observasi kegiatan guru
dalam pengelolaan kelas, dan proses belajar mengajar melalui
penggunaan model PBL. Lembar obervasi guru dapat dilihat pada Tabel
13
Tabel 1.1 Lembar Pengamatan Guru dalam Pelaksanaan PBL
No. Aspek yang diamati Keprofesionalan Guru Ya Tidak A. Kemampuan guru dalam
membuka pelajaran
1. Menarik perhatian siswa 2. Memberikan motivasi awal 3. Menyampaikan apersepsi
(berkaitan dengan materi)
4. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
5. Menyampaikan prosedur pelaksanaan PBL
B. Sikap guru dalam proses pembelajaran
1. Kejelasan artikulasi suara
2. Variasi gerakan tidak mengganggu perhatian peserta didik
3. Antusiasme dalam penampilan
C. Penguasaan bahan ajar
1. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP 2. Kejelasan dalam menjelaskan
materi ajar
3. Kejelasan dalam memberikan contoh
4. Memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan ajar
D. Kegiatan belajar mengajar
1. Kesesuaian metode pembelajaran dengan belajar yang disampaikan 2. Penyajian bahan pelajaran sesuai
14
Tabel 1.2 Lembar Pengamatan Siswa dalam Pelaksanaan PBL
No. Aktivitas Peserta Didik Ya Tidak
1. Mengetahui masalah 2. Merumuskan masalah 3. Merumuskan hipotesis
4. Mengumpulkan data
5. Menguji hipotesis
6. Menentukan pilihan penyelesaian
2. Tes
Tes adalah alat pengumpul data berupa alat ukur yang diberikan
kepada individu untuk mendapatkan jawaban yang diharapkan baik
secara tertulis, lisan maupun tindakan. Tes formatif digunakan untuk
mengetahui tingkat hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model PBL materi sifat-sifat cahaya. Bentuk tes
formatif berupa soal pilihan ganda dan isian singkat yang harus
dikerjakan oleh siswa.
L. Pengumpulan Data
Pengumpulan data, peneliti dibantu oleh guru kelas. Data penelitian
dikumpulkan dengan menggunakan observasi dan wawancara.
1. Observasi
Proses ini dilakukan setiap kali mengadakan observasi dan
wawancara. Kegiatan observasi dilakukan peneliti dengan mengamati
proses kegiatan pembelajaran, mengecek RPP, dan memperhatikan
model yang dilaksanakan oleh guru IPA di kelas V sesuai dengan materi
15
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan guru, kepala sekolah dan siswa
untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang hasil belajar IPA
melalui model PBL materi sifat-sifat cahaya.
M. Analisis Data
Analisis data adalah data yang terkumpul guna mengetahui seberapa
besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa
(Suyadi, 2011:85). Peneliti menganalisa data dengan menyusun dan
mengolah data yang terkumpul melalui hasil tes dan catatan observasi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis dekriptif kuantitatif dan kualitatif, yaitu menggambarkan data
dengan menggunakan angka-angka kemudian dijelaskan melalui kalimat
secara jelas dan terperinci.Teknik deskriptif yang digunakan dapat dihitung
dengan rumus:
1. Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa
X =
∑Pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar siswa pada
umumnya menggunakan ukuran-ukuran yang bersifat kuantitatif yang
16
2. Menghitung persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara
klasikal digunakan rumus:
P = ∑ x 100%
Sumber: (Daryanto, 2011: 192)
Ket :
P = ketuntasan belajar klasikal
∑X = jumlah siswa yang mendapat nilai >65
N = jumlah siswa
100% = bilangan tetap
N. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis
tindakan dan indikator keberhasilan, metode penelitian,
rancangan penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah
penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian,
pengumpulan data, analisis data, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori, meliputi: materi sifat-sifat cahaya, model
PBL, mata pelajaran IPA, pengertian hasil belajar siswa,
Penelitian Tindakan Kelas, dan kajian pustaka
BAB III Metode Penelitian, berisi tentang subjek penelitian yang
meliputi: tempat (penelitian diadakan; sekolah, kelas),
waktu (siklus penelitian), karakteristik siswa (jumlah dan
17
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan data dan
refleksi.
