• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Polri Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Labuhanbatu (Studi Kasus Polres Labuhanbatu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Polri Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Labuhanbatu (Studi Kasus Polres Labuhanbatu)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Republik Indonesia telah mengatur fungsi dan tugas aparat

kepolisian.Sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 13 tentang tugas

dari kepolisian.1

Dampak negatif dan kejahatan yang begitu buruk bukanlah suatu

asumsi yang dibuat-buat dalam menyikapi maraknya kejahatan yang

terjadi dalam lingkungan masyarakat. Sebab dalam kenyataannya

kejahatan tidak hanya merugikan masyarakat secara fisik saja, tetapi juga

menyangkut psikis seseorang atau suatu kelompok masyarakat.

“Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”.

Namun, dalam kenyataannya masih banyak ditemui aparat

kepolisian belum melaksanakan apa yang telah dicantumkan di dalam

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tersebut, terutama penanggulangan

kejahatan atau biasa disebut kriminalitas.

Masalah kejahatan di Indonesia beberapa tahun terakhir ini sering

kali dipersoalkan oleh kalangan masyarakat maupun praktisi hukum. Hal

ini dikarenakan dampak kejahatan itu dapat dirasakan secara langsung oleh

masyarakat. Dampak dari kejahatan tersebut dapat menimbulkan rasa tidak

aman, kecemasan, ketakutan, dan kepanikan ditengah masyarakat.

1

(2)

Masalah kejahatan adalah salah satu masalah sosial yang selalu

menarik dan menuntut perhatian yang serius dari waktu ke waktu terlebih

lagi menurut asumsi umum serta beberapa hasil pengamatan dan penelitian

berbagai pihak, terdapat kecendrungan perkembangan peningkatan dari

bentuk dan jenis kejahatan tertentu baik secara kualitas maupun kuantitas.

Faktor masalah ekonomi sebagai salah satu pendorong terjadinya

kejahatan, sering terjadi dimanapun. Hal ini dikarenakan keadaan ekonomi

yang berkembang dalam suatu Negara memberikan pengaruh yang sangat

besar terhadap pokok-pokok kehidupan seseorang. Dalam hal ini, Plato

memberikan pandangan bahwa disetiap Negara dimana didalamnya

banyak terdapat orang miskin, maka secara diam-diam akan banyak

terdapat penjahat, pelanggar agama, dan penjahat dari berbagai macam

corak.2

Salah satu bentuk kriminalitas yang mempunyai frekuensi tertinggi

adalah tindak pidana pencurian kendaraan bermotor. Kejahatan pencurian

kendaraan bermotor merupakan kejahatan terhadap harta benda yang tidak

lajim terjadi di negara-negara berkembang selanjutnya dikatakan bahwa

kejahatan pencurian kendaraan bermotor beserta isi-isinya merupakan sifat Sekarang ini demi memenuhi kebutuhan hidup, seseorang tidak

memikirkan sebab dari perbuatannya itu. Hal ini telah bertentangan

dengan nilai-nilai moral dalam pancasila. Bahkan bagi sebagian pelaku

tindak pidana tidak takut kepada aparat hukum yang mengatur keamanan

dan ketertiban umum.

2

(3)

kejahatan yang menyertai pembangunan.3Sebagaimana perkembangan

kehidupan manusia pencurianjuga mengalami beberapa pola kemajuan

baik dalam teknik pelaksanaannya maupun pelakunya. Teknik pelaksanaannya

bermula dari pola sederhana seperti mencuribarang secara langsung,

kemudian berkembang mejadi pola yang lebih canggih, yaitu dengan

mengikutsertakan suatu instrumen dalam melakukan proses mengambil

sesuatu. Begitu pula dengan pola pelakunya dari perseorangan

berkembang menjadi suatu kelompok yang bekerja secara terorganisir.

Walaupun kejahatan berkembang sedemikian rupa, tetap menimbulkan

satu akibat yang sama yaitu merugikan masyarakat.4

Pencurian kendaraan bermotor yang akhir-akhir ini banyak terjadi

dalam masyarakat, seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Labuhanbatu.

