• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Terhadap Kedudukan Akta Wasiat Yang Tidak Diketahui Oleh Ahli Waris Dan Penerima Wasiat Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Terhadap Kedudukan Akta Wasiat Yang Tidak Diketahui Oleh Ahli Waris Dan Penerima Wasiat Chapter III V"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

AKIBAT HUKUM PEMBAGIAN WARISAN APABILA PADA AKHIRNYA DIKETAHUI ADANYA AKTA WASIAT.

C. Akibat Hukum Terhadap Pelaksanaan Akta Wasiat Yang Tidak Diketahui

Hukum Waris menurut para sarjana pada dasarnya adalah peraturan yang

mengatur perpindahan kekayaan seorang yang meninggal dunia kepada satu atau

beberapa orang lain). Intinya adalah peraturan yang mengatur akibat-akibat hukum

dari kematian seseorang terhadap harta kekayaanya, yang berwujud: perpindahan

kekayaan si pewaris dan akibat hukum perpindahan tersebut bagi para ahli waris, baik

dalam hubungan antara sesama ahli waris maupun antara mereka dengan pihak

ketiga.114

Mulai terhitung sejak meninggalnya pewaris, maka hak dan kewajibannya

demi hukum akan beralih kepada para penerima waris. Dengan demikian,

berdasarkan ketentuan Pasal 834 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, penerima

waris berhak menguasai kekayaan pewaris (boedel) berlandaskan pada haknya sebagai penerima waris dari pewaris. Klaim ini serupa dengan klaim kepemilikan

lainnya dalam arti bahwa hak tersebut dapat ahli waris pertahankan terhadap siapapun

juga (ahli waris lainnya) yang memiliki klaim sama.115

114

J. Satrio, Op.cit, hal 8.

115

(2)

Pewaris sebagai pemilik harta mempunyai hak mutlak untuk mengatur apa

saja yang dikehendaki atas hartanya. Ini merupakan konsekuensi dari hukum waris

sebagai hukum yang bersifat mengatur.116

Membuat wasiat (testament) adalah perbuatan hukum, seseorang menentukan tentang apa yang terjadi dengan harta kekayaannya setelah meninggal dunia. Harta

warisan seringkali menimbulkan berbagai masalah hukum dan sosial, oleh karena itu

memerlukan pengaturan dan penyelesaian secara tertib dan teratur sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Surat wasiat merupakan keinginan terakhir dari pewaris mengenai harta

pewaris, yang mana kehendak terakhir itu dapat berupa pengangkatan ahli waris,

hibah wasiat, pengangkatan executeur testamenter, dan terkadang ada juga memasukan pengakuan anak didalam wasiat.117

Surat Wasiat (testament) adalah sebuah akta yang berisi pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya terjadi setelah ia meninggal, yang dapat dicabut

kembali olehnya.

118

116

Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal 2-3

Karena wasiat harus dibuat dalam sebuah akta, maka syarat

wasiat adalah “tertulis” (dalam bentuk surat wasiat). Ucapan dan kehendak Pewaris

sewaktu masih hidup tentang apa yang dikehendakinya kelak terhadap boedel waris, jika tidak dituangkan kedalam bentuk tertulis (akta/surat), tidak dapat dikatakan

117

Sutrisno, Komentar Undang-Undang Jabatan Notaris, (Medan: Rineka Cipta, 2007), hal 459-460.

118

(3)

sebagai sebuah wasiat. Selama pewaris belum meninggal dunia, surat wasiat itu dapat

dirubah atau dicabut kembali olehnya. Karena sifatnya pernyataan kehendak, maka

surat wasiat bersifat sepihak dari sisi pewaris, dan tidak membutuhkan persetujuan

dari ahli waris. Sifat utama surat wasiat adalah mempunyai kekuatan berlaku sesudah

pembuat surat wasiat meninggal dunia dan tidak dapat ditarik kembali.119

Surat wasiat hanya boleh dibuat, dengan akta olographis atau ditulis tangan sendiri, dengan akta umum atau dengan akta rahasia atau akta tertutup.120

Sesuai isi Pasal 932-940 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Surat Wasiat

dibuat dalam bentuk akta dengan melibatkan notaris, baik notaris sebagai pembuat

akta ataupun sebagai tempat penitipan akta. Selanjutnya Dalam menjalankan

jabatannya, notaris berkewajiban: mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud

dalam huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat

Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu

5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya.121

119

Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal 85

Namun di dalam

Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris tidak meyebutkan

mengenai denda dari tiap-tiap keterlambatan, baik keterlambatan tentang daftar akta

wasiat kepada Balai Harta Peninggalan dan keterlambatan tentang pengiriman

pencatatan reportorium.

120

Pasal 931 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

121

(4)

Sebelum menjalankan sebuah wasiat ahli waris harus mengetahui terlebih

dahulu apakah wasiat tersebut memenuhi syarat untuk dilaksanakan sesuai dengan

peraturan yang telah ada dan apakah wasiat tersebut sudah memiliki kekuatan

pembuktian yang sempurna sesuai dengan kewajiban pembuatan wasiat yang terdapat

pada Pasal 932-940 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Untuk memudahkan

pemeriksaan adanya akta wasiat dan untuk menyatukan data wasiat pendaftaran akta

wasiat sangat perlu dilaksanakan oleh notaris.

Adapun yang merupakan syarat-syarat wasiat terdiri:

1. Syarat-syarat untuk membuat suatu wasiat:122

a. Pembuat testament harus mempunyai budi akalnya, artinya tidak boleh membuat testament ialah orang sakit ingatan dan orang yang sakitnya begitu berat, sehingga ia tidak dapat berpikir secara teratur.

b. Orang yang belum dewasa dan yang belum berusia 18 tahun tidak dapat

membuat testament.

2. Syarat-syarat isi wasiat sebagai berikut:123

a. Jika testament memuat syarat-syarat yang tidak dapat dimengerti atau tak mungkin dapat dilaksanakan atau bertentangan dengan kesusilaan, maka hal

yang demikian itu harus dianggap tak tertulis.

122

Pasal 895- 897 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

123

(5)

b. Jika di dalam testament disebut sebab yang palsu, dan isi dari testament itu menunjukkan bahwa pewaris tidak akan membuat ketentuan itu jika ia tahu

akan kepalsuannya maka testament tidaklah syah.

c. Suatu testament adalah batal, jika dibuat karena paksa, tipu atau muslihat. d. Suatu ketetapan wasiat yang dibuat untuk keuntungan orang yang tidak cakap

untuk mendapat warisan, adalah batal.

3. Syarat-syarat pembuatan akta wasiat berdasarkan bentuknya:

a. Wasiat olographis harus seluruhnya ditulis tangan dan ditandatangani oleh pewaris. Wasiat ini harus dititipkan oleh pewaris kepada Notaris untuk

disimpan.124

b. Wasiat dengan akta umum harus dibuat di hadapan Notaris dan dua orang

saksi.125

c. Bila pewaris hendak membuat surat wasiat tertutup atau rahasia, Pewaris juga

harus menyampailkannya dalam keadaan tertutup dan disegel kepada

Notaris126

4. Syarat-syarat pendaftaran wasiat oleh notaris:

a. Notaris berkewajiban mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam

huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat

124

Pasal 932 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

125

Pasal 938 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

126

(6)

Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam

waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya.127

Selain larangan-larangan tersebut di atas yang bersifat umum di dalam hukum

waris terdapat banyak sekali larangan-larangan yang tidak boleh dimuat dalam

testament. Di antara larangan itu, yang paling penting ialah larangan membuat suatu ketentuan sehingga legitieme portie (bagian mutlak para ahli waris) menjadi kurang dari semestinya yang diatur dalam Pasal 913 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pasal 898 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berisi: “Kecakapan seorang

yang mewariskan, harus ditinjau menurut kedudukan dalam mana ia berada, saat

surat wasiat dibuatnya.” Hal ini berarti bahwa kecakapan dari si pembuat wasiat

tersebut dinilai menurut keadaan pada saat membuat surat wasiat. Bukti bahwa si

pembuat wasiat sebelum atau sesudah membuat surat wasiatnya itu berada dalam

keadaan normal dan sadar harus dianggap telah cukup membuktikan bahwa ia pada

saat pembuatan surat wasiat itu berada dalam keadaan tersebut.128

Seseorang yang sedang dalam keadaan kurang waras telah membuat surat

wasiat dan kemudian setelah itu menjadi normal dan masih hidup lama, maka apabila

ia tidak mengubah surat wasiatnya, surat wasiat tersebut tetap tidak sah. Sebaliknya,

apabila surat wasiat yang sudah dibuat dengan sah tetap berlaku dan tidak menjadi

127

Pasal 16 ayat 1 huruf (i) Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

128

(7)

gugur meskipun si pewaris kemudian kehilangan kecakapannya untuk membuat surat

wasiat. 129

Ketidaksehatan dari suatu akal pikiran dapat bersifat tetap dan dapat juga

bersifat sementara, misalnya dalam hal mabuk, sakit panas yang sangat tinggi dan

dibawah hipnotis, orang-orang yang lemah pikirannya, kurang akal sehatnya, maka

surat wasiat tersebut dianggap tidak sah. Begitu juga seseorang yang mengalami

gangguan jiwa, untuk itu diperlukan bantuan seorang ahli jiwa.