BAB IV Hasil Penelitiandan Pembahasan berisi tentang deskripsi
per siklus yang meliputi data dan hasil pengamatan
(observasi) dan wawancara, refleksi keberhasilan dan
kegagalan.
18
BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Teori
1. Kajian Materi Penelitian a. Pengertian Cahaya
Cahaya sangat penting bagi kehidupan, sebab tanpa adanya
cahaya tidak mungkin ada kehidupan. Bumi akan menjadi gelap
dan dingin apabila tidak ada cahaya. Matahari merupakan sumber
cahaya terbesar di bumi. Cahaya matahari memberikan sumber
energi bagi seluruh alam. Bintang, lampu, dan kilat juga merupakan
sumber cahaya.
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh cahaya mata. Gelombang elektromagnetik
merupakan gelombang yang tidak memerlukan medium untuk
merambat, sehingga cahaya dapat merambat tanpa medium.
Cahaya berasal dari suatu benda yang memancarkan cahaya.
Cahaya memiliki sifat-sifat tertentu yang banyak manfaatnya bagi
kehidupan (Kusnin, 2007:128).
b. Sifat-Sifat Cahaya
1) Cahaya Merambat Lurus
Berdasarkan dapat atau tidaknya memancarkan cahaya,
benda dikelompokkan menjadi benda sumber cahaya dan
19
cahaya. Benda sumber cahaya contohnya yaitu matahari,
lampu, dan nyala api. Benda gelap tidak dapat memancarkan
cahaya contohnya yaitu batu, kayu, dan kertas (Azmiyawati,
2012: 111).
Cahaya dapat merambat lurus jika tidak ada rintangan
yang menghalanginya.Arah cahaya sesuai dengan arah lampu.
Sifat cahaya yang merambat lurus ini dimanfaatkan untuk
lampu senter dan lampu kendaraan. Apabila posisi lampu
diubah, cahaya tetap merambat lurus sebagaimana dapat
ditampilkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Cahaya Merambat Lurus Sumber: (Haryanto, 2007: 140)
2) Cahaya dapat Menembus Benda Bening
Cahaya dapat menembus beberapa jenis benda. Benda
yang tembus cahaya, tetapi tidak tembus pandang disebut
benda translusens.Benda translusens meliputi kain, karung
goni, karung plastik dan kertas tipis.Benda yang tembus
cahaya dan tembus pandang disebut benda transparan. Cahaya
juga dapat menembus benda bening, contohnya lensa dan
20
Cahaya bisa menembus benda bening seperti kaca, air
dan plastik. Kaca yang bening dan tembus cahaya dapat
dijadikan sebagai genting. Genting kaca biasanya dipasang di
rumah-rumah sebagai celah sumber cahaya. Cahaya dapat
masuk sehingga keadaan di dalam suatu ruangan bisa dilihat
melalui kaca jendela. Ilustrasi gambar dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Cahaya dapat Menembus Benda Bening Sumber: (Haryanto, 2007: 141)
3) Cahaya dapat Dipantulkan
Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantuln baur
(pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur
terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau
tidak rata. Pemantulan baur menghasilkan arah sinar pantul
tidak beraturan, sedangkan pemantulan teratur terjadi jika
cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap.
Cermin merupakan benda yang mempunyai sifat seperti ini.
Pemantulan teratur menghasilkan arah yang teratur pada sinar
21
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan
cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar
dan cermin lengkung. Cemin lengkung ada dua macam, yaitu
cermin cembung dan cermin cekung.
a) Cermin Datar
Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang
pantulnya datar dan tidak melengkung. Cermin datar biasa
digunakan untuk bercermin. Bayangan pada cermin datar
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
(1) Ukuran (besar dan tinggi) bayangan sama dengan
ukuran benda;
(2) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda
ke cermin;
(3) Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda;
(4) Bayangan tegak seperti bendanya; dan
(5) Bayangan bersifat semu atau maya, artinya bayangan
dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat
ditangkap oleh layar.
b) Cermin Cembung
Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan
bidang pantulnya melengkung ke arah luar. Cermin
cembung biasa digunakan untuk spion pada kendaraan
22
tegak, dan lebih diperkecil daripada benda yang
sesungguhnya.
c) Cermin Cekung
Cermin cekung yaitu cermin yang bidang
pantulnya melengkung ke arah dalam. Cermin cekung
biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu mobil
dan lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk
oleh cermin cekung sangat bergantung pada letak benda
terhadap cermin.
