• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA KELAS V DI MI MA’ARIF CANDIREJO KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA KELAS V DI MI MA’ARIF CANDIREJO KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN

MODEL PROBLEM BASED LEARNING MATERI SIFAT-SIFAT

CAHAYA PADA KELAS V DI MI MA’ARIF CANDIREJO

KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2018

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh :

NELIS IKA LESTARI FRIDAYANTI 115-14-086

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN

MODEL PROBLEM BASED LEARNING MATERI SIFAT-SIFAT

CAHAYA PADA KELAS

V DI MI MA’ARIF

CANDIREJO

KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2018

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh :

NELIS IKA LESTARI FRIDAYANTI 115-14-086

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)

ii Dr. Hj. Maslikhah S.Ag., M.Si.,

Dosen IAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

Nelis Ika Lestari Fridayanti

Kepada

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca dan memberi arahan dan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari:

Nama : Nelis Ika Lestari Fridayanti

NIM : 115-14-086

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA

MELALUIPENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA

KELAS V DI MI MA’ARIF CANDIREJO KECAMATAN

TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018

Dengan ini mohon skripsi saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 23 April 2018 Pembimbing

(5)

iii

SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MATERI SIFAT-SIFAT

CAHAYA PADA KELAS V DI MI MA’ARIF CANDIREJO

KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018

DISUSUN OLEH

NELIS IKA LESTARI FRIDAYANTI 115-14-086

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan PGMI

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga, pada tanggal 4 Juli 2018 telah dinyatakan memenuhi syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag., M.Phil ………

Sekretaris penguji : Dr. Hj. Maslikhah., S.Ag., M.Si ………

Penguji I : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd ………

Penguji II : Dra. Nur Hasanah, M.Pd ………

Salatiga, 4 Juli 2018

Dekan FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd

(6)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nelis Ika Lestari Fridayanti

NIM : 115-14-086

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk dipubllikasikan pada

e-repository IAIN Salatiga.

Salatiga, 12 April 2018

Yang Menyatakan

(7)

v

MOTTO

روُن ٰىَلَع ٌروُّن

ۗ

ُءاَشَي نَم ِهِروُنِل ُهَّللا يِدْهَ ي

ۗ

َلاَثْمَْلْا ُهَّللا ُبِرْضَيَو

ِساَّنلِل

ۗ

[ ٌميِلَع ءْيَش ِّلُكِب ُهَّللاَو

٥٣:٤٢

]

“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada

cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat

perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”

(8)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Ibuku (Zarofun) dan Bapakku (Nur Cholis) tercinta, yang senantiasa

membimbing, mencurahkan kasih sayang, doa, dan dukungan untuk

anak-anaknya dalam menggapai cita-cita;

2. Ibu (Pursini) dan Bapak (Sulaiman Ghofar Songge) sebagai pengasuh

asrama, yang telah menjadi orang tua kedua di Salatiga; dan

3. Adikku tersayang, Muhammad Zainul Munawar dan Muhammad Lathif

(9)

vii

ABSTRAK

Fridayanti, Nelis Ika Lestari. 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Problem Based Learning Materi Sifat-Sifat Cahaya Pada Siswa Kelas V di MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag, M.Si

Kata Kunci: Hasil Belajar,Ilmu Pengetahuan Alam, Model Problem Based Learning (PBL).

Pembelajaran IPA di MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang masih banyak yang dilaksanakan dengan model pembelajaran yang konvensional.Hal ini menyebabkan sebagian siswa tidak memerhatikan guru pada saat menyampaikan materi sehingga berpengaruh pada pembelajaran IPA terutama sifat-sifat cahaya. Terbukti dari rendahnya hasil belajar siswa pra siklus yang belum mencapai KKM 65. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2018”?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya dengan penerapan model PBL pada siswa kelas V MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2018.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang berjumlah 25 siswa meliputi 19 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Instrumen penelitian meliputi RPP, lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan tes evaluasi. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan tes. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus hitung nilai rata-rata dan persentase, apabila ≥ 85% siswa tuntas belajar maka siklus dihentikan.

(10)

viii

KATA PENGANTAR

ِهَّللا ِمْسِب

ِميِحَّرلا ِنَٰمْحَّرلا

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah

melimpahkan rahmat, karunia, dan petunjuk-Nya kepada manusia menuju

kebaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi agung

Rasulullah Saw.

Atas berkat rahmat Allah Swt sehingga penulis mampu menyelesaikan

penyusunan skripsi ini untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar

sarjana dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah. Semoga penulis dan pembaca umumnya dapat mengambil

manfaat dari tulisan ini. Penulis menulis skripsi dengan judul: “Peningkatan Hasil

Belajar IPA Melalui Penerapan Model Problem Based Learning Materi Sifat-Sifat

Cahaya Pada Kelas V di MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang Tahun 2018”.

Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada yang

terhormat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga;

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga;

3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru

(11)

ix

4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd selaku Pembimbing Akademik

yang senantiasa meluangkan waktunya dalam membimbing saya dari

awal hingga akhir semester;

5. Ibu Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag, M.Si selaku Pembimbing Skripsi yang

senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing skripsi dengan arif

dan bijaksana;

6. Ibu Siti Asiyah, S.Ag selaku Kepala MI Ma’arif Candirejo yang telah

memberikan izin dalam penelitian ini;

7. Ibu Lum’atun Nayirah, S.Pd.I selaku Wali Kelas V MI Ma’arif

Candirejo yang telah membantu pelaksanaan Penelitian Tindakan

Kelas hingga selesai;

8. Dewan guru dan karyawan MI Ma’arif Candirejo;

(12)

x

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...vi A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...5

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator keberhasilan ...6

F. Metode Penelitian...7

G. Rancangan Penelitian ...8

H. Subjek Penelitian ...9

I. Langkah-Langkah Penelitian ...9

J. Metode Pengumpulan Data ...11

K. Instrumen Penelitian...12

L. Pengumpulan Data ...14

M. Analisis Data ...15

(13)

xi

BAB II LANDASAN TEORI ...18

A. Kajian Teori ...18

1. Kajian Materi Penelitian ...18

2. Hakikat Belajar...27

3. Hakikat IPA ...34

4. Hakikat Model Problem Based Learning ...35

5. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas ...43

B. Kajian Pustaka ...52

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ...56

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...56

B. Deskripsi Pelaksanaan ...63

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ...63

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ...66

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ...70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN74 A. Deskripsi Per Siklus ...74