Setelah memeriksa isi wasiat tersebut, dapat ditentukan wasiat tersebut dapat

dilaksanakan atau tidak. Bila semua syarat pembuatan wasiat telah terpenuhi maka

wasiat harus dilaksanakan terlebih dahulu baru kemudian dapat dilaksanakan

pembagian warisan secara ab intestato.

Bila ada yang tidak memenuhi syarat sahnya maka ada konsekuensi hukum

yang berlaku, yaitu:

1. Wasiat batal atau gugur karena tidak memenuhi ketentuan-ketentuan pembuatan

akta wasiat

a. Pasal 893 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : “Surat-surat wasiat yang

dibuat akibat paksaan, penipuan atau akal licik adalah batal”.

b. Pasal 897 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Anak-anak di bawah umur

yang belum mencapai umur delapan belas tahun penuh, tidak diperkenankan

membuat surat wasiat.”

129

(8)

c. Pasal 879 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Pengangkatan ahli waris

yang bersifat melompat atau substitusi fidelcommissaire adalah dilarang.” d. Pasal 911 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Suatu ketetapan wasiat

yang dibuat untuk keuntungan orang yang tidak cakap untuk mendapat

warisan, adalah batal, sekalipun ketetapan itu dibuat dengan nama seorang

perantara.”

e. Pasal 930 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Tidaklah diperkenankan

dua orang atau lebih membuat wasiat dalam satu akta yang sama, baik untuk

keuntungan pihak ketiga maupun berdasarkan penetapan timbal balik atau

bersama.”

f. Pasal 953 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Formalitas-formalitas

yang telah ditetapkan untuk berbagai-bagai surat wasiat itu menurut

ketentuan-ketentuan dalam bagian ini, harus diindahkan, dengan ancaman

kebatalan.”

g. Pasal 997 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Semua penetapan dengan

surat wasiat yang dibuat dengan persyaratan yang bergantung pada peristiwa

yang tidak tentu terjadinya dan sifatnya, sehingga pewaris harus dianggap

telah menggantungkan pelaksanaan penetapannya dengan terjadi tidaknya

peristiwa itu, adaIah gugur, bila ahli waris atau penerima hibah yang

(9)

h. Pasal 999 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Suatu hibah wasiat gugur,

bila barang yang dihibahwasiatkan musnah sama sekali semasa pewaris masih

hidup.”

i. Pasal 1000 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Suatu hibah wasiat

berupa bunga, piutang atau tagihan utang lain kepada pihak ketiga, gugur

sekedar mengenai apa yang pada waktu pewaris masih hidup kiranya telah

dibayar.”

j. Pasal 1001 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Suatu penetapan yang

dibuat dengan wasiat, gugur bila ahli waris atau penerima hibah yang

ditetapkan itu menolak warisan atau hibah wasiat itu, atau ternyata tidak cakap

untuk memanfaatkan hal itu.”

2. Kontrak tidak dapat dilaksanakan

Kontrak yang tidak begitu saja batal tetapi tidak dapat dilaksanakan, melainkan

masih mempunyai status hukum tertentu.

a. Pasal 888 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Dalam semua surat wasiat,

persyaratan yang tidak dapat dimengerti atau tidak mungkin dijalankan, atau

bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan, dianggap tidak tertulis.”

b. Pasal 901 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Seorang suami atau isteri

tidak dapat memperoleh keuntungan dan wasiat-wasiat isteri atau suaminya,

bila perkawinannya dilaksanakan tanpa izin yang sah, dan si pewaris telah

meninggal pada waktu keabsahan perkawinan itu masih dapat dipertengkarkan

(10)

c. Pasal 904 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Seorang anak di bawah

umur, meskipun telah mencapai umur delapan belas tahun penuh, tidak boleh

menghibahwasiatkan sesuatu untuk keuntungan walinya.”

d. Pasal 905 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Anak di bawah umur tidak

boleh menghibahwasiatkan sesuatu untuk keuntungan pengajarnya,

pengasuhnya laki-laki atau perempuan yang tinggal bersamanya, atau gurunya

laki-laki atau perempuan di tempat pemondokan anak di bawah umur itu.”

e. Pasal 906 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Dokter, ahli

penyembuhan, ahli obat-obatan dan orang-orang lain yang menjalankan ilmu

penyembuhan, yang merawat seseorang selama ia menderita penyakit yang

akhirnya menyebabkan ia meninggal, demikian pula pengabdi agama yang

telah membantunya selama sakit, tidak boleh mengambil keuntungan dan

wasiat-wasiat yang dibuat oleh orang itu selama ia sakit untuk kepentingan

mereka.”

f. Pasal 907 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Notaris yang telah

membuat wasiat dengan akta umum, dan para saksi yang hadir pada waktu itu,

tidak boleh memperoleh kenikmatan apa pun dari apa yang kiranya ditetapkan

dalam wasiat itu.”

g. Pasal 909 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Pelaku perzinaan, baik

laki-laki maupun perempuan, tidak boleh menikmati keuntungan apa pun dari

wasiat kawan berzinanya, dan kawan berzina ini tidak boleh menikmati

(11)

meninggalnya pewaris, terbukti dan putusan Hakim yang telah mempunyai

kekuatan hukum yang pasti.”

h. Pasal 912 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Orang yang dijatuhi

hukuman karena telah membunuh pewaris, orang yang telah menggelapkan,

memusnahkan atau memalsukan surat wasiat pewaris, atau orang yang dengan

paksaan atau kekerasan telah menghalangi pewaris untuk mencabut atau

mengubah surat wasiatnya, serta isteri atau suaminya dan anak-anakniya,

tidak boleh menikmati suatu keuntungan pun dari wasiat itu.”

i. Melanggar Pasal 913 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Legitieme portie

atau bagian warisan menurut undang-undang ialah bagian dan harta benda

yang harus diberikan kepada para ahli waris dalam garis lurus menurut

undang-undang, yang terhadapnya orang yang meninggal dunia tidak boleh

menetapkan sesuatu, baik sebagai hibah antara orang-orang yang masih hidup,

maupun sebagai wasiat.”

3. Wasiat sah tapi tidak dapat dilaksanakan karena wasiat tidak diketahui oleh ahli

waris dan penerima wasiat.

Wasiat yang telah sesuai dengan formalitas-formalitas yang telah ditetapkan

menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang lainnya

dapat dilaksanakan sesuai dengan isi wasiat tersebut, tetapi tidak diketahuinya

wasiat tersebut menyebabkan wasiat tersebut tidak dapat dilaksanakan oleh ahli

(12)

sampai diketahuinya wasiat tersebut dikemudian hari karena pelaksanaan wasiat

tidak mengenal daluarsa.

Secara praktik, memang lebih mudah melakukan pembagian harta peninggalan

yang berdasarkan pada surat wasiat dibandingkan dengan pembagian harta

peninggalan berdasarkan pewarisan. Asalkan wasiat yang dibuat diketahui oleh para

ahli waris, sehingga dapat dilaksanakan.130

Akta wasiat yang dibuat oleh notaris dan yang didaftarkan pada Daftar Pusat

Wasiat di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, kekuatan hukum akta

wasiat ini tidak dapat dibatalkan secara sepihak melainkan harus melalui putusan

pengadilan. Wasiat yang melalui akta wasiat lebih menjamin secara hukum, baik bagi

yang mengeluarkan wasiat maupun bagi yang menerima wasiat.

131

Notaris berkewajiban untuk melaporkan atau memberitahukan wasiat seseorang

pada 5 (lima) hari minggu pertama setiap bulannya. Jika tidak melaporkannya, maka

akta tersebut tidak berlaku sebagai akta otentik, atau dengan kata lain akta tersebut

hanya berlaku sebagai akta dibawah tangan, bahkan dapat dinyatakan batal demi

hukum.

Kelalaian notaris dengan tidak mendaftarkan wasiat ke daftar pusat wasiat

mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di

bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi

130

Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei 2015.

131

(13)

pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan

bunga kepada notaris.132

Apabila wasiat tersebut telah memenuhi syarat sah pembuatan wasiat maka

akibat hukum yang ditimbulkan dari adanya akta wasiat tersebut adalah ahli waris

berkewajiban menjalankan isi akta wasiat tersebut dan akibat hukum yang

ditimbulkan selanjutnya juga terdapat pada pembagian warisan yang telah

dilaksanakan terlebih dahulu.

