BAB III
PENERAPANGOOD CORPORATE GOVERNANCE(GCG) PADA KEWENANGAN DALAM PEMILIHAN LANGSUNG PEGAWAI OLEH
PIMPINAN BNI KANWIL PEMUDAMEDAN
A. Good Corporate Governancedalam Penerapannya
Corporate Governance dapat didefinisikan suatu proses dan struktur yang digunakan organ perusahaan (pemegang saham/pemilik modal, Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegangsaham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilaietika.73
Dalam rangka economic recovery pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund(IMF) memperkenalkan konsep Good Corporate Governance(GCG) sebagai tata cara kelola perusahaan yang sehat. Konsep ini diharapkan dapat melindungi pemegang saham (stakeholders) dan Kreditor agar dapat memperoleh kembali investasinya. Indonesia mulai menerapkan prinsip Good Corporate Governancesejak menandatanganiletter of intent(LOI) dengan IMF yang salah satu bagianpentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan Indonesia. Perumusan kebijakan nasional tentang penerapan prinsipGood Corporate Governance ditandai dengan pembentukan Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. Pembentukan komite ini didasarkan padaKeputusan Nomor:
31/M.Ekuin/06/2000. Komite tersebut kemudian berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance melalui keputusan KEP-49/M.EKON/11/2004.Anggota Komite ini berasal kalangan profesional baik di sektor publik, swasta, maupun akademisi serta darilembaga-lembaga swadaya masyarakat. Pada tahun 2001 dalam rangka penerapan Good Corporate Governance di Indonesia, Komite ini telah menerbitkan pedomanGood Corporate Governance, yang kemudian pada tahun 2004 disusul dengan penerbitan Pedoman Sektoral, Pedoman Komite Audit, dan untuk Komisaris Independen.
Dalam sektor perbankan, Undang-Undang Perbankan secara prinsip juga telah mengatur mengenai aspekgood corporate governance, sepertigovernance structure, governance processmaupun govenance outcome.Pada tahun 2004, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance telahmengeluarkan Pedoman Good Corporate GovernancePerbankan Indonesia. Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia ini merupakan pelengkap dan bagian tak terpisahkan dari Pedoman Umum Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance dan dimaksudkan sebagai pedoman khusus bagi perbankanuntuk memastikan terciptanya bank dan sistem perbankan yang sehat.
Corporate Governance padadasarnya bertumpukan kepada lima pilar utama/prinsip-prinsip tersebut diatas, yaitu :transparancy(keterbukaan, kejujuran),responsibility (pertanggungjawaban), accountability (akuntabilitas), fairness (kewajaranatau keadilan), danindependency(kemandirian atau kebebasan).
Bank adalah lembaga intermediasi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut bank selalu akan menghadapi risiko maupun pendapatan (risk and return). Secara garis besar risiko dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu : risiko yang sistematis (systematic risk) dan risiko yang non sistematis (unsystematic risk).74 Adapun risiko yang mungkin dihadapi bank BNI adalah risiko modal, risiko pembiayaan, risiko operasional maupun risiko likuiditas.75
Banyaknya ketentuan yang mengatur sektor perbankan dalamrangka melindungi kepentingan masyarakat, termasuk ketentuan yang mengatur kewajiban untuk memenuhi modal minimum sesuai dengankondisi masing-masing bank, menjadikan sektor perbankan sebagai sektoryang “highly regulated”. Sebagaimana kita ketahui bahwa krisis perbankan pernah mengalami krisis yang dimulai pada tahun 1997, krisis tersebut bukan semata-mata sebagai imbas dari krisis ekonomi,
74Systematic risk ialah risiko yang diakibatkan oleh adanya kondisi atau situasi tertentu
yangbersifat makro, seperti perubahan situasi politik, perubahan kebijakan ekonomi pemerintah,perubahan situasi pasar, situasi krisis atau resesi yang berdampak pada kondisi ekonomi secaraumum. Sedangkanunsystemic risk ialah risiko yang unik yang melekat pada suatu perusahaan ataubisnis tertentu saja
75Muhammad,Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, Edisi Revisi 2005,
tetapi juga diakibatkan karena belum dilaksanakannya tata kelola perusahaan yang baik dan etika yang melandasinya. PelaksanaanGood Corporate Governancesangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan duniainternasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembangdengan baik dan sehat.