(1) Jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan
benda bersifat tegak, lebih besar, dan semu (maya);
dan
(2) Jika benda jauh dari cermin cermin cekung, bayangan
benda bersifat nyata (sejati) dan terbalik (Azmiyawati,
2012: 112-114).
Berkas cahaya yang mengenai suatu benda akan
dipantulkan atau diserap oleh benda tersebut, misalnya,
bayangan tampak pada cermin datar sebagaimana
23
Gambar 2.3 Cahaya dapat Dipantulkan Sumber: (Haryanto, 2007: 143)
4) Cahaya dapat Dibiaskan
Cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya
berbeda, maka jika terjadi hal tersebut maka cahaya akan
dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya
setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut
pembiasan (Azmiyawati, 2012: 115).
Kusnin (2007: 128) mengatakan bahwa jika cahaya
mengenai kaca pada sudut tertentu, maka salah satu sisi cahaya
akan mengenai cahaya lebih dahulu daripada sisi lainnya. Ini
mengakibatkan cahaya yang menembus kaca bening akan
dibelokkan. Pembelokan cahaya ini disebut pembiasaan.
Cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat
yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis
normal, misalnya cahaya merambat dari udara ke air. Apabila
cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang
rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal, misalnya
24
Pembiasan cahaya merupakan peristiwa pembelokan
atau perubahan arah berkas cahaya dari suatu zat ke zat lain,
misalnya, dari udara ke air atau sebaliknya. Cahaya bergerak di
udara lebih cepat dibandingkan saat melewati air. Pensil yang
dimasukkan ke dalam gelas berisi air akan terlihat bengkok
sebagaimana ditampilkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Cahaya dapat Dibiaskan Sumber: (Haryanto, 2007: 144)
5) Cahaya dapat Diuraikan atau Terdispersi
Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya
(dispersi). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih
menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya matahari yang kita
lihat berwarna putih, tetapi sebenarnya cahaya matahari
tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari
diuraikan oleh titik-titik air di awan sehingga terbentuk
warna-warna pelangi (Azmiyawati, 2012: 116).
Matahari menyinarkan cahayanya yang berwarna putih.
Sinar matahari terlihat berwarna putih karena terdiri dari
25
merupakan kaca bening yang berbentuk segitiga.Sinar
matahari yang diarahkan melewati prisma dapat terurai
menjadi sinar yang berwarna. Cahaya yang terdispersi
misalnya pelangi yang terlihat berwarna-warni (Kusnin, 2014:
87).
Peristiwa dispesrsi cahaya dapat juga dilihat pada balon
air. Air sabun dapat digunakan untuk membuat balon air. Air
sabun yang ditiup di bawah sinar matahri, maka akan terlihat
berbagai macam warna berkilauan pada permukaan balon
tersebut (Azmiyawati, 2012: 117). Ilustrasi gambar dapat
dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Cahaya dapat Diuraikan Sumber: (Haryanto, 2007: 145)
c. Pemanfaatan Sifat-Sifat Cahaya dalam Karya Sederhana
Sifat-sifat cahaya dapat diterapkan dalam karya sederhana
di kehidupan. Azmiyawati (2012: 117-119) berpendapat bahwa
sifat-sifat cahaya dapat dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai
26
ini bermanfaat untuk membantu penglihatan mata manusia dalam
melihat benda.