Akta wasiat yang tidak diketahui tetapi telah memenuhi syarat sah pembuatan

wasiat tetaplah berkekuatan hukum dan berlaku sah sampai pada diketahuinya wasiat

tersebut dikemudian hari, karena akta wasiat tidak mengenal adanya daluarsa.133

D. Akibat Hukum Pembagian Warisan Apabila Pada Akhirnya Diketahui Adanya Akta Wasiat

Akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum

yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau akibat-akibat lain

yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh hukum yang bersangkutan

telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum.134

132

Pasal 84 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

133

Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei 2015.

134

(14)

Suatu hubungan hukum memberikan hak dan kewajiban yang telah ditentukan

oleh undang-undang, sehingga kalau dilanggar akan berakibat, bahwa orang yang

melanggar itu dapat dituntut di muka pengadilan.135

Tuntutan atau gugatan perdata dibedakan dalam dua jenis, yaitu: gugatan

wanprestasi dan gugatan melawan hukum. Adapun landasan hukum masing-masing

kedua gugatan tersebut didasarkan pada ketentuan Buku III Pasal 1243 Kitab

Undang Hukum Perdata untuk wanprestasi dan Pasal 1365 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata untuk gugatan perbuatan melawan hukum.

Pembagian warisan yang dilakukan tanpa terlebih dahulu memeriksa adanya

wasiat pada Daftar Pusat Wasiat merupakan perbuatan melawan hukum. Istilah

perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) adalah tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang

yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian

tersebut.136

Perbuatan melawan hukum telah diartikan secara luas yakni mencakup salah

satu dari perbuatan-perbuatan salah satu dari berikut:

137

1. Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain.

2. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri. 3. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan.

4. Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan dalam pergaulan masyarakat yang baik.

135

Soeroso, R. Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1992) hal 295.

136

Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

137

(15)

Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain adalah melanggar hak-hak

seseorang yang diakui oleh hukum, tetapi tidak terbatas pada hak-hak yaitu hak-hak

pribadi (persoonlijkheidsrechten), hak kekayaan (vermosgensrecht), hak atas kebebasan dan hak atas kehormatan dan nama baik.138

Perbuatan yang bertentangan dengan prinsip kehati-hatian atau keharusan

dalam pergaulan masyarakat yang baik atau yang disebut dengan istilah

zorgvuldigheid juga dianggap sebagai suatu perbuatan melawan hukum. Jadi, jika seseorang melakukan tindakan yang merugikan orang lain, tidak secara melanggar

pasal-pasal dari hukum yang tertulis masih dapat dijerat dengan perbuatan melawan

hukum, karena tindakannya tersebut bertentangan dengan prinsip kehati-hatian atau Perbuatan yang bertentangan

dengan kewajiban hukumnya sendiri adalah suatu kewajiban hukum yang diberikan

oleh hukum terhadap seseorang, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.

Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan adalah tindakan yang melanggar

kesusilaan yang oleh masyarakat telah diakui sebagai hukum tidak tertulis juga

dianggap sebagai perbuatan melawan hukum, manakala tindakan melanggar

kesusilaan tersebut telah terjadi kerugian bagi pihak lain maka pihak yang menderita

kerugian tersebut dapat meminta ganti kerugian berdasarkan atas perbutan melawan

hukum seperti yang terkandung dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata.

138

(16)

keharusan dalam pergaulan masyarakat. Keharusan dalam pergaulan masyarakat

tersebut tentunya tidak tertulis, tetapi diakui oleh masyarakat yang bersangkutan.139

Perbuatan melawan hukum dapat dijumpai baik dalam ranah hukum pidana

maupun dalam ranah hukum perdata. Sehingga dapat ditemui istilah melawan hukum

pidana begitupun melawan hukum perdata. Dalam konteks itu jika dibandingkan

maka kedua konsep melawan hukum tersebut memperlihatkan adanya persamaan dan

perbedaan.140

Terlanggarnya hak penerima wasiat disebabkan oleh adanya wasiat yang tidak

diketahui oleh ahli waris dan penerima wasiat, adalah perbuatan melanggar hukum

sehingga memberi peluang bagi penerima wasiat untuk mengajukan gugatan hukum

kepada ahli waris atas sudah terlaksananya pembagian warisan sebelumnya tanpa

sepengetahuannya ataupun tanpa keikutsertaannya. Terlebih apabila obyek wasiat

telah dijual atau dialihkan haknya kepada pihak ketiga, maka penerima wasiat berhak

menuntut haknya dikembalikan dan dipenuhi dengan alasan obyek yang dialihkan

atau dijualbelikan bukanlah milik orang yang melakukan akad jual beli atau orang

yang diberi izin oleh pemilik.

Pembagian warisan yang telah dilakukan oleh ahli waris tanpa mengetahui

adanya wasiat ini juga merupakan perbuatan melawan hukum terhadap syarat jual

beli, karena barang yang diakadkan dalam jual beli adalah bukan milik orang yang

139

Ibid.

140

(17)

melakukan akad atau yang diberi izin oleh pemilik. Jika si pemiliknya membolehkan

maka syah akadnya, jika tidak maka batal akadnya.

Jual beli barang orang lain adalah batal,141

Hukum waris perdata barat mengenal adanya hak mutlak dari para ahli waris

masing-masing untuk sewaktu-waktu menuntut pembagian dari harta warisan. Hal itu

berarti bila seseorang ahli waris menuntut pembagian harta warisan di pengadilan,

maka tuntutan dimaksud, tidak dapat ditolak oleh ahli waris yang lainnya. Hal ini

berdasarkan ketentuan Pasal 1066 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebagai

berikut :

dan serta secara eksplisit

menyangkut pasal 1083 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang pada intinya

bahwa setiap ahli waris dianggap seketika menggantikan sipewaris dalam hal

barang-barang yang dibagikan kepadanya.

1. Seseorang yang mempunyai hak atas sebagian dari harta peninggalan tidak dapat dipaksa untuk membiarkan harta benda peninggalan dalam keadaan tidak terbagi-bagi di antara para ahli waris yang ada.

2. Pembagian harta benda peninggalan itu selalu dapat dituntut walaupun ada perjanjian yang melarang hal tersebut.

3. Perjanjian penangguhan pembagian harta peninggalan dapat saja dilakukan hanya beberapa waktu tertentu.

4. Perjanjian penangguhan pembagian hanya berlaku mengikat selama lima tahun, namun dapat diperbarui jika masih dikehendaki oleh para pihak.

Di dalam gugatannya, bila ada penerima wasiat merasa dirugikan maka ada

konsekuensi hukum yang berlaku atas pembagian warisan tersebut, yaitu : Pembagian

warisan itu dapat dibatalkan karena terdapat perbuatan melawan hukum yang

141

(18)

dilakukan oleh ahli waris ab intestato kepada ahli waris testamenter, yang diuraikan dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang berbunyi: “Tiap

perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian untuk mengganti

kerugian tersebut.” Perbuatan Melawan Hukum tidak hanya bertentangan dengan

undang-undang, tetapi juga berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain

atau bertentangan dengan kewajiban orang yang berbuat atau tidak berbuat

bertentangan dengan kesusilaan maupun sifat berhati-hati, kepantasan dan kepatutan

dalam lalu lintas masyarakat.142

Ada 4 unsur Perbuatan Melawan Hukum:143

1. Adanya Perbuatan Melawan Hukum

Dikatakan Perbuatan Melawan Hukum, tidak hanya hal yang bertentangan dengan Undang-Undang, tetapi juga jika berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang memenuhi salah satu unsur berikut:

a. Berbertentangan dengan hak orang lain;

b. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri; c. Bertentangan dengan kesusilaan;

d. Bertentangan dengan keharusan (kehati-hatian, kepantasan, kepatutan) yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda.

2. Adanya unsur kesalahan

Unsur kesalahan dalam hal ini dimaksudkan sebagai perbuatan dan akibat-akibat yang dapat dipertanggungjawabkan kepada si pelaku. Unsur kesalahan dapat juga diuraikan dari adanya dolus (kesengajaan) yaitu si pembuat menghendaki dan mengetahui kesalahan yang diperbuatnya dan

culva (Kealpaan) yaitu suatu kesalahan yang dilakukan dengan tidak sengaja, atau kurang hati-hati, atau kurang pengertian.

3. Adanya kerugian

Yaitu kerugian yang timbul karena Perbuatan Melawan Hukum. Tiap Perbuatan Melawan Hukum tidak hanya dapat mengakibatkan kerugian

142

Munir Fuady, Op cit, hal 3.