Pelaksanaangood corporate governancesangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang dengan baik dan sehat. Oleh karena itu Bank for International Sattlement (BIS)76 sebagai lembaga yang mengkaji terus menerus prinsip kehati-hatian yang harus dianut oleh perbankan, telah pula mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi dunia perbankan secara internasional. Pengaturan dan implementasi Good Corporate Governance memerlukan komitmen dari top management dan seluruh jajaran organisasi. Pelaksanaannya dimulai dari penetapan kebijakan dasar (strategic policy) dan kode etik yang harusdipatuhi oleh semua pihak dalam perusahaan. Bagi perbankan Indonesia, kepatuhan terhadap kode etik yang diwujudkan dalam satunya kata dan perbuatan, merupakan faktor penting sebagai landasan penerapan GoodCorporate Governance. Sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam
76The Bank for International Aettlements (BIS) adalah organisasi internasional yang
melaksanakan kegiatan usahanya bank harus menganut prinsip keterbukaan (transparency), memiliki ukuran kinerja dari semuajajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values, sasaran usaha dan strategi bank sebagai pencerminan akuntabilitas bank (accountability), berpegang pada prudential banking practices dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggungjawab bank (responsibility), objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan keputusan (independency), serta senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (fairness).77
Good corporate governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar, berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadan iklim usaha di suatu Negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangatpenting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Penerapan GCG juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan good governance pada umumnya di Indonesia. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan Pemerintah yang bersih dan berwibawa.78
77Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, Pedoman Good Corporate GovernancePerbankan Indonesia, 2004
78Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia 2006 ini merupakan
Menurut Paul Krugman runtuhnya perekonomian Indonesia juga disebabkan karena tidak adanya Good Corporate Governance didalam pengelolaan perusahaan kajian Booz-Allen dan Hamilton tahun 1998 menunjukkan bahwa indeks Good Corporate Governance di Indonesia adalah yang paling rendah di asia timuryaitu (2,88)%, dibandingkan malaysia (7,72), Thailand (4,89), singapura (8,93), dan Jepang (9,l7). Perhitungan Indeks adalah untuk kondisi paling buruk dan indeks 10 untuk kondisi paling buruk.79
Penerapan good corporate governance (GCG) dapat didorong dari dua sisi,yaitu etika dan peraturan.Dorongan dari etika (ethical driven) datang dari kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk menjalankan praktik bisnis yang mengutaman kelangsungan hidup perusahaan, kepentingan stakeholders dan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat. Di sisi lain, dorongan peraturan(regulatory driven) “memaksa” perusahaan untuk patuh terhadap peraturan perundang-undanganyang berlaku. Keduai pendekatan ini memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dan seyogyanya saling melengkapi untuk menciptakan lingkungan bisnis yang sehat.80
Prinsip-prinsip good corporate governance selalu mengalami evolusi dalam perkembangan dunia bisnis. Kebutuhan akan prinsip-prinsip good corporate governance berawal dari kebangkrutan beberapa perusahaan-perusahaan besar di Govemance Gedung Bursa Efek Jakarta Tower I Lt. 2 Website: www.governance-indonesia.or.id SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
79Good Corporate Governance, Djalil A sofyan, disampaikan pada seminar Corporate Governancedi Universitas Sumatera Utara pada tanggal 26 Juni 2000, hal.3
80Sambutan Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance, Mas Achmad Daniri, Jakarta,
dunia dikarenakan tidak diterapkannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Adanya praktek korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) sebagai wujud tata kelola perusahaan yang buruk mengakibatkan terjadinya kompetisi bisnis yang tidak sehat. Aktivitas bisnis yang baik merupakan indikator dari pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tujuan umum dari penelitian ini adalah meneliti implementasi prinsip-prinsip good corporate governance di BNI Wilayah Pemuda Medan sebagai BUMN perbankan. Selain itu juga bermaksud untuk mengetahui apakah terdapat kendala dalam implementasi prinsip-prinsip good corporate governance dan berusaha mencari solusi yang terbaik.
Menunjuk Peraturan Bank Indonesia nomor 8/14/PBI/2006 tentang “Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum” dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/12/DPNP, tanggal 30 Mei 2007, perihal “Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum”, maka kami manajemen BNI (Persero, Tbk) Kantor Wilayah Pemuda Medan dengan ini menyampaikan Laporan Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) periode tahun 2010 sesuai dengan pedoman yang terkandung didalanmya.
sesuatu tindakan yang mudah karena terkait dengan penyempurnaan kultursuatu perusahaan yang tentusaja berkaitan erat dengan perubahan perilaku personal-personal yang menjalankan perusahaan tersebut. Namun jika semua pihak menyadari bahwa penyempurnaan GCG akan membawa dampak positif maka upayapenyempurnaan tidak akan berhenti.81
BNI juga menggunakan konsultan untuk proyek yang bersifat khusus, misalnya terkait dengan pengembangan produk atau SDM dan didasarkan pada kontrak yang jelas meliputi lingkup kerja tanggung jawab, jangka waktu pekerjaan, dan biaya. Konsultan tersebut merupakan Pihak lndependen yang memilikikualifkasi untuk mengeriakan proyek yang bersifat khusus pemilihan konsultandilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.82
Lingkup implementasi GCG di BNI, sangat luas dan menyeluruh sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan usaha, proftabilitas, nilai tambah untuk seluruh stakeholders, serta meningkatkan kemampuan agar keberlangsungan usaha jangka panjang dapat dicapai. Oleh scbab itu prinsip-prinsip GCG harus di implementasikan dalam koridor pelaksanaan visi dan misi BNI.83
Budaya Kerja BNI “Prinsip 46” merupakan Tuntunan Perilaku Insan BNI, terdiridari 4 (Empat) Nilai Budaya Kerja sebagai berikut :
1. Profesionalisme
81file:///F:/Tata-Kelola-Perusahaan-Good-Corporate-Governance.htm Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang baik secara luas dan menyeluruh di BNI hlm.2. diakses 11 Mei 2012.
82 Wawancara dengan Tetty, Pengawal Internal BNI Pemuda pada tanggal 04 Mei, pukul
18.30 Wib
83file:///F:/Tata-Kelola-Perusahaan-Good-Corporate-Governance.htmPenerapan Tata Kelola
2. Integritas
3. Orientasi pelanggan 4. Perbaikan tiada henti
Sedangkan 6 (Enam) Nilai Perilaku Utama Insan BNI berikut ini: 1. Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan Hasil Terbaik 2. Jujur, Tulus dan Ikhlas
3. Disiplin, Konsisten dan Bertanggungjawab
4. Memberikan Layanan Terbaik Melalui Kemitraan yang Sinergis 5. Senantiasa Melakukan Penyempurnaan
1. Jujur, Tulus dan Ikhlas 2. Disiplin, Konsisten dan b. Kreatif dan Inovatif84
B. Good Corporate GovernanceDalam Pelaksanaannya
Sebagai institusi yang bergerak di bidang perbankan, BNI dalam melaksanakan implementasi GCG, berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang PelaksanaanGood Corporate Governance. Bagi Bank Umum yang telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/ 14/PBI/2006 tentang Perubahan Atas PeraturanBank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. Beberapa yang terkait dengan Visi, Misi, dan lainnya sebagai berikut:85
a) Visi BNI
Menjadi Bank kebanggaan nasional yang Unggul, Terkemuka dan Terdepan dalam Layanan dan Kinerja, Sedangkan Pernyataan Visi Menjadi Bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dan consumer.
b) Misi BNI
1. Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh nasabah, dan selaku mitra pillihan utama(the bank choice)
2. Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.
3. Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi.
4. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial.
85http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/budayaperusahaan.aspx, terakhir diakses 18 Mei
5. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik.86 c) Values
Kenyamanan dan Kepuasan d) Huruf BNI
Huruf “BNI” dibuat dalam warna turquoise baru, untuk mencerminkan kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern. Huruf tersebut dibuat secarakhusus untuk menghasilkan struktur yang orisinal dan unik.
Corporate Governance proses struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan-urusan perusahaan dalam rangkameningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikankepentingan stakeholders yang lain.87
Dengan telah dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia {PBL) Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan PBI No 8/14/PBI/2006, dianggap perlu diatur ketentuan pelaksanannya dalam SE BI perihal Pelaksanaan Good Corporate Governancebagi Bank Umum untuk mempermudah penerapannya oleh Bank.
Pokok-pokok penjelasan dalam SE BI ini :
a. Memperjelas difinisi independen atau independensi bagi Komisaris Independen dan Pihak Independen termasuk Presiden Direktur.
86http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/visimisi.aspx, terakhir diakses 18 Mei 2012
87http://www.scribd.com/doc/23185429/Thesis-Good-Corporate-Governance . Diakses
b. Memperjelas tata cara melakukan self assessment pelaksanaan Good Corporate Governance(GCG).
c. Memperjelas aspek-aspek yang perlu diungkap dalam Laporan PelaksanaanGCG. Persyaratan yang ditetapkan agar seseorang dapat menjadi KomisarisIndependen, Pihak Independen dan Presidcn Direktursebagaiberikut:
a. Seseorang dapat menjadi Komisaris Independen/Pihak Independen apabila tidak memiliki:
1. Hubungan keuangan, yakni apabila memperoleh penghasilan, bantuan kcuangan atau pinjaman dari anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau Direksi (pengurus). Bank, dari perusahaan - yang PSP nya pengurus Bank, dan dari Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank.
2. Hubungan kepengurusan, yakni apabila menjadi pengurus pada perusahaan dimana Dewan Komisaris Bank lainnya menjadi pengurus, menjadi pengurus pada perusahaan yang PSP nya pengurus bank, dan menjadi pengurus atau Pejabat Eksekutif pada perusahaan PSP Bank. 3. Hubungan kepemilikan saham yakni apabila menjadi pemegang saham
pada perusahaan yang PSP nya adalah pengurus dan/atau PSPBank, dan/atau menjadi pemegang saham pada perusahaan PSP Bank.
4. Hubungan dengan Bank apabila:
b) Menerima/member penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman dari/kepada Bank yang menyebabkan pihak yang memberibantuan, memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak yangmenerima bantuan, seperti pihak terafiliasi dan/atau pihak yang melakukan transaksi keuangan dengan bank (debitur inti dan deposaninti).
b. Seseorang dapat menjadi Presiden Direktur apabila tidak memiliki:
1) Hubungan keuangan, yakni apabila menerima penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman dari PSP Bank;
2) Hubungan kepengurusan, yakni apabila menjadi pengurus dan Pejabat Eksekutif pada perusahaan PSP Bank; dan
3) Hubungan kepemilikan, yakni apabila menjadi pemegang saham pada perusahaan PSP Bank, dan/atau pemegang saham Bank bersama PSP Bank, kecuali kepemilikan yang berasal dari management sharesoption program (MSOP) Bank yang besarnya tidak lebih dari 5% (lima perseratus) dari modal disetor Bank.
c. Dalam penjelasan diatas, yang dimaksud PSP adalah pemegang saham Bank sampai dengan pengendali akhir(ultimate shareholders)Bank.
a. Mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia dcngan dilampiri surat pernyataan independen.
b. Dilakukan penelitian terhadap independensi yang bersangkutan, yang meliputi hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dengan anggota Dewan komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali serta hubungan dengan Bank yang dapat mempengaruhi kemampuannyauntuk bertindak independen.
c. Tidak tercatat dalamtrack recordpada Bank Indonesia.
Terkait dengan Pasal 20 yang menyatakan bahwa Presiden Direktur wajib berasal dari pihak yang independen terhadap PSP, apakah seorang Presiden Direktur yang memiliki saham Bank dikatagorikan sebagai PSPBank? Jika yang bersangkutan sebagai pihak pengendali, apakah yang bersangkutan dapat memennhi persyaratan sebagai Presiden Direktur.Sesuai Pasal 1 angka 4 PBI tentang Penilaian kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test), bahwa seseorang yang dinyatakan sebagai PSP,tidak hanya yang memiliki saham 25% atau lebih tetapi juga memiliki saham kurang dari 25% namun dapat dibuktikan melakukan pengendalikan.
Presiden Direktur. Namun untuk azas fairness, kepemilikan saham yang berasal dari management shares option program (MSOP) Bank dengan kepemilikan saham Bank tidak lebih dan 5% (lima perseratus) dapat dikecualikan sebagai kepemilikan saham dimaksud.Penerapan masa tunggu(cooling of) bagi Komisaris Independen danPihak lndependen?
