• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia LKMQ2091.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia LKMQ2091."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan

Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan

Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan

Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan

Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan

Biro Kebijakan Moneter

Biro Kebijakan Moneter

Biro Kebijakan Moneter

Biro Kebijakan Moneter

Biro Kebijakan Moneter

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon

: +62 61 3818163

+62 21 3818206 (sirkulasi)

Fax.

: +62 21 3452489

(3)

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

BANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam

rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana

telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama,

yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada

prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii)

sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat

luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan

kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Boediono

Gubernur

Miranda S. Goeltom

Deputi Gubernur Senior

Hartadi A. Sarwono

Deputi Gubernur

Siti Ch. Fadjrijah

Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi

Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad

Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo

Deputi Gubernur

Budi Mulya

Deputi Gubernur

(4)

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

(5)

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

BANK INdONEsIA

strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK untuk tahun 2008, 2009, dan 2010 masing-masing sebesar 5%+1%, 4,5%+1%, dan 4%+1%. Sasaran inflasi dimaksud sejalan dengan proses penurunan inflasi secara bertahap (gradual disinflation) mengarah pada sasaran inflasi jangka menengah-panjang yang kompetitif dengan negara lain sekitar 3%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indo-nesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu. Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimak-sudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah

Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.

Langkah-langkah Penguatan

Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Frameworks)

(6)

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

(7)

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

BANK INdONEsIA

Kata Pengantar

Trwulan II-2009 dwarna oleh munculnya tanda-tanda perbakan ekonom duna. Ekspektasi pemulihan

ekonomi yang terjadi telah mendorong sentimen positif di pasar keuangan global. Kendati demikian, membaiknya prospek perekonomian tersebut diperkirakan belum mampu mengkompensasi perlambatan ekonomi global, yang terutama disumbang oleh negara maju. Laju perekonomian domestik diprakirakan melambat, meski tidak sedalam proyeksi semula. Di sisi eksternal, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia lebih baik dibandingkan perkiraan sebelumnya, ditopang oleh prospek perekonomian global yang membaik, harga komoditas yang meningkat serta pasar keuangan global yang menunjukkan tanda-tanda kestabilan.

Pertumbuhan ekonom selama trwulan II-2009 dprakrakan berada dalam ksaran 3,7%-4,0%, lebih rendah

dibandingkan triwulan I-2009 (4,4%), namun lebih tinggi dari prakiraan semula (3,3%). Pertumbuhan ekonomi domestik yang melemah, terutama disebabkan oleh kontraksi kegiatan ekspor dan perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, kinerja ekspor menurun signifikan akibat lemahnya ekspansi ekonomi dunia, termasuk di negara mitra dagang utama. Pengeluaran konsumsi masyarakat melemah dan daya beli belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Namun, perlambatan yang lebih dalam pada konsumsi swasta ini dapat tertahan oleh pengeluaran terkait penyelenggaraan pemilihan presiden serta adanya realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil.

Neraca Pembayaran Indonesa trwulan II-2009 dprakrakan mencatat surplus sebesar USD 0,4 mlar.

Transaksi berjalan mencatat surplus terkait meningkatnya harga komoditas di pasar global dan permintaan dari emerging markets, khususnya Cina dan India. Sementara, transaksi di neraca modal dan finansial mencatat defisit. Pembalikan arus dana yang sempat dialami pasar keuangan domestik sejak pertengahan Juni 2009 menyebabkan investasi portofolio selama triwulan II-2009 tidak setinggi perkiraan sebelumnya. Cadangan devisa mencapai USD57,6 mlar setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.

Konds sektor keuangan domestk membak serng dengan perkembangan global dan ndkator makro domestk yang kondusf. Selama triwulan II-2009, rupiah cenderung menguat, indeks saham meningkat, yield SUN menurun didukung oleh terjaganya kondisi fundamental domestik. Pada akhir triwulan, indikator-indikator tersebut sempat mengalami koreksi akibat pengaruh perkembangan global yang belum stabil.

(8)

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

BANK INdONEsIA

Lkudtas d sektor perbankan cenderung longgar, seperti tercermin pada meningkatnya simpanan perbankan

dalam instrumen moneter, naiknya volume transaksi PUAB dan suku bunga PUAB yang menurun. Respon penurunan suku bunga perbankan masih terbatas pada suku bunga simpanan. Adapun, suku bunga kredit turun lebih lambat dengan ekspansi kredit yang masih terbatas.

Penurunan laju nflas terus berlanjut. Terjaganya pasokan pangan serta penguatan nilai tukar mendukung penurunan tekanan inflasi. Inflasi triwulan II-2009 tercatat sebesar -0,15% (qtq), jauh lebih rendah dibanding pola historisnya. Secara kumulatif, inflasi IHK tercatat amat rendah, mencapai 0,21% (ytd) atau 3,65% (yoy).

Perekonoman Indonesa selama 2009 berpotens tumbuh lebh tngg dar prakraan semula. PDB 2009

diprakirakan tumbuh mencapai batas atas kisaran 3,5%-4,0%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya (3,3%). Sementara itu, inflasi pada 2009 diproyeksikan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya bahkan berpotensi di bawah 5%, seiring dengan membaiknya ekspektasi inflasi dan terjaganya pasokan dan distribusi bahan makanan.

Bank Indonesia akan senantiasa mengarahkan kebijakan moneter yang kondusif bagi permintaan domestik dengan tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka menengah-panjang. Di bidang perbankan, Bank Indonesia akan terus mendorong konsolidasi dan intermediasi perbankan serta memperkuat daya tahan perbankan di tengah gejolak global. Demikian gambaran singkat materi laporan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama triwulan II-2009.

Jakarta, 3 Juli 2009

Pjs. GUBERNUR BANK INDONESIA

(9)

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

BANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

daftar Isi

Daftar Is

1. Tnjauan Umum ... 1

2. Perkembangan Makroekonom Terkn ... 5

Perkembangan Ekonomi Dunia ... 5

Pertumbuhan Ekonomi ... 6

Neraca Pembayaran Indonesia ... 14

3. Perkembangan dan Kebjakan Moneter Trwulan II-2009 ... 16

Nilai Tukar Rupiah ... 17

Inflasi ... 18

Kebijakan Moneter ... 21

4. Perekonoman Indonesa ke Depan ... 27

Asumsi dan Skenario yang Digunakan ... 27

Prospek Pertumbuhan Ekonomi ... 28

Prakiraan Inflasi ... 33

Faktor Risiko... 34

5. Respon Kebjakan Moneter Trwulan II-2009 ... 35

(10)

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

BANK INdONEsIA

(11)

Tinjauan umum

1. Tnjauan Umum

Perkembangan perekonoman global mengndkaskan proses pemulhan yang semakn menguat, walaupun mash terdapat sejumlah rsko. Di negara maju, berbagai indikator pemulihan ekonomi makro telah menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik. Paket stimulus yang diluncurkan oleh pemerintah dan program stabilisasi sektor keuangan telah berhasil mendorong penguatan keyakinan masyarakat sehingga mampu mendorong konsumsi. Di samping itu, kondisi pasar kredit yang mulai membaik turut menopang kenaikan pengeluaran konsumsi masyarakat. Kendati demikian, masih tingginya angka pengangguran menjadi faktor risiko yang membayangi proses pemulihan ekonomi di kelompok negara tersebut. Di sisi lain, pemulihan ekonomi negara emerging markets, khususnya China, India dan Korea, semakin menunjukkan penguatan. Dengan dukungan stimulus fiskal dalam bentuk infrastruktur dan tingginya pertumbuhan kredit, kegiatan investasi di China yang telah berlangsung sejak awal tahun terus berlanjut. Geliat permintaan domestik di beberapa negara Asia tersebut pada gilirannya mendorong peningkatan kinerja perekonomian negara lainnya di kawasan. Namun demikian, membaiknya perekonomian di beberapa negara emerging markets diperkirakan belum mampu mengkompensasi perlambatan ekonomi negara maju. Dengan berbagai perkembangan tersebut, kontraksi ekonomi global diperkirakan masih berlanjut, meski dengan laju yang semakin melambat.