143

(19)

uang saja, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian moril atau idiil, yakni ketakutan, terkejut, sakit dan kehilangan kesenangan hidup. Kerugian dapat juga diartikan sebagai bentuk kehilangan keuntungan dan kehilangan bunga yang didapat karena adanya perbuatan melawan hukum.

4. Adanya hubungan sebab akibat

Unsur sebab-akibat dimaksudkan untuk meneliti adalah hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dan kerugian yang ditimbulkan sehingga si pelaku dapat dipertanggungjawabkan.

Sedangkan ketentuan Pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

menyatakan: setiap orang bertanggung-jawab tidak saja untuk kerugian yang

disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena

kelalaiannya atau kurang hati-hatinya.144

Pembagian warisan yang telah dilakukan oleh ahli waris tanpa mengetahui

adanya wasiat memenuhi unsur pertama dan kedua dari unsur-unsur perbuatan

melawan hukum diatas yaitu : adanya perbuatan melawan hukum dan adanya unsur

kesalahan. Terdapat adanya unsur perbuatan melawan hukum yang dilakukan ahli

waris dengan tidak melakukan sesuatu berupa pemeriksaan adanya wasiat ke Daftar

Pusat Wasiat, karena dengan tidak dilakukannya pemeriksaaan adanya wasiat

menyebabkan hak orang lain yaitu penerima wasiat menjadi dirugikan. Terdapat juga

unsur kesalahan berupa kealpaan yang dilakukan ahli waris dalam pembagian warisan

tanpa memeriksa terlebih dahulu adanya wasiat, yaitu ahli waris kurang hati-hati

dalam pembagian warisan untuk terlebih dahulu memeriksa adanya wasiat ke daftar

pusat wasiat untuk menjamin kepastian pembagian warisan yang akan dilakukan.

144

(20)

Sehingga didalam gugatannya penerima wasiat berhak untuk menuntut :145

1. Dilaksanakannya isi wasiat.

2. Dibatalkannya pembagian warisan sebelumnya

3. Dibatalkannya jual beli yang telah dilakukan atas obyek wasiat yang menjadi

haknya

4. Ganti kerugian yang disebabkan oleh perbuatan ahli waris ab intestato.

Sebagai konsekuensi hukum dari tidak diketahuinya wasiat, maka kemungkinan

terjadi pemindahan atau peralihan obyek wasiat yang tidak diketahui tersebut tidak

dapat dihindari. Pembagian warisan yang telah dilakukan sebelumnya memberikan

kebebasan kepada ahli waris untuk menguasai dan melakukan perbuatan hukum

apapun atas obyek yang telah menjadi haknya.

Peristiwa hukum yang dapat menimbulkan pemilikan bersama dapat terjadi

antara lain:146

1. Jika dua orang atau lebih membeli sebuah benda untuk dimiliki secara bersama-sama.

2. Jika dua orang atau lebih mendirikan suatu badan usaha, atas keuntungan atau kekayaan perusahaan merupakan milik bersama.

3. Seorang laki-laki dan perempuan menikah tanpa membuat perjanjian perkawinan.

4. Karena memperoleh warisan

5. Menerima hibah secara bersama-sama

145

Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei 2015.

146

(21)

Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai pejabat yang berwenang membuat

akta peralihan hak, akan menggunakan surat keterangan ahli waris untuk mengetahui

siapa saja orang yang berhak atas obyek warisan tersebut, tetapi dengan tidak

sempurnanya surat keterangan ahli waris selanjutnya akan berdampak pada batalnya

akta/perjanjian yang telah dibuat untuk obyek perjanjian yang juga merupakan obyek

wasiat yang belum diketahui.

Sehingga tidak terdapat jaminan kepastian hukum mengenai penguasaan atau

peralihan hak atas tanah dari pewaris, yang diperoleh dari warisan yang merupakan

suatu peristiwa hukum secara langsung berpindah kepada ahli waris, tanpa didasari

oleh surat keterangan ahli waris yang sempurna.

Surat keterangan hak waris merupakan landasan bagi notaris untuk pengurusan

akta pemisahan dan pembagian, serta landasan juga bagi ahli waris untuk melakukan

perbuatan hukum mengenai harta peninggalan yang belum terbagi. Sehingga dalam

surat keterangan hak waris jelas kedudukan ahli waris dalam menghadap notaris.147

Dengan menggunakan surat pernyataan waris sebagai dasar pendaftaran, hal ini

tidak merupakan suatu akta yang otentik, karena hanya dibuat oleh para pihak atau

ahli waris, dan turut disaksikan oleh dua orang saksi, yang dikuatkan oleh Kepala

Desa/Kelurahan dan Camat. Apabila peralihan hak atas tanah tetap juga dilakukan

maka nantinya akan dapat menimbulkan konflik terutama terkait adanya wasiat yang

diketahui kemudian hari.

147

(22)

Pemindahan pemilikan obyek wasiat yang telah dilakukan sebelumnya tanpa

persetujuan penerima wasiat, dapat dimintakan pembatalannya oleh penerima wasiat

karena peralihan hak itu melanggar Pasal 1471 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata bahwa “Jual beli atas barang orang lain adalah batal dan dapat memberikan

dasar kepada pembeli untuk menuntut penggantian biaya, kerugian dan bunga, jika ia

tidak mengetahui bahwa barang itu kepunyaan orang lain”. Hal ini sesuai dengan asas

nemo plus juris, seseorang tidak dapat mengalihkan hak melebihi hak yang ada padanya.148 Dengan batalnya jual beli tersebut, maka jual beli tersebut dianggap tidak

pernah ada, dan masing-masing pihak dikembalikan ke keadaannya semula sebelum

terjadi peristiwa “jual beli” tersebut, yang mana hak milik atas tanah tetap berada

pada ahli waris. Karena pemindahan atau peralihan haknya tidak dilakukan oleh

pemilik obyek yang hendak dialihkan dan juga tidak mendapatkan kuasa dari pemilik

obyek yang hendak dialihkan untuk mengalihkannya.

148

(23)

BAB IV

UPAYA HUKUM AHLI WARIS UNTUK MENDAPATKAN

PERLINDUNGAN HUKUM APABILA WARISAN TELAH DIBAGI BARU KEMUDIAN DIKETAHUI ADANYA WASIAT

A. Upaya Hukum Ahli Waris Ab intestato Untuk Mendapatkan Perlindungan

Hukum Apabila Warisan Telah Dibagi Baru Kemudian Diketahui Adanya Wasiat.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ada dua cara untuk

mendapatkan warisan, yaitu:149

1. Sebagai ahli waris menurut Undang-Undang (ab intestato). Pewarisan berdasarkan undang-undang adalah suatu bentuk pewarisan dimana hubungan darah merupakan faktor penentu dalam hubungan pewarisan antara pewaris dan ahli waris.

2. Karena ditunjuk dalam surat wasiat (testament). Dalam hal ini testament

merupakan suatu akta yang memuat tentang apa yang dikehendaki terhadap harta setelah pewaris meninggal dunia dan dapat dicabut kembali (pernyataan sepihak), testament ini diatur dalam Pasal 875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Hukum waris menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berlaku asas

“apabila seseorang meninggal dunia, maka seketika itu juga segala hak dan

kewajibannya beralih kepada sekalian ahli warisnya”,150 sebagaimana diatur dalam

Pasal 833 juncto Pasal 955 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Oleh karena itu, unsur-unsur terjadinya pewarisan mempunyai tiga persyaratan sebagai berikut:151

1. Ada orang yang meninggal dunia;

149

Effendi Perangin-angin, Op.cit, hal 4.

150

R.Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Cetakan XXIX, (Jakarta: PT. Intermasa, 2001), hal 88.

151

(24)

2. Ada orang masih hidup, sebagai ahli waris yang akan memperoleh warisan pada

saat pewaris meninggal dunia;

3. Ada sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris.

Seperti yang disebutkan dalam Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata“ pewarisan hanya berlangsung karena kematian”.152 “Peristiwa kematian

menurut hukum mengakibatkan terbukanya warisan dan sebagai konsekuensinya

seluruh kekayaan (baik berupa aktiva maupun pasiva) yang tadinya dimiliki oleh seorang peninggal harta beralih dengan sendirinya kepada segenap ahli waris nya

secara bersama-sama”.153

Pihak yang berhak dalam pembagian harta warisan atau harta peninggalan

adalah ahli waris, ahli waris merupakan “orang-orang yang berhak menerima harta

warisan (harta pusaka)”154

Untuk menjamin harta warisan (harta pusaka) diwariskan kepada orang-orang

yang berhak, diterbitkanlah suatu produk hukum yaitu Surat Keterangan Ahli Waris.