1. Deskripsi Siklus I ...74

2. Deskripsi Siklus II ...78

3. Deskripsi Siklus III ...82

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Identitas MI Candirejo Kecamatan Tuntang ...56

Tabel 3.2 Keadaan Guru dan Pegawai MI Candirejo Kecamatan Tuntang ...58

Tabel 3.3 Keadaan Siswa MI Candirejo Kecamatan Tuntang ...58

Tabel 3.4 Daftar Nama Siswa Kelas V MI Candirejo Kecamatan Tuntang ...59

Tabel 3.5 Keadaan Sarana Prasarana MI Candirejo Kecamatan Tuntang ...61

Tabel 3.6 Daftar Kegiatan Pelaksanaan Siklus ...62

Tabel 4.1 Daftar Hasil Tes Formatif Siklus I ...76

Tabel 4.2 Daftar Hasil Tes Formatif Siklus II...80

Tabel 4.3 Daftar Hasil Tes Formatif Siklus III ...85

(15)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas...9

Gambar 2.1 Cahaya Merambat Lurus ...19

Gambar 2.2 Cahaya Menembus Benda Bening ...20

Gambar 2.3 Cahaya Dapat Dipantulkan...23

Gambar 2.4 Cahaya Dapat Dibiaskan ...24

Gambar 2.5 Cahaya Dapat Diuraikan atau Terdispersi ...25

Gambar 2.6 Periskop ...26

Gambar 2.7 Kaleidoskop ...27

Gambar 2.8 Lup. ...27

Gambar 3.1 Struktur Organisasi MI Ma’arif Candirejo Tuntang ...61

Gambar 4.1 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I-III ...88

Gambar 4.2 Diagram Garis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I-III ...88

Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I-III ...89

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I...96

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...122

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ...146

Lampiran 4 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ...162

Lampiran 5 Lembar PengamatanSiswa Siklus I ...164

Lampiran 6 Lembar PengamatanGuru Siklus II ...165

Lampiran 7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ...167

Lampiran 8 Lembar PengamatanGuru Siklus III ...168

Lampiran 9 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III ...170

Lampiran 10 Foto Kegiatan ...171

Lampiran 11 Lembar Konsultasi Skripsi1 ...77

Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penelitian ...181

Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian1 ...82

Lampiran 14 Foto Hasil Belajar Tertinggi Siklus I1 ...83

Lampiran 15 Foto Hasil Belajar Terendah Siklus I1 ...87

Lampiran 16 Foto Hasil Belajar Tertinggi Siklus II1 ...89

Lampiran 17 Foto Hasil Belajar Terendah Siklus II ...191

Lampiran 18 Foto Hasil Belajar Tertinggi Siklus III ...193

Lampiran 19 Foto Hasil Belajar Terendah Siklus III ...195

Biodata Kolaborator ...198

Daftar Riwayat Hidup ...199

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana dan proses belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan,

pengendalian, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Ramayulis, 2008:

13). Tafsir (2001: 29) berpendapat bahwa pendidikan secara terminologis

merupakan proses pengembangan kemampuan, sikap, dan tingkah laku

lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup.

Pendidikan begitu penting bagi masyarakat. Agama Islam juga

mewajibkan agar semua umat muslim menuntut ilmu. Nabi Muhammad

Saw mendapatkan wahyu dari Jibril pada masa kenabian beliau berupa

iqro” yang artinya bacalah. Nabi Muhammad Saw pun menjawab “Aku

tidak pandai membaca”. Jibril pun mengulangi lagi hingga ketiga kalinya

iqro” yang artinya bacalah. Nabi Muhammad Saw menjawab dengan

jawaban yang sama. Perintah itu bermaksud agar manusia dapat

mempelajari yang tidak mereka ketahui. Allah Swt pun berfirman dalam Al

Qur’an agar manusia dapat membaca sebagaimana dalam QS.al-Alaq: 1-5,

sebagai berikut:

(18)

2

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam,Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran

pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang

sekolah dasar (Susanto, 2013: 165). Tarigan (2010: 138-140) berpendapat

bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam IPA adalah nilai praktis,

intelektual, sosial-budaya-ekonomi-politik, kependidikan, dan keagamaan.

Siswa harus diberikan pembelajaran IPA sejak dini karena pentingnya

nilai-nilai tersebut.

Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki nilai-nilai untuk kehidupan

sehari-hari sebagai proses pembelajaran dan pengembangan. Pembelajaran

perlu diberikan dari usia sekolah dasar karena pada usia ini siswa masih

mudah dibimbing dan diarahkan.

Hasil wawancara dengan ibu Lum’atun Nayirah, S.Pd.I selaku guru

kelas V MI Maarif Candirejo pada tanggal 29 November 2017 menyatakan

bahwa pembelajaran IPA masih sulit diterapkan oleh siswa. Rendahnya

hasil belajar ditandai adanya siswa yang belum memenuhi Kriteria

(19)

3

(46,15%) yang dapat mencapai KKM, sedangkan 13 siswa (53,84) masih di

bawah KKM.

Berdasarkan wawancara terhadap guru pengampu (Lum’atun

Nayirah, S.Pd.I), faktor rendahnya hasil belajar siswa MI Ma’arif Candirejo

dikarenakan selama ini proses pembelajaran masih banyak yang

dilaksanakan dengan model pembelajaran yang konvensional. Guru sering

menyampaikan ceramah, namun kurang memberi motivasi menjadi

penyebab kondisi ini terjadi. Hal ini menyebabkan sebagian siswa tidak

memerhatikan guru pada saat menyampaikan materi sehingga berpengaruh

pada pembelajaran IPA. Proses kegiatan pembelajaran yang berlangsung

terdapat sepuluh siswa yang mengobrol dengan teman sebangku. Terbukti

dari rendahnya hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM 65.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeyakinan bahwa penyebab

rendahnya hasil belajar siswa karena kurang menariknya model

pembelajaran yang digunakan oleh guru. Peneliti akan menawarkan sebuah

solusi berupa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Problem Based Learning adalah sebuah model pembelajaran yang

menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa

(bersifat kontekstual) sehingga menarik siswa untuk belajar (Okayana,

2016: 27). Model pembelajaran PBL adalah serangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang

dihadapi secara ilmiah (Khanifatul, 2013: 21). Model pembelajaran dengan

(20)

4

(2001: 85) berpendapat dalam strategi pembelajaran dengan PBL diharapkan

siswa terlibat dalam proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan

data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.