Ekspektas pemulhan ekonom duna mendorong perkembangan postf d pasar keuangan global. Sepanjang triwulan II-2009 kinerja sektor keuangan global terus membaik. Bursa saham di negara maju mencatat peningkatan indeks harga yang didorong oleh faktor sentimen positif terkait dengan membaiknya permodalan bank pasca stress test, optimisme terhadap upaya stabilisasi sektor keuangan dan kondisi perekonomian, serta laporan keuangan beberapa lembaga keuangan dunia yang mencatat kinerja positif. Kondisi sektor perbankan juga menunjukkan perbaikan, sebagaimana tercermin dari pelonggaran standar pemberian kredit. Perkembangan pasar keuangan di negara maju tersebut pada gilirannya berimbas pada pasar keuangan di kawasan. Kendati demikian, menjelang akhir periode perkembangan di pasar keuangan menunjukkan pembalikan arah yang dipicu oleh sentimen negatif terkait dengan masih tingginya angka pengangguran di Amerika Serikat dan Eropa.

Kecenderungan perekonoman global yang membak telah memberkan dampak

postf terhadap knerja ekonom Indonesa. Dampak penguatan permintaan negara

(12)

Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan masih berlanjut. Pada Juni 2009, harga barang konsumen mencatat inflasi sebesar 0,11% (m-t-m), jauh lebih rendah dibandingkan dengan pola historisnya maupun proyeksi sebelumnya. Kenaikan harga beberapa komoditas pangan di pasar internasional masih dapat dikompensasi oleh apresiasi rupiah sehingga kenaikan harga barang domestik masih terkendali. Selain penguatan rupiah, lemahnya permintaan domestik, serta membaiknya ekspektasi inflasi sejalan dengan meningkatnya akselerasi disinflasi menyebabkan laju inflasi kelompok inti menunjukkan penurunan. Terjaganya pasokan pangan juga menjadi faktor yang mendukung rendahnya inflasi selama triwulan II-2009. Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif (ytd) inflasi IHK baru mencapai 0,21% atau 3,65%(yoy).

Kenakan harga komodtas dan membaknya permntaan negara emergng markets juga menyebabkan knerja Neraca Pembayaran Indonesa (NPI) lebh bak dbandngkan dengan perkraan sebelumnya. Perbaikan kinerja NPI ditopang oleh surplus pada transaksi berjalan yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Kenaikan harga komoditas di pasar global, terutama untuk komoditas tambang dan crude palm oil, serta meningkatnya permintaan dari negara emerging markets, khususnya China dan India, mendukung peningkatan ekspor non migas. Di sisi neraca neraca modal dan finansial (TMF), investasi dalam bentuk portofolio masih mencatat surplus. Membaiknya kondisi pasar keuangan global, serta terjaganya persepsi positif terhadap ekonomi domestik mendorong aliran masuk modal asing dalam bentuk portofolio. Kendati demikian, pembalikan arus dana yang sempat mewarnai pasar finansial domestik sejak pertengahan Juni 2009 menyebabkan investasi portofolio selama triwulan II-2009 tidak setinggi perkiraan sebelumnya. Penanaman dana dalam bentuk investasi langsung juga diperkirakan meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan eksplorasi perusahaan migas. Lebih lanjut, terjaganya kepercayaan terhadap prospek perekonomian domestik dan membaiknya keketatan di pasar keuangan global mendukung penarikan utang luar negeri swasta yang lebih tinggi dari perkiraan. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir Juni 2009 mencapai 57,58 miliar dolar AS atau setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.

Membaknya NPI dan sentmen postf d pasar global mendorong apresas nla tukar. Dibandingkan dengan negara di kawasan, rupiah mengalami penguatan tertinggi setelah Won Korea. Secara rata-rata, selama triwulan II-2009 rupiah terapresiasi 9,99%. Penguatan nilai tukar tersebut ditopang oleh meningkatnya pasokan valas sejalan dengan aliran masuk modal asing. Optimisme akan pemulihan ekonomi global yang disertai dengan terjaganya kondisi fundamental domestik sebagaimana tercermin pada neraca pembayaran yang surplus dan imbal hasil rupiah yang tetap menarik, telah menumbuhkan risk appetite terhadap aset di pasar keuangan emerging markets, termasuk Indonesia. Namun demikian, adanya sentimen negatif pada perekonomian global berdampak pada sedikit melemahnya nilai tukar diakhir triwulan II-2009 dibandingkan dengan awal Juni 2009.

D sektor keuangan, perkembangan global dan ndkator makro domestk yang

kondusf memberkan dampak postf d sektor keuangan domestk. Di pasar saham,

(13)

Tinjauan umum

mengakibatkan turunnya indeks harga. Fundamental domestik yang membaik serta kenaikan harga komoditas global telah mendorong maraknya pembelian saham baik oleh investor asing maupun domestik. Di pasar obligasi, yield SUN mencatat penurunan sejalan dengan menurunnya suku bunga kebijakan moneter dan meningkatnya minat investasi penanam modal asing. Kendati demikian, untuk tenor jangka panjang (di atas 15 tahun) yield SUN masih cenderung tinggi, terkait dengan masih tingginya persepsi risiko.

D sektor perbankan, konds perbankan nasonal relatf stabl, namun respons

perbankan terhadap kebjakan pelonggaran moneter mash terbatas. Secara mikro,

kondisi perbankan nasional tetap stabil, yang diindikasikan oleh masih terjaganya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) per Mei 2009 yang cukup tinggi mencapai level 17,3%. Sementara itu rasio gross Non Performing Loan (NPL) tetap terkendali di bawah 5% dengan rasio net di bawah 2%. Likuiditas Perbankan, termasuk likuiditas dalam pasar uang antar bank makin membaik dan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat. Namun demikian, respons suku bunga perbankan masih terbatas. Penurunan BI Rate sebesar 250 bps sejak Desember 2008 hingga Juni 2009 baru direspons dengan penurunan suku bunga dasar kredit (base lending rate) hingga Mei 2009 sekitar 45 bps. Terkait dengan hal tersebut, penyaluran kredit perbankan sampai dengan bulan Mei 2009 masih mencatat kontraksi sebesar 1,1% (ytd) . Kendati demikian, likuiditas perekonomian masih cukup longgar. Meski pertumbuhan besaran moneter (uang kartal dan M1) masih sangat rendah, perhitungan berdasarkan faktor fundamentalnya menunjukkan perkembangan besaran moneter masih sesuai dengan kebutuhan perekonomian. Dengan penurunan suku bunga kredit yang lebih lambat dan ekspansi kredit yang masih sangat terbatas, terdapat indikasi dunia usaha semakin intensif mencari alternatif pembiayaan selain perbankan, antara lain melalui penerbitan obligasi.

Ke depan, prospek ekonom berpotens tumbuh lebh bak dar perkraan semula.

Proyeksi perekonomian dalam jangka pendek akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan global. Kinerja ekspor keseluruhan tahun yang diperkirakan masih mengalami kontraksi diprakirakan dapat dikompensasi oleh peningkatan konsumsi masyarakat yang ditopang oleh penyelenggaraan Pemilu. Mencermati dampak dari penyelenggaran pemilihan calon legislatif selama triwulan I-2009 yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya, penyelenggaraan pemilihan presiden 2009 diprakirakan dapat memberi sumbangan yang signifikan pada kegiatan konsumsi masyarakat. Di tengah kondisi daya beli yang belum menunjukkan perbaikan signifikan, konsumsi swasta selama tahun 2009 diprakirakan dapat tumbuh relatif tinggi sebagai imbas dari penyelenggaraan Pemilu. Dengan latar belakang kondisi tersebut, perekonomian selama keseluruhan tahun 2009 berpotensi tumbuh lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. Secara keseluruhan tahun, PDB diprakirakan dapat tumbuh sebesar 3,5-4,0% dengan kecenderungan menuju batas atas kisaran tersebut.

(14)

dunia. Di sisi neraca transaksi modal finansial, arus masuk modal asing, baik dalam bentuk portofolio maupun investasi langsung, diprakirakan berlanjut sejalan dengan optimisme pemulihan ekonomi dunia yang disertai dengan semakin kondusifnya pasar finansial global. Selain itu, arus masuk modal di sektor publik diprakirakan turut menopang kinerja neraca Transaksi Modal dan Finansial.

Dengan mempertmbangkan perkembangan-perkembangan tersebut d atas, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesa pada 3 Jul 2009 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps, dar 7,0% menjad 6,75%. Keputusan tersebut diharapkan dapat mendukung upaya menjaga optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

(15)

Perkembangan Makroekonom Terkn

2. Perkembangan Makroekonom

Terkn

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 diprakirakan akan tumbuh melambat menjadi sekitar 3,7-4,0% (yoy). Di sisi permintaan, seluruh komponen PDB diperkirakan masih berada dalam tren melambat. Walaupun perbaikan ekonomi global mendukung kinerja ekspor Indonesia dalam triwulan II-2009, perekonomian global yang masih kontraksi menyebabkan ekspor masih mengalami kontraksi yang cukup signifikan dalam Triwulan II-2009. Namun demikian, laju perlambatan ekonomi tertahan oleh pengeluaran konsumsi swasta terkait dengan Pemilu Pilpres putaran pertama. Sementara itu, pertumbuhan investasi diperkirakan menurun sejalan dengan melemahnya permintaan dan belum membaiknya sentimen bisnis pengusaha. Di sisi penawaran, sebagian sektor-sektor perekonomian pada triwulan II-2009 juga diperkirakan tumbuh melambat seiring dengan melemahnya permintaan eksternal maupun domestik. Meskipun demikian, beberapa sektor ekonomi diperkirakan tumbuh membaik seiring dengan meningkatnya permintaan untuk kegiatan Pemilu Presiden yakni sektor pengangkutan dan telekomunikasi, sektor jasa dan sektor industri pengolahan khususnya subsektor industri makanan dan minuman, subsektor industri kertas dan barang cetakan, serta subsektor industri tekstil.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Prospek pemulhan ekonom global semakn membak. Konds tersebut sejalan dengan proses stablsas d pasar keuangan, dukungan stmulus fskal yang cukup besar, suku bunga rendah, serta mula pulhnya keyaknan konsumen dan bsns.

Berbagai respons pelonggaran moneter dan stimulus fiskal yang ditempuh di hampir semua negara memicu optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi global. Fase pemulihan ekonomi dunia tercermin dari tren penurunan indikator makro ekonomi yang makin melambat dan bahkan banyak yang diyakini sudah mencapai titik terendah. Secara keseluruhan, perekonomian dunia pada triwulan II-2009 diperkirakan masih mengalami kontraksi, Kontraksi ekonomi tersebut diperkirakan lebih terbatas dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2009. Perbaikan ekonomi dunia lebih didorong oleh pertumbuhan kelompok ekonomi negara berkembang, sementara kelompok negara maju masih berada pada titik terendahnya.

Perekonoman AS pada trwulan II-2009 dperkrakan mash akan menurun. Penurunan tersebut disebabkan oleh merosotnya aktivitas ekonomi, dipicu terutama oleh turunnya investasi swasta, khususnya non-residensial, dan turunnya ekspor seiring dengan anjloknya permintaan dunia. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga AS masih tumbuh positif. Hal tersebut terutama didorong oleh berbagai kebijakan bantuan tunai dari pemerintah AS. Pendapatan rumah tangga

Grafk 2.1

Grafk Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga AS

������

���� ���� ���� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ��� ��� ��� ��� ���

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ �����

�����������������

������������������

�����������

(16)

AS di bulan April menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan lalu didorong social benefit yang diberikan oleh Pemerintah AS (Grafik 2.1). Namun demikian, kekhawatiran atas ketatnya pasar tenaga kerja dan ketidakpastian ke depan mendorong rumah tangga mengurangi konsumsi dan beralih meningkatkan tabungan seperti tercermin melonjaknya savings rate yang mencapai level tertinggi dalam 14 tahun . Membaiknya indikator konsumsi mulai direspons dengan membaiknya kegiatan ekonomi di sektor manufaktur sebagaimana tercermin dari menurunnya inventory to sales ratio, membaiknya indeks pembelian kalangan pabrikan (PMI), dan melambatnya kontraksi industrial production (Grafik 2.2).

Konds sektor keuangan global terus mengalam perbakan.

Kondisi keketatan likuditas terus mereda didorong aliran likuiditas dan kebijakan quantitative easing oleh beberapa bank sentral. Injeksi likuiditas yang dilakukan bank sentral seperti the Fed, BOE, BOJ, dan ECB mampu meredakan ketegangan pasar kredit seperti tercermin dari menurunnya spread Libor dengan Overnight

Index Swap (OIS) ke level sebelum Lehman Brothers bangkrut. Perbaikan di sektor keuangan juga ditunjukkan oleh hasil stress test yang dilakukan the Fed yang menyimpulkan bahwa perbankan AS relatif tahan terhadap gejolak keuangan, tercermin dari kewajiban pemenuhan permodalan yang ternyata tidak sebesar yang diperkirakan semula. Bahkan dalam perkembangannya, beberapa perbankan berencana untuk mengembalikan dana TARP (Troubled Asset Relief Programme) kepada Pemerintah lebih cepat dan mampu memenuhi kecukupan modal yang disyaratkan tanpa menimbulkan gejolak di pasar keuangan.

Indkas perbakan pertumbuhan ekonom pada trwulan II-2009 terjad juga d Asa. Perbaikan ekonomi China telah mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia. Perbaikan ekonomi China tersebut tercermin dari solidnya pertumbuhan fixed asset

investment dan tingginya penyaluran kredit perbankan, ditambah lagi dengan paket mega stimulus fiskal sebesar 4 triliun yuan (586 miliar dolas AS).

Inflas duna mash dalam tren menurun akbat melambatnya kegatan ekonom

dan mash cukup rendahnya harga komodtas dbandngkan tahun 2008. Beberapa

negara seperti AS, Jepang, China dan India bahkan mengalami deflasi pada bulan Mei 2009. Namun demikian, membaiknya prospek ekonomi ke depan dibarengi oleh kenaikan harga minyak internasional yang berpotensi meningkatkan inflasi di masa datang. Kondisi tersebut menyebabkan bank sentral negara-negara di dunia lebih berhati-hati dalam melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Dengan demikian perkembangan ekonomi global yang membaik ini perlu terus dicermati, mengingat berbagai faktor risiko yang menyertainya.

PERTUMBUHAN EKONOMI Permntaan Agregat

Di perekonomian domestik, membaiknya perekonomian global berkontribusi positip pada kinerja ekspor. Namun, sejalan masih berlangsungnya kontraksi perekonomian global,

Grafk 2.2

Grafk Capacty Utlzaton dan Industral Producton AS

����� �

���

����

����

��

��

��

��

�� ��������������������

��������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

(17)

Perkembangan Makroekonom Terkn

ekspor masih tumbuh negatif meski tertahan oleh indikasi membaiknya permintaan dari negara berkembang. Sejalan dengan berkurangnya intensitas kegiatan ekonomi, pertumbuhan impor juga diprakirakan masih negatif (Tabel 2.1). Dari sisi domestik, perlambatan ekonomi domestik sedikit tertahan dengan adanya pengeluaran konsumsi menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden putaran pertama. Sementara itu, investasi juga diprakirakan akan terus menurun seiring dengan melemahnya kegiatan ekonomi. PDB pada triwulan II-2009 diprakirakan akan tumbuh pada kisaran 3,7% - 4,0% (yoy). Perlambatan tersebut dikonfirmasi oleh perkembangan indikator penuntun PDB yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi berada pada fase perlambatan paling tidak sampai dengan 5 bulan ke depan (Grafik 2.3).

Konsums masyarakat pada trwulan II-2009 dprakrakan tumbuh melambat. Perlambatan tersebut sejalan dengan pergerakan indikator penuntun konsumsi swasta yang mengindikasikan siklus perlambatan pertumbuhan akan berlangsung setidaknya hingga dua triwulan ke depan (Grafik 2.4). Seiring dengan masih terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), tekanan terhadap daya beli masyarakat diperkirakan masih berlanjut. Namun demikian, penghasilan yang bersumber dari musim panen pada akhir triwulan I-2009 dan realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) ke-13, serta pengeluaran menjelang Pemilu Pilpres diprakirakan berpotensi menahan perlambatan konsumsi masyarakat yang lebih dalam. Tertahannya laju perlambatan konsumsi masyarakat pada triwulan II-2009 juga didukung oleh perkembangan indikator dini yang sebagian besar menunjukkan peningkatan pada April 2009. Berdasarkan perkembangan tersebut, konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh melambat pada kisaran 3,8% - 4,5% (yoy).

Beberapa ndkator dn pada Aprl 2009 mengndkaskan adanya perbakan pada konsums masyarakat pada trwulan laporan jka dbandngkan dengan trwulan sebelumnya. Pada sisi pembiayaan, indikator M1 riil dan kredit konsumsi riil menunjukkan dukungan pembiayaan konsumsi masyarakat relatif stabil. Kemampuan daya beli masyarakat

Grafk 2.3 Indkator Penuntun PDB

��������� ���������������

���� ���� ���� ����� ����� �����

���� ���� ���� ����� ����� �����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���������������������

��������������������������������������������������������� ���������������������������������������������������������������������� �����������������������������

����������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

II III IV I II III IV I II*

Indkator

Tabel 2.1

Pertumbuhan Ekonom - Ss Permntaan

2007

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Total Konsumsi 4,6 5,3 5,0 4,9 5,5 5,5 6,3 6,4 5,9 7,2 4,9 - 5,6

Konsumsi Swasta 4,7 5,1 5,5 5,0 5,7 5,5 5,3 4,8 5,3 5,8 3,8 - 4,5

Konsumsi Pemerintah 3,8 6,5 2,0 3,9 3,6 5,3 14,1 16,4 10,4 19,2 12,9 - 13,5

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,6 9,7 12,4 9,4 13,7 12,0 12,2 9,1 11,7 3,5 1,9 - 2,4

Ekspor Barang dan Jasa 10,4 7,4 7,9 8,5 13,6 12,4 10,6 1,8 9,5 -19,1 (-17,4) - (-16,5)

Impor Barang dan Jasa 6,5 7,0 13,9 9,0 18,0 16,1 11,0 -3,5 10,0 -24,1 (-21,3 - (-19,9)

PDB 6,6 6,6 5,8 6,3 6,2 6,4 6,4 5,2 6,1 4,4 3,7 - 4,0

(18)

menengah atas menunjukkan peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan nilai transaksi belanja dengan menggunakan kartu debit/ATM dan kartu kredit hingga pertengahan triwulan II-2009 yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama Januari-Maret 2009. Selain itu, pertumbuhan konsumsi masyarakat terutama durable goods juga memberikan indikasi positif sebagaimana ditunjukkan oleh pertumbuhan penjualan produk elektronik serta kendaraan terutama sepeda motor. Namun demikian, pertumbuhan impor barang konsumsi mengalami penurunan yang tajam. Di sisi lain, keyakinan konsumen cenderung menguat didukung oleh ekspektasi perbaikan penghasilan dan membaiknya ketersediaan lapangan kerja. Indikasi Keyakinan Konsumen – Bank Indonesia (IKK–BI, Grafik 2.5) menunjukkan adanya perbaikan terutama karena membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi saat ini yang relatif stabil menjelang Pemilu Pilpres dan kondisi 6 bulan mendatang karena peningkatan ekspektasi kondisi tingkat penghasilan yang terutama didorong oleh realisasi pemberian gaji ke-13 untuk PNS pada akhir triwulan laporan. Sementara itu, indeks riil penjualan eceran bergerak meningkat terutama pada kelompok makanan dan tembakau sejalan dengan perkembangan harga yang mengalami penurunan.

Tertahannya perlambatan konsums yang lebh dalam juga dkonfrmas oleh beberapa ndkator daya bel d berbaga daerah. Kredit konsumsi menunjukkan arah perkembangan yang relatif stabil di seluruh wilayah disertai dengan membaiknya optimisme masyarakat yang ditandai oleh kenaikan IKK di seluruh wilayah. Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan perkembangan yang positif, terutama di Jabalnustra.

Pertumbuhan nvestas pada trwulan II-2009 dprakrakan akan mengalam penurunan terkat mash lemahnya permntaan eksternal dan kepercayaan duna bsns. Pergerakan indikator penuntun investasi sampai dengan triwulan II-2009 mengindikasikan pertumbuhan investasi masih berada pada siklus perlambatan minimal sampai dengan empat bulan ke depan (Grafik 2.6). Perlambatan investasi tersebut terutama disebabkan penurunan investasi non-bangunan terkait dengan masih rendahnya daya serap eksternal dan belum membaiknya risiko ketidakpastian global. Tertundanya penyaluran stimulus fiskal dan realisasi proyek infrastruktur juga mendorong lemahnya tendensi bisnis pelaku usaha meskipun kondisi dalam negeri menjelang Pemilu Pilpres relatif stabil. Di samping itu, langkah percepatan pembangunan infrastruktur dengan mendirikan dua lembaga yaitu Lembaga Pembiayaan Infrastruktur (Infrastructure Fund) dan Lembaga Penjaminan Infrastruktur (Guarantee Fund) diperkirakan belum berdampak pada

Grafk 2.4

Indkator Penuntun Konsums Swasta

���� ���� ���� ���� ���� ����� ����� ����� ����� �� �� �� ��� ��� ��� ��� ��� ��� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���������������������������������� ���������� ��������������� Grafk 2.5

Indeks Keyaknan Konsumen Surve Konsumen BI

�� �� �� �� ��� ��� ��� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � �� ���� ���� ���� ������������������� ������������������������ ������������������������� ������� ������� ������ Grafk 2.6

Indkator Penuntun Investas

(19)

Perkembangan Makroekonom Terkn

triwulan II-2009. Berdasarkan perkembangan tersebut, investasi pada triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh sebesar 1,9% - 2,2% (yoy), melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika dilihat dari distribusinya, pangsa pertumbuhan investasi pada triwulan II-2009 diperkirakan masih ditopang oleh investasi bangunan (Grafik 2.7).

Perlambatan pertumbuhan nvestas juga dkonfrmas oleh

perkembangan berbaga ndkator dn. Pertumbuhan investasi

nonbangunan cenderung melambat sejalan dengan penurunan permintaan mesin dan perlengkapan luar negeri serta melemahnya impor barang modal (Grafik 2.8). Di sisi lain, investasi bangunan diprakirakan tumbuh melambat akibat rendahnya realisasi pembangunan infrastruktur serta proyek properti pada kuartal II-2009. Hal tersebut didukung oleh pertumbuhan konsumsi semen yang berangsur menurun sejak awal triwulan II-2009 hingga pada bulan Mei 2009, terutama terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera. Dukungan pembiayaan investasi berupa kredit investasi riil hingga awal triwulan II-2009 juga mengindikasikan penurunan. Sementara itu, perkembangan tendensi bisnis pengusaha juga mengindikasikan perlambatan kegiatan investasi (Grafik 2.9). Hasil survei BPS memperkirakan masih lemahnya minat pengusaha terutama diperkirakan karena penurunan kegiatan usaha pada sektor industri pengolahan. Indikasi tersebut juga didukung oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang memperkirakan nilai rencana investasi serta jumlah pelaku usaha yang akan berinvestasi pada semester I-2009 diperkirakan menurun jika dibandingkan dengan semester sebelumnya.

Perlambatan pertumbuhan ekspor pada triwulan II-2009 diperkirakan akan tertahan sejalan dengan membaiknya kinerja negara mitra dagang utama, seperti India dan China, serta harga komoditas internasional. Kinerja ekspor pada triwulan II-2009 diperkirakan masih lemah yang dipicu oleh penurunan permintaan terutama pada pasar tradisionalnya. Namun demikian, pelemahan tersebut diindikasikan tertahan oleh membaiknya permintaan negara emerging markets yang memiliki pangsa sebesar 26%, terutama pada komoditas CPO dan batubara. Di samping itu, berangsur menguatnya harga komoditas pertambangan dan pertanian yang dibarengi dengan indikasi membaiknya pergerakan

Consumer Confidence negara tujuan ekspor utama diperkirakan juga akan menopang perbaikan permintaan eksternal. Berdasarkan perkembangan tersebut, ekspor pada triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh sebesar (-17,4)% - (-16,5)% (yoy). Menurut sektor dan golongan komoditas (HS 2 dijit), permintaan ekspor pada bulan April 2009 masih didominasi oleh komoditas berbasis sumber daya alam seperti CPO, karet dan barang dari karet (Grafik 2.10).

Grafk 2.7

Pertumbuhan Investas Bangunan & Nonbangunan

�������� ������������ ���������� � � � �� �� � �� � �� � �� �� �� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ������� ���� ���� ���� Grafk 2.8

Pertumbuhan Impor Barang Modal

� �� � �� � � � � �� �� �� �� �� �� �� ��� ��� �� �� �� �� �� ��� � �� ��� �� � �� ���� ���� ��������� �������� ������������� ��� ��� Grafk 2.9 Sentmen Bsns – BPS

(20)

Penurunan permntaan domestk dan eksternal dperkrakan mendorong pelemahan knerja mpor pada trwulan II-2009.

Pertumbuhan impor pada triwulan II-2009 diperkirakan masih berada pada siklus kontraksi sebagaimana ditunjukkan oleh pergerakan indikator penuntun impor (Grafik 2.11). Hal tersebut searah dengan perlambatan impor bahan baku dan barang modal akibat melambatnya kegiatan perekonomian terutama pada sektor industri pengolahan. Selain itu, melambatnya pertumbuhan bea masuk impor dan melemahnya pertumbuhan impor komoditas bahan baku seperti besi dan baja juga mengindikasikan perlambatan pertumbuhan impor pada triwulan II-2009. Dengan perkembangan tersebut, kinerja impor pada triwulan II-2009 diprakirakan masih negatif sekitar (-21,3)% - (-19,9)% (yoy). Bila dilihat dari distribusinya, pangsa terbesar impor masih disumbang oleh impor bahan bahan baku dan barang modal yang tumbuh melambat. Pada bulan April 2009, pangsa pertumbuhan nilai impor berdasarkan golongan komoditas HS 2 dijit masih bertopang pada komoditas impor kelompok bahan baku dan barang modal yang mendukung kegiatan produksi, seperti mesin/pesawat mekanik serta besi dan baja.

Operas Keuangan Pemerntah

Selama Aprl-Me 2009, APBN mencatat surplus anggaran sebesar Rp5,8 trlun (0,1% dar PDB), hampr sama dengan konds perode yang sama tahun sebelumnya yang mengalam surplus sebesar

Rp3,6 trlun (0,1% dar PDB). Dibandingkan dengan periode yang

sama tahun lalu, operasi keuangan Pemerintah pada triwulan II-2009 diperkirakan akan mengalami penurunan baik di sisi penerimaan maupun belanja. Penurunan penerimaan pada periode Januari-Mei 2009 tersebut berdampak pada lebih rendahnya surplus anggaran dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Jika dibandingkan dengan targetnya selama tahun 2009, realisasi pendapatan negara dan hibah lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu akibat kinerja sektor perpajakan yang melambat. Sebaliknya, penyerapan belanja negara pada periode laporan mengalami peningkatan baik dari Belanja Pemerintah Pusat maupun Transfer ke Daerah.

Pencapaan penermaan perpajakan d trwulan II-2009 mengalam penurunan sebaga mbas dar melambatnya perekonoman dan dkeluarkannya beberapa stmulus perpajakan d tahun 2009. Namun, penurunan tersebut sedikit terbantu dengan adanya peningkatan PPh nonmigas pada bulan April terkait pembayaran PPh Badan. Penurunan terutama terjadi pada penerimaan PPN dan Pajak Ekspor seiring dengan menyusutnya perdagangan internasional dan dihapuskannya pajak ekspor CPO sejak November 2008. Di sisi nonpajak, penerimaan SDA Migas mengalami peningkatan signifikan di bulan Mei seiring dengan kembali meningkatnya harga minyak internasional1. Sektor

1 Di bulan Mei 2009, rata-rata harga minas mencapai US$59,7/barel, meningkat pesat dibandingkan rata-rata harga minas selama Grafk 2.10

Pertumbuhan Ekspor Menurut Sektor

����������������� ���������������� ��������������� �������������� ��� �� �� �� ��� ��� �� �� �� ��� ��� � �� ��� �� � �� ��� �� � ����� ���� ���� ���� ��� ��� Grafk 2.11 Indkator Penuntun Impor

(21)

Perkembangan Makroekonom Terkn

pajak yang utama seperti PPh nonmigas terus mengalami perlambatan pertumbuhan yang selain akibat perlambatan perekonomian juga terkait dengan pemberian stimulus seperti pengurangan tarif Pajak Penghasilan dan kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang mulai berlaku tahun ini. Sementara itu, perlambatan perekonomian dunia terlihat jelas dampaknya pada penerimaan PPN yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -6,5% (yoy) selama lima bulan pertama tahun 2009 terutama akibat menurunnya aktivitas impor.

Knerja belanja negara mengalam penngkatan. Aktivitas belanja negara selama triwulan II-2009 ditandai dengan pembayaran subsidi BBM dan listrik dalam jumlah yang cukup signifikan pada bulan Mei lalu. Pemerintah juga melaksanakan pembayaran rapel gaji PNS, TNI/Polri dan pensiunan pada bulan April dan pembayaran gaji ke-13 yang dijadwalkan pada Juni 2009. Secara keseluruhan tahun, kinerja belanja negara mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dikarenakan realisasi belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah yang lebih tinggi. Lebih tinggi realisasi belanja Pemerintah Pusat bersumber dari peningkatan belanja barang dan belanja lain. Dari pembayaran transfer, porsi pengeluaran Pemerintah dalam rangka subsidi dibandingkan dengan targetnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode Januari-Mei 2008. Namun secara nominal, biaya subsidi lebih rendah seiring dengan turunnya harga minyak internasional. Dengan kondisi tersebut, realisasi Belanja Pemerintah Pusat selama tahun 2009 mencapai 25,3% dari APBNP, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 21,8% dari APBNP. Transfer ke Daerah juga meningkat terlepas dari menurunnya Dana Bagi Hasil (DBH) seiring dengan penurunan harga minyak di pasar internasional. Meningkatnya Belanja Daerah dikarenakan faktor teknis dimana terdapat rapel pembayaran Dana Alokasi Umum (DAU) untuk Januari dan Februari yang dilakukan di bulan Januari. Dengan perkembangan tersebut, realisasi Transfer ke Daerah telah mencapai 37,5% dari APBNP, lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 33,0% dari APBNP.

Penawaran Agregat

(22)

tersebut terkait dengan belanja iklan pada saat Pemilu Presiden yang cenderung meningkat dibandingkan pada Pemilu Legislatif lalu. Sementara itu, sektor lainnya seperti sektor komunikasi dan industri terutama subsektor makanan, tekstil dan barang cetakan masih akan tumbuh namun lebih rendah jika dibandingkan dengan Pemilu Legislatif yang lalu.

Pertumbuhan sektor ndustr pengolahan pada trwulan II-2009 dprakrakan mash berada dalam tren yang melambat, yatu tumbuh pada ksaran 1,3% - 1,6% (yoy).

Perlambatan tersebut terutama terkait dengan belum membaiknya permintaan terutama permintaan ekspor. Selain berdampak pada pemanfaatan kapasitas yang tersedia, lemahnya permintaan juga mendorong pengusaha untuk menunda kegiatan investasi yang tercermin dari rendahnya tingkat penyerapan dana stimulus fiskal berupa Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDtP). Meskipun demikian, pelaksanaan Pemilu Presiden diperkirakan dapat sedikit menahan laju perlambatan sektor industri terutama untuk subsektor industri tekstil, subsektor makanan, minuman, dan tembakau, serta subsektor kertas dan barang cetakan. Jika dilihat dari strukturnya, distribusi terbesar sektor industri pengolahan masih berasal dari subsektor alat angkutan, mesin dan peralatannya, subsektor makanan, minuman dan tembakau serta subsektor kimia dan barang dari karet. Sementara itu, subsektor makanan, minuman dan tembakau, subsektor kimia dan barang dari karet, serta subsektor kertas dan barang cetakan merupakan kontributor utama sektor industri pengolahan.

Melambatnya knerja sektor ndustr pengolahan tercermn dar tren penurunan ndeks dan kapastas produks yang dhaslkan oleh Surve Produks – BI. Jika dilihat lebih rinci, penurunan yang cukup signifikan terlihat pada subsektor alat angkutan, mesin dan peralatannya, serta subsektor logam dasar. Namun demikian, beberapa subsektor yang terkait dengan Pemilu seperti subsektor makanan dan minuman, subsektor tekstil, serta subsektor kertas dan barang cetakan masih menunjukkan peningkatan. Indikator melambatnya sektor industri juga dikonfirmasi oleh perkembangan beberapa indikator dini lainnya. Sampai dengan pertengahan triwulan II-2009, produksi mobil dan sepeda motor masih tumbuh dalam tren yang melambat. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh konsumsi listrik sektor industri yang masih berada dalam tren yang melambat sampai dengan awal triwulan II-2009. Sementara itu, subsektor semen mulai menunjukkan sedikit perbaikan yang

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

II III IV I II III IV* I II*

Sektor

Tabel 2.2

Pertumbuhan Ekonom - Ss Penawaran

2007

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 5,6 7,7 2,0 3,4 6,3 4,8 3,4 4,7 4,8 4,8 4,0 - 4,3

Pertambangan dan Penggalian 3,2 1,0 -2,0 2,0 -1,7 -0,5 2,1 2,1 0,5 2,2 1,7 - 1,9

Industri Pengolahan 5,1 4,5 3,8 4,7 4,3 4,2 4,3 1,8 3,7 1,6 1,3 - 1,6

Listrik, Gas, dan Air Bersih 10,2 11,3 11,6 10,3 12,3 11,8 10,4 9,3 10,9 11,4 11,0 - 11,4

Bangunan 7,7 8,3 9,9 8,6 8,0 8,1 7,6 5,7 7,3 6,3 5,7 - 6,1

Restoran, Hotel, dan Perdagangan 7,8 8,0 8,6 8,4 6,9 8,1 8,4 5,6 7,2 0,6 0,3 - 0,6

Pengangkutan dan Komunikasi 13,7 14,8 14,5 14,0 18,3 17,3 15,5 15,8 16,7 16,7 14,7 - 15,9

Keuangan, Persewaan, dan Jasa 7,6 7,6 8,6 8,0 8,3 8,7 8,6 7,4 8,2 6,3 4,6 - 4,6

Jasa-Jasa 7,0 5,2 7,2 6,6 5,9 6,7 7,2 6,0 6,4 6,8 5,8 - 6,1

PDB 6,6 6,6 5,8 6,3 6,2 6,4 6,4 5,2 6,1 4,4 3,7 - 4,0

(23)

Perkembangan Makroekonom Terkn

diindikasikan oleh meningkatnya konsumsi semen pada pertengahan triwulan II-2009. Namun demikian, pertumbuhan konsumsi semen ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi pembiayaan, kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor industri sampai dengan awal triwulan II-2009 menunjukkan perlambatan dan berada di bawah rata-rata pertumbuhan tahun 2008.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dprakrakan akan tumbuh melambat pada trwulan II-2009 pada ksaran 0,3% - 0,6% (yoy). Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya permintaan karena melemahnya daya beli masyarakat akibat turunnya penghasilan dan masih meningkatnya jumlah PHK, serta menurunnya kinerja impor. Namun demikian, adanya penyelenggaraan Pemilu Presiden diperkirakan dapat menahan laju perlambatan yang lebih dalam terutama untuk beberapa kelompok komoditas seperti makanan dan tembakau, serta pakaian dan perlengkapannya. Indikator dini sektor PHR seperti Indeks Penjualan Eceran (SPE-BI) mulai menunjukkan adanya perlambatan pada pertengahan triwulan II-2009. Jika dilihat lebih rinci, hampir seluruh kelompok komoditas menunjukkan tren perlambatan terutama untuk barang tahan lama. Hal yang sama juga terlihat pada indikator kinerja subsektor hotel yaitu rata-rata tingkat hunian hotel di Jakarta dan Bali yang juga mengindikasikan perlambatan sampai dengan awal triwulan II-2009. Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan yang telah disalurkan pada sektor perdagangan sampai dengan awal triwulan II-2009 juga melambat dan tumbuh di bawah rata-rata pertumbuhan tahun 2008.

Pada trwulan II-2009, sektor pertanan dprakrakan akan tumbuh melambat

dbandngkan dengan trwulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan sektor

pertanian dikarenakan telah berlalunya musim panen raya. Berdasarkan angka ramalan I BPS, produksi padi dan luas panen akan menurun pada sub-round kedua (Mei –Agustus) seiring dengan berlalunya musim panen. Sementara itu, jika dilihat dari strukturnya, pangsa terbesar sektor pertanian berasal dari subsektor tanaman bahan makanan. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh kinerja subsektor perkebunan, kecuali perkebunan kelapa sawit. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit perbankan ke sektor pertanian sampai dengan pertengahan triwulan II-2009 tumbuh relatif stabil namun masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan tahun 2008.

Sektor pertambangan dan penggalan dprakrakan akan tumbuh melambat pada ksaran 1,7% - 1,9% (yoy) pada trwulan II-2009. Melambatnya pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya permintaan ekspor komoditas pertambangan seperti ditunjukkan oleh perkembangan ekspor bijih, kerak dan abu logam, nikel, serta aluminium. Namun demikian, mulai membaiknya harga beberapa komoditas ekspor diperkirakan dapat sedikit menahan laju perlambatan sektor pertambangan. Sementara itu, sampai dengan awal triwulan II-2009 kredit yang disalurkan ke sektor pertambangan juga mengalami penurunan yang cukup signifikan.

(24)

kinerja perusahaan sektor komunikasi seperti Telkom yang masih menunjukkan peningkatan. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya lalu-lintas percakapan dan pemakaian pulsa menjelang Pemilu Legislatif, dimana diperkirakan akan terjadi juga pada Pemilu Presiden mendatang. Sementara itu, kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh relatif stabil sampai dengan awal triwulan II-2009, namun tetap masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan tahun 2008.

Sektor bangunan dprakrakan mash tumbuh stabl pada trwulan II-2009. Hal tersebut diindikasikan oleh beberapa indikator seperti perkembangan pembangunan properti komersial pada Survei Properti Komersial – BI yang tumbuh relatif stabil sampai dengan triwulan II-2009. Hal yang sama juga dicerminkan oleh perkembangan konsumsi semen yang sampai dengan pertengahan triwulan II-2009 mulai menunjukkan indikasi peningkatan, walaupun masih berada di bawah tingkat pertumbuhan tahun 2008. Di sisi pembiayaan, kredit yang disalurkan perbankan ke sektor bangunan sampai dengan awal triwulan II-2009 masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan kredit tahun 2008. Sementara itu, mulai turunnya tingkat suku bunga perbankan terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR) diperkirakan dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan sektor properti.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Evaluas Neraca Pembayaran Indonesa (NPI) trwulan II-2009 menunjukkan adanya prospek perbakan knerja eksternal Indonesa, khususnya d ss transaks berjalan.

Ditopang dengan membaiknya prospek ekonomi global, permintaan akan komoditas ekspor Indonesia semakin meningkat. Tertahannya penurunan harga komoditas juga positif dalam menopang perbaikan neraca perdagangan Indonesia. Kinerja impor diprakirakan terkoreksi lebih tajam dibandingkan dengan ekspor sehingga mampu memperbaiki kinerja transaksi berjalan (TB) pada triwulan II-2009. Di sisi transaksi modal dan finansial (TMF), relatif terjaganya stabilitas pasar finansial global serta minat asing untuk berinvestasi, cukup positif dalam menopang arus masuk dana asing dalam bentuk investasi portofolio. Aktivitas investasi asing langsung juga tampak semakin positif sejalan dengan meningkatnya harga komoditas serta prospek ekonomi domestik yang tetap positif. Peran sektor publik dalam menarik dana asing tetap dominan diantaranya melalui instrumen SBI, SUN, serta penerbitan SUKUK valas pada triwulan II-2009. Sementara di sektor swasta, tekanan transaksi Utang Luar Negeri (ULN) sedikit meningkat akibat pembayaran utang korporasi yang lebih besar. Berdasarkan perkembangan tersebut, NPI triwulan II-2009 diprakirakan mencatat surplus.

Transaks Berjalan

(25)

Perkembangan Makroekonom Terkn

memperbaiki kinerja ekspor. Secara keseluruhan, surplus neraca perdagangan mampu menutupi defisit pada transaksi jasa, pendapatan, dan transfer berjalan.

Kinerja ekspor mendapat dukungan positif dari perkembangan harga komoditas selama periode Januari-Juni 2009. Penurunan harga komoditas nonmigas yang berlangsung sejak triwulan III-2008 tertahan di triwulan I-2009 dan terus menunjukkan peningkatan hingga triwulan II-2009. Dengan perkembangan harga komoditas tersebut serta dikombinasikan dengan potensi perbaikan permintaan oleh mitra dagang, realisasi ekspor nonmigas di triwulan II-2009 diprakirakan akan lebih tinggi dari perkiraan semula. Di sisi impor, perekonomian domestik yang belum sepenuhnya pulih memberi kecenderungan realisasi impor nonmigas untuk bias ke bawah. Di sektor migas, rendahnya konsumsi minyak pada triwulan I-2009 diprakirakan akan berlanjut pada triwulan II-2009. Hingga Maret 2009, impor minyak berangsur-angsur menurun dikarenakan menurunnya aktivitas ekonomi domestik. Penurunan impor juga didukung oleh penurunan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) sejalan dengan program konversi dari minyak tanah ke gas dan diversifikasi sumber energi PLN. Defisit neraca jasa, pendapatan, dan transfer berjalan pada NPI triwulan II-2009 secara keseluruhan diprakirakan lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya. Lebih tingginya defisit disebabkan oleh neraca jasa, terutama transportasi, yang mencatat defisit lebih tinggi terkait kenaikan harga minyak internasional akhir-akhir ini.

Neraca Modal dan Fnansal

Perkembangan transaks modal dan fnansal pada trwulan II-2009 dwarna dengan

penngkatan credit rating outlook oleh Moody’s yang semula stabl menjad postf.

Moody’s menggarisbawahi beberapa faktor, diantaranya prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, kerangka kebijakan yang cukup efektif meredam dampak gejolak dan mempertahankan resiliensi perekonomian, stabilitas politik dalam negeri, credit fundamental yang semakin membaik dibandingkan dengan peers --tercermin dari penurunan angka ULN--, neraca perdagangan yang positif, sustainabilitas pembiayaan eksternal, serta likuiditas perbankan yang cukup memadai dan dukungan permodalan yang baik. Transaksi portofolio asing triwulan II-2009 diprakirakan tetap mencatat surplus yang ditopang oleh terjaganya kondisi makroekonomi domestik. Selama triwulan II-2009, minat investor asing terhadap aset komersial domestik (SBI, SUN, dan Saham) tetap positif. Meski demikian, transaksi portofolio diprakirakan akan mencatat realisasi yang lebih rendah dari prakiraan semula disebabkan oleh penyesuaian kepemilikan asing dari pasar keuangan domestik yang diantaranya didorong oleh aksi ambil untung investor. Kondisi yang berlangsung sejak pertengahan Juni 2009 ini diprakirakan bersifat sementara mengingat adjustment perekonomian global terus berlangsung ke arah yang lebih positif.

Cadangan Devsa

(26)

3. Perkembangan dan Kebjakan

Moneter Trwulan II-2009

Perkembangan kondisi eksternal sepanjang triwulan II-2009 mulai menunjukkan perbaikan. Proses pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut memberikan sentimen positif bagi pelaku pasar untuk kembali berinvestasi di emerging markets. Perkembangan tersebut juga menumbuhkan optimisme akan lebih baiknya perekonomian global ke depan. Nilai tukar Rupiah bergerak menguat sepanjang

triwulan II-2009. Selain karena faktor eksternal yang kondusif, penguatan rupiah juga

didukung oleh faktor domestik yang cukup solid. Kinerja NPI yang mencatat surplus, imbal hasil rupiah yang masih menarik, serta kondisi sosial politik paska pemilu yang tetap kondusif turut menopang penguatan rupiah. Rata-rata nilai tukar Rupiah untuk triwulan II-2009 mencapai Rp10.527 per dolar AS, menguat 9,99% dibandingkan triwulan I-2009. Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan II-2009 terus menurun

dengan akselerasi yang semakin cepat. Inflasi IHK pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 3,65% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,92% (yoy). Penurunan inflasi terutama disebabkan oleh faktor non-fundamental, meski tekanan dari sisi fundamental juga mulai menunjukkan penurunan. Inflasi administered prices yang lebih rendah pada triwulan II-2009 disebabkan tidak adanya kebijakan strategis pemerintah di bidang harga, sementara inflasi volatile food yang menurun terutama dipengaruhi oleh musim panen raya serta pasokan bahan pangan domestik yang terjaga. Tekanan inflasi dari sisi fundamental juga diperkirakan turun. Meredanya tekanan eksternal sejalan dengan penguatan rupiah di tengah permintaan domestik yang masih lemah merupakan faktor utama yang mendorong penurunan tekanan inflasi.

(27)

Perkembangan dan Kebjakan Moneter Trwulan II-2009

NILAI TUKAR RUPIAH

Selama trwulan II-2009, nla tukar rupah cenderung bergerak menguat meskpun sempat mengalam tekanan pada akhr trwulan. Secara rata–rata, rupiah terapresiasi 9,99% dari Rp11.578 pada triwulan I-2009 menjadi Rp10.527 pada triwulan II-2009 (Grafik 3.1). Meskipun sempat mengalami tekanan yang meningkat pada akhir triwulan akibat adanya sentimen negatif terkait data perekonomian global yang lebih buruk dari perkiraan, secara keseluruhan triwulan rupiah masih ditutup menguat 13,20% ke level Rp10.208 dari level Rp11.555. Penguatan rupiah yang cukup tajam tersebut menyebabkan volatilitas nilai tukar Rupiah sedikit meningkat dari 1,03% pada triwulan I-2009 menjadi 1,2% pada triwulan II-2009 (Grafik 3.2).

Penguatan rupah pada trwulan II-2009 tak lepas dar pengaruh

dnamka d sektor eksternal dan domestk yang postf. Dari sisi

eksternal, sentimen positif yang berkembang di bursa saham global serta proses stabilisasi pasar keuangan yang terus berlangsung menumbuhkan optimisme bahwa proses pemulihan ekonomi global mulai berjalan. Hal tersebut diperkuat dengan perkembangan berbagai indikator perekonomian global yang terus membaik, diantaranya indikator sektor manufaktur, penjualan eceran dan indeks keyakinan konsumen AS yang menunjukkan peningkatan. Indikator perekonomian Asia pun turut membaik, terutama China sebagai imbas dari paket stimulus yang dikeluarkan pemerintah. Seiring dengan hal itu, membaiknya risk

appetite investor mendorong aliran modal asing masuk ke emerging markets yang berimbas pada kenaikan bursa saham dan mayoritas mata uang dunia.

Di sisi domestik, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I-2009 yang cukup solid meningkatkan kepercayaan investor terhadap perekonomian domestik. Posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan II-2009 tercatat meningkat mencapai USD57,58 miliar atau setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah. Kondisi tersebut pada gilirannya mampu meningkatkan performa rupiah selama triwulan II-2009 serta memperkuat keyakinan pasar mengenai ketahanan rupiah terhadap risiko gejolak di pasar keuangan global. Selain itu, masih positifnya pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kontraksi ekonomi negara-negara mitra dagang serta tekanan inflasi yang relatif rendah dibandingkan negara kawasan turut meningkatkan ekspektasi positif terhadap perekonomian Indonesia.

Perseps rsko terhadap emerging markets termasuk Indonesa

terus membak. Indikator persepsi risiko menunjukkan perbaikan sebagaimana tercermin pada spread EMBIG, CDS, dan yield spread Global Bond dan Treasury Note yang semakin menyempit (Grafik 3.3). ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ����� ����� ����� ����� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��������������� ��� ������ ��� ������ ������������������ ������ ���� ���� ���� ����� ����� ����� ����� ������ ������ ������ ������������������� ����������� ����������������� Grafk 3.1

Rata-Rata Nla Tukar Rupah

Grafk 3.2

Volatltas Nla Tukar Rupah

������ ����� ����� ����� ����� ����� ����� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� � �� � � � � � � � � � ����� ���� ���� ���� ����������������� ��������������������� ����������� Grafk 3.3 Indkator Perseps Rsko

(28)

Selama triwulan II-2009, CDS Spread Indonesia menyempit dari 578 bps menjadi 310 bps. Penurunan CDS Spread tersebut sejalan dengan pergerakan CDS Spread di kawasan Asia. Selain itu, spread Global Bond Indonesia terhadap US T-Note juga menyempit dari 737 bps menjadi 396 bps, sedangkan spread EMBIG menyempit ke level 450 bps dari level 657 bps. Namun, seiring dengan tekanan pasar keuangan global yang meningkat pada akhir Juni, indikator premi swap Indonesia cenderung

naik (Grafik 3.4).

Sejalan dengan pelonggaran kebjakan moneter, mbal hasl nvestas cenderung turun, namun mash cukup menark dalam skala regonal. Selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP) menurun ke 7,00% dari 8,22% pada akhir triwulan sebelumnya. Apabila memperhitungkan premi risiko, selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (CIP) justru meningkat dari 0,85% pada triwulan I-2009 menjadi 3,03% (Grafik 3.5). Selain itu, spread antara yield domestic

government bond Indonesia dan US Treasury yang masih tertinggi di kawasan Asia menjadikan daya tarik investasi obligasi domestik (Grafik 3.6).

Perseps rsko terhadap emerging markets yang menurun

serta mbal hasl nvestas d pasar domestk yang cukup tngg mendorong arus masuk dana asng. Selama triwulan II-2009 aliran masuk dana asing ke SBI dan SUN tercatat sebesar USD406,02juta dan USD 748,33 juta, sehingga posisi asing pada SBI dan SUN menjadi USD2,03 miliar dan USD8,50 miliar. Di pasar saham, pelaku asing juga mencatat net beli sebesar USD501,63 juta (Grafik 3.7).

Besarnya arus modal asng mampu menyembangkan struktur

permntaan dan penawaran valas d pasar domestk. Selama

triwulan II-2009, pasar valas mengalami ekses pasokan sebesar USD1,51 miliar yang berasal dari tingginya arus masuk dana asing (Grafik 3.8). Besarnya arus masuk dana asing yang mencapai USD3,18 miliar mampu memenuhi permintaan valas pelaku domestik sebesar USD1,67 miliar. Arus masuk dana asing tersebut sebagian besar ditanamkan dalam portofolio saham (37%), SBI (20,9%), dan obligasi pemerintah (18,9%). Volume perdagangan di pasar valas selama triwulan II-2009 tercatat meningkat seperti tercermin pada kenaikan rata–rata harian volume perdagangan valas yang menjadi USD1,94 miliar dari USD1,32 miliar pada triwulan I-2009.

INFLASI

Proses dsnflas selama trwulan II-2009 terus berlanjut bahkan

dengan laju penurunan yang semakn besar. Inflasi IHK menurun

�������� �������� �������� ��������� � �� �� �� � � ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ������������������������ Grafk 3.4 Prem Swap Berbaga Tenor

Grafk 3.5

CIP Beberapa Negara Kawasan

��������� ��������� �������� ����� ���� ���� ���� ����� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� � Grafk 3.6

Yeld Spread Kawasan Regonal Asa

(29)

Perkembangan dan Kebjakan Moneter Trwulan II-2009

tajam menjadi sebesar 3,65% (yoy) pada akhir triwulan laporan, jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,92% (yoy) (Grafik 3.9). Proses disinflasi yang terus berlangsung menyebabkan turunnya ekspektasi inflasi yang pada akhirnya mendorong penurunan inflasi lebih lanjut.Penurunan tekanan inflasi IHK juga disebabkan oleh faktor non-fundamental, yang tercermin dari terjaganya pasokan bahan pangan domestik serta tidak adanya kebijakan strategis di bidang harga dari Pemerintah. Sementara itu, menurunnya tekanan faktor fundamental tidak terlepas dari menurunnya tekanan dari sisi eksternal terkait dengan apresiasi nilai tukar rupiah yang cukup besar. Kondisi eksternal yang cukup kondusif ditengah permintaan yang masih lemah menyebabkan tekanan inflasi cenderung terus menurun.

Berdasarkan kelompoknya, deflasi yang cukup dalam terjadi pada kelompok bahan makanan yang mencapai -1,78% (qtq) (Grafik 3.10). Deflasi tersebut tidak terlepas dari pola musiman bahan pangan yang dibarengi dengan kecukupan pasokan terkait musim panen raya beras. Selain itu, produksi bahan pangan secara umum yang mencukupi dan ditunjang distribusi yang lancar telah mendorong penurunan harga kelompok bahan pangan tersebut.Di samping kelompok bahan makanan, deflasi juga terlihat pada kelompok sandang terutama dari komoditas emas perhiasan sejalan dengan menurunnya tekanan eksternal.

Tren penurunan tekanan nflas nt pada trwulan II-2009 terlhat

lebh nyata dbandngkan trwulan sebelumnya. Secara triwulanan,

inflasi inti triwulan II-2009 mencapai sebesar 0,28% (qtq), jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya 1,59% (qtq). Penurunan tersebut terutama didorong oleh menurunnya tekanan eksternal sejalan dengan penguatan nilai tukar rupiah dan penurunan inflasi negara mitra dagang (Grafik 3.11). Menurunnya tekanan eksternal juga dikonfirmasi oleh sumbangan inflasi inti dari komoditas impor yaitu sebesar -0,07% setelah triwulan sebelumnya memberikan sumbangan 0,88%. Sementara itu, sumbangan dari komoditas non-impor (domestik) juga menurun dari 0,71% menjadi 0,34%. Di sisi ekspektasi inflasi, data Consensus Forecast menunjukkan ekspektasi inflasi 2009 terus menurun dan mencapai 5,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,2% (yoy) (Grafik 3.12). Realisasi inflasi yang terus menerus bahkan dengan akselerasi yang semakin cepat turut menyebabkan ekspektasi inflasi terus menurun.

Dar ss kesenjangan output, permntaan domestk yang mash lemah menjad salah satu faktor penyebab mash rendahnya tekanan nflas. Dengan kondisi permintaan yang masih lemah tersebut, kinerja sisi penawaran diperkirakan masih cukup memadai. Indikator sisi penawaran yang tercermin dari indeks produksi sektor industri

Grafk 3.7 Alran Modal Asng

����� ��� ��� ������� �������� ����� ����� ����� ����� ����� � ������ ������ ������ ������ ������� ����� ����� ������ ������ ������ ������ ������ ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ��� ���� ���� Grafk 3.8

Permntaan dan Penawaran Valas

�������� ����� ����� ����� ����� ����� � ������� ����� ����� ����� ������ ������ ������ ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���������������������������������� ����������������������� ����������������������������������� ������������������ ������������� ������������� ������ ������ ������ ���ï¿

Gambar

Tabel 2.1Pertumbuhan Ekonom - Ss Permntaan
Tabel 2.2Pertumbuhan Ekonom - Ss Penawaran
         Tabel 3.1
Tabel 4.1pada tahun 2009 dengan kecenderungan ke bawah yang cukup besar, dan berada dalam koridor target inflasi IHK 2009 sebesar 4,5±1%
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan upaya hukum tersebut, dalam skripsi ini penulis hendak meneliti dan menulis perihal upaya hukum luar biasa khususnya mengenai permohonan

Nilai konversi dari sepeda motor/jam ke smp/jam adalah 0,5 (Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997) sedangkan untuk nilai Kapasitas (C) didapat dari pendekatan

Media yang di pilih penulis dalam proses kreatifnya adalah kertas koran, majalah dan kertas putih karena penulis ingin menggambarkan sifat yang rapuh dan ringkih sama dengan hoax

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan kasus HIV-AIDS di Kabupaten Jember

Menurut Mahkamah Konstitusi pasal subpoena masih relevan sepanjang penggunaannya hanya untuk penyelidikan dengan hak angket, namun Mahkamah juga menyatakan Kepolisian

Prinsip dari percobaan ini adalah perbedaan daya larut antara zat yang akan dimurnikan (NaCl kasar) dengan zat-zat pengotor yang terkandung dalam garam NaCl kasar

Merupakan bentuk struktur kabel yang terdiri dari dua buah tiang penumpu yang dihubungkan oleh kabel sehingga tercipta sebuah rentangan kabel yang disususn secara sejajar

Berangkat dari pemikiran umum tentang kenyataan dan tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam dan realitas empirik yang terjadi pada lembaga-lembaga MTs di