Surat keterangan ahli waris dikeluarkan oleh pejabat-pejabat yang berwenang

menurut Surat Keputusan Departemen Dalam Negeri Direktorat Pendaftaran Tanah

Nomor DPT/12/63/12/69 juncto pasal 111 ayat 1 C point 4 PMNA No 3/1997, yang membedakan tentang siapa saja yang berwenang untuk membuat keterangan waris.

Sehingga dengan surat keterangan ahli waris pembagian warisan dilakukan dengan

152

Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

153

Syahril Sofyan, Beberapa Dasar Teknik Pembuatan Akta (Khusus Warisan), (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2011), hal 5.

154

(25)

memastikan setiap orang yang mendapatkan warisan memiliki hak atas harta warisan

pewaris.

Pengecekan adanya wasiat ke Daftar Pusat Wasiat sebelum membuat surat

keterangan ahli waris adalah salah satu cara untuk menjamin terpenuhinya hak setiap

ahli waris. Pengecekan adanya wasiat ke Daftar Pusat Wasiat sangatlah penting

sehingga memperkecil kemungkinan sengketa dikemudian hari terkait harta warisan

yang telah dibagi dan membantu terjaminnya kepastian hukum pembagian warisan.

Tidak dilakukannya pengecekan adanya wasiat ke Daftar Pusat Wasiat baik oleh

pejabat yang berwenang membuat surat keterangan ahli waris ataupun oleh ahli waris

membukakan kemungkinan terdapat gugatan atas pembagian warisan apabila

dikemudian hari diketahui ternyata pewaris memiliki wasiat.155

Ketidakpastian hukum tentang kedudukan akta wasiat yang tidak diketahui oleh

ahli waris dan penerima wasiat ini mengharuskan para ahli waris baik ahli waris ab intestato maupun ahli waris testamenter melakukan suatu upaya hukum untuk menjamin tidak dilanggarnya setiap hak dari ahli waris tersebut.

Untuk mencegah terjadinya sengketa terkait pembagian warisan tersebut

dikemudian hari, upaya preventif yang dapat dilakukan ahli waris terutama ahli waris

ab intestato adalah terlebih dahulu mengecek ke Daftar Pusat Wasiat terkait ada atau tidaknya wasiat yang pernah dibuat oleh pewaris.

155

(26)

Tetapi apabila telah terjadi pembagian warisan tanpa pengecekan wasiat

terlebih dahulu dan dikemudian hari diketahui adanya wasiat, terbuka berbagai upaya

hukum yang dapat dilakukan ahli waris ab intestato dan ahli waris testamenter. Undang-undang telah menetapkan tertib keluarga yang menjadi ahli waris,

yaitu: isteri atau suami yang ditinggalkan dan keluarga sah dari pewaris. ahli waris

menurut undang-undang atau ahli waris ab intestato berdasarkan hubungan darah terdapat 2 (dua) cara yaitu:156

1. Pewarisan Langsung (uit eigen hoofde) karena pribadi itu dipanggil atau ditetapkan oleh undang-undang untuk mewaris karena orang itu adalah keluarga sedarah yang terdekat derjat pertalian darahnya dalam kelas ahli waris yang terdekat pula dengan pewaris. Dapat dibagi menjadi 4 (empat) golongan yaitu : a. Golongan pertama, keluarga dalam garis lurus ke bawah, meliputi anak-anak

beserta keturunan mereka beserta suami atau isteri yang ditinggalkan atau yang hidup paling lama.

b. Golongan kedua, keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi orang tuadan saudara, baik laki-laki maupun perempuan, serta keturunan mereka. Bagi orang tua ada peraturan khusus yang menjamin bahwa bagian mereka tidak akan kurang dari ¼ (seperempat) bagian dari harta peninggalan, walaupun mereka mewaris bersama-sama saudara pewaris.

c. Golongan ketiga, meliputi kakek, nenek, dan leluhur selanjutnya ke atas dari pewaris.

d. Golongan keempat, meliputi anggota keluarga dalam garis ke samping dan sanak keluarga lainnya sampai derajat keenam.

Jika pewaris dan ahli waris sama-sama meninggal tanpa dapat diketahui siapa yang lebih dahulu meninggal, mereka dianggap meninggal pada saat yang sama dan di antara mereka tidak terjadi saling mewaris (Pasal 831 dan 894 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Jika semua golongan tidak ada, maka harta warisan ini jatuh pada negara yang wajib melunasi utang-utang pewaris sekadar harta warisan itu mencukupi.

2. Pewarisan melalui penggantian tempat (bij plaats vervulling) suatu cara pewarisan dengan mana seseorang menjadi ahli waris karena menggantikan

156

(27)

tempat orang lain yang sekiranya akan mewaris jika orang yang digantikan itu masih hidup pada saat kematian pewaris. Syarat-syarat penggantian tempat : a. Orang yang menggantikan itu haruslah keluarga sedarah dari pewaris, tidak

tergolong orang yang tidak pantas mewaris, tidak ditiadakan haknya mewaris oleh pewaris dengan surat wasiat.

b. Orang yang digantikan tempatnya harus sudah meninggal dunia lebih dahulu dari pewaris.

c. Pasal 847 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tiada seorang pun boleh menggantikan tempat orang yang masih hidup.

Undang-undang tidak membedakan ahli waris laki-laki dan perempuan, juga

tidak membedakan urutan kelahiran, hanya ada ketentuan bahwa ahli waris golongan

pertama jika masih ada maka akan menutup hak anggota keluarga lainnya dalam

dalam garis lurus ke atas maupun ke samping. Demikian pula golongan yang lebih

tinggi derajatnya menutup hak yang lebih rendah derajatnya.

Setelah meninggalnya pewaris, ahli waris ab intestato memiliki kewajiban untuk membagi harta warisan. Untuk dapat membagi harta warisan ahli waris ab intestato terlebih dahulu harus membuat surat kematian dan surat keterangan ahli waris.

Syarat-syarat Pembuatan Surat Keterangan Ahli Waris:157

1. Surat Pengantar dari RT/RW

2. Surat Pengantar dari Kelurahan Setempat 3. Fotocopy KTP Ahli Waris

4. Fotocopy KTP Almarhum 5. Fotocopy KK (Kartu Keluarga) 6. Fotocopy Akte Nikah

7. Fotocopy Akte Anak (Ahli Waris) 8. Surat Kematian

9. Surat Pernyataan Ahli Waris

(28)

Sedangkan sesuai dengan isi Pasal 42 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah bahwa :

Untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan mengenai bidang tanah hak yang sudah didaftar dan hak milik atas satuan rumah susun sebagai yang diwajibkan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, wajib diserahkan oleh yang menerima hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan sebagai warisan kepada Kantor Pertanahan, sertifikat hak yang bersangkutan, surat kematian orang yang namanya dicatat sebagai pemegang haknya dan surat tanda bukti sebagai ahli waris.

Pemeriksaan kepada Kepala Seksi Daftar Pusat Wasiat merupakan langkah

awal untuk penentuan pembagian, sehingga kelak tidak adanya tuntutan dari pihak

ahli waris lainnya serta tidak adanya penyimpanan data penting dalam pembagian

warisan. Pemeriksaan kepada Daftar Pusat Wasiat dilakukan baik oleh ahli waris

sendiri maupun dengan surat dari notaris yang dikirim kepada Kepala Seksi Daftar

Pusat Wasiat di Jakarta.158

Waktu yang dibutuhkan untuk menerima hasil dari Daftar Pusat Wasiat

bukanlah sebentar, karena itu dalam pelaksanaan pembagian waris membutuhkan

waktu yang tidak sedikit atau rentang waktu yang panjang. Hasil yang dikirimkan

oleh Kepala Seksi Daftar Pusat Wasiat ada dua jawaban, nihil atau adanya wasiat,

jika nihil maka pembagian kembali kepada cara ab intestato, namun jika dinyatakan ada wasiat, dalam surat tersebut disebutkan wasiat itu dibuat atau disimpan oleh

notaris yang mana semasa hidup pewaris datangi dan pewaris percaya. Selama wasiat

158

(29)

tersebut tidak bertentangan dengan hukum dan paling utama tidak adanya ahli waris

yang dirugikan maka dapat dilaksanakan pembagian warisan berdasarkan wasiat

tersebut, namun jika adanya ahli waris dirugikan maka wasiat tidak dapat

dilaksanakan sepenuhnya.159

Surat Keterangan ahli waris dibutuhkan untuk melakukan pendaftaran peralihan

hak pewaris kepada ahli waris. Kekeliruan dalam penetapan ahli waris dalam surat

keterangan ahli waris akan berdampak pada proses pembagian warisan itu sendiri.