Kelebihan dari model PBL adalah untuk lebih memahami isi

pelajaran. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa,

sehingga memberikan keleluasaan untuk menentukan pengetahuan baru bagi

siswa. Kelemahan dari model PBL adalah ketika siswa tidak memiliki minat

tinggi, atau tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampu

menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka cenderung enggan

untuk mencoba karena takut salah.

Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar

matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Metro Barat tahun 2016.

Komang Okayana (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan

Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Metro Barat tahun 2016”

telah membuktikan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

model PBL mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

Berdasarkan permasalahan pembelajaran IPA di kelas V Madrasah

Ibtidaiyah Candirejo peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut dengan

judul:“Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model

(21)

5

MIMa’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini adalah “Apakah model pembelajaran PBL

dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa

kelas V MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

tahun 2018”?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar IPA materi sifat-sifat cahaya dengan penerapan model PBL pada

siswa kelas V MI Ma’arif Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Menambah wawasan dalam bidang penelitian dan pembuatan karya

ilmiah; dan

b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sumbangan

pendidikan.

2. Manfaat Praksis a. Bagi Siswa

Kegunaan penelitian bagi siswa yakni dapat meningkatkan

(22)

6

untuk bekerja mandiri dengan model pembelajaran PBL pada materi

sifat-sifat cahaya.

b. Bagi Guru

Kegunaan penelitian tindakan kelas bagi guru yakni dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, sebagai masukan agar

mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar yang lebih bermakna.

c. Bagi Sekolah

Kegunaan penelitian bagi sekolah yakni sebagai contoh

bentuk peningkatan dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA

materi sifat-sifat cahaya. Penelitian diharapkan dapat menghasilkan

penemuan yang bermanfaat bagi MI Ma’arif Candirejo.

d. Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian bagi peneliti yakni sebagai upaya

memperkenalkan model pembelajaran di sekolah agar meningkatkan

kualitas pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Penelitian

diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran berupa model PBL

dalam pembelajaran IPA khususnya materi sifat-sifat cahaya.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap

(23)

7

paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti

melalui Penelitian Tindakan Kelas (Mulyasa, 2011: 105).

Hipotesis penelitian ini adalah jika model pembelajaran PBL

diterapkan dengan baik,diharapkandapat meningkatkan hasil belajar IPA

materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V MI Ma’arif Candirejo

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2018.

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan tolok ukur tingkat

ketercapaian dari tindakan yang diberikan (Daryanto, 2011: 83).

Penerapan model pembelajaran PBL ini dikatakan efektif apabila

indikator yang diharapkan tercapai. Keberhasilan mencapai ≥ 85% dari

jumlah siswa yang mampu mencapai nilai KKM yaitu sesuai kriteria

ketuntasan klasikal (Trianto, 2009: 241).

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas berasal dari

bahasa Inggris yaitu (Classroom Action Research) yang berarti penelitian

dengan tindakan yang dilakukan di dalam kelas (Kunandar, 2008: 41).

Arikunto (dalam Iskandar, 2012: 20) menyatakan bahwa PTK merupakan

suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah

tindakan,yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersamaan. Kunandar (2008: 42) berpendapat bahwa Penelitian Tindakan

(24)

8

pada umumnya. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain yang bertujuan

untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan

pendapat di atas PTK adalah suatu kegiatan pembelajaran berupa tindakan

mengamati proses pembelajaran berupa suatu tindakan di dalam kelas oleh

guru bersama orang lain dengan tujuan meningkatkan mutu proses

pembelajaran di kelas.

G. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah model dari Kemmis

dan Taggart berupa suatu siklus spiral (Arikunto, 2006: 74). Pengertian

siklus di sini adalah suatu putaran kegiatan yang meliputi tahap-tahap

rancangan pada setiap siklus yaitu perencanaan (planning), tindakan

(acting), observasi (observation), dan refleksi (reflection).

Desain penelitian prosedur kerja PTK menurut Kemmis dan Mc.

(25)

9

Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan MC Taggart

Sumber: (Arikunto, 2006: 74)

H. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas V MI Ma’arif Candirejo

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada mata pelajaran IPA materi

sifat-sifat cahaya. Jumlah siswa kelas V ada 25 siswa meliputi 16 siswa

laki-laki dan 9 siswa perempuan dengan kolaboratornya guru kelas V yaitu Ibu

Lum’atun Nayirah, S.Pd.I.

I. Langkah-Langkah Penelitian

1. Perencanaan Tindakan (Planning)

Permasalaha Pelaksanaan

Tindakan I Perencanaan

Tindakan I

Siklus I Pengamatan/

Pengumpulan

Siklus II Refleksi II Pengamatan/

(26)

10

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan ini

adalah:

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi cahaya

merambat lurus dan cahaya menembus benda bening dengan

menggunakan model PBL;

b. Menyiapkan sarana dan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran;

c. Menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan yang akan

digunakan pada setiap pembelajaran;

d. Menyiapkan lembar evaluasi untuk peserta didik;

e. Pembentukan kelompok belajar; dan

f. Mempersiapkan pokok permasalahan.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini merupakan

implementasi (penerapan isi rancangan) yaitu melaksanakan tindakan di

kelas (Arikunto, 2006: 17). Pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama

ini, yang berlangsung di dalam kelas adalah realisasi dari segala teori

pendidikan dan teknik mengajar yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Observasi (Observating)

Observasi yaitu alat untuk memotret tinggi atau rendahnya efek

tindakan dalam mencapai sasaran. Peneliti harus menguraikan jenis data

(27)

11

Hasil pengamatan dicatat dalam bentuk uraian pada lembar catatan

lapangan berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan

kembali yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi sangat tepat dilakukan

ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian

berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi

rancangan tindakan (Arikunto, 2014: 19-20). Refleksi dilakukan dengan

menganalisis hasil tindakan seberapa jauh tingkat perubahan

kemampuan siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran

menggunakan model PBL. Siklus PTK berikutnya akan dilaksanakan

dengan waktu dan materi yang berbeda melalui tahap sama dengan

siklus sebelumnya apabila indikator belum tercapai.

J. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian ini dengan observasi dan tes.

1. Observasi

Observasi dalam penelitian tindakan kelas merupakan upaya

merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan

berlangsung. Mills (dalam Hermansyah, 2005: 131) menyatakan bahwa

observasi adalah sebuah kegiatan terencana dan terfokus untuk melihat

dan mencatat serangkaian perilaku. Observasi ini dilakukan dengan

(28)

12

observasi seperti yang tercantum di dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran.