1) Periskop
Awak kapal selam yang berada di kedalaman laut dapat
mengamati permukaan laut menggunakan periskop. Periskop
menerapkan sifat cahaya yang berupa pemantulan. Cahaya dari
atas permukaan laut ditangkap oleh suatu cermin, kemudian
dipantulkan menuju mata pengamat di dalam kapal selam.
Gambar 2.6 Periskop
Sumber: (Haryanto, 2007: 146)
2) Kaleidoskop
Kaleidoskop adalah mainan yang dibuat menggunakan
cermin. Kaleidoskop dapat membuat aneka pola yang
mengagumkan. Pola-pola ini diperoleh karena bayangan
benda-benda dalam kaleidoskop mengalami pemantulan
berkali-kali. Jumlah benda yang terlihat lebih banyak dari
27
Gambar 2.7 Kaleidoskop Sumber: (Haryanto, 2007: 147)
3) Lup
Lup merupakan alat optik yang sederhana. Alat ini
berupa lensa cembung. Lup berfungsi membantu mata untuk
melihat benda-benda kecil agar tampak besar dan jelas. Lup
dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Lup
Sumber: (Haryanto, 2007: 148)
2. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses mencari ilmu untuk mengubah diri
dengan baik, sesuai dengan tingkat keilmuan yang dicapai. Ilmu di
sini bermakna keseluruhan, baik ilmu agama maupun umum
(Asmani, 2009: 19). Belajar dapat diartikan sebagai proses
28
lingkungannya (Hamalik, 2008: 36). Menurut Djamarah (2002:13),
belajar adalah serangkain kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu peruban tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,
afektif dan psikomotor.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang
hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas, dipertegas lagi oleh
Nawawi (dalam. Brahim, 2007 : 39) yang menyatakan bahwa hasil
belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran
tertentu. Sudjanah (2005:5) berpendapat bahwa hasil belajar siswa
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik
dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar.
Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah mapel tertentu. Hasil belajar siswa adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
29
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang
relatif menetap.
Evaluasi adalah suatu cara yang digunakan ntuk mengetahui
apakah hasil belajar yang diacapai telah sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki. Sunal (1993 : 94) berpendapat bahwa evaluasi
merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat
pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi
kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau
penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau
bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.
Kesimpulan dari hasil belajar adalah perubahan perilaku
individu yang meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.Perubahan perilaku tersbut diperoleh setelah peserta
didik menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi
dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.
c. Jenis-jenis Belajar
Proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan
yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik
dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan
dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman
jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan
30
(2010: 56) berpendapat dalam bukunya Psikologi Pendidikan
membaginya menjadi 8 jenis belajar sebagai berikut.
1) Belajar Abstrak
Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan
cara-cara berpikir abstrak. Belajar abstrak bertujuan untuk
memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah
yang tidak nyata;
2) Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan
menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot/otot
(neuromoscular). Belajar keterampilan bertujuan untuk
memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu;
3) Belajar Sosial
Belajar Sosial adalah belajar memahami
masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah-masalah
tersebut. Belajar sosial bertujuan untuk menguasai pemahaman
dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial
seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah
kelompok dan masalah-masalah lain yang bersifat
31
4) Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara
sistematis, logis, teratur dan teliti. Belajar pemecahan masalah
berujuan untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan
kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan
tuntas;
5) Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan
kemampuan berpikir secara logis dan rasional. Belajar rasional
bertujuan untuk memperoleh aneka ragam kecakapan
menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep;
6) Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah prsoses pembentukan
kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan
yang telah ada. Belajar kebiasaan bertujuan agar siswa
memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan
baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan
kebutuhan ruang dan waktu;
7) Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti
penting atau nilai suatu objek dengan tujuan agar siswa
32
(affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai
secara tepat nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra,
apresiasi musik dan sebagainya;
8) Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara
melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek
pengetahuan tertentu. Belajar pengetahuan bertujuan agar
siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman
terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan
memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya
dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian
lapangan (Syah, 2005 : 122-124).
d. Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar 1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber
dalam diri peserta didik yang memengaruhi kemampuan
belajarnya.Faktor internal ini meliputi kecerdasan, minat dan
perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan
belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari
luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar, yaitu
33
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang tidak
harmonis, ekonomi yang tidak mendukung, pertengkaran
antara suami istri dapat menjadi pemicu rendahnya hasil
belajar siswa.
e. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses
dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan (Trianto, 2009 : 252).
Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor yang dapat berbentuk tes tertulis,
performance, penugasan atau proyek, dan portofolio. Penilaian
kognitif semata-mata menilai seorang siswa memiliki pengetahuan
terhadap fakta, konsep dan teori. Penilaian keterampilan mengukur
kemampuan motorik siswa dalam “bekerja ilmiah” mengikuti
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan
(Diknas, 2002 : 13).
Penilaian bertujuan untuk mengukur seberapa jauh tingkat
keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan,
dikembangkan dan ditanamakan di sekolah serta dapat dihayati,
diamalkan/diterapkan dan dipertahankan oleh siswa dalam
34
untuk mempertahankan, memperbaiki dan menyempurnakan proses
pembelajaran yang dilaksanakan (Sudjana, 2002 : 2). Penilaian ini
harus dilakukan secara jujur dan transparan agar dapat mengungkap
informasi yang sebenarnya (Mulyasa, 2002 : 183).
3. Hakikat IPA
a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut juga dengan istilah
pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar.
Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini
dianggap sulit oleh sebagian peserta didik, mulai dari jenjang
sekolah dasar sampai sekolah menengah Susanto (2013 : 165).
b. Pengertian Pembelajaran IPA
Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu
tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu
pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu
IPA sebagai produk, proses dan sikap. Sutrisno (2007: 23)
menambahkan ilmiah dari ketiga komponen IPA ini.
Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan
pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di
35
belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia,
biologi dan fisika.
c. Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) dimaksudkan untuk:
1) Siswa dapat memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaan-Nya;
2) Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari;
3) Siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; dan
4) Siswa dapat mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan Susanto (2013 : 171).
4. Hakikat Model PBL
a. Pengertian Model PBL
Pengertian “masalah” dalam strategi pembelajaran dengan
PBL adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang
diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang
36
keluhan, kerisauan atau kecemasan. Materi pelajaran atau topik tidak
terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, tetapi
juga dari sumber-sumber lain, seperti peristiwa-peristiwa tertentu
sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Rusmono, 2012 : 74).
Problem Based Learning dikembangkan dalam dunia
pendidikan kedokteran. PBL telah dipakai secara luas pada semua
jenjang pendidikan. PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk
menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan
baru untuk dapat menyelesaikannya (Hamruni, 2009: 45).
Problem PBL digunakan untuk mendukung pola berfikir
tingkat tinggi (HOT atau higher-order thinking) dalam situasi yang
berorientasi masalah, termasuk belajar “how to learn”. Peran guru
dalam PBL adalah mengajukan masalah, memberikan pertanyaan
dan memfasilitasi untuk penyelidikan dan dialog, guru harus
memberikan peserta didik menambah kemampuan dan menemukan
kecerdasan (Wisudawati, 2017: 88).
Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning) dikembangkan dari filsafat konstruksivisme, yang
menyatakan bahwa kebenaran merupakan konstruksi pengetahuan
secara otonom, artinya peserta didik akan menyusun pengetahuan
dengan cara membangun penalaran dari seluruh pengetahuan yang
37
(Hamruni, 2009 : 150). Model pembelajaran berbasis masalah adalah
strategi pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah
secara terbuka.
Model pembelajaran ini merupakan serangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah. Model pembelajaran berbasis masalah
meliputi kegiatan berupa siswa aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data serta akhirnya menyimpulkan
(Khanifatul, 2013 : 21).
Model pembelajaran dengan PBL menawarkan kebebasan
siswa dalam proses pembelajaran. Panen (2001 : 85) mengatakan
dalam strategi pembelajaran dengan PBL, siswa diharapkan untuk
terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk
mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data dan
menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.