Ahli waris ab intestato akan sangat dirugikan apabila setelah dilaksanakan pembagian warisan ternyata dikemudian hari terdapat seorang ahli waris testamenter yang menggugat pembagian warisan yang telah dilakukan. Ahli waris ab intestato dapat melakukan berbagai upaya hukum, antara lain: upaya hukum litigasi dan upaya

hukum non litigasi.

1. Upaya Hukum Non Litigasi

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa Pasal 1 angka 10 dinyatakan "Alternatif Penyelesaian Perkara

(Alternatif Dispute Resolution) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar

pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, atau penilaian para ahli."

159

(30)

Ahli waris ab-intestato diperbolehkan melakukan salah satu upaya hukum non litigasi yang telah ditentukan undang-undang. Salah satu upaya hukum non litigasi

yang disarankan adalah negoisasi. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak

yang bersengketa untuk mendiskusikan penyelesaian tanpa keterlibatan pihak ketiga

sebagai penengah, baik yang tidak berwenang mengambil keputusan maupun yang

berwenang mengambil keputusan.160

Negoisasi adalah penyelesaian sengketa melalui musyawarah/ perundingan

langsung diantara para pihak yang bertikai dengan maksud mencari dan menemukan

bentuk-bentuk penyelesaian yang dapat diterima para pihak. Kesepakatan mengenai

penyelesaian tersebut selanjutnya harus dituangkan dalam bentuk tertulis atau juga

dapat berbentuk akta yang dibuat oleh pejabat yang berwenang yang disetujui oleh

para pihak.

Perdamaian yang telah disepakati, baik dari hasil musyawarah maupun dari hal

lain haruslah tertulis, sebagaimana ketentuan yang telah ditegaskan dalam Pasal 1851

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Tulisan adalah sesuatu yang memuat suatu

tanda yang dapat dibaca dan menyatakan suatu buah pikiran, tulisan dapat berupa

akta dan tulisan yang bukan akta. Akta adalah tulisan khusus yang dibuat untuk

dijadikan bukti atas hak yang disebut didalamnya.161

160

Suyud Margono, ADR (Alternative Dispute Resolution) dan Arbitrase, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), hal 49.

Kesepakatan dalam bentuk

tertulis seperti yang diungkapkan dalam Pasal 1851 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, sebenarnya undang-undang tidak menjelaskan secara terperinci mengenai

161

(31)

kata-kata “persetujuan ini tidaklah sah, melainkan dibuat secara tertulis”, ataupun

hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis, tidak ada ketentuan yang

mengharuskan untuk dituangkan dalam bentuk akta otentik, namun bukan berarti

dalam perdamaian selalu akta di bawah tangan, sangat di anjurkan untuk menuangkan

perdamaian tersebut dalam akta otentik, sehingga adanya kekuatan hukum dalam hal

pembuktian jika dikemudian hari adanya sengketa yang timbul.

Akta merupakan suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani, dibuat oleh

seseorang atau oleh pihak-pihak dengan maksud dapat dipergunakan sebagai alat

bukti dalam proses hukum.162

Perdamaian dalam perdata adanya dua sifat, menghindari sengketa dan

menyelesaikan sengketa. Dalam pewarisan dari kedua sifat tersebut perdamaian

menuju kepada pelaksanaan pembagian harta warisan atau harta peninggalan, baik

langsung pembagian harta peninggalan keseluruhan atau sebagian, serta pembagian

yang bersifat tanggung jawab bersama. Maksudnya dalam hal kesepakatan tidak

membagi harta peninggalan dan mengelola bersama. Pada akta perdamaian yang

bersifat menghindari sengketa, dimana para pihak berusaha untuk meredam sekecil

mungkin untuk timbulnya kasus atau sengketa waris dikemudian hari, dimana para

pihak tergantung pada kesepakatan yang dikehendaki dalam hal pembagian harta

peninggalan. Contohnya ahli waris yang sepakat untuk langkah awal tidak membagi

162

(32)

warisan dahulu, karena adanya beberapa faktor atau hal yang harus diselesaikan

antara ahli waris.

Dengan dibuatnya akta perdamaian baik di bawah tangan maupun otentik

maka setiap ahli waris mendapat pembagian tanggung jawab dalam mengurus dan

mengelola harta peninggalan tersebut, sehingga tidak menjadi harta yang tidak

terurus. Dalam hal ini produk hukumnya sebatas akta perdamaian dan jika ingin

dilanjutkan dapat lanjutkan pembuatan surat keterangan hak waris, namun dalam hal

pembuatan akta pemisahan dan pembagian belum dapat dilaksanakan, karena ahli

waris adanya kesepakatan tidak membagi dahulu.

Akta perdamaian yang bersifat menyelesaikan sengketa, cenderung dalam hal

ini telah ada sengketa antara ahli waris, baik sengketa besar maupun sengketa kecil

yang tidak sampai ke pengadilan. Jika sengketa telah sampai ke pengadilan dan telah

berjalan bukan berarti menutup kemungkinan perdamaian, dapat dilaksanakan. Akta

perdamaian yang menyelesaikan sengketa menghasilkan kesepakatan yang tidak

memberatkan para pihak atau ahli waris.

Dalam sengketa waris tidak terlepas mengenai pembagian warisan yang selalu

diperebutkan. Kebanyakan harta peninggalan dalam bentuk benda, baik benda

bergerak maupun benda tidak bergerak, sehingga keserakahan dari ahli waris ingin

memiliki bagian-bagian yang menguntungkan. Dalam hal contoh ahli waris berebut

harta peninggalan berupa tanah dan beserta bangunan di posisi dan wilayah yang

(33)

dalam kertas atau sebatas teori, dalam pembagian waris adanya faktor penghambat

atau kendala yang dihadapi dalam penyelesaiannya.

Terutama dalam hal pembagian yang mana harta peninggalan terbatas namun

ahli warisnya banyak sehingga banyak pula keinginan yang timbul dari ahli waris

tersebut terhadap pembagian harta peninggalan. Kendala yang timbul dari

pelaksanaan pembagian waris kebanyakan kendala tersebut timbul dari dalam

keluarga sendiri. Kendala yang sering dihadapi adalah hal ketidak puasan ahli waris

dalam mendapatkan bagian masing-masing, sehingga timbulnya ketamakan untuk

menguasai keseluruhan atau bagian yang menguntungkan saja bagi ahli waris.163

Melalui upaya hukum non litigasi ini ahli waris ab intestato dan ahli waris

testamenter mencari solusi terbaik atas sengketa pembagian warisan ini. Selain untuk menghemat biaya dan waktu, upaya hukum non litigasi ini sangat diperlukan untuk

tetap menjaga ikatan persaudaraan dan kekeluargaan diantara para ahli waris.

2. Upaya Hukum Litigasi

Ahli waris ab intestato pada dasarnya tidak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri karena ahli waris ab intestato tidak dirugikan atas sengketa ini. Yang berhak mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri adalah ahli waris

testamenter yang haknya dirugikan.164

163

Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei 2015.

164

(34)

Tetapi ahli waris ab intestato dapat memberikan pembelaan di sidang gugatan tersebut terkait tidak adanya niat buruk dan unsur kesengajaan dalam pembagian

warisan, dikarenakan ahli waris ab intestato telah melaksanakan semua prosedur sebelum pembagian waris dengan benar, tetapi produk hukum dari pada surat

keterangan ahli warisnya tidak sempurna karena tidak terlebih dahulu dilakukan

pengecekan terhadap wasiat.

Upaya hukum litigasi yang dapat dilakukan ahli waris ab intestato adalah mengajukan upaya hukum lanjutan berupa banding dan kasasi apabila ternyata pada

tingkat pertama ahli waris ab intestato dikalahkan dan apabila ahli waris ab-intestato

merasa dirugikan atas putusan Pengadilan Negeri.

Para ahli waris baik secara bersama-sama atau perseorangan dapat mengajukan

permintaan kepada ahli waris yang lain untuk melakukan pembagian harta warisan.

Bila ada diantara ahli waris yang tidak menyetujui permintaan itu, maka yang

bersangkutan dapat mengajukan gugatan melalui Pengadilan Agama untuk dilakukan

pembagian warisan.165

Selain melalui Pengadilan Agama, berdasarkan penetapan bagian waris yang

telah ada, dapat juga memilih mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum

kepada pengadilan negeri. Hal ini dikarenakan ahli waris ab intestato telah menguasai barang yang bukan milik mereka. Saudara dapat menuntut pengembaliannya

berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 574 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, yang isinya:

165

(35)

“Pemilik barang berhak menuntut siapa pun juga yang menguasai barang itu,

supaya mengembalikannya dalam keadaan sebagaimana adanya.”

