1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber makanan dan nutrisi yang ideal bagi bayi untuk tetap sehat dan bertumbuh, tidak ada produk yang dapat menggantikannya.ASI mengandung ratusan antibodi dan enzim sehingga dapat menstimulasi imunitas, sehingga bayi yang mendapat ASI jarang menderita sakit. Jika setiap bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir, diperkirakan 1,5 juta nyawa dapat diselamatkan setiap tahun (UNICEF, 2013).
Oleh karena pentingnya pemberian ASI secara eksklusif, WHO membuat
Planning Guideyang merekomendasikan pemberian ASI selama 6 bulan pertama untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal. Kemudian, setelah 6 bulan, bayi dapat diberi ASI dan makanan pendamping ASI sampai berumur 2 tahun atau lebih (WHO, 2011).Di Indonesia terdapat Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33/2012 yang mengatur tentang pemberian ASI eksklusif yang mewajibkan ibu untuk memberikan bayinya ASI saja sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan (Departemen Kesehatan RI, 2012).
Berdasarkan data statistik WHO tahun 2014, prevalensi pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama secara global adalah 37% dengan prevalensi tertinggi sebanyak 89% di Korea dan prevalensi terendah di Djibouti (Afrika) 1%. Sedangkan prevalensi di Indonesia adalah 42%, prevalensi ini lebih tinggi daripada prevalensi secara global akan tetapi lebih rendah daripada prevalensi daerah Asia Tenggara, yakni 47% (WHO, 2014).
Menurut Rustini Floranita, pakar kesehatan ibu di kantor WHO Indonesia, rendahnya prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia adalah oleh karena rendahnya pengetahuan dan faktor sosial budaya, ekonomi, dan alasan pribadi sehingga banyak ibu memilih untuk memberi susu formula (Shetty, 2014). Sebuah meta-analisis yang dibuat oleh Agen Penelitian dan Kualitas Kesehatan Universitas Karolina Utara menyatakan, risiko tidak memberikan ASI eksklusif untuk bayi adalah terganggunya pertumbuhan dan perkembangan saraf,
2
meningkatnya morbiditas infeksi seperti otitis media, gastroenteritis, dan pneumonia, juga meningkatnya resiko obesitas dan Diabetes Melitus. Ibu juga memiliki risiko jika tidak memberikan ASI eksklusif, diantaranya meningkatnya risiko kanker payudara, kanker ovarium, Diabetes Melitus, dan sindrom metabolik (Stuebe, 2009).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Kelurahan Lesanpuro Kecamatan Kedung Kandang, Kota Malangpada 30 bayi usia 0-6 bulan menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif (Soemardini et al, 2011).Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 3 dan 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan yang tidak mendapat ASI.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 3 dan 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan yang tidak mendapat ASI?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 3 dan 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan yang tidak mendapat ASI.
1.3.2.Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui gambaran panjang badan bayi usia 3 dan 6 bulan yang mendapatASI eksklusif dan yang tidak mendapat ASI.
2. Mengetahui gambaran berat badan bayi usia 3 dan 6 bulan yang mendapatASI eksklusif dan yang tidak mendapat ASI.
3. Mengetahui gambaran lingkar kepala bayi usia 3 dan 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan yang tidak mendapat ASI.
3
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:
1. Untuk peneliti, dapat mempraktekkan cara memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi.
2. Untuk responden, dapat mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayinya apakah baik atau tidak.
3. Untuk masyarakat sekitar responden yang ikut terlibat, dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi secara dini.