Model pembelajaran PBL mempunyai tiga ciri utama
(Sanjaya, 2007: 65), yang sekaligus membedakannya dengan strategi
pembelajaran yang lain. Ketiga ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1) Model pembelajaran PBL merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran yang terdiri dari sejumlah rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan siswa. Siswa tidak hanya sekadar
38
yang diberikan tetapi berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data dan menyimpulkannya;
2) Aktivitas pembelajaran diorientasikan pada penyelesaian
masalah. PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran tanpa adanya masalah maka tidak mungkin
adanya proses pembelajaran berbasis masalah; dan
3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan
menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris.
b. Nilai-Nilai Karakter dalam Model PBL
Nilai-nilai karakter dalam model PBL yaitu tanggung jawab,
kerja keras, toleransi dan demokratis, mandiri, dan kepedulian
lingkungan dan sosial keagamaan.
1) Tanggung Jawab
Mengingat asumsi dasar dibangunnya PBL adalah
menyelesaikan masalah, sedangkan orang yang mempunyai
komitmen tinggi untuk menyelesaikan masalah adalah
39
2) Kerja Keras
Kerja keras yang luar biasa diperlukan untuk dapat
menyelesaikan masalah. Model pembelajaran PBL ini secara
alamiah menanamkan nilai karakter berupa kerja keras.
3) Toleransi dan Demokratis
Penyelesaian masalah yang dikehendaki dalam model
pembelajaran PBL adalah penyelesaian masalah yang bersifat
terbuka, dapat ditoleransi dan bersifat demokratis.
4) Mandiri
Setiap siswa mempunyai permasalahan yang
berbeda-beda, sehingga memerlukan cara pemecahan yang berbeda pula.
Bahkan jika masalahnya sama, siswa boleh menyelesaikan
dengan cara yang berbeda. Siswa harus bersikap mandiri dalam
menyelesaikan permasalahannya.
5) Kepedulian Lingkungan dan Sosial Keagamaan
Siswa menghadapi masalah-masalah individu yang
berbeda, tidak menutup kemungkinan dia juga menghadapi
masalah-masalah sosial keagamaan di lingkungan sekolahnya.
Penyelesaian masalah harus dihadapi secara berkelompok
dengan melibatkan kepala sekolah, guru bimbingan konseling
40
c. Prosedur Pelaksanaan Model PBLBermuatan Karakter
Prosedur pelaksanaan model PBL yaitu adanya masalah,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis. mengumpulkan data,
menguji hipotesis, dan menentukan pilihan penyelesaian. Model
pembelajaran PBL ini dapat dilaksanakan dengan bimbingan guru.
a) Adanya Masalah
Implementasi atau penggunaan strategi pembelajaran
berbasis masalah harus dimulai dari membangun kesadaran
kritis siswa akan adanya masalah yang akan dipecahkan.
Permasalahan dapat ditentukan oleh guru sebagai stimulus agar
siswa mencoba berpikir.
b) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah adalah langkah selanjutnya setelah
adanya masalah. Kemampuan atau kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik adalah mampu menentukan prioritas
masalah yang akan dipecahkan. Guru dapat membimbing siswa
dalam merumuskan masalah.
c) Merumuskan Hipotesis
Siswa diharapkan mampu merumuskan hipotesis setelah
mereka mampu merumuskan masalah.Guru dapat memberikan
dua pilihan yang membantu agar siswa dapat mencoba belajar
41 d) Mengumpulkan Data
Siswa diharapkan mampu mengumpulkan data yang
relevan secepat mungkin, kemudian mengorganisasikannya,
serta menyajikannya secara skematis. Informasi dan penjelasan
guru dapat dijadikan data .
e) Menguji Hipotesis
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, diharapkan
peserta didik mampu menguji hipotesis yang diajukan pada
langkah ketiga.
f) Menentukan Pilihan Penyelesaian
Tahap terakhir dari pelaksanaan strategi pembelajaran
berbasis masalah adalah memilih salah satu solusi yang diambil
dari hipotesis yang telah teruji kebenarannya sebagai sebuah
pilihan.
d. Kelebihan dan Kelemahan Model PBL
Menurut Suyadi (2013 : 142-143) ada beberapa keunggulan
dan kelemahan PBL.