Selain itu, juga dapat mengajukan ganti kerugian atas tindakan-tindakan yang

merugikan saudara. Pihak-pihak yang menguasai suatu barang yang bukan miliknya

dengan itikad buruk memiliki kewajiban untuk:166

a) Mengembalikan segala hasil suatu barang beserta barang itu sendiri, bahkan juga hasil yang kendati tidak dinikmatinya, sedianya dapat dinikmati oleh pemilik; tetapi sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 575 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata boleh ia mengurangkan atau menuntut kembali biaya yang dikeluarkan guna menyelamatkan barang itu selama dalam kekuasaannya dan juga biaya demikian yang dikeluarkan guna memperoleh hasil itu, yakni untuk penanaman, pembenihan dan pengolahan tanah;

b) Mengganti segala biaya, kerugian dan bunga;

c) Membayar harga barang bila ia tidak dapat mengembalikan barang itu, juga manakala barang itu hilang di luar kesalahannya atau karena kebetulan, kecuali jika ia dapat membuktikan bahwa barang itu akan lenyap juga, sekalipun besit atas barang itu dipegang oleh pemiliknya.

B. Upaya Hukum Ahli Waris Testamenter Untuk Mendapatkan Perlindungan

Hukum Apabila Warisan Telah Dibagi Baru Kemudian Diketahui Adanya Wasiat.

Ahli waris ini didasarkan atas wasiat yaitu dalam Pasal 874 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, setiap orang yang diberi wasiat secara sah oleh pewaris

wasiat, terdiri atas testamentair erfgenaam yaitu ahli waris yang mendapat wasiat yang berisi suatu erfstelling (penunjukkan satu atau beberapa ahli waris untuk mendapat seluruh atau sebagian harta peninggalan); legataris yaitu ahli waris karena

mendapat wasiat yang isinya menunjuk seseorang untuk mendapat berapa hak atas

166

(36)

satu atau beberapa macam harta waris, hak atas seluruh dari satu macam benda

tertentu, hak untuk memungut hasil dari seluruh atau sebagian dari harta waris.

Suatu harta peninggalan (warisan) diwarisi berdasarkan wasiat dan berdasarkan

undang-undang. Dengan surat wasiat, si pewaris dapat mengangkat seseorang atau

beberapa orang ahli waris dan pewaris dapat memberikan sesuatu kepada seseorang

atau beberapa orang ahli waris tersebut. Dalam pasal 875 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata surat wasiat atau testament itu adalah suatu akta yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia

meninggal dunia dan dapat dicabut kembali.167

1. Upaya Hukum Non Litigasi

Pada persengketaan, perbedaan pendapat dan perdebatan yang berkepanjangan

biasanya mengakibatkan kegagalan proses mencapai kesepakatan. Keadaan seperti ini

biasanya berakhir dengan putusnya jalur komunikasi, sehingga masing-masing pihak

mencari jalan keluar tanpa memikirkan kepentingan pihak lainya. Agar tercipta

proses penyelesaian sengketa yang efektif, prasyarat yang harus dipenuhi adalah

kedua belah pihak harus sama-sama memperhatikan atau menjunjung tinggi hak

untuk mendengar. Dengan persyaratan tersebut proses dialog dan pencarian titik temu

yang akan menjadi proses penyelesaian sengketa baru dapat berjalan. Proses

penyelesaian sengketa mengharuskan para pihak mengembangkan penyelesaian agar

dapat diterima bersama.

167

(37)

Pembagian warisan dengan cara sukarela tidak selamanya harus langsung

dibagi untuk masing-masing ahli waris, bisa saja pada mulanya untuk pemilikan

bersama terhadap harta tersebut, seperti yang telah dijelaskan di atas. Dengan

pelaksanaan secara sukarela adanya perdamaian yang ahli waris buat di hadapan

notaris untuk awal permulaan pelaksanaan pembagian waris. Perdamaian mana dibuat

sesuai dengan pernyataan setiap ahli waris setuju dengan pelaksanaan pembagian

waris yang mana telah disepakati bersama. “Perdamaian yang dalam bahasa Belanda

disebut juga “compromis” merupakan suatu perjanjian/persetujuan (overeenkomst) dengan mana para pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan, atau menahan suatu

barang, mengakhiri suatu perkara yang belum putus (aanhangig) atau untuk mencegah timbulnya suatu perkara”.168

“Setiap perdamaian hanya terbatas pada soal yang termaktub didalamnya;

pelepasan segala hak dan tuntutan yang dituliskan di situ harus diartikan sekedar

hak-hak dan tuntutan-tuntutan itu ada hubungannya dengan perselisihan yang menjadi

lantaran perdamaian tersebut. Setiap perdamaian hanya mengakhiri

perselisihan-perselisihan yang termaktub didalamnya, baik para pihak merumuskan maksud

mereka dalam perkataan khusus atau umum, maupun maksud itu dapat disimpulkan

sebagai akibat mutlak satu-satunya dari apa yang dituliskan".169

Pada pembagian waris yang melalui cara sukarela yang diawali dengan akta

perdamaian bukan berarti menutup kemungkinan timbulnya sengketa. Karena dalam

168

Komar Andasasmita, Notaris II Contoh Akta Otentik Dan Penjelasannya, (Bandung: Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, 1990), hal 498.

169

(38)

hal pembagian waris kebanyakan timbul permasalahan setelah adanya pembagian

secara sukarela sesama ahli waris. Hal yang memicu timbulnya sengketa adanya

hal-hal yang oleh sebagian atau salah seorang ahli waris merasakan hak mewarisnya

hilang atau bagiannya yang tidak sepadan.

Pada penyelesaian sengketa waris melalui luar pengadilan melalui jalur

musyawarah dengan mediasi atau negosiasi. Sebenarnya negosiasi dan mediasi

terdapat pada sengketa bisnis namun tidak menutupi untuk diterapkan dalam sengketa

perdata lainya, yang berujung pada akta perdamaian nantinya.

Setiap orang melakukan negosiasi dalam kehidupan sehari-hari. Negosiasi

adalah merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan

kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun yang berbeda.

Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan

penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga penengah, baik yang tidak

berwenang mengambil keputusan maupun yang berwenang.170 Sedangkan mediasi

merupakan sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan.171

2. Upaya Hukum Litigasi

Setiap orang yang merasa hak keperdataannya dilanggar orang lain atau

memiliki kepentingan dapat menggugat orang yang merugikannya ke Pengadilan

Negeri dengan menuntut ganti rugi.172

170

Suyud Margono, Op.cit, hal. 49.

171

Ibid, hal. 59.

(39)

Pembagian warisan yang berujung konflik atau sengketa, adanya pilihan

penyelesaian baik secara mufakat dan musyawarah keluarga maupun dengan jalur

hukum, yaitu mengajukan gugatan waris ke Pengadilan Negeri. Dalam hal ini putusan

hakim yang telah berkekuatan tetap merupakan paksaan untuk pembagian waris atau

harta peningalan, yang demikianlah disebut dengan pembagian waris atau harta

peninggalan secara paksa. “Tuntutan hukum untuk membatalkan suatu pemisahan

meliputi setiap akta yang dimaksudkan untuk mengakhiri keadaan harta tidak terbagi

di antara para kawan waris, tak peduli apakah akta tersebut telah dilakukan dengan

nama jual-beli, pertukaran, perdamaian, atau lain sebagainya. Namun apabila

pemisahan harta peninggalan atau suatu akta yang seperti itu telah dilaksanakan,

maka tak dapatlah dimintakan pembatalan terhadap suatu perdamaian yang kiranya

telah dibuat untuk menghilangkan keberatan-keberatan yang nyata, yang terdapat

dalam akta pertama”.173

Putusan hakim mempunyai kekuatan yang mengikat bagi pihak-pihak yang

berperkara, dan kekuatan pembuktian, yang berarti bahwa dengan adanya putusan

telah diperoleh suatu kepastian tentang sesuatu, serta kekuatan eksekutorial yaitu

kekuatan untuk dilaksanakannya apa yang ditetapkan dalam putusan itu secara paksa Pembagian waris atau harta peninggalan secara paksa dimana

adanya pelaksanaan pembagian waris ditentukan oleh hakim dengan putusan hukum

yang berkekuatan tetap bahkan dapat dengan eksekusi.

173

(40)

oleh alat-alat negara.174

Perdamaian dilaksanakan untuk menghindari serta menyelesaikan

permasalahan, baik permasalahan tersebut masih bersifat musyawarah keluarga yang

tidak terpecahkan maupun permasalahan yang telah masuk ranah hukum, dalam hal

ini maksudnya sedang proses peradilan atau telah proses peradilan. Perdamaian yang

dilaksanakan ketika putusan hakim telah keluar dan para pihak masih tidak merasa

nyaman serta keinginan tidak terpenuhi, maka para pihak mengenyampingkan

putusan hakim dan membuat akta perdamaian di hadapan notaris. Hal yang demikian

bukan berarti salah, karena hukum perdata selalu memberi peluang untuk

perdamaian, lain dengan hukum pidana.

