• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Friedman, 2010). Setiadi (2008) mengatakan bahwa keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Friedman (2010) juga menyebutkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga. Definisi lain dari keluarga menurut U.S Bureau of the Census dalam Friedman (2010) adalah terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi dan tinggal didalam suatu rumah tangga yang sama.

(2)

2.1.1.Tipe-tipe keluarga

Tipe keluarga yang bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan dalam Setiadi (2008) terdiri atas:

a. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu: (a) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. (b) Keluarga Besar

(Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang

masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)

(3)

tinggal dirumah atau diluar rumah. (f) Dual Carrier adalah suami istri atau keduanya orang karir atau tidak mempunyai anak. (g) Commuter Married adalah suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu tertentu.(h) Single Adult adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin. (i)

Three Generation adalah tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. (j)

Institusional Adalah anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu

panti-panti. (k) Comunal adalah satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaann fasilitas. (l) Group Marriage adalah satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. (m) Unmarried

Parent and Child adalah ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,

anaknya diadopsi. (n) Cohibing Coiple adalah dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin. (o) Gay and Lesbian Family adalah Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

(4)

2.1.2. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah sebagai berikut: (a) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. (b) Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. (c) Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. (d) Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (e) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

Fungsi keluarga menurut UU No. 10 tahun 1992 PP No. 21 tahun 1994 dalam Setiadi (2008) adalah sebagai berikut:

(5)

2) Fungsi budaya: (a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan. (b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. (c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia. (d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berperilaku yang baik sesuai dengan norma Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi. (e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

3) Fungsi cinta kasih: (a) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus menerus. (b) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota keluarga secara kuantitatif atau kualitatif. (c) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan rohani dalam keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang. (d) Membina rasa, sikap,dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

(6)

menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

5) Fungsi reproduksi: (a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga disekitarnya. (b) Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik, maupun mental. (c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga. (d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

6) Fungsi sosialisasi: (a) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama. (b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik lingkungan sekolah maupun masyarakat. (c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental), yang kurang diberikan lingkungan sekolah maupun masyarakat. (d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil dan sejahtera.

(7)

sehingga terjadi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga. (c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan serasi, selaras, dan seimbang. (d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 8) Fungsi pelestarian lingkungan: (a) Membina kesadaran, sikap dan praktik

pelestarian lingkungan keluarga. (b) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan keluarga. (c) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestrian lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya. (d) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

2.1.3. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman (2010) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

(8)

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan sebaiknya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

2.1.4 Dukungan Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia. Dalam keluarga individu belajar memperhatikan orang lain dan bekerja sama. beberapa psikolog berpendapat bahwa kesehatan, kebahagiaan dan kestabilan keluarga tergantung pada orang sekitar keluarga dan masyarakat .

(9)

dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kemampuan, kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis kehidupan, namun demikian dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).

Dukungan keluarga merupakan bantuan yang diterima salah satu anggota keluarga. Seseorang akan lebih cepat bila keluarganya membantunya memecahkan masalah dengan lebih efektif dengan dukungan yang dimilikinya (Sarafino, 2005). Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan. Dukungan yang diterima seseorang dapat mempercepat pemulihan dari sakit, memperkuat kekebalan tubuh, mengurangi respon fisiologis, dan memperkuat fungsi untuk merespon penyakit kronis (Taylor, 2009).

(10)

Dukungan keluarga dalah hal yang sangat bermanfaat ketika individu mengalami stres. Dukungan ini merupakan sesuatu yang sangat efektif terlepas dari strategi mana yang digunakan untuk mengatasi stres (Baron & Byrne, 2003).

Menurut Smet (1994) menyatakan dukungan keluarga merupakan informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, saran, atau tindakan yang diperoleh dari orang – orang terdekat, dengan kehadirannya dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan keluarga menurut Kuntjoro (2002) adalah keberadaan, keperdulian, serta kesediaaan orang – orang terdekat menghargai dan menyayangi. Dukungan keluarga juga efektif dalam mengatasi tekanan psikologis dalam masa – masa sulit dan menekan (Taylor, 2009).