1)Keunggulan PBL Bermuatan Karakter
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus
untuk lebih memahami isi pelajaran;
a) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa,
sehingga memberikan keleluasaan untuk menentukan
42
b) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa;
c) Pemecahan masalah dapat membantu siswa cara menransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata; dan
d) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang dilakukan.
2) Kelemahan PBL Bermuatan Karakter
a) Ketika siswa tidak memiliki minat tinggi, atau tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampu
menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka
cenderung enggan untuk mencoba karena takut salah;
b) Tanpa pemahaman “mengapa mereka berusaha” untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka
tidak akan belajar apa yang mereka ingi mereka pelajari.
Memiliki arti perlu dijelaskan manfaat menyelesaikan
masalah yang dibahas pada siswa; dan
c) Proses pelaksanaan PBL membutuhkan waktu yang lebih lama atau panjang. Waktu itu juga belum cukup, karena
sering kali siswa masih memerlukan waktu tambahan untuk
43
pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban
kurikulum yang ada.
5. Hakikat PTK a. Pengertian PTK
Penelitian Tindakan Kelas atau PTK berasal dari bahasa
Inggris yaitu (Classroom Action Research) yang berarti penelitian
dengan tindakan yang dilakukan di dalam kelas (Kunandar, 2008:
41). Arikunto (dalam Iskandar, 2012 : 20) menyatakan bahwa PTK
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersamaan. Kunandar (2008: 42)
berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas (Action Research) dan
penelitian tindakan ini bagian dari penelitian pada umumnya.
Penelitian tidakan kelas (PTK) merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain
(kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki/meningkatkan mutu
proses pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas sedang
berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris,
Amerika, Australia, dan Canada. (Supardi, 2007: 102).
b. Karakteristik PTK
Sebagaimana telah dijelaskan, PTK merupakan bagian dari
penelitian tindakan.Suhardjono (2007: 62) berpendapat bahwa ciri
44
Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam
laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan
praktis. Tindakan tersebut merupakan sesuatu kegiatan yang
disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Penelitian tindakan
dilakukan dalam rangkaian siklus kegiatan.Karakteristik lain dari
PTK, di antaranya sebagai berikut:
1) Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan penelitian yang
tidak hanya berupaya memecahkan masalah, tetapi sekaligus
mencari dukungan ilmiahnya. PTK merupakan bagian penting
dari upaya pengembangan professional guru karena mampu
membelajarkan guru untuk berpikir kritis dan sistematis;
2) Hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoretis
atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya
permasalahan yang nyata dan aktual yang terjadi dalam
pembelajaran di kelas;
3) Penelitian Tindakan Kelas hendaknya dimulai dari
permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai
hal-hal yang terjadi di dalam kelas;
4) Kolaborasi antara praktisi (guru, kepala sekolah, peserta didik,
dan lain-lain) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan
tentang permasalahan, pengambilan keputusan akhirnya dapat
45
5) Penelitian Tindakan Kelas dilakukan hanya apabila ada (a)
keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan, (b)
bertujuan meningkatkan profesionalisme guru, (c) alasan pokok:
ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan, dan (d)
bertujuan memperoleh pengetahuan sebagai pemecahan
masalah.
c. Prinsip PTK
Hopkins (dalam Supardi, 2007: 115) berpendapat bahwa
prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas, yaitu sebagai
berikut:
1) Tugas Pendidikdan Tenaga Kependidikan
Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama
adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan
berkualitas. Antarpendidik perlu memiliki komitmen dalam
mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran secara terus-menerus.
Pendidik harus menggunakan pertimbangan dan
tanggung jawab profesionalnya dalam mengupayakan jalan
keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.
Prinsip utama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan
sebagai suatu cara berkelanjutan secara siklus sampai terjadinya
peningkatan, atau “kesembuhan” sistem, proses, hasil, dan