Mantan anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif yang melakukan tugas fungsi pengawasan, tidak dapat menjadi Komisaris Independen/Pihak Independen pada Bank yang sama, apabila aktifitas di fungsi pengawasan kurang dari 1 (satu) tahun/kurang dari 6 (enam) bulan.
Hal-hal apa yang diperlukan, apabila Dewan Komisaris bank memutuskan menyelanggarakan rapat dengan menggunakan teknologi telekonferensi?
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan rapat dengan menggunakan teknologi telekonferensi:
a. Dasar keputusan penyelenggaraan rapat, misalnya ketentuan intern Bank dan risalah rapat;
b. Bukti rekaman penyelenggaraan rapat; dan
c. Risalah rapat yang telah ditandatangani oleh seluruh peserta yang hadir.
Perbankan korporasi meningkatkan penyaluran pinjaman sebesar 23% dan berpartisipasi pada pinjaman sindikasi skala besar diberbagai proyek inrastruktur dan bisnis. Perbankan konsumen tumbuh mengesankan, yang ditunjang peningkatan pesat bisnis KPR dan kartu kredit. Peluncuran produk-produk baru pada perbankan komersial telah meningkatkan penyaluran pinjaman sebesar 25,8%. Berbagai pencapaian ini menunjukkan pola yangselaras dengan strategi bisnis BNI,Sebagai bagian business model yang baru, BNI menerapkan business model berbasis kinerja untuk meningkatkan produktivitas. Dalam proses ini, dan mulai melakukan desentralisasi kewenangan untuk beberapa aspek pengambilan keputusan manajemen tertentu di tingkat sentra kredit menengah. Divisi Teknologi Informasi bekerja keras menambah 442 unit ATM barupada 2008, atau meningkat 18% dibanding 2007, meluncurkan layananan baru, serta memperluas jaringan merchant. Langkah-langkah ini adalah penjabaran dari strategi meningkatkanpendapatan yang berulangdan peningkatan produktivita GCG.
praktik GCG telah dijalankan dan berfungsi baik selama terjadi turbulensi ekonomi pada paruh kedua 2008.
BAB IV
KENDALA PADA PELAKSANAAN DOKTRIN FIDUCIARY DUTY PIMPINAN/CEO KANTOR BNI WILAYAH PEMUDA MEDANDALAM
MEMILIH LANGSUNG PEGAWAI
A. DoktrinFiduciary DutyPimpinan/CEO BNI Wilayah Pemuda
Teori fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undang-undang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan pribadi seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasan-bawahan sesaat. Orang yang mempunyai kewajiban ini harus melaksanakannya berdasarkan suatu standar dari kewajiban(standard of duty) yang paling tinggi sesuai dengan yang dinyatakan oleh hukum.Sedangkanfiduciary ini adalah seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil (trustee) atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu yang berperan sebagaiwakil, dalam hal ini peran tersebut didasarkani kepercayaan dan kerahasiaan (trust andconfidence) yang dalam peran ini meliputi, ketelitian (scrupulous), itikad baik (good faith), dan keterusterangan (candor).Fiduciary ini termasuk hubungan seperti atau pengelola, pengawas, wakil atau wali, dan pelindung (guardian). Termasuk jugadi dalamnya seorang lawyer yang mempunyai hubunganfiduciarydenganclient-nya.88
Menurut Charles O Kelley,Jr, dari sisi perseroan, fiduciary memiliki fungsi sebagai berikut :
“In the corporate setting, fiduciary has two quite different functions. First, it instruct director to be absolutely fiar and candidin pursuing personal interests. Thus, the duty of loyality makeit wrongful for the directors to unfairly compete with her corporation or to unfairly divertcorporate resources and opportunities to her personal use . Second fiduciary duty thedescribe bounds of acceptable conduct for directors in carrying out their individual and collective duty to manage the corporation. In both of these functions, fiduciary duty raises a core issue how to optimacally reduce the possibility that the directors will favour personal interest over the corporation ’s interests.”
1. Penerapan Good Corporate Governance pada karakter Berani Tidak Populer
telah diyakini, tidak bimbang, walau ditentang banyak orang , harus berpikir kedepan. Bukan hanya diri, keluarga, dan koleganya yang dipikirkan, tetapi juga peduli dengan nasib orang lain, terutama orang -orang yang dipimpinnya dan yang paling penting demi kemajuan perusahaan yang dipimpinnya.
BNI butuh pemimpin yang berani tidak populer di semua level kepemimpinan. Ibarat perang, saat ini berperang untuk menjadi The Bank ofchoice, maka dibutuhkan pemimpin yang berkarakter, pemimpin yang berani tidak populer disemualevel, butuh gaya “cerewet dan marah- marah” diwilayah semua pemimpin.