2. Tes

Tes adalah alat pengumpul data berupa alat ukur yang diberikan

kepada individu untuk mendapatkan jawaban yang diharapkan baik

secara tertulis, lisan maupun tindakan. Peneliti menggunakan tes prestasi

belajar (Hikmawati, 2017: 34). Bentuk tes yang digunakan adalah

bentuk tes formatif yang berupa soal pilihan ganda dan isian singkat

yang berkaitan dengan materi sifat-sifat cahaya. Siswa dinyatakan telah

mencapai tingkat penguasaan materi jika telah mencapai nilai 65.

K. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi dan tes.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan berdasarkan pada pedoman

observasi yang sudah disusun. Pedoman observasi berisi indikator

berdasarkan pada fokus penelitian. Hasil observasi ini berbentuk catatan

lapangan yang mendekripsikan proses kegiatan pembelajaran dan

kemampuan siswa. Berdasarkan kegiatan yang diobservasi secara

langsung meliputi observasi kegiatan siswa, observasi kegiatan guru

dalam pengelolaan kelas, dan proses belajar mengajar melalui

penggunaan model PBL. Lembar obervasi guru dapat dilihat pada Tabel

(29)

13

Tabel 1.1 Lembar Pengamatan Guru dalam Pelaksanaan PBL

No. Aspek yang diamati Keprofesionalan Guru Ya Tidak A. Kemampuan guru dalam

membuka pelajaran

1. Menarik perhatian siswa 2. Memberikan motivasi awal 3. Menyampaikan apersepsi

(berkaitan dengan materi)

4. Menyampaikan tujuan

pembelajaran

5. Menyampaikan prosedur pelaksanaan PBL

B. Sikap guru dalam proses pembelajaran

1. Kejelasan artikulasi suara

2. Variasi gerakan tidak mengganggu perhatian peserta didik

3. Antusiasme dalam penampilan

C. Penguasaan bahan ajar

1. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP 2. Kejelasan dalam menjelaskan

materi ajar

3. Kejelasan dalam memberikan contoh

4. Memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan ajar

D. Kegiatan belajar mengajar

1. Kesesuaian metode pembelajaran dengan belajar yang disampaikan 2. Penyajian bahan pelajaran sesuai

(30)

14

Tabel 1.2 Lembar Pengamatan Siswa dalam Pelaksanaan PBL

No. Aktivitas Peserta Didik Ya Tidak

1. Mengetahui masalah 2. Merumuskan masalah 3. Merumuskan hipotesis

4. Mengumpulkan data

5. Menguji hipotesis

6. Menentukan pilihan penyelesaian

2. Tes

Tes adalah alat pengumpul data berupa alat ukur yang diberikan

kepada individu untuk mendapatkan jawaban yang diharapkan baik

secara tertulis, lisan maupun tindakan. Tes formatif digunakan untuk

mengetahui tingkat hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan model PBL materi sifat-sifat cahaya. Bentuk tes

formatif berupa soal pilihan ganda dan isian singkat yang harus

dikerjakan oleh siswa.

L. Pengumpulan Data

Pengumpulan data, peneliti dibantu oleh guru kelas. Data penelitian

dikumpulkan dengan menggunakan observasi dan wawancara.

1. Observasi

Proses ini dilakukan setiap kali mengadakan observasi dan

wawancara. Kegiatan observasi dilakukan peneliti dengan mengamati

proses kegiatan pembelajaran, mengecek RPP, dan memperhatikan

model yang dilaksanakan oleh guru IPA di kelas V sesuai dengan materi

(31)

15

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan guru, kepala sekolah dan siswa

untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang hasil belajar IPA

melalui model PBL materi sifat-sifat cahaya.

M. Analisis Data

Analisis data adalah data yang terkumpul guna mengetahui seberapa

besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa

(Suyadi, 2011:85). Peneliti menganalisa data dengan menyusun dan

mengolah data yang terkumpul melalui hasil tes dan catatan observasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis dekriptif kuantitatif dan kualitatif, yaitu menggambarkan data

dengan menggunakan angka-angka kemudian dijelaskan melalui kalimat

secara jelas dan terperinci.Teknik deskriptif yang digunakan dapat dihitung

dengan rumus:

1. Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa

X =

Pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar siswa pada

umumnya menggunakan ukuran-ukuran yang bersifat kuantitatif yang

(32)

16

2. Menghitung persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara

klasikal digunakan rumus:

P = ∑ x 100%

Sumber: (Daryanto, 2011: 192)

Ket :

P = ketuntasan belajar klasikal

∑X = jumlah siswa yang mendapat nilai >65

N = jumlah siswa

100% = bilangan tetap

N. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis

tindakan dan indikator keberhasilan, metode penelitian,

rancangan penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah

penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian,

pengumpulan data, analisis data, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, meliputi: materi sifat-sifat cahaya, model

PBL, mata pelajaran IPA, pengertian hasil belajar siswa,

Penelitian Tindakan Kelas, dan kajian pustaka

BAB III Metode Penelitian, berisi tentang subjek penelitian yang

meliputi: tempat (penelitian diadakan; sekolah, kelas),

waktu (siklus penelitian), karakteristik siswa (jumlah dan

(33)

17

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan data dan

refleksi.

BAB IV Hasil Penelitiandan Pembahasan berisi tentang deskripsi

per siklus yang meliputi data dan hasil pengamatan

(observasi) dan wawancara, refleksi keberhasilan dan

kegagalan.

(34)

18

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Kajian Materi Penelitian a. Pengertian Cahaya

Cahaya sangat penting bagi kehidupan, sebab tanpa adanya

cahaya tidak mungkin ada kehidupan. Bumi akan menjadi gelap

dan dingin apabila tidak ada cahaya. Matahari merupakan sumber

cahaya terbesar di bumi. Cahaya matahari memberikan sumber

energi bagi seluruh alam. Bintang, lampu, dan kilat juga merupakan

sumber cahaya.

Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat

ditangkap oleh cahaya mata. Gelombang elektromagnetik

merupakan gelombang yang tidak memerlukan medium untuk

merambat, sehingga cahaya dapat merambat tanpa medium.

Cahaya berasal dari suatu benda yang memancarkan cahaya.