Apabila kita melihat media massa terutama media cetak , banyak sekali

berita berkaitan dengan pencurian kendaraan bermotor. Seperti yang dapat

kita lihat pada kasus pencurian yang terjadi di Kabupaten Labuhanbatu

yang mengakibatkan hilangnya sepeda motor milik satpam di kantor

pegadaian syariah yang dilakukan oleh seorang pemuda pengangguran5,

residivis pelaku curanmor kembali diringkus tersangka merupakan

residivis kasus pencurian kendaraan bermotor tahun 2002 dan 20066

3

Soerjono Soekamto, Hartono Widodo dan Chalimah Sutanto, Penanggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor (Jakarta: Penerbit Aksara, 1998), hal 20

4

Ibid

, dan

pihak Polres Labuhanbatu juga mengamankan 12 orang tersangka kasus

30 April 2014, jam 09.30 WIB

6

(4)

pencurian sepeda motor selain itu 15 mesin judi jackpot juga diamankan

pihak kepolisian ditambah lagi 2 tersangka diduga sindikat pembuat

STNK palsu7

Dari data diatas, hal yang perlu disadari adalah bahwa peristiwa

tersebut telah mengganggu norma kehidupan masyarakat, karena

masyarakat membutuhkan keadaan yang tertib dan aman dalam menjalani

kehidupannya. Dari situlah letak peran besar aparat penegak hukum dalam

memberantas kejahatan demi terciptanya ketertiban umum. Namun perlu

diingat bahwa memberantas kejahatan bukanlah usaha yang mudah

dilakukan sebab kejahatan sendiri adalah suatu gejala norma di setiap

masyarakat yang bercirikan heterogenitas dan perkembangan sosial dan

karena itu tidak mungkin dimusnahkan sampai habis. .

8

Polisi sebagai salah satu unsur utama sistem peradilan pidana

merupakan pranata sosial yang melaksanakan fungsi pengadilan

sosial.Keseluruhan fungsi tersebut baik sebagai unsur sistem peradilan

pidana ataupun alat pengandalian sosial berkaitan dengan peranan pokok

Polisi dalam mencegah dan menanggulangi kejahatan. Dengan demikian

bekerjanya Polisi di dalam masyarakat masyarakat senantiasa pada satu

pihak bertolak dari aturan-aturan hukum pidana dan hukum acara pidana

yang berlaku, sedangkan pada pihak lain melakukan penegakan hukuman

dalam bentuk reaksi sosial formal terhadap kejahatan.9

diakses pada tanggal 30 April 2014, jam 10.30 WIB

8

Soedjono Dirjosisworo, Sosiolo-Kriminologis (Bandung : Sinar Baru, 1984), hal.170

9

(5)

Apabila kejahatan memang tidak dapat ditanggulangi secara total,

upaya yangdapat ditempuh adalah mengurangi dan menekan laju

kriminalitas sampai pada angka terendah. Hal dapat ini dirancang melalui

upaya preventif maupun upaya represif. 10

Dari latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut bagaimana Profesionalisme Polri sebagai Penegak

Hukum dalam menanggulangi hal tersebut, maka penulis mencoba untuk

menyajikan satu karya ilmiah berupa Skripsi dengan judul “Efektivitas

Polri Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Kendaraan

Bermotor di Polres Kabupaten Labuhanbatu” (Studi pada Polres

Labuhanbatu).

Upaya-upaya ini harus

dirancang secara selektif dan sistematik agar dapat mencapai hasil yang

optimal. Sebab bukan tidak mungkin bila suatu upaya penanggulangan

justru menjadi pemicu pesatnya laju kriminalitas, hanya karena kurang

tepatnya sistem yang diterapkan dalam menjalankan upaya tersebut.

Upaya penanggulangan bukan semata-mata menjadi formula pemberantasan

kejahatan yang dapat dilakukan tanpa pertimbangan secara matang dari

berbagai segi yang menopang bangunan kejahatan itu sendiri.

Pada garis besarnya masalah-masalah sosial yang timbul karena

pencurian kendaraan bermotor dirasakan sangat mengganggu kehidupan

masyarakat khususnya di kabupaten Labuhanbatu, akibatnya sangat

memilukan, kehidupan masyarakat menjadi resah perasaan tidak aman

bahkan sebagian anggota-anggotanya menjadi terancam hidupnya.

Problem tadi pada hakikatnya menjadi tanggung jawab bersama.

10

(6)

B. Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya kejahatan

pencurian kendaraan bermotor di Kabupaten Labuhanbatu.