Putusan hakim tersebut tidak selalu memberikan kenyamanan

serta rasa keinginan yang tidak terpenuhi, karena dari itu tidak memungkinkan

adanya akta perdamaian yang mengenyampingkan putusan hakim tersebut.

Salah satu contoh kasus perdamaian yang mengenyampingkan putusan hakim

adalah perdamaian yang dilaksanakan para pihak dalam upaya menyelesaikan

sengketa waris melalui proses persidangan, yang pada akhirnya diputus oleh

Pengadilan Negeri Bekasi dengan nomor perkara: 305/ Pdt. G/2007/PN.Bks. Gugatan

tersebut diajukan karena penggugat dirugikan atas harta warisan. Penggugat sebagai

orang yang menyatakan dirinya sebagai ahli waris yang sah dan tergugat

kedudukannya sebagai orang yang mengaku juga sebagai ahli waris dari pewaris. Hal

ini menimbulkan suatu permasalahan antara para pihak dan pada akhirnya ke

174

Rima Nurhayati, Tinjauan Hukum Akta Perdamaian Yang Menyampingkan Putusan

Pengadilan Yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap (Studi Kasus Perdata No.

(41)

pengadilan untuk menyelesaikan sengketa. Dalam faktanya para penggugat tetap

ingin pembagian harta warisan tersebut mendapat haknya yaitu untuk diakui sebagai

salah satu ahli waris dan mendapat bagian harta warisan yang disengketakan,

sehingga gugatan dikabulkan oleh Pengadilan Negeri Bekasi.

Proses persidangan di pengadilan telah mempunyai putusan yang tetap dari

Pengadilan Negeri Bekasi, isi putusan tersebut adalah dengan ketentuan apabila

pembagian tersebut secara teknis menemui kesulitan maka harta warisan tersebut

dijual lelang di muka umum dan hasil penjualannya di bagi tergugat, serta penggugat

masing-masing mendapat 1/5. (karena jumlah tergugat terdiri dari tiga orang,

sedangkan penggugat terdiri dari dua orang) bagian setelah di potong biaya pajak dan

biaya lain yang diperlukan, menetapkan antara penggugat dan tergugat sama-sama

sah para ahli waris dari Pewaris dan mengatur hak mereka.

Realisasi putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

(inkracht van gewijsde) dapat dijalankan dengan sukarela dan eksekusi. Para pihak berkehendak untuk upaya damai. Akta perdamaian dibuat karena dikehendaki oleh

pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi

kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan.

Realisasi putusan hakim ini juga yang memberikan penegasan atas terlaksananya

kepastian hukum kewarisan di Indonesia.

Akta perdamaian yang dijalankan bukan perdamaian, tetapi akta perdamaian

(42)

pada umumnya.175 Akta perdamaian mempunyai kekuatan seperti suatu keputusan

hakim pada tingkat akhir. Perdamaian itu tidak dapat dibantah dengan alasan bahwa

terjadi kekeliruan mengenai hukum atau dengan alasan bahwa salah satu pihak

dirugikan.176 Perdamaian mengenai sengketa yang sudah diakhiri dengan suatu

putusan hakim telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti, namun tidak diketahui

oleh kedua belah pihak atau salah satu pihak, adalah batal. Jika keputusan yang tidak

diketahui itu masih dapat dimintakan banding, maka perdamaian mengenai sengketa

yang bersangkutan adalah sah.177

175

Ibid.

176

Pasal 1858 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

177

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

1. Akta wasiat yang tidak diketahui keberadaannya oleh ahli waris dan penerima

wasiat tetap memiliki kedudukan hukum dan tetap dapat dilaksanakan dengan

kekuatan pembuktian yang sempurna sepanjang dilaksanakan sesuai

formalitas pembuatan akta wasiat yang telah ditentukan. Tidak adanya aturan

yang mengatur daluarsanya sebuah akta wasiat mengakibatkan wasiat masih

dapat terus dilaksanakan selama wasiat tersebut tidak menjadi gugur sesuai

dengan Pasal 997, Pasal 1001 dan Pasal 1004 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata. Akta wasiat yang tidak diketahui keberadaannya oleh ahli waris dan

penerima wasiat hanya tertunda pelaksanaannya dengan tidak diketahuinya

adanya wasiat oleh ahli waris ab intestato dan ahli waris testamenter.

2. Akibat hukum pembagian warisan yang telah dilakukan tanpa terlebih dahulu

memeriksa adanya wasiat adalah dapat diajukan pembatalannya oleh penerima

wasiat karena pembagian warisan tersebut melanggar haknya sebagai

penerima wasiat dan terdapat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh

ahli waris ab intestato kepada ahli waris testamenter, yang diuraikan dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perbuatan Melawan

Hukum tidak hanya bertentangan dengan undang-undang, tetapi juga berbuat

(44)

kewajiban orang yang berbuat atau tidak berbuat bertentangan dengan

kesusilaan maupun sifat berhati-hati, kepantasan dan kepatutan dalam lalu

lintas masyarakat. Ahli waris ab intestato sebagai pihak dalam pembagian warisan terdahulu telah melakukan perbuatan melawan hukum, karena

perbuatannya bertentangan dengan hak orang lain yaitu: melanggar hak-hak

seseorang yang diakui oleh hukum, yaitu hak-hak pribadi

(persoonlijkheidsrechten), hak kekayaan (vermosgensrecht) dengan tidak memeriksakan terlebih dahulu tentang adanya wasiat ke Daftar Pusat Wasiat

sebelum dilakukannya pembagian warisan.

3. Upaya hukum ahli waris untuk mendapatkan perlindungan hukum apabila

warisan telah dibagi baru kemudian diketahui adanya wasiat adalah melalui

upaya hukum non litigasi. Ahli waris ab intestato dan ahli waris testamenter

mencari solusi terbaik atas sengketa pembagian warisan ini. Salah satu upaya

hukum non litigasinya adalah negosiasi. Apabila tidak ditemukan kesepakatan

maka dapat dilakukan upaya hukum litigasi dimana ahli waris ab intestato

pada dasarnya tidak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri karena

(45)

D. Saran

1. Dalam rangka mencapai kepastian hukum khususnya mengenai wasiat,

sebaiknya diterbitkan peraturan yang mewajibkan pejabat pembuat surat

keterangan ahli waris mengecek adanya wasiat sebelum membuat surat

keterangan ahli waris sehingga tidak terjadi pembagian warisan tanpa

pemeriksaan adanya wasiat terlebih dahulu.

2. Dalam pembuatan testament, notaris hendaklah menjelaskan kepada pembuat

testament untuk menunjuk seorang pelaksana wasiat yang mengetahui adanya wasiat dan mewajibkan kepada pelaksana wasiat untuk memberitahukan

keberadaan surat wasiat tersebut.

3. Ahli waris ab intestato dan ahli waris testamenter sebaiknya mencari solusi terbaik atas sengketa pembagian warisan ini. Selain untuk menghemat biaya

dan waktu, upaya hukum non litigasi ini sangat diperlukan untuk tetap

Referensi

Dokumen terkait

Ada tiga alasan yang dijadikan dasar Dewan Syari'ah Nasional untuk mengeluarkan fatwa tentang pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syari'ah, yaitu: (1) bank

Sungguh amat jelas bahawa jumhur ulama Ahlu Sunnah berpegang kepada pendapat bahawa hadis Ahad tidak boleh menjadi hujah (dalil) dalam masalah akidah kerana berfaedah

Disarankan bagi Universitas Muara Bungo dalam pengadaan peralatan teknologi informasi didasarkan analisa yang matang berdasarkan kebutuhan organisasi bukan hanya sekedar

Nilai ( Kriteria) : 1 ( Tidak Baik), 2 ( Kurang Baik), 3 (Cukup Baik), 4 (Baik) Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus

Abstrak.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur molekul senyawa non fenolik dari ekstrak diklorometana batang tumbuhan ashitaba (Angelica keiskei) dan

Pada kriteria kualitas, kuantitas dan kontinuitas air (tata air) diperoleh hasil 12,17 termasuk pada kategori kelas sedang, yang masih dapat ditoleransi untuk kawasan

Pada Tabel 2 mengenai frekuensi diare yang dilakukan pemantauan selama 4 hari didapatkan bahwa frekuensi diare rata-rata pada kelompok perlakuan (sinbiotik) 3,01 sedangkan

Fraktur kubah kranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur dan karena alasan yang kurang akurat tidak dapat ditetapkan tanpa pemeriksaan dengan sinar X, fraktur dasar