Cahaya memiliki sifat-sifat tertentu yang banyak manfaatnya bagi

kehidupan (Kusnin, 2007:128).

b. Sifat-Sifat Cahaya

1) Cahaya Merambat Lurus

Berdasarkan dapat atau tidaknya memancarkan cahaya,

benda dikelompokkan menjadi benda sumber cahaya dan

(35)

19

cahaya. Benda sumber cahaya contohnya yaitu matahari,

lampu, dan nyala api. Benda gelap tidak dapat memancarkan

cahaya contohnya yaitu batu, kayu, dan kertas (Azmiyawati,

2012: 111).

Cahaya dapat merambat lurus jika tidak ada rintangan

yang menghalanginya.Arah cahaya sesuai dengan arah lampu.

Sifat cahaya yang merambat lurus ini dimanfaatkan untuk

lampu senter dan lampu kendaraan. Apabila posisi lampu

diubah, cahaya tetap merambat lurus sebagaimana dapat

ditampilkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Cahaya Merambat Lurus Sumber: (Haryanto, 2007: 140)

2) Cahaya dapat Menembus Benda Bening

Cahaya dapat menembus beberapa jenis benda. Benda

yang tembus cahaya, tetapi tidak tembus pandang disebut

benda translusens.Benda translusens meliputi kain, karung

goni, karung plastik dan kertas tipis.Benda yang tembus

cahaya dan tembus pandang disebut benda transparan. Cahaya

juga dapat menembus benda bening, contohnya lensa dan

(36)

20

Cahaya bisa menembus benda bening seperti kaca, air

dan plastik. Kaca yang bening dan tembus cahaya dapat

dijadikan sebagai genting. Genting kaca biasanya dipasang di

rumah-rumah sebagai celah sumber cahaya. Cahaya dapat

masuk sehingga keadaan di dalam suatu ruangan bisa dilihat

melalui kaca jendela. Ilustrasi gambar dapat dilihat pada

Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Cahaya dapat Menembus Benda Bening Sumber: (Haryanto, 2007: 141)

3) Cahaya dapat Dipantulkan

Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantuln baur

(pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur

terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau

tidak rata. Pemantulan baur menghasilkan arah sinar pantul

tidak beraturan, sedangkan pemantulan teratur terjadi jika

cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap.

Cermin merupakan benda yang mempunyai sifat seperti ini.

Pemantulan teratur menghasilkan arah yang teratur pada sinar

(37)

21

Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan

cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar

dan cermin lengkung. Cemin lengkung ada dua macam, yaitu

cermin cembung dan cermin cekung.

a) Cermin Datar

Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang

pantulnya datar dan tidak melengkung. Cermin datar biasa

digunakan untuk bercermin. Bayangan pada cermin datar

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

(1) Ukuran (besar dan tinggi) bayangan sama dengan

ukuran benda;

(2) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda

ke cermin;

(3) Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda;

(4) Bayangan tegak seperti bendanya; dan

(5) Bayangan bersifat semu atau maya, artinya bayangan

dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat

ditangkap oleh layar.

b) Cermin Cembung

Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan

bidang pantulnya melengkung ke arah luar. Cermin

cembung biasa digunakan untuk spion pada kendaraan

(38)

22

tegak, dan lebih diperkecil daripada benda yang

sesungguhnya.

c) Cermin Cekung

Cermin cekung yaitu cermin yang bidang

pantulnya melengkung ke arah dalam. Cermin cekung

biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu mobil

dan lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk

oleh cermin cekung sangat bergantung pada letak benda

terhadap cermin.

(1) Jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan

benda bersifat tegak, lebih besar, dan semu (maya);

dan

(2) Jika benda jauh dari cermin cermin cekung, bayangan

benda bersifat nyata (sejati) dan terbalik (Azmiyawati,

2012: 112-114).

Berkas cahaya yang mengenai suatu benda akan

dipantulkan atau diserap oleh benda tersebut, misalnya,

bayangan tampak pada cermin datar sebagaimana

(39)

23

Gambar 2.3 Cahaya dapat Dipantulkan Sumber: (Haryanto, 2007: 143)

4) Cahaya dapat Dibiaskan

Cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya

berbeda, maka jika terjadi hal tersebut maka cahaya akan

dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya

setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut

pembiasan (Azmiyawati, 2012: 115).

Kusnin (2007: 128) mengatakan bahwa jika cahaya

mengenai kaca pada sudut tertentu, maka salah satu sisi cahaya

akan mengenai cahaya lebih dahulu daripada sisi lainnya. Ini

mengakibatkan cahaya yang menembus kaca bening akan

dibelokkan. Pembelokan cahaya ini disebut pembiasaan.

Cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat

yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis

normal, misalnya cahaya merambat dari udara ke air. Apabila

cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang

rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal, misalnya

(40)

24

Pembiasan cahaya merupakan peristiwa pembelokan

atau perubahan arah berkas cahaya dari suatu zat ke zat lain,

misalnya, dari udara ke air atau sebaliknya. Cahaya bergerak di

udara lebih cepat dibandingkan saat melewati air. Pensil yang

dimasukkan ke dalam gelas berisi air akan terlihat bengkok

sebagaimana ditampilkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Cahaya dapat Dibiaskan Sumber: (Haryanto, 2007: 144)

5) Cahaya dapat Diuraikan atau Terdispersi

Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya

(dispersi). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih

menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya matahari yang kita

lihat berwarna putih, tetapi sebenarnya cahaya matahari

tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari

diuraikan oleh titik-titik air di awan sehingga terbentuk

warna-warna pelangi (Azmiyawati, 2012: 116).

Matahari menyinarkan cahayanya yang berwarna putih.

Sinar matahari terlihat berwarna putih karena terdiri dari

(41)

25

merupakan kaca bening yang berbentuk segitiga.Sinar

matahari yang diarahkan melewati prisma dapat terurai

menjadi sinar yang berwarna. Cahaya yang terdispersi

misalnya pelangi yang terlihat berwarna-warni (Kusnin, 2014:

87).

Peristiwa dispesrsi cahaya dapat juga dilihat pada balon

air. Air sabun dapat digunakan untuk membuat balon air. Air

sabun yang ditiup di bawah sinar matahri, maka akan terlihat

berbagai macam warna berkilauan pada permukaan balon

tersebut (Azmiyawati, 2012: 117). Ilustrasi gambar dapat

dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Cahaya dapat Diuraikan Sumber: (Haryanto, 2007: 145)

c. Pemanfaatan Sifat-Sifat Cahaya dalam Karya Sederhana

Sifat-sifat cahaya dapat diterapkan dalam karya sederhana

di kehidupan. Azmiyawati (2012: 117-119) berpendapat bahwa

sifat-sifat cahaya dapat dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai

(42)

26

ini bermanfaat untuk membantu penglihatan mata manusia dalam

melihat benda.