2. Bagaimana upaya dan hambatan yang dihadapi Penyidik Polres sebagai

Sub sistem Peradilan Pidana dalam menanggulangi tindak pidana

pencurian kendaraan bermotor di Kabupaten Labuhanbatu.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ialah :

1. Untuk mengetahui apa alasan si pelaku sehingga melakukan kejahatan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa upaya penanggulangan dan kendala

yang dihadapi Polres Labuhanbatu dalam menanggulangi tindak pidana

pencurian kendaraan bermotor.

Manfaat Penelitian :

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a) Penulisan skripsi ini dapat menjadi bahan kajian terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan serta menambah wawasan khususnya mengenai peran

Kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan

bermotor di Kabupaten Labuhanbatu.

b) Memberikan kontribusi kepada kalangan akademisi dan praktisi,

penambahan informasi dan pengatahuan hukum umumnya dan

(7)

2. Manfaat Praktis

Sebagai masukan dan untuk menambah wawasan bagi penulis khusunya, dan

para pembaca umumnya termasuk masukan bagi aparat penegak hukum

maupun praktisi hukum dalam menentukan kebijakan untuk menangani dan

menyelesaikan perkara-perkara tindak pidana pencurian kendaraan bermotor

di Wilayah Hukum Polres Labuhanbatu.

D.Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelitian di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

maka judul skripsi yang berjudul “Efektivitas Polri Dalam Menanggulangi Tindak

Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor di Polres Kabupaten Labuhanbatu (Studi

Kasus di Polres Labuhanbatu)” belum pernah diajukan. Dengan demikian, maka

penulisan ini adalah asli dan dapat di pertanggung jawabkan.

E.Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Efektivitas

Defenisi atau pengertian Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia yaitu11

d. ‘mulai berlaku’ (tentang undang-undang, peraturan)

Efektivitas berasal dari kata efektif (kata sifat) yaitu efektif

adalah :

a. ‘ada efeknya’ (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)

b. ‘manjur atau mujarab’ (tentang obat)

c. ‘dapat membawa hasil’ (tentang usaha, tindakan)

11Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga

(8)

Sementara itu, efektivitas memiliki pengertian ‘keefektifan’. Keefektifan

adalah:

a. keadaan berpengaruh, hal berkesan

b. kemanjuran, kemujaraban (tentang obat)

c. keberhasilan (tentang usaha, tindakan)

d. hal mulai berlakunya (tentang undang-undang, peraturan)

Pengertian Evektifitas menurut para ahli yaitu : 12

a. Menurut Effendy

”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan

sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah

personil yang ditentukan”. Efektivitas menurut pengertian di

atas mengartikan bahwa indikator efektivitas dalam arti tercapainya

sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah

pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang

telah direncanakan.

b. Menurut Susanto

“Efektivitas merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat

kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi”. Menurut pengertian

Susanto diatas,efektivitas bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan

tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.

c. Menurut Agung Kurniawan

“Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi

kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau

(9)

sejenisnyayangtidak adanya tekanan atau ketegangan diantara

pelaksanaannya”.

d. Menurut Roulette

Efektivitas adalah dengan melakukan hal yang benar pada saat yang tepat

untuk jangka waktu yang panjang, baik pada organisasi organisasi tersebut

dan pelanggan.

e. Menurut Hodge

Efektivitas sebagai ukuran suksesnya organisasi didefenisikan sebagai

kemampuan organisasi untuk mencapai segala keperluannya.Ini berarti

bahwa organisasi mampu menyusun dan mengorganisasikan sumber daya

untuk mencapai tujuan.

Pada umumnya efektivitas sering dihubungkan dengan efisiensi dalam

pencapaian tujuan organisasi. Padahal suatu tujuan atau saran yang telah

tercapai sesuai dengan rencana dapat dikatakan efektif, tetapi belum tentu

efisien. Walaupun terjadi suatu peningkatan efektivitas dalam suatu

organisasi maka belum tentu itu efisien. Jelasnya, jika sasaran atau tujuan

telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya dapat

dikatakan efektif. Jadi bila suatu pekerjaan itu tidak selesai sesuai waktu

yang telah ditentukan, maka dapat dikatakan tidak efektif. Efektivitas

(10)

mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterkaitan antara

nilai-nilai yang bervariasi.13

2. Pengertian Pidana dan Tindak Pidana

a. Pengertian Pidana

Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang pada dasarnya dapat

dikatakan sebagain suatu penderitaan (nestapa) yang sengaja

dikenakan/dijatuhkan kepada seseorang yang telah terbukti bersalah

melakukan suatu tindak pidana.