Menurut Francis dan Satiadarma (dalam Kartika, 2010) dukungan keluarga merupakan bantuan bantuan sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi – fungsi yang terdapat didalam sebuah keluarga. Menurut Smet (2010) dukungan keluarga merupakan salah satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial yang mencakup dukungan emosional, adanya ungkapan persaan, pemberian informasi, nasehat, dan bantuan material. Menurut Cohem dan Syme (dalam Anggina, 2010) dukungan keluarga merupakan suatu keaddan yang bermanfaat yang diterima oleh individu dari orang lain, sehingga individu mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintainya.

(11)

diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut invidu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya. Johnson (dalam Anggraini, 2009) berpendapat bahwa dukungan keluarga adalah pemberian bantuan seperti materi, emosi, dan informasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan keluarga juga dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesediaan orang – orang terdekat yang dapat dipercaya untuk membantu dan menjaga individu.

Menurut Commission on the family (dalam Kartika, 2010) bahwa dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga , memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarag dalam menghadapi tantangan didalam kehidupan sehari – hari.

Jenis dukungan keluarga dalam Setiadi (2008) ada 4, yaitu;

1) Dukungan instrumental, yaitu keluarga menerapkan sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat dan terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan anggota keluarga menyampaikan perasaanya.

(12)

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

3) Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan dan perhatian.

4) Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat dan mengurangi putus asa.

Aspek – aspek dukungan keluarga menurut Sarafino (2005) yaitu:

1) Dukungan emosional, yaitu dukungan yang melibatkan rasa empati, kasih sayang, peduli terhadap seseorang sehingga memeberikan perasaan nyaman, dihargai, diperhatikan, dan dicintai.

2) Dukungan Instrumental, yaitu bantuan yang diberikan secara langsung atau nyata, sebagaimana seseorang yang memberikan atau meminjamkan uang atau menolong langsung teman, kerabat yang sedang membutuhkan pertolongan.

(13)

Dukungan ini dapat diberikan dengan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh seseorang.

4) Dukungan penghargaan, yaitu ungkapan rasa hormat atau penghargaan, penilaian positif seperti adanya pemberian hadiah, pujian terhadap apa yang telah dilakukannya.

2.1.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Rahayu (2008) faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah :

1) Faktor Internal

a) Tahap Perkembangan

Dukungan ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini merupakan pertumbuhan dan perkembangan, artinya setiap rentang usia mempunyai pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda – beda.

b) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

(14)

c) Faktor Spiritual

Aspek ini terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungn dengan keluarga dan teman, dan kemampuan mencari harapan dalam arti hidup.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi seseorang mendefenisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Seseorang biasanya akan mencari dukungan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan dan segera mencari pertolongan .

b) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

2.1.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga

(15)

1. .Faktor Fisik

Ross, Mirrowsaky dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan positif tersebut anatara lain: seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan setelah menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa alasa dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya yang terjadi pada istri.

2. Faktor Psikis

Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan dan dukungan. Suami akan tentram dan terarah setelah beristri begitupun sebaliknya.

3. Faktor Sosial

(16)

4. Faktor Budaya

Setiap suku atau bahkan bangsa memiliki keyakinan dan penilaian yang berbeda-beda terhadap fungsi kesehatan. Keyakinan keluarga terhadap fungsi kesehatan sangat dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan yang dibawa sebelumnya. Kekuatan dan komunikasi keluarga berbeda-beda pada tiap keluarga. Jika terjadi perubahan terhadap budaya dengan semestinya terjadinya pergeseran peran, aturan-aturan, kekuatan dan pola komunikasi.

2.2. Gagal Ginjal Kronis

2.2.1. Defenisi Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh

(17)

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative(K/DOQI) Of The

National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal ginjal

kronik sebagai suatu kerusakan ginjal dimana nilai Glomerular Filtration Rate

(GFR) kurang dari 60 ml/min/1.73 selama tiga bulan atau lebih. Dimana yang

mendasari etiologi yaitu kerusakan massa ginjal dengan sklerosa yang irreversible dan hilangnya nephrons kea rah suatu kemunduran nilai dari GFR. Tahapan penyakit gagal ginjal kronik berlangsung terus-menerus dari waktu ke waktu. The

Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) mengklasifikasikan gagal

ginjal kronik sebagai berikut: (a) Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR>90

ml/min/1.73 ). (b) Stadium 2: ringan (GFR 60-89 ml/min/1.73 ). (c) Stadium 3: sedang (GFR 30-59 ml/min/1.73 ). (d) Stadium 4: gagal berat

(GFR 15-29 ml/min/1.73 ). (e) Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR <15 ml/min/1.73 ).

2.2.3. Etiologi Gagal Ginjal Kronik

(18)

2.3. Hemodialisa

2.3.1. Defenisi Hemodialisa

Hemodialisa merupakan suatu membran atau selaput semi permiabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialisis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permiabel. Terapi hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin,asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Brunner & Suddarth, 2002). Tujuan dari hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan ketubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyebabkan penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan tampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien (Cahyaningsih, 2009).

2.3.2. Prinsip-Prinsip Hemodialisa

(19)

kecairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah (Brunner & Suddarth, 2002). Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis.

Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan) (Brunner & Suddarth, 2002). Sistem buffer tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi dari cairan dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolisme untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena (Brunner & Suddarth, 2002).

2.3.3. Penatalaksanaan Hemodialisis Pada Pasien

(20)

toksin. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagaigejala uremia dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala (Brunner & Suddarth, 2002).

Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien. Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian dan pembatasan pada asupanprotein, natrium, kalium dan cairan (Brunner & Suddarth, 2002). Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia dan antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik (Brunner & Suddarth, 2002).

2.3.4. Indikasi Hemodialisa

(21)

alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan fungsi ginjal. Tetap saja pasien akan mengalami berbagai permasalahan dan komplikasi (Smeltzer &Bare, 2002).

Salah satu masalahnya yang sering dihadapi pasien adalah kelebihan cairan antara dua dialisis. Hemodialisis sebagai salah satu alternatif terapi pengganti telah dibuktikan sangat efektif mengeluarkan cairan dan elektrolit dan sisa-sisa metabolismetubuh.Sesuai dengan carakerjanya,hemodialisis hanya dilakukan dalam 2–3 kali perminggu, dan 4-5 jam perkali dialisis, sehingga cairan elektrolit dan sisa metabolisme yang selalu terbentuk dari waktu ke waktu akan tetap berada dalam peredaran darah di luar waktu dialisis sehingga pasien mengalami kelebihan cairan dan hal ini akan menimbulkan berbagai masalah bagi klien (Yetti, 2001).

2.4. Pertimbangan Psikososial

(22)

namun perasaan tersebut sering meluap sehinnga diperlukan konseling. Keluarga harus terlibat sebanyak mungkin dalam pengambilan keputusan.

Referensi

Dokumen terkait

Bahan-bnhan yang aangandung Hltrogon aabagal Aaina atau aalda dapat dltantukan aaeara tapat dangan aanggu- nakan aatoda Kjaldahl, aadang dales bentuk yang lain

Mollusca dalam Bahasa latin molluscus yang berarti lunak. Mollusca adalah hewan bertubuh lunak, tidak beruas-ruas, triploblastic, selomata dan ada yang bercangkang serta

[r]

[r]

[r]

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Dokumen pengadaan, dengan terlebih dahulu melakukan

Dengan hormat, kami sampaikan sesuai dengan jadwal pengadaan jasa Benchmark Diklat RLA Kantor PKP2A II LAN Makassar yang akan dilaksanakan di PKP2A II LAN Makassar dengan

Sebagai contoh pembangunan yang lebih sederhana dengan sistem unit blok modul inl dapat diterapkan pada pembangunan ruang kabin akomodasi bangunan atas kapal.. Hal