1) Periskop

Awak kapal selam yang berada di kedalaman laut dapat

mengamati permukaan laut menggunakan periskop. Periskop

menerapkan sifat cahaya yang berupa pemantulan. Cahaya dari

atas permukaan laut ditangkap oleh suatu cermin, kemudian

dipantulkan menuju mata pengamat di dalam kapal selam.

Gambar 2.6 Periskop

Sumber: (Haryanto, 2007: 146)

2) Kaleidoskop

Kaleidoskop adalah mainan yang dibuat menggunakan

cermin. Kaleidoskop dapat membuat aneka pola yang

mengagumkan. Pola-pola ini diperoleh karena bayangan

benda-benda dalam kaleidoskop mengalami pemantulan

berkali-kali. Jumlah benda yang terlihat lebih banyak dari

(43)

27

Gambar 2.7 Kaleidoskop Sumber: (Haryanto, 2007: 147)

3) Lup

Lup merupakan alat optik yang sederhana. Alat ini

berupa lensa cembung. Lup berfungsi membantu mata untuk

melihat benda-benda kecil agar tampak besar dan jelas. Lup

dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Lup

Sumber: (Haryanto, 2007: 148)

2. Hakikat Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses mencari ilmu untuk mengubah diri

dengan baik, sesuai dengan tingkat keilmuan yang dicapai. Ilmu di

sini bermakna keseluruhan, baik ilmu agama maupun umum

(Asmani, 2009: 19). Belajar dapat diartikan sebagai proses

(44)

28

lingkungannya (Hamalik, 2008: 36). Menurut Djamarah (2002:13),

belajar adalah serangkain kegiatan jiwa raga untuk memperoleh

suatu peruban tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu

dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,

afektif dan psikomotor.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada

diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang

hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas, dipertegas lagi oleh

Nawawi (dalam. Brahim, 2007 : 39) yang menyatakan bahwa hasil

belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor

yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran

tertentu. Sudjanah (2005:5) berpendapat bahwa hasil belajar siswa

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik

dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar.

Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan

siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai

sejumlah mapel tertentu. Hasil belajar siswa adalah kemampuan

yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena

(45)

29

berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang

relatif menetap.

Evaluasi adalah suatu cara yang digunakan ntuk mengetahui

apakah hasil belajar yang diacapai telah sesuai dengan tujuan yang

dikehendaki. Sunal (1993 : 94) berpendapat bahwa evaluasi

merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat

pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi

kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau

penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau

bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.

Kesimpulan dari hasil belajar adalah perubahan perilaku

individu yang meliputi ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik.Perubahan perilaku tersbut diperoleh setelah peserta

didik menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi

dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.

c. Jenis-jenis Belajar

Proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan

yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik

dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan

dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman

jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan

(46)

30

(2010: 56) berpendapat dalam bukunya Psikologi Pendidikan

membaginya menjadi 8 jenis belajar sebagai berikut.

1) Belajar Abstrak

Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan

cara-cara berpikir abstrak. Belajar abstrak bertujuan untuk

memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah

yang tidak nyata;

2) Belajar Keterampilan

Belajar keterampilan adalah belajar dengan

menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang

berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot/otot

(neuromoscular). Belajar keterampilan bertujuan untuk

memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu;

3) Belajar Sosial

Belajar Sosial adalah belajar memahami

masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah-masalah

tersebut. Belajar sosial bertujuan untuk menguasai pemahaman

dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial

seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah

kelompok dan masalah-masalah lain yang bersifat

(47)

31

4) Belajar Pemecahan Masalah

Belajar pemecahan masalah adalah belajar

menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara

sistematis, logis, teratur dan teliti. Belajar pemecahan masalah

berujuan untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan

kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan

tuntas;

5) Belajar Rasional

Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan

kemampuan berpikir secara logis dan rasional. Belajar rasional

bertujuan untuk memperoleh aneka ragam kecakapan

menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep;

6) Belajar Kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah prsoses pembentukan

kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan

yang telah ada. Belajar kebiasaan bertujuan agar siswa

memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan

baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan

kebutuhan ruang dan waktu;

7) Belajar Apresiasi

Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti

penting atau nilai suatu objek dengan tujuan agar siswa

(48)

32

(affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai

secara tepat nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra,

apresiasi musik dan sebagainya;

8) Belajar Pengetahuan

Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara

melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek

pengetahuan tertentu. Belajar pengetahuan bertujuan agar

siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman

terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan

memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya

dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian

lapangan (Syah, 2005 : 122-124).

d. Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar 1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber

dalam diri peserta didik yang memengaruhi kemampuan

belajarnya.Faktor internal ini meliputi kecerdasan, minat dan

perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan

belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari

luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar, yaitu

(49)

33

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang tidak

harmonis, ekonomi yang tidak mendukung, pertengkaran

antara suami istri dapat menjadi pemicu rendahnya hasil

belajar siswa.

e. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk

memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses

dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna

dalam pengambilan keputusan (Trianto, 2009 : 252).

Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor yang dapat berbentuk tes tertulis,

performance, penugasan atau proyek, dan portofolio. Penilaian

kognitif semata-mata menilai seorang siswa memiliki pengetahuan

terhadap fakta, konsep dan teori. Penilaian keterampilan mengukur

kemampuan motorik siswa dalam “bekerja ilmiah” mengikuti

langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan

(Diknas, 2002 : 13).

Penilaian bertujuan untuk mengukur seberapa jauh tingkat

keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan,

dikembangkan dan ditanamakan di sekolah serta dapat dihayati,

diamalkan/diterapkan dan dipertahankan oleh siswa dalam

(50)

34

untuk mempertahankan, memperbaiki dan menyempurnakan proses

pembelajaran yang dilaksanakan (Sudjana, 2002 : 2). Penilaian ini

harus dilakukan secara jujur dan transparan agar dapat mengungkap

informasi yang sebenarnya (Mulyasa, 2002 : 183).