Menurut Moeljatno mengatakan bahwa hukum Pidana adalah

bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku disuatu Negara, yang

mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk:

1). Menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang

dilarang, yang disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana

tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.

2). Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah

melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhkan

pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

3). Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat

dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar

larangan tersebut.

Menurut Satochid Kartanegara, bahwa Hukum Pidana dapat

dipandang dari beberapa sudut, yaitu:

13

(11)

1). Hukum Pidana dalam arti objektif, yaitu sejumlah peraturan yang

mengandung larangan-larangan atau keharusan-keharusan terhadap

pelanggarannya diancam dengan hukuman.

2). Hukum Pidana dalam arti subjektif, yaitu sejumlah peraturan yang

mengatur hak Negara untuk menghukum seseorang yang melakukan

perbuatan yang dilarang.

Menurut Soedarto, mengatakan bahwa Hukum Pidana merupakan

sistem sanksi yang negatif, ia diterapkan, jika sarana lain sudah tidak

memadai, maka hukum pidana dikatakan mempunyai fungsi, yang

subsider. Pidana termasuk juga tindakan (maatregelen), bagaimanapun

juga merupakan suatu penderitaan, sesuatu yang dirasakan tidak enak oleh

orang lain yang dikenai, oleh karena itu, hakikat dan tujuan pidana dan

pemidanaan, untuk memberikan alasan pembenaran (justification) pidana

itu.

b. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam

hukum pidana Belanda yaitu stafbaar feit. Walaupun istilah ini terdapat

dalam WvS Belanda atau Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, tetapi

tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan tindak pidana

tersebut. Karena itu para ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi

dari istilah itu.14

14

(12)

Menurut Pompe, sebagaimana yang dikemukakan oleh Bambang

Poernomo, pengertian strafbaar feitdibedakan menjadi :15

Simons mendefinisikan tindak pidana sebagai suatu perbuatan

(handeling) yang diancam dengan pidana oleh undang-undang, bertentangan

dengan hukum (onrechtmatig) dilakukan dengan kesalahan (schuld) oleh

seseorang yang mampu bertanggung jawab. Rumusan pengertian tindak

pidana oleh simons dipandang sebagai rumusan yang lengkap karena akan

meliputi :

1). Defenisi menurut teori memberikan pengertian “strafbaar feit” adalah

suatu pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena kesalahan si

pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata

hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.

2).Definisi menurut hukum positif, merumuskan pengertian “strafbaar

feit” adalah suatu kejadiaan (feit) yang oleh peraturan

perundang-undangan dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.

16

Van Hmamel juga sependapat dengan rumusan tindak pidana dari

simons, tetapi menambahkan adanya “sifat perbuatan yang mempunyai sifat 1). Diancam dengan pidana oleh hukum

2). Bertentangan dengan hukum

3). Dilakukan oleh seseorang dengan kesalahan (schuld)

4). Seseorang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya.

15

Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hal 91.

16

(13)

dapat dihukum”. Jadi, pengertian tindak pidana menurut Van Hamael meliputi

lima unsur, sebagai berikut:17

3. Pengertian Kendaraan Bermotor

1). Diancam dengan pidana oleh hukum

2). Bertentangan dengan hukum

3). Dilakukan oleh seseorang dengan kesalahan (schuld)

4). Seseorang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya.

5). Sifat perbuatan yang mempunyai sifat dapat dihukum.

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan

teknik untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi darat.

Umumnya kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam

(perkakas atau alat untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yang

dijalankan dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau motor

penggerak, menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam). Kendaraan

bermotor memiliki roda, dan biasanya berjalan di atas jalanan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992, yang dimaksud

dengan peralatan teknik dapat berupa motor atau peralatan lainnya yang

berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga

gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan. Pengertian kata kendaraan

bermotor dalam ketentuan ini adalah terpasang pada tempat sesuai dengan

fungsinya. Termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor adalah kereta

17

(14)

gandengan atau kereta tempelan yang dirangkaikan dengan kendaraan

bermotor sebagai penariknya.18

Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan

kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal (criminal policy).Kebijakan ini

pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial

(social policy) yang terdiri dari kebijakan untuk kesejahteraan sosial (

social-welfare policy) dan kebijakan untuk perlindungan masyarakat (social-defence

policy).

Jenis Kendaraan bermotor menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 44 juli 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi tanggal 14

Juli 1993 yang merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan :

1). sepeda motor

2). mobl penumpang (termasuk juga dari jenis Mobil Keluarga)

3). mobil bus

4). mobil barang

5). kendaraan khusus

Yang dimaksud dengan kendaraan bermotor dalam Skripsi ini adalah

sepeda motor dan mobil yang dalam faktanya seperti banyak terjadi tindak

pidana pencurian.

4. Pengertian Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Tindak pidana

19

18

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.

19

(15)

Pencegahan kejahatan merupakan tindakan untuk memberikan

perlindungan dan menghindari rasa takut masyarakat dari gangguan

kejahatan.Selanjutnya pengamanan terhadap masyarakat tidak semata-mata

terfokus pada para pelaku kejahatan, tetapi juga pada kecenderungan dalam

mengendalikan kejahatan itu sendiri.Untuk mencegah dan memberikan

perlindungan masyarakat terhadap gangguan kejahatan maka dilakukan

tindakan kepolisian. Adapun tindakan kepolisian yang dimaksud adalah20

a. Melakukan eliminasi terhadap faktor-faktor kriminogen yang ada dalam

masyarakat.

b. Menggerakkan potensi masyarakat dalam hal mencegah dan mengurangi

kejahatan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa upaya

memberikan perlindungan masyarakat dari rasa takut terhadap gangguan

kejahatan harus dilakukan secara tegas.Namun demikian kebijakan yang

bersifat pencegahan lebih diutamakan yaitu dengan melakukan eliminasi

terhadap faktor korelatif kriminogen dengan menggerakkan potensi dan

partisipasi masyarakat.Termasuk melakukan kegiatan pencegahan pada

daerah rawan dan kegiatan penindakan terhadap kejahatan yang muncul.

Kegiatan pencegahan kejahatan ini sebaiknya dilakukan secara terorganisir

kemungkinan besar kegiatan pencegahan kejahatan tidak akan berjalan secara

efektif dan tidak mendapat hasil yang maksimal.

20

(16)

Upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi 2

(dua), yaitu lewat jalur penal (hukum pidana) dan non-penal (bukan/di luar

hukum pidana). 21 Upaya penanggulangan lewat jalur penal lebih

menitikberatkanpada sifat repressive

(penindasan/pemberantasan/penumpasan) sesudah kejahatan terjadi,

sedangkan jalur non-penal lebih menitikberatkan pada sifat preventive

(pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi.22

Kegiatan pencegahan kejahatan terbagi 3 (tiga) pendekatan yaitu :23

21

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005), hal 42.

22Loc.cit 23

Muhamad Kemal Darmawan, Op.cit, hal. 17

a. Pendekatan sosial, biasanya disebut dengan Social Crime Prevention yaitu

segala perhatian dan kegiatan ditujukan untuk menumpas akar penyebab

kejahatan dan kesempatan individu untuk melakukan pelanggaran. Yang

menjadi sasaran adalah populasi umum (masyarakat) atau pun

kelompok-kelompok yang secara khusus mempunyai risiko tinggi untuk melakukan

pelanggaran.

b. Pendekatan situsional, biasa disebut sebagai Situational Crime Prevention

yaitu segala perhatian diarahkan untuk mengurangi kesempatan seseorang

atau kelompok untuk melakukan pelanggaran.

c. Pendekatan kemasyarakatan, biasa disebut Community Based Crime

Prevention yaitusegala langkah ditujukan untuk memperbaiki kapasitas

masyarakat untuk mengurangi kejahatan dengan jalan meningkatkan kapasitas

(17)

Penanggulangan kejahatan dapat diartikan secara luas dan

sempit.Dalam pengertian yang luas, maka pemerintah beserta masyarakat

sangat berperan.Bagi pemerintah adalah keseluruhan kebijakan yang

dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi yang

bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat.24

F. Metode Penelitian

Peran pemerintah yang begitu luas, maka kunci dan strategis dalam

menanggulangi kejahatan meliputi ketimpangan sosial, diskriminasi

nasional, standar hidup yang rendah, pengangguran dan kebodohan di antara

golongan besar penduduk.Bahwa upaya penghapusan sebab dari kondisi

menimbulkan kejahatan harus merupakan strategi pencegahan kejahatan

yang mendasar.

Secara sempit lenbaga yang bertanggung jawab atas usaha pencegahan

kejahatan adalah polisi.Namun karena terbatasnya sarana dan prasarana yang

dimiliki oleh polisi telah mengakibatkan tidak efektifnya tugas mereka.Lebih

jauh polisi juga tidak memungkinkan mencapai ideal pemerintah, sarana dan

prasarana yang berkaitan dengan usaha pencegahan kejahatan.Oleh karena

itu, peran serta masyarakat dalam kegiatan pencegahan kejahatan menjadi hal

yang sangat diharapkan.

1). Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah dengan metode pendekatan yuridis normatif,

yaitu dengan pengumpulan data serta studi kepustakaan maupun studi

24

(18)

lapangan dan menggambarkan kondisi dengan melakukan riset langsung

ke lapangan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan

penelitian.

2). Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu :

a). Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya.25

b). Data sekunder yaitu data yang berkaitan erat dengan data primer yang

digunakan untuk membantu menganalisis pada data primer yang

diperoleh dilapangan.

Pengumpulan data ini dilakukan melalui wawancara atau interview,

baik terstruktur maupun tidak terstruktur dengan petugas Kepolisian di

bagian Sat Reskrim.

26

Menggunakan metode deskriptif analisis dalam menyelesaikan penulisan

ini. Penulisan menggunakan metode analisis seperti tersebut diatas sebab

penulis ingin menggambarkan secara jelas mengenai tindak pidana

pencurian kendaraan bermotor yang akhir-akhir ini marak sekali terjadi,

dengan mengadakan penelitian terhadap fakta-fakta yang ada di lapangan Data sekunder ini dilakukan dengan cara studi

kepustakaan, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,

peraturan perundang-undangan, serta laporan Kepolisian Resort

Kabupaten Labuhanbatu pada bagian Sat Reskrim.

3). Teknik Analisis Data

25

Soejono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta: Universitas Indonesia, 1986) hal 11

26Ibid

(19)

serta kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan

penanggulangan tindak pidana pencurian.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian dan penulisan skripsi ini terdiri dari bab dan sub bab yang

terbagi kedalam empat bab. Empat bab yang terkandung dalam skripsi ini meliputi :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdapat uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka

(Efektivitas,pidana dan tindak pidana,dan kendaraan bermotor), metode

penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK

PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN

LABUHANBATU

Dalam bab ini mempunyai pembahasan mengenai faktor-faktor penyebab

terjadinya kejahatan pencurian kendaraan bermotor dan usur-unsur tindak

pidana pencurian.

BAB III UPAYA DAN HAMBATAN PENYIDIK POLRI SEBAGAI SUB

SISTEM PERADILAN PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK

PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN

LABUHANBATU

Dalam bab ini membahas tentang Polri sebagai Sub Sistem Peradilan Pidana,

(20)

pencurian kendaraan bermotor dan hambatan yang dihadapi Polri dalam

menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor.

BAB IV KESIMPULAN

Merupakan bagian akhir yang berisikan beberapa kesimpulan dan saran hasil

Referensi

Dokumen terkait

Konsep desain yang menunjang fungsi fasilitas bangunan dalam perencanaan dan perancangan Perpustakaan Anak ini adah melalui penataan tata ruang luar dan dalam

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Analisis Input- Output (I-O) analisis indeks keterkaitan kedepan (daya kepekaan), analisis indeks keterkaitan kebelakang

[r]

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan yaitu hasil pengujian dan pengolahan dengan metode Principal Component Analysis (PCA) menunjukkan

Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011 memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih,

KESATU : Membentuk Dewan Pembina dan Pengurus Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Bantul Periode Tahun 2016 Sampai Dengan Tahun 2020, dengan susunan dan

Universitas Negeri

Menimbang : bahwa untuk mencapai daya guna dan hasil guna pelaksanan kegiatan yang bersumber dari Dana Tugas Pembantuan pada Dinas Pertanian dan Kehutanan