Good corporate governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar, berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.Penerapan GCG juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan good governance pada umumnya diIndonesia. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan Pemerintah yang bersih dan berwibawa.89
89Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia 2006 ini merupakan
Menurut Paul Kugman runtuhnya perekonomian Indonesia juga disebabkan karenatidak adanya Good Corporate Governance didalam pengelolaan perusahaan, kajian Booz-Allen dan hamilton tahun 1998menunjjukkan bahwa indeks Good Corporate Governancedi indonesia adalah yang paling rendah di asia timur yaitu (2,88)%, dibandingkan Malaysia (7,72), Thailand (4,89), singapura (8,93), dan Jepang(9,17). Perhitungan Indeks adalah 0untuk kondisi paling buruk dan indeks 104 untuk kondisi paling buruk.90
Penerapan good corporate governance (GCG) dapat didorong dari dua sisi, yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika(ethical driven) datang dari kesadaran individu- individupelaku bisnis untuk menjalankan praktik bisnis yang mengutaman kelangsungan hidup perusahaan, kepentingan stakeholders, dan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat. Di sisi lain, dorongan dari peraturan(regulatory driven) “memaksa” perusahaan untuk patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua pendekatan ini memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dan seyogyanya saling melengkapi untuk menciptakan lingkungan bisnis yang sehat.91
Prinsip-prinsip good corporate governance selalu mengalami evolusi dalam\perkembangan dunia bisnis. Kebutuhan akan prinsip-prinsip good corporate governanceberawal dan kebangkitan beberapa perusahaan-perusahaan besar di dunia
90Good Corporate Governance, Djalil A sofyan, disampaikan pada seminar Corporate Governancedi Universitas Sumatera Utara pada tanggal 26 Juni 2000, hal. 3
91Sambutan Ketua Komite Nasional Kebyakan Governance, Mas Aehmad Daniri, Jakarta, 17
dikarenakan tidak diterapkannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik Adanya praktek korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) sebagai wujud tata kelola perusahaan yang buruk mengakibatkan terjadinya kompetisi bisnis yang tidak sehat. Aktivitas bisnis yang baik merupakan indikator dari pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tujuan umum dari penelitian ini adalah meneliti implementasi prinsip-prinsip good corporate governance di BNI Wilayah Pemuda Medan sebagai BUMN perbankan. Selain itu juga bermaksud untuk mengetahui apakah terdapat kendala dalam implementasi prinsip-prinsip good corporate governance dan berusaha mencari solusi yang terbaik.
Menunjuk Peraturan Bank Indonesia nomor 8/ 14/PBI/2006 tentang “Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum” dan Surat Edaran Bank Indonesia nomor 9/ 12/DPNP, tanggal 30 Mei 2007, perihal “Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum”, maka kami manajemen BNI (Persero, Tbk) Kantor Wilayah Pemuda Medan dengan ini menyampaikan Laporan Penerapan Tata Kelola Pemsahaan Yang Baik (Good CorporateGovernance) periode tahun 2010 sesuai dengan pedoman yang terkandungdidalanmya.
sesuatu tindakan yang mudah karena terkait dengan penyempurnaan kultur suatu perusahaan yang tentusaja berkaitan erat dengan perubahan perilaku personal-personal yang menjalankan perusahaan tersebut. Namun jika semua pihak menyadari bahwa penyempurnaan GCG akan membawa dampak positif, maka upaya penyempurnaan tidak akan berhenti.92
BNI juga menggunakan konsultan untuk proyek yang bersifat khusus misalnya terkait dengan pengembangan produk atau SDM dan didasarkan pada kontrak yang jelas meliputi lingkup kerja, tanggung jawab jangka waktu pekerjaan, dan biaya. Konsultan tersebut merupakan Pihak Independen yang memiliki kualifikasi untuk mengerjakan proyek yang bersifat khusus. Pemilihan konsultan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.93
Lingkup implementasi GCG di BNI, sangat luas dan menyeluruh sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan usaha, proftabilitas, nilai tambah untuk seluruh stakeholders, serta meningkatkan kemampuan agar keberlangsungan usaha jangka panjang dapat dicapai. Oleh sebab itu prinsip-prinsip GCG harus diimplementasikan dalam koridor pelaksanaan visi dan misi BNI.94
B. Pengembangan Kompetensi Pegawai
Untuk mencapai kinerja unggul, BNI meyakini bahwa pegawai adalah aset utama yang harus dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk itu BNI
92http://Tata-Kelola-Perusahaan-Good-Corporate-Governance.htmPenerapan Tata Kelola Perusahaanyang baik secara luas dan menyeluruh di BNI,hlm.2.diakses 11 Mei 2012.
93 Wawancara dengan Tetty, Pengawas Internal BNI Pemuda pada tanggal 04 Mei, pukul
18.30 Wib
memberi perhatian khusus terhadap upaya pengembangan kompetensi pegawai yang fokus, terarah dan berkelanjutan.Sejalan dengan kebijakan Manajemen SDM BNI yang berbasis kompetensi, maka kompetensi memilikiporsi perhatian yang dominan.Pola-pola pengembangan pegawai dilakukan berdasarkan hasil gap analysis.Untuk hal ini, telah dilakukan beberapa inisiatif sebagai berikut:95
1. Kinerja karyawan diukur berdasarkan KPI (key performance indicator) dalam halhasil dan kompetensi. Bagian Sumber Daya Manusia (HRD) terus menerus memonitor dan ulasan KPI untuk memastikan terpenuhinya persyaratan Bank. 2. Remunerasi, pihak manajemen BNI memiliki komitmen untuk memastikan bahwa
skala gaji karyawan tetap sangat kompetitif di pasar dalam rangka untuk menarik dan mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan mengelola produktifitas. Sebagai bagian dari komitmen ini, BNI telah melakukan review terhadap sistem remunerasi berbasis kinerja dengan mempertimbangkan kepentingan relatif dari pekerjaan yang dilakukan, dan kemudian mengujinya dengan syarat-syarat standar internasional yang telah terbukti, serta pelaksanaannya variabel sistem pembayaran atas dasar prestasi dan pencapaian karyawan, membentuk bagian integral dari strategiremunerasi.
3. Kompetensi Karyawan, BNI meyakini bahwa karyawan adalah aset utama yang harus dipelihara dan dipertahankan ditingkatkan kualitasnya dalam rangka mencapai tujuannya keunggulan kinerja. Oleh karena itu, BNI menempatkan
95Laporan Tahunan BNI 2006,Tata Kelola Perusahaan Good Corporate Governance, 2006,
penekanan pada fokus terarah dan upaya terus mengembangkan kompetensi karyawan. Dominan fokus pada kompetensi ini sejalan dengan kebijakan manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi di BNI. Pengembangan karyawan dilakukan berdasarkan hasil analisis GAP.
C. Sumber Daya Manusia
Dalam rangka menciptakan hubungan industrial yang harmonis dinamis dan berkeadilan yang mendukung peningkatan produktivitas kerja dan kesejahteraan pegawai, Manajemen mengadakan kerjasama sena menjalin kemitraan dengan Serikat Pekerja BNI(SP BNI). Dalam kaitan ini, SP BNI tidak hanya menuntut kesejahteraan, tetapi juga ikutserta memikirkan upayapeningkatan kinerja dan produktivitas pegawai. Sebagai wujud dari kemitraan tersebut di atas, telah pula dilakukan pertemuan-pertemuan dengan melibatkan SP BNI baik secara rutin maupun insidentil guna membahas kebijakan di bidang kepegawaian dan permasalahan hubungan industrial. Salah satu bentuk kemitraan yang telah dilaksanakan pertemuan LKS Bipartit dan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) 2008 yang telahdisepakati dan ditandatangani oleh Manajemen dan Serikat Pekerja untuk yang keempat kalinya sejak tahun 2001.
Dalam Peraturan Bank Indonesia tersebut ditegaskan bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip GCG minimal harus diwujudkan dalam:96
1. Efektivitas tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi;
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite 3. Penanganan benturan kepentingan;
4. Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5. Pelaksanaan tugas fungsi Audit intern 6. Penerapan fungsi auditekstern
7. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern
8. Penyediaan dana kepada pihak terkait(related party) Dan penyediaan dana besar (large exposure);
9. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank.
BNI telah berkomitmen untuk melaksanakanTata Kelola Perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG) dalam seluruh kegiatan operasionalnya. Komitmen tersebut diwujudkan dengan penandatangananpernyataan Komitmen melaksanakan GCG oleh seluruh Direksi dan Pemimpin Divisi padasaat penutupan Rapat Kerja di akhir tahun2006 dan komitmen tersebut akan diperbaharui setiap tahun.
dengan GCG, antara lain dengan Bank Indonesia, Bursa Efek Surabaya dan Kementerian BUMN.97
BNI senantiasa mengikuti dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan prinsip GCG.Di tahun 2006 lalu, BNI telah melakukan self assessment penerapan GCG sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG pada Bank Umum yang telah diubah dengan PBI No.8/14/PBI/2006. Kelemahan yang ditemukan sebagai hasil dari self assesment tersebut akan menjadiprioritas bagi upaya perbaikan secara berkesinambungan di masa mendatang.
D. Laporan PelaksanaanGood Corporate Governanceserta Pelaporan Internal Arah strategis bank BNI menuntut dilakukannya upaya terpadu di setiap tingkat organisasi Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendorong tercapainya tujuan akhir yaitu pemenuhan kepuasan nasabah. Disini, Divisi SDM antara lain diharapkan mampu berperan dalam mengubah paradigina operasional BNI menjadi suatu lingkungan yangberporos pada kepuasan nasabah(CustomerCentric).Untuk itu, Divisi SDM bersama dengan divisi terkait lainnya telah mengembangkan rencana Cctak Biru SDM untuk menumbuhkan dan memperkokoh nilai-nilai budaya unggul PRINSIP yaitu Profesionalisme, Integritas, Orientasi pada Nasabah, dan Perbaikan Tanpa Henti, diantara karyawan BNI.
97Laporan Tahunan BNI 2006,Tata Kelola Perusahaan Good Corporate Governance, 2006,
Upaya manajemen BNI untuk meraih kinerja unggul serta kualitas layanan yang prima ditujukan untuk meningkatkan nilai bagi nasabah dan stakeholder lain. Hal ini membutuhkan implementasi strategi SDM yang presisi, penciptaan sistem dan lingkungan pendukung yang selaras, serta budaya kerja yang mengedepankan semangat kebersamaan,ketcrbukaan, profesionalisme, dan akuntabilitas.Implementasi cetak biru SDM dilakukan melalui upaya-upaya secara terarah di 8 bidang. Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program-program tersebut sepanjang tahun 2008 terlihat meningkat berkat adanya kesadaran di antara personil Divisi SDM terhadap arah strategi pertumbuhan BNI yang baru, dan peningkatan lebih lanjut terus diupayakan pada bidang seperti di bawah ini :98
1. Perencanaan SDM
Pada tahun 2008, Divisi SDM telah mengembangkan perencanaan SDM yang rinci meliputi proses identifikasi supply-demand pegawai dari sisi jumlah maupun kompetensi, desain program-program pengembangan kompetensi, serta perencanaan sukses untuk menjamin ketersediaan pegawai secara berkesinambungan.Perencanaan SDM disusun sebagai bagian terpadu dari rencanakerja dan target kinerja BNI, sehingga Divisi SDM dapat lebih berkontribusi pada pencapaian target peningkatan kinerja BNI.
2. Rekrutmen
98 Tata Kelola Perusahaan BNI, Coorporate Governace - Code of Conduct,
Rekrutmen pegawai dilakukan secara internal melalui penempatan tugas pegawai (jobposting) maupun rekrutmen dari sumber eksternal. Rekrutmen internal diselenggarakan melaluiOffcer Development Program (ODP), sedangkan rekrutmen eksternal dilakukan melalui seleksi lulusan baru(fresh graduates)maupun rekrutmen tenaga profesional. MelaluiEarly Recruitment Program (ERP), BNI menjalin kerja samadengan berbagai universitas terkemuka dalam bentuk penyediaan beasiswa dan pelatihan kerja untuk mahasiswa yang direkrut sebagai persiapan mengisi posisi Bank Offcer di BNI.
3. Pengelolaan Kinerja
Pengelolaan kinerja BNI diukur berdasarkan tiga skala pengukuran untuk konsistensi hasil-hasil yang dicapai dalam jangka panjang:
a. Pengelolaan kinerja BNI diukur berdasarkan target keuangan dan operasional b. Pengelolaan kinerja Unit Kerja diukur melalui perangkat
PerformanceMeasurementSystem(PMS) sebagai metodaUnit Scorecard.
prestasi terhadap semua pegawainya sesuaidengan data yang ada dibagian personalia.99
Setelah proses perekrutan karyawan, seleksi, dan diangkat, selanjutnya tugas manajemen sumber daya manusia adalah mengembangkan keterampilan karyawan agar lebih sesuai dengan pekerjaan dan sasaran organisasi. Pengembangan meliputi baik pelatihan untuk meningkatkan keterampilandalam melaksanakan pekerjaan tertentu maupun pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan umum dan pemahaman atas keseluruhan lingkungan perusahaan.
E. Corporate Governance sebagai Struktur
Corporate Governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan urusan perusahaan dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.100
Dengan telah dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan PBI Nomor 8/14/PBI/2006, dianggap perlu diatur ketentuan pelaksanannya dalam SE BI perihal Pelaksanaan Good Corporate Governancebagi Bank Umum untuk mempermudah penerapannya olen Bank.
99Anwar Prabu Mangkunegara,Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2007, hal. 69
100http://www.scrib.com/doc/23185429/Thesis-Good-Corporate-Govemance. terakhir Diakses
Pokok-pokok penjelasan dalam SE BI ini:
a. Memperjelas difinisi independen atau independensi bagi Komisaris Independen dan Pihak Independen termasuk Presiden Direktur.
b. Memperjelas rata cara melakukan self assessment pelaksanaan Good Corpsorate Governance(GCG).
c. Memperjelas aspek-aspek yang perlu diungkap dalam Laporan Pelaksanaan GCG.
Persyaratan yang ditetapkan agar seseorang dapat menjadi Komisaris Independen, Pihak Independen dan Presiden Direktur :
a. Seseorang dapat menjadi Komisaris Independen/Pihak Independen apabila tidak memiliki:
1) Hubungan keuangan, yakni apabila memperoleh penghasilan, bantuan / keuangan atau pinjaman dari anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau Direksi (pengurus) Bank, dari perusahaan yang PSP nya pengurus Bank, dan dari Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank.
2) Hubungan kepengurusan, yakni apabila menjadi pengurus pada perusahaan dimana Dewan Komisaris Bank lainnya menjadi pengurus, menjadi pengurus pada perusahaan yang PSP nya pengurus Bank, dan menjadi pengurus atau Pejabat Eksekutif pada perusahaan PSP Bank.
b) menerima/memberi penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman dari/kepada Bank yang menyebabkan pihak yang memberi bantuan, memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak yang menerima bantuan, seperti pihak terafiliasi dan/atau pihak yang melakukan transaksi keuangan dengan bank (debitur inti dan deposan inti).
b. Seseorang dapat menjadiPresiden Direktur apabila tidak memiliki
1) Hubungan keuangan, yakni apabila menerima penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman dari PSP Bank;
2) Hubungan kepengurusan, yakni apabila menjadi pengurus dan Pejabat eksekutif pada perusahaan PSP Bank; dan
3) Hubungan kepemilikan, yakni apabila menjadi pemegang saham pada perusahaan PSP Bank, dan/atau pemegang saham Bank bersama PSP Bank, kecuali kepemilikan yang berasal dari management shares option program (MSOP) Bank yang besarnya tidak lebih dan 5% (lima perseratus) dari modal disetor Bank.
c. Dalam penjelasan diatas, yang dimaksud PSP Bank adalah pemegang saham Bank sampai dengan pengendali akhir(ultimate shareholders)Bank.
a. Mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia dengan dilampiri surat pernyataan independen.
b. Dilakukan penelitian terhadap independensi yang bersangkutan, yang meliputi hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dengan anggota Dcwan komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali serta hubungan dengan Bank yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
c. Tidak tercatat dalamtrack recordpada Bank Indonesia.
Terkait dengan Pasal 20 yang mcnyatakan bahwa Presiden Direktur wajib berasal dari pihak yang independen terhadap PSP, apakah seorang, Presiden Direktur yang memiliki ‘saham Bank dikatagorikan sebagai PSP Bank? Jika yang bersangkutan sebagai pihak pengendali, apakah yang bersangkutan dapat memenuhi persyaratan sebagai Presidcn Direktur.
Sesuai Pasal 1 angka 4 PBI tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fitand Proper Test), bahwa seseorang yang dinyatakan sebagai PSP, tidak hanya yang memiliki saham 25% atau lebih tetapi juga memiliki saham kurang dah 25% namun dapat dibuktikan melakukan pengendalikan.
Dengan memperhatikan kedua butir diatas, apabila Prcsiden Direktur memiliki Bank maka yang besangkutan tergolong sebagai pengendali Bank atau menjadi PSP Bank, sehingga tidak dapat menjadi Presiden Direktur. Namun untuk azas fairness, kepemilikan saham yang berasal dari management shares option program (MSOP) Bank dengan kepemilikan saham Bank tidak lebih dari 5% (lima perseratus) dapat dikecualikan sebagai kepemilikan saham dimaksud.
Mantan anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif yang melakukan tugasfungsi pengawasan, tidak dapat menjadi Komisaris Independen/Pihak Independen pada Bank yang sama, apabila aktifitas di fungsi pengawasan kurang dari 1 (satu) tahun/kurang dan 6 (enam) bulan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan rapat dengan menggunakan teknologi telekonferensi:
a. Dasar keputusan penyelenggaraan rapat, misalnya ketentuan intern Bank dan risalah rapat;
b. Bukti rekaman penyelenggaraan rapat;dan ,
c. Risalah rapat yang telah ditandatangani oleh seluruh peserta yang hadir.
Pelaksanaan Bank dalam melakukan self-assessment pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Self assessment GCG dilakukan dengan mengisi Kertas KerjaSelf AssessmentGCG yang telah ditetapkan, yang meliputi 11 (sebelas) Faktor Penilaian, dengan cara:
a. Menetapkan Nilai Peringkat per Faktor, dengan melakukan Analisis Self Assessment dengan cara membandingkan Tujuan dan Kriteria /lndikator yangtelah ditetapkan dengan kondisi Bank yang sebenarnya.
b. Menetapkan Nilai Komposit hasi1 self assessment, dengan cara membobot seluruhFaktor, menjumlahkannya dan selanjutnya memberikan Predikat Kompositnya.
c. Dalam penetapan Predikat, perlu diperhatikan batasanberikut :
1) Apabila dalam penilaian seluruh Faktor terdapat Faktor dengan Nilai Peringkat 5, maka Predikat Komposit tertinggi yang dapat dicapai Bank adalah “Cukup Baik”;
2) Apabila dalam penilaian seluruh Faktor terdapat Faktor dengan Nilai “ Peringkat 4, maka Predikat Komposit tertinggi yang dapat dicapai Bank adalah “Baik”.
a. Apabila hasil pelaksanaan sey assessment GCG Bank menunjukkan perbedaan yang material yakni mengakibatkan hasil Predikat Komposit yangberbeda, maka Bank wajib menyampaikan revisi hasil pelaksanaan self assessment GCG Bank tersebut sccara lengkap kepada Bank Indonesia.
b. Revisi hasil self assessment pelaksanaan GCG Bank tersebut, harus dipublikasikan dalam Laporan Kenangan Publikasi Bank pada periodeterdekat, meliputi Nilai.
1. Transparency
Keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan dalamproscs pengambilan keputusan.
2. Accountability
Kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungiawaban organ bank sehingga pengelolaan berjalan efektif.
3. Responsibility
Kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Upaya penyempurnaan GCG yang dilakukan oleh BNI adalah merumuskan sistem dan prosedur nominasi Direksi dan dewan komisaris serta sistem penilaian kinerja Direksi/ Dewan Komisi disamping itu divisi/unitterkait di BNI sedang merumuskan system pelaporan pelanggaran (whistle blowing system) yang sampai saat ini masih dalam proses pembahasan. Tantangan dan kendala dalam penerapan GCG di BNI terutama dalam menghadapi masa kritis global saat ini memerlukan kesungguhan dan tekad yang kuat terutama dari Direksi, Dewan Komisaris, pemegang saham, pegawai serta semua pihak yang terkait agar GCG tetap dapat diterapkan dan ditegakkan BNI. Wujud dari kesungguhan dan tekad yang kuat dari direkssi, dewa komisaris danpegawai BNI atar lain adalah dengan di tandatanaganinya Komitmen Pelaksaan GCG secara berkala setiap tahu yang pada intinya menyatakan untuk melaksanakan GCG dalam seluruh kegiatan operasionalnya.
perencanaan SDM disusun sebagai bagian terpadu dari rencana kerja dan target kinerja BNI sehingga divisi SDM dapat lebih berkontribusi pada pencapaian target peningkatan kinerja BNI rekrutmen.
3. Rekrutmen pegawai dilakukan secara internal melalui penepatan tugas pegawai (jobposting) maupun rekrumen dari sumbereksternal rekrumen internal diselegarakan melaluioffcer development program (ODP), sedangkan rekrutmen Eksternal di lakukan melalui seleksi lulusan baru (fresh graduets) maupun rekrutmen tanpa professional. Melalui early recruitment program ( ERP),BNI menjalani kerja sama dengan berbagai universitas terkemuka dalam bentuk penyediaan biasiswa dan pelatihan kerja untuk mahasiswa yang direkrut sebagai persiapan mengisi posisi Bank Officer di BNI. Sebagai institusi yang bergerak di bidang perbankan, BNI dalam melaksanakan implementasi GCG tetap berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/8/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance.Bagi Bank Umum yang telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate GovernanceBagi Bank Umum.
B. Saran
menciptakan kelangsungan perusahaan ditengah persaingan usaha bisnis. Perbankan BNI dan situasi krisis ekonomi global karena hanya perusahaan yang memiliki, mempertahankan dan melaksanakan komitmen penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang mampu bertahan dalam berbagai kondisi perubahan zaman.
2. Bahwa pelaksanaan pengembangan karir di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kanwil Pemuda Medan sebenarnya telah melakukan hal-hal yang positif dengan mengadakan pelatihan, pendidikan, penilaian, mutasi dan promosi, namun alangkah baiknya jika hal tersebut dilakukan dengan lebih terperinci lagi dan secara transparan sehingga pegawai tidak merasakan adanya ketidakadilan atau timpang perlakuan dalam setiap kegiatan, sehingga dapat meningkatkan mutu pekerjaan pegawai.