3. Hakikat IPA

a. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut juga dengan istilah

pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. Ilmu Pengetahuan Alam

merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum

pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar.

Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini

dianggap sulit oleh sebagian peserta didik, mulai dari jenjang

sekolah dasar sampai sekolah menengah Susanto (2013 : 165).

b. Pengertian Pembelajaran IPA

Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu

tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu

pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu

IPA sebagai produk, proses dan sikap. Sutrisno (2007: 23)

menambahkan ilmiah dari ketiga komponen IPA ini.

Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan

pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di

(51)

35

belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia,

biologi dan fisika.

c. Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) dimaksudkan untuk:

1) Siswa dapat memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan

Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan

keteraturan alam ciptaan-Nya;

2) Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari;

3) Siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan

kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi

antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; dan

4) Siswa dapat mengembangkan keterampilan proses untuk

menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat

keputusan Susanto (2013 : 171).

4. Hakikat Model PBL

a. Pengertian Model PBL

Pengertian “masalah” dalam strategi pembelajaran dengan

PBL adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang

diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang

(52)

36

keluhan, kerisauan atau kecemasan. Materi pelajaran atau topik tidak

terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, tetapi

juga dari sumber-sumber lain, seperti peristiwa-peristiwa tertentu

sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Rusmono, 2012 : 74).

Problem Based Learning dikembangkan dalam dunia

pendidikan kedokteran. PBL telah dipakai secara luas pada semua

jenjang pendidikan. PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran

yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk

menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan

baru untuk dapat menyelesaikannya (Hamruni, 2009: 45).

Problem PBL digunakan untuk mendukung pola berfikir

tingkat tinggi (HOT atau higher-order thinking) dalam situasi yang

berorientasi masalah, termasuk belajar “how to learn”. Peran guru

dalam PBL adalah mengajukan masalah, memberikan pertanyaan

dan memfasilitasi untuk penyelidikan dan dialog, guru harus

memberikan peserta didik menambah kemampuan dan menemukan

kecerdasan (Wisudawati, 2017: 88).

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Learning) dikembangkan dari filsafat konstruksivisme, yang

menyatakan bahwa kebenaran merupakan konstruksi pengetahuan

secara otonom, artinya peserta didik akan menyusun pengetahuan

dengan cara membangun penalaran dari seluruh pengetahuan yang

(53)

37

(Hamruni, 2009 : 150). Model pembelajaran berbasis masalah adalah

strategi pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah

secara terbuka.

Model pembelajaran ini merupakan serangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah

yang dihadapi secara ilmiah. Model pembelajaran berbasis masalah

meliputi kegiatan berupa siswa aktif berpikir, berkomunikasi,

mencari dan mengolah data serta akhirnya menyimpulkan

(Khanifatul, 2013 : 21).

Model pembelajaran dengan PBL menawarkan kebebasan

siswa dalam proses pembelajaran. Panen (2001 : 85) mengatakan

dalam strategi pembelajaran dengan PBL, siswa diharapkan untuk

terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk

mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data dan

menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.

Model pembelajaran PBL mempunyai tiga ciri utama

(Sanjaya, 2007: 65), yang sekaligus membedakannya dengan strategi

pembelajaran yang lain. Ketiga ciri tersebut adalah sebagai berikut :

1) Model pembelajaran PBL merupakan rangkaian aktivitas

pembelajaran yang terdiri dari sejumlah rangkaian kegiatan yang

harus dilakukan siswa. Siswa tidak hanya sekadar

(54)

38

yang diberikan tetapi berpikir, berkomunikasi, mencari dan

mengolah data dan menyimpulkannya;

2) Aktivitas pembelajaran diorientasikan pada penyelesaian

masalah. PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dari

proses pembelajaran tanpa adanya masalah maka tidak mungkin

adanya proses pembelajaran berbasis masalah; dan

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan

pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan

menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan

induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan

empiris.

b. Nilai-Nilai Karakter dalam Model PBL

Nilai-nilai karakter dalam model PBL yaitu tanggung jawab,

kerja keras, toleransi dan demokratis, mandiri, dan kepedulian

lingkungan dan sosial keagamaan.

1) Tanggung Jawab

Mengingat asumsi dasar dibangunnya PBL adalah

menyelesaikan masalah, sedangkan orang yang mempunyai

komitmen tinggi untuk menyelesaikan masalah adalah

(55)

39

2) Kerja Keras

Kerja keras yang luar biasa diperlukan untuk dapat

menyelesaikan masalah. Model pembelajaran PBL ini secara

alamiah menanamkan nilai karakter berupa kerja keras.

3) Toleransi dan Demokratis

Penyelesaian masalah yang dikehendaki dalam model

pembelajaran PBL adalah penyelesaian masalah yang bersifat

terbuka, dapat ditoleransi dan bersifat demokratis.

4) Mandiri

Setiap siswa mempunyai permasalahan yang

berbeda-beda, sehingga memerlukan cara pemecahan yang berbeda pula.

Bahkan jika masalahnya sama, siswa boleh menyelesaikan

dengan cara yang berbeda. Siswa harus bersikap mandiri dalam

menyelesaikan permasalahannya.

5) Kepedulian Lingkungan dan Sosial Keagamaan

Siswa menghadapi masalah-masalah individu yang

berbeda, tidak menutup kemungkinan dia juga menghadapi

masalah-masalah sosial keagamaan di lingkungan sekolahnya.

Penyelesaian masalah harus dihadapi secara berkelompok

dengan melibatkan kepala sekolah, guru bimbingan konseling

(56)

40

c. Prosedur Pelaksanaan Model PBLBermuatan Karakter

Prosedur pelaksanaan model PBL yaitu adanya masalah,

merumuskan masalah, merumuskan hipotesis. mengumpulkan data,

menguji hipotesis, dan menentukan pilihan penyelesaian. Model

pembelajaran PBL ini dapat dilaksanakan dengan bimbingan guru.

a) Adanya Masalah

Implementasi atau penggunaan strategi pembelajaran

berbasis masalah harus dimulai dari membangun kesadaran

kritis siswa akan adanya masalah yang akan dipecahkan.

Permasalahan dapat ditentukan oleh guru sebagai stimulus agar

siswa mencoba berpikir.

b) Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah adalah langkah selanjutnya setelah

adanya masalah. Kemampuan atau kompetensi yang harus

dikuasai peserta didik adalah mampu menentukan prioritas

masalah yang akan dipecahkan. Guru dapat membimbing siswa

dalam merumuskan masalah.

c) Merumuskan Hipotesis

Siswa diharapkan mampu merumuskan hipotesis setelah

mereka mampu merumuskan masalah.Guru dapat memberikan

dua pilihan yang membantu agar siswa dapat mencoba belajar

(57)

41 d) Mengumpulkan Data

Siswa diharapkan mampu mengumpulkan data yang

relevan secepat mungkin, kemudian mengorganisasikannya,

serta menyajikannya secara skematis. Informasi dan penjelasan

guru dapat dijadikan data .

e) Menguji Hipotesis

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, diharapkan

peserta didik mampu menguji hipotesis yang diajukan pada

langkah ketiga.

f) Menentukan Pilihan Penyelesaian

Tahap terakhir dari pelaksanaan strategi pembelajaran

berbasis masalah adalah memilih salah satu solusi yang diambil

dari hipotesis yang telah teruji kebenarannya sebagai sebuah

pilihan.

d. Kelebihan dan Kelemahan Model PBL

Menurut Suyadi (2013 : 142-143) ada beberapa keunggulan

dan kelemahan PBL.

1)Keunggulan PBL Bermuatan Karakter

Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus

untuk lebih memahami isi pelajaran;

a) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa,

sehingga memberikan keleluasaan untuk menentukan

(58)

42

b) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas

pembelajaran siswa;

c) Pemecahan masalah dapat membantu siswa cara menransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam

kehidupan nyata; dan

d) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk

mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung

jawab dalam pembelajaran yang dilakukan.

2) Kelemahan PBL Bermuatan Karakter

a) Ketika siswa tidak memiliki minat tinggi, atau tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampu

menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka

cenderung enggan untuk mencoba karena takut salah;

b) Tanpa pemahaman “mengapa mereka berusaha” untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka

tidak akan belajar apa yang mereka ingi mereka pelajari.

Memiliki arti perlu dijelaskan manfaat menyelesaikan

masalah yang dibahas pada siswa; dan

c) Proses pelaksanaan PBL membutuhkan waktu yang lebih lama atau panjang. Waktu itu juga belum cukup, karena

sering kali siswa masih memerlukan waktu tambahan untuk

(59)

43

pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban

kurikulum yang ada.

5. Hakikat PTK a. Pengertian PTK

Penelitian Tindakan Kelas atau PTK berasal dari bahasa

Inggris yaitu (Classroom Action Research) yang berarti penelitian

dengan tindakan yang dilakukan di dalam kelas (Kunandar, 2008:

41). Arikunto (dalam Iskandar, 2012 : 20) menyatakan bahwa PTK

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran

berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersamaan. Kunandar (2008: 42)

berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas (Action Research) dan

penelitian tindakan ini bagian dari penelitian pada umumnya.

Penelitian tidakan kelas (PTK) merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain

(kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki/meningkatkan mutu

proses pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas sedang

berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris,

Amerika, Australia, dan Canada. (Supardi, 2007: 102).

b. Karakteristik PTK

Sebagaimana telah dijelaskan, PTK merupakan bagian dari

penelitian tindakan.Suhardjono (2007: 62) berpendapat bahwa ciri

(60)

44

Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam

laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan

praktis. Tindakan tersebut merupakan sesuatu kegiatan yang

disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Penelitian tindakan

dilakukan dalam rangkaian siklus kegiatan.Karakteristik lain dari

PTK, di antaranya sebagai berikut:

1) Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan penelitian yang

tidak hanya berupaya memecahkan masalah, tetapi sekaligus

mencari dukungan ilmiahnya. PTK merupakan bagian penting

dari upaya pengembangan professional guru karena mampu

membelajarkan guru untuk berpikir kritis dan sistematis;

2) Hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoretis

atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya

permasalahan yang nyata dan aktual yang terjadi dalam

pembelajaran di kelas;

3) Penelitian Tindakan Kelas hendaknya dimulai dari

permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai

hal-hal yang terjadi di dalam kelas;

4) Kolaborasi antara praktisi (guru, kepala sekolah, peserta didik,

dan lain-lain) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan

tentang permasalahan, pengambilan keputusan akhirnya dapat

(61)

45

5) Penelitian Tindakan Kelas dilakukan hanya apabila ada (a)

keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan, (b)

bertujuan meningkatkan profesionalisme guru, (c) alasan pokok:

ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan, dan (d)

bertujuan memperoleh pengetahuan sebagai pemecahan

masalah.

c. Prinsip PTK

Hopkins (dalam Supardi, 2007: 115) berpendapat bahwa

prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas, yaitu sebagai

berikut:

1) Tugas Pendidikdan Tenaga Kependidikan

Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama

adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan

berkualitas. Antarpendidik perlu memiliki komitmen dalam

mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas

pembelajaran secara terus-menerus.

Pendidik harus menggunakan pertimbangan dan

tanggung jawab profesionalnya dalam mengupayakan jalan

keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.

Prinsip utama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan

sebagai suatu cara berkelanjutan secara siklus sampai terjadinya

peningkatan, atau “kesembuhan” sistem, proses, hasil, dan

Gambar

Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 1.1 Lembar Pengamatan Guru dalam Pelaksanaan PBL
Tabel 1.2 Lembar Pengamatan Siswa dalam Pelaksanaan
Gambar 2.1 Cahaya Merambat Lurus
+7

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG MATERI SIFAT – SIFAT CAHAYA MELALUI METODE EKSPERIMEN (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA materi pokok sifat-sifat cahaya di kelas V

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan pembelajaran IPA materi pokok sifat-sifat cahaya dengan menggunakan metode eksperimen untuk

1. Penerapan model pembelajaran Learning Cycle pada materi sifat-sifat cahaya mata pelajaran IPA yang dilaksanakan pada peserta didik kelas VA MI Tanada Wadungasri

rahmatNya sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul ” Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Sifat-sifat Cahaya Melalui Model Pembelajaran

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu produk yaitu sebuah Lembar Kerja Siswa IPA Berbasis Model Inkuiri Terbimbing Materi Sifat- sifat Cahaya Kelas

masalah dalam penelitian yaitu apakah penerapan Pendekatan Saintifik dapat meningkatkan hasil belajar IPA Materi Daur Hidup Hewan pada siswa kelas.. IV MI Ma’arif Gedangan

Dari pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana penerapan metode eksperimen yang sebenarnya diterapkan di MI Ma‟arif NU 1 